Proposal penelitian

45
PROPOSAL PENELITIAN SETUP JAMBU METE SEBAGAI MINUMAN KEMASAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL DALAM RANGKA MENCIPTAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL PENELITIAN DALAM RANGKA GELAR INOVASI SISWA SMA Disusun Oleh: Ana Aminatul Aliyah (9946373435) Maya Masita (9950358598) Deni Rahmat Faisal (9946373403) Guru Pendamping Suhadi, S. Pd 0

Transcript of Proposal penelitian

Page 1: Proposal penelitian

PROPOSAL PENELITIAN

SETUP JAMBU METE SEBAGAI MINUMAN KEMASAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL DALAM RANGKA MENCIPTAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

PENELITIAN DALAM RANGKA GELAR INOVASI SISWA SMA

Disusun Oleh:

Ana Aminatul Aliyah (9946373435)Maya Masita (9950358598)

Deni Rahmat Faisal (9946373403)

Guru Pendamping Suhadi, S. Pd

Drs. Daryoto Eko

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH

0

Page 2: Proposal penelitian

SEPTEMBER, TAHUN 2011

1

Page 3: Proposal penelitian

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL

1.

2

a. Judul Penelitian

Bidang Ilmu Penelitian

SETUP JAMBU METE SEBAGAI MINUMAN KEMASAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL DALAM RANGKA MENCIPTAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONALTerapan

3. Ketua Penelitia. Nama Lengkap dan Gelar b. Jenis Kelaminc. NISNd. Instansi e. J u r u s a n f . A l a m a t

Ana Aminatul Aliyah Perempuan 9946373435SMA N 1 Pamotan Rembang IPADs. Pancur Rt.1/I Kec. Pancur Kab. Rembang Jawa Tengah

4. Jumlah Tim Peneliti 2 Orang5. Lokasi Penelitian DesaPragen Pamotan Rembang Jawa Tengah 6. Waktu Penelitian 1 Bulan (September –November )

7. Biaya yang diperlukana. Sumber dari Sarplas Dikmen Prov. Jawa Tengah b. Sumber Lain, Sebutkan

Jumlah

Rp. 5.500.000,- + Rp. 5.500.000,-(Lima Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)

Pamotan, 30 September 2011

Mengetahui, Ketua Peneliti, Guru Pembimbing

Suhadi, S. Pd. Ana Aminatul Aliyah NIP. 19820403 200903 1 005 NISN: 9946373435

MengetahuiKepala SMA Negeri 1 Pamotan

Dra. Pusmi Indiyati NIP. 19570725 197903 2 004

2

Page 4: Proposal penelitian

SETUP JAMBU METE SEBAGAI MINUMAN KEMASAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL DALAM RANGKA MENCIPTAKAN

KETAHANAN PANGAN NASIONAL

Ana Aminatul Aliyah (9946373435), Maya Masita (9950358598), Deni Rahmat Faisal (9946373403), Suhadi, S. Pd, dan Drs. Daryoto Eko

ABSTRAK

Penelitian ini berangkat bahwa dalam kenyataannya setiap musim panen jambu mete, petani selalu membuang-buang daging buah jambu mete. Dengan demikian penelitian ini mengangkat masalah penting bagaimana daging jambu mete dapat bermanfaat dalam mendukung ketahanan tanaman pangan lokal, pengetahuan lokal, sistem ekonomi, dan kualitas hidup masyarakat Pamotan Rembang Jawa Tengah.

Penelitian ini akan dilakukan dengan pendekatan gabungan (kualitatif dan kuantitatif) ini menggunakan perspektif konflik fungsional dan ekonomi lingkungan.

Kata Kunci: setup jambu mete, minuman kemasan, ketahanan pangan nasional

3

Page 5: Proposal penelitian

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu negara yang berdaulat, salah satu elemen penting yang perlu

dijaga adalah ketersediaan pangan nasional yang cukup. Ketergantungan

pangan nasional hanyalah akan menjadi pencipta suatu kehancuran suatu

negara bangsa. Agar tidak tercipta ketergantungan pangan nasional terhadap

stok pangan dari luar, perlu adanya gerakan kemandirian pangan nasional.

Hal mendasak yang perlu dilakukan diantaranya adalah studi

ketersediaan bahan pangan nasional. Selanjutnya yang dilakukan adalah

melakukan rekayasa bahan pangan nasional menjadi suguhan pangan siap saji.

Dengan demikian, maka akan tercipta diversitas ketahanan pangan

nasional, terciptalah penguatan sistem ekonomi nasional, terciptalah tatanan

kualitas hidup masyarakat nasional, hingga kemudian terciptanya masyarakat

yang adil, makmur, dan sejahtera.

Studi awal diversitas bahan pangan endemik di tiap-tiap daerah perlu

dilakukan. Studi terdahulu yang relevan tentang hasil olahan pada tanaman

pangan endemik juga menjadi hal penting yang tidak dapat ditinggalkan.

Terdapat beragam alasan dan pemilihan salah satu bahan tanaman pangan

untuk diolah menjadi makanan kemasan.

Pemilihan bahan tanaman pangan untuk menjadi makanan

kemasanpun perlu diperhatikan. Beberapa hal diantaranya; ketersediaan bahan

baku di lapangan, kandungan gizi dalam tanaman pangan sesuai standar,

4

Page 6: Proposal penelitian

keunggulan khasiat kandungan dalam tanaman pangan, mampu menghidupkan

kajian relevan dengan kurikulum sekolah di berbagai jenjang, melibatkan dan

memanfaatkan pemilik pengetahun dan ketrampilan lokal sebagai

pengolahnya, ketersediaan teknologi tepat guna, terbukanya peluang pasar

hasil produk olahan, hingga syarat tentang penopang pelestarian jenis varietas

tanaman pangan nasional.

Gambar 1. Harga Domestik Jambu Mete 1990-1996 (dalam mata uang Indonesia - 1 US $ = Rp 2.400).

Sumber: httpwww.fao.orgdocrep005ac451eac451e00.jpg

Berdasarkan kunjungan lapangan pada bulan Juli 2011, kawasan

Rembang memiliki produksi buah jambu mete, tepatnya di daerah kecamatan

Pamotan. Buah jambu mete yang telah menjadi tenaman endemik di kawasan

Pamotan Rembang Jawa Tengah ini, hingga saat ini hanya metenya saja yang

dimanfaatkan untuk memiliki nilai ekonomi tinggi, sedangkan daging buah

jambu mete belum bernilai ekonomi tinggi. Terbukti, pada kunjungan

lapangan pada bulan Agustus hingga November, daging buang jambu mete di

buang di lahan perkebunan. Berangkat dari kondisi lapangan di atas, dalam

studi ini memfokuskan diri pada rekayasa pengolahan daging jambu mete.

5

Page 7: Proposal penelitian

Rekayasa pengolahan daging jambu mete ini kemudian menghasilkan produk

dalam bentuk minuman kemasan, yaitu dalam bentuk minuman setup jambu

mete kemasan.

Tabel. Tabel Produksi Jambu Mete di IndonesiaTahun Luas (Ha) Produksi

(tons)

1978 82 511 8 800

1983 193 583 18 047

1988 253 777 23 305

1993 400 593 69 751

1996 465 758 77 663Sumber: Nogoseno (1997, dalam FAO, 1998)

Dalam studinya Anwar dkk (2006) menemukan bahwa ada

kecenderungan masyarakat pada kawasan perkebunan jambu mete beralih

aktivitasnya dari pertanian ke industri. Padahal jambu mete (Anacardium

occidentale L.) memiliki permintaan tinggi di pasar dunia karena berbagai

aplikasi. Jambu mete shell cair (CNSL) memiliki berbagai macam sifat

biologis (Botany Research International, (2009:253). Kesadaran potensi

produk dan informasi mete antara petani pasar dalam beberapa kawasan dalam

keadaan bermasalah. Dalam jurnal Agricultural and Biological Science

(2008:10), dilaporkan bahwa produksi jambu mete dalam keadaan melimpah,

namun kesadaran potensi produk dan informasi mete antara petani pasar,

lemah.

Dengan demikian langkah studi yang menghasilkan jenis makanan

kemasan jelas dinanti-nantikan. Guna menciptakan keseimbangan akan

kelestarian tanaman pangan lokal, pengetahuan lokal, sistem ekonomi, dan

kualitas hidup masyarakat sekitar.

6

Page 8: Proposal penelitian

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan studi latar belakang di atas, permasalah yang dipilih

dalam penelitian ini yaitu;

1. Bagaimana proses produksi stup jambu mete?

2. Apa saja kandungan gizi dalam setup jambu mete?

3. Bagaimana proses produksi pengemasan setup jambu mete?

4. Bagaimana proses membangun kesadaran potensi produk dan informasi

mete antara petani dan pasar, dalam rangka menciptakan lapangan kerja

berbasis masyarakat sekitar?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu;

1. Menciptakan proses produksi stup jambu mete.

2. Mengetahui kandungan gizi dalam setup jambu mete.

3. Menciptakan minnuman kemasan setup jambu mete.

4. Menciptakan model membangun kesadaran potensi produk dan informasi

mete antara petani dan pasar, dalam rangka menciptakan lapangan kerja

berbasis masyarakat sekitar.

D. Produk Hasil Penelitian

Untuk mewujudkan tujuan penelitian di atas, dalam penelitian ini

menghasilkan produk penelitian sebagai berikut;

1. Laporan penelitian tertulis

2. Produk miniman setup mete kemasan

3. Film dokumenter pembuatan setup mete

7

Page 9: Proposal penelitian

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil penelitian di atas, manfaat

penelitian bagi kelompok akademis dan kelompok masyarakat adalah sebagai

berikut;

1. Kelompok akademis

Untuk kalangan akademis, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan

literatur untuk penyusunan penelitian lanjutan dan penyempurnaan tentang

rekayasa jambu mete, kandungan gizi jambu mete, dan model

pemberdayaan ekonomi pemulia jambu mete dalam rangka menciptakan

diversitas ketahanan pangan nasional berbasis lokal.

2. Kelompok masyarakat

Selanjutnya, untuk kalangan masyarakat, penelitian ini bermanfaat sebagai

media untuk meningkatkan diversitas pengolahan daging jambu mete

sekaligus menciptakan kesejahteraan sosial melalui penciptaan lapangan

kerja berbasis bahan baku lokal.

8

Page 10: Proposal penelitian

BAB II

STUDI PUSTAKA

A. Jambu Mete

1. Mengenal Buah Jambu Mete

Dari asal-usulnya di timur laut Brasil, jambu mete (Yunani:

Anacardium Occidentale) menyebar ke Amerika Selatan dan Tengah. Cerita

singkat, orang India dari Amerika Selatan membawa spesies ini ke Hindia

Barat pada pra-Columbus. Portugis diperkenalkan ke India dan Afrika Timur,

yang kemudian menyebar ke Sri Lanka, Malaysia dan Indonesia. Orang-orang

Spanyol membawa jambu mete ke Filipina pada abad ke-17. Sebagian besar,

jambu mete sekarang dibudidayakan di banyak negara tropis.

Jambu mete tersebar di seluruh Nusantara dengan nama berbeda-beda.

Di sumatera Barat jambu mete dinamai dengan mete jambu erang/jambu

monyet, di Lampung dijuluki gayu, di daerah Jawa Barat dijuluki jambu mede,

di Jawa Tengah dan Jawa Timur diberi nama jambu monyet, di Bali jambu

jipang atau jambu dwipa, dan di Sulawesi Utara disebut buah yaki.

Adapun penyebutan nama jambu mete di dunia, dapat dilihat sebagai

berikut. Kaju untuk di Hindi, jambu mede atau jambu monyet untuk

Indonesia, jambu mede atau jambu monyet untuk Jawa, kasjoe atau mereke

untuk Belanda, Gajus atau jambu monyet untuk Melayu, hingga cay Dieu atau

dao lon panas untuk Vietnam.

9

Page 11: Proposal penelitian

Gambar. Jambu mete dengan varieras warna merahSumber: Menegristek, Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi.

Tanaman jambu mete banyak tumbuh di Jawa Tengah (Jepara,

Wonogiri), Jawa Timur (Bangkalan, Sampang, Sumenep, Pasuruan, dan

Ponorogo), dan di Yogyakarta (Gunung Kidul, Bantul, dan Sleman). Di luar

Pulau Jawa, Jambu mete banyak ditanam di Bali (Karangasem), Sulawesi

Selatan (Kepulauan Pangkajene, Sidenreng, Soppeng, Wajo, Maros, Sinjai,

Bone, dan Barru), Sulawesi Tenggara (Muna). dan NTB (Sumbawa Besar,

Dompu, dan Bima).

Waktu panen bervariasi dari daerah ke daerah, tetapi biasanya

dilakukan pada musim kemarau dari Juli sampai November. Di Sulawesi

Tenggara, bulan panen dari bulan Juli sampai September, sedangkan

orchardists di Barat dan Timur Nusa Tenggara panen tanaman mete mereka

dari September-November. Perbedaan ini terutama karena iklim mikro variasi

antar daerah.

10

Page 12: Proposal penelitian

Gambar. Perempuan desa sedang memanen jambu meteSumber: http://ureport.vivanews.com/news/read/108355-

desa_ilepadung_penghasil_mete_organik

2. Kandungan Gizi Buah Jambu Mete

Tabel. Komposisi buah sernu jambu mete

Sumber: Haendler and Duverneil, 1970 dalam Mulyono dkk (BBP4:660)

11

Page 13: Proposal penelitian

Tabel. Karakter varietas unggul jambu mete

Sumber: Hadad, Usman Daras, dan Agus Wahyudi (2007:04)

12

Page 14: Proposal penelitian

Tabel. Kandungan kimia jambu mete dengan menggunakan pelarut yang berbeda

Sumber: Botany Research International, (2009:254)

3. Manfaat Buah Jambu Mete

Menurut Menegristek, tanaman jambu mete merupakan komoditi

ekspor yang banyak manfaatnya, mulai dari akar, batang, daun, dan buahnya.

Selain itu juga biji mete (kacang mete) dapat digoreng untuk makanan bergizi

tinggi. Buah mete semu dapat diolah menjadi beberapa bentuk olahan seperti

sari buah mete, anggur mete, manisan kering, selai mete, buah kalengan, dan

jem jambu mete. Kulit kayu jambu mete mengandung cairan berwarna coklat.

Apabila terkena udara, cairan tersebut berubah menjadi hitam. Cairan ini dapat

digunakan untuk bahan tinta,bahan pencelup, atau bahan pewarna. Selain itu,

kulit batang pohon jambu mete juga berkhasiat sebagai obat kumur atau obat

sariawan. Batang pohon mete menghasilkan gum atau blendok untuk bahan

13

Page 15: Proposal penelitian

perekat buku. Selain daya rekatnya baik, gum juga berfungsi sebagai anti

gengat yang sering menggerogoti buku. Akar jambu mete berkhasiat sebagai

pencuci perut. Daun Jambu mete yang masih muda dimanfaatkan sebagai

lalap, terutama di daerah Jawa Barat. Daun yang tua dapat digunakan untuk

obat luka bakar.

Selanjutnya menurut Mulyono dkk (BBP4:658) menemukan berbagai

macam teknologi pengolahan yang dihasilkan buah mete jambu mete dapat

menghasilkan berbagai jenis produk olahan. Jenis produk olahan jambu

mete adalah sebagai berikut; sari buah (sari buah jernih, sari buah keruh, sari

buah dengan C02, anggur, cuka makan, jelly, nata de cashew), selai, pasta,

buah kaleng dalam sirup, manisan basah dan kering (candy), acar dan asinan

(pickle), sambal (chutney), lauk pauk (abon), dan pakan ternak.

Tabel. Produk-produk olahan buah semu jambu mete

Sumber: Mulyono dkk (BBP4:660)

14

Page 16: Proposal penelitian

B. Relevansi Penelitian Terdahulu

Dalam studi terdahulu yang dilakukan oleh Zaubin, Suryadi, dan

Yuhono (2004:53) menekankan bahwa permasalahan jambu mete adalah pada

rendahnya pendapatan petani pemulia jambu mete. Dengan rendahnya

pendapatan pemulian jambu mete itu, berdampak pada runtuhnya derajat

budidaya dan diversifikasi produk olahan berbahan dasar jambu mete. Dalam

studi Zaubin, Suryadi, dan Yudono, memberi solusi untuk melakukan upaya

jangka pendek dan upaya jangka panjang.

Upaya jangka pendek mencakup pemeliharaan kebun yang baik agar

produksi dan kualitas gelondong meningkat serta diversifikasi produk baik

diversifikasi horizontal maupun vertikal. Upaya jangka panjang (5–10 tahun)

ditempuh melalui rehabilitasi dan peremajaan kebun-kebun mete. Inovasi

teknologi untuk melaksanakan perbaikan tersebut telah tersedia, namun

sosialisasinya masih menghadapi berbagai kendala. Oleh karena itu,

kemampuan petani perlu ditingkatkan, agroindustri dibenahi agar dapat

menunjang kegiatan produksi, dan pemerintah daerah mengkoordinasi dan

memfasilitasi semua sektor agar agribisnis mete dapat berjalan lebih baik.

Namun studi Zaubin, Suryadi, dan Yudono di atas, belum secara jelas

dan tajam memberikan solusi tentang bagaimana model meningkatkan derajat

pendapatan petani dengan cara diversifikasi produk dan rehabilitasi kebun

jambu mete. Dalam studi Zaubin, Suryadi, dan Yudono ini juga belum

mengusung isu tentang ketahanan pangan nasional dan kearifan lokal dalam

diversitas produk berbahan dasar jambu mete.

15

Page 17: Proposal penelitian

Dalam hal diversifikasi produk berbahan dasar jambu mete, dapat

dilihat studi Hadad, Daras, dan Wahyudi (2007: 18), dimana dalam studi

tersebut telah melangsir beberapa diversifikasi produk berbahan dasar jambu

mete sebagai berikut; Pengolahan Gelondong, Kacang Mete, CNSL (cashew

nut shell liquid), Sirup, Anggur, Abon, Selai, Dodol, Nata de Cashew, dan

Pakan Ternak. Jelas, dalam studi tersebut, belum melangsir diversifikasi

produk dalam bentuk setup jambu mete. Dengan demikian, studi tentang setup

jambu mete ini menjadi studi terkini yang perlu dilakukan.

Studi terkini tentang jambu mete juga relatif banyak menyingkap

tentang bagaimana meningkatkan produktivitas jambu mete. Studi yang

dilakukan oleh Guemaeni (2010:7) berangkat dari produktivitas tanaman

jambu mete yang rendah, antara lain disebabkan karena pengembangannya

menggunakan biji yang berasal dari pohon-pohon dengan potensi genetik

rendah atau bukan unggul. Dalam studi Gusmaeni ini memberi solusi agar

masyarakat Indonesia hendaknya dapat memanfaatkan plasma nutfah jambu

mete yang ada untuk men-dapatkan pohon-pohon dengan potensi produksi

tinggi, dan selanjutnya diperbanyak secara klonal dengan cara penyambungan

(grafting). Namun Gusmaeni terkesan mengesampingkan diversitas produksi

olah jambu mete yang tersedia melimpah ruah. Hal ini dapat dilihat pada tahun

2007, Indonesia telah mencapai 570.409 ha dengan produksi 350 kg

gelondong/ha dan total produksi 146.148 ton gelondong (Ditjenbun, 2008).

Dalam http://www.pdii.lipi.go.id/?p=1145, Selai (jelly) yang terbuat dari

jambu mete, adalah hasil olahan/pengawetan yang mempunyai bentuk/ tekstur

16

Page 18: Proposal penelitian

setengah padat (intermediate moistured food) atau seperti bubur kental.

Penggunaan selai/jelly biasanya dimakan bersama roti. Hasil olahan buah

jambu mete menjadi selai/jelly mempunyai rasa manis dengan aroma serta

citarasa yang hampir sama dengan buah aslinya.

Roti memang makanan pokok masyarakat luar negeri, untuk itulah

produk olahan selai/jelly selalu dibutuhkan dalam jumlah yang besar untuk

memenuhi permintaan pasar luar negeri. Sedangkan permintaan untuk

konsumsi dalam negeri sendiri relatif sedikit. Selai/jelly buah jambu mete

menyerupai bubur kental berwarna jernih/transparan dengan aroma asli buah

jambu mete sangat mengundang selera untuk mencicipinya. Kandungan gizi

dan kalori yang terkandung di dalam buah jambu mete cukup banyak dan

lengkap, Energi (kal), Air, Protein, Lemak, Karbohidrat, Mineral (g), kalsium

(mg), Fosfor (mg), Zat besi (mg), Vitamin A (mcg), Vitamin B (mg), Vitamin

C (mg).

Menurut Kendriyanto (2005) Jambu mete adalah salah satu komoditas

perkebunanan yang memiliki nilai ekonomi cukup besar yaitu menghasilkan

kacang mete dan produk olahan dari buah semu. Di Desa Pelemsengir

Kecamatan Todanan Kabupaten Blora pada tahun 2005 telah dilakukan

kegiatan yang mengkaji alat pengupas kulit ari dan pengolahan buah semu

jambu mete. Produk olah dari buah semu yang dicoba adalah sirup dan dodol

mete, namun hasilnya perlu diperbaiki supaya kualitas lebih baik.

Pemanfaatan briket jambu mete dan tongkol sebagai bahan abakar

alternatif (Sinurat, 2011)

17

Page 19: Proposal penelitian

Dalam studi Sinurat (2011:ii) tentang pemanfaatan briket kulit jambu

mete dan tongkol jagung sebagai bahan bakar alternatif. Dalam studinya

tersebut bertujuan untuk membuat briket kulit jambu mete dan tongkol jagung,

melakukan pengujian proksimasi, menentukan kuat tekan dan kerapatan,

membandingkan briket kulit jambu mete dan tongkol jagung dengan standar

mutu briket yang ada yang meliputi nilai kalor, kadar air, kadar abu, fixed

carbon, volatile matter, kerapatan, dan kuat tekan, dan mengetahui efisiensi

thermal briket kulit jambu mete dan tongkol jagung. Studi Sinurat

menghasilkan bahwa efisiensi tertinggi dan nilai kalor tertinggi diperoleh pada

pembakaran briket kulit jambu mete 100% dengan perekat kanji (tepung

tapioka).

Menurut Pratiwi (2011:v) dalam studinya kajian formulasi dodol

jambu mete rendah tanin, menyimpulkan berdasarkan hasil analisa kimia,

fisik dan sensoris, dodol jambu mete yang dapat diterima oleh konsumen

adalah dodol yang dibuat dengan penambahan bubur jambu mete dan tepung

beras ketan 75% :25%. Dodol tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut

kadar air (17.18%), abu (1,42%), serat kasar (1,05%) yang telah memenuhi

syarat SNI dan vitamin C (0.036%).

Studi yang dilakukan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali,

limbah jambu mete dapat digunakan sebagai pakan ternak. Hasil pengkajian

BPTP Bali menunjukkan, pemberian limbah mete fermentasi pada kambing

dapat meningkatkan bobot badan secara nyata. Penimbangan pertama pada 24

ekor kambing memperoleh bobot awal rata-rata untuk P1: 15,67 kg/ekor dan

18

Page 20: Proposal penelitian

P2: 15,55 kg/ ekor. Setelah diberi pakan limbah 12 minggu (84 hari), bobot

badan rata-rata menjadi 18,49 kg untuk P1 dan 20,56 kg untuk P2. Dengan

demikian pada P1 diperoleh pertambahan bobot badan rata-rata 33,58 g dan

P2 59,65 g/ekor/hari. Hasil analisis ekonomi menunjukkan, pemberian limbah

mete fermentasi dapat meningkatkan keuntungan sebesar Rp31.950 per 12

minggu atau Rp10.650 per bulan untuk setiap ekor anak kambing

dibandingkan dengan pola pemeliharaan tradisional. Analisis tersebut sudah

memperhitungkan biaya bahan baku dan pengolahan.

Upe dan Ishak (1997) juga pernah melakukan studi tentang

pengembangan pemanfaatan dan pengolahan buah semu jambu mete menjadi

selai dan jam di sulawesi tenggara. Dalam studinya tersebut menghasilkan

pembuatan selai didapatkan bahwa perlakuan buah yang dimasak dengan

perbandingan gula dan sari 1:1 menghasilkan selai yang terbaik dengan kadar

pektin 0,505 persen, sedangkan pada pembuatan jam didapatkan bahwa

perlakuan perbandingan gula dengan pulp buah 0,5:1 menghasilkan jam yang

memenuhi SII 0173-78. Pemasakan buah semu jambu mete selama 15 menit

pada suhu lebih kurang 80 derajat C sebelum diolah lebih lanjut dapat

mengekstraksi lebih banyak kadar pektin.

Peneliti yang sama, Upe dan shak (1997), juga melakukan penelitian

tentang bagaimana model pengembangan penghilangan rasa sepet (astringent)

dan rasa gatal (acrid) buah semu jambu mete untuk produk minuman. Tujuan

penelitian untuk mendapatkan perlakuan yang tepat dari metode

penghilangan/pengurangan rasa sepat dan rasa gatal yang terkandung dalam

19

Page 21: Proposal penelitian

buah semu jambu mete. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa perlakuan

buah yang disayat kulitnya dengan lama perendaman 12 jam, sudah

menghasilkan sari buah yang mempunyai nilai rasa sepat, rasa gatal, dan kadar

tanin yang tidak berbeda nyata dengan yang didapat dari perlakuan buah yang

dikupas dengan lama perendaman 18 jam. Sari buah jambu mete yang dikupas

kulitnya mempunyai rasa sepat yang kurang dibanding yang disayat dan

dibelah. Semakin lama buah direndam dalam larutan garam 3 persen, maka

kadar tanin sari buah yang dihasilkan semakin rendah

20

Page 22: Proposal penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini akan lakukan dengan pendekatan metode penelitian

campuran. Penggunaan metode campuran diselaraskan terhadap tipe

pertanyaan dalam penelitian. Utuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana

proses produksi stup jambu mete, dilakukan pendekatan kualitatif dan

literatur. Untuk menjawab pertanyaan tentang apa saja kandungan gizi dan

keungguan stup jambu mete, akan dilakukan pendekatan kuantitatif.

Selanjutnya untuk mengetahui tentang bagaimana menyusun model

pemasaran dalam penciptaan lapangan kerja berbasis masyarakat sekitar,

dilakukan pendekatan studi pustaka.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di kecamatan Pamotan kabupaten

Rembang provinsi Jawa Tengah.

C. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama satu bulan, yaitu bulan September

2011.

D. Sumber Data Penelitian

Penelitian ini akan menggunan dua sumber data penelitian, yaitu data

primer dan data sekunder. Data primer meliputi data tentang model produksi

21

Page 23: Proposal penelitian

stup buah jambu mete, kandungan gizi, dan kandungan standarisasi minuman

kemasan. Selanjutnya data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu model produksi stup buah, keunggulan stup buah, dan model pemasaran

stup buah.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Bagaimana proses produksi stup jambu mete

Untuk menjawab pertanyaan bagaimana proses produksi stup jambu

mete, peneliti akan melakukan hal-hal sebagai berikut;

- Mendatangi masyarakat sekitar apakah telah ada teknik produksi

jambu mete

- Jika ada, teknik prosuksi berbasis lokal itu dijadikan sumber dalam

proses penyusunan produksi stup jambu mete

- Melakukan studi literatur tentang bagaimana memproduksi stup jambu

mete

- Jika ada, teknik produksi berbasis literatur itu dijadikan sumber dalam

proses penyusunan produksi stup jambu mete

- Memadukan teknik masyarakat dan studi literatur tentang produksi

stup buah jambu mete

- Jika masyarakat dan studi literatur tidak ada, maka peneliti melakukan

ujicoba teknik produksi stup buah jambu mete

- Teknik produksi stup buah jambu mete akan dilakukan berulang-ulang

hingga terciptakan suatu hasil stu pyang berkualitas

22

Page 24: Proposal penelitian

2. Apa saja kandungan gizi dan keungguan stup jambu mete

Untuk menjawab pertanyaan tentang apa saja kandungan gizi pada

stup buah jambu mete, peneliti akan membawa stup buah jambu mete ke

laboratorium terpercaya untuk diuji kandungan gizinya. Untuk

mengetahui kandungan gizi secara akurat, akan dilakkan minimal tiga kali

uji laboratorium. Adapun untuk menjawab keunggulan stup buah jambu

mete, peneliti melakukan analisis hasil kandungan gizi terhadap kajian

literatur tentang kegunaan dari tiap-tiap elemen yang dimiliki pada stup

buah jambu mete. Jika perlu, akan dilakukan uji laboratorium tentang

standarisasi SNI minuman kemasan.

3. Bagaimana model pemasaran dalam penciptaan lapangan kerja berbasis

masyarakat sekitar

Dalam menciptakan model pemasaran produk stup buah jambu

mete, peneliti akan menggunakan suatu model pemasaran berdasar kajian

literatur. Model pemasaran yang bersumber dari kajian literatur itu

kemudian diadaptaasikan dengan potensi dan kelemahan dari masyarakat

lokal, sehingga tercipta suatu model pemasaran berbasis penciptaan

lapangan kerja penduduk lokal.

F. Penentuan Sampel, Populasi, dan Informan Penelitian

Berdasarkan data yang digunakan dalam menjawab pertanyaan di

atas, berikut ini penjelasan tentang penggunaan sample, populasi dan informan

dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini yaitu varietas buah jambu mete

23

Page 25: Proposal penelitian

sejumlah sembilan buah. Adapun sembilan buah ini akan diambil sebanyak

sembilan pohon yang ada pada habibat pohon jambu mete di lokasi terpilih.

Tiap-tiap buah jambu mete akan dikemas menjadi satu gelas stup buah jambu

mete. Dengan demikian terdapat sembilan gelas stup jambu mete. adapun

informan dalam penelitian ini yaitu beberapa anggota masyarakat sekitar

lokasi yang terdapat kebun jambu mete.

G. Teknik Analisi Data

1. Bagaimana proses produksi stup jambu mete

2. Apa saja kandungan gizi dan keungguan stup jambu mete

3. Bagaimana model pemasaran dalam penciptaan lapangan kerja berbasis

masyarakat sekitar

Teknik analisis data pada penelitian melalui delapan langkah. Adapun

delapan langkah dalam teknik analisis data eksplanatoris yaitu sebagai berikut:

1) pengumpulan data; 2) reduksi data; 3) peragaan data/ visualisasi data; 4)

transformasi data; 5) perbandingan data; 6) interpretasi data; 7) legitimasi; dan

8) pengampilan kesimpulan atau laporan akhir.

24

Page 26: Proposal penelitian

Interpretasi dataLegitimasi

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Peragaan Data

Transformasi data

Perbandingan Data

Pengambilan simpulan/ Pelaporan akhir

Gambar. Alur Teknik Analisis Data Campuran

25

Page 27: Proposal penelitian

;

Sumber: Diadaptasikan dari Miles dan Huberman, 2007; Onwuegbuzie dan Teddie, 2010; Tashakkory dan Teddlie, 2010 dengan modivikasi seperlunya.

Berikut ini merupakan definisi operasional dari delapan tahapan dalam

teknik analisis data eksplanatoris dari penelitian ini.

1) Tahap pengumpulan data yaitu mengumpulkan data dari lapangan dengan

teknik wawancara, observasi, serta studi arsip dan dokumen.

2) Tahap reduksi data yaitu mengolah data dengan cara memilah-milah,

membuang data sampah, dan menambah yang perlu.

3) Tahap peragaan data/ visualisasi data yaitu meragakan data kualitatif

menjadi matriks, bahan, grafis, jarigan, daftar, rubrik, diagram venn, dan

tabel.

4) Tahap transformasi data yaitu mengkualifikasikan dan atau

mengkuantifikasikan data.

5) Tahap perbandingan data yaitu memperbandingkan data dari sumber-

sumber daya yang berbeda.

6) Tahap interpretasi data yaitu memaknai data menurut peneliti

7) Tahap legitimasi yaitu melakukan penguatan validitas data dengan

pendekatan deskripsi teoritik dan data lapangan.

8) Tahap pengampilan simpulan atau laporan akhir yaitu menjawab

pertanyaan penelitian dan memberikan rekomendasi dalam bentuk

26

Page 28: Proposal penelitian

pelaporan akhir penelitian.

H. Desain Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu; tahap pra

penelitian, tahap proses penelitian, dan tahap pasca penelitian. Melakukan studi

literatur pendahuluan, studi pendahuluan lapangan yang digunakan dalam

menyusun proposal penelitian, dan melengkapi berbagai surat perijinan

merupakan beberapa kegiatan dalam pra penelitian. Selanjutnya peneliti terjun ke

lapangan mengumpulkan data penelitian, uji laboratorium, mereduksi data,

visualisasi data, analisis data, pelengkapan data lapangan, analisis data penelitian,

hingga penyusunan simpulan dalam peneltian, merupakan kegiatan dalam proses

penelitian. Tahap terakhir yaitu melakukan penyunan laporan, penjilidan,

penggandaan hasil penelitian, hingga publikasi dari hasil penelitian.

Berdasarkan sistemasika penyusunan laporan penelitian, penelitian ini

terdiri dari lima bab. Bab satu memuat tentang pendahuluan penelitian. Bab dua

memuat tentang kajian pustaka penelitian. Bab tiga memuat tentang metode

penelitian. Bab empat memuat tentang hasil penelitian dan pembahasan. Hingga

bab lima memuat tentang simpulan dan rekomendasi yang dianggap penting pasca

penelitian.

27

Page 29: Proposal penelitian

BAB IV

28

Page 30: Proposal penelitian

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Agbongiarhuoyi Anthony E., Aigbekaen E.O.1 and Akinbile L.A. 2008.

Awareness Of Cashew Products Potentials And Market Information Among

Farmers In Kogi State, Nigeria. ARPN Journal of Agricultural and

Biological Science. VOL. 3, NO. 4, JULY 2008 ISSN 1990-6145.

Anwar; Dipokusumo, Bambang ; Nurjannah, Siti. 2006. Studi Transformasi

Pertanian Kearah Industri Pada Kawasan Perkebunan Jambu Mete Di

Propinsi Nusa Tenggara Barat : Kasus Rumahtangga Petani Lahan

Kering : Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Tanpa tahun. Pakan Ternak dari

Limbah Jambu Mete. Dalam http://www.smallcrab.com/others/425-pakan-

ternak-dari-limbah-jambu-mete. diunduh pada tanggal 03 November 2011.

Budi Utami. Pengetahuan Umum dan Peraturan Kemasan. Balai Besar Kimia dan

Kemasan. Dalam http://www.bbik-litbang.or.id. Diunduh pada tanggal 08

November 2011.

Cara pembuatan setup buah rempah. Dalam http://anekakuliner.com/tag/cara-

pembuatan-setup-buah. diunduh pada tanggal 08 November 2011.

Deptan. 2009. Standar Prosedur Operasional Pengolahan Mangga. Direktorat

Pengolahan Hasil Pertanian. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Pertanian. Jakarta.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2008. Statistik Perkebunan Indonesia 2007-2008.

Jambu Mete. Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Jakarta.

Edy Mulyono, Abubakar dan Djajeng Sumangat. Teknologi Inovatif Pengolanan

Buah Semu Jambu Mete untuk Mendukung Agrolndustri. Dalam Prosiding

Seminar Nasional Teknologi lnovatif Pascapanen untuk Pengembangan

Industri Berbasis Pertanian. Balai Besar Penelitian dun Pengembangan

Pascapanen Pertanian. Hal: 658

29

Page 31: Proposal penelitian

Elna Karmawati. 2008. Perkembangan Jambu Mete dan Strategi Pengendalian

Hama Utamanya. Jurnal Perspektif Vol. 7 No. 2 / Desember 2008. Hlm 102

- 111. ISSN: 1412-8004. 102.

Gusmaini. 2010. Peningkatan Produktivitas Jambu Mete Melalui Teknologi

Penyambungan (Grafting) dan Rejuvenasi Tanaman Jambu Mete. Jurnal

Perkembangan Teknologi TRO 22 (1) Juni 2010 Hlm. 7-17. ISSN 1829-

62897.

Hadad, Usman Daras, dan Agus Wahyudi. 2007. Teknologi Unggulan Jambu

Mete Perbenihan dan Budidaya Pendukung Varietas Unggul. Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Perkebunan.

Julianti, Elisa. 2006. Teknologi Pengemasan. Departemen Teknologi Pertanian.

Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara

Kendriyanto, Dwi Nugraheni, Antonius Priyanto. 2005. Kajian Diversifikasi

Produk Olahan Jambu Mete. Dalam

http://jateng.litbang.deptan.go.id/eng/index.php?

option=com_content&view=article&id=117&Itemid=42. Diunduh pada tanggal

03 November 2011.

Menegristek. Tanpa Tahun. Jambu Mete ( Anacardium Occidentale L. ) TTG

Budidaya Pertanian. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan

dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Minas K. Papademetriou; Edward M. 1998. Integrated Production Practices of

Cashew in Asia. Food and Agriculture Organization of The United Nations

Regional Office For Asia and The Pacific Bangkok, Thailand

Mustofa, Akhmad. 2011. Studi Tentang Aktivitas Zymomonas Mobilis Pada

Produksi Etanol Dari Buah Semu Jambu Mete (Anacardium Occidentale)

Dengan Variasi Sumber Nitrogen. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Pengemasan. Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Pengemasan. diunduh pada tanggal

09 November 2011.

30

Page 32: Proposal penelitian

Pratiwi, Niken 2011. Kajian Formulasi Dodol Jambu Mete (Anacardium

Occidentale.L) Rendah Tanin. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Robber Zaubin, Rudi Suryadi, dan Y.T. Yuhono. 2004. Diversifikasi Produk dan

Rehabilitasi Perkebunan Jambu Mete Untuk Meningkatkan Pendapatan

Petani. Dalam Jurnal Litbang Pertanian, 23(2), 2004.

Sinurat, Erikson. 2011. Studi Pemanfaatan Briket Kulit Jambu Mete Dan Tongkol

Jagung Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Skripsi. Unhas.

Tutuk Budiati. 1990. Isolasi, Identifikasi dan Konversi Asam Anakardat dari

Minyak Kulit Biji Jambu Mete (Anacardium occidentale L.). Dalam Sri

Sugati Sjamsuhidajat, dkk. 1992. Penelitian Tanaman Obat di Beberapa

Perguruan Tinggi di Indonesia IV. Jakarta. Pusat Penelitian Dan

Pengembangan Farmasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Departemen Kesehatan RI.

Upe, Ishak Ambo. 1997. Pengembangan Pemanfaatan Dan Pengolahan Buah

Semu Jambu Mete Menjadi Selai Dan Jam Di Sulawesi Tenggara. Balai

Industri Ujung Pandang

Upe, Ishak Ambo. 1991. Pengembangan Penghilangan Rasa Sepet (astringent)

Dan Rasa Gatal (acrid) Buah Semu Jambu Mete Untuk Produk Minuman.

Balai Industri Ujung Pandang.

V. Rajesh Kannan, C.S. Sumathi, V. Balasubramanian and N. Ramesh. 2009.

Elementary Chemical Profiling and Antifungal Properties of Cashew

(Anacardium occidentale L.) Nuts. Jurnal Botany Research International 2

(4): 253-257, 2009. ISSN 1995-8951.

31