Proposal Penelitian

download Proposal Penelitian

If you can't read please download the document

description

salam sobat semua...kali ini penulis akan menerbitkan karya temen kita asal bogor fakultas ushuluddin jurusan tafsir hadist...perlu sobat semua ketahui bahwa proposal ini telah mendapat legitimasi untuk diseminarkan oleh K.H.Ghozi Mubarok, M.A. namun bila sobat berminat hendak menyempurnakan penelitian ini atau hanya untuk sekedar menjadikan referensi makalah tugas penulis telah merekomendasikan pengutipannya....thank dah kunjungi blog ini...

Transcript of Proposal Penelitian

PROPOSAL PENELITIAN Nama NIMKO Fakultas Jurusan Prgm. Studi Angkatan Judul : Cecep Syukria : 2005.4.037.0130.1.0056 : Usshuluddin : Tafsir Hadist : Strata 1 (S1) : 2005 :

KAJIAN TEMATIK TENTANG TUJUAN AYAT-AYAT AL-AMTSAAL AL-KAAMINAH DALAM AL-QUR'AN PROPOSAL PENELITIAN A. Latar Belakang Masalah. Al-Quran Al-Karim diturunkan bagi umat manusia tidak hanya berisi perintah, ajakan, peristiwa sejarah (kisah-kisah para Nabi, sahabat dan lain-lain) tetapi juga di dalamnya terdapat sisi sastra yang amat menakjubkan salah satunya amtsaal (perumpamaaan-perumpamaan) yang dalam ilmu bayan lebih dikenal dengan tasybiih. Secara khusus imam Al-Mawardi mengupas amtsaal ini (dalam Al-Suyuthi, tt:386) beliau menyebutkan dalam ayat Al-Qur'an dan Al-Hadits yang menjadi pijakan keberadaan amtsaal, seperti berikut: Al-Ankabut ayat 43:

"Dan perumpamaan-perumpamaan ini kami buatkan untuk manusia dan tiaada memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu" Dalam surat Az-Zumar ayat 27:

"Sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia, dalam AlQur'an ini, setiap macam perumpamaan supaya mereka mendapat pelajaran" Dan hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh imam Baihaqi dari Abu Hurairah:

: 1

: . Diriwayatkan oleh Baihaqi dari Abu Hurairah Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Al-Qur'an itu turun dengan menggunakan lima sisi; halal, haram, muhkam, mutasyaabih, dan amtsaal. Kerjakanlah kehalalannya; tinggalkan keharamannya; ikutilah muhkamnnya; imanilah mutasyaabihnya; ambilah pelajaran dari amtsaalnya". Amtsaal dalam Al-Quran memiliki tiga pola, di antara contohcontohnya sebagai berikut: Dalam surat Al-Baqarah ayat 17-20 [Al-Amtsaal Al-Mushorohah atau Al-Qiyaasiyyah];

( (71) 81) (91) ( )20Artinya: Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar). Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati, dan Allah meliputi orang orang yang kafir. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka,

mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka, sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu (Q.S Al-Baqarah:17-20). Dalam surat Al-Isra ayat 29 [Al-Amtsaal Al-Kaaminah];

)29( Artinya: Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal (Q.S Al-Isra:29). Dalam surat An-Najm ayat 58 [Al-Amtsaal Al-Mursalah];

)58 ( Artinya: tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain allah (Q.S An-Najm:58) . Meskipun pada pola ketiga ini para ulama berbeda pandangan seperti Al-Suyuthi dan Al-Zarkasyi (Anwar, 2005:107), sebagian mengatakan pola ini bukanlah amtsaal, dan sebagian lain berpendapat bahwa pola ketiga ini termasuk amtsaal [al-amtsaal al-mursalah]. Kemudian Al-Mawardi menegaskan kembali tetang urgensi amtsaal ini, sebagaimana diungkapkan Al-Suyuthi (tt:343) dalam kitab Al-Itqoon Fii Uluum Al-Qur'an:

: . : : Menurut Al-Mawardi ilmu yang paling agung tentang Al-Qur'an adalah mengetahui perumpamaanperumpamaannya, sedangkan orang-orang banyak melalaikannya karena mereka sibuk dengan perumpamaan3

perumpamaan dan mereka melalaikan hal-hal yang diumpamakan. Sedangkan perumpamaan tanpa yang diumpamakan sepeti seekor kuda tanpa kendali dan unta tanpa tali kekang. Adapun segolongan lain mengatakan: imam Syafi'i telah mengnganggapnya sebagai sesuatu yang wajib diketahui oleh seorang mujtahid mengetahuinya di antara ilmu-ilmu Al-Qur'an, termasuk di dalamnya ilmu tentang amtsaal yang menunjukan ketaatan kepada-Nya, yang menjelaskan cara menjauhkan maksiat dari-Nya. Dalam Al-Qur'an, sejumlah ayat berbicara khusus tentang amtsaal , menurut Shalih dalam kitabnya Al-Tartiib Wa Al-Bayaan An Tafshiili AAyil Al-Quraan jumlahnya mencapai 677 ayat, yang tersebar di 65 surat dan terbagi ke dalam pola amtsaal Al-Qur'an secara umum. Yang mana dalam setiap suratnya memiliki poin pembahasan tersendiri. Selain di surat-surat yang disebutkan Shalih ini, secara khusus Suyuthi (tt:387-388) menambahkan ayat-ayat amtsaal ini [Al-Amtsaal Al-Kaaminah] di 12 Surat sebanyak 17 ayat, Makkiyah sebanyak 10 surat 13 ayat, dan Madaniyah sebanyak 2 surat 4 ayat yaitu: Al-Baqarah (ayat 68 dan 260), Surat An-Nisa (ayat 100 dan 123), Surat Al-Araf (ayat 163), Surat At-Taubah (ayat47 dan 74 ), Surat Yunus (ayat 39), Surat Yusuf (ayat 64), Surat Al-Isra (ayat 29 dan 110), Surat Maryam (ayat 75), Surat Hajj (ayat 4), Surat Al-Furqon (ayat 42 dan 67), Surat Al-Ahkof (ayat 11), dan Surat Nuh (ayat 27). Dari keseluruhan ayat-ayat amtsaal yang telah penulis kemukakan, maka penulis kian tertarik untuk melakukan penelitian khususnya tentang Al-Amtsaal Al-Kaaminah (perumpamaan terselubung). Karena dalam hal ini Allah SWT tidak secara tersurat menggambarkan perumpamaan-perumpamaan namun di balik ini semua pasti ada tujuan khusus yang dituju. Inilah inti permasalahan yang ingin penulis ungkap dari penelitian tentang Al-Amtsaal Al-Kaaminah tersebut. A. Rumusan Masalah. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah di atas, penulis membatasi fokus penelitian ini pada dua hal yang selanjutnya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, sebagai berikut: 1. Apa tujuan Al-Amtsaal Al-Kaaminah dalam Al-Quran? 2. Bagaimana interpretasi ayat-ayat Al-Amtsaal Al-Kaaminah dalam

Al-Qur'an? C. Alasan Memilih Judul. Ada dua alasan mengapa penulis memilih judul ini: 1. Alasan Objektif. a. Al-Amtsaal Al-Kaaminah dalam Al-Qur'an ini mengandung tujuan tersirat yang tidak banyak dibahas langsung dalam AlQur'an. b. Al-Amtsaal Al-Kaaminah dalam Al-Qur'an ini mengandung banyak interpretasi sebagaimana yang telah tercantum dalam AlQur'an. 2. Alasan Subjektif. a. Al-Amtsaal Al-Kaaminah dalam Al-Qur'an adalah hal yang menarik untuk dijadikan sebagai penelitian. b. Masalah dalam tulisan ini sesuai dengan bidang yang ditekuni oleh penulis yaitu fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir Hadits. D. Tujuan Penelitian. Pada dasarnya, tujuan penelitian adalah rumusan singkat dalam menjawab masalah penelitian (Kaelan, 2005:234). Oleh karena itu, secara umum tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui dan mendeskripsikan tujuan tersirat yang terkandung dalam kumpulan ayat-ayat al-amtsaal al-kaaminah dalam Al-Quran. Dengan rumusan singkat sebagai berikut: 1.Untuk mengetahui tujuan Al-Amtsaal Al-Kaaminah dalam AlQuran. 2.Ingin Mendeskripsikan interpretasi ayat-ayat Al-Amtsaal AlKaaminah dalam Al-Quran. E. Kegunaan Penelitian. Kaelan (2005:235) menyatakan bahwa suatu penelitian harus memiliki nilai guna baik secara praktis maupun akademis. Berikut kegunaan dari penelitian ini: 1. Secara Akademis: Sebagai bahan informasi pendahuluan yang penting bagi penelitian-penelitian serupa yang lebih intensif di masa akan datang, atau sebagai bahan informasi pembanding bagi penelitian lama yang serupa namun berbeda sudut pandang. Serta berfungsi juga sebagai tambahan literatur di Perpustakaan IDIA, berkenaan dengan kajian tafsir. 2. Secara Praktis: Mengkaji secara tematik tujuan ayat-ayat Al-Amtsaal Al5

Kaaminah dalam Al-Qur'an, dengan harapan mampu menumbuhkan kesanggupan rohaniah dalam menghayati seluruh perumpamanperumpamaan (amtsaal) kehidupan dan tata nilai islami yang berlaku dalam syari'ah, sebagai salah satu fungsi keimanan. F. Definisi Istilah a. Tematik Tematik (maudlu'i) adalah salah satu metode penafsiran AlQur'an yang akhir-akhir ini lebih sering digunakan oleh beberapa mufassir kontemporer. Menurut Shaleh (2007:55) dalam disertasinya "Metodologi Tafsir Al-Qur'an Kontemporer Dalam Pandangan Fazlul Rahman" mengatakan: metode tematik adalah metode penasiran AlQur'an dengan menghimpun ayat-ayat Al-Qur'an yang mempunyai maksud yang sama dalam arti yang sama membicarakan satu topik masalah dan menyusunnya berdasarkan kronologi serta sebab turunnya ayat-ayat tersebut. Kemudian si penafsir mulai memberikan keterangan dan mengambil kesimpulan. Menurut Muslim (1989:15) dalam bukunya Mabaahits Fii AlTafsir Al-Maudluu'i secara etimologi maudluui (tafsir tematik) adalah:

... .Tematik secara etimologi adalah diderivasikan dari al-wad'u (meletakan), atau memposisikan sesuatu pada posisinya, baik hal itu bermakna turun dan rendah ataupun berarti melemparkan dan menancapkan sesuatu pada satu tempatmakna ini yang menjadi perhatian dalam tafsir tematik, karena para mufassir terikat oleh satu topik tertentu dia tidak dapat melebihi batasan ke dalam makna lain hingga dia menyelesaikan penafsiran topik tersebut. Sedangkan secara terminologi tafsir tematik menurut Muslim (1410:15) memiliki banyak makna di antaranya:

. .. Tematik adalah penjelasan hal yang terkait dengan topik dari seluruh topik-topik kehidupan yang bersifat epistimologi, sosiologi atau kosmologi, melalui aspek Qur'aniyah guna memunculkan teori Al-Qur'an beserta tujuannya. Dikatakan juga tematik adalah ilmu yang membahas indikasi [dalil-dalil] Al-Qur'an yang memiliki satu makna dan tujuan dengan cara menghimpun ayat-ayat AlQur'an yang bevariasi, menelitinya dengan kondisi serta syarat-syarat khusus untuk menjelaskan makna ayat-ayat tersebut, kemudian menampilkan unsur-unsurnya dan menyimpulkannya dengan kesimpulan yang komprehensif. Dan definisi terakhir ini (menurut saya) adalah yang lebih kuat. Al-Farmawy (Syafi'i, 2006:293) mendefinisikannya sebagai berikut:

7

. Tafsir tematik adalah menghimpun ayat-ayat AlQuran yang memiliki orientasi sama dalam satu topik tertentu dan mengurutkannya sesuai sebab turunnya jika memungkinkan ada kronologinya (asbaab al-nuzuul) ayat tersebut, kemudian menjelaskan, menguraikan serta mnyimpulkan hakikat ayat-ayat tersebut dari berbagai sisi sesuai dengan kemampuan ilmu yang dimiliki peneliti. Yang pada gilirannya peneliti akan mengetahui tujuan ayat-ayat tersebut dengan mudah dan menyeluruh, serta mampu menangkap makna tersirat dan terselubungya. Definisi operasional tematik yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah salah satu bentuk kajian metode penafsiran AlQuran dengan cara menentukan satu topik kemudian menghimpun ayat-ayat yang memiliki korelasi dengan topik sentral tersebut dan menyusunnya sesuai kronologi dan asbaab al-nuzuul, untuk kemudian diambil kesimpulannya. b. Amtsaal Amtsaal secara etimologi jamak dari matsal atau mitsil yang memiliki banyak makna, menurut Al-Jurbu (1414:18) dalam disertasi doktoralnya "Al-Amtsaal Al-Qur'aaniyah Al-Qiyaasiyyah AlMadlruubah Li Al-Rukni Al-Awwal Min Arkaan Al-Iimaan Al-Sittah "Al-Iimaan Bi Allah" mendefinisikannya ke dalam beberapa makna berikut:

.... : " lafadz ini diambil dari al-tamatsul artinya membacakan syair". Kemudian makna kedua yang beliau kutip dari kamus Lisan Al-Arab adalah:

""

"Lafadz mitsil atau matsal berarti sifat sesuatu" (AlJurbu, 1414:22). Menurut Abdul Rahman Bin Hasan AlMaidani (dalam Al-Jurbu, 1414:24) mengatakan:

: "" "" . : "Para peneliti kontemporer menetapkan bahwa makna "kebahasaan" arti lafadz matsal atau mitsl jika disertai huruf kaf al-tasybiih (metafor) maka interpretasi makna keduanya yang lebih dekat adalah sifat.

() () . : : . : Makna ketiga menurut Al-Jurbu (1414:31): lafadz matsal maknanya al-mitsl berarti perbandingan. Makna tersebut terdapat dibeberapa kamus dan kitab-kitab tafsir atau bahasa; akar al-matsal dalam perkataan Arab al-mitsl maknanya perbandingan (persamaan), bisa dikatakan matsal, mitsl atau matsil seperti syabah, syibh atau syabiih. Sedangkan menurut Manna Qathhan (1973:282) dalam kitabnya Mabahis Ulum Al-Qur'an mendefinisikan amtsaal sebagai berikut:

, : : , ( ) . 9

"Amtsaal adalah bentuk jamak dari kata mitsl (perumpamaan) atau matsal (serupa) atau mitsil dan matsiil, sama halnya dengan kata syabah atau syabiih. Sedangkan amtsaal dalam bahasa sastra adalah suatu ungkapan yang dihikayatkan dan sudah populer dengan maksud menyerupakan keadaan yang terdapat dalam perkataan itu dengan keadaan sesuatu yang karenanya perkataan itu diucapkan. Maksudnya, menyerupakan sesuatu (seseorang atau keadaan) dengan apa yang terkandung dalam perkataan. Misalnya, ( betapa banyak lemparan panah yang mengena tanpa sengaja). Artinya, banyak pemanah yang mengenai sasaraan itu dilakukan pemanah yang biasanya yang tidak tepat lemparannya." Karena itu dalam ilmu balagah, pembahasan yang sama ini lebih dikenal dengan istilah tasybiih, bukan amtsaal. Menurut Asy'ari (2006:44) dalam bukunya Buku Ajar Ulum Al-Qur'an mendefinisikan amtsaal sebagai berikut: a. Penyerupaan sesuatu terhadap sesuatu yang lain b. Kondisi atau kisah yang menakjubkan, seperti dalam firman Allah surat Muhammad ayat 15. Definisi amtsaal secara terminologi memang memiliki banyak redaksi, Rasyid Ridha (dalam Anwar, 2005:92) mendefinisikannya sebagai kalimat yang digunakan untuk memberi kesan dan mengerakan hati nurani. Bila didengar terus, pengaruhnya akan menyentuh lubuk hati yang paling dalam. Sedangkan menurut Bakar Ismail (dalam Anwar, 2005:92) mengatakan amtsaal Al-Qur'an adalah mengumpamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, baik dengan jalan isti'aarah, kinaayah, atau tasybiih. Menurut Asy'ari (2006:44) secara terminologi amtsaal didefinisikan sebagai berikut: Pertama, menurut pakar kesusasteraan Arab, amtsaal adalah "ungkapan tentang sesuatu yang menyerupai yang lain yang antara keduanya terdapat kemiripan sehingga satu sama lainnya saling memperjelas dan mempersepsikan". Kedua, menurut pakar balagah, amtsaal adalah "kiasan multiple yang memiliki korelasi, kemiripan, dan penggunaan kiasan ini dikenal luas oleh publik.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud amtsaal adalah perumpamaan yang ada dalam Al-Quran yang dibuat oleh Allah SWT agar umat manusia dapat memahami makna abstrak yang terkandung dalam ayat-ayat amtsaal (Al-Quran) itu sendiri. c. Al-Amtsaal Al-Kaaminah Yang dimaksud dengan Al-Amtsaal Al-Kaaminah adalah perumpamaan-perumpamaan yang secara tersurat tidak dinyatakan oleh Al-Qur'an sebagai amtsaal terhadap suatu peristiwa yang terjadi, tetapi kandungan maknanya yang tersirat memberikan indikasi makna yang mirip dengan perumpamaan Arab yang dikenal luas di kalangan mereka (Asy'ari, 2006:51). Qathan (1973:285) mendefinisikan Al-Amtsaal Al-Kaaminah sebagai berikut:

, . "Yaitu matsal yang di dalamnya tidak disebutkan dengan jelas lafadz tamsil tetapi ia menunjukkan maknamakna yang indah, menarik dalam kepadatan redaksinya dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya." Dalam hal ini, definisi operasional yang peneliti maksud dengan Al-Amtsaal Al-Kaaminah (perumpamaan terselubung) adalah perumpamaan yang disampaikan oleh Allah SWT tanpa menggunakan lafadz (amtsaal) perumpamaan, guna menampakan hal yang abstrak dengan bahasa yang indah dan singkat, yang mampu memberikan efek bagi jiwa yang mendengarnya. Dengan kata lain Al-Amtsaal AlKaaminah yaitu ungkapan yang sama sekali tidak memperlihatkan kata matsal atau yang lain, namun menunjukkan pesan matsal dan metafor (majaaz). d. Jumlah Ayat-Ayat Al-Amtsal Dalam penelitian ini, yang dimaksud jumlah ayat al-amtsaal adalah jumlah seluruh ayat-ayat al-amtsaal [termasuk ke dalam tiga pola amtsaal] dalam Al-Quran yang secara umum, amtsaal dalam Al-Qur'an menurut Shalih (2007:76-82) ada sebanyak 677 ayat di 65 surat yang secara langsung berbicara tentang amtsaal (perumpamaan). Semuanya11

itu terbagi dalam dua kategori surat Makkiyah sebanyak 49 surat dan 557 ayat, sedangkan Madaniyah sebanyak 14 surat dan 120 ayat, yaitu: dalam surat-surat Makkiyah; Surat An-Nisaa (ayat 10, 51, 52, 53, 54, 55, 95, 96, 153 dan 154), Surat Al-Anam (ayat 5, 6, 10, 11, 24, 37, 38, 43, 44, 45, 50,132, 133, 134, 147, 148, 149 dan 150), Surat Al-'Araf (ayat 4, 5, 56, 57, 58,175, 176, 177 dan 185), Surat Yunus (ayat 13, 14, 22, 23, 24, 101, 102, dan 103), Surat Huud (ayat 24, 96, 97, 98, 99, 100, 101, 102, 103, 110, dan 111), Surat Yusuf (ayat 105, 106, 107, 108, 109, dan 110), Surat Ibrahim (ayat 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 25, dan 26), Surat Al-Hijr (ayat 10, 11, 12, dan 13), Surat An-Nahl (ayat 26, 33, 34, 35, 36, 38, 62, 65, 75, 76, 79, 112, dan 113), Surat AlIsra' (ayat 11, 12, 16, 17, 58, 59, 99, 101, 102, 103, dan 104), Surat AlKahfi (ayat 3233), Surat Maryam (ayat 39 dan 75), Surat Thoha (ayat 23 dan 40), Surat Al-Anbiya (ayat 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 46, 50, dan 51), Surat Al-Furqon (ayat 20, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, dan 46), Surat Asy-Syuara (ayat 7, 8, dan 9), Surat AnNaml (ayat 67 dan 70), Surat Al-Qoshos (ayat 57, 58, 59, 60, 61, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, dan 84), Surat Al-Ankabut (ayat 19, 20, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 64, 65, dan 67), Surat Rum (ayat 7, 8, 9, 10, 28, 29, 42, 47, 50, dan 51), Surat Lukman (ayat 20, 27, 28, 29, 30, 31, dan 32), Surat As-Sajadah (ayat 18, 26, dan 27), Surat Saba (ayat 9, 15,16, 17, 18, 19, 20, 21, 34, 35, 36, 37, 38, dan 45), Surat Fathir (ayat 4, 9, 12, 19, 20, 21, 22, 25, 26, 27, 28, 42, 43, dan 44), Surat Yasin (ayat 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, dan 83), Surat AsShofat (ayat 69, 70, 71, 72, 73, dan 74), Surat Shaad (ayat 1, 2, 3, 12, 13, 14, 15, dan 28), Surat Az-Zumr (ayat 9, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, dan 29), Surat Al-Mumin (ayat 5, 6, 21, 22, 56, 57, 58, 78, 82, 83, 84, dan 85), Surat Fushilat (ayat 13, 14, 15, 16, 17, 18, 40, dan 45), Surat Az-Zukhruf (ayat 6, 7, 8, 11, 23, 24, dan 25), Surat Ad-Dukhon (ayat 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, dan 29), Surat Al-Jatsiyah (ayat 21, 22, dan 23), Surat Al-Ahkof (ayat26, 27, 28, 33, dan 34), Surat Qoof (ayat 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 36, 37, dan 38), Surat AdzDzariat (ayat 20, 21, 22, 23, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 52, 53, 54, dan 55), Surat Al-Qomar (ayat 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, dan 46), Surat Al-Mulk (ayat 18, 19, 20, 21, dan 22), Surat Qalam (ayat 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, d an 41), Surat Haqqoh

(ayat 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, dan 12), Surat Nuh (ayat 16, 17, 18, 19, dan 20), Surat Muzammil (ayat 15, 16, dan 17), Surat An-Naziat (ayat 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, dan 37), Surat Abasa (ayat 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, dan 32), Surat Al-Buruj (ayat 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, dan 20), Surat Ath-Thoriq (ayat 5, 6, 7, 8, 9, dan 10), Surat Al-Ghosyiah (ayat 17, 18, 19, 20, dan 21), Surat al-Fajr (ayat 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, dan 14), Surat Asy-Syams (ayat 11, 12, 13, 14, dan 15), Surat Al-Fiil (ayat 1, 2, 3, 4, dan 5). Sedangkan dalam surat-surat Madaniyah yaitu Surat AlBaqarah (ayat 17, 18, 19, 20, 26, 56, 66,67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 171,174, 204, 205, 206, 207, 214, 243, 246, 247, 248, 249, 250, 251, 252, 253, 254, 255, 256, 257, 258, 259, 260, 261, 262, 264, 265, dan 266), Surat Ali Imran (ayat 10, 11, 12, 13, 23, 116, 117, 138, 139, 146, 147, 148, 163, dan 164), Surat Al-Anfal (ayat 20, 21, 22, 23, 47, 50, 51, 52, 53, dan 54), Surat At-Taubah (ayat 69 dan 70), Surat Ar-Ra'du (ayat 14, 16, 17, 19, 32, 33, 34, 35, 41, dan 42), Surat Al-Haj (ayat 5, 6, 7, 18, 31, 42, 45, 46, 47, 48, 63, 64, 65, 73, dan 74), Surat An-Nur (ayat 34, 35, 36, 37, 38, 39, dan 40), Surat Muhammad (ayat 1, 2, 3, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 36, 37, dan 38), Surat Al-Hadid (ayat 20), Surat Al-Hasyr (ayat 13, 14, 15, 16, 17, 20, dan 21), Surat Al-Mumtahanah (ayat 3, 4, 5, 6, dan 7), Surat Al-Jumu'ah (ayat 5), Surat At-Taghobun (ayat 5 dan 6), Surat Ath-Tholaq (ayat 9 dan 10), Surat At-Tahrim (ayat 10, 11, dan 12). Sedangkan Jafar Bin Syamsuddin Al-Khilafah (dalam Suyuthi, tt:388) menyebutkan contoh Al-Amtsaal Al-Mursalah di surat-surat berikut; Surat An-Najm (ayat 57), Surat Ali Imran (ayat 92), Surat Yusuf (ayat 51dan 41), Surat Yaasin (ayat 78), Surat Al-Hajj (ayat 10 dan 73), Surat Huud (ayat 81), Surat Saba (ayat 13 dan 54), Surat Al-Anam (ayat 67), Surat Fathir (ayat 14 dan 43), Surat Al-Isra (ayat 84), Surat Al-Baqarah (ayat 216, 249, dan 286), Surat Al-Mudatsir (ayat 38), Surat Al-Maidah (ayat 99 dan 100), Surat Ar-Rahman (ayat 60), Surat Yunus (ayat 91), Surat Ar-Ruum (ayat 32 dan 41), Surat Al-Anfal (ayat 23), Surat As-Shafaat (ayat 61), Surat Shad (ayat 24), dan Surat Al-Hasyr (ayat 2 dan 14). G. Kajian Pustaka. Sejauh pengamatan penulis belum ditemukan adanya studi yang secara spesifik dan komprehensif mengkaji tujuan ayat-ayat AlAmtsaal Al-Kaaminah dalam Al-Qur'an. Sejumlah tulisan yang memuat topik ini membahas dalam wacana yang lebih luas. Secara13

umum, amtsaal dalam Al-Qur'an menurut Shalih (2007:76-82) ada sebanyak 677 ayat di 65 surat yang secara langsung berbicara tentang amtsaal (perumpamaan). Semuanya itu terbagi dalam dua kategori surat Makkiyah sebanyak 49 surat dan 557 ayat, sedangkan Madaniyah sebanyak 14 surat dan 120 ayat, lebih spesifik lagi tentang Al-Amtsaal Al-Kaaminah ada sebanyak 12 surat 17 ayat, Makkiyah sebanyak 10 surat 13 ayat, dan Madaniyah sebanyak 2 surat 4 ayat (Suyuthi, tt:385-386). Amtsaal Al-Quran merupakan satu sisi sastra yang ada di dalam Al-Quran itu sendiri yang memiliki berbagai keistimewaan. Seiring hal tersebut di atas maka tak heran jika orang Arab dan bangsa-bangsa lain di dunia umumnya dalam berkomunikasi sesama mereka mengunakan amtsaal terlebih lagi Allah SWT yang memang pakar pencipta salah satu mukjizat Al-Quran itu sendiri. Kesimpulannya, baik manusia sebagai makhluk, maupun Tuhan sebagai khalik, Kedua-duanya memakai amtsaal dalam berkomunikasi; namun, amtsaal yang digunakan keduanya pasti memiliki banyak perbedaaan (Baidan, 2005:248). Jika ditinjau dari sisi dakwah sebenarnya amtsaal memiliki peran yang amat penting. Dalam hal ini banyak para ulama ulum AlQuran mengatakan bahwa amtsaal sebagai media dakwah akan lebih mengena pada objeknya, lebih mantap dalam menyampaikan nasihat dan lebih kuat pengaruhnya (Anwar, 2005:113). Di sisi lain, banyak aspek ajaran Islam yang bersifat abstrak yang tidak logis, seperti gambaran pahala sedekah seseorang yang akan hilang jika disertai sifat riya. Akan tetapi setelah gambaran ini diformalisasikan dalam bentuk perumpamaan, yakni sirnanya tanah di atas batu akibat hujan yang menimpanya (surat Al-Baqarah ayat 264), maka gambaran itu menjadi lebih mudah dipahami (Anwar, 2005:113114) Penelitian tentang amtsaal ini sudah pernah dilakukan oleh Al-Jurbu dalam disertasi doktoralnya di bidang akidah pada fakultas Dakwah dan Usshuluddin Universitas Islam Nabawiyyah Madinah (07/07/1414 H). Judul disertasinya Al-amtsaal Al-Qur'aaniyyah AlQiyaasiyyah Al-Madlruubah Li Ar-Rukni Al-Awwal Min Arkaan AlIimaan Al-Sittah Al-Iimaan Bi Allah. Penelitian memfokuskan objek pada urgensi al-amtsaal almushorohah atau al-amtsaal al-qiyaasiyyah sebagai salah satu objek yang diteliti dalam Al-Quran kaitannya dengan rukun iman yang

pertama. Dia mengemukakan bahwa:

... : . karena secara umum amtsaal Al-Quran sangat urgen sekali, khususnya pada sisi keyakinan (keimanan). (AlJurbu, 1414:1). Lebih lanjut lagi beliau mengungkapkan bahwa:

. - ... . . Adapun amtsaal Al-Quran Allah SWT memperinci ayat-ayatnya sebagai argumentasi, itibar, nasihat dan lainnya. Demikian itu Allah SWT-jelaskan-setelah Dia membuat perumpamaan sebagai penjelasan tentang kondisi dunia beserta isinya...Allah SWT juga telah membuat amtsaal Al-Quran sebagai penjelasan bahwa amtsaal mencakup seluruh perumpamaan kebenaran yang dibutuhkkan oleh umat manusia, sehingga jalan kebenaran menjadi jelas olehnya, umat manusia hanya tinggal mentafakurinya dan merenungkannya. (Al-Jurbu, 1414:3). Dalam mengumpulkan data penelitiannya, peneliti menggunakan metode analisis terperinci (al-manhaaj al-tafshiili altahliili). Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan dua metode, metode global (al-thoriiqoh al-mujmalah), dan metode terperinci (althoriiqoh al-mufasholah). Dari hasil penelitian ini terungkap bahwa, penelitian ini lebih memfokuskan pada aspek al-amtsaal al-qiyaasiyyah, meskipun ini15

memiliki penyempitan objek hanya pada satu pola amtsaal, namun dengan kata lain belum menyentuh pola amtsaal yang kedua. Yaitu Al-Amtsaal Al-Kaaminah (perumpamaan terselubung), lebih dari itu masih pada tahap pembahasan satu sisi amtsaal kaitannya dengan rukun iman pertama iman kepada Allah SWT. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, peneliti akan mengkaji secara khusus ayat-ayat Al-Amtsaal Al-Kaaminah dalam AlQur'an, lebih spesifik lagi tujuan tersirat yang ada dalam ayat-ayat tersebut. Selanjutnya, peneliti akan meneruskan kajian pada interpretasi ayat-ayat Al-Amtsaal Al-Kaaminah secara mauduui (tematik). H. Metode Kajian a. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena mengingat objek studi beserta sifat masalahnya tergolong pada riset kepustakaan (library reserch), dan kajiannya disajikan secara deskriptif dan analisis. b. Sumber Data Adapun data-data yang menyangkut ayat-ayat Al-Amtsaal AlKaaminah dalam Al-Qur'an, ditelusuri sebagai sumber data primernya adalah Al-Quran dan kitab-kitab tafsir. Sementara data yang berkaitan dengan data analisis (data sekunder) dilacak dari literatur atau hasil penelitian terkait, di antaranya: Al-Amtsaal Fii Al-Quraan (1986) karya Ibnu Qayyim Aj-Jauziyyah, Fashl Maqool Fii Syarh Kitaab Al-Amtsaal (1971) karya Abu 'Abid Al-Bakry, AlAmtsaal Min Al-Kitaab Wa Al-Sunnah (1985) karya Al-Hakim AtTirmidzi, Mabahits Fii Al-Tafsiir Al-Maudluu'i (1989) karya Musthafa Muslim, Al-Burhaan Fii Uluum Al-Qur'aan (1391) karya Abdullah Al-Zarkasy, Al-Itqoon Fii Uluum Al-Qur'aan (Tt) karya Jalaluddin As-Suyuthi, Mabaahits Fii Uluum Al-Qur'aan (1393) karya Manna Al-Qotton, Tafsiir Ibnu Katsiir (1999) karya Abu AlFida Isma'il Bin Umar Ibnu Katsir, Tafsiir Fii Dhlilaal Al-Qur'aan (tt) Karya Sayyid Quthb. Sumber data sekunder ini diperlukan dalam rangka mempertajam analisis persoalan. b. Teknik Pengumpulan Data. Untuk teknik pengumpulan data peneliti mengunakan dokumentasi yaitu dengan menginventarisir setiap bahan tertulis, data-data, literatur, dan penelitian-penelitian yang masih terkait

dengan objek kajian ini. Yang berguna sebagai sumber yang stabil, bukti suatu pengujian dan sesuai dengan penelitian kualitatif (Moleong, 2005:216-217). c. Analisi Data Adapun dalam analis data, peneliti menggunakan semiotik, dengan salah satu bentuknya analis isi (content analysis), dan dengan beberapa metode sebagai berikut: 1. Interpretasi. Peneliti berusaha untuk melakukan telaah terhadap ayat-ayat yang menjadi objek kajian ini untuk menangkap arti dan tujuan yang dimaksudkan oleh mufassir secara khas (Bakker dan Zubair, 1999:79). Dalam hal ini, penulis tidak hanya memahami naskah seperti apa yang diungkapkan oleh mufassir tersebut. Tetapi juga berusaha mendeskripsikan makna yang terkandung di balik bahasa dalam ayat-ayat Al-Amtsaal Al-Kaaminah. 2. Komparasi Dengan metode ini penulis akan menguraikan pandangan beberapa mufassir tentang ayat-ayat Al-Amtsaal Al-Kaaminah untuk kemudian membandingkannya. Menurut Bakker dan Zubair (1990: 87) perbandingan tersebut dapat dilakukan pada hal yang berkenaan dengan perumusan masalah, pendekatan, pemakaian istilah, dan argumentasi. Namun, dalam menjalankan komparasi itu arti-arti yang berbeda tidak hanya ditempatkan berdampingan satu sama lain, akan tetapi disintesiskan dalam satu perkembangan dinamis yang bersinambung (Bakker dan Zubair 1990: 81). 3. Koherensi Intern Dalam hal ini, peneliti akan berusaha menyesuaikan satu sama lain segala arti konsep dengan cara konsisten (Bakker dan Zubair 1990: 79), pada beberapa pemikiran mufassir tentang objek kajian ini. 4. Deskripsi. Peneliti berusaha menguraikan secara teratur (Bakker dan Zubair 1990: 81) seluruh konsepsi mufassir yang sesuai dengan tema kajian. Yaitu dengan memberikan deskripsi mengenai ayat-ayat Al-Amtsaal Al-Kaaminah yang diinterpretasikan oleh mufassir dalam kitabnya, khususnya kajian tentang ayat-ayat Al-Amtsaal Al-Kaaminah dalam Al17

Qur'an untuk menelusuri tujuan tersirat di balik ayat-ayat tersebut. I. Sistimatika Pembahasan. Adapun penulisan sistematika dalam pembahasan ini dibagi dalam sub-sub pembahasan yaitu. Adapun BAB Pertama membahas penjelasan yang menyangkut latar belakang masalah, rumusan masalah, alasan memilih judul, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi istilah, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Pada BAB Kedua. Penulis hendak mengetengahkan bahasan global tentang tafsir tematik (maudluui) dan amtsaal dalam Al-Qur'an. Dalam hal ini dibagi menjadi dua sub bagian yang akan diperinci pembahasannya sebagai berikut: Pertama, Tinjauan Tentang Tafsir Tematik (maudluui). 1) Pengertian Tafsir Tematik (maudluui). 2) Langkah-Langkah Mengunakan Tafsir Tematik (maudluui). 3) Beberapa Contoh Tafsir Tafsir Tematik (maudluui). 4) Tokoh-Tokoh Tafsir Tematik (maudluui). 5) Keistimewaaan Tafsir Tematik (maudluui). Kedua, Tinjauan Tentang Amtsaal. 1) Definisi Amtsaal. 2) MacamMacam Amtsaal Dalam Al-Qur'an. 3) Manfaat Amtsaal. 4) Tujuan Amtsaal Al-Qur'an. 5) Urgensi Amtsaal Al-Qur'an. 6) Contoh-Contoh Amtsaal. Adapun pada BAB Ketiga akan membahas tentang Al-Amtsaal Al-Kaaminah yang meliputi definisi dari beberapa mufassir atau ulama ulum Al-Quran, klasifikasi dan contoh ayat-ayat Al-Amtsaal AlKaaminah, interpretasi ayat-ayat tersebut dan tujuan (tersiratnya) menurut beberapa mufassir kemudian melengkapi bahasan dengan hadis-hadis terkait, dan asbaab al-nuzuul ayat-ayat tersebut jika ada. Sedangkan pada BAB Keempat, berisi penutup yang mencakup kesimpulan dari hasil penelitian serta saran-saran untuk para pembaca dan peneliti selanjutnya.

I. Daftar Pustaka (Sementara) Abd. Ar-Rahman, Kholid. 1994. Shofwah Al-Bayaan Li Maaani AlQuraan Al-Kariim Mudzayyilan Bi Asbaab Al-Nuzuul Li AlSuyuuthi. Kairo: Daar Al-Basyaair Wa Daar Al-Salam. Abid Al-Bakry, Abu. 1971. Fashl Maqool Fii Syarh Kitaab Al-Amtsaal. Libanon: Muasasah Al-Risalah. Al-Maktabah Al-Syaamilah versi 2.0. http://www.alwarraq.com Al-Jurbu, 1414. Al-Amtsaal Al-Qura'aniyah Al-Qiyaasiyyah AlMadlruubah Li Al-Rukni Al-Awwal Min Arkaan Al-Iimaan AlSittah "Al-Iimaan Bi Allah". Disertasi tidak diterbitkan. Madinah: Program Pasca Sarjana Universitas Islam Nabawiyah Madinah. Al-Maktabah Al-Syaamilah versi 2.0. http://www.alwarraq.com Anwar, Rosihon. 2005. Ilmu Tafsir. Bandung: CV Pustaka Setia. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Kuantitatif Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Ashfahani Al-, Rogib. Tt. Mufrodat Ghoriib Al-Qur'aan. Dimsaq: Daar An-Nasyr. Al-Maktabah Al-Syamilah versi 2.0. http://www.alwarraq.com Asy'ari, Bashri. 2006. Buku Ajar Ulumul Qur'an. Pamekasan: Stain Pamekasan Press. At-Tirmidzi, Ali Al-Hakim. 1985. Al-Amtsaal Min Al-Kitaab Wa AlSunnah. Beirut: Daar Ibn Zaidun. Al-Maktabah Al-Syaamilah versi 2.0. http://www.alwarraq.com Baidan, Nashruddin. 2005. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bakker, Anton, dan Zubair, Charris, Achmad. 1990. Metodologi Penelitian Filsafat. Jogjakarta: Kanisius. Bell, Judith. 2006. Doing Your Research Project. Terjemahan oleh Jacobus Embu Lato. Jakarta: PT INDEKS. Fath, Kutwa, dkk. 2003. Pedoman Penulisan Skripsi (PPS). Sumenep Madura: Al-Amien Printing. Hamidi. 2007. Metode Penelitian Dan Teori Komunikasi; Pendekatan Praktis Penulisan Dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press. Jauziyah, Ibnu Qayyim Al-. 1986. Al-Amtsaal Fii Al-Quraan AlKariim. Thontho: Maktabah As-Shohabah. Al-Maktabah AlSyaamilah versi 2.0. http://www.alwarraq.com Kaelan. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Yogyakarta: Paradigma. Lwrence, Bruce. 2008. The Quran A Bioghraphy. Bandung: SEMESTA19

Inspirasi Manawy, M. Abdurrouf Al-. 1410. Al-Tauqiif Ala Muhimmaat AlTaaarif. Beirut: Daar Al-Fikr. Al-Maktabah Al-Syaamilah versi 2.0. http://www.alwarraq.com. Moleong, Lexi J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda. Muslim, Musthafa. 1989. Mabaahits Fii Al-Tafsiir Al-Mauduu'i. Beirut: Daar El-Qolam Naisaburi, Ahmad Al-Wahidi Al-, 1968. Asbaab Al-Nuzuul. Kiro: mussasah al-halaby. Al-Maktabah Al-Syaamilah versi 2.0. http://www.alwarraq.com Nur Tanjung, Bahdin dan Radial, H. 2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Proposal, Skripsi, Dan Tesis); Dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis Artikel Ilmiah. Jakarta: Kencana. Qattan, Manna' Al-. 1973. Mabaahits Fii Uluum Al-Qur'aan. Surabaya: Hidayah Saifullah dkk. 2004. Ulumul Qur'an. Ponorogo: Prodial Pratama Sejati (PPS) Press. Suyuthi, Jalaludin. Tt. Al-Itqoon Fii Uluum Al-Qur'aan. Al-Maktabah Al-Syaamilah versi 2.0. http://www.alwarraq.com Shaleh, Syukri Ahmad. 2007. Metodologi Tafsir Al-Qur'an Kontemporer Dalam Pandangan Fazlul Rahman. Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta Shalih, Muhammdad Zakki. 2007. Al-Tartiib Wa Al-Bayaan An Tafshiili AAyi Al-Quraan. Terjemahan oleh Mochtar Zoerni, B.A. Surabaya: Bina Ilmu Shihab, Quraish. 2004. Membumikan Al-Qur'an. Bandung: PT Mizan Pustaka _____________.2007. Wawasan Al-Quran; Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: PT Mizan Pustaka Syafii, Rachmat. 2006. Pengantar Ilmu Tafsir. Bandung: Pustaka Setia. Yayasan Penyelenggara Al-Qur'an. 1989. Al-Qur'an dan Terjemahnya. Surabaya: Departemen Agama Republik Indonesia. Zarkasy, Abu Abdullah Al-. 1391. Al-Burhaan Fii Uluum Al-Quraan. Beirut: Daar El Marifah. Al-Maktabah Al-Syaamilah versi 2.0. http://www.alwarraq.com