Proposal penelitian

51
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman era globalisasi kemajuan bidang kehidupan begitu pesat, untuk dapat mengimbanginya maka haruslah dicetak Sumber Daya Manusia (SDM ) yang berkualitas. Di Negara berkembang seperti Indonesia Pendidikan Anak Usia Dini sangatlah diutamakan, karena membangun sumber daya manusia ibaratnya membangun gedung bertingkat, sebanyak tingkat dan setinggi apa pada gedung tersebut diharapkan, mestilah harus membangun pondasinya dahulu yang kokoh,pondasi pada pembangunan sumber daya manusia berwala dari Pendidikan Anak Usia Dini di Taman Kanak Kanak. Keterampilan yang penting dan perlu dikenalkan sejak anak usia dini yaitu keterampilan proses sains. Menurut Nugraha (2008:1) mengemukakakn bahwa pengembangan pembelajaran sains pada anak memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk meletakkan dasar keterampilan dan pembentukan sumber daya manusia yang diharapkan. pembelajaran sains adalah pelajaran yang penting karena ilmunya dapat diterapkan secara langsung dalam masyarakat. Beberapa alasan Kesadaran pentingnya pembekalan sains akan semakin tinggi apabila menyadari bahwa manusia hidup didunia yang dinamis, berkembangan dan berubah terus menerus bahkan makin menuju masa depan, semakin komplek ruang lingkupnya, dan tentunya akan memerlukan sains. Anak-anak sebagai

Transcript of Proposal penelitian

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada zaman era globalisasi kemajuan bidang kehidupan begitu pesat,

untuk dapat mengimbanginya maka haruslah dicetak Sumber Daya Manusia

(SDM ) yang berkualitas. Di Negara berkembang seperti Indonesia Pendidikan

Anak Usia Dini sangatlah diutamakan, karena membangun sumber daya manusia

ibaratnya membangun gedung bertingkat, sebanyak tingkat dan setinggi apa pada

gedung tersebut diharapkan, mestilah harus membangun pondasinya dahulu yang

kokoh,pondasi pada pembangunan sumber daya manusia berwala dari Pendidikan

Anak Usia Dini di Taman Kanak – Kanak.

Keterampilan yang penting dan perlu dikenalkan sejak anak usia dini yaitu

keterampilan proses sains. Menurut Nugraha (2008:1) mengemukakakn bahwa

pengembangan pembelajaran sains pada anak memiliki peranan yang sangat

penting dalam membentuk meletakkan dasar keterampilan dan pembentukan

sumber daya manusia yang diharapkan. pembelajaran sains adalah pelajaran yang

penting karena ilmunya dapat diterapkan secara langsung dalam masyarakat.

Beberapa alasan Kesadaran pentingnya pembekalan sains akan semakin tinggi

apabila menyadari bahwa manusia hidup didunia yang dinamis, berkembangan

dan berubah terus menerus bahkan makin menuju masa depan, semakin komplek

ruang lingkupnya, dan tentunya akan memerlukan sains. Anak-anak sebagai

2

generasi yag dipersiapkan untuk masa depan yang diduga akan semakin rumit,

berat, dan banyak problemnya perlu dibekali dengan menguasaan sains yang

memadai, tepat, bermakna dan fungsional dan menempatkan tujuan yang jelas

pada setiap bidang pengembangan pembelajaran dalam pendidikan anak usia dini.

Jadi focus program pengembangan pembekajaran sains hendaklah ditunjukkan

untuk memupuk pemahaman, minat dan penghargaan anak didik terhadap dunia

dimana mereka hidup (Sumaji,1988).

Metode Inkuiri yang mensyaratkan keterlibatan aktif anak terbukti dapat

meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap sains dan matematika

(Haury,1993). Metode pembelajaran Inkuiri yakni dimana system pembelajaran

harus didasarkan kepada pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh anak, dan

guru pada system ini memiliki tugas tidak selalu menuntun anak, namun guru

memfasilitasi anak untuk dapat menemukan pengetahuan itu sendiri sampai

mencapai kesimpulan. Salah satu komponen yang penting pada metode inkuiri

yaitu tidak ada target atau pencapaian tertentu yang harus dicapai oeleh seorang

anak.

Pembelajaran sains seharusnya dilaksanakan dengan baik dalam proses

pembelajaran di sekolah mengingat pentingnya pembelajan sains. Anak

meruapakan bagian dari bangsa dan bernegara ini mempunyai tanggung jawab

mensukseskan pendidikan dengan cara yang sesuai dengan tingkat

perkembangannya yaitu mengoptimalkan semua aspek perkembangan, yaitu

perkembangan nam, kogniti, bahasa, psikomotorik dan social.

Pembelajaran sains dikatakan berhasil apabila semua tujuan pembelajaran

yang telah ditentukan dapat tercapai, yang terungkap dalam hasil belajar sains.

3

Pembelajaran sains di Taman Kanak-Kanak masih banyak dilakukan secara

konvensional/tradisional (pembelajaran berpusat pada guru) serta lemahnya

kemampuan guru dalam mendorong dan memotivasi anak menjadikan prestasi

ketrampilan sains masih rendah bila dibandingkan dengan pembelajaran yang lain.

Pembelajaran sains selalu disajikan secara verbal melalui kegiatan ceramah dan

textbook oriented, dengan keterlibatan siswa yang sangat minim karena siswa

hanya melakukan kegiatan duduk, diam, mendengar, mencatat dan menghafal,

sehingga kurang menarik minat siswa dan membosankan yang akhirnya membuat

siswa mudah lupa terhadap konsep yang telah diberikan. “keberhasilan

implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru

menggunakan model pembelajaran”. Pemahaman Keterampilan sains dengan

menyertakan strategi, model, dan media yang tepat akan menumbuhkan rasa

ketertarikan anak dalam pemahaman sains yang dilaksanakan.

Metode yang diterapkan oleh para guru untuk mendidik anak usia dini di

TK dituntut harus ada modifikasi secara kreatif dan inovatif, untuk menghasilkan

pendidikan yang menghasilkan anak yang berkualitas. Sehubungan dengan

masalah yang dihadapi oleh para anak, maka harus segera dilakukan tindakan

melalui penelitian dengan judul : “Penerapan Metode Inkuiri Dalam Pembelajaran

Sains Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Anak Taman Kanak-Kanak”.

Diharapkan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap motivasi anak dalam

belajar, dibanding dengan metode yang biasa selama ini para guru terapkan dalam

proses belajar mengajar di TK Melati.

4

1.2 Identifikasi Masalah

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah diatas

maka dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian yaitu :

1. Siswa kurang memahami konsep dengan baik kemudian kurangnya motivasi

untuk mengikuti proses pembelajaran.

2. Kemauan belajar anak terhadap keterampilan sains masih rendah.

3. Kurang tertarik dengan materi yang disajikan guru.

4. Strategi yang dipilih dan digunakan guru belum sesuai dengan materi yang

diajarkan.

5. Perencanaan waktu belum diorganisasikan dengan baik sehingga waktu tidak

efektif.

1.3 Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan peneliti baik dari segi kemampuan waktu dan

biaya maka peneliti membatasi permasalahan yang diteliti. Adapun batasan

masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah “Penerapan Metode inkuiri

dalam pembelajaran sains untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Anak Taman

Kanak-Kanak di TK Melati T.A. 2014/2015”.

5

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah

1. Bagaimana aktivitas belajar anak dalam pembelajaran sains di TK Melati

sebelum menggunakan metode pembelajaran inkuiri ?

2. Bagaimana aktivitas belajar anak dalam pembelajaran sains di TK Melati

setelah menggunakan metode pembelajaran inkuiri ?

3. Bagaimana pengaruh metode inkuiri terhadap aktivitas belajar anak di TK

Melati terhadap pembelajaran sains ?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui aktivitas belajar anak dalam pemahaman sains di TK

Melati sebelum menggunakan metode pembelajaran inkuiri.

2. Untuk mengetahui aktivitas belajar anak dalam pemahaman sains di TK

Melati setelah menggunakan metode pembelajaran inkuiri.

3. Untuk mengetahui pengaruh metode inkuiri dalam pembelajaran sains di

TK Melati terhadap pembelajaran sains.

6

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat secara teoritis dan secara praktis. Secara teoritis

hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan teori ilmu

pendidikan. Adapun secara praktis manfaat dari hasil penelitian ini adalah:

1. Manfaat Umum:

Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan tentang metede proses belajar mengajar

yang efektif dalam menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah belajar

anak, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan anak.

2. Manfaat Khusus:

a. Bagi sekolah, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan untuk perbaikan

kekurangan dalam pemahaman sains.

b. Bagi guru, diharapkan dapat bermanfaat untuk memperbaiki dan

melakukan penerapan model kerja lapangan, inkuiri, dan diskusi.

c. Bagi anak diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar setelah

diadakannya perlakuan dalam penelitian ini.

d. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bukti ilmiah dalam dunia

pendidikan.

e. Bagi peneliti, dapat meningkatkan keterampilan peneliti dalam

menerapkan penggunaan metode inkuiri.

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis

2.1.1. Hakikat Aktivitas Belajar

2.1.1.1. Definisi Aktivitas Belajar

Hamalik (2010:176) menyatakan asas aktivitas digunakan dalam

semua model mengajar, baik model dalam kelas maupun model diluar kelas.

Hanya saja penggunaannya dilaksanakan dalam bentuk yang berlain-lainan

sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan disesuaikan pula pada

orientasi s ekolah yang menggunakan jenis kegiatan itu. Menurut pandangan

ilmu jiwa lama aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut padangan

ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh peserta didik.

Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi peserta

didik, karena memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bersentuhan

dengan obyek yang sedang dipelajari seluas mungkin, karena dengan

demikian proses konstruksi pengetahuan yang terjadi akan lebih baik.

Aktivitas Belajar diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah

berbuat mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar

kalau tidak ada aktivitas.

Menurut Sanjaya (2011:132) aktivitas belajar bukanlah menghafal

sejumlah fakta atau informasi. Melainkan berbuat, memperoleh pengalaman

tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, strategi

pembelajaran harus mampu mendorong aktivitas siswa.

8

Dari uraian diatas dapat diambil pengertian aktivitas belajar adalah

keterlibatan peserta didik dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam

kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan

memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

2.1.1.2. Jenis-Jenis Aktivitas Belajar

Adapun jenis-jenis aktivitas dalam belajar yang digolongkan oleh Paul B.

Diedric (dalam Sardiman, 2011: 101) adalah sebagai berikut:

1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca,

memperhatikan gambar Kerja Lapangan, Inkuiri, Dan Diskusi,

percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral Activities, seperti menyatakan merumuskan, bertanya, memberi

saran, berpendapat, diskusi, interupsi.

3. Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

4. Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,

menyalin.

5. Drawing Activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6. Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, berkebun,

beternak.

7. Mental Activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan.

9

8. Emotional Activities, seperti misalnya, merasa bosan, gugup, melamun,

berani, tenang.

Rousseau (dalam Sardiman, 2011: 96), memberikan penjelasan

“Pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman

sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang

diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis”. Oleh karena itu,

aktivitas yang dilakukan oleh anak dapat dilakukan baik secara jasmani

maupun rohani dan aktivitas anak taman kanak-kanak selama proses belajar

mengajar merupakan salah satu indicator adanya keinginan untuk belajar.

Jadi dengan klasifikasi aktivitas seperti diuraikan di atas, menunjukan

bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Kalau berbagai

macam kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah-sekolah

akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat

aktivitas berlajar yang maksimal dan bahkan akan memperlancar peranannya

sebagai pusat dan trasformasi kebudayaan. Kreativitas guru mutlak diperlukan

agar dapat merencanakan kegiatan siswa yang sangat bervariasi itu. Dari jenis–

jenis aktivitas belajar yang dikemukakan di atas maka dijadikan sebagai

pedoman membuat lembar observasi aktivitas siswa dan guru dalam proses

pembelajaran.

Sagala (2011: 124) menyatakan bahwa ada beberapa aktivitas kejiwaan

yang berhubungan erat dengan psikologi pendidikan yaitu:

1) Pengamatan Indera

Setiap manusia yang sehat mentalnya dapat mengenal lingkungan fisik

10

yang nyata, baik di dalam dirinya sendiri maupun di luar dirinya dengan

menggunakan organ-organ indranya. Para ahli psikologi membedakan lima

macam modalitas pengamatan yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman,

perasaan, dan perabaan. Pengamatan merupakan fungsi sensoris yang

memungkinkan seseorang menangkap stimuli dari dunia nyata sebagai bahan

yang teramati.

2) Tanggapan

Tanggapan diperoleh dari pengindraan dan pengamatan. Johann

Frederich Herbart mengemukakan bahwa tanggapan ialah merupakan unsur

dasar dari jiwa manusia.

3) Fantasi

Fantasi dapat didefinisikan sebagai aktivitas imajinasi untuk

membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-

tanggapan lama yang telah ada, dan tanggapan yang baru itu tidak harus sama

atau sesuai dengan benda-benda yang ada. Fantasi itu dilikiskan sebagai

fungsi yang memungkinkan manusia untuk berorientasi dalam alam imajinir,

dimana aktivitas imajinasi itu melampaui dunia nyata.

4) Ingatan

Mengingat berarti menyerap atau melekatkan pengetahuan dengan jalan

pengecaman secara aktif. Fungsi ingatan meliputi tiga aktivitas yaitu: (1)

mencamkan, yaitu menangkap atau menerima kesan-kesan; (2) menyimpan

11

kesan-kesan; dan (3) mereproduksi kesan-kesan. Atas inilah ingatan

didefinisikan sebagai kecapan untuk menerima, menyimpan, dan

memproduksikan kesan-kesan.

5) Pikiran dan Berpikir

Pikiran dapat diartikan sebagai kondisi letak hubungan antar bagian

pengetahuan yang telah ada dalam diri yang dikontrol oleh akal. Akal adalah

sebagai kekuatan yang mengendalikan pikiran. Sedangkan berpikir berarti

meletakkan antar bagian pengetahuan yang diperoleh manusia. Berpikir

sebagai proses menentukan hubungan-hubungan secara bermakna antara

aspek-aspek dari suatu bagian pengetahuan. Sedangkan bentuk aktivitas

berpikir merupakan merupakan tingkah laku simbolis, karena seluruh aktivitas ini

berhubungan dengan atau mengenai penggantian hal-hal yang konkret.

6) Perhatian

Perhatian dapat diartikan dua macam yaitu: (1) perhatian adalah

pemusatan tenaga/ kekuatan jiwa tertuju kepada sesuatu objek dan (2) perhatian

adalah pendayagunaan kesadaran untuk menyertai sesuatu aktivitas yang

dilakukan.

7) Perasaan

Perasaan adalah pengalaman yang bersifat efektif, yang dihayati sebagai

suka (pleasentness) atau ketidaksukaan (unpleasentness) yang timbul karena

adanya perangsang-perangsang tertentu.

12

8) Kemauan

Kemauan bukanlah aktivitas maupun usaha kejiwaan, melainkan kekuatan

atau kehendak untuk memilih dan merealisasi suatu tujuan yang merupakan

pilihan diantara berbagai tujuan yang bertentangan. Kekuatan kemauan bereaksi

apabila dipancing oleh adanya usaha memenuhi kebutuhan.

2.1.1.3. Prinsip – Prinsip Aktivitas Belajar

Prinsip aktivitas dalam belajar dapat dilihat dari perkembangan konsep

jiwa menurut ilmu jiwa. Berdasarkan unsur kejiwaan subjek belajar akan

diketahui prinsip belajar yang terjadi. Untuk melihat prinsip aktivitas belajar

dari sudut pandangan ilmu jiwa ini secara garis besar dibagi menjadi dua

pandangan yaitu :

1) Menurut pandangan ilmu jiwa lama

John Locke dengan konsepnya Tabularasa, mengibaratkan jiwa

seseorang bagaikan kertas putih yang tidak bertulis. Kertas putih ini

kemudian akan mendapatkan coretan atau tulisan dari luar. Terserah kepada

unsur dari luar yang akan menulis, mau ditulis merah atau hijau, kertas ini

akan bersifat reseptif. Konsep semacam ini kemudian ditrasfer ke dalam

dunia pendidikan. (Sardiman, 2011 : 98). Berdasarkan konsep tersebut s iswa

ibarat botol kosong yang diisi air oleh sang guru. Gurulah yang

menentukan bahan dan metode, sedangkan siswa menerima begitu saja.

Aktivitas anak terutama terbatas pada mendengarkan, mencatat, menjawab

pertanyaan bila guru memberikan pertanyaan. Mereka para siswa hanya

13

bekerja karena atas perintah guru, menurut cara yang ditentukan guru,

begitu juga berfikir menurut yang digariskan oleh guru. Dalam proses

belajar-mengajar semacam ini tidak mendorong siswa untuk berfikir dan

beraktivitas. Tetapi yang banyak beraktivitas adalah guru yang dapat

menentukan segala sesuatu yang dikehendaki. Hal ini sudah tidak sesuai

dengan hakikat pribadi anak didik sebagai subjek belajar.

2) Menurut pandangan ilmu jiwa modern

Menurut pandangan ilmu jiwa modern meterjemahkan jiwa manusia

sebagai suatu yang dinamis, memiliki potensi dan energi sendiri. Oleh karena

itu, secara alami anak didik akan menjadi aktif, karena adanya motivasi dan

didorong oleh bermacam-macam kebutuhan. Anak didik dipandang sebagai

organisme yang mempunyai potensi untuk berkembang. Oleh sebab itu, tugas

pendidik adalah membimbing dan menyediakan kondisi agar anak didik

dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Dalam hal ini, anaklah yang

beraktivitas, berbuat dan harus aktif sendiri. (Sardiman, 2011: 99). Pada

hakekatnya berdasarkan pandangan ilmu jiwa modern dapat diketahui bahwa

siswa sudah memiliki potensi untuk melakukan sesuatu. Sehingga dalam

proses pembelajaran guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk

melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran dengan cara memfasilitasi

dan menciptakan kondisi belajar yang memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk melakukan aktivitas sebanyak mungkin guna membantu

siswa mengembangkan potensi yang dimilikinya.

14

2.1.1.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar seseorang adalah sebagai

berikut:

1) Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu/siswa itu

sendiri yang meliputi:

a) Kecerdasan/intelegensi

Menurut Slameto (2010: 56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang

tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang

rendah. ” Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui siswa yang

mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam

belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang

kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan

intelegensi adalah salah satu diantara faktor yang lain. Faktor kecerdasan

memiliki arti yang penting yang mempengaruhi prestasi belajar siswa

karena kecerdasan merupakan kemampuan belajar disertai kecakapan untuk

menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat

ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu

menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.

Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang

berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang

anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor

intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar

mengajar.

15

b) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan

terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Setiap

siswa memiliki bakat tertentu yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya.

Bakat inilah yang mempengaruhi prestasi belajar pada bidang-bidang tertentu

sesuai dengan bakat yang dimiliki oleh siswa.

c) Minat

Menurut Slameto (2010: 57) Minat adalah kecenderungan yang tetap

untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar

pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari

tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-

baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Sedangkan bahan pelajaran

yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena

minat menambah kegiatan belajar.

Sardiman (2011: 76) mengemukakan minat adalah “suatu kondisi yang

terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi yang

dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.

” Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya

terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa

lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan

belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran

di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk

16

melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila

seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan

terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat

tercapai sesuai dengan keinginannya.

Minat seseorang dapat dibangkitkan dengan cara sebagai berikut :

(1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan

(2) Menghubungkan dengan suatu persoalan pengalaman yang lampau

(3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik

(4) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar

d) Motivasi

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut

merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan

belajar. Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua

macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi

instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri

seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu

pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan

motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan

siswa tersebut melakukan kegiatan belajar. Motivasi dalam belajar adalah

merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Uno (2011: 23) belajar adalah

perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi

sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi

17

tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Hakikat motivasi belajar adalah

dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk

mengadakan perubahan tingkah laku. Dalam memberikan motivasi seorang

guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan

perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam

diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran.

Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan

kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.

2) Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar yang sifatnya di luar diri siswa. Menurut Slameto (2010: 60) faktor

ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan

sekolah dan lingkungan masyarakat.

a) Keadaan Keluarga

Hamdani (2011: 143) menyatakan bahwa keluarga yang sehat besar

artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran

besar, yaitu pendidikan bangasa, negara dan dunia. Keluarga merupakan

lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan

dibesarkan. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam

keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang

akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah

satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.

18

b) Keadaan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat

penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan

sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan

sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa,

alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang

baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.

c) Lingkungan Masyarakat

Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor

yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses

pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar

pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan

sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak

itu berada.

Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian

anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu

menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh

karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan

temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan

membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana

temannya.

19

2.1.2. Hakikat Pembelajaran Sains

2.1.2.1. Pengertian Pembelajaran Sains

Rumanta (2013: 22) menyatakan bahwa ketrampilan proses yang perlu

dilatih dalam pembelajaran sains meliputi ketrampilan proses dasar misalnya

mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal

hubungan ruang dan waktu, serta ketrampilan proses terintegrasi misalnya

merancang dan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis,

menentukan variable, menyusun definisi operasional, menafsirkan data,

menganalisis dan mensintesis data.

Hanya saja pembelajaran sains di Taman Kanak-Kanak belum

mengarah ke konsep dasar pendidikan sains pada umumnya di SD, SMP.

SMA dan bahkan di Perguruan Tinggi. Sehingga perlu diciptakan kondisi

pembelajaran tentang pemahaman pembelajaran sains di Taman Knak-Kanak

yang dapat mendorong anak untuk aktif dan ingin tahu.

Dengan demikian, pembelajaran merupakan kegiatan investigasi

terhadap permasalahan alam di sekitarnya. Setelah melakukan investigasi

akan terungkap fakta atau diperoleh data. Data yang diperoleh dari kegiatan

investigasi tersebut perlu digeneralisir agar peserta didik memiliki

pemahaman konsep yang baik. Untuk itu peserta didik perlu di bimbing

berpikir secara induktif. Selain itu, pada beberapa konsep Pemahaman

pembelajaran sains yang dilakukan, anak perlu memferifikasi dan menerapkan

suatu hukum atau prinsip. Sehingga siswa juga perlu dibimbing berpikir secara

deduktif. Kegiatan belajar sains seperti ini, dapat menumbuhkan sikap ilmiah

dalam diri anak meskipun secara sederhana. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa hakikat sains meliputi beberapa aspek yaitu faktual,

20

keseimbangan antara proses dan produk, keaktifan dalam proses penemuan,

berfikir induktif dan deduktif, serta pengembangan sikap ilmiah.

2.1.3. Metode Pembelajaran Inkuiri

2.1.3.1. Pengertian Metode Inkuiri

Pembelajaran dengan penemuan (inquiry) merupakan satu komponen

penting dalam pendekatan konstruktifistik yang telah memiliki sejarah panjang

dalam inovasi atau pembaruan pendidikan. Dalam pembelajaran dengan

penemuan atau inkuiri, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui

keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan

guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan

yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka

sendiri.

Piaget memberikan definisi pendekatan Inquiry sebagai pendidikan yang

mempersiapkan situasi bagi siswa untuk melakukan eksperimen sendiri.

Mengajukan pertayaan-pertayaan dan mencari sendiri jawaban atas pertayaan

yang mereka ajukan (Piaget dalam Sofan dan Iif, 2010: 103).

Metode inkuiri yang didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan belajar

yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan

menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analisis sehingga mereka dapat

merumuskan sendiri penemuan dengan penuh percaya diri (M. Gellu dalam Sofan

dan Lif, 2010: 103).

Pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan

menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam

21

pembekajaran ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran,

sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat peneliti simpulkan metode

inkuiri adalah suatu pendekatan yang digunakan guru dalam mencapai tujuan

dengan siswa yaitu dengan cara siswa mancari dan menyelidiki secara sistematis,

kritis, logis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri

penemuannya dengan penuh percaya diri.

2.1.3.2. Ciri-ciri Pembelajaran Inkuiri

Pembelajaran inkuiri memiliki beberapa ciri, di antaranya:

1) pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal

untuk mencari dan menemukan. Artinya, pada pembelajaran inkuiri

menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran,

siswa tidak hanya berperan sebagai penerima materi pelajaran melalui

penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan

sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

2) seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan

menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga

diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan

demikian, pada pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai

satu-satunya sumber belajar, tetapi lebih diposisikan sebagai fasilitator

dan motivatorbelajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan

22

melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Karena itu kemampuan

guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam

melakukan inkuiri. Guru dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas

mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan, teman yang kritis dan

fasilitator. Ia harus dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman

kelompok, serta memberi kemudahan bagi kerja kelompok.

3) tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan

berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan

kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan

demikian, dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut untuk

menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat

menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai

pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara

optimal. Sebaliknya, siswa akan dapat mengembangkan kemampuan

berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran.

2.1.3.3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inkuiri

Pembelajaran inkuiri mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini:

1. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual. Tujuan utama dari

pembelajaran inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan

demikian, pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga

berorientasi pada proses belajar.

23

2. Prinsip Interaksi. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses

interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru,

bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai

proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar,

tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.

3. Prinsip Bertanya. Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan

pembelajaran ini adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa

untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan

sebagian dari proses berpikir. Dalam hal ini, kemampuan guru untuk

bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Di samping itu,

pada pembelajaran ini juga perlu dikembangkan sikap kritis siswa dengan

selalu bertanya dan mempertanyakan berbagai fenomena yang sedang

dipelajarinya.

4. Prinsip Belajar untuk Berpikir. Belajar bukan hanya mengingat sejumlah

fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think),

yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir

adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.

5. Prinsip Keterbukaan. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran

yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus

dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk

memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan

secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.

24

2.1.3.4. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri

Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang banyak dianjurkan,

karena memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:

1. Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang menekankan kepada

pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang,

sehingga pembelajaran melalui pembelajaran ini dianggap jauh lebih

bermakna.

2. Pembelajaran ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar

sesuai dengan gaya belajarmereka.

3. Pembelajaran ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan

perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah

proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

4. Keuntungan lain adalah dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki

kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan

belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Di samping memiliki keunggulan, pembelajaran ini juga mempunyai kelemahan,

di antaranya:

1. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

2. Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan

kebiasaan siswa dalam belajar.

25

3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu

yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu

yang telah ditentukan.

4. Selama kriteria keberhasiJan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa

menguasai materi pelajaran, maka strategi ini tampaknya akan sulit

diimplementasikan.

2.1.3.5. Langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran Inkuiri

Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan metode

pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah- langkah sebagai berikut :

1) Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim

pembelajaran yang responsive. Pada langkah ini guru mengondisikan agar

siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Pada langkah ini guru harus

merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.langkah

orientasi merupakan langkah yang sangat penting karena keberhasilan SPI

sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan

kemampuannya dalam memecahkan masalah.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi yaitu :

a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang siharapkan dapat

tercapai oleh siswa.

b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa

untuk mencapai tujuan.

c. Menjelaskan pentingnya topic dan kegiatan belajar, hal ini dapat

dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

26

2) Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu

persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah

persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.

Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan

masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban

yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi

inkuiri.

Beberapa hal yang hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah,

diantara :

a. Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa

b. Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang

jawabannya pasti

c. Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah

diketahui terlebih dahulu oleh siswa

3) Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang

sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara hipotesis perlu diuji kebenarannya.

Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan

berhipotesis pada setiap anak adalah dengan mengajikan berbagai pertanyaan

yang dapat mendorong siswa untuk dapat mendorong siswa untuk dapat

merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan

kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

27

4) Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang

dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Tugas dan peran guru

dalam tahap ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat

mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

5) Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap

diterima sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh berdasarkan

pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari

tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.

6) Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang

diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan

yang akurat sebiknya guru mempu menunjukkan pada siswa data mana yang

relevan.

2.2. Kerangka Berpikir

Belajar merupakan peristiwa sehari-hari yang pada umumnya

berlangsung di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas

belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek yaitu dari guru dan anak.

Dari segi peserta didik, belajar dialami sebagai proses mental dalam

28

menghadapi bahan pelajaran yang disajikan guru di sekolah. Melalui guru,

anak mendapat beragam kemampuan keterampilan, dan sikap yang dapat

diukur melalui perubahan serta meningkatnya ketiga kemampuan tersebut.

Pembelajaran Sains di Taman Kanak-Kanak masih banyak dilakukan

secara konvensional/tradisional (pembelajaran berpusat pada guru) serta

lemahnya kemampuan guru dalam mendorong dan memotivasi anak

menjadikan prestasi belajar sains masih rendah bila dibandingkan dengan

pembelajaran lainnya. Adapun yang harus dilakukan agar pembelajaran sains

ini tercapai, maka disusunlah langkah-langkah sebagai berikut : Guru

menyampaikan ingin kompetensi yang di capai, Guru menyajikan gambaran

sekilas materi yang akan di sampaikan, Menyiapkan bahan atau alat yang di

perlukan, Setelah langkah ini dilaksanakan dengan baik, maka guru membuat

kesimpulan akhir dengan melakukan tes berupa pertanyaan-pertanyaan pada

pembelajaran sains di Taman Kanak-kanak. Dan dengan tes hasil belajar

tentang pembelajaran sains ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam

penelitian tindakan kelas ini berhasil atau tidak. Harapan dalam penelitian ini,

agar peserta didik mampu meningkatkan hasil belajar tentang pembelajaran

sains di Taman Kanak-Kanak.

2.3. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka, dan hasil-hasil penelitian

yang relevan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “Penerapan Metode

Inkuiri Dalam Pembelajaran Sains Dapat Meningkatkan Aktivitas Belajar Anak

Taman Kanak-Kanak”

29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah Penelitian Tindakan kelas (Classroom Action

Research) yang mengacu kepada tindakan guru ketika melaksanakan

pembelajaran sebagai upaya untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yang telah

dilaksanakan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang

berguna untuk mengungkapkan kesulitan belajar siswa dalam proses pembelajaran

serta cara mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut sebagai upaya untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi tersebut.

Menurut Arikunto, (2010:16) menyatakan bahwa secara garis besar dalam

tiap siklus itu terhadap empat tahap yang dilalui dalam melaksanakan penelitian

tindakan kelas, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi

(observing) dan refleksi (reflecting).

Pada setiap penelitian dalam ilmu pengetahuan umumnya bertujuan untuk

menemukan dan mengembangkan serta menguji kebenaran dari suatu ilmu

pengetahuan. Metode penelitian adalah cara yang dilakukan peneliti untuk

mencapai maksud dan tujuan tertentu. Metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).

Sesuai dengan langkah-langkah PTK maka pada tahap awal, Peneliti

mempersiapkan materi yang akan disajikan, menyusun perencanaan perbaikan

pembelajaran, serta menyiapkan alat dan media pembelajaran yang sesuai dan

30

metode pembelajaran. Setelah melalui tahap persiapan, Peneliti masuk ketahap

tindakan yang merupakan perbaikan pembelajaran yang dibagi masing-masing

dalam tiga siklus. Dan prosedur selanjutnya Peneliti melakukan pengamatan,

sedangkan perosedur terakhir dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah

melakukan refleksi.

3.2. Lokasi (Tempat) dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di TK Melati. Yang beralamat di Jl.

T.S. Muhammad Syah kecamatan Stabat kabupaten Langkat. Dan penelitian ini

dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai bulan Oktober 2014.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah TK B dengan jumlah siswa 15 orang,

terdiri dari laki-laki 7 orang dan perempuan 8 orang. Sampel dalam penelitian ini

adalah sampel jenuh yaitu semua anak di TK B yang berjumlah 15 orang.

3.4. Devinisi Operasional

di bawah ini akan didefinisikan variable-variabel yang ada pada penelitian,

yaitu:

Aktivitas belajar dalam penelitian ini adalah bahwa peneliti

memperhatikan dan menilai dari kemampuan setiap individu atau setiap

parasiswa dalam aktivitas belajar pada pelajaran sains melalui metode inkuiri.

Seperti yang telah dijelaskan oleh penulis dari jombang (dalam asmani,

2010:2011) menyatakan bahwa guru hanya memfasilitator sedangkan siswa

31

yang aktif, keaktifan anak belajar dapat mewujudkan pembelajaran yang aktif

pula.

Pembelajaran sains dengan metode inkuiri adalah :

Pengembangan bpembelajaran sains pada anak, termasuk pengembangan

bidang lainnya memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu

meletakkan dasar kemampuan dan pembentukan sumber daya manusia yang

diharapkan. Menurut semiawan dkk (1990:17) keterampilan proses-proses yang

paling mendasar dan perlu dimiliki siswa dalam mempelajari sains antara lain

keterampilan-keterampilan dalam: mengobservasi, menghitung, mengukur,

mengklasifikasi, mencari hubungan ruang atau wkatu, membuat hipotesis,

merencanakan penelitian, mengendalikan variabel, menafsirkan data, menyusun

kesimpulan sementara, meramalkan, menerapkan konsep, dan

mengkomunikasikan.

Menurut sumantri, (1990: 164) menyatakan metode pembelajaran

inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang memberikan kesempatan pada

anak untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Metode

inkuiri dalam penelitian ini adalah metode inkuiri terbimbing (guided inkuiri)

dimana siswa diberikan kesempatan untuk bekerja merumuskan prosedur,

menganalisis dan mengambil hasil kesimpulan secara mandiri, sedangkan

dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan penunjang guru hanya sebagai

fasilitator.

32

3.5. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang di dalamnya terdapat empat

tahapan utama, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi seperti yang

digambarkan dibawah ini:

Gambar 3.1. Skema PTK Menurut Arikunto (2010:16)

33

3.5.1. Siklus I

a) Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini yang dilakukan adalah merencanakan tindakan

yang akan dilakukan yaitu berupa skenario pembelajaran. Kegiatan yang

dilakukan dalam tahap perencanaan siklus I adalah sebagai berikut :

1) Menentukan tema sesuai kurikulum,

2) Menyusun rencana pembelajaran dalam bentuk Rencana Kegiatan Harian

(RKH),

3) Mempersiapkan pembelajaran dengan menggunakan metode Inquiri,

pembelajaran Sains.

4) Membuat setting kelas dan Mempersiapkan media, bahan, dan alat sumber

belajar.

5) Membuat lembar kisi-kisi observasi untuk mengamati pembelajaran.

b) Tahap Pelaksanaan Tindakan

Setelah tahap perencanaan disusun, maka tahap selanjutnya adalah

melaksanakan rencana pembelajaran yang telah direncanakan RKH.

Pelaksanaan tindakan tersebut yaitu: dalam pelaksanaan tindakan peneliti yang

,menjadikan guru, sedangkan guru ikut dilibatkan sebagai observer yang

tugasnya memberikan kritik dan masukan yang berguna dalam proses

selanjutnya. Proses Pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan RKH yang

telah dirancang, dan menonjolkan kegiatan pembelajaran yang ingin

diterapkan yaitu: pembelajaran sains. Pelaksanaan setiap siklus berlangsung

sebanyak 2 kali pertemuan.

34

c) Tahap Observasi/pengamatan

Observasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan

rencana yang telah ditetapkan sekaligus mengetahui sejauh mana tindakan

dapat menghasilkan perubahan yang sesuai dengan yang dikehendaki. Peneliti

juga dapat melihat kesulitan-kesulitan yang dialami siswa sewaktu

pembelajaran berlangsung.

d) Tahap Refleksi

Tahap refleksi dilakukan dengan mempertimbangkan pedoman

mengajar yang dilakukan serta melihat kesesuaian yang dicapai dengan yang

diinginkan dalam pembelajaran yang pada akhirnya di temukan kelebihan dan

kekurangan, dimana jika ditemukan kekurangan maka akan dilakukan tindakan

perbaikan pada siklus II.

Setelah siklus I dijalankan dan hasil yang dicapai belum sesuai dengan

yang diharapkan, maka dilakukan kembali tahap-tahap diatas untuk dilakukan

pada siklus II dan siklus selanjutnya sampai hasil belajar yang diharapkan

tercapai. Pelaksanaan siklus II dilaksanakan setelah melakukan perbaikan-

perbaikan pada rencana pembelajaran dan tindakan yang akan dilakukan

dengan urutan-urutan seperti yang dilaksanakan pada siklus I.

35

3.5.2. Siklus II

a) Tahap Perencanaan

Tahap ini dilakukan untuk melihat sejauh mana kemampuan siswa dalam

menyelesaikan pertanyaan - pertanyaan yang disajikan yang bersumber dari

materi “tumbuhan hijau” dalam pelajaran sains setelah dilakukan tindakan

pertama. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan berupa perbaikan skenario

pembelajaran (RKH) yang disesuaikan refleksi tindakan pada siklus I dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1) Mengidentifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan mencari alternatif

pemecahan masalah.

2) Memperbaiki penyusunan RKH.

3) Mengembangkan kembali indikator pencapaian hasil belajar.

4) Mengembangkan skenario pembelajaran dengan baik.

5) Menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam kegiatan

pembelajaran.

b) Tahap Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan rencana

pembelajaran yang telah direncanakan, berupa proses pembelajaran sesuai dengan

rencana pembelajaran dan disesuaikan dengan hasil refleksi siklus I. Adapun

skenario pembelajaran yang dilakukan adalah :

1) Pada siklus II ini, peneliti lebih membimbing siswa yang memiliki

kelemahan pada siklus I sebelumnya. Kemudian meningkatkan proses-

proses yang kurang pada saat siklus I berlangsung.

36

2) Anak diberi kesempatan untuk melakukan seluruh kegiatan dan selama

pembelajaran berlangsung.

3) Anak diberi banyak kesempatan untuk bertanya tentang kegiatan yang

dilakukan dalam pembelajaran sains.

4) Anak diberikan tugas untuk mengamati dan member kesimpulan secara

sederhana tentang hasil pembelajaran sains.

c) Tahap Observasi

Observasi yang dilaksanakan meliputi pengamatan secara langsung proses

pembelajaran di kelas. Kegiatan yang diamati meliputi aktivitas guru dalam

pembelajaran. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian tindakan

dengan rencana yang telah disusun dan berguna untuk mengetahui sejauh mana

pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan sesuai dengan yang

dikehendaki.

d) Tahap Refleksi

Pada akhir siklus II siswa diberikan pertanyaan individu. Kegiatan ini

dilakukan melihat hasil perkembangan aktivitas belajar anak yang diberikan

oleh peneliti setelah diterapkannya metode inkuiri. Refleksi ini dilakukan untuk

menarik kesimpulan dan hasil tindakan pada siklus II.

37

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, alat pengukur data yang

digunakan adalah:

3.6.1. Lembar Observasi

Pengumpulan data dengan observasi dilakukan selama proses pembelajaran

berlangsung dibantu oleh guru kelas. Observasi dimaksudkan untuk mengetahui

bagaimana pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan aktivitas siswa

baik melibatkan seluruh domain belajar (kognitif, afektif, psikomotorik) dan

semua aspek perkembangan anak ( NAM, Kognitif, Motorik kasar dan halus,

Sosem dan Bahasa) sehingga anak menjadi lebih aktif dalam kegiatan

pembelajaran.

38

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Lembar Observasi Penilaian Kriteria Bagi Siswa

Berilah tanda ceklis pada kolom yang disediakan!

No.

Jenis

Aktivitas

Indikator

Deskriptor Kemunculan

Aktivitas Belajar Siswa

Skor

4 3 2 1

1 Visual

Activities

Menyimak penjelasan

guru

1. Siswa

memperhatikan/menyima

k penjelasan guru di

depan kelas

Membaca

prtunjuk yang

diberikan oleh

guru

1. Siswa memperhatikan

petunjuk yang diberikan

guru untuk mengerjakan

tugas

2. Siswa memperhatikan/

menyimak penjelasan

teman saat berdiskusi

3. Siswa membaca buku

pegangan

2 Oral

Activities

Bertanya

1. Siswa bertanya kepada

guru atau teman

Memberi saran

1. Siswa aktif dalam

berdiskusi

Mengemukakan

Pendapat

1. Siswa aktif menjawab

pertanyaan guru atau

39

teman

Berdiskusi

1. Siswa aktif

mengemukakan pedapat

tentang materi yang

sedang dipelajari

3 Listening

Activities

Mendengarkan

pertanyaan

Siswa mendengarkan

penjelasan guru tentang

materi yang dipelajari

Mendengarkan

jawaban

1. Siswa mendengarkan

penjelasan teman dalam

berdiskusi

2. Siswa mendengarkan

pernyataan guru atau

teman

Mendengarkan

penjelasan guru

atau teman

1. Siswa mendengarkan

jawaban atau pendapat

teman

4 Writing

Activities

Mencatat hal-hal

penting dari buku

1. Siswa mencatat hal-

hal dari buku

berdasarkan materi

pembelajaran alat

pencernaan

40

Keterangan :

1. Sangat Baik : Jika melakukan 4 deskriptor.

2. Baik : Jika melakukan 3 deskriptor.

3. Kurang Baik : Jika melakukan 2 deskriptor.

4. Tidak Baik : Jika melakukan 1 deskriptor.

Mencatat hal-hal

penting dalam

diskusi

1. Siswa mencatat hal-hal

penting dari diskusi

kelompok yang dilakukan

2. Siswa membuat laporan

hasil diskusi secara

sederhana

Mengerjakan

tugas/soal

1. Siswa mengerjakan

tugas/soal yang diberikan

guru

Jumlah Skor

41

Tabel 3.2. Lembar Observasi Penilaian Kriteria Bagi Guru Pada

Penggunaan Metode Inkuiri

Berilah tanda ceklis pada kolom yang disediakan!

Indikator Deskriptor Skor

4 3 2 1

A. Membuka

pelajaran

Menarik perhatian siswa

Menjelaskan tujuan

pembelajara

Memberikan motivasi

B. Penggunaan

Waktu dan

Strategi

Pembelajaran

Menyediakan sumber

belajar dan alat bantu

pelajaran

Melaksanakan kegiatan

pembelajaran sesuai dengan

pembelajaran yang berurut

Menggunakan waktu

pembelajaran secara efektif

dan efisien

Menggunakan metode yang

sesuai dengan pelajaran

C. Melibatkan Siswa Memotivasi siswa agar

42

Dalam Proses

Pembelajaran

berpartisipasi dalam

pelajaran

Upaya guru melibatkan

siswa dalam proses

pembelajaran

Mengamati kegiatan siswa

dalam menggunakan alat

peraga dan menyelesaikan

tugas yang diberikan

D. Komunikasi

Dengan Siswa

Pengungkapan pertanyaan

dengan jelas dan tepat

Memberikan respon atas

pertanyaan siswa

Mengembangkan

keberanian siswa dalam

mengungkapkan pendapat

atau komentar

E. Menutup

Pelajaran

Merangkum isi pelajaran

Jumlah Skor = Persentase Kriteria =

43

Keterangan :

1. Sangat Baik : Jika melakukan 4 deskriptor.

2. Baik : Jika melakukan 3 deskriptor.

3. Kurang Baik : Jika melakukan 2 deskriptor.

4. Tidak Baik : Jika melakukan 1 deskriptor.

3.6.2. Angket

Angket tentang aktivitas belajar siswa diberikan setelah pelaksanaan

tindakan dilakukan tiap siklus.

Tabel 3.3. Pedoman Penskoran Aktivitas Belajar Siswa

Nama Siswa :

Kelas :

No

Aspek Yang

Dinilai

Deskriptor

Ceklis

Skala

Penilaian

(√)

Jumlah

1 Pemahaman

Terhadap

Materi Yang

Disampaikan

1.Cepat menangkap materi yang

disampaikan oleh guru.

2.Timbulnya rasa ingin tahu.

3.Tidak perlu dijelaskan berulang-

44

Guru ulang.

4.Adanya rasa penasaran dengan

kelanjutan materi.

2 Kemampuan

Melaksanakan

Pembelajaran

Dengan Baik

1.Dapat menjelaskan pembelajaran

latihan dengan baik.

2.Teknik penyusunan pertanyaan.

3.Pengelolaan kegiatan belajar.

4.Memberikan penghargaan individu

dan kelompok.

3 Keaktifan

Dalam Proses

Pembelajaran

1.Ada respon yang baik kepada guru.

2.Ada umpan balik siswa kepada

guru.

3.Antusias mengikuti proses

pembelajaran dalam kelompok.

4.Motivasi siswa yang tinggi.

4 Kemampuan

Bertanya

1.Berani mengajukan pertanyaan

tentang hal yang belum

dimengerti.

2.Selain bertanya, siswa juga

mendapatkan jawaban yang benar

dari guru.

3.Pertanyaan yang diajukan tidak lari

dari pembahasan.

4.Tidak cepat merasa puas dengan

45

materi yang belum dimengerti.

5 Kesungguhan 1.Mendengarkan dengan baik

penjelasan guru.

2.Memperhatikan Guru.

3.Konsentrasi.

6. Materi

Pembelajaran

1. Siswa bisa membedakan jenis

tumbuhan.

2. Memahami proses fotosintesis.

3. Membedakan tanaman dikotil dan

monokotil.

4. Memahami proses

perkembangbiakan tanaman hijau.

JUMLAH

3.7. Teknik Analisis Data

Data aktivitas belajar siswa diperoleh dari lembar observasi yang terlihat

dari aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran dikelas. Data yang

diperoleh dianalisis secara deskriptif berdasarkan tahap keberhasilan tindakan

yaitu dari frekuensi kemunculan indikator pada lembar observasi.

46

Adapun yang menjadi analisis data aktivitas siswa adalah sebagai berikut:

a. Ketercapaian Aktivitas Siswa Secara Individu

Ketercapaian aktivitas siswa secara individu dapat diketahui dengan

menghitung persentase keberhasilan yang diperoleh setiap individu dari hasil

observasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

PH = B

N x 100

Dimana : PH = persentase aktivitas belajar

B = skor yang di peroleh siswa

N = skor maksimum

Sedangkan skor keaktifan yang di nilai adalah sebagai berikut :

65 – 100 dikatakan aktif

0 – 64 dikatakan tidak aktif

( Purwoko dalam Bronto Suseno, 2006:103)

b. Ketercapaian Aktivitas Siswa Secara Klasikal

Ketercapaian aktivitas siswa secara klasikal dapat diketahui dengan

menghitung persentase keberhasilan klasikal siswa dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

P = 𝑓

𝑛 x 100%

(Sudjana, 2009)

47

Dimana : P = nilai persentase yang diperoleh

f = jumlah siswa yang mengalami perubahan

n = jumlah banyaknya individu

Adapun kriteria penilaian observasi yang digunakan adalah konvensi nilai

angka menjadi huruf yang di taksir secara kualitatif yaitu :

Tabel. 3.4

Konvensi Skala Lima Absolut

No. Persentase Keberhasilan

Tindakan

Taraf

Keberhasilan

Nilai Dengan Huruf

1. 85% - 100% Baik sekali A

2. 75% - 84% Baik B

3. 65% - 74% Cukup C

4. 55% - 64% Kurang D

5. 0% - 54% Tidak Lulus E

48

2. Aktivitas Siswa Untuk Tiap Jenis/Indikator

Jumlah siswa yang dijadikan subjek penelitian sebanyak 22 orang dan setiap

jenis atau indikator aktivitas terdapat 4 deskriptor yang diamati.

Skor maksimal tiap indikator = Jumlah deskriptor x Jumlah siswa

= 4 x 22 = 88

Aktivitas siswa untuk tiap jenis atau indikator dikelompokkan menjadi 4

kategori yaitu : baik sekali, baik, cukup, dan kurang.

Kriteria Aktivitas Belajar Siswa Untuk Tiap Indikator:

Skor 67 ≥ 88 : Aktivitas baik sekali

Skor 43 – 66 : Aktivitas baik

Skor 23 – 44 : Aktivitas cukup

Skor 0 – 22 : Aktivitas kurang

(Dewi,2010)

49

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharmisi Dkk (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi

Aksara.

Rasyid Harun, Mansyur (2008). Penilaian Hasil Belajar. Bandung : CV

WACANA PRIMA.

Ansori Muhammad (2008). Psikologi Pembelajaran. Bandung : CV WACANA

PRIMA.

Sudrajat Ahmad (2011). Pembelajaran Inkuiri.[online]. Tersedia :

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/09/12/pembelajaran- inkuiri/.

[2 Desember 2014].

50

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….......i

DATAR ISI……………………………………………………………………....ii

BAB I .......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah.....................................................................................4

1.3 Pembatasan Masalah ...................................................................................4

1.4 Rumusan Masalah........................................................................................5

1.5 Tujuan Penelitian .........................................................................................5

1.6 Manfaat Penelitian .......................................................................................6

BAB II......................................................................................................................7

KAJIAN PUSTAKA ..............................................................................................7

2.1 Kerangka Teoritis .......................................................................................7

2.1.1 Hakikat Aktivitas Belajar........................................................................7

2.1.1.1 Definisi Aktivitas Belajar......................................................................7

2.1.1.2 Jenis-Jenis Aktivitas Belajar ................................................................8

2.1.1.3 Prinsip – Prinsip Aktivitas Belajar....................................................12

2.1.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar ..................14

2.1.2 Hakikat Pembelajaran Sains ................................................................19

2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran Sains .........................................................19

2.1.3 Metode Pembelajaran Inkuiri...............................................................20

2.1.3.1 Pengertian Metode Inkuiri .................................................................20

2.1.3.2 Ciri-ciri Pembelajaran Inkuiri...........................................................21

2.1.3.3 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inkuiri .............................................22

2.1.3.4 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri........................24

2.1.3.5 Langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran Inkuiri .....................25

2.2 Kerangka Berpikir .....................................................................................27

2.3 Hipotesis Tindakan ...................................................................................28

51

BAB III ..................................................................................................................29

METODE PENELITIAN ...................................................................................29

3.1 Metode Penelitian ......................................................................................29

3.2 Lokasi (Tempat) dan Waktu Penelitian ..................................................30

3.3 Populasi dan Sampel .................................................................................30

3.4 Devinisi Operasional .................................................................................30

3.5. Desain Penelitian ......................................................................................32

3.5.1. Siklus I ....................................................................................................33

3.5.2. Siklus II ..................................................................................................35

3.6 Teknik Pengumpulan Data.......................................................................37

3.6.1. Lembar Observasi .................................................................................37

3.6.2. Angket ....................................................................................................43

3.7. Teknik Analisis Data ................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................49