Proposal Penelitian

45
“ Pelaksanaan Kewajiban Suami-Istri dalam Keluarga Aktivis Jamaah Tabligh di Kec. Pegantenan Kab Pamekasan “ A. Konteks Penelitian Allah SWT menciptakan segala sesuatu yang ada di dalam alam semesta ini berpasang-pasangan, saling melengkapi satu sama lain, saling mengisi, saling mengimbangi, dan saling menyempurnakan. Karena berpasang-pasangan itu jika salah satunya tidak ada, yang lain bakal merasa kehilangan, ketimpangan dan akan memunculkan persoalan-persoalan lain. Siang dan malam merupakan pasangan yang serasi yang memungkinkan terjadinya kehidupan di muka bumi, jika bumi hanya memiliki siang saja, maka kehidupan di bumi ini bakal musnah karena terlalu panas. Permukaan bumi bakal mendidih hanya dalam hitungan beberapa jam saja, sebaliknya jika bumi hanya memiki malam, di bumi pun tidak bakal muncul kehidupan, sebab permukaan bumi bakal membeku dalam hitungan beberapa jam pula. Pergantian siang dan malam itulah yang menyebabkan munculnya mekanisme kehidupan secara sempurna di muka bumi. Allah memperpasangkan siang dan malam d 1 emi terciptanya kehidupan manusia di dalamnya, itulah yang digambarkan Allah dalam firman-Nya dalam Al- Qur’an : 1 Al-Qur’an dan terjemahannya (Madinah:Mujma’ Al-Malik Li Thiba’at Al- Mushaf,1421 H), hlm.,875. 1

Transcript of Proposal Penelitian

Page 1: Proposal Penelitian

“ Pelaksanaan Kewajiban Suami-Istri dalam Keluarga Aktivis Jamaah Tabligh di

Kec. Pegantenan Kab Pamekasan “

A. Konteks Penelitian

Allah SWT menciptakan segala sesuatu yang ada di dalam alam semesta ini

berpasang-pasangan, saling melengkapi satu sama lain, saling mengisi, saling

mengimbangi, dan saling menyempurnakan. Karena berpasang-pasangan itu jika salah

satunya tidak ada, yang lain bakal merasa kehilangan, ketimpangan dan akan

memunculkan persoalan-persoalan lain.

Siang dan malam merupakan pasangan yang serasi yang memungkinkan terjadinya

kehidupan di muka bumi, jika bumi hanya memiliki siang saja, maka kehidupan di bumi

ini bakal musnah karena terlalu panas. Permukaan bumi bakal mendidih hanya dalam

hitungan beberapa jam saja, sebaliknya jika bumi hanya memiki malam, di bumi pun

tidak bakal muncul kehidupan, sebab permukaan bumi bakal membeku dalam hitungan

beberapa jam pula. Pergantian siang dan malam itulah yang menyebabkan munculnya

mekanisme kehidupan secara sempurna di muka bumi. Allah memperpasangkan siang

dan malam d1emi terciptanya kehidupan manusia di dalamnya, itulah yang digambarkan

Allah dalam firman-Nya dalam Al-Qur’an :

Artinya : “ dan pada pergantian malam dan siang, dan hujan yang diturunkan

Allah dari langit lalu dihidupkannya dengan air hujan itu bumi sesudah

matinya; dan paa perkisaran angina terdapat pula tanda-tanda

(Kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal” (Q.S. Al-Jaatsiyah : 05)

Begitu juga dengan kiri dan kanan, pemimpin dan rakyat, ulama’ dan awam dan

seterusnya merupakan pasangan serasi yang diciptakan oleh Allah, semuanya saling

membutuhkan satu sama lain.

Begitu juga Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi ini secara berpasang-

pasangan, baik secara fisik maupun fungsinya. Secara fisikal laki-laki diciptakan untuk

berpasang-pasngan dengan perempuan, begitu juga sebaliknya. Dan secara fungsi

manusia juga membutuhkan pasangan-pasangan dalam skala yang lebih luas di bidang

sosial, politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya.

1 Al-Qur’an dan terjemahannya (Madinah:Mujma’ Al-Malik Li Thiba’at Al-Mushaf,1421 H), hlm.,875.

1

Page 2: Proposal Penelitian

Jika manusia tidak berpasangan, atau memilih pasangan yang lain, maka hasilnya

adalah masalah, baik secara individual ataupun sosial. Hal ini terjadi karena memang

laki-laki dan perempuan di ciptakan bersifat komplementer, saling melengkapi dan

membutuhkan2. Sebagaimana firman Allah :

Artinya : “….dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-

laki dan perempuan….” (Q.S. An-Najm : 45)3

Artinya : “dan kami jadikan kamu berpasang-pasangan” (Q.S. An-Naba’ : 8)4

Siapa saja yag tidak berpasangan, ia menyalahi fitrahnya. Akan muncul kerinduan

yang tidak bisa di bendung, dan jika penyalurannya salah maka akan memunculkan

masalah di kemudian hari.

Bukan hanya dalam skala individual, dalam skala sosial pun mereka yang tidak mau

saling tolong menolong dengan orang lain bakal mengalami maslah juga. Semua itu

karena Allah menciptakan semua mahluk di muka bumi ini termasuk manusia saling

berpasang-pasangan.

Agar bertemunya dua mahluk yang berbeda tersebut menjadi suatu pasangan

yang dapat mendatangkan ketentraman dan kedamaian hidup, maka perlu diatur dan

diikat dalam suatu lembaga yang di hormati dan di taati, yaitu lembaga perkawinan.

Perkawinan yang di syariatkan agama di kuatkan dengan ikrar yang di sebut Ijab

Qabul.5

Dalam Undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan di jelaskan bahwa

“Perkawinan dalah ikatan lahir batin seorang pria dengan seorang wanita sebagai ikatan

suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Katuhanan Yang Maha Esa”.6 Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam

juga di jabarkan tentang perkawinan dalam Bab II yang berbunyi “Perkawinan menurut

hukum islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaaqon gholidhan

untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah”.7

Perkawinan dalam Islam dimaksudkan sebagai pernyataan kebulatan tekad untuk

hidup bersama antara dua insan yang berbeda jenis untuk membangun sebuah rumah

2 Agus Musofa, Poligami yuuk!?. (Surabaya:Padma press,tt), hlm.,27.3 Al-Qur’an dan terjemahannya), hlm.,875.4 Ibid, hlm.,1014.5 Forum Kajian Kitab Kuning (FK-3). Kembang Setaman Perkawinan; Analisis Kritis Kitab ‘Uqud Al

Lujjayn, (Jakarta:Penerbit buku Kompas,2005), hlm.,6. 6 Undang-undang perkawinan (Surabaya:Wipres,2007), hlm.,457.7 Kompilasi Hukum Islam (Jakarta:Trinity,2007), hlm.,7.

2

Page 3: Proposal Penelitian

tangga yang ditegakkan dengan tanggung jawab untuk semata-mata melaksanakan

anjuran Allah. Tujuannya adalah mewujudkan suatu kehidupan yang berbahagia dengan

ridho Allah atas dasar saling asah denga kasih dan sayang. Sebagaimana disebutkan

dalam firman Allah :

Artinya “Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan

menjadikan bagimu dn cucu dan memberimu rezeki dari yang baik-baik.

Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari

nikmat Allah?”. (QS . An-Nahl : 72)8

Setiap pasangan suami istri sesungguhnya ingin membina dan mempertahankan

suasana hubungan rukun, damai dan serasi. Keluarga ”sakinah”. ”Mawaddah” dan

”rahmah” adalah harapan semua orang yang akan dan telah memasuki gerbang

pernikahan.

Kata Sakinah diatas terambil dari kata Sakana yang berarti diam / tenang sesuatu

yang bergejolak. Pengertian ini menunjukkan bahwa kecendrungan dan rasa

ketertarikan sebelum pernikahan yang bergejolak dalam diri seorang perempuan

maupun laki-laki akan menemukan rasa ketenangan dan ketentraman setelah menikah.

Kata Mawaddah yang tersusun dari huruf mim, wawu, dan double dal, maknanya

berkisar pada kelapangan dan kekosongan. Mawaddah adalah kelapangan dada dan

kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Dapat dibayangkan apabila seseorang hidup

dengan tanpa kehendak buruk, maka hidup orang tersebut akan selalu diwarnai denagn

pemikirang yang positif (Positive Tinking). Berpikir positif memotivasi diri untuk selalu

maju dan berprestasi. Dengan begitu Kelurga yang mawaddah berarti keluarga yang

dinamis dan bermotivasi tinggi untuk meningkatkan prestasi.

Sedangkan yang terahir adalah kata Rahmah yang mempunyai makna kondisi

psikologis yang muncul dalam hati akibat menyaksikan ketidakberdayaan. Hal ini akan

mendorong yang bersangkutan untu menolong dan memberdayakannya. Dalam

kehidupan kelurga, masing-masing suami dan istri akan bersungguh-sungguh bahkan

bersusah payah demi kebaikan pasangannya9.

8 Al-Qur’an dan terjemahannya9 Lukman A. Irfan, Nikah; Seri tuntunan praktis ibadah (Yokyakarta : Pustaka Insan Madani, 2007), hlm., 3.

3

Page 4: Proposal Penelitian

Namun tiga Kata di atas (Sakinah, Mawaddah, Rahmah) sangat mudah diucapkan

dan dibayangkan, tapi untuk mencapainya tidak semudah mengucapkannya.

Membangun keluarga sakinah adalah sebuah proses. Keluarga sakinah bukan berarti

keluarga yang tanpa masalah, tapi lebih kepada adanya keterampilan untuk mengola

konflik yang terjadi didalamnya. Usahapun telah dilakukan demi terwujudnya situasi

yang diidam-idamkan meski tanpa rencana, tanpa ilmu dan tanpa pengalaman.

Keinginan dan harapan menjadi keluarga ”sakinah, mawaddah” dan ”rahmah” ini

mendapat legalitas dari ayat-ayat Allah dalam Al-Qur’an:

Artinya : “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan

merasa tentram kepadanya. Dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih

dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat

tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS.Ar-Rum : 21)10

Pada umumnya tujuan dari adanya pernikahan bergantung pada masing-masing

individu yang akan melakukannya, karena lebih bersifat subjektif. Namun demikian,

ada juga tujuan umum yang memang diinginkan oleh semua orang yang akan

melakukan pernikahan, yaitu untuk memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan lahir

batin menuju kebahagiaan dan kesejahteraan dunia ahirat.

Adapun tujuan pernikahan secara rinci dapat dikemukakan sebagai berikut 11:

1. Melaksanakan Libido Seksualitas الوطء تغيد

Semua manusia baik laki-laki maupun perempuan mempunyai insting seks,

hanya kadar dan intensitasnya yang berbeda. Dengan pernikahan, seorang laki-laki

dapat menyalurkan nafsu seksualnya kepada seorang perempuan dengan sah dan begitu

pula sebaliknya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an :

................

Artinya : ”Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam,

Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana

10 Al-qur’an dan Terjemahannya11 Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqih Munakahat 1. (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1999), hlm., 13.

4

Page 5: Proposal Penelitian

saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk

dirimu........... ” (Q.S Al-Baqarah :223)12

2. Memperoleh Keturunan.

Insting untuk mendapatkan keturunan juga dimiliki oleh setiap laki-laki dan

perempuan. Akan tetapi perlu diketahui bhwa, mempunyai anaklah bukanlah suatu

kewajiban melainkan amanat dari Allah SWT. Walaupun dalam kenyataannya ada

seorang yang ditakdirkan untuk tidak mempunyai anak. Allah berfirman :

Artinya : ”Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dia menciptakan apa

yang dia kehendaki. dia memberikan anak-anak perempuan kepada

siapa yang dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada

siapa yang dia kehendaki. Atau dia menganugerahkan kedua jenis

laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan

dia menjadikan mandul siapa yang dia kehendaki. Sesungguhnya dia

Maha mengetahui lagi Maha Kuasa”. (Q.S. Asy-Syuura : 49-50)13

3. Memperoleh Kebahagiaan dan ketentraman السعادة طلب

Dalam kehidupan rumah tangga perlu adanya ketentraman, kebahagiaan, dan

ketenangan lahir batin. Dengan keluarga yang bahagia dan sejahtera akan dapat

mengantarkan pada ketenangan ibadah. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman :

..................

Artinya : ”Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya

dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang

kepadanya..........” (Q.S. Al-A’raf : 189)14

4. Mengikuti Sunnah Nabi النبي السنة إتباع

Rasulullah SAW menyuruh ummatnya utuk mengikuti sunnahnya, termasuk

menikah. Sebagaimana Sabda beliau :

) , انا لكني وقال عليه واثنى الله حمد وسلم عليه الله صلى النبي أن مالك بن انس عن

( , , , , عليه, متفق مني فليس سنتي عن رغب فمن انساء واتزوج وافطر واصوم وانام اصلي

12 Al-Qut’an dan Terjemahannya.13 Ibid.14 Ibid.

5

Page 6: Proposal Penelitian

Artinya : Dari Anas bin Malik. Bahwasanya Nabi SAW, telah memuji Allah dan

menyanjung-Nya dan bersabda ”(tetapi aku shalat dan aku tidur dan

aku berpuasa dan aku berbuka dan aku menikahi perempuan-

perempuan, mala barang siapa tidak suka caraku, bukanlah dari

golonganku)” Muttafa ’alaihi15.

Di dalam Al-qur’an Allah juga melukiskan perkawinan sebagai suatu perjanjian

yang sangat kuat yaitu akad nikah yang merupakan pondasi bagi bangunan hidup

berkeluarga dalam masing-masing anggota rumah tangga saling memikul tugas dan hak

dan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya sehingga keluarga tersebut akan hidup

rukun dan damai dibawah ridho Allah SWT. Oleh karena itu, suami istri dituntut agar

terus menerus berupaya dan berusaha dengan segala upaya demi mewujudkan suatu

rumah tangga dibawah naungan kasih sayang dan saling mencintai dengan tujuan ingin

menegakkan nilai-nilai perkawinan yanng suci dengan melaksanakan kewajiban

keluarga dengan penuh keikhlasan.

Antara suami dan istri mempunyai kewajiban masing-masing yang harus

dilaksanakan, untuk mencapai kebahagiaan dalam keluarga, maka kewajiban-kewajiban

antara kedua belah pihak harus sama-sama di laksanakan. Misalnya seorang suami

wajib melindungi istri dan memberikan nafkah untuk keperluan hidup rumah tangga

suami dengan kemampuannya, dan istri berkewajiban mengatur rumah tangga dengan

sebaik-baiknya.

Kesejahteraan dan kebahagiaan hidup bersama menentukan kesejahteraan dan

kebahagiaan masyarakat. Sebaliknya rusak dan kekacauan hidup bersama yang bernama

keluarga ini akan menimbulkan rusak dan kacaunya bangunan masyarakat, karena

kehidupan dalam sebuah keluarga juga akan menentukan kehidupan dalam masyarakat.

Yang bertanggung jawab secara hukum untuk menyediakan semua perlengkapan

dalam rumah tangga adalah seorang suami, mulai dari pembayaran mahar ketika hendak

menikah sampai pada mempersiapkan peralatan dan kebutuhan dalam rumah tangga,

seperti tempat tidur, perabot dapur dan sebagainya. Semua nafkah istri dan semua anak-

anak adalah tanggung jawab suami, istri dalam hal ini tidak mempunyai tanggung

jawab, sekalipun mahar yanng diterimanya cukup besar, lebih besar dari pada

pembelian alat rumah tangga tersebut.

Siapapun laki-laki yang menikahi seorang perempuan, maka ia merupakan

kepala rumah tangga yang harus bertanggung jawab penuh terhadap keluarganya,

15 A. Hassan, terjemah Bulughul Maram (Bandung: Diponegoro, 2002), hlm., 431. 6

Page 7: Proposal Penelitian

karena laki-laki merupakan pemimpin bagi perempuan, kepemimpinan laki-laki dalam

rumah tangga ini disinggung oleh Allah dalam Al-Qur’an :

Artinya : ”Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena

Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas

sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah

menafkahkan........” (Q.S An-Nisa’ : 34)

Kata ( ل (رجل) ar-rijal dalam ayat tersebut adalah bentuk jama’ dari kata (الرجا

rajul yang biasa diterjemahkan lelaki, walupun al-Qur’an tidak selalu menggunakannya

dalam arti tersebut. Banyak ulama’ yang memahami kata ar-rijal dalam ayat ini sebagai

suami. Fungsi kewajiban masing-masing jenis di singgung oleh ayat ini, serta perbedaan

latar belakang semua itu, disinggung oleh ayat ini dengan menyatakan bahwa para lelaki

atau suami adalah Qawwamun, pemimpin dan penanngung jawab atas perempuan, oleh

karena itu Allah telah melebihkan sebagian atas sebagian yang lain, dan karerna mereka,

yakni laki-laki secara umum atau suami telahmenfkahkan sebagian dari harta mereka

untuk membayar mahr dan biaya hidup untuk istri dan anak-anaknya16.

Islam telah menjadikan kepemimpinan kaum laki-laki di rumah dengan cara-

cara yang demokratis bukan otoriter, berdiri atas dasar kasih sayang dan tukar pendapat,

serta saling membantu di antara pasangan suami istri dan melaksanakan segala aktivitas

atas dasar keadilan.17 Dalam rumah tangga siapapun, laki-laki sebagai pemimpin bagi

keluarganya sendiri, mulai dari keluarga besar sampai pada keluarga yang kecil, dan

tidak menbedakan tempat dimana mereka tinggal, walaupun tempatnya terpencil

sekalipun, begitu juga dengan keluarga Aktivis jama’ah Tabligh yang mana istri dari

aktivis jama’ah tabligh ini sering di tinggal untuk melakukan khuruj. Para aktivis

jama’ah tabligh (JT) sewaktu-waktu harus keluar meninggalkan rumah dengan waktu

yang tidak bisa di tentukan lamanya untuk berdakwah.

Keluar rumah atau yang lebih di kenal dengan khuruj bagi Aktivis Jemaah

Tabligh merupakan sebuah kewajiban tersendiri, bahkan seolah-olah Khuruj ini

termasuk dalam bagian tak terpisahkan dari syariat islam yang murni dan suci.18 Selain

itu, mereka juga berpendapat jika ada diantara jama’ah yang disuruh memilih antara

16 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an. Vol. 2, (Tanggerang: Lentera Hati, 2002), hlm., 424. 17 Abdul Majid Mahmud Mathlub, Panduan Hukum Keluarga Sakinah. (Solo : Era Intermedia, 2005), hlm., 300.18.Abu Salma al-Atsari. Mengenal-tabligh. http://mengenaltabligh.blogspot.com

7

Page 8: Proposal Penelitian

khuruj dan haji, maka mereka lebih memilih dan menyatakan keutamaan khuruj,

sembari menyatakan, ”jika kita berhaji maka pahalanya dan kebaikannya adalah untuk

kita sendiri, namun jika kita melaksanakan khuruj maka pahala dan kebaikannya selain

untuk kita, juga untuk manusia lainnya”. Bahkan mereka lebih memuliakan khuruj

dibandingkan jihad fi sabilillah, sebab menurut mereka khuruj itulah jihad fi sabilillah.19

Lamanya khuruj yang di lakukan oleh Anggota Jemaah Tabligh berbeda-beda,

bagi para pelajar hanya satu hari satu malam atau sampai tiga hari. Sedangkan untuk

orang-orang yang sudah dewasa mulai dari empat puluh hari, satu tahun bahkan seumur

hidup, tergantung bagi mereka yang hendak melakukannya20.

Yang di lakukan para aktivis Jema’ah Tabligh ketika melakukan khuruj adalah

berdakwah kepada umat. Bahkan mereka berdalil tentang disyariatkannya khuruj ini

dengan mimpi pendiri jama’ah tabligh, yakni Maulana Ilyas Al-Kandahlawi yang

bermimpi tentang tafsir Al-Qur’an Surat Ali Imran 110 yang berbunyi :

..........

Artinya : ”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan

beriman kepada Allah...........” (QS. Ali Imran: 110)21

Kata ”ukhrijat” dalam ayat tersebut di tafsirkan dengan makna keluar untuk

mengadakan perjalanan (siyahah). Dan mereka juga berpedoman pada hadist nabi yang

berbunyi “Balligu ‘anni walau aayah…” (Sampaikan dariku walau satu ayat…).

Keluarga yang semestinya mendapatkan perhatian penuh dengan kasih sayang

yang di landasi cinta kasih dari seorang Suami, hanya menjadi bayangan semu bagi

mereka yang mempunya Bapak atau suami sebagai Aktivis Jama’ah Tabligh, kerena

Bapak atau suami mereka harus keluar rumah untuk berdakwah. Maka dari itu dalam

tulisan ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”pelaksanaan

kewajiban suami-Istri dalam keluarga Aktivis Jama’ah Tabligh di Kecamatan

Pegantenan Kabupaten Pamekasan”.

B. Fokus Penelitian

19 Ibid.20 Hasil wawancara dengan salah satu Anggota Aktivis Jama’ah Tabligh, wawancara ini di lakukan melalui media Haendpoon.21 Al-Qur’an dan Terjemahannya.

8

Page 9: Proposal Penelitian

Adapun Fokus Penelitian dalam penulisan ini merupakan tolak ukur untuk

melakukan penelitian lebih mendalam terkait judul di atas. Adapun Penulisan ini

terfokus pada beberapa permasalahan di abawah ini :

1. Bagaimana Pelaksanaan Kewajiban Suami-Istri dalam keluarga Aktivis Jama’ah

Tabligh di Kecamatan Pegantenan Kabupaten Pamekasan ?

2. Bagaimana Respon Istri Aktivis Jama’ah Tabligh pada saat Suaminya

melakukan Khuruj ?

3. Solusi apa yang akan di lakukan dalam Pelaksanaan Kewajiban bagi suami-istri

dalam keluarga Jama’ah Tabligh ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini merupakan gambaran operasionalisasi penelitian masing-

masing masalah sebagaimana dirumuskan dalam fokus penelitian diatas, Adapun

tujuanya adalah :

1. Untuk mendiskripsikan tata cara Pelaksanaan kewajiban Suami-Istri dalam

keluarga Aktivis Jama’ah Tabligh ?

2. Untuk mengetahui respon istri apabila ditinggal suaminya di saat melakukan

khuruj.

3. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan oleh pasangan suami-istri dalam

keluarga Aktivis Jama’ah Tabligh saat melaksanakan masing-masing

kewajibannya.

D. Kegunaan Penelitian

Kegiatan Penelitian ini di harapkan banyak memberikan khzanah keilmuan bagi

semua kalangan, khusunya pihak-pihak terkait yang meliputi antara lain :

1. Penelitian ini sangat diharapkan memberikan wawasan keilmuan bagi penulis

sendiri, hususnya di bidang Al-Akhwal Al-sakhsiyah, fiqih Munakahat, dan lebih

spesifik lagi di bidang pelaksanaan kewajiban suami-istri aktivis Jama’ah

tabligh.

2. Bagi Aktivis Jama’ah tabligh merupakan suatu sumbangan pengetahuan baru,

husunya dalam melaksanakan kewajiban terhadap keluarga yang ditinggalkan

selama melakukan huruj, keluarga merupakan amanat yang harus dijaga dan di

ayomi. Mereka wajib dipenuhi kebutuhannya, bagaimanpun juga tanggung

9

Page 10: Proposal Penelitian

jawab sebagi seorang suami tidak akan pernah hilang jika status perkawinan

masih ada.

3. Bagi instansi STAIN pamekasan, penelitian ini akan menjikan sumabangan

dalam memperkaya wawasan keilmuan, hususnya dalam bidang pelaksanaan

tnggung jawab suami terhadap istri n begitu pula sebaliknya, dan juga penelitian

ini akan menjadi bahan acuan bagi mahasiswa STAIN untuk penelitian

berikutnya.

E. Definisi Istilah

Defisi istilah disini merupakan penegasan istilah beberapa kalimat yang terdapat

pada judul penelitian ini agar tidak terjadi multi tafsir dalam memahaminya.

1. Pelaksanaan

Pelaksanaan ini merupakan praktik atau pengaplikasian secara nyata terhadap

teks yang tersirat dan tersurat dalam sebuah teori.

2. Kewajiban Suami Istri

Kewajiban suami istri adalah kewajiaban kedua belah pihak yang harus di

tunaikan kepada masing-masing pasangannya agar mencapai ketenangan hati,

dan ketentrman sehingga kebahagiaan hidup berumah tangga menjadi sempurna.

3. Keluarga

Keluarga mempunyai beberapa arti diataranya adalah kaum kerabat, sanak

saudara, satuan kekerabatan dasar dalam suatu masyarakat. Keluarga juga bisa di

artikan bagian kecil dari masyarakat besar yang terdiri dari Bapak, ibu, dan

anak-anaknya22.

Keluarga juga bisa diartikan lembaga rumah tangga, dimana laki-laki dan

perempuan bertemu untuk saling melakukan aktivitas bersama. Lembaga ini

adalah perwujudan hak dan kewajiban seseorang.

4. Jama’ah Tabligh

Sekelompok jama’ah yang mempunyai misi untuk berdakwah dengan cara

khuruj (Keluar dari lingkungannya) untuk menyebarkan agama Allah, mereka

berdakwah keluar dari rumahnya meninggalkan keluarga, istri, anak, sanak

famili, dan kerabat yang lain, lamanya khuruj yang dilakukan oleh aktivis

Jama’ah Tabligh berbeda-beda, ada yang khuruj hanya satu minggu, empat

22 M. Dahlan Y al-barry dan L. Lya Sofyan Yaqub. Kamus Induk Istilah Ilmiah, seri intelektual, (Surabaya : Target Press, 2003), hl., 372.

10

Page 11: Proposal Penelitian

puluh hari, setahun dan lain sebagainya, mereka tersebar ke seitap penjuru dunia,

bukan hanya di indonesia saja.

Jadi pengertian terhadap judul ”Pelaksanaan Kewajiban Suami Istri Pada

Keluarga Aktivis Jam’ah Tabligh ” adalah proses penunaian kewajiban suami terhadap

istri dalam keluarga aktivis Jama’ah tabligh, begitu juga sebaliknya. Tata cara

penunaian kewajiban kedua belah pihak yang jarang bertemu karena salah satu pihak

diantara mereka harus meninggalkan rumah dalam waktu yang tidak di ketahui,

khususnya di Kecamatan Pegantenan Kabupaten Pamekasan.

F. Kajian Pustaka

Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua

mahluk-Nya, baik pada manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Ia adalah suatu

cara yang dipilih oleh Allah SWT sebagai jalan bagi mahluk-Nya untuk berkembang

biak, dan melestarikan hidupnya.

Pernikahan akan berperan setelah masing-masing pasangan siap melakukan

peranannya yang positif dalam mewujudkan tujuan dan pernikahn itu sendiri. Allah

SWT berfirman sebagai berikut :

.......

Artinya : ” Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah

menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah

menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah

memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang

banyak............” (Q.S. An-Nisa’ : 1)23

Allah SWT tidak menjadikan manusia seperti mahluk lainnya, yang hidup bebas

mengikuti nalurinya dan berhubungan antara jantan dan betina secara anatgik atau tidak

ada aturan. Akan tetapi, untuk menjaga kehormatan dan martabat manusia, maka Allah

mengadakan aturan sesuai dengan martabat tersebut, yaitu pernikahan.

Untuk bisa melakukan pernikahan Allah SWT melalui Rasulnya telah mengatur

hukum tersendiri dalam pernikahan, diantara hukum-hukum tersebut adalah adanya

akad.dalam pernikahan.

Akad nikah adalah kewajiban perkawianan, sekaligus penerimaan mereka

sebagai suami istri, untuk hidup bersama sebagai pasangan dan mitra berdampingan

yang menyatu dan terhimpun dalam suka dan duka. Oleh karena itu, islam memandang

23 Al-Qur’an dan terjemahannya.11

Page 12: Proposal Penelitian

perkawinan sebagai suatu perjanjian yang kokoh dan kuat (mitsaqan ghalidzan), yang

seharusnya tidak mudah patah dan tidak gampang bubrah (berantakan), bahkan

sebaliknya, ikatan perkawinan seharusnya dapat menumbuhkan rasa tenang dan tentram

(sakinah) dalam kehidupan berkeluarga atau berumah tangga24.

Rumah tangga yang ideal digambarkan oleh Al-Qur’an sebagai rumah tangga

yang dihiasi oleh mawaddah warahmah, saling mengasihi dan saling menyayangi.

Dalam kehidupan keluarga antara suami istri mempunyai peran dan fungsi masing-

masing, keduanya mempunyai tanggung jawab dan kewajiban yang harus dipenuhi,

sehingga mengarungi rumah tangga tidak mudah untuk mengambil keputusan sepihak.

1. KEWAJIBAN SUAMI ISTRI

A. Pengertian Kewajiban Dalam Rumah Tangga

Pada dasarnya sebuah kewajiaban bukan hanya terdapat dalam pernikahan

antara suami dan istri saja, akan tetapi kewajiban juga terdapat dalam beberapa ibadah

yang sudah termaktub dalam Al-Qur’an dan hadits, seperti Shalat, Puasa, Zakat, dan

Haji bagi yang mampu. Kata ”Kewajiban” berasal dari kata wajib yang diberi imbuhan

”ke” dan ”an”, dalam Kamus besar bahasa Indonesia kewajiban adalah sesuatu yang

harus dikerjakan, sesuatu yang harus dilaksanakan, sesuatu yang berkenaan dengan

tugas atau pekerjaan25. Dalam bahasa Arab wajib bersal dari kata وجب. Definisi wajib

menurut berbagai kitab fiqih adalah sebagai berikut :

عقابا ينال تركه واذا ثوابا ينال المكلف فاذافعله

Artinya : “Apabila dikerjakan oleh orang mukallaf26 maka akan mendapatkan

pahala, dan apabila ditinggalkan akan mendapatkan siksa”27.

wajib bisa juga disebut sebagai fardhu, sedangkan fardhu itu sendiri mempunyai

dua bagian, pertama, Fardhu ‘ain ( عين .(فرض Kedua, Fardhu Kifaya ( كفيا .(فرض

Fardhu ‘ain ( عين : adalah (فرض

والصيام كالصالة مكلف كل على فعله الواجب

Artinya : “Sesuatu yang wajib dikerjakan oleh setiap orang mukallaf, seperti

shlat Fardhu, dan Puasa28”.

Adapun Fardhu Kifaya ( كفيا : adakah (فرض

24 FK-3 Kembang staman Perkawinan, hlm., 6.25 Umi Kulsum dan Windy Novia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya : Yashiko Press,2006), hlm., 693. 26 Mukallaf adalah orang islam baik laki-laki maupun perempuan yang sudah Baligh dan berakal (tidak gila).27 Umar Abdul Jabbar, Mubadiul fiqhiyyah ‘ala madzhabi imam as-Syafi’I. Juz 2, (Surabaya : sumber ilmu,tt), hlm., 4.28 Ibid.

12

Page 13: Proposal Penelitian

الجنازة كصالة الباقين عن سقط واحد فعله واذا المكلفين جميع على فعله الواجب

Artinya : “Sesuatu yang wajib dilakukan oleh semua orang Mukallaf, dan

apabila ada salah seorang yang mengerjakan diantara mereka, maka

lepaslah tanggungan orang yang lain seperti shalat Janazah29”.

Sedangkan pengertian wajib dalam Ilmu tauhid adalah sesuatu yang dapat

diterima akal fikiran, seperti adanya Tuhan yang wajib ada, Tuhan wajib mendengar,

melihat, dan lain sebagainya. Pembagian Wajib dalam ilmu tauhidpun dibagi dua

bagian. Pertama. Wajib Nadzhari, yaitu mengambil suatu kesimpulan dengan cara

difikirkan secara baik dan hati-hati terlebih dahulu. Kedua, Wajib Daruri, yaitu

mengambil suatu kesimpulan dengan mudah tanpa harus mengerahkan banyak fikiran,

seperti 1 x 1 = 2, 2 x 2 = 4, dan lain sebagainya30.

Adapun kewajiban suami istri adalah kewajiban bersama yang harus

dilaksanakan dan di hormati oleh masing-masing pasangan agar kewajiban masing-

masing pasangan tersebut bisa ditunaikan, dan tujuan pernikahan yang sudah

ditargetkan al-Qur’an bisa tercapai. Pada dasarnya didalam islam laki-laki dan

perempuan mempunyai derajat yang sama, hal ini di firmankan Allah dalam al-Qur’an :

Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun

perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami

berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya

akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih

baik dari apa yang Telah mereka kerjakan” (Q.S. An-Nahl : 97)31.

Dalam rumah tangga, keluarga ibarat sebuah batu-batu bangunan suatu bangsa,

yang terbentuk dari sekumpulan keluarga dimana satu dengan yang lainnya saling

menopang dan berhungan erat32. Yang menjadikan erat hubungan tersebut adalah akad

yang sudah diikrarkan antara mempelai laki-laki dengan orang tua mempelai perempuan

(peralihan tanggung jawab sekaligus peralihan hukum dari haram menjadi halal),

tanggung jawab dan kewajiban-kewajiban yang dipikul bersama dalam keluarga yang

dibina.

29 Ibid.30 Dja’far Sabran, Risalah Tauhid, (Tanggerang : LekDis Nusantar, 2006), hlm.,5.

31 Al-Qur’an dan terjemahannya.32 Mawardi Noor dkk, Garis-garis Besar Syari’at Islam, (Jakarta : Khairul Bayan, 2002), hlm., 7.

13

Page 14: Proposal Penelitian

B. Kewajiban Suami Terhadap Istri

Suami sebagai pemimpin dalam rumah tangga mempunya beberapa kewajiban

kepada istrinya, kewajiban tersebut merupakan tanggung jawab yang harus di

laksanakan, karena kewajiban suami merupakan hak yang harus didapatkan oleh istri.

Adapun kewajiban suami terhadap istri mencakup keajiban materi berupa kebendaan

dan kewajiban nonmeteri yang bukan berupa kebendaan33.

1. kewajiaban materi berupa kebendaan.

Sesuai dengan pengahasilannya, suami mempunyai kewajiban kepada istri :

a. Memberi Nafkah,

Nafkah berarti mengeluarkan biaya. Ini menjadi kewajiban, karena tiga

hal : karena hubungan keluarga, karena pemilikan (hamba sahaya), dan

karena perkawinan34.

Dalam keluarga, memberikan nafkah kepada istri merupakan kewajiban

pokok suami sebagai kepala rumah tangga. Sedangkan bagi istri, pemberian

itu adalah hak yang mesti diterima.

Secara etimologis Kata nafkah berasal dari kata anfaka انفق , Al-Infaq

, االنفاق yang artinya mengeluarkan. Sedangkan secara terminologis

nafakah adalah memenuhi semua kebutuhan dan keperluan hidup istri

meliputi: makanan, pakaian, tempat tinggal, perabotan, pelayanan, biaya

rumah tangga, termasuk juga biaya pendidikan anak35.

Nafkah wajib dikeluarkan suami untuk istrinya sebagai imbalan atas

kekhususan diri istrinya untuk suami, sesuai dengan hukum akad yang sah.

Di dalam Al-Qur’an Allah berfirman tentang wajibnya memberikan nafkah

dalam beberapa surat, diantaranya adalah :

Artinya : “……dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada

para ibu dengan cara yang makruf……… ” (Al-Baqarah : 233)36

33 Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqih Munakahat 1, hlm., 162.34 A. Mujib Mahalli, Menikahlah, engku menjadi kaya; kado pernikahan untuk pasangan muda, (Yokyakarta : Mitra pustaka, 2003), hlm., 555.35 Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqih Munakahat 1, hlm., 16236 Al-Qur’an dan terjemahannya

14

Page 15: Proposal Penelitian

Artinya : ”Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut

kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah

memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah

kepadanya…….” (Q.S. At-Talaq : 7)37

Rasulullah juga bersabda dalam haditsnya tentang kewajiban

memberikan nafkah kepada keluarga

والتضربوهن تكتسون مما واكسوهن كلون تأ مما اطعموهن

Artinya : “(Wahai kaum lelaki), berilah mereka (kaum perempuam)

makanan sesuai dengan yang kalian makan dan beri mereka

pakaian dari penghasilan yang kalian dapatkan. Kalian jangan

memukul dan menghina mereka”

Kewajiban suami untuk memberi nafkah kepada istrinya juga merupakan

hal yang adil dan masuk akal, karena sang istri menghususkan dirinya untuk

suami serta kehidupan rumah tangganya.

Beberapa ulama’ telah memberikan perincian hal-hal penting yang harus

diberikan sebagai nafkah. Hal-hal tersebut dapat disesuaikan dengan

kebutuhan masa kini agar selaras dengan keadaan negeri dan standar

kehidupan mereka.

Suami wajib menyediakan kebutuhan bagi keluarganya, apabila ia tidak

mampu membelanjai keluarganya atau jika pendapatannya terlalu rendah

untuk memenuhi standar hidup yang layak, istri berkeinginan, maka

keduanya boleh bekerja untuk menambah penghasilan. Walaupun demikian :

1) Suami berhak untuk membatasi dan mengahiri pekerjaan istrinya

bilamana perlu.

2) Suami berhak melarang pekerjaan yang dirasanya akan

menjerumuskan istrinya pada kejahatan, kesesatan, atau penghinaan.

3) Istri berhak berhenti dari pekerjaanya kapan saja.

4) Setiap pendapatan yang diperoleh istri adalah milik keluarga bukan

milik pribadi istri38.

Seorang istri berhak menerima nafkah dari suaminya, apabila memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut :

Dalam ikatan perkawinan yang sah

Menyerahkan dirinya kepada suaminya

37 Ibid.38 A Rahman I Doi, Karakteristik Hukum Islam & Perkawinan. (Jakarta : Sriguting, 1996), hlm., 371.

15

Page 16: Proposal Penelitian

Suaminya dapat menikmati dirinya

Tidak menolak apabila diajak pindah tempat yang dikehendaki

suaminya. Kecuali suami bermaksud merugikan istri dengan

membawa membawanya pindah, atau membahayakan keselamatan

diri dan hartanya.

Kedaunya saling dapat menikmati39.

Suami juga tidak wajib memberikan nafkah kepada istrinya untuk hal-hal

berikut :

Bila dia keluar rumah dan pergi ketempat lain tanpa persetujuan

suami atau tanpa alasan yang dibenarkan agama.

Bila istri bepergian tanpa izin suami.

Bila istri ihram tanpa persetujuan suami.

Bila istri menolak bersetubuh dengan suaminya.

Bila istri dipenjara karena melakukan tindak pidana.

Bila suaminya meninggal dan istrinya menjadi janda. Dan si istri

berhak mewarisi harta peninggalan suaminya sesuai dengan haknya40.

b. Memberikan tempat tinggal.

Selain memberikan nafkah kepada istri dan keluargnya, suami juga wajb

memberikan tempat tinggal yang syar’i (rumah pribadi) untuk istrinya. Allah

berfirman alam Al-Qur’an :

Artinya : “ Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal

menurut kemampuanmu……..” (A-Talaq : 6)41

Suami wajib menyediakan tempat tinggal untuk istrinya baik usia istrinya

masih muda (anak kecil), sudah dewasa, masih memiliki orang tua atau sudah

yatim, kaya atau miskin, butuh dibangunkan rumah atau tidak, durhaka ataupun

tidak durhaka, merdeka ataupun budak42.

Apabila suami belum menyediakan tempat tinggal istrinya, maka hakim

memutuskannya untuk memberikan uang sewa tempat tinggal jika sang istri

memintanya. Hakim aharus memperhatikan ekonomi suami dan harga pasaran

rumah kontrakan43.39 Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqih Munakahat 1, hlm., 166.40 A Rahman I Doi, Karakteristik Hukum Isla, hlm., 370.41 Al-Qur’an dan terjemahannya.42 Abu Abdillah Musthfa bin Al-‘Adawi, Ahkam an Nikah wa Az Zifat terj. Tanya Janya Jawab Masalah Nikah dari A sampai Z. (Jokjakarta : Media Hidayah, 2005), hlm., 188.43 Abdul Majid Mahmud Mathlub, Panduan Hukum Keluarga, hlm., 272.

16

Page 17: Proposal Penelitian

Tempat tinggal yang diberikan suami tidak sesuai denag syari’at bila tidak

mencukupi hal-hal beriku :

1) Sesuai dengan keadaan ekonomi suami, baik rumah tersebut berupa

Villa, rumah susun atau mess.

2) Lengkap dengan perabotan penting yang dibutuhkan keluarga. Hal ini

juga harus memperhatikan ekonomi suami dan status sosialnya.

3) Tempat tinggal tersebut tidak campur dengan keluarga kedua suami istri,

kecuali anak suami yang belum mumayyiz. Hal ini dimaksudkan agar

sang istri mendapatkan kebebasan penuh.

4) Berada dilingkungan keluarga yang baik, sehingga aman dari gangguan

luar terhadap jiwa dan harta benda44.

Jadi, pemberian nafkah dan tempat tinggal, merupakan nafkah yang berbentuk

meteri kebendaan. Termasuk meteri kebendaan lainnya adalah baju atau sering disebut

denga kiswah. Semua itu merupakan kewajiban suami untuk memberikannya kepada

istri demi tercapainya tujuan pernikahan.

2. Kewajiban non materi yang bukan berupa kebendaan

Berdasarkan kewajiban suami terhadap istri yang buka berupa kebendaan antara

lain adalah :

1. Berlaku sopan kepada istri, menghormatinya serta memperlakukannya

dengan baik. Allah SWT berfirman :

Artinya : “……dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian

bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah)

Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah

menjadikan padanya kebaikan yang banyak” (Q.S. An-Nisa’ :

19).

Artinya : “…. dan mereka mempunyai hak yang seimbang dengan

kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi para

44 Ibid.17

Page 18: Proposal Penelitian

suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada

isterinya……” (Q.S. Al-Baqarah : 228)

2. Memberi Perhatian penuh kepada Istri.

Kebahagiaan istri tidak hanya terletak pada pemberian nafkah

yang melimpah, tetapi da hall aim yang lebih penting dalam menciptakan

kebahagiaan dalam rumah tangga, yaitu memberikan perhatian penuh

kepada istri, sehingga komunikasi antara suami dan istri dapat

menambah rasa kasih dan saying sekaligus selalu tercipta keharmonisan

dalam rumah tangga.

3. Setia kepada istri sehingga menjaga kesucian nikah dimana saja berada.

Diantara menjaga kesucian nikah adalah sama-sama menjaga

rahasia suami istri, tidak menceritakan hal-hal buruk yang terjadi dalam

keluarganya kepada orang lain, sehingga antara suami dan istri sama-sam

saling mempercayai satu sama lain. Menyebarkan rahasia menimbulkan

dampak yang sangat negatif bagi pasangan suami istri, dapat

menghancurkan bangunan rumah tangga yang kokoh, lantara suami istri

tidak ada rasa percaya lagi.

4. Berusaha mempertinggi keimanan, ibadah dan kecerdasan hati.

5. Membimbing istri sebaik-baiknya

Suami sebagai kepala rumah tangga harus bisa menuntun istrinya ke

jalan yang lurus. Seorang perempuan ibarat tulang rusuk yang bengko,

sehingga mudah patah, maka untuk meluruskannya dibutuhkan

kesabaran, ketelatenan dari seorang suami.

6. Memberikan kemerdekaan kepada istri untuk berbuat, bergaul ditengah-

tengah masyarakat, Selama tidak melanggar aturan syari’at islam.

7. Memaafkan sekaligus menerima kekurangan istri, karena tidak ada

manusia yang dilahirkan dalam keadaan sempurna, baik secara dhahir

maupun bathin.

8. Tidak memaksa kerja keras dalam urusan rumah tangga, karena kekuatan

tenag perempuan dan laki-laki berbeda, Allah menciptakan perempuan

dalam keadaan lemah lembut, berbeda dengan laki-laki.

9. Melindungi istri dan memberikan keperluan hidup rumah tangga sesuai

dengan kemampuannya.

10. Bersenggama.

18

Page 19: Proposal Penelitian

Bersenggama merupakan nafkah bathin yang harus diberikan oleh

seorang suami. Karena memenui kebutuhan biologis, melindungi dan

membagi kebahagiaan adalah bagian dari kewajiban yang harus

dilaksanakan. Jumhur ulama’ sepakat bahwa bersenggama hukumnya

wajib selama tidak ada udzur syar’i45.

Kompilasi Hukum islam (KHI) menjelaskan secara rinci tentang kewajiban suami

terhadap istri salam pasal 80 sebagai berikut :

1. Suami adalah Pembimbing terdap istri dan rumah tangganya, akan tetapi mengenai urusan hal-hal rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami istri bersama.

2. Suami wajibmelindungi istrinya dan memberikan segla sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuan-nya

3. Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada istrinya dan memberi kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermamfaat bagi agama, nusa, dan bngsa.

4. Sesuai denagn penghasilannya suami menanggung :a. nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri.b. Biaya rumah tangga, biaya pearawatan dan biaya pengobatan bagi istri

dan anakc. Biaya pendidikan bagi anak.

5. kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4) hurus a dan b di atas mulai berlaku sesudah ada tahkim sempurna dari istrinya.

6. Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.

7. Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (5) gugur apabila istri nusyuz46

Pasal 81 KHI menjelaskan tentang tempat kediaman.

1. Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi istri dan anak-anaknya, atau bekas istri yang masih dalam ‘iddah.

2. Tempat kediaman adalah tempat tinggal yng layak untuk istri selama dalam ikatan perkawinan, atau dalam iddah talak atau iddah wafat.

3. Tempat kediaman disediakan untuk melindungi istri dan anak-anaknya dari ganggun pihak lain, sehingga mereka merasa aman dan tenteram. Tempat kediaman juga berfungsi sebagai penyimpanan harta kekayaan. Sebagai tempat menata dan mengatur alat-alat rumah tangga.

4. Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan kemampuannya serta disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya, baik berupa alat perlengkapan rumah tangga maupun sarana penunjang lainnya47.

Perspektif fikih dan KHI diatas tentang kewajiaban suami terhadap istri merupakan

sebuah kewajiban yang harus ditunaikan sesuai dengan aturan yang berlaku, jadi jelas

bahwa suami merupakan pemimpin bagi istri dalam rumah tangga yang diembannya.

45 A. Mujib Mahalli, Menikahlah, engkau menjadi kaya, hlm., 264.46 Kompilasi Hukum Islam, hlm., 28.47 Ibid.

19

Page 20: Proposal Penelitian

C. Kewajiban Istri Terhadap Suami

Di antara beberapa kewajiban istri terhadap suami adalah sebagai berikut :

1. Taat dan patuh kepada suami.

2. Pandai Mengambil hati suami melalui makanan dan minuman

3. Mengatur Rumah Dengan Baik

4. Menghormati Keluarga suami

5. Bersikap sopan, penuh senyum kepada suami

6. Tidak mempersulit suami, dan selalu memberi semangat pada suami

7. Ridha dan bersyukur terhadap pemberian suami

8. Selalu berhemat dan suka menabung

9. Selalu berhias, bersolek untuk atau dihadapan suami

10. jangan selalu cemburu buta.48

Ketaatan seorang istri terhadap suami dimungkinkan sejauh dalam kerangka

ketaatan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Akan tetapi jika suami melakukan kemaksiatan

terhadap Allah dan Rasul-Nya, maka tidak berhak lagi untuk ditaati. Dengan dimikian,

ketaatan seperti ini berlaku juga pada suami terhadap istri. Rasulullah SAW bersabda :

الخالق معصية في لمخلوق الطاعة

Artinya : “Tidak ada ketaatan terhadap seorang manusia untuk melakukan

kemaksiatan kepada Allah”

Seorang muslimah yang salehah adalah yang bersikap baik kepada suaminya dan

selalu mentaatinya setelah ketaatannya kepada Allah dan Rasulullah SAW, wanita

seperti ini pantas untuk dipuji dan menjadikan sebagai wanita ideal yang harus dipilih

oleh lelaki49.

Dalam KHI kewajiban istri disebutkan dalam pasal 83 sebagai berikut :

1. kewajiban utama bagi seorang istri ialah berbakti lahir dan batin kepada suami didalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum islam.

2. Istri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-hari dengan sebaik-baiknya50.

D. Kewajiban Bersama Suami Istri

Dalam keluarga lengkap, pemimpin tertinggi adalah suami istilah

manajemennya dinamakan top manager. Kemudian pemimpin kedua adalah isteri yang

dapat disebut middle manager atau sekaligus lower manager. Dan aplikasinya cukuplah

dengan pembagian tugas. Suami sebagai kepala keluarga (yang memimpin isterinya)

48 Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqih Munakahat 1, hlm., 172.49 Dr. ‘Aidh al-Qarni, Menjadi Wanita Paling Bahagia, (Jakarta : Qisthi Press, 2007), hlm.,95.50 Kompilasi Hukum Islam, hlm., 30.

20

Page 21: Proposal Penelitian

dan isteri sebagai ibu rumah tangga51. Apabila pembagian tugas dalam keluarga tersebut

berjalan dengan baik, hak dan kewajiban masing-masing pasangan terpenuhi, maka

untuk mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, warahmah akan benar-benar tercapai.

Kewajiban bersama antara suami dan istri termaktub dalam firman Allah sebagai

berikut :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai

wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan

mereka Karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang

Telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan

pekerjaan keji yang nyata. dan bergaullah dengan mereka secara

patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka

bersabarlah) Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,

padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak” (Q.S.

An-Nisa’ : 19)52

Ayat tersebut merupakan petunjuk yang bersifat umum dalam pergaulan antara

suami dan istri, agar diantara merka dapat bergaul secara makruh (baik). Pergaulan

tersebut bukan saja meliputi aspek fisik, tetapi juga aspek psikis atau perasaan, dan

aspek ekonomi yang menjadi penyangga tegaknya bahtera rumah tangga53.

Dalam keluarga, banyak sekali kewajiban bersama suami dan istri yang harus

dilaksanakan, antara lain ialah :

1. Hadhanah.

Hadanah adalah mendidik dan Merawat Anak. Yang dimaksud dengan

perkataan ”mendidik” disini ialah menjaga, memimpin dan mengatur segala

hal anak-anak yang belum dapat menjaga dan mengatur dirinya sendiri. Selain

itu, suami dan istri juga bertanggungjawab dalam hal pendidikan anak,

terutama dalam hal agama. Apabila tidak mampu dididik sendiri, maka

51 Arda Dinata, Manajemen Kepemimpinan dalam Rumah Tangga, http://sigitwahyu.net . Diakses tanggal 12 Januari 2010.52 Al-Qur’an dan terjemahannya.53 Ach. Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada,2003), hlm., 182.

21

Page 22: Proposal Penelitian

diserahkan kepada lembaga sekolah ataupun pondok pesantren. Yang jelas,

tanggung jawab pendidikan anak, menjadi tanggung jawab orang tua.

Rasulullah bersabda :

NلO ودP ك OQQلRوSم Oد SQQولO ةU، عSلSى ي Sر RQQطUلفR SوSاُهO ا بS أ SQQف Uه UQQانSدWوSَهO وR ي

S أ

UهU ان Sر WQQصS Oن وR يS UهU أ ان SQQسWجSمO أبي عن البخQQاري ]رواُه... ي

[هريرة

Artinya: “Setiap anak yang lahir dalam keadaan fitrah. Ibu-bapaknyalah yang

menjadikan anak-anak itu menjadi Yahudi atau Nasrani atau

Majusi.” [HR. al-Bukhari dari Abu Hurairah]

Setiap amanah Allah harus dijaga dan dipelihara sedemikian rupa sesuai

dengan ajaran Islam, sebagai sebuah kewajiban kepada kedua orang tua.

Demikian pula terhadap pendidikan anak menjadi tanggung jawab kedua orang

tua, sebagaimana tersirat dalam firman Allah :

Artinya : ”.......dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,

sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil". (Q.S.

Al Isra’ : 24)54

Oleh karena itu, suami dan istri mempunyai kewajiban yang sama dalam

pengasuhan dan pendidikan anak sebagai amanah Allah yang diberikan kepada

mereka berdua. Apabila dua orang bercerai sedangkan keduanya mempunyai

anak yang belum mumayyiz, maka istrilah yang lebih berhak untuk mendidik

dan merawat anak itu hingga ia mengerti akan kemaslahatan dirinya.

2. Saling menutupi kekurangan masing-masing

Suami istri hendaknya saling menutupi kekurangan satu sama lain.

Semua yang menjadi rahasia keduanya, hendaknya saling ditutupi dan digaja.

Tidak boleh menmbicarakan kejelekan suami / istri kepada tetangga ataupun

masyarakat55.

Berdasarkan hadis yang diriwayatkan imam muslim, yang artinya :

54 Al-Qur’an an Terjemahannya.

55 Ahmad Naufa Khoirul Faizun, Hak Dan Kewajiban Suami Dan Istri Dalam Keluarga. http://ahmadnaufa.wordpress.com. Diaksesk tanggal 10 Januari 2011.

22

Page 23: Proposal Penelitian

“ Dari abi sa’id al-Khudri ra., bahwasanya Rasulullah saw bersabda: bahwa

sejelek-jelek tempat manusia dihadapan Allah besok di yaumil qiyamah

adalah suami yang menggauli istrinya dan istrinya pun melayani suaminya

lalu suami tersebut membeberkan rahasia (kejelekan-kejelekan) istrinya.”

(HR Muslim)

3. Saling mencintai, menghormati, setia dan saling Bantu lahir dan bathin satu

sama lain.

4. Memiliki tempat tinggal tetap yang ditentukan kedua belah pihak.

5. Menegakkan rumah tangga.

6. Melakukan musyawarah dalam menyelesaikan problema rumah tangga tanpa

emosi.

7. Menerima kelebihan dan kekurangan pasangan dengan ikhlas.

8. Menghormati keluarga dari kedua belah pihak baik yang tua maupun yang

muda.

9. Saling setia dan pengertian.

10. Tidak menyebarkan rahasia / aib keluarga.

Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) masalah kewajiban suami istri

diatur dalam pasal 77 yang berbunyi sebagai berikut ;

1. Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.

2. Suami Istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain.

3. Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memlihara anak-anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, maupun kecerdasannya dan pendidikan agamanya.

4. Suami istri wajib memlihara kehormatannya.5. Jika suami atau istri melalikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan

gugatan kepada Pengadilan Agama.Dalam pasal 78 KHI juga menjelaskan bahwa :

1. Suami istri harus mempuyai tempat kediaman yang tetap.2. Rumah kediaman yang dimaksud dalam ayat (1), ditentukan oleh suami istri

bersama.

Kedukan suami istri dalam keluarga di jabarkan dalam pasal 79 KHI yang

berbunyi sebagi berikut :

1. Suami adalah kepala keluarga, dan istri ibu rumah tangga.2. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami

dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dengan masyarakat.

23

Page 24: Proposal Penelitian

3. masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum56.

Jadi, dalam kehidupan rumah tangga antara suami dan istri sama-sama

mempunyai kewajiban dan kedudukan yang sama, sehingga bila kewajiban dan

kedudukan itu sama-sama di lakukan, dan dihormati. Maka untuk membentuk keluarga

yang sakinah, mawadah dan warahmah benar-benar akan tercapai dan ini adalah

harapan bersama semua keluarga.

2. JAMA’AH TABLIGH

A. Profil Pendiri Jama’ah Tabligh

Pendiri jama'ah Tabligh ini adalah Muhammad Ilyas al-Kandahlawy lahir pada

tahun 1303 H (1886) di desa Kandahlah di kawasan Muzhafar Nagar, Utara Pradesh,

India. Ayahnya bernama Syaikh Ismail dan Ibunya bernama Shafiyah al-Hafidzah.

Keluarga Maulana Muhammad Ilyas terkenal sebagai gudang ilmu agama dan memiliki

sifat wara'. Saudaranya antara lain Maulana Muhammad yang tertua, dan Maulana

Muhammad Yahya. Sementara Maulana Muhammad Ilyas adalah anak ketiga dari tiga

bersaudara ini.

Maulana Muhammad Ilyas pertama kali belajar agama pada kakeknya Syeikh

Muhammad Yahya, beliau adalah seorang guru agama pada madrasah di kota

kelahirannya. Kakeknya ini adalah seorang penganut madzhab Hanafi dan teman dari

seorang ulama, sekaligus penulis Islam terkenal, Syeikh Abul Hasan Al-Hasani An-

Nadwi yang menjabat sebagai seorang direktur pada lembaga Dar Al-'Ulum di

Lucknow, India. Sedangkan ayahnya, yaitu Syaikh Muhammad Ismail ada1ah seorang

ruhaniawan besar yang suka menjalani hidup dengan ber'uzlah, berkhalwat dan

beribadah, membaca al-Quran dan melayani para musafir yang datang dan pergi serta

mengajarkan a1-Quran dan ilmu-ilmu agama.

Syaikh Muhammad Ismail selalu mengamalkan doa ma'tsur dari Hadits untuk

waktu dan keadaan yang berlainan. Perangainya menyukai kedamaian dan keselamatan

serta bergaul dengan manusia dengan penuh kasih sayang dan kelembutan, tidak

seorang pun meragukan dirinya. Bahkan beliau menjadi tumpuan kepercayaan para

ulama sehingga mampu membimbing berbagai tingkat kaum Muslimin yang terhalang

oleh perselisihan di antara mereka.

Adapun ibunda Muhammad Ilyas, yaitu Shafiyah al-Hafidzah adalah seoarang

hafidzah a1-Quran. Istri kedua dari Syaikh Muhammad Ismail ini selalu

56 Kompilasi Hukum Islam, hlm., 28.24

Page 25: Proposal Penelitian

mengkhatamkan al-Quran, bahkan sambil bekerja pun mulutnya senantiasa bergerak

membaca ayar-ayat al-Quran yang sedang ia hafal.

Maulana Muhammad Ilyas sendiri mulai mengenal pendidikan pada sekolah

Ibtidaiyah (dasar). Sejak saat itulah ia mulai menghafal al-Quran, hal ini disebabkan

pula oleh tradisi yang ada dalam keluarga Syaikh Muhammad Ismail yang kebanyakan

dari mereka adalah hafidzh al-Qur'an.

Pada suatu ketika saudara tengahnya, yakni Maulana Muhammad Yahya pergi

belajar kepada seorang alim besar dan pembaharu yang ternama yakni Syaikh Rasyid

Ahmad al-Gangohi, di desa Gangoh, kawasan Saranpur, Utar Pradesh, India. Maulana

Muhammad Yahya belajar membersihkan diri dan menyerap ilmu dengan bimbingan

Syaikh Rasyid. Hal ini pula yang membuat Maulana Muhammad Ilyas tertarik untuk

belajar pada Syaikh Rasyid sebagaimana kakaknya.

Akhirnya Maulana I1yas memutuskan untuk belajar agama menyertai kakaknya

di Gangoh. Akan tetapi selama tinggal dan belajar di sana, Maulana Ilyas selalu

menderita sakit. Sakit ini ditanggungnya selama bertahun-tahun lamanya, tabib Ustadz

Mahmud Ahmad putra dari Syaikh Gangohi sendiri telah memberikan pengobatan dan

perawatan kepadanya.

Sakit yang dideritanya menyebabkan kegiatan belajarnya menurun, akan tetapi

dia tidak berputus asa. Banyak yang menyarankan agar ia berhenti belajar untuk

sementara waktu, ia menjawab, "Apa gunanya aku hidup jika dalam kebodohan".

Dengan ijin Allah swt., Maulana pun menyelesaikan pelajaran Hadits Syarif, Jami'at

Tirmidzi dan Shahih Bukhari. Kemudian dalam tempo waktu empat bulan dia sudah

menyelesaikan Kutubus Sittah. Tubuhnya yang kurus dan sering terjangkit penyakit

semakin membuatnya bersemangat dalam menuntut ilmu, begitu pula kerisauannya

yang bertambah besar terhadap keadaan umat yang jauh dari syariat Islam.

Ketika Syaikh Gangohi wafat pada tahun 1323 H, Muhammad Ilyas baru

berumur dua puluh lima tahun dan merasa sangat kehilangan guru yang paling

dihormati. Hal ini membuatnya semakin taat beribadah pada Allah. Dia menjadi

pendiam dan hanya mengerjakan ibadah, dzikir, dan banyak mengerjakan amal-amal

infiradi.

Pada sekitar bulan Ju1i 1944 Maulana menderita penyakit yang cukup akut. Dia

hanya bisa berbaring di tempat tidur dengan ditemani para pembantu dan muridnya.

Akhirnya, pada tanggal 13 Ju1i 1944, Maulana telah siap nntuk menempuh

perjalanannya yang terakhir. Ia bertanya kepada salah seorang yang hadir, "Apakah

besok hari Kamis?", yang di sekelilingnya menjawab, "Benar!". Kemudian ia berkata

25

Page 26: Proposal Penelitian

1agi, "Periksalah pakaianku, apakah ada najisnya atau tidak!". Orang-orang yang berada

di sekelilingnya berkata bahwa pakaian yang dikenakannya masih dalam keadaan suci.

Lantas Muhammad Ilyas turun dari dipan untuk berwudlu dan mengerjakan shalat Isya'

dengan berjama'ah. Maulana berpesan kepada orang-orang agar memperbanyak dzikir

dan doa pada malam itu. Dia berkata, "Yang ada di sekelilingku ini pada hari ini

hendaklah menjadi orang-orang yang dapat membedakan antara perbuatan setan dan

perbuatan malaikat Allah". Pada pukul 24.00 Maulana pingsan dan sangat gelisah,

dokter segera dipanggil dan obat pun segera diberikan, kata-kata Allahu Akbar terus

terdengar dari mulutnya. Ketika malam telah menjelang pagi, dia mencari putranya

yang bernama Maulana Muhammad Yusuf dan Maulana Ikromul Hasan. Ketika

dipertemukan dia berkata, "Kemarilah kalian, aku ingin memeluk, tidak ada lagi waktu

setelah ini, sesungguhnya aku akan pergi". Akhirnya Maulana menghembuskan nafas

terakhirnya, dia pulang ke rahmatullah sebelum adzan Subuh.

Dia tidak banyak meninggalkan karya-karya tulisan tentang kerisauannya akan

keadaan umat. Buah pikirannya dituangkan dalam lembar-lembar kertas surat yang

dihimpun oleh Maulana Manzoor Nu'mani dengan judul Aur Un Ki Deeni Dawat yang

ditujukan kepada para ulama dan seluruh umat Islam yang mengambil usaha dakwah

dalam Jama'ah Tabligh. Karyanya yang paling nyata adalah bahwa dia telah

meninggalkan kerisauan dan ide-ide bagi umat Islam hari ini serta metode kerja dakwah

yang telah menyebar ke seluruh pelosok dunia.

B. Latar Belakang Berdirinya Jama’ah Tabligh

Karena semangat yang tinggi untuk memajukan agama, Maulana Ilyas

kemudian mendirikan maktab di Mewat, tetapi kondisi geografis yang agraris

menyebabkan masyarakatnya lebih menyukai anak-anak mereka pergi ke kebun atau ke

sawah dari pada ke madrasah atau maktab untuk belajar agama, membaca atau menulis.

Dengan demikian Maulana Ilyas dengan terpaksa meminta orang Mewat untuk

menyiapkan anak-anak mereka belajar dengan pembiayaan yang ditanggung oleh

Maulana sendiri. Besarnya pengorbanan Maulana untuk memajukan pendidikan agama

bagi masyarakat Mewat tidak mendapatkan perhatian. Bahkan mereka enggan menuntut

ilmu, mereka lebih senang hidup dalam kondisi yang sudah mereka jalani selama

bertahun-tahun turun temurun.

Maulana melihat bahwa kebodohan, kegelapan dan sekularisme yang melanda

negerinya sangat berpengaruh terhadap madrasah-madrasah. Para murid tidak mampu

menjunjung nilai-nilai agama sebagaimana mestinya, sehingga gelombang kebodohan

26

Page 27: Proposal Penelitian

semakin melanda bagaikan gelombang lautan yang melaju deras sampai ratusan mil

membawa mereka hanyut. Namun tetap saja masyarakat masih belum memiliki spirit

keagamaan. Interest mereka tidak terlalu besar untuk mengirimkan anak-anak mereka

untuk belajar ilmu di madrasah. Faktor utama dari semua ini adalah ketidaktahuan

mereka terhadap pentingnya ilmu agama, mereka pun kurang menghargai para alumnus

madrasah yang telah memberikan penerangan dan dakwah. Orang Mewat tidak bersedia

mendengarkan apalagi mengikutinya. Kesimpulannya bahwa madrasah-madrasah yang

ada itu tidak mampu mengubah warna dan gaya hidup masyarakat.

Kondisi Mewat yang sangat miskin pengetahuan itu semakin menambah

kerisauan Maulana Ilyas akan keadaan umat Islam terutama masyarakat Mewat.

Kunjungan-kunjungan diadakan bahkan madrasah-madrasah banyak didirikan, tetapi hal

itu belum bisa menjadi solusi terbaik untuk mengatasi problem yang dihadapi

masyarakat Mewat. Kondisi buruk yang terus berlarut ini akhirnya menjadi inspirasi

bagi Muhammad Ilyas untuk mengirimkan delegasi Jama'ah Dakwah ke Mewat. Pada

tahun 1351 H /1931 M, Maulana menunaikan haji yang ketiga ke tanah suci Makkah.

Kesempatan tersebut ia pergunakan untuk menemui tokoh-tokoh India yang ada di Arab

guna mempromosikan usaha dakwah, dengan harapan agar usaha ini dapat terus

dijalankan di tanah Arab.

Keinginannya yang besar menyebabkan ia berkesempatan menemui Sultan Ibnu

Sa'ud yang menjadi raja tanah Arab untuk mempromosikan usaha dakwah yang

dibawanya. Selama berada di Makkah, Jama'ah ini melakukan banyak aktifitas

pergerakan secara intensif, setiap hari sejak pagi sampai petang, usaha dakwah terus

dilakukan untuk mengajak masyarakat mentaati perintah Allah dan menegakkan

dakwah.

Setelah pulang dari haji tersebut, Maulana mengadakan dua kunjungan ke

Mewat, masing-masing disertai jama'ah dengan jumlah yang cukup besar, minimal

berjumlah seratus orang. Bahkan di beberapa tempat, jumlah itu justru semakin

membengkak. Kunjungan pertama dilakukan selama satu bulan dan kunjungan kedua

dilakukan hanya beberapa hari saja. Dalam kunjungan tersebut dia selalu membentuk

jama'ah-jama'ah yang dikirim ke kampung-kampung untuk berjaulah (berkeliling dari

rumah ke rumah) guna menyampaikan pentingnya agama. Dalam hati Muhammad

memiliki konfidensi penuh bahwa kebodohan, kelalaian serta hilangnya semangat

agama dan jiwa keislaman itulah yang menjadi sumber kerusakan. Adapun satu-satunya

jalan untuk memberantas virus tersebut adalah dengan membujuk masyarakat Mewat

agar keluar dari kampung halamannya guna memperbaiki diri dan memperdalam

27

Page 28: Proposal Penelitian

agama, serta melatih disiplin dalam hal positif sehingga tumbuh kesadaran untuk

mencintai agama lebih daripada dunia dan mementingkan amal dari mal (harta). Dari

Mewat inilah secara berangsur-angsur usaha tabligh meluas ke Delhi, United Province,

Punjab, Khurja, Aligarh, Agra, Bulandshar, Meerut, Panipat, Sonepat, Karnal, Rohtak

dan daerah Iainnya. Begitu juga di bandar-bandar pelabuhan banyak jama'ah yang

tinggal dan terus bergerak menuju tempat-tempat yang ditargetkan seperti halnya daerah

Asia Barat. Setelah jama'ah ini terbentuk, mereka tak lelah memperluas sayap dakwah

dengan membentuk beberapa jaringan di sejumlah negara. Jama'ah ini memiliki misi

ganda yaittl ishlah diri (peningkatan kualitas individu) dan mendakwahkan kebesaran

Allah swt. kepada seluruh umat manusia.

Perkembangan Jama'ah cukup fantastis. Setiap hari banyak jama'ah yang dikirim

ke daerah-daerah yang menjadi target operasi dakwah. Selain itu, masing-masing

anggota jama'ah ada yang kemudian membentuk rombongan baru. Dengan usaha

tersebut, Jama'ah Tabligh ingin mempererat tali silaturrahim antara kaum Muslimin

dengan Muslim yang lain. Gerakan Jama'ah tidak hanya tersebar di India tetapi sedikit

demi sedikit telah menyebar ke berhagai negara.

Muhammad Ilyas tanpa henti terus memberi motivasi dan arahan untuk

menggerakkan mesin dakwah ini agar sampai ke seluruh alam. Ketika usianya sudah

menjelang senja, Maulana terus bersemangat hingga tubuhnya yang kurus tidak mampu

lagi untuk digerakkan ketika ia menderita sakit. Pada hari terakhir dalam sejarah

hidupnya, Maulana mengirim utusan kepada Syaikhul Hadits Maulana Zakariya,

Maulana Abdul Qodir Raipuri, dan Maulana Zafar Ahmad, bahwa ia akan

mengamanahkan kepercayaan sebagai Amir Jama'ah kepada sahahat-sahabatnya seperti

Hafidz Maqhul Hasan, Qozi Dawud, Mulvi Ihtisamul Hasan, Mulvi Muhammad Yusuf,

Mulvi In'amul Hasan dan Mulvi Sayyid Raza Hasan. Pada saat itu terpilihlah Mulvi

Muhammad Yusuf sebagai pengganti Maulana Muhammad Ilyas dalam memimpin

usaha dakwah dan tabligh.

C. Ajaran-Ajaran Jam’ah Tabligh

28

Page 29: Proposal Penelitian

G. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Secara opersional, penelitian ini menggunakan metode panelitian kualitatif,

2. Kehadiran Peneliti

3. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis meneliti di daerah kecamatan Pegantenan

Kabupaten Pamekasan, karena dikecamatan tersebut masyarakat yang menjadi

aktivis Jama’ah Tabligh, sehingga hal ini memudahkan penulis untuk

mengumpulkan data. Penulis ingin mengetahui fenomena yang terjadi pada

keluarga aktivis Jama’ah tabligh dalam melaksanakan kewajiban kepada istri

ataupun suaminya.

4. Sumber Data

5. Prosedur Pengumpulan Data

6. Instrumen Penelitian

7. Analisis Data

8. Pengecekan Keabsahan Temuan

9. Tahap Penelitian

29