Proposal Nihl
description
Transcript of Proposal Nihl
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi, penggunaan bahan kimia, perubahan sikap
dan perilaku, pengembangan sistem manajemen serta cara deteksi
lingkungan kerja, berpengaruh pada kesehatan dan keselamatan di tempat
kerja, yang tercermin pada peningkatan upaya pengenalan, penilaian dan
pengendalian aspek tersebut sebagai kegiatan perlindungan bagi pekerja.
Pendapat bahwa kejadian kecelakaan, timbulnya penyakit atau peristiwa
bencana lain yang mungkin dialami oleh pekerja merupakan resiko yang
harus dihadapi tanpa bisa dihindari, sekarang mulai banyak ditinggalkan.
Sebaliknya, kegiatan hygiene perusahaan, ergonomi, kesehatan dan
keselamatan kerja yang mengupayakan terciptanya tempat kerja yang
aman, nyaman dan higienis serta tenaga kerja sehat, selamat dan produktif
semakin dibutuhkan. (DEPKES RI, 2008)
Dalam hubungan dengan industri, maka faktor yang paling
berbahaya bagi keutuhan faal pendengaran ialah suara bising (noise).
Bising industri sudah lama merupakan masalah yang sampai sekarang
belum bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman
serius bagi pendengaran para pekerja, karena dapat menyebabkan
kehilangan pendengaran yang sifatnya permanen. Sedangkan bagi pihak
industri, bising dapat menyebabkan kerugian ekonomi karena biaya ganti
rugi. Oleh karena itu untuk mencegahnya diperlukan pengawasan terhadap
pabrik dan pemeriksaan terhadap pendengaran para pekerja secara berkala.
(Irwandi, 2008)
Gangguan pendengaran akibat bising (noise induced hearing loss /
NIHL) adalah tuli akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam
jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising
lingkungan kerja. Tuli akibat bising merupakan jenis ketulian
sensorineural yang paling sering dijumpai setelah presbikusis. Secara
umum bising adalah bunyi yang tidak diinginkan. Bising yang
intensitasnya 85 desibel (dB) atau lebih dapat menyebabkan kerusakan
reseptor pendengaran Corti pada telinga dalam. Sifat ketuliannya adalah
tuli saraf koklea dan biasanya terjadi pada kedua telinga. Banyak hal yang
mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpapar bising antara lain
intensitas bising yang lebih tinggi, berfrekwensi tinggi, lebih lama terpapar
bising, kepekaan individu dan faktor lain yang dapat menimbulkan
ketulian. (Irwandi, 2008)
Suara bising itu dapat mengganggu pendengaran dan menyebabkan
tuli telah lama dikemukakan oleh banyak ahli. Ramazzini dalam bukunya
De Morbus Artificium (1713) menyatakan bahwa banyak pekerja dalam
pertukangan barang-barang kuningan menjadi tuli. Setelah James Watt
(1736-1810), seorang ahli fisika dan ahli mesin bangsa Inggris berhasil
membuat mesin-uapnya, maka penggunaan mesin-mesin pengganti tenaga
manusia meluas dengan cepat. Akibatnya suara bising karena mesin pun
bertambah hebat dan meluas. Industri pada abad ke 20 ini lebih cepat
berkembang dan makin banyak digunakan mesin dalam berbagai industri,
yang semuanya menambah kebisingan di lingkungan kerja dan lingkungan
hidup kita. Sudah jelas adanya pengotoran udara oleh suara bising
(airpollution by noise) dapat mengakibatkan gangguan pendengaran
sekarang dikenal sebagai occupational deafness. Occupational deafness
adalah tuli sebagian ataupun total yang bersifat menetap pada satu atau
kedua telinga dan disebabkan oleh suara bising yang terus menerus di
tempat/lingkungan kerja. (Balai K3, 2008)
Akhirnya setelah berjuang lama dan gigih pada tahun 1940 di
Amerika disusunlah occupational law yang di dalamnya mengatakan
bahwa pekerja yang menjadi tuli akibat kebisingan di tempat kerja harus
diberi ganti rugi. Meskipun demikian, belum ada ketentuan atau peraturan
mengenai pencegahan kerusakan pendengaran. Ganti rugi diberikan
setelah korban jelas menjadi tuli. Sebaliknya para pengusaha menuntut
jaminan bahwa ketulian itu memang tidak terdapat sebelum orang itu
bekerja padanya. Kemajuan tehnik akhir-akhir ini, terutama di bidang
elektrotehnik dan elektroakustik menghasilkan alat-alat yang
memungkinkan kita meneliti dengan cermat dan tepat ada tidaknya
kelainan dalam fungsi pendengaran. Misalnya audiometer yang dapat
dipergunakan untuk screening, untuk diagnosis, speech audiometer dsb.
Juga ada alat-alat untuk mengukur intensitas suara bising (sound level
meter). (Balai K3, 2008)
Salah satu pekerjaan yang beresiko untuk terjadinya Noice Induced
Hearing Loss ada pada pekerja PLN. Pada pekerja PLN di bagian operator
mesin generator bekerja kurang lebih selama 6 jam sehari dengan keadaan
terpapar kebisingan yang menetap.
Berdasarkan hal di atas, peneliti berkeinginan untuk meneliti lama
masa kerja dengan kejadian Noise induced Hearing Loss
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan
masalah apakah ada hubungan antara lama masa kerja dengan kejadian
noise induced hearing loss pada pekerja Pusat Listrik Negara (PLN)
wilayah kerja Tanjung Karang periode September 2013 s/d Februari 2014.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara lama masa kerja dengan kejadian noise induced hearing loss
pada pekerja Pusat Listrik Negara (PLN) wilayah kerja Tanjung
Karang
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengidentifikasi lama masa kerja pegawai pada Pusat
Listrik Negara wilayah kerja Tanjung Karang.
1.3.2.2 Untuk mengidentifikasi kejadian Noise Induced Hearing Loss
pada pegawai Pusat Listrik Negara (PLN) wilayah kerja
Tanjung Karang.
1.3.2.3 Untuk menganalisa hubungan lama masa kerja dengan
kejadian Noise Induced Hearing Loss
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Sebagai bahan untuk menambah wawasan dan pengetahuan
tentang ada hubungan antara lama masa kerja dengan kejadian
noise induced hearing loss pada pekerja Pusat Listrik Negara
(PLN) wilayah kerja Tanjung Karang
1.4.2 Bagi Institusi
Sebagai bahan informasi berkaitan dengan adanya hubungan
antara lama masa kerja dengan kejadian noise induced hearing loss
pada pekerja Pusat Listrik Negara (PLN) wilayah kerja Tanjung
Karang
1.4.3 Bagi Masyarakat
1.4.3.1 Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya
kepada pegawai PLN bahwa ada hubungan antara lama
masa kerja dengan kejadian noise induced hearing loss pada
pekerja Pusat Listrik Negara (PLN) wilayah kerja Tanjung
Karang.
1.4.3.2 Dengan mengetahui adanya hubungan antara lama masa
kerja dengan kejadian noise induced hearing loss pada
pekerja Pusat Listrik Negara (PLN) wilayah kerja Tanjung
Karang maka diharapkan para pegawai PLN untuk dapat
menerapkan perilaku hidup sehat.
1.4.4 Bagi Ilmu Pengetahuan
Sebagai sumber informasi berkaitan dengan ada hubungan
antara lama masa kerja dengan kejadian noise induced hearing loss
pada pekerja Pusat Listrik Negara (PLN) wilayah kerja Tanjung
Karang, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan kepustakaan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
1.4.5 Bagi Kesehatan
Sebagai informasi terhadap instansi Kesehatan bahwa
terdapat hubungan antara lama masa kerja dengan kejadian noise
induced hearing loss pada pekerja Pusat Listrik Negara (PLN)
wilayah kerja Tanjung Karang sehingga diharapkan adanya tindak
lanjut dari instansi yang terkait.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Jenis penelitian observational analitik
dengan rancangan penelitian cross sectional adalah penelitian yang dilakukan
pada satu waktu dan satu kali, tidak ada follow up, untuk mencari hubungan
antara variabel independen (faktor resiko) dengan variabel dependen (efek).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama masa kerja
dengan kejadian Noise Hearing Loss pada pegawai PLN wilayah kerja Tanjung
Karang.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 1 September 2013 sampai
28 Februari 2014. Penelitian dilakukan di Pusat Listrik Negara (PLN) wilayah
kerja Tanjung Karang Mataram.
3.3. Variabel Operasional
Variabel independen dalam penelitian ini adalah lama masa kerja pada pegawai
PLN. Sedangkan variabel dependennya adalah kejadian Noise Induced Hearing
Loss.
3.4 Subjek Penelitian
3.4.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan (Notoatmojo, 2010). Populasi pada penelitian ini
adalah seluruh pegawai yang bekerja sebagai operator mesin
generator pada PLN wilayah kerja Tanjung karang Mataram.
3.4.2 Sampel Penelitian
A. Sampel
Sampel penelitian akan diambil secara acak dengan menggunakan
simple random sampling. Semua sampel yang didapat dan
memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai
jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang akan digunakan untuk pengumpulan
data. Instrument dalam penelitian ini antara lain sound level meter yaitu
suatu alat yang berfungsi untuk mengukur intensitas kebisingan di suatu
tempat. Instrument selanjutnya menggunakan garpu tala.
3.6 Analisa Data
3.6.1 Analisa Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mendiskripsikan karakteristik
masing-masing variable independen yaitu jenis pekerjaan (Pekerja
PLN) dan variable dependen yaitu kejadian Noise Hearing Loss.
3.6.2 Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat perbandingan antara
variable dependen dan variable independen. Karena rancangan
penelitian ini adalah cross sectional, digunakan uji statistik Resiko
Relativ (RR). Digunakan juga table silang 2x2 dengan tingkat
kepercayaan 95% (α = 0,05)
Daftar Pustaka
Arikunto, S., 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta, hlm.190-212
Bashruddin, J. dan Soetirto, I., 2007. Gangguan pendengaran akibat bising (Noise
Incuced Hearing Loss). Dalam : Soepardi, A.F., Iskandar, N, Bashiruddin,
J. and Restuti R.D, eds. 2007 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala dan Leher. ed VI. Jakarta : Balai Penerbit FK UI,
hlm.49-53.
Bashiruddin, J., 2009. Program Konservasi Pendengaran pada Pekerja yang
Terpajan Bising Industri. Majalah Kedokteran Indonesia, 59(1), pp.14-19.
DEPKES RI. Indonesia termasuk 4 negara di Asia Tenggara dengan Prevalensi
Ketulian4,6%.http://www.depkes.go.id/index.php?
option=articles&task=viewarticle&artid=61&Itemid=3 [diakses 26
Agustus 2013]