Proposal Nihl

15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi, penggunaan bahan kimia, perubahan sikap dan perilaku, pengembangan sistem manajemen serta cara deteksi lingkungan kerja, berpengaruh pada kesehatan dan keselamatan di tempat kerja, yang tercermin pada peningkatan upaya pengenalan, penilaian dan pengendalian aspek tersebut sebagai kegiatan perlindungan bagi pekerja. Pendapat bahwa kejadian kecelakaan, timbulnya penyakit atau peristiwa bencana lain yang mungkin dialami oleh pekerja merupakan resiko yang harus dihadapi tanpa bisa dihindari, sekarang mulai banyak ditinggalkan. Sebaliknya, kegiatan hygiene perusahaan, ergonomi, kesehatan dan keselamatan kerja yang mengupayakan terciptanya tempat kerja yang aman, nyaman dan higienis serta

description

gcghcccccchhhhhhhh

Transcript of Proposal Nihl

Page 1: Proposal Nihl

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi, penggunaan bahan kimia, perubahan sikap

dan perilaku, pengembangan sistem manajemen serta cara deteksi

lingkungan kerja, berpengaruh pada kesehatan dan keselamatan di tempat

kerja, yang tercermin pada peningkatan upaya pengenalan, penilaian dan

pengendalian aspek tersebut sebagai kegiatan perlindungan bagi pekerja.

Pendapat bahwa kejadian kecelakaan, timbulnya penyakit atau peristiwa

bencana lain yang mungkin dialami oleh pekerja merupakan resiko yang

harus dihadapi tanpa bisa dihindari, sekarang mulai banyak ditinggalkan.

Sebaliknya, kegiatan hygiene perusahaan, ergonomi, kesehatan dan

keselamatan kerja yang mengupayakan terciptanya tempat kerja yang

aman, nyaman dan higienis serta tenaga kerja sehat, selamat dan produktif

semakin dibutuhkan. (DEPKES RI, 2008)

Dalam hubungan dengan industri, maka faktor yang paling

berbahaya bagi keutuhan faal pendengaran ialah suara bising (noise).

Bising industri sudah lama merupakan masalah yang sampai sekarang

belum bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman

serius bagi pendengaran para pekerja, karena dapat menyebabkan

kehilangan pendengaran yang sifatnya permanen. Sedangkan bagi pihak

industri, bising dapat menyebabkan kerugian ekonomi karena biaya ganti

Page 2: Proposal Nihl

rugi. Oleh karena itu untuk mencegahnya diperlukan pengawasan terhadap

pabrik dan pemeriksaan terhadap pendengaran para pekerja secara berkala.

(Irwandi, 2008)

Gangguan pendengaran akibat bising (noise induced hearing loss /

NIHL) adalah tuli akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam

jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising

lingkungan kerja. Tuli akibat bising merupakan jenis ketulian

sensorineural yang paling sering dijumpai setelah presbikusis. Secara

umum bising adalah bunyi yang tidak diinginkan. Bising yang

intensitasnya 85 desibel (dB) atau lebih dapat menyebabkan kerusakan

reseptor pendengaran Corti pada telinga dalam. Sifat ketuliannya adalah

tuli saraf koklea dan biasanya terjadi pada kedua telinga. Banyak hal yang

mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpapar bising antara lain

intensitas bising yang lebih tinggi, berfrekwensi tinggi, lebih lama terpapar

bising, kepekaan individu dan faktor lain yang dapat menimbulkan

ketulian. (Irwandi, 2008)

Suara bising itu dapat mengganggu pendengaran dan menyebabkan

tuli telah lama dikemukakan oleh banyak ahli. Ramazzini dalam bukunya

De Morbus Artificium (1713) menyatakan bahwa banyak pekerja dalam

pertukangan barang-barang kuningan menjadi tuli. Setelah James Watt

(1736-1810), seorang ahli fisika dan ahli mesin bangsa Inggris berhasil

membuat mesin-uapnya, maka penggunaan mesin-mesin pengganti tenaga

manusia meluas dengan cepat. Akibatnya suara bising karena mesin pun

Page 3: Proposal Nihl

bertambah hebat dan meluas. Industri pada abad ke 20 ini lebih cepat

berkembang dan makin banyak digunakan mesin dalam berbagai industri,

yang semuanya menambah kebisingan di lingkungan kerja dan lingkungan

hidup kita. Sudah jelas adanya pengotoran udara oleh suara bising

(airpollution by noise) dapat mengakibatkan gangguan pendengaran

sekarang dikenal sebagai occupational deafness. Occupational deafness

adalah tuli sebagian ataupun total yang bersifat menetap pada satu atau

kedua telinga dan disebabkan oleh suara bising yang terus menerus di

tempat/lingkungan kerja. (Balai K3, 2008)

Akhirnya setelah berjuang lama dan gigih pada tahun 1940 di

Amerika disusunlah occupational law yang di dalamnya mengatakan

bahwa pekerja yang menjadi tuli akibat kebisingan di tempat kerja harus

diberi ganti rugi. Meskipun demikian, belum ada ketentuan atau peraturan

mengenai pencegahan kerusakan pendengaran. Ganti rugi diberikan

setelah korban jelas menjadi tuli. Sebaliknya para pengusaha menuntut

jaminan bahwa ketulian itu memang tidak terdapat sebelum orang itu

bekerja padanya. Kemajuan tehnik akhir-akhir ini, terutama di bidang

elektrotehnik dan elektroakustik menghasilkan alat-alat yang

memungkinkan kita meneliti dengan cermat dan tepat ada tidaknya

kelainan dalam fungsi pendengaran. Misalnya audiometer yang dapat

dipergunakan untuk screening, untuk diagnosis, speech audiometer dsb.

Juga ada alat-alat untuk mengukur intensitas suara bising (sound level

meter). (Balai K3, 2008)

Page 4: Proposal Nihl

Salah satu pekerjaan yang beresiko untuk terjadinya Noice Induced

Hearing Loss ada pada pekerja PLN. Pada pekerja PLN di bagian operator

mesin generator bekerja kurang lebih selama 6 jam sehari dengan keadaan

terpapar kebisingan yang menetap.

Berdasarkan hal di atas, peneliti berkeinginan untuk meneliti lama

masa kerja dengan kejadian Noise induced Hearing Loss

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan

masalah apakah ada hubungan antara lama masa kerja dengan kejadian

noise induced hearing loss pada pekerja Pusat Listrik Negara (PLN)

wilayah kerja Tanjung Karang periode September 2013 s/d Februari 2014.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada hubungan

antara lama masa kerja dengan kejadian noise induced hearing loss

pada pekerja Pusat Listrik Negara (PLN) wilayah kerja Tanjung

Karang

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengidentifikasi lama masa kerja pegawai pada Pusat

Listrik Negara wilayah kerja Tanjung Karang.

Page 5: Proposal Nihl

1.3.2.2 Untuk mengidentifikasi kejadian Noise Induced Hearing Loss

pada pegawai Pusat Listrik Negara (PLN) wilayah kerja

Tanjung Karang.

1.3.2.3 Untuk menganalisa hubungan lama masa kerja dengan

kejadian Noise Induced Hearing Loss

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai bahan untuk menambah wawasan dan pengetahuan

tentang ada hubungan antara lama masa kerja dengan kejadian

noise induced hearing loss pada pekerja Pusat Listrik Negara

(PLN) wilayah kerja Tanjung Karang

1.4.2 Bagi Institusi

Sebagai bahan informasi berkaitan dengan adanya hubungan

antara lama masa kerja dengan kejadian noise induced hearing loss

pada pekerja Pusat Listrik Negara (PLN) wilayah kerja Tanjung

Karang

1.4.3 Bagi Masyarakat

1.4.3.1 Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya

kepada pegawai PLN bahwa ada hubungan antara lama

masa kerja dengan kejadian noise induced hearing loss pada

Page 6: Proposal Nihl

pekerja Pusat Listrik Negara (PLN) wilayah kerja Tanjung

Karang.

1.4.3.2 Dengan mengetahui adanya hubungan antara lama masa

kerja dengan kejadian noise induced hearing loss pada

pekerja Pusat Listrik Negara (PLN) wilayah kerja Tanjung

Karang maka diharapkan para pegawai PLN untuk dapat

menerapkan perilaku hidup sehat.

1.4.4 Bagi Ilmu Pengetahuan

Sebagai sumber informasi berkaitan dengan ada hubungan

antara lama masa kerja dengan kejadian noise induced hearing loss

pada pekerja Pusat Listrik Negara (PLN) wilayah kerja Tanjung

Karang, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan kepustakaan

dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

1.4.5 Bagi Kesehatan

Sebagai informasi terhadap instansi Kesehatan bahwa

terdapat hubungan antara lama masa kerja dengan kejadian noise

induced hearing loss pada pekerja Pusat Listrik Negara (PLN)

wilayah kerja Tanjung Karang sehingga diharapkan adanya tindak

lanjut dari instansi yang terkait.

Page 7: Proposal Nihl

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Jenis penelitian observational analitik

dengan rancangan penelitian cross sectional adalah penelitian yang dilakukan

pada satu waktu dan satu kali, tidak ada follow up, untuk mencari hubungan

antara variabel independen (faktor resiko) dengan variabel dependen (efek).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama masa kerja

dengan kejadian Noise Hearing Loss pada pegawai PLN wilayah kerja Tanjung

Karang.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 1 September 2013 sampai

28 Februari 2014. Penelitian dilakukan di Pusat Listrik Negara (PLN) wilayah

kerja Tanjung Karang Mataram.

3.3. Variabel Operasional

Variabel independen dalam penelitian ini adalah lama masa kerja pada pegawai

PLN. Sedangkan variabel dependennya adalah kejadian Noise Induced Hearing

Loss.

Page 8: Proposal Nihl

3.4 Subjek Penelitian

3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan (Notoatmojo, 2010). Populasi pada penelitian ini

adalah seluruh pegawai yang bekerja sebagai operator mesin

generator pada PLN wilayah kerja Tanjung karang Mataram.

3.4.2 Sampel Penelitian

A. Sampel

Sampel penelitian akan diambil secara acak dengan menggunakan

simple random sampling. Semua sampel yang didapat dan

memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai

jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang akan digunakan untuk pengumpulan

data. Instrument dalam penelitian ini antara lain sound level meter yaitu

suatu alat yang berfungsi untuk mengukur intensitas kebisingan di suatu

tempat. Instrument selanjutnya menggunakan garpu tala.

Page 9: Proposal Nihl

3.6 Analisa Data

3.6.1 Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mendiskripsikan karakteristik

masing-masing variable independen yaitu jenis pekerjaan (Pekerja

PLN) dan variable dependen yaitu kejadian Noise Hearing Loss.

3.6.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat perbandingan antara

variable dependen dan variable independen. Karena rancangan

penelitian ini adalah cross sectional, digunakan uji statistik Resiko

Relativ (RR). Digunakan juga table silang 2x2 dengan tingkat

kepercayaan 95% (α = 0,05)

Page 10: Proposal Nihl

Daftar Pustaka

Arikunto, S., 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta, hlm.190-212

Bashruddin, J. dan Soetirto, I., 2007. Gangguan pendengaran akibat bising (Noise

Incuced Hearing Loss). Dalam : Soepardi, A.F., Iskandar, N, Bashiruddin,

J. and Restuti R.D, eds. 2007 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorokan Kepala dan Leher. ed VI. Jakarta : Balai Penerbit FK UI,

hlm.49-53.

Bashiruddin, J., 2009. Program Konservasi Pendengaran pada Pekerja yang

Terpajan Bising Industri. Majalah Kedokteran Indonesia, 59(1), pp.14-19.

DEPKES RI. Indonesia termasuk 4 negara di Asia Tenggara dengan Prevalensi

Ketulian4,6%.http://www.depkes.go.id/index.php?

option=articles&task=viewarticle&artid=61&Itemid=3 [diakses 26

Agustus 2013]