Proposal Nabela 0905716

37
Proposal Skripsi “Analisis Korelasional Penerapan Pendekatan Problem Posing dalam Pembelajaran Fisika Melalui Metode Diskusi terhadap Peningkatan Hasil Belajar Fisika pada materi GLBB “ Disusun Oleh: Nabela Noviandini 0905716

Transcript of Proposal Nabela 0905716

Page 1: Proposal Nabela 0905716

Proposal Skripsi

“Analisis Korelasional Penerapan Pendekatan Problem Posing dalam Pembelajaran Fisika

Melalui Metode Diskusi terhadap Peningkatan Hasil Belajar Fisika pada materi GLBB “

Disusun Oleh:

Nabela Noviandini

0905716

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Page 2: Proposal Nabela 0905716

A. Latar Belakang

Pembelajaran IPA erat kaitannya dengan pembelajaran tentang Alam. Begitupun

fisika sebagai bagian dari IPA, dapat menjelaskan fenomena yang terjadi di alam.

Kedekatan sumber belajar fisika dengan lingkungan peserta didik, dalam hal ini fenomena

alam yang teramati, seharusnya membuat konsep fisika lebih mudah untuk dipelajari.

Namun pada kenyataanya fisika masih dianggap sulit oleh siswa.

Dari hasil observasi Uswatun Hasanah pada tahun 2009, di salah satu SMA di kota

bandung didapatkan hasil bahwa mata pelajaran fisika menempati peringkat terbawah dari

14 mata pelajaran lain berdasarkan nilai Tes Unit, UTS dan UAS di SMA tersebut.

Adapun dari hasil wawancara yang dilakukan pada guru didapatkan bahwa pada saat

pembelajaran siswa kurang aktif. Di lain pihak, saat diwawancarai, siswa menyatakan

bahwa metode yang dipakai dalam pembelajaran sudah baik, yaitu ceramah, diskusi ,dan

tanya jawab. Namun guru jarang memberi tugas kepada siswa, dan fisika masih dianggap

sulit oleh siswa karena terlalu banyak rumus.

Dari informasi di atas terlihat bahwa pembelajaran di kelas belum dapat

memaksimalkan aktifitas belajar siswa. Siswa juga jarang dilatih kemampuan kognitifnya

melalui latihan karena siswa jarang diberi tugas oleh guru. Sehingga saat menghadapi

kasus fisika, siswa merasa kesulitan karena terlalu banyak rumus. Hal itu menunjukkan

siswa mengerjakan kasus fisika hanya berdasarkan rumus yang ada. Siswa belum dapat

menghubungkan materi fisika yang didapatkan dengan kasus fisika. Ini menunjukan masih

rendahnya tingkat pemahaman dan daya analisis siswa terhadap kasus fisika.

Untuk itu, dalam pembelajaran fisika, kemampuan analisis siswa perlu dilatihkan

melalui pemberian kasus fisika. Tapi untuk dapat menganalisis kasus fisika tersebut, siswa

perlu membangun pemahamannya terlebih dahulu, sehingga pemahaman akan materi

fisika itu , kemudian akan digunakan untuk menganalisis kasus fisika tersebut. Dengan

adanya pemahaman dan kemampuan analisis kasus fisika , dapat diasumsikan, kasus-kasus

fisika pada Tes Unit, UTS, UAS, atau tes kognitif lainnya dapat lebih mudah diselesaikan,

sehingga hasil belajar siswa akan meningkat.

Karena itu, guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran seyogyanya

menggunakan metoda mengajar dengan pendekatan yang dapat meningkatkan aktifitas

Page 3: Proposal Nabela 0905716

belajar siswa melalui analisis kasus-kasus fisika, sehingga hasil belajar siswa dapat

meningkat.

Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran fisika yang dapat

memicu aktifitas belajar siswa melalui analisis kasus ialah pembelajaran dengan

pendekatan problem posing semi terstruktur melalui metoda diskusi.

Menurut B. Suryosubroto( 2009: 203) dengan pendekatan ini siswa dipancing untuk

menemukan pengetahuan melalui upaya mereka mencari hubungan hubungan dalam

informasi yang dipelajarinya. Semakin luas informasi yang dimiliki akan semakin mudah

pula menemukan hubungan- hubungan tersebut.

Melalui pendekatan problem posing, pemahaman siswa dibangun melalui kegiatan

resume awal, dan pengajuan kasus atau masalah serta solusi masalah tersebut. Kemudian

daya analisis siswa diasah ketika siswa harus memberikan solusi pada kasus yang

diajukan siswa lain kepadanya. Pendekatan problem posing ini dipadukan dengan

metode diskusi, karena metode ini dapat memacu aktivitas belajar siswa pada siswa

dengan kemampuan yang berbeda-beda. Siswa dengan kemampuan di atas rata-rata

dapat membantu temannya dalam memahami dan menganalis kasus fisika. Sehingga

dapat diasumsikan perpaduan metode diskusi dengan pendekatan problem posing ini

berpengaruh positif pada peningkatan hasil belajar siswa.

Karena itulah, penelitian mengenai “Analisis Korelasional Penerapan Pendekatan

Problem Posing dalam Pembelajaran Fisika Melalui Metode Diskusi terhadap

Peningkatan Hasil Belajar Fisika pada materi GLBB “penting untuk dilakukan.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan diteliti adalah,”bagaimanakah korelasi antara penerapan

pendekatan problem posing melalui metode diskusi dengan peningkatan hasil belajar

siswa pada materi GLBB?” Rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana keterlaksanaan penerapan pendekatan problem posing melalui metode

diskusi pada pembelajaran fisika dikelas?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran fisika

dengan pendekatan problem posing melalui metode diskusi?

Page 4: Proposal Nabela 0905716

3. Apakah terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara penerapan pendekatan

problem posing melalui metode diskusi dengan peningkatan hasil belajar siswa?

B. Batasan Masalah

Supaya permasalahan penelitian tidak meluas, maka

Pendekatan problem posing semi terstruktrur melalui diskusi intra kelompok

Hasil belajar siswa tebatas pada hasil belajar dalam ranah kognitif.

C. Variabel Penelitian

1. Pendekatan problem posing melalui diskusi kelompok

2. Hasil belajar siswa

D. Definisi Operasional

1.Pendekatan problem posing ialah pendekatan pembelajaran melalui pengajuan

masalah yang dituangkan dalam dalam bentuk pertanyaan yang diupayakan untuk dicari

jawabannya baik secara individu atau kelompok atau dengan bertanya pada guru.

Pendekatan ini hampir mirip dengan pendekatan problem solving perbedaanya adalah

problem posing memfokuskan pada upaya peserta didik secara sengaja menemukan

pengetahuan dan pengalaman baru. Pada kKesesuaian penerapan problem posing yang

sesuai dengan tahapan yang telah disusun diamati dan dinilai keseuaiannya melalui

lembar observasi.

2. keaktifan siswa merupakan tingkat tinggi rendahnya partisipasi siswa dalam

pembelajaran. Keaktifan dengan demikian masuk ke dalam ranah afektif khususnya

ranah afektif dalam poin merespon. Dimana merespon sendiri ialah mereaksi perangsang

atau gejala tertentu. Keaktifan siswa diukur melalui lembar observasi dan lembar

problem posing.

3.Hasil belajar kognitif adalah tingkat penguasaan siswa dalam memperoleh pengetahuan

pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran terhadap pokok

bahasan yang diajarkan sebagai eksperimen berlangsung yang ditandai dengan selisih

skor yang diperoleh  dari tes awal dan tes akhir.

Page 5: Proposal Nabela 0905716

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan umum dari peneltian ini adalah ingin

mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannya metode pembelajaran

fsika dengan pendekatan problem posing.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan problem solving pada pembelajaran fisika

terhadap aktivitas siswa di kelas.

2. Untuk mengetahui pengaruh penerapan problem posing pada pembelajaran fisika

terhadap kemampuan analisis soal siswa

3. Untuk mengetahui pengaruh peningkatan kedua aspek di atas terhadap peningkatan

hasil belajar siswa

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Sebagai bahan referensi untuk mengembangkan pendekatan problem posing pada

penelitian berikutnya.

2) Sebagai salah satu sumber informasi yang dapat dijadikan masukan bagi semua pihak

yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dan pengajaran, khususnya dalam dunia

pendidikan fisika, sehingga dapat ditempuh suatu kebijakan dalam upaya meningkatkan

hasil belajar fisika siswa kelas

3) Merupakan latihan bagi penulis untuk menyusun karya tulis ilmiah sehingga dapat

mengembangkan proses berpikir ilmiah dan pengkajian faktor-faktor empiris.

G. Asumsi dan Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah hipotesis dari penelitian ini merupakan dalam bentuk

hipotesis kerja

. Agar pemilihan lebih terperinci maka diperlukan hipotesis alternatif yang kemudian

disebut H1 dan hipotesis nol yang kemudian disebut H0. Dari uraian tersebut penulis

dapat mengambil hipotesis yaitu terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar

kognitif siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan pendekatan problem posing .

Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini yaitu

dengan menggunakan uji-t dengan kriteria sebagai berikut:

H0 : m1 = m2 (tidak terdapat perbedaan)

H1 : m1 ¹ m2 (terdapat perbedaan)

Page 6: Proposal Nabela 0905716

H. Kajian Teori

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

Pendekatan problem posing merupakan pendekatan melalui pengajuan masalah yang

dituangkan dalam bentuk pertanyaan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut

kemudian diupayakan untuk dicari jawabannya baik secara individu maupun bersama

dengan pihak lain, misalnya sesama peserta didik atau dengan pengajar sendiri. Dalam

pembelajaran dengan pendekatan ini, siswa menemukan pengetahuan melalui upaya

siswa mencari hubungan dalam informasi-informasi yang dipelajarinya. penemuan

pertanyaan petanyaan dan jawaban pada akhirnya akan merubah ketergantungan siswa

pada penguatan luar. Siswa akan merasa puas dengan keberhasilan menemukan sendiri

jawaban atas pertanyaan yang diajukan padanya.

Menurut brunner, untuk mencapai tujuan pembelajaran, diperlukan metode yang bukan

hanya menekankan pada efektifitas bahan ajar, tapi juga pada bagaimana cara peserta

didik memperoleh informasi dan memecahkan masalah. Dengan memperoleh dan

memecahkan masalah sendiri, akan timbul dorongan berpikir karena adanya eksplorasi

oleh siswa sehingga diperoleh pengetahuan.

Pendekatan problem posing hampir sama dengan metode problem solving intrinsik.

Problem solving intrinsik sendiri ialah pemecahan masalah yang didasarkan pada

keinginan siswa sendiri. Perbedaannya problem solving terfokus pada pemecahan

masalah oleh siswa sedangkan problem posing lebih terfokus pada upaya peserta didik

secara sengaja menemukan pengetahuan dan pengalaman-pengalaman baru.

Ranah kognitif dan afektif sebagai sasaran

Page 7: Proposal Nabela 0905716

Ranah kognitif dan afektif merupakan sasaran yang diharapkan perubahannya dengan

peneapan pembelajaran dengan pendekatan problem posing.

Menurut Bloom, aspek penalaran atau kognitif secara garis besar dapat dijabarkan

sebagai berikut:

1. Mengetahui, yakni mengenali kembali hal hal yang umum dan khas, mengenali

kembali metode dan proses, serta mengenali kembali pola, struktur dan perangkat.

2. Mengerti, dapat diartikan sebagai memahami.

3. Mengaplikasikan , merupakan kemampuan menggunakan abstraksi dalam di dalam

situasi –situasi konkret.

4. Menganalisis, adalah menjabarkan sesuatu ke dalam unsur-unsur , bagian-bagian, atau

komponen-komponen sedemikian rupa sehingga tampak jelas susunan atau hierarki

gagasan yang ada di dalamnya, atau tampak jelas hubungan antara berbagai gagasan

yang dinyatakan dalam sesuatu komunitas.

5. Mensintesiskan , menyatukan unsur-unsur atau bagian –bagian sedemikian rupa

sehinggga membentuk suatu keseluruhan yang utuh

6. Mengevaluasi, kemampuan menilai metode komunikasi untuk tujuan tertentu.

Sedangkan untuk aspek afektif, menurut bloom terdiri atas:

1. Menerima atau memperhatikan ialah kepekaan terhadap kehadiran gejala atau

perangsang tertentu.

2. Merespons ialah mereaksi perangsang atau gejala tertentu

3. Menghargai, berikut pengertian, bahwa suatu hal , gejala atau tingkah laku

mempunyai harga atau nilai tertentu.

4. Mengorganisasikan nilai, mencangkup mengatur nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai,

menyusun jalinan nilai-nilai itu dan menetapkan berlakunya nilai nilai dominan dan

merasuk.

5. Mewatak, yaitu suatu kondisi dimana nilai-nilai dari sistem nilai yang diyakini telah

benar-benar merasuk di dalam pribadi seseorang.

Aplikasi Pendekatan Problem Posing dalam Pembelajaran terhadap Peningkatan

Kemampuan Kognitif dan Afektif

Page 8: Proposal Nabela 0905716

Penilaian Ranah Kognitif dalam Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Posing

Pendekatan problem posing merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat memotivasi

peserta didik serta memperkaya pengalamam belajarnya. Pendekatan ini menghendaki

siswa untuk mengajukan pertanyaan pertanyaan. Sejalan dengan hal hal yang termasuk

ranah kognitif, berikut adalah tingkat bertanya dimulai dari tingkat yang paling rendah:

1. Pertanyaan Pengetahuan

2. Pertanyaan pemahaman

3. Pertanyaan Aplikatif

4. Pertanyaan Analisis

5. Pertanyaan Sintesis

6. Pertanyaan Evaluasi

Pertanyaan pengetahuan hanya menuntut jawaban yang hanya sesuai dengan fakta, hasil

observasi, definisi atau dalil yang pernah dipelajari. Contoh: apa yang disebut dengan

fluida ideal?

Pertanyaan Pemahaman ialah pertanyaan yang mengandung jawaban tentang

kemampuan si penjawab dalam mengorganisasikan suatu informasi secara mental.

Jawaban terhadap pertanyaan pemahaman ini menuntut siswa memahami bahan

informasi yang dapat ditunjukkan dengan menggambarkan ke dalam bahasa sendiri,

menerjemahkan uraian verbal ke dalam bentuk grafik, rumus skema, atau membuat suatu

perbandingan. Contoh: gagasan apa yang disajikan pada hukum bernouli?

Pertanyaan aplikasi ialah pertanyaan yang mengandung jawaban tentang bagaiman

pengaplikasian fakta yang telah diketahui dan dipahami. Contoh: bagaimana

pengaplikasian hukum bernouli dalam karburator mobil?

Pertanyaan analisis ialah pertanyaan yang melibatkan proses-proses berpikir sebagai

yaitu: mengidentifikasi penyebab fenomena, menganalisis informasi agar didapatkan

kesimpulan, dan menganalisis kesimpulan agar didapatkan bukti yang menunjang atau

mendukung kesimpulan tersebut. Contoh: tunjukkan bukti bahwa kekentalan cairan

mempengaruhi kecepatan gerak kelereng di suatu cairan tertentu!

Page 9: Proposal Nabela 0905716

Pertanyaan sintesis meminta jawaban yang menggambarkan kemampuan membuat

prediksi dan kemampuan memecahkan masalah. Contoh:

Pada pipa dengan luas penampang serba sama air mengalir dari bawah ke atas setinggi 2

meter dengan kecepatan di atas dan di bawahnya masing masing 2 m/s dan 5 m/s

dengan menggunakan bantuan pompa. Tentukan perbedaan tekanan air yang ditimbulkan

oleh pompa!

Pertanyaan evaluasi gambaran jawaban yang diinginkan adalah pemecahan masalah, ide-

ide, tanggapan berdasarkan isu.

Penilaian ranah afektif

Kemampuan yang termasuk ke dalam ranah afektif ialah kemampuan menerima,

merespon, menghargai,menorganisasikan, sampai mewatak. Penilaian yang tepat pada

ranah ini lebih pada performance, yakni tingkah laku yang dapat diamati. Karena belajar

merupakan proses perubahan tingkah laku jika diberi stimulus tertentu dalam hal ini

perubahan sikap siswa saat pembelajaran fisika.

Pendekatan problem posing dapat menunjang peningkatan dari sisi afeksi, jika dilakukan

dengan metode lain. untuk pendekatan ini, metode diskusi ialah metode yang tepat.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa kemudian dapat digulirkan dalam forum

diskusi. Adapun penilaian dalam ranah tersebut yaitu sebagai berikut:

Aspek menerima, aspek ii dapat dinilai dengan memperhatikan performance yang

tampak saat siswa berdiskusi.

Aspek merespon. Pada penilaian aspek ini, gejala yang diamati adalah reaksi siswa

terhadap pertanyaan atau tanggapan dari suatu masalah yang diungkapkan siswa lain.

dalam hal ini siswa diharapkan untuk tidak hanya mendengarkan dengan baik lawan

bicaranya tapi juga memberi tanggapan.

Aspek menghargai aspek ini merupakan penyempurnaan dari aspek yang ke dua. Peserta

didik dianggap mempunyai afeksi yang baik jika dapat menghargai tanggapan siswa lain.

Page 10: Proposal Nabela 0905716

Mengorganisasikan nilai merupakan kemampuan mengukur nilai nilai menjadi suatu

sistem nilai.

Yang terakhir adalah mewatak.contoh aspek ini adalah peserta didik telah mempunyai

sistem nilai yang diyakini secara sungguh-sungguh sehingga menjadi ciri

kepribadiaanya.

Gambaran konkret pelaksanaan pengajaran dengan pendekatan problem posing

1. Tahapan Perencanaan

a. Penyusunan rancangan kegiatan dan bahan pembelajaran

b. Guru mengorganisasi bahan pembelajaran dan mempersiapkannya.

c. Guru menyusun rncana pembelajaran, termasuk di antaranya kisi-kisi hasil belajar

ranah kognitif dan afektif

2. Tindakan

a. Guru menjelaskan tentang pembelajaran yang akan diharapkan kepada siswa dengan

harapan mereka dapat mengikuti dengan baik proses pembelajaran baik dari segi

frekuensi maupun intensitas. Penjelasan meliputi bahan yang akan diberikan kegiatan

samnpai dengan prosedur penilaian yang mengacu pada ketercapaian prestasi belajar

baik dari ranah kognitif maupun afektif.

b. Guru melakukan tes awal yang hasilnya digunakan untuk mengetahui tingkat daya

kritis siswa. Hasil tes tersebut akan menjadi dasar pengajar dalam membagi peserta didik

ke dalam sejumlah kelompok. Apabila jumlah siswa dalam satu kelas ada 30 orang. Agar

kegiatan dalam kelompok dapat berjalan secara proporsional maka ssetiap kelompok

terdiri atas 5 orang sehingga akan ada 6 kelompok. Fungsi pembagian kelompok ini

antara lain, untuk memperoleh pengamatan yang terfokus, namun juga merata , dalam

arti setiap kelompok hendaknya terdiri atas siswa yang memiliki kecerdasan heterogen.

c. Pengajaran kemudian menugaskan setiap kelompok belajar untuk meresume beberapa

buku yang berbeda dengan sengajadibedakan antar kelompok

d. Masing-masing siswa dalam kelompok membentuk pertanyaan berdasarkan hasil

resume yang telah dibuatnya dalam lembar problem posing I yang telah disiapkan(antara

5-7 pertanyaan)

e. Kesemua tugas membentuk membentuk pertanyaan dikumpulkan kemudian

dilimpahkan pada kelompok yang lainnya. Misalnya tugas membentuk pertanyaan

kelompok 1 diserahkan kepada kelompok 2 untuk dijawab dan dikritisi, tugas kelompok

Page 11: Proposal Nabela 0905716

2 diserahkan kepada kelompok 3, dan seterusnya hingga kelompok 6 kepada kelompok

1.

f. Setiap siswa dalam kelompoknya melakukan diskusi internal untuk ,menjawab

pertanyaan yang mereka terima dari kelompok lain disertai dengan tugas resume yang

telah dibuat kelompok lain tersebut. Setiap jawaban atas pertanyaan ditulis pada lembar

problem posing II.

g. Pertanyaan yang telah ditulis pada lembar problem posing I dikembalikan pada

kelompok asal untuk kemudian diserahkan pada guru dan jawaban yang terdapat pada

lembar problem posing II diserahkan kepada guru.

h. Setiap kelompok mempresentasikan hasil rangkuman dan pertanyaan yang telah

dibuatnya pada kelompok lain. diharapkan lain. diharapkan adanya diskusi menarik di

antara kelompok-kelompok baik secara eksternal maupun internal menyangkut

pertanyaan yang telah dibuatnya dan jawaban yang paling tepat untuk mengatasi

pertanyaan pertanyaan bersangkutan. Pada saat yang bersamaan guru menyerahkan pula

format penilaian yang diisi siswa sendiri( evaluasi diri). Jadi, siswa diberikan

kesempatan untuk menilai sendiri proses dan hasil pembelajarnnya masing –masing.

3. Observasi

Kegiatan observasi sebetulnya dilakukan bersamaan dan setelah rangkaian tindakan

yang diharapkan pada siswa. Observasi yang dilakukan bersamaan dengan tindakan

adalah pengalaman terhadap aktifitas dan dan produk dalam kelompoknya masing-

masing dan terhadap kelompok lainnya. Produk yang dimaksudkan disini adalah sejauh

mana kemampuannya dalam membentuk pertanyaan. Apakah pertanyaan ataupun

aktivitas lebih mengarah pada aspek afektif.

Hasil Belajar Kognitif Siswa

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Howward Kingsley (Nana Sudjana, 2006) membagi tiga macam 

hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, dan

(c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar tersebut dapat diisi dengan

bahan yang telah diterapkan dalam kurikulum.

Sedang Gagne (Nana Sudjana, 2006) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a)

informasi verbal, (b) informasi intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap dan (e)

keterampilan motoris.

Page 12: Proposal Nabela 0905716

Menurut Benjamin S. Bloom pengelompokan tujuan pendidikan harus senantiasa

mengacu pada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri

siswa, yaitu:

1)      Ranah proses berpikir (cognitive domain),

2)      Ranah nilai atau sikap (affective domain), dan

3)      Ranah keterampilan (psychomotor domain) (Anas Sudijono, 1996:49).

Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang harus

dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu,

ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan

dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Oleh karena itu

pada penelitian ini peneliti hanya menilai/meneliti siswa dari segi ranah kognisinya.

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom

bahwa segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk ranah kognitif.

(Anas Sudijono, 1996:49-50).

Dalam ranah kognitif terdapat empat jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah

sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang yang dimaksudkan adalah:

1)      Pengetahuan (knowledge), selanjutnya disebut C1.

2)      Pemahaman (colprehension), selanjutnya disebut C2

3)      Analisis (analysis), selanjutnya disebut

4)      Sintesis (synthesis), selanjutnya disebut

5)      Evaluasi (evalution), selanjutnya disebut  (Eman Suherman, 2003:223-224).

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Proses belajar mengajar merupakan proses yang kompleks  sifatnya. Kekompleksan itu

disebabkan oleh banyaknya faktor yang berpengaruh yang pada gilirannya akan

berpengaruh terhadap  hasil yang dicapai oleh peserta didik.

Dengan demikian membicarakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil  belajar siswa

diklasifikasikan oleh Prof. Dr. Sumadi Suryabrata sebagai berikut:

Faktor-faktor yang berasal dari luar diri peserta didik digolongkan menjadi dua golongan

yaitu

a)      Faktor-faktor non sosial, dan

b)      Faktor-faktor sosial.

Faktor-faktor yang berasal  dari dalam diri peserta didik digolongkan menjadi dua

golongan yaitu:

a)      Faktor-faktor fisiologis, dan

Page 13: Proposal Nabela 0905716

b)      Faktor-faktor psikologis.

Hal di atas menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa

pada garis besarnya terbagi atas dua bagian pokok yaitu; faktor-faktor yang berasal dari

dalam diri peserta didik biasa juga disebut faktor internal, dan faktor-faktor yang berasal

dari luar diri peserta didik bisa juga disebut faktor eksternal.

Salah satu faktor yang menyebabkan prestasi belajar siswa cenderung rendah ialah

kurangnya kemampuan anak dalam menghubungkan konsep fisika dengan kasus di

kehidupan sehari-hari yang terdapat dalam soal soal fisika. Menurut Bloom kemampuan

tersebut ialah kemampuan menganalisis yang termasuk dalam aspek kognitif. Saat

menganalisis, siswa menjabarkan sesuatu ke dalam unsur-unsur, bagian-bagian, atau

komponen-komponen sedemikian rupa, sehingga tampak jelas susunan atau hierarki

gagasan yang ada di dalamnya, atau tampak jelas hubungan antara berbagai gagasan yang

dinyatakan dalam suatu komunitas ( B. Suryosubroto, 2009: 205). Upaya untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis soal diharapkan dapat mengurangi

tingkat kesulitan tersebut sehingga hasil belajar siswa meningkat.

I. Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian dan rumusan masalah yang telah dipaparkan dan sesuai

dengan kutipan di atas, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen semu (quasi eksperiment). Jika kita akan menerapkan model pembelajaran

kepada sampel penelitian, maka kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi pada sampel

penelitian. Sehingga kita hanya membutuhkan kelas eksperimen tanpa memerlukan

adanya pembanding atau kelas kontrol. Dalam metode penelitian eksperimen semu ini,

keberhasilan suatu model pembelajaran yang diujikan dapat dilihat berdasarkan nilai tes

kelompok eksperimen sebelum diberi perlakuan (pretest) dan nilai tes setelah diberi

perlakuan (posttest), yaitu berupa penerapan pendekatan problem posing pada

pemebelajaran fisika. Instrumen yang digunakan untuk pretest dan posttest merupakan

instrumen yang sama, dimaksudkan supaya tidak ada pengaruh perbedaan kualitas

instrumen terhadap perubahan pengetahuan dan pemahaman yang terjadi

J. Populasi dan Sampel

Populasi

Untuk lebih mudah memahami tentang populasi dalam penelitian ini terlebih dahulu

akan dikemukakan pengertian tentang populasi sebagai berikut:

Page 14: Proposal Nabela 0905716

Populasi adalah keseluruhan aspek tertentu dari ciri-ciri fenomena atau konsep yang

menjadi pusat perhatian (Arif Tiro, 2003:3). Pendapat lain dikemukakan bahwa populasi

adalah ‘keseluruhan subjek penelitian” (Suharsimi Arikunto, 2006:130)

Berdasarkan pengertian populasi di atas maka, dapat disimpulkan bahwa populasi adalah

objek penelitian yang menjadi pusat atau sasaran dalam penelitian. Adapun yang menjadi

populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa Kelas XI IPA 2 SMA 1 Margahayu

Bandung.

Sampel

Sampel adalah suatu proporsi kecil dari populasi yang seterusnya diteliti, yang dipilih,

atau ditetapkan untuk keperluan analisis (Anas Sudijono, 2006:280)

Sasaran dalam penelitian ini adalah satu kelas, maka sampel yang digunakan adalah

sampel total (sampel jenuh), artinya jumlah seluruh populasi adalah subjek penelitian.

Adapun cara pengambilan sampel mengacu pada pendapat bahwa “Apabila subjeknya

kurang dari seratus, lebih baik diambil keseluruhannya (Suharsimi Arikunto, 2006:134).

Dengan demikian, sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa Kelas XI IPA 2

SMA 1 Margahayu, Bandung.

K. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, calon penelitian

menggunakan tiga metode pengumpulan data:

Tes

Tes digunakan sebagai metode untuk mendapatkan data tentang hasil belajar kognitif

Siswa Kelas XI IPA 2 SMA 1 Margahayu, Bandung . Tes ini terbagi dua macam

yaitu pre test dan post test. Adapun pre test adalah tes yang diberikan kepada siswa

mengenai bahan yang diajarkan kepadanya sebelum kegiatan belajar mengajar

(Suryosubroto, 1997: 161). Pre test diberikan kepada siswa bertujuan untuk mengetahui

sampai dimana tingkat penguasaan materi khususnya pokok bahasan impuls dan

momentum, post test adalah tes yang diberikan kepada siswa setelah proses belajar

selesai (Suryasubroto, 1997:161) post test bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa

dengan pembelajaran pemberian umpan balik pada pokok bahasan impuls dan

momentum.

Page 15: Proposal Nabela 0905716

Pedoman Observasi

Pedoman observasi dalam penelitian ini merupakan jurnal harian yang meliputi enam

indikator yang diamati pada saat proses belajar mengajar yaitu:

1)      Kehadiran siswa

2)      Siswa yang memperhatikan materi yang diajarkan guru.

3)      Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat pembahasan materi pembelajaran

4)      Siswa aktif mengerjakan soal dalam kelompok

5)      Siswa yang aktif membuat soal dalam kelompok

6)      Siswa yang aktif meresume materi dari buku yang diberikan guru.

L. Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah one group pre test-post test.

Penelitian ini terkait dengan tes di bagian awal sebelum diberi perlakuan dan bagian

akhir setelah diberi perlakuan.

Desain Penelitian One pre test-post test

Pretest (T) Treatment (X) Posttest (T’)

T1 X1 T2

Keterangan:

T1 : tes awal (pretest) sebelum perlakuan pembelajaran

T2 : tes akhir (posttest) sesudah perlakuan pembelajaran

Instrumen yang digunakan pada pretest dan posttest dalam penelitian ini merupakan

instrumen untuk mengukur keterampilan proses sains yang telah diujicobakan terlebih

dahulu.

M. Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari

Perencanaan

Page 16: Proposal Nabela 0905716

1)      Menelaah silabus mata pelajaran fisika siswa kelas XI IPA 2 SMAN 1 Margahayu

dengan tujuan menetapkan waktu pelaksanaan pembelajaran.

2)      Membuat rancangan proses pembelajaran (RPP) untuk mengefektifkan

pembelajaran dikelas.

3)      Mempersiapkan soal-soal untuk tes awal (pre tes)

4)      Mengidentifikasi keadaan siswa berupa kesiapan belajarnya dengan materi

prasyarat sehubungan dengan pokok bahasan.

Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan dilakukan selama 6 kali pertemuan. Tiap minggu 2 kali pertemuan

dan tiap pertemuan waktunya 2 x 40 menit. Pertemuan pertama digunakan pre test.

Pertemuan kedua sampai kelima  dilaksanakan untuk proses belajar mengajar dengan

penerapan pembelajaran umpan balik. Sedangkan pertemuan keenam untuk

pelaksanaan post test.

Pengamatan

Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi yang memuat enam indikator yang terdapat

pada pedoman observasi di atas.

Refleksi

Membandingkan pre test dan post test untuk menentukan sejauh mana perbedaan hasil

belajar kognitif siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan pendekatan problem

posing.

Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif.

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian diperoleh melalui kegiatan tes Keterampilan Proses

Sains untuk mengetahui keterampilan Proses Sains siswa. Tes ini dilaksanakan sebanyak

dua kali yaitu tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest).

2. Data kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian diperoleh melalui lembar observasi yang bertujuan untuk

mengukur keterlaksanaan keterampilan proses sains siswa yang dilatihkan pada saat

proses pembelajaran berlangsung dan untuk mengukur keterlaksanaan model

pembelajaran sains teknologi masyarakat yang dilakukan oleh guru. Pengisian lembar

observasi ini dilakukan oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung.

Page 17: Proposal Nabela 0905716

N. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif.

Data Kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian diperoleh melalui kegiatan tes Keterampilan Proses

Sains untuk mengetahui keterampilan Proses Sains siswa. Tes ini dilaksanakan sebanyak

dua kali yaitu tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest).

Data kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian diperoleh melalui lembar observasi yang bertujuan untuk

mengukur keterlaksanaan keterampilan proses sains siswa yang dilatihkan pada saat

proses pembelajaran berlangsung dan untuk mengukur keterlaksanaan model

pembelajaran sains teknologi masyarakat yang dilakukan oleh guru. Pengisian lembar

observasi ini dilakukan oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung.

Analisis instrumen penelitian yang diperoleh dari hasil uji coba dilakukan dengan teknik-

teknik berikut:

a. Data Kuantitatif

1. Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu

instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji

validitas tes ini dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product momen yang

dikemukakan oleh Pearson (Pearson Product Moment), yaitu sebagai berikut:

k

Keterangan :

Page 18: Proposal Nabela 0905716

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan.

X = skor tiap butir soal.

Y = skor total tiap butir soal.

N = jumlah siswa.

Dengan kategori validitas sebagai berikut :

Tabel Interpretasi Validitas

Koefisien

Korelasi

Kriteria

validitas

0,80 < r 1,00 sangat tinggi

0,60 < r 0,80 Tinggi

0,40 < r 0,60 Cukup

0,20 < r 0,40 Rendah

0,00 < r 0,20 sangat rendah

2. Reliabilitas Instrumen

Realibilitas tes adalah tingkat konsistensisuatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat

dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten (tidak berubah-ubah). Suatu tes

dapat mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi apabila tes tersebut dapat memberikan

hasil yang tetap. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien

reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes dalam penelitian

ini adalah dengan menggunakan metode belah dua (split-half method), pembelahan dapat

dilakukan dengan ganjil-genap atau awal-akhir. Untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes

harus digunakan rumus Spear-Brown sebagai berikut:

r11 =

2 r12

12

(1+r12

12

)

(Arikunto, 2010 : 223)

Keterangan :

Page 19: Proposal Nabela 0905716

r11 = reliabilitas instrumen

r1

21

2 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Untuk meginterpretasikan nilai reliabilitas tes yang diperoleh dari perhitungan di atas,

digunakan kriteria reliabilitas tes seperti berikut:

Tabel Interpretasi Reliabilitas

Koefisien

Korelasi

Kriteria

reliabilitas

0,81 r 1,00 sangat tinggi

0,61 r 0,80 Tinggi

0,41 r 0,60 Cukup

0,21 r 0,40 Rendah

0,00 r 0,21 sangat rendah

(Arikunto, 2005 : 75)

3. Taraf Kemudahan Butir Soal

Taraf kemudahan suatu butir soal adalah proporsi dari keseluruhan siswa yang

dapat menjawab soal dengan benat pada butir soal tersebut. Taraf kemudahan dihitung

dengan rumus:

P =

BJS (Arikunto, 2009 : 208)

Keterangan:

P = indeks kemudahan.

B = banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Tolak ukur yang digunakan untuk menginterpretasikan taraf kemudahan butir soal yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 20: Proposal Nabela 0905716

Tabel Interpretasi Kemudahan Butir Soal

Taraf Kemudahan Nilai TK

Sukar 0,00-0,30

Sedang 0,31-0,70

Mudah 0,71-1,00

(Arikunto, 2005 : 210)

Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang

pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).

Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda soal uraian sama dengan soal

pilihan ganda yaitu :DP=

B A

J A

−BB

J B

(Arikunto, 2005 : 213)

Keterangan :

DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

BA = Banyaknya kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB = Banyaknya kelompok bawah yang menjawab dengan benar

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

Adapun tolak ukur yang digunakan untuk menginterpretasikan indeks daya pembeda

yang telah diperoleh, digunakan tabel berikut:

Tabel Interpretasi Tingkat Kesukaran

Page 21: Proposal Nabela 0905716

Indeks Daya

Pembeda

Kriteria Daya Pembeda

Negatif Sangat buruk, harus dibuang

0,00 – 0,20 Buruk (poor), sebaiknya

dibuang

0,20 – 0,40 Cukup (satisfactory)

0,40 – 0,70 Baik (good)

0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent)

(Arikunto, 2005 : 218)

Pengolahan data hasil tes awal dan akhir dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik

berikut:

1. Pemberian skor

Semua jawaban pretest dan posttest siswa diberi skor. Sebelum memberi skor, terlebih

dahulu ditentukan standar penyekorannya.

2. Menghitung gain dan gain yang dinormalisasi

Gain adalah selisih antara skor pretest dengan skor posttest, secara matematis dituliskan

sebagai berikut:

G = Skor posttest – Skor pretest

Menghitung rata-rata skor gain yang dinormalisasi.

Rata-rata skor gain yang dinormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain yang

diperoleh siswa dengan skor gain maksimum yang dapat diperoleh, dituliskan sebagai

berikut:

<g>=

Tf −TiSI −Ti

Keterangan:

Page 22: Proposal Nabela 0905716

<g> = gain dinormalisasi

Tf = skor posttest

Ti = skor pretest

SI = skor ideal/ skor maksimum

3. Uji statistik (uji hipotesis dengan uji statistik parametrik dan uji statistik non

parametrik)

b. DataKualitatif

Observasi

Format observasi ini berbentuk rating Scale dan membuat kolom ya/tidak, observasi ini

dilakukan untuk mengukur keterlaksanaan keterampilan proses sains siswa yang

dilatihkan pada saat proses pembelajaran berlangsung dan mengukur keterlaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat

yang dilakukan oleh guru.

Untuk observasi keterlaksanaan Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa yang dilatihkan

dihitung dengan:

% keterlaksanaan KPS=∑ observer menjawab ya ⁒ tau tidak

∑ observer seluru h nya×100 %

Untuk observasi keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dihitung dengan:

% keterlaksanaan model=∑ observer menjawab ya ⁒ tau tidak

∑ observer seluru hnya×100 %

O. Agenda Penelitian

Kegiat

an

September Oktober November Desember Januari

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Menyusun

Proposal

Page 23: Proposal Nabela 0905716

Penelitian

Seminar

Proposal

Membuat

surat izin

Penelitian

Menghubun

gi Pihak

Sekolah

Menyusun

instrumen

penelitian

Melakukan

uji coba

instrumen

penelitian

Melaksanak

an

penelitian

studi

pendahulua

n

Melakukan

Pre Test

Proses

pembelajar

an

Melaksanak

an Post

Test

Mengolah

dan

menganalisi

Page 24: Proposal Nabela 0905716

s data

Menyusun

hasil

penelitian

dan

kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Al-Raniri ,Suryan Nuloh. Penerapan Pendekatan Problem Posing Secara Berkelompok Pada

Pembelajaran Fisika di SMA. Online. Tersedia: Repository.upi.edu/skripsiview.php. [14

Januari 2012]

Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta Bumi Aksara, 1991.

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Fathulah, Amal (2011). Penerapan Pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata

Pelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa.[Online].

Tersedia : http: //repository. Upi. Edu/skripsiview.php [ 30 Desember 2011]

Hasanah,Uswatun.(2009).” Pembelajaran Fisika Berbasis Diagnostik dan Remedial

Kesulitan Belajar pada Siswa di Kelas XII IPA 4 SMA Pasundan 8 Bandung”. Makalah

Observasi Bimbingan dan Konseling, Bandung.

Lutianasari, Lia. Pengaruh Model Pembelajaran PBI Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

Dalam Pokok Bahasan Gerak Melingkar Beraturan. Online. Tersedia

:Repository.upi.edu/skripsiview.php. [30 Desember 2011]

Purwanto. (2010). Metodologi penenlitian kuantitatif( untuk Psikologi dan Pendidikan).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudjiono, Anas.(2009). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Suharni,(2008). Efektivitas Model Pembelajaran Pemecahan Masalah Berbasis Konsep

Untuk Meningkatkan Kemampuan Analisis Siswa SMA :Penelitian Eksperimen Terhadap

Page 25: Proposal Nabela 0905716

Siswa SMA Negeri 2 Bandung Tahun Ajaran 2007/2008. [Online]. Tersedia:

http://repository .upi.edu/skripsiview.php[ 30 Desember 2011]

Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta :Penerbit Rineka

Cipta.

Page 26: Proposal Nabela 0905716

Pretest (T) Treatment (X) Posttest (T’)

T1 X1 T2