Proposal Penelitian

26
1 A. JUDUL PENELITIAN “Pengaruh Teman Sebaya terhadap Perkembangan Kesadaran diri Siswa Sekolah Dasar Negeri Jatihandap Kota Bandung” B. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk Tuhan yang diciptakan sempurna dengan segala kelebihan dalam kemampuannya. Selain itu manusia dilahirkan dengan sifatnya yang individualist sehingga terdapat begitu banyak perbedaan antara karakter manusia yang satu dengan yang lainnya sehingga dikatakan bahwa manusia itu makhluk yang unik. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mengemban tugas mempersiapkan SDM yang berkualitas. Sekolah dalam hal ini tidak hanya dibebani untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam hal ranah kognitifnya saja, akan tetapi juga ranah afektif dan psikomotor. Apalah gunanya seorang anak yang kemampuan kognitif lebih, tetapi tidak didukung dengan sikap (afektif) dan psikomotor yang baik pula. Dapat terjadi dengan kemampuannya yang tinggi itu justru disalahgunakan untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Anak-anak adalah aset penerus bangsa yang harus dijaga agar bisa menjadi penerus yang lebih baik dari saat ini, akan tetapi banyak kasus saat ini yang menyatakan bahwa banyak ditemukannya kasus-kasus kriminalitas, asusila yang dilakukan oleh anak-anak aset bangsa yang berharga ini. Contohnya banyak sekali anak-anak jalanan yang harusnya masuk sekolah dasar ia malah harus berkeliaran di jalanan dengan pakaian juga badan yang lusuh, banyak anak-anak SD yang sudah mulai melakukan kegiatan seperti orang-orang dewasa seperti merokok, bermain game yang berlebihan dan banyak hal lain yang seharusnya tidak dilakukan oleh anak seusianya dalam proses pencarian jati diri. Dalam hal ini kita bisa menyoroti beberapa faktor penyebab dari kerusakan anak-anak zaman sekarang, salah satunya adalah pengaruh dari teman sebayanya hal ini berarti pengaruh yang mengasilkan dampak yang besar adalah berasal dari

Transcript of Proposal Penelitian

Page 1: Proposal Penelitian

1

A. JUDUL PENELITIAN

“Pengaruh Teman Sebaya terhadap Perkembangan Kesadaran diri Siswa

Sekolah Dasar Negeri Jatihandap Kota Bandung”

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia adalah makhluk Tuhan yang diciptakan sempurna dengan segala

kelebihan dalam kemampuannya. Selain itu manusia dilahirkan dengan sifatnya

yang individualist sehingga terdapat begitu banyak perbedaan antara karakter

manusia yang satu dengan yang lainnya sehingga dikatakan bahwa manusia itu

makhluk yang unik.

Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mengemban tugas

mempersiapkan SDM yang berkualitas. Sekolah dalam hal ini tidak hanya

dibebani untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam hal ranah kognitifnya

saja, akan tetapi juga ranah afektif dan psikomotor. Apalah gunanya seorang anak

yang kemampuan kognitif lebih, tetapi tidak didukung dengan sikap (afektif) dan

psikomotor yang baik pula. Dapat terjadi dengan kemampuannya yang tinggi itu

justru disalahgunakan untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang

berlaku dalam masyarakat.

Anak-anak adalah aset penerus bangsa yang harus dijaga agar bisa menjadi

penerus yang lebih baik dari saat ini, akan tetapi banyak kasus saat ini yang

menyatakan bahwa banyak ditemukannya kasus-kasus kriminalitas, asusila yang

dilakukan oleh anak-anak aset bangsa yang berharga ini. Contohnya banyak

sekali anak-anak jalanan yang harusnya masuk sekolah dasar ia malah harus

berkeliaran di jalanan dengan pakaian juga badan yang lusuh, banyak anak-anak

SD yang sudah mulai melakukan kegiatan seperti orang-orang dewasa seperti

merokok, bermain game yang berlebihan dan banyak hal lain yang seharusnya

tidak dilakukan oleh anak seusianya dalam proses pencarian jati diri.

Dalam hal ini kita bisa menyoroti beberapa faktor penyebab dari kerusakan

anak-anak zaman sekarang, salah satunya adalah pengaruh dari teman sebayanya

hal ini berarti pengaruh yang mengasilkan dampak yang besar adalah berasal dari

Page 2: Proposal Penelitian

2

lingkungannya. Selain itu pula yang menjadi faktor kerusakan anak-anak zaman

saat ini adalah berasal dari faktor moral dan proses yang salah dari penanaman

kesadaran diri atau proses penanaman harga diri pada diri masing-masing

individu di sekolah.

Fenomena runtuhnya solidaritas pendidikan moral di sekolah mau tidak

mau kita harus memikirkannya. Secara teoritas dan faktual, pendidikan moral

yang pertama dan utama adalah di rumah. Faktor pertamanya adalah lingkungan

keluarga terlalu sempit sebagai tempat mendapatkan dan berlatih menerapkan

nilai-nilai moral. Dari orang tua atau significant others yang lain anak-anak

pertama kali memperoleh nilai-nilai moralitas yang digunakan sebagai acuan

untuk hidup bersama. Tetapi harus pula diakui bahwa menyerahkan pendidikan

moral sepenuhnya kepada orangtua ternyata tidaklah memadai.

Hal yang terjadi banyak orang tua masa kini hampir tidak punya waktu

untuk mendidik anak-anak. Semua diserahkan sepenuhnya pada sekolah. Fakta

disekolah seringkali nilai-nilai yang diberikan guru lebih diikuti oleh anak-anak

daripada dari orangtuanya. Faktor-faktor tersebut memberikan pendidikan moral

menjadi sebuah imperatif bagi sekolah.

Disamping itu pula Kesempurnaan moral yang bersih dari segala bentuk

kemaksiatan yang terlahir dari kesadaran diri akan pengetahuan yang sempurna

tentang Allah, menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan hidup untuk bekal

masa depan, tidak hanya di dunia tapi sampai ke akhirat. Perubahan-perubahan

kultur yang terjadi ini mungkin salah satunya disebabkan oleh kemajuan

teknologi. Walaupun tidak dipungkiri, dengan adanya kemajuan teknologi kita

banyak sekali merasakan manfaatnya tetapi harus kita waspadai pula akibat-

akibat negatif yang ditimbulkannya.

Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial menjadi alasan anak-anak

akan mendapat pengaruh yang kuat dari lingkungan yaitu teman-temannya.

Kenakalan yang terjadi pada masa remaja hendaknya bisa dicegah saat masih di

sekolah dasar agar setidaknya bisa mengurangi tingkat kenakalan atau perilaku

Page 3: Proposal Penelitian

3

menyimpang yang terjadi saat menginjak usia remaja. Mungkin pada usia anak

SD tidak banyak ditemukan masalah yang ditimbulkan dari pergaulanna dengan

teman sebaya, akan tetapi akan lebih baik hal itu bisa diperhatikan untuk

menjadi pencegahan yang menjadikan sinkronnya masa peralihan dari anak-anak

ke usia remaja.

Oleh karena itu perlu dilakukan sejak dini penanaman kesadaran diri atau

harga diri pada siswa agar ia lebih mengenal diri sendiri dan lebih percaya pada

diri sendiri. Dengan bantuan dan dukungan kepercayaan diri dari teman

sebayanya maka anak akan lebih mudah untuk bisa mempercayai dirinya dan

bersikap percaya pada diri sendiri. Diharapkan anak bisa dengan mudah

menemuakan harga dirinya ditengah pergaulannya dengan teman sebayanya.

Untuk anak sekolah dasar, dimana anak masih melihat lingkungan dan

menerima apapun yang ada pada lingkungannya maka dibutuhkan pula

kerjasama yang baik dengan pihak sekolah dan keluarga agar menunjang proses

pembentukan dan perkembangan kepercayaan diri siswa dalam menjalani masa

remaja khususnya bagi anak SD kelas 6 yang berada pada masa transisi antara

masa anak-anak menuju remaja.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk

melaksanakan penelitian dengan judul “ Pengaruh Teman Sebaya terhadap

Perkembangan Kesadaran Diri Siswa Sekolah Dasar Negeri Jati handap”. Hasil

penelitian akan memberikan masukan dan gambaran seberapa jauh pengaruh

teman sebaya terhadap perkembangan setiap siswa sekolah dasar saat ini.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah pada penelitian

selanjutnya dirumuskan yaitu “ Bagaimana pengaruh teman sebaya terhadap

perkembangan kesadaran diri siswa SDN Jati Handap Kota Bandung?”.

Page 4: Proposal Penelitian

4

D. BATASAN MASALAH

Masalah penelitian ini selanjutnya dibatasi sesuai dengan variable

penelitian yang akan diteliti. Masalah tersebut dijabarkan kedalam rumusan

masalah yang lebih khusus yaitu berupa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

a. Bagaimana dampak dari pengaruh pergaulan antar siswa SDN Jati Handap

terhadap proses perkembangan kesadaran diri siswa kearah yang positif?

b. Bagaimana upaya mandiri dari siswa untuk mengembangkan kesadaran

dirinya kearah yang positif?

c. Bagaimana bentuk upaya yang dilakukan pendidik dalam membantu proses

perkembangan kesadaran diri pada siswa?

E. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan umum penelitian ini yaitu ingin menegtahui pengaruh teman sebaya

terhadap perkembangan kesadaran diri pada siswa SDN Jati Handap kota

Bandung. Secara khusus tujuan penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dampak dari pengaruh pergaulan antar siswa SDN Jati

Handap terhadap proses perkembangan kesadaran diri siswa kearah yang

positif.

2. Untuk mengetahui upaya mandiri yang dilakukan siswa untuk

mengembangkan kesadaran dirinya kearah yang positif.

3. Untuk mengetahui bentuk upaya yang dilakukan pendidik dalam membantu

proses perkembangan kesadaran diri pada siswa.

Page 5: Proposal Penelitian

5

F. MANFAAT HASIL PENELITIAN

Penelitian ini mempunyai kegunaan, baik secara teoretis maupun praktis yaitu

sebagai berikut:

1. Kegunaan secara teoretis

Secara teoretis penelitian ini mempunyai kegunaan untuk mengembangkan

disiplin ilmu pendidikan humanisasi tentang pengembangan kesadaran diri.

2. Kegunaan secara praktis

Secara praktis, penelitian ini mempunyai kegunaan diantaranya sebagai berikut:

a. Kegunaan bagi siswa

Kegunaan bagi siswa yaitu untuk mengembangkan sikap kepercayaan pada

diri/harga diri siswa ke arah yang lebih baik sehingga ia mampu melewati

masa transisi dari anak-anak menuju remaja dengan sikap dan nilai positif

yang didapatnya dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi lingkungan

disekitarnya

b. Kegunaan bagi guru

Kegunaan bagi guru yaitu sebagi saran dan masukan agar membantu siswa

dalam mengembangkan sikap percaya diri/kesadaran diri siswa melalui

pergaulan mereka dengan teman sebayanya.

c. Kegunaan bagi sekolah

Kegunaan bagi sekolah yaitu sebagai saran dan masukan agar mengadakan

program bimbingan dan konseling bagi siswa kelas tinggi yang akan

melewati masa transisi dari anak-anak menuju remaja agar sebelumnya ia

sudah menemukan dan mengembangkan kepercayaan dirinya dan membantu

siswa untuk mengembangkannya ke arah nilai dan moral yang positif di masa

yang akan datang.

d. Kegunaan bagi keluarga

Kegunaan bagi keluarga yaitu sebagai saran agar keluarga lebih

memperhatikan proses perkembangan kesadaran diri anak dan bagaimana

mereka bergaul dengan teman dan lingkungan disekitarnya. Sehingga akan

Page 6: Proposal Penelitian

6

ada tindakan pengembangan dan penanaman sikap percaya pada anak dan

sikap mengontrol saat anak akan bergaul dengan lingkungan disekitarnya.

e. Kegunaan bagi masyarakat

Kegunaan bagi masyarakat yaitu sebagai saran agar masyarakat lebih bisa

mengahargai bahwa setiap anak butuh rasa kepercayaan diri yang ditanamkan

padanya agar ia merasa diterima dilingkungannya dan mau mengikuti semua

aturan dan norma yang berlaku pada mayarakat saat ini.

G. KAJIAN TEORI

1. Pengertian Kesadaran Diri

Kesadaran diri adalah keadaan dimana bisa memahami diri sendiri

dengan setepat-tepatnya. Seseorang disebut memiliki kesadaran diri jika

memahami emosi dan mood yang sedang dirasakan, kritis terhadap informasi

mengenai diri sendiri, dan sadar tentang diri yang nyata. Pendek kata,

kesadaran diri adalah jika sadar mengenai pikiran, perasaan, dan evaluasi diri

yang ada dalam diri.

Orang sedang berada dalam kesadaran diri memiliki kemampuan

memonitor diri, yakni mampu membaca situasi sosial dalam memahami

orang lain dan mengerti harapan orang lain terhadap dirinya. Orang yang bisa

memonitor diri pasti disukai orang lain. Namun jika kemampuan monitor

dirinya sangat tinggi malah bisa menjadi bunglon, alias tidak memiliki

identitas karena dimana-mana selalu berusaha menyesuaikan diri. Sebaliknya,

orang yang rendah monitor dirinya selalu berperilaku konsisten karena tidak

ada usaha untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi.

Secara ekstrem, kesadaran diri bisa dibedakan menjadi dua, yakni

kesadaran diri publik dan kesadaran diri pribadi. Orang yang memiliki

kesadaran diri publik berperilaku mengarah keluar dirinya. Artinya, tindakan-

tindakannya dilakukan dengan harapan agar diketahui orang lain. Orang

Page 7: Proposal Penelitian

7

dengan kesadaran publik tinggi cenderung selalu berusaha untuk melakukan

penyesuaian diri dengan norma masyarakat. Dirinya tidak nyaman jika

berbeda dengan orang lain.

Orang dengan kesadaran diri pribadi tinggi berkebalikan dengan

kesadaran diri publik. Tindakannya mengikuti standar dirinya sendiri. Mereka

tidak peduli norma sosial. Mereka nyaman-nyaman saja berbeda dengan

orang lain. Bahkan tidak jarang mereka ingin tampil beda. Mereka-mereka

yang mengikuti berbagai kegiatan yang tidak lazim dan aneh termasuk orang-

orang yang memiliki kesadaran diri pribadi yang tinggi.

2. Konsep Harga Diri

a. Pengertian Harga Diri

Harga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang mempunyai

peran penting dan berpengaruh besar terhadap sikap dan perilaku individu.

Coopersmith (dikutip dalam Burn, 1998) mengatakan bahwa : “Harga diri

merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya,

terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan

individu terhadap kemampuan, keberartian, kesuksesan, keberhargaan”.

Secara singkat, harga diri adalah “Personal judgment” mengenai perasaan

berharga atau berarti yang diekspresikan dalam sikap-sikap individu terhadap

dirinya”.

Stuart dan Sundeen (1991), mengatakan bahwa harga diri adalah

penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa

jauh perilaku memenuhi ideal dirinya. Dapat disimpulkan bahwa harga diri

menggambarkan sejauhmana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang

yang memeiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten.

b. Karakteristik Harga Diri

Menurut Coopersmith (dalam Burn, 1998) harga diri mempunyai

beberapa karakteristik, yaitu : (a) harga diri sebagai sesuatu yang bersifat

umum; (b) harga diri bervariasi dalam berbagai pengalaman; dan (c) evaluasi

Page 8: Proposal Penelitian

8

diri. Individu yang memiliki harga diri tinggi menunjukkan perilaku

menerima dirinya apa adanya, percaya diri, puas dengan karakter dan

kemampuan diri dan individu yang memiliki harga diri rendah, akan

menunjukkan perhargaan buruk terhadap dirinya sehingga tidak mampu

menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial (Stuart dan Sundeen, 1991 dan

Keliat, 1995).

c. Pembentukan Harga Diri

Harga diri mulai terbentuk setelah anak lahir, ketika anak berhadapan

dengan dunia luar dan berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan

sekitarnya. Interaksi secara minimal memerlukan pengakuan, penerimaan

peran yang saling tergantung pada orang yang bicara dan orang yang diajak

bicara. Interaksi menimbulkan pengertian tentang kesadaran diri, identitas,

dan pemahaman tentang diri.

Hal ini akan membentuk penilaian individu terhadap dirinya sebagai

orang yang berarti, berharga, dan menerima keadaan diri apa adanya sehingga

individu mempunyai perasaan harga diri (Burn, 1998). Harga diri

mengandung pengertian”siapa dan apa diri saya”.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan seseorang, selalu mendapat

penilaian berdasarkan kriteria dan standar tertentu, atribut-atribut yang

melekat dalam diri individu akan mendapat masukan dari orang lain dalam

proses berinteraksi dimana proses ini dapat menguji individu, yang

memperlihatkan standar dan nilai diri yang terinternalisasi dari masyarakat

dan orang lain.

d. Aspek-Aspek dalam Harga Diri

Coopersmith (1998) membagi harga diri kedalam empat aspek:

1) Kekuasaan (power)

Kemampuan untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku orang

lain. Kemampuan ini ditandai adanya pengakuan dan rasa hormat yang

diterima individu dari orang lain.

Page 9: Proposal Penelitian

9

2) Keberatian (significance)

Adanya kepedulian, penilaian, dan afeksi yang diterima individu

dari orang lain.

3) Kebajikan (virtue)

Ketaatan mengikuti standar moral dan etika, ditandai oleh

ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan.

4) Kemampuan (competence)

Sukses memenuhi tuntutan prestasi.

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi harga diri. Menurut

Coopersmith (1967), terdapat lima faktor yang mempengaruhi harga diri

yaitu:

Faktor Jenis Kelamin

Menurut Ancok dkk. (Dalam Ghufron, 2010) Wanita selalu

merasa harga dirinya lebih rendah daripada pria, seperti perasaan

kurang mampu, kepercayaan diri yang kurang mampu, atau merasa

harus di lindungi. Hal ini terjadi mungkin karena peran orang tua dan

harapan-harapan masyarakat yang berebeda-beda baik pada pria

maupun wanita. Pendapat tersebut sama dengan penelitian dari

Coopersmith (1967) yang membuktikan bahwa harga diri wanita lebih

rendah daripada harga diri pria.

Inteligensi

Individu dengan harga diri yang tinggi akan mencapai prestasi

akademik yang tinggi daripada individu dengan harga diri yang

rendah. Dan individu yang memiliki harga diri yang tinggi memiliki

skor intelegensi yang lebih baik, taraf aspirasi yang lebih baik, dan

selalu berusaha keras.

Kondisi Fisik

Page 10: Proposal Penelitian

10

Coopersmith (1967) menemukan adanya hubungan yang

konsisten antara daya tarik fisik dan tinggi badan dengan harga diri.

Individu dengan kondisi fisik yang menarik cenderung memiliki harga

diri yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi fisik yang kurang

menarik. Begitu pula dengan remaja yang terlalu memikirkan masalah

ukuran dan bentuk tubuhnya. Mereka akan berusaha mati-matian

untuk bisa mempertahankan bentuk tubuh atau menurunkan berat

badannya.

Lingkungan Keluarga

Coopersmith (1967) berpendapat bahwa perlakuan adil, pemberian

kesempatan untuk aktif dan mendidik yang demokratis akan membuat

anak mendapat harga diri yang tinggi. Orang tua yang sering memberi

hukuman dan larangan tanpa alasan dapat menyebabkan anak merasa

tidak berharga. Mereka yang berasal dari keluarga bahagia akan

memiliki harga diri tinggi karena mengalami perasaan nyaman yang

berasal dari penerimaan, cinta, dan tanggapan positif orang tua

mereka. Sedangkan pengabaian dan penolakan akan membuat mereka

secara otomatis merasa tidak berharga. Karena merasa tidak berharga,

diacuhkan dan tidak dihargai maka mereka akan mengalami perasaan

negatif terhadap dirinya sendiri.

Lingkungan Sosial

Klass dan Hodge (1978), (dalam Ghufron, 2010) berpendapat

bahwa pembentukan harga diri dimulai dari seseorang yang menyadari

dirinya berharga atau tidak. Hal ini merupakan hasil dari proses

lingkungan, penghargaan, penerimaan, dan perlakuan orang lain

kepadanya. Termasuk penerimaan teman dekat (peer), mereka bahkan

mau untuk melepaskan prinsip diri mereka dan melakukan perbuatan

yang sama (conform) dengan teman dekat mereka agar bisa dianggap

„sehati‟ walaupun p erbuatan itu adalah perbuatan yang negatif.

Page 11: Proposal Penelitian

11

Sementara menurut Coopersmith (1967) ada beberapa ubahan dalam

harga diri yang dapat dijelaskan melalui konsep-konsep kesuksesan,

nilai, aspirasi dan mekanisme pertahanan diri. Kesuksesan tersebut

dapat timbul melalui pengalaman dalam lingkungan, kesuksesan

dalam bidang tertentu, kompetisi, dan nilai kebaikan.

f. Perkembangan Harga Diri

Harga diri bukanlah faktor yang dibawa sejak lahir namun merupakan

faktor yang dipelajari dan terbentuk sepanjang pengalaman hidup individu

dalam relasinya dengan dirinya sendiri maupun dengan individu yang lain.

Hal ini berkaitan dengan pendapat Rogers yang dikutib Azwar (1979) yang

menekankan bahwa perkembangan harga diri menekankan pentingnya arti

lingkungan sosial. Herbert (dalam Azwar, 1979) mengemukakan bahwa

konsep diri yang terkandung dalam harga diri berkembang sejak masa kanak-

kanak melalui orang-orang yang dianggap oleh orang tersebut. Harga diri

yang ada pada diri seseorang juga tidak muncul begitu saja melainkan melalui

proses dan perkembangan. Gejala awal muncul harga diri pada usia 2 tahun.

tapi terbentuknya lebih jelas dan dapat diamati pada usia 4 tahun (Piaget,

dalam Edwina, 1994).

Konsep diri anak yang baik merupakan puncak dari pembentukan

karakternya dan untuk menciptakan dasar yang baik pada hubungan

pribadinya. Saat anak merasa nyaman dengan dirinya sendiri secara bertahap

akan merasakan kebaikan hati dan kasih sayang terhadap orang lain. Untuk

meningkatkan kepercayaan diri anak dapat dilakukan dengan usaha untuk

membiasakan mencintai, menunjukkan padanya bahwa orang tua benar-benar

percaya akan kemampuannya. Jika seorang anak mendapatkan kesan bahwa

kita tidak percaya kepadanya maka dengan sendirinva kepercayaan terhadap

dirinvapun akan berkurang. Seorang anak dapat menyadari identitas dirinya

diawali pada usia 2,5 dan 3 tahun.

Page 12: Proposal Penelitian

12

Pada saat inilah orang tua dapat memberikan bantuan yang dapat

membangun kepercayaan dirinya. Banyak anak kurang percaya diri pada saat

menginjak usia sekolah, saat mereka mulai dapat membandingkan usahanya

dengan anak-anak yang lain, bahkan sampai dewasa mereka tidak terlalu pasti

terhadap dirinya yang ditandai dengan adanya perasaan tidak mampu dan

merasa gagal. Hal ini dapat disebabkan kurangnya dukungan dan

penghargaan orang tua atas usaha anak (Thomsom, 1995).

Bradashaw (dalam Retnowati, 1993) mengemukakan bahwa

pembentukan harga diri diawali pada saat bayi merasakan tepukan yang

pertama kali diterima dari orang yang menangani proses kelahirannya

Perkembangan selanjutnya dibentuk melalui perlakuan-perlakuan yang

diperoleh anak dari lingkungannya, baik keluarga. sekolah dan masyarakat.

Pola perkembangan harga diri ditandai dengan timbulnya harga diri

primer, yang meliputi gambar diri secara fisik dan psikis, yang diperoleh

melaui interaksi individu dengan seluruh anggota keluarganya. Kemudian

dengan bertambahnya umur, anak mulai mengarahkan kontak dengan

lingkungan di luar rumah. Terbentuknva harga diri sekunder, diperoleh anak

melalui interaksi dengan orang lain dan merupakan refleksi dari perasaan atau

sikap orang lain terhadap dirinya. Remaja yang mempunyai ketrampilan

sosial seperti mudah bergaul dan mampu menyesuaian diri dengan

lingkungan sosialnya akan mempunyai harga diri yang tinggi karena ia

merasa mampu, diterima dan dihargai lingkungan sosialnya (Retnowati,

1993).

Rogers (dalam Retnowati, 1993) mengemukakan bahwa penghargaan

orang tua atas diri anak tanpa keharusan anak untuk mengikuti apa yang

diinginkan orang tua (Unconditional posotive regard) akan memberikan

dukungan yang sangat positif bagi perkembangan harga diri awal. Untuk

perkembangan selanjutnya harga diri seseorang ditentukan oleh penghargaan

orang lain terhadap kualitas dirinya.

Page 13: Proposal Penelitian

13

Coopersmith (dalam Retnowati, 1993) mendiskripsikan ada beberapa

faktor yang dapat menyumbang perkembangan harga diri seseorang, yaitu:

1. Kualitas penghargaan penerima serta perhatian yang diterima seseorang

dari significant others dalam kehidupannya. Pada proses ini seseorang

belajar menilai seperti halnya ia dinilai dan kemudian akan diterapkan

untuk mengembangkan dirinya.

2. Sejarah keberhasilan serta status dan kedudukan yang diraih seseorang

dalam kehidupannya. Hal ini akan membentuk landasan harga diri dalam

realitas sosial. Pengalaman-pengalaman historis yang mencekam dan

dipandang merupakan suatu prahara bagi diri seseorang sangat

menentukan proses perkembangan harga diri (Bommer, dalam

Retnowati, 1993).

3. Berkaitan dengan masalah aspirasi dan tata nilai yang diperoleh lewat

penafsiran seseorang terhadap keberhasilan modifikasi pengalamannya.

Keberhasilan, kekuasaan serta perhatian tidak secara langsung dan segera

diterima namun disaring dan dipersepsi melalui tata nilai dan tujuan

seseorang (Retnowati, 1993).

g. Hambatan dalam Perkembangan Harga Diri

Menurut Dariuszky (2004) yang menghambat perkembangan harga

diri adalah : Perasaan takut , yaitu kekhawatiran atau ketakutan (fear). Dalam

kehidupan sehari-hari individu harus menempatkan diri di tengah-tengah

realita. Ada yang menghadapi fakta-fakta kehidupan dengan penuh

kebenaran, akan tetapi ada juga yang menghadapinya dengan perasaan tidak

berdaya. Ini adalah tanggapan negatif terhadap diri, sehingga sekitarnya pun

merupakan sesuatu yang negatif bagi dirinya.

Tanggapan ini menjadikan individu selalu hidup dalam ketakutan

yang akan mempengaruhi seluruh alam perasaannya sehingga terjadi

keguncangan dalam keseimbangan kepribadian, yaitu suatu keadaan emosi

yang labil. Maka dalam keadaan tersebut individu tidak berpikir secara wajar,

Page 14: Proposal Penelitian

14

jalan pikirannya palsu, dan segala sesuatu yang diluar diri yang dipersepsikan

secara salah.

Dengan demikian tindakan-tindakannya menjadi tidak adekuat sebab

diarahkan untuk kekurangan dirinya. Keadaan ini lama kelamaan tidak dapat

dipertahankan lagi, yang akhirnya akan menimbulkan kecemasan, sehingga

jelaslah bahwa keadaan ini akan berpengaruh pada perkembangan harga

dirinya.

Perasaan salah yang pertama dimiliki oleh individu yang mempunyai

pegangan hidup berdasarkan kesadaran dan keyakinan diri, atau dengan kata

lain individu sendiri telah menentukan kriteria mengenai mana yang baik dan

buruk bagi dirinya.

Perasaan salah yang kedua adalah merasa salah terhadap ketakutan,

seperti umpamanya orangtua. Keadaan ini kemudian terlihat dalam bentuk

kecemasan yang merupakan unsur penghambat bagi perkembangan

kepercayaan akan diri sendiri.

h. Harga Diri Rendah dan Faktor Penyebabnya

Harga diri rendah atau biasa disebut dengan minder merupakan

sebuah gangguan psikologis. Biasanya orang yang mengalami harga diri

rendah cenderung menjadi pemalu, menarik diri dalam kehidupan sosial dan

lebih suka menyendiri daripada menujukkan diri dalam khalayak ramai.

Dalam memandang diri sendiri adalah sebuah proses penilaian yang kadang

bersifat subjektif, bahkan terkadang irasional.

Proses memandang dan menilai diri sendiri dipengaruhi oleh keadaan

fisik (seperti kecacatan, kecantikan, ketampanan, dan lain-lain) dan psikologis

(seperti tekanan dan pengalaman masa lalu, hasil pembelajaran dan lain-lain)

serta sosial (keberfungsian secara sosial). Dalam memandang diri sendiri, ada

dua istilah yang tidak bisa dipisahkan yaitu harga diri (self esteem) dan

konsep diri (self consept).

Page 15: Proposal Penelitian

15

Harga diri (self esteem) adalah penilaian orang lain terhadap diri

sendiri. Penilaian ini bisa bersifat positif maupun negatif. Sedangkan Konsep

diri (self concept) di definisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan

kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang diriya dan

mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart & Sunden, 1995). Jadi

konsep diri adalah penilaian yang berasal dari dalam diri sendiri. Untuk lebih

jelasnya, apakah anda memiliki harga diri yang tinggi atau rendah, silahkan

baca disini.

Seseorang dengan harga diri rendah, akan membatasi gerak

pergaulannya, kurang aktif dan kurang percaya diri dalam berkomunikasi, dan

lebih jauh lagi, tidak dapat bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

Rentang penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri dapat dilihat dalam

ilustrasi dibawah ini:

Penyebab seseorang mengalami harga diri rendah, banyak faktor yang

melatarbelakanginya. Faktor-faktor itu antara lain:

Pola Asuh Keluarga

Pola asuh sangat mempengaruhi bagaimana seseorang

memandang dirinya sendiri. Pola asuh yang otoriter, terkadang

mengalami masalah yang maladaptif dalam menilai diri. sebaliknya, pola

asuh yang permisif, terkadang kurang control, sehingga tidak bisa

membedakan mana perilaku yang bisa diterima oleh masyarakat dan

mana yang tidak.

Tekanan/Trauma

Trauma disini bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti

kekerasan fisik dan seksual, dan kejadian lain yang mengancam individu

sehingga individu tidak bisa lepas dari bayang-bayang ancaman tersebut.

Sudah tentu trauma disini bersifat patologis.

Page 16: Proposal Penelitian

16

Keadaan Fisik

Keadaan fisik juga mempengaruhi harga diri seseorang. Dengan

keadaan fisik yang kurang/cacat membuat individu merasa kurang

sempurna, dan akan diejek oleh orang lain karena kekurangan tersebut.

Hal ini yang kadang membuat seseorang minder dan tidak menerima

keadaannya dengan menarik diri untuk menyembunyikan kekurangan

tersebut.

Ketidakberfungsian Secara Sosial

Ketidakberfungsian secara sosial disini adalah tidak mampunya

seorang individu menempatkan dirinya dalam fungsi sosial. Misalnya

seorang kepala rumah tangga yang menganggur, akan merasa rendah diri

dalam kehidupan sosialnya. Seorang sarjana yang menganggur, akan

merasa rendah diri dan akan menarik diri dari pergaulan sosialnya,

karena merasa malu dengan statusnya (karena tidak berfungsi secara

sosial).

3. Pengertian Dukungan Sosial

Cohen dan Wills (1985) mendefinisikan dukungan sosial sebagai

pertolongan dan dukungan yang diperoleh seseorang dari interaksinya dengan

orang lain. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat

orangorang yang akan membantu apabila terjadi suatu keadaan atau peristiwa

yang dipandang akan menimbulkan masalah dan bantuan tersebut dirasakan

dapat menaikkan perasaan positif serta mengangkat harga diri. Kondisi atau

keadaan psikologis ini dapat mempengaruhi respon-respon dan perilaku individu

sehingga berpengaruh terhadap kesejahteraan individu secara umum.

Dukungan sosial menurut Sarafino (2006) adalah perasaan kenyamanan,

perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diterima dari orang atau kelompok

lain. Sarafino menambahkan bahwa orang-orang yang menerima dukungan

sosial memiliki keyakinan bahwa mereka dicintai, bernilai, dan merupakan

bagian dari kelompok yang dapat menolong mereka ketika membutuhkan

Page 17: Proposal Penelitian

17

bantuan. Berdasarkan berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

dukungan social adalah segala bentuk bantuan yang diberikan pada individu

berupa kenyaman, perhatian, penghargaan, yang dirasakan individu dapat

memberi efek positif bagi dirinya yang diperolehnya melalui interaksi dengan

individu atau kelompok lain.

Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial menurut Sarafino (2006) di bagi

kedalam 4 bentuk, yaitu:

Dukungan Emosional (Emotional/Esteem Support)

Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian dan

perhatian terhadap orang yang bersangkutan. Dukungan emosional

merupakan ekspresi dari afeksi, kepercayaan, perhatian, dan perasaan

didengarkan. Kesediaan untuk mendengar keluhan seseorang akan

memberikan dampak positif sebagai sarana pelepasan emosi, mengurangi

kecemasan, membuat individu merasa nyaman, tenteram, diperhatikan, serta

dicintai saat menghadapi berbagai tekanan dalam hidup mereka.

Dukungan Instrumental (Instrumental/Tangible Support)

Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung, dapat berupa jasa,

waktu, atau uang. Misalnya pinjaman uang bagi individu atau menghibur saat

individu mengalami stres. Dukungan ini membantu individu dalam

melaksanakan aktivitasnya.

Dukungan Informatif (Informational Support)

Dukungan informatif mencakup pemberian nasehat, petunjuk-petunjuk,

saran-saran, informasi atau umpan balik. Dukungan ini membantu individu

mengatasi masalah dengan cara memperluas wawasan dan pemahaman

individu terhadap masalah yang dihadapi. Informasi tersebut diperlukan

untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah secara praktis.

Dukungan informatif ini juga membantu individu mengambil keputusan

karena mencakup mekanisme penyediaan informasi, pemberian nasihat, dan

petunjuk.

Page 18: Proposal Penelitian

18

Dukungan Persahabatan (Companionship Support)

Dukungan persahabatan mencakup kesediaan waktu orang lain untuk

menghabiskan waktu atau bersama dengan individu, dengan demikian akan

memberikan rasa keanggotaan dari suatu kelompok yang saling berbagi minat

dan melakukan aktivitas sosial bersama.

4. Alasan Individu Bergabung dalam Kelompok

Kelompok merupakan kumpulan dari individu-individu yang

mempunyai kesamaan sikap, ide, cita-cita minat, hobby dan lain-lain. Menurut

Johnson, kelompok adalah dua atau lebih individu yang saling berinteraksi

secara langsung, masing-masing peduli dengan hubungannya dalam sebuah

grup , masing-masing peduli dengan orang lain yang menjadi anggota grup,

dan masing-masing peduli dengan ketergantungan positif mereka sehingga

mereka dapat berusaha mencapai tujuan bersama.

Dalam lingkungan sekitar, terdapat beberapa kelompok yang

mempunyai arah, tujuan dan cita-cita yang berbeda. Adanya beberapa

kelompok disekitar individu membuat individu bisa bergabung dalam lebih

dari satu kelompok dengan berbagai alasan. Vaughan (2005), mengemukakan

beberapa alasan individu menjadi anggota suatu kelompok:

Proksimitas

Individu cenderung bergabung dengan individu lain yang

berdekatan. Misalnya, mahasiswa-mahasiswa yang tempat tinggalnya

sama akan berkelompok setidaknya untuk pulang bersama.

Kesamaan sikap, minat dan keyakinan

Indvidu-individu yang punya minat atau keyakinan yang sama

cenderung berkelopok. Misalnya kelompok mahasiswa muslim yang

mendirikan organisasi berlatar belakang agama.

Page 19: Proposal Penelitian

19

Saling tergantung untuk mencapai suatu tujuan tertentu

Adanya tujuan bersama beberapa individu bergabung dalam satu

kelompok. Milsanya para mahasiswa yang ingin supaya harga BBM

diturunkan akan bergabung dalam demonstrasi menentang keputusan

pemerintah menaikkan BBM.

Dukungan timbal balik yang positif

Dukungan timbal balik yang positif (mutual positive support) dan

kemikmatan berafiliasi merupakan salah satu penyebab mengapa

individu membentuk kelompok. Kelompok bisa memberikan dukungan

yang positif kepada individu serta membuat individu merasa memiliki

afiliasi. Hal ini dapat menghindarkan individu dari rasa kesepian.

Misalnya, seorang mahasiswa yang tidak masuk kuliah akan memperoleh

informasi tentang tugas dari teman sekelompoknya.

Dukungan emosional

Kelompok juga bisa memberi dukungan emosional untuk para

anggotanya. Misalnya seorang mahasiswa diputuskan oleh pacarnya akan

dihibur oleh teman-teman sekelompoknya dan bisa sejenak melupakan

masalahnya dengan berjalan-jalan bersama teman-temannya.

Identitas sosial

Keanggotaan individu di dalam kelompok membuat individu

memiliki identitas. Individu tahu siapa dirinya karena ia anggota suatu

kelompok. Kelompok memberikan identitas terbaru bagi individu dengan

memberikan nilai-nilai yang berbeda dengan kelompok lainnya.

5. Manfaat Kelompok Bagi Individu

Kelompok adalah sekumpulan orang yang merasa terikat bersama

dalam unit yang koheren pada beberapa tingkatan (Baron dkk, 2008).

Kelompok merupakan sekumpulan individu yang bekerja sama untuk mencapai

tujuan tertentu. Seseorang bergabung dalam kelompok, tentunya mempunyai

Page 20: Proposal Penelitian

20

maksud tertentu. Seseorang akan bergabung dengan kelompok tertentu jika

kelompok tersebut dirasakan memberikan mamfaat bagi individu tersebut.

Meski kelompok bisa membatasi independensi individu, namun

individu di manapun tetap saja menjadi anggota kelompok tertentu. Ini karena

kelompok memberikan mamfaat bagi individu. Menurut Burn (2004),

kelompok memiliki 3 manfaat, yaitu:

1. Kelompok memenuhi keinginan individu untuk merasa berarti dan

dimiliki. Adanya kelompok membuat individu merasa tidak sendirian, ada

oprang lain yang membutuhkan dan menyayangi.

2. Kelompok sebagai sumber identitas diri. Individu yang tergabung didalam

kelompok bisa mendefinisikan dirinya, ia menggali dirinya sebagai

anggota suatu kelompok, dan bertingkahlaku sesuai norma kelompok itu.

3. Kelompok sebagai sumber informasi tentang dunia dan tentang diri kita.

Adanya orang lain, dalam hal ini kelompok, bisa memberi kita informasi

tentang banyak hal, termasuk tentang siapa diri kita.Selain itu ada mamfaat

lain yang cukup mendasar yang membuat individu betah dalam

berkelompok, yakni dukungan untuk mencapai tujuan individu. Dengan

berkelompok, individu akan merasa dan mengharapkan bantuan dari

aggota kelompok lainnya, setidaknya dukungan untuk mencapai hal

tersebut.

6. Model Pengembangan Kesadaran Diri

a. Mengembangkan Rasa Aman

Menciptakan lingkungan yang aman dan teratur

Mengurangi kecemasan dan perasaan takut gagal

Memberikan kepercayaan

Memberikan kesempatan untuk memberikan masukan

b. Mengembangkan Jati Diri

Menunjukan sikap dan perilaku peduli

Menciptakan suasana tidak mengadili pihak lain

Page 21: Proposal Penelitian

21

Mengakui kelebihan atau kekuatan

c. Mengembangkan Perasaan Turut Memiliki

d. Mengembangkan Kesadaran akan Tujuan

e. Mengembangkan Kesadaran akan Kemampuan Pribadi

H. DEFINISI OPERASIONAL

Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap masalah yang diteliti, maka

ada beberapa istilah yang perlu didefinisikan yaitu sebagai berikut :

1. Pengaruh adalah daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang atau

benda) (Alwi.2005:650).

2. Teman sebaya adalah dua atau lebih individu yang saling berinteraksi secara

langsung, masing-masing peduli satu sama lain.

3. Kesadaran diri adalah Kesadaran diri adalah keadaan dimana bisa

memahami diri sendiri dengan setepat-tepatnya.

4. Harga diri adalah “Personal judgment” mengenai perasaan berharga atau berarti

yang diekspresikan dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya”.

I. METODOLOGI PENELITIAN

a. Metode Penelitian

Menurut Nasir (1988: 51), “metode penelitian merupakan cara utama

yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas

masalah. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif

karena metode ini menitikberatkan pada proses penyusunan dan

pengumpulan data, analisis dan interprestasi data serta memusatkan pada

pemecahan masalah yang sedang berlangsung saat ini.

Nazir (2005:55) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah metode

penelitian untuk membuat gambar mengenai situasi atau kejadian, sehingga

metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka. Data yang

dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis.

Page 22: Proposal Penelitian

22

b. Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Jati Handap

Kecamatan Mandalajati Kota Bandung. Diharapkan ada perubahan yang terjadi

dari subjek penelitian ini, yaitu siswa kelas VI SDN Jati Handap Kecamatan

Mandalajati Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 dengan jumlah 60 orang,

yaitu meningkatnya perkembangan siswa pada pengembangan kesadaran diri

yang dipengaruhi oleh pergaulan sehari-hari dengan teman sebayanya. Selain

itu, diharapkan pula akan ada perhatian lebih dari pihak sekolah tentang

pengembangan kesadaran diri pada siswa SD ini. Penelitian dilaksanakan pada

Bulan Februari sampai dengan Bulan Juli 2013.

c. Teknik Penelitian

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini yaitu

sebagai berikut :

a. Angket

Angket adalah teknik untuk penelitian yang menggunakan daftar

pertanyaan secara tertulis yang diberikan kepada responden dan

responden menjawab atau mengisi masalah-masalah yang diteliti tentang

pengaruh teman sebaya terhadap perkembangan kesadaran diri siswa.

b. Wawancara

Wawancara adalah komunikasi secara langsung dengan responden untuk

mendapat keterangan mengenai mengapa apa yang sedang diteliti yakni

pengaruh teman sebaya terhadap perkembangan kesadaran diri siswa.

c. Observasi

Observasi, digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa

(aspek afektif) dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pengambilan data

dilakukan dengan pengamatan langsung di kelas mengenai kondisi siswa.

Hasil observasi dicatat pada lembar pengamatan yang berupa sistem

penilaian afektif siswa. Obesrvasi dilakukan untuk mengadakan

Page 23: Proposal Penelitian

23

pengamatan terhadap lokasi penelitian disaat anak sedang ada dalam

proses belajar maupun saat istirahat sekolah

d. Studi Pustaka

Studi literatur digunakan untuk mengumpulkan sumber-sumber yang

berhubungan dengan masalah-maslah yang sedang diteliti.

d. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian sebagaimana

dikemukakan oleh Arikunto (2002:115) bahwa : “ Populasi adalah

keseluruhan objek penelitian”. Adapun populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah SDN Jati Handap kota Bandung.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap dapat

mewakilinya. Samplenya adalah siswa kelas VI SDN Jati Handap kota

Bandung. Sample penelitian ini diambil secara acak, yang mana semua

anggota populasi mendapatkan kesempatan yang sama untuk dijadikan

sampel. Dalam penelitian ini jumlah anggota populasi sebanyak 120 siswa.

Adapun penentuan jumlah sample dapat dirumuskan sebagai berikut:

S = 15% +1000-n . (50%-15%)

1000-100

Dimana : S = Jumlah sampel yang diambil

n = Jumlah anggota populasi

jadi S = 15% +1000-n . (50%-15%) = 15% + 880 . (35%)

1000-100 900

S = 15% + 0,978 . (35%) = 15% + 34,23% = 49,23% = 0,4923

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus diatas, ukuran

sample yang diambil adalah 49,23% dari jumlah keseluruhan populasi. Maka

jumlah sample penelitian ini adalah 120 x 0,4923 = 59,076 dibulatkan

Page 24: Proposal Penelitian

24

menjadi 60 siswa. Penyebaran anggota sample penelitian yang ditetapkan

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel

Jumlah Anggota Subjek Penelitian

Sample Populasi Hitungan Subjek Penelitian

Kelas VI SDN Jati Handap I 40 40 x 59 : 120 = 19,6 = 20 20

Kelas VI SDN Jati Handap II 40 40 x 59 : 120 = 19,6 = 20 20

Kelas VI SDN Jati Handap III 40 40 x 59 : 120 = 19,6 = 20 20

120 Siswa 60 Siswa 60 Siswa

e. Analisis Data

Analisis data menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.

Pendekatan kuantitatif mencakup penormaan menggunakan skor ideal,

standar deviasi, dan kategorisasi persentase. Sedangkan untuk pendekatan

kualitatif analisis data dilakukan dengan melihat masukan dari judgmen

pakar, uji keterbacaan model program yang dikembangkan termasuk masukan

terhadap alat ukur harga diri siswa SD melalui triangulasi data.

Page 25: Proposal Penelitian

25

J. JADWAL PENELITIAN

Waktu penelitian adalah enam bulan terhitung mulai bulan Februari sampai

dengan Juli 2013. Urutan kegiatan beserta jadwal pelaksanaannya disajikan pada

tebel 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Nama Kegiatan Pelaksanaan Bulan ke

1 2 3 4 5 6

01. Persiapan

a. Penyusunan, penyerahan dan revisi proposal √

b. Merumusan formula konsep harga diri siswa √

c. Mengembangkan blue print konstruk

instrumen

d. Judgement instrumen √

e. Ujicoba instrumen dan revisi √

2. Pelaksaan

a. Mengumpulkan data dari siswa √

b. Melakukan wawancara dan studi

dokumentasi

c. Menyusun program √

d. Melakukan validasi pakar dan praktisi

sekaligus merevisi berdasarkan masukan

yang diperoleh

3 Penyusunan laporan hasil penelitian √

Page 26: Proposal Penelitian

26

K. DAFTAR PUSTAKA

Syah, Muhibbin. (2010). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.

Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Hasbullah. (1996). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada

Zuchdi, Darmiyanti. (2008). Humanisasi Pendidikan. Yogyakarta : PT Bumi

Aksara

Marjohan. (2009). School Healing Menyembuhkan Problem Sekolah.

Yogyakarta : PT Pustaka Insan Madani.

Anonim. (2012). Perkembangan Harga Diri. [Online]. Tersedia:

http://www.psychologymania.com/2012/08/perkembangan-harga-

diri.html [Januari 2013]

Anonim. (2012). Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri. [Online]. Tersedia:

http://www.psychologymania.com/2012/06/faktor-yang-mempengaruhi-

harga-diri.html [Januari 2013]

Anonim. (2012). Manfaat Kelompok Bagi Individu. [Online]. Tersedia:

http://www.psychologymania.com/2012/04/manfaat-kelompok-bagi-

individu.html [Januari 2013]

Anonim. (2012). Pengerian Dukungan Sosial. [Online]. Tersedia:

http://www.psychologymania.com/2012/08/pengertian-dukungan-

sosial.html [Januari 2013]

Anonim. (2012). Alasan Individu Bergabung dalam Kelompok. [Online].

Tersedia: http://www.psychologymania.com/2012/04/alasan-individu-

bergabung-dalam.html [Januari 2013]

Anonim. (2012). .Harga Diri Rendah dan Faktor Penyebabnya. [Online].

Tersedia: http://www.psychologymania.com/2012/04/harga-diri-rendah-

dan-faktor.html [Januari 2013]