Proposal Mirnawati

37
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia yang terdiri dari negara kepulauan tentunya memiliki banyak tempat wisata yang indah dan menarik untuk dikunjungi sebagai refreshing diri dari penatnya rutinitas kerja. Begitu indahnya tempat-tempat wisata di indonesia , pengunjungnya bukan hanya turis lokal saja, bahkan turis mancanegarapun sangat menyukai tempat wisata di Indonesia dan mereka lebih memilih berkunjung ke Indonesia hanya untuk menikmati tempat wisatanya. Salah satu tempat wisata yang banyak di kunjungi para turis yakni Wisata Panta i Indonesia . Jangan lupa selain Pantai Kuta Bali untuk dijadikan tempat wisata, Pantai Pajala yang tidak kalah menarik dengan pantai-pantai lainnya. Pantai Pajala terletak di bagian Barat Kota Tiworo (kurang lebih 10 km) Kab. Muna Sultra. Di Pantai Pajala ini anda dan keluarga dapat menjadikan sebagai tempat relaxaxi karena keindahan 1

description

jjvjdkdkb

Transcript of Proposal Mirnawati

BAB I PENDAHULUANA. Latar belakangIndonesia yang terdiri dari negara kepulauan tentunya memiliki banyak tempat wisata yang indah dan menarik untuk dikunjungi sebagai refreshing diri dari penatnya rutinitas kerja. Begitu indahnya tempat-tempat wisata di indonesia, pengunjungnya bukan hanya turis lokal saja, bahkan turis mancanegarapun sangat menyukai tempat wisata di Indonesia dan mereka lebih memilih berkunjung ke Indonesia hanya untuk menikmati tempat wisatanya. Salah satu tempat wisata yang banyak di kunjungi para turis yakni Wisata Pantai Indonesia. Jangan lupa selain Pantai Kuta Bali untuk dijadikan tempat wisata, Pantai Pajala yang tidak kalah menarik dengan pantai-pantai lainnya. Pantai Pajala terletak di bagian Barat Kota Tiworo (kurang lebih 10 km) Kab. Muna Sultra. Di Pantai Pajala ini anda dan keluarga dapat menjadikan sebagai tempat relaxaxi karena keindahan hamparan pasir putihnya. Pantai ini menawarkan pemandangan Pulau sekelilingnya yang sangat indah, Ombak yang berlarian, tentunya wisatawan bisa melakukan snorkling sepuasnya karena ombaknya yang cukup bersahabat.Untuk para wisatawan jangan kawatir mampir dipantai ini, karena di area pantai ini anda juga dapat menikmati berbagai kuliner khas Tiworo yang cukup terjangkau bagi yang memiliki budget pas di pantai ini,sahabat akan benar-benar melihat pasir yang berwarna merah tepatnya keorengs-orengsan sih.. sahabat bisa bersantai dibawah pohan yang hampir tumbuh disepanjang bibir pantai juga berenang ria bersama keluarga pantai ini terletak di desa pajala, masyarakat sekitar menjuliki pantai ini dengan sebutan boneng kadea atau pasir merah dalam bahasa Indonesia pantai ini makin indah ditambah tanaman bakau di sepanjang bibir pantai, keunikan lain pantai ini yang paling unik adalah tidak jauh dari pantai ini ada pantai pasir putih yang berbeda warna pasirnya dengan pantai pasir merah. pantai pasir putih benar-benar berpasir putih dan tidak kalah indahnya dengan pantai pasir merah namun medan untuk kesana agak sulit ketika air pasang karena harus melewati pertambangan pasir masyarakat. Perjalanan ke Desa Pajala perlu menggunakan kendaraan pribadi atau sewa (rental), sebab belum ada kendaraan umum yang melayani rute ini. Biaya rental mobil sangat bervariasi, tergantung dari jenis mobil dan lama penyewaan. Perkiraan biaya rental untuk mobil avanza perhari adalah Rp 250.000 hingga Rp 350.000, yang bisa berubah tergantung kesepakatan antara penyewa dengan pemilik mobil.Setelah sampai ke Desa Pajala, maka perjalanan kembali dilanjutkan dengan menggunakan moda transportasi laut seperti speed boat, perahu motor, dan ketinting, dengan jarak tempuh 7 km dan lama tempuh kurang lebih 20 menit dari pelabuhan Desa Pajala. Lama tempuh ini tentu tergantung dari kecepatan mesin perahu motor, keadaan arus laut dan arah angin. Biaya sewa perahu yang dibebankan untuk mengunjungi Desa Bangko tidak menentu, yang juga tergantung oleh jenis perahu yang digunakan atau banyaknya jumlah penumpang. Untuk berpergian sendiri, penduduk di Desa Pajala biasanya memberikan tarif Rp 50.000 rupiah per sekali jalan, atau Rp 100.000 untuk antar jemput dengan perahu mesin yang memiliki kapasitas penumpang 8-10 orang. Sedangkan jika jumlah penumpang lebih banyak atau hingga mencapai 10 orang, harga yang diberikan bisa jauh lebih murah yaitu hingga Rp 250.000 untuk antar jemput (pergi dan kembali). Harga tersebut juga dapat ditekan tergantung dari komunikasi (nego) antara pengunjung dengan pemilik perahu tersebut.Pola pengembangan wilayah pesisir pada sector pariwisata bahari yang dewa ini telah memberikan konstribusi dan omset bagi pemerataan taraf kehidupan masyarakat sebagai mata pencaharian. Kemampuan mendayagunakan sector pariwisata merupakan suatu manfaat yang dirasakan langsung dan nilai dari hasil yang diperoleh dapat mengembangkan usaha maupun menambah modal dan mencukupi kehidupan sehari-hari.Sehubungan dengan perkembangan bangsa, pemerintah pusat telah memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengembangkan daerah memberikan kepada daerah masing-masing untuk menata daerahnya guna lebih berkembang dan mandiri. Provinsi Sulawesi tenggara khususnya kota tujuan wisata.Salah satu usaha sektor yang dikembangkan pemerintah daerah adalah pengembangan dan pengelolaan wisata bahari pantai pajala sebagai sumber pendapatan dengan melihat potensi-potensi ekonominya yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang mana dampaknya dapat merubah kondisi social ekonomi dan meningkatkan pendapatan masyarakat.Dalam pengembangan wisata bahari, tidak bias terlepas dari kehidupan masyarakat sekitarnya, dalam hal ini adalah kehidupan ,masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir di kecamatan maginti mempunyai mata pencaharian yang beragam yakni sebagai petani, nelayan, pedagang, pegawai negeri sipil dan sebagainya. Sehubungan dengan pengenbangan wisata bahari , maka masyarakat nelayan dan petani merupakan aspek utama yang harus diperhatikan, terutama dalam hal kehidupan keluarga masyarakat yang bermukim disekitar pantai, karena kebanyakan mereka merupakan masyarakat yang tingkat ekonominya lemah.Dampak pengembangan wisata bahari pantai pajala secara langsung telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bermukim didaerah ini. Perubahan tingkat kesejahteraan tersebut dapat dilihat dari kondisi perumahan penduduk, tingkat pendapatan, telah dibangunnya sarana dan prasarana umum seperti listrik, sekolah, puskesmas dan sarana transportasi, secara umum keberadaan objek wisata bahari pantai pajala tersebut telah menyediakan lapangan-lapangan pekerjaan baru bagi penduduk setempat yakni pelayanan wisatawan, yang tentu saja dari kegiatan ini akan dapat menambah pendapatan keluarga.Bertitik tolak dengan uraian tersebut, maka penulis mengangkat judul dampak pengembangan wisata bahari pantai pajala terhadap kondisi ekonomi masyarakat pesisir kecamatan maginti kabupaten muna barat

B. Rumusan masalahBerdasarkan latar belakang diatas, maka masalah penelitian ini adalah: bagaimana dampak pengembangan wisata bahari pantai pajala terhadap kondisi ekonomi masyarakat pesisir kecamatan maginti kabupaten muna baratC. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:Untuk mengetahui dampak pengembangan wisata bahari pantai pajala terhadap kondisi ekonomi masyarakat pesisir kecamatan magintiD. Manfaat penelitianPenelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama bagi:1. Bagi masyarakat, dapat informasi mengenai pengembangan wisata pantai pajala dalam mendorong kegiatan dan pertumbuhan perekonomian masyarakat sekitarnya.2. Bagi mahasiswa, dapat menjadi bahan perbandingan dan rujukan dalam melakukan penelitian yang relevan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. konsep pariwisataa. tipologi wisatawanpitana (2005: 31), menjelaskan konsep sosiologi tentang wisatawan menjadi sangat penting, kemudian plog mengelompokan tipologi wisatawan sebagai berikut:1. allocentris, yaitu wisatawan hanya ingin mengunjungi tempat-tempat yang belum diketahui, bersifat petualangan, dan mau memanfatkan fasilitas yang disediakan masyarakat lokal.2. Psycocentris, yaitu wisatawan yang hanya ingin mengunjungi daerah tujuan wisata sudah mempunyai fasilitas dengan standar yang sama dengan negaranya. 3. Mid-centris, yaitu terletak diantara tipologi Alocentris dan Psicocentris.Menurut Pitana (2005: 33), tipologi wisatawan perlu diketahui untuk tujuan perencanaan, termasuk dalam pengembangan kepariwisataan, tipologi yang lebih sesuai adalah tipologi yang berdasarkan atas kebutuhan rill wisatawan sehingga pengelola dalam melakukan pengembangan objek wisata sesuai dengan segmentasi wisatawan. Pada umumnya kelompok wisatawan yang dating keindonesia terdiri dari kelompok wisatawan psikosentris (psycocentris).

b. Kajian ekonomi pariwisataUntuk dapat menghubungkan antara konsep ekonomi dan pariwisata terlebih dahulu akan dijelaskan konsep-konsep sebagai berikut:1. Aspek penawarn pariwisataAriyanto (2005: 22), ada empat aspek yang harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata. Aspek-aspek adalah:a. Attraction (daya tarik), dimana daerha tujuan wisata dalam menarik wisatawan hendaknya memiliki daya tarik baik daya tarik berupa alam maupun masyarakat dan budayanya.b. Accesable (bias dicapai), hal ini dimaksudkan agar wisata domestic dan mancanegara dapat dengan mudah dalam pencapaian tujuan ketempat wisata.c. Fasilitas (Amenities), syarat yang ketiga ini memang menjadi salah satu syarat daerah tujuan wisata (DTW) dimana wisatawan dapat dengan kerasan tinggal lebih lama di Daerah tersebut.d. Adanya lembaga pariwisata (Ancillary). Wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan mencari DTW apabila didaerah tersebut wisatawan dapat merasakan keamanan, (Protection of Tourism) dan terlindungi baik melaporkan maupun mengajukan suatu kritik dan saran mengenain keberadaan mereka selaku pengunjung/orang bepergian.2. Aspek permintaan priwisataAriyanto (2005: 55), menjelaskan ada tiga pendekatan yang digunakan untuk menggambarkan permintaan pariwisata antara lain sebagai berikut:a. Pendekatan ekonomi, pendapat para ekonomi mengatakan dimana permintaan pariwisata menggunakan pendekatan elastisitas permintaan/pendapatan dalam menggambarkan hubungan antara permintaan dengan tingkat harap ataukah permintaan dengan fariabel lainnya.b. Pendekatan geografi, sedangakan para ahli geografi berpendapat bahwa untuk menafsirkan permintaan harus berpikir lebih luas dari sekedar penaruh harga, sebagai penentu permintaan karena termasuk yang telah melakukan perjalanan maupun yang karena suatu hal belum mampu melakukan wisata karena suatu laasan tertentu.c. Pendekatan psikologi, para ahli psikolog berpikir lebih dalam melihat permintaan pariwisata, termasuk interkasi antara kepribadian calon wisatawan, lingkungan dan dorongan dari dalam jiwanya untuk melakukan kepariwisataan.c. Motivasi berwisataMenurut (Pitana, 2005) menekankan bahwa motivasi merupakan hal yang paling mendasar dalam studi tentang wisatawan dan pariwisata, karena motivasi merupakan Trigger dari proses perjalanan wisata, walau motivasi ini barangkali tidak disadari secara penuh oleh wisatawan itu sendri. Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotovasi oleh beberapa hal dan dikelompokkan menjadi empat kelompok antara lain sebagai berikut:1. Physical or physiological motivation yaitu motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis, antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipari dalam kegiatan olahraga, bersantai dan sebagainya.2. Cultural Motivation yaitu keinginan untuk mengetahi budaya, adat, tradisi dan kesenian daerah lain.3. Social or interpersonal motivation yaitu motifasi yang bersifat sosial, seperti mengujungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi (prestice), melakukan ziarah, pelarian dari situasi yang membosankan dan seterusnya4. Fantasi motivation yaitu adanya motivasi bahwa didaerah lain seseorang akan bias lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukkan dan yang memberikan kepuasan psikologis (Pitana, 2005) Menurut Pitana dan Gayatri (2005: 34), pariwisata adalah keseluruhan dari elemen-elemen terkait ( wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, industry, dan lain-lain. B. Dampak pengembangan pariwisataDampak pengembangan pariwisata menurut Yoeti (2008), antara lain: pembuangan sampah sembarangan (selain menyebabkan bau tidak sedap, juga membuat tanaman disekitarnya mati); pembuangan limbah hotel, restoran, dan rumah sakit yang merusak air sungai, danau atau laut; kerusakan terumbu karang sebagai akibat nelayan tidak lagi memiliki pantai untuk mencari ikan, karena pantai telah dikaveling untuk membangun hotel dan restoran. Akibatnya para nelayan membom terumbu karang dan pada akhirnya tidak ada lagi daya tarik pantai; perambahan hutan dan perusakan sumber-sumber hayati yang tidak terkendali sehingga menyebabkan hilangnya daya tarik wisata alamPesatnya pertumbuhan pariwisata dan potensinya mendorong pariwisata untuk memanfaatkannya sebagai alat pembangunan. Interaksi lansung antara wisatawan, para pengusaha pariwisata, masyarakat dimana wisatawan berkunjung dan pemerintah setempat. Interaksi ini secara lansung melibatkan kegiatan yang menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak baik secara lansung. Dengan kata lain, pariwisata sebagai pemicu perubahan ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan, mempuyai energy dobrak sangat besar yang mampu membuat masyarakat setempat mengalami metamorpose dalam berbagai aspeknya.Besarnya pertumbuhan pariwisata telah mendorong para ahli untuk melakukan studi tentang dampak pariwisata ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan. Contohnya, penelitian Sebastian dan Rajagobalan meneliti peluang kesempatan kerja dari pariwisata. Selain itu, masyarakat local lebih cenderung menganggap pariwisata sebagai alat untuk mengurangi pengangguran karena aktivitas pariwisata menciptakan peluang pekerjaan baru yang akhirnya akan meninggkatkan pendapatan individu, masyarakat dan pemerintah.Namun merupakan tantangan dalam mengukur dampak ekonomi pariwisata karena sebagian sifat pariwisata terfragmentasi, yakni mencakup berbagai industri dan sebagian tidak adanya output yang jelas. Hal ini terlihat adanya kesulitan pemerintah dalam mengidentifikasi manfaat pariwisata ke dalam account dibandingkan dengan menentukan output dari industri tradisional yang jauh lebih mudah (Spurr, 2006).Crompton (2006), memberikan cacatan bahwa banyak publikasi ilmiah dan non-ilmiah yang merupakan studi dampak ekonomi digunakan sebagai mempromosikan proyek-proyek dan inisiatif tentang kepariwisataan oleh para pengusaha, pembuat kebijakan dan politisi. Hal tersebut misalnya digunakan untuk melegitimasi kebijakan atau untuk menarik subsidi melalui dana eksrernal (Negara,Uni Eropa, regional, sponsor swasta dan lain-lain) dalam rangka mengembangkan suatu kawasan. Induce effect, atau dampak ekonomi diinduksi terkait dengan pengeluaran karyawan lokal karena gaji atau upah yang diperoleh dari hasil kerja pada penerima tidak lansung. Dalam hal ini dapat dicontohkan upah atau pendapatan petani yang menjual bahan makanan kepada pemasok hotel atau restoran. Karyawan atau karyawan pemasok mereka mungkin mengalami kenaikan upah yang mengarah kepenikatan konsumsi mereka dilacak kembali ke peningkatan permintaan akhir yang disebabkan oleh pengeluaran wisatawan. (Mules dan Dwyer, 2005). a. Konsep pengembangan Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan disepanjang hari dengan kehidupan yang dihasilkan oleh laut. Laut adalah tempat dimana mereka mengelolah kehidupannya, mengembangkan kreatifitas dan inovasi untuk mengoptimalkan potensi kelautan sebagai bagian yang tidak terpisahkan oleh mereka dalam berperan serta baik dalam konservasi lingkungan, pemanfaatan lingkungan dan pengelolaan lingkungan. Pemanfaatan secara optimal terhadap potensi kelautan, tidak berarti melupakan factor yang sangat penting bagi nilai pengembangan kawasan wisata bahari yang berkelanjutan, yaitu upaya perbaikan terhadap kawasan yang rusak dan beraneka ragam potensinya telah berkurang. Pengembangan kawasan wisata bahari adalah satu bentuk pengelolaan kawasan wisata yang berupaya untuk memberikan manfaat terutama bagi upaya perlindungan dan pelestarian serta pemanfaatan potensi dan jasa lingkungan, sumber daya kelautan. Di lain pihak masyarakat dapat merasakan manfaatnya secara langsung pada usaha pariwisata melalui terbukanya kesempatan kerja dan usaha yang padagilirannya akan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah. Gumelar s Sastrayuda (2010).b. Faktor-faktor yang mempengaruhi dampak sosial pariwisata1. Keterlibatan dalam indusri Berdasarkan teori pertukaran sosial, masyarakat lokal yang terlibat secara aktif dan memperoleh manfaat dari industri pariwisata cenderung memiliki sikap positif terhadap pengembangan pariwisata. Masyarakat mengiginkan keberlanjutan untuk memperoleh pendapatan dan keuntugan lebih di masa depan. Peluang kerja yang lebih baik sebagai dapak ekonomi dari inisiatif pariwisata setempat, dapat memperbaiki penghasilan dan kesejahteraan mereka. Dengan demikian, kondisi ini dapat mendorong keterlibatan masyarakat dalam mendukung kegiatan pariwisata. Andriotis (2006), menyatakan keterlibatan pemerintah dalam promosi pariwisata sangat penting untuk mengembangkan industry melalui penyediaan bantuan dana/keuangan kepada sektor swasta.2. Kebijakan Ekonomi Lokal (State of the local economy)Jika situasi ekonomi yang masyarakat kurang baik, maka reaksi terhadap pengembangan pariwisata juga akan cenderung negatif, hal ini dapat menimbulkan gejolak sosial yang signifikan. Urtasun dan Gutierrez (2005) menunjukan bahwa dampak pariwisata terhadap kegiatan ekonomi lebih positif dibandingkan dengan wilayah yang tidak mengembangkan pariwisata. Aktivitas ini akan berpengaruh terhadap perubahan sosial di masyarakat lokal. 3. Tingkat Pengetahuan MasyarakatFaktor lain yang mempengaruhi dampak sosial pariwisata adalah tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pariwisata. Semakin luas pengetahuan masyarakat akan cenderung berinteraksi secara positif terhadap wisatawan sehingga keadaan sosial masyarakat akan cenderung lebih baik. Masyarakat akan memanfaatkan pengembangan pariwisata sebagai media transformasi nilai-nilai universal dan memproteksi nilai-nilai kearifan lokal (local indigenous) sehingga tujuan pengembangan destinasi dapat tercapai secara berkelanjutan. Penelitian Andereck (2005) menyebutkan bahwa anggota masyarakat yang memiliki pengetahuan serta lebih banyak berinteraksi dengan wisatawan, cenderung melihat pengaruh positif yang lebih besar pada dimensi dampak pariwisata terhadap kehidupan masyarakat, citra dan ekonomi. Namun tidak ada perbedaan presepsi tentang masalah-masalah sosial kemasyarakatan, lingkungan dan layanan.4. Kepuasaan masyarakatMenurut Dyer et al. (2007) penduduk harus menjadi titik focus dari pengembangan pariwisata agar tujuan pengembangan dapat tercapai secara berkelanjutan. Masyarakat harus puas atas keputusan yang diambil terkait dengan hal-hal yang mempengaruhi mereka. Apabila keputusan yang diambil tidak sejalan dengan tujuan dan harapan masyarakat, maka akan terjadi ketidakpuasaan yang bisa berdampak pada penolakan terhadap kebijakan pengembangan pariwisata. Apabila masyarakat puas atas kepuasan penegmbangan pariwisata maka, masyarakat akan memberikan kontribusi positif bagi pariwisata di daerah itu. Keberpihakan kepada masyarakat dapat dilakukan antara lain dengan upaya pemberdayaan dan peningkatan keterampilan melalui pelatihan dan memberikan ruang kesempatan untuk memperoleh penghasilan. Dengan demikian pada akhirnya pariwisata akan memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat lokal serta industry pariwisata secara keseluruhan. 5. Cost benefit analysis (CBA)Analisis biaya manfaat (CBA) adalah model lain yang banyak digunakan untuk studi dampak ekonomi pariwisata. Dalam analisis ini, dihitung manfaat finalsial maupun ongkos sosial untuk menghasilkan manfaat yang lebih besar dirasakan oleh masyarakat. Dalam analisis ini, bunga bukan merupakan kunci dalam menghitung dampak ekonomi, namun manfaat dan biaya dalam masyarakat yang disebabkan karena adanya efisiensi sebagai akibat pengawasan yang ketat (Andersson, et al , 2008). Dengan alsan ini, penting untuk menyertakan estimasi biaya evaluasi, sejauh mana sumber daya akan digunakan untuk alternative terbaik dan manfaat paling besar serta tingkat efisiensi yang akan dicapai. Penggunaaan model ini lebih kompleks karena diperlukan informasi pada semuia bidang yang meliputi aspek keuangan, sosial, dan kesejahteraan sehingga lebih sulit diaplikasikan (Gets 2005).

C. Objek WisataMenurut united Nation converence on travel and tourism dalam Pitana dan Gayatri (2005: 42) yaitu Setiap orang yang mengunjungi negara yang bukan merupakan tempat tinggalnya untuk berbagai tujuan, tetapi bukan untuk mencari pekerjaan atau kehidupan dari negara yang dikunjungi. Batasan ini hanya berlaku untuk wisatawan domestik dengan membagi negara atas daerah.Dalam Eridiana (2008: 25) mendefenisikan wisatawan sebagai berikut:Seseorang dikatakan tourist apabila dari visitor yang menghabiskan waktu palingtidak satu malam (24) jam di derah yang dikunjungi. Sedangkan visitor itu sendiri diartikan orang yang melakukan perjalanan kedaerah yang bukan merupakan tempat tinggalnya kurang dari 12 bulan dan tujuan perjalanan bukanlah untuk terlibat dalam kegiatan untuk mencari nafkah, pendapatan atu penghidupan di tempat tujuan.Jadi wisatawan mempunyai beberapa elemen yang di anut beberapa batasan, yaitu tujuan perjalanan sebagai pesiar (leasure), jarak/batas, perjalanan dari tempat asal, durasi atu waktu lamanya perjalanan dan tempat tinggal orang yang melaakukan perjalanan. Jadi berdasarkan uraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa obyek wisata adalah suatu lokasi atau obyek yang memilki daya tarik minat wisatawan untuk berkujung ke tempat tersebut. Daya tarik tersebut dapat berupa keindahan ataupun riligius yang terdapat di dalam suatu objek tersebut.

D. Konsep sumber daya pesisirwilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, dengan batas kearah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut seperti angin laut (intrusi) yang dicirikan oleh vegetasinya yang khas, sedangkan batas wialayah pesisir kearah laut mencakup bagian atau batas terluar daripada daerah paparan benua.Berdasarkan beberapa ekosistem wilayah pesisir yang khas seperti eustuaria, delta, laguna, terumbu karang (coral reef), padang lamun (seagrass), hutan mangrove, hutan rawa, dan bukit pasir (sand dune) tercakup dalam wilayah ini. Luas wilayah pesisir sangat tergantung pada struktur geologi yang dicirikan dari topografi dari wilayah yang membentuk tipe-tipe wilayah pesisir tersebut. Wilayah pesisir yang berhubungan dengan tepi benua yang meluas (trailing edge) mempunyai konfigurasi yang landai dan luas. Kearah darat dari garis pantai terbentang ekosistem payau yang landai dan kearah laut terdapat paparan benua yang luas. Bagi wilayah pesisir yang berhubungan dengan tepi benua patahan atau tubrukan (collision edge), daratan pesisirnya sempit, curam dan berbukit-bukit, sementara jangkauan paparan benuanya kearah laut juga sempit.

Sumber daya pesisir adalah merupakan integrasi dari semua potensi alam, potensi manusia, potensi buatan dan potensi kelembagaan. Menurut Adisasmita (2006) sumber daya merupakan semua potensi yang disediakan oleh alam dan manusia, baik dalam bentuk tanah, bahan mentah, modal, tenaga kerja, keahlian, keindahan alam maupun sosial bidaya. Ilmu pengetahuan wilayah merupakan integritas berbagai teori dan ilmu terapan yaitu, geografi, ekonomi, sosiologi, matematika, statistika, ilmu politiuk, perencanaan daerah, ilmu lingkungan, dan sebagainya (Budiharsono 2005).

E. Konsep Kondisi Sosial Ekonomi Keadaan sosial ekonomi setiap orang itu berbeda-beda dan bertingkat, ada yang keadaan sosial ekonominya tinggi, sedang dan rendah. Menurut Abdulyani (Dkk, 2012) sosial ekonomi adalah, kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi.Berdasarkan kodratnya manusia dilahirkan memiliki kedudukan yang sama dan sederajatnya, akan tetapi sesuai dengan kenyataan setiap manusia yang menjadi warga suatu masyarakat, manusia mempunyai status atau kedudukan dan peranan, ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya keadaan sosial ekonomi seseorang di masyarakat, diantaranya tingkat pendidikan ,jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, kondisi lingkungan tempat tinggal, pemilikan kekayaan, dan partisipasi dalam aktifitas kelompok dari komunitasnya.Besarnya pertumbuhan pariwisata telah mendorong para ahli untuk melakukan studi tentang dampak pariwisata ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan. Contohnya, penelitian Sebastian dan Rajagobalan meneliti peluang kesempatan kerja dari pariwisata. Selain itu, masyarakat local lebih cenderung menganggap pariwisata sebagai alat untuk mengurangi pengangguran karena aktivitas pariwisata menciptakan peluang pekerjaan baru yang akhirnya akan meninggkatkan pendapatan individu, masyarakat dan pemerintah.Namun merupakan tantangan dalam mengukur dampak ekonomi pariwisata karena sebagian sifat pariwisata terfragmentasi, yakni mencakup berbagai industri dan sebagian tidak adanya output yang jelas. Hal ini terlihat adanya kesulitan pemerintah dalam mengidentifikasi manfaat pariwisata ke dalam account dibandingkan dengan menentukan output dari industri tradisional yang jauh lebih mudah (Spurr, 2006).Crompton (2006), memberikan cacatan bahwa banyak publikasi ilmiah dan non-ilmiah yang merupakan studi dampak ekonomi digunakan sebagai mempromosikan proyek-proyek dan inisiatif tentang kepariwisataan oleh para pengusaha, pembuat kebijakan dan politisi. Hal tersebut misalnya digunakan untuk melegitimasi kebijakan atau untuk menarik subsidi melalui dana eksrernal (Negara,Uni Eropa, regional, sponsor swasta dan lain-lain) dalam rangka mengembangkan suatu kawasan. Induce effect, atau dampak ekonomi diinduksi terkait dengan pengeluaran karyawan lokal karena gaji atau upah yang diperoleh dari hasil kerja pada penerima tidak lansung. Dalam hal ini dapat dicontohkan upah atau pendapatan petani yang menjual bahan makanan kepada pemasok hotel atau restoran. Karyawan atau karyawan pemasok mereka mungkin mengalami kenaikan upah yang mengarah kepenikatan konsumsi mereka dilacak kembali ke peningkatan permintaan akhir yang disebabkan oleh pengeluaran wisatawan. (Mules dan Dwyer, 2005). Optilimalisasi manfaat, minimalisasi dampak negatif pengembangan pariwisata bagi masyarakat lokalIssu dampak negatif lebih besar dari pada damapak positif pengembangan pariwisata, selalu terjadi dalam pengembangan destinasi pariwisata di belahan manapun. Namun issu tersebut dapat direduksi dengan merancang suatu strategi boosting maksimal dampak positif-minimal dampak negatif. .Namun tidak ada aturan buku yang menjamin pengembangan pariwisata dapat berkontribusi maksimum tanpa dampak negatif kepada masyarakat.Walaupun demikian, ikhtiar ke arah optimalisasi manfaat tersebut tetap diusahakan. Sangatsedikit data kuantitatif yang secara jelas mengambarkan kontribusi pariwisata terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal terutama yang terkait dengan pengurangan kemiskinan. Oleh karena itu, dibutuhkan peran pemerintah setempatun untuk mengatur pencapaian manfaat maksimum pengembangan pariwisata. Beberapa ikhtiar yang dapat ditempuh pemerintah setempat untuk memaksimalkan manfaat pengembangan pariwisata antara lain: (1) membantu produk lokal masuk ke dalam rantai penawaran hotel (hotel supply chain). (2) menstimulir usaha kecil dan mikro di destinasi pengembangan pariwisata, (3) mendorong pengembangan kerajinan setempat dan toko souvenir bagi wisatawan, (4) menciptakan kesempatan kerja bagi penduduk lokal, (5) menfasilitas kemitraan, (6) diversifikasi produk wisata, terutama produk-produk yang melibatkan produk lokal, (7) menggunakan kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi sektor swasta dalam meningkatkan peran penduduk lokal, (8) menfasilitasi kemitraan joint venture antara sektor swasta dan masyarakat, (9) menentukan cara yang tepat untuk mendistribusikan pembiayaan kepada masyarakat, (10) memonitor dampak sosial, budaya dan lingkungan, (11) membuat kiebijakan pro-poor, (12) menentukan pilihan strategi untuk segmentasi, pasar dan investor (Ashley, 2006).

BAB IIIMOTODE PENELITIAN A. Lokasi tempat dan waktu penelitianpenelitian ini berlokasi di pantai pajala dengan objek analisis dampak ekonomi masyarakat disekitar pantai pajala. Adapun waktu Penelitian direncanakan akan dilakukan selama 3 Bulan, di karenakan banyaknya data yang akan diambil untuk di analisis sebagai dasar untuk memberikan informasi tentang dampak pegembangan wisata Pantai pajala kecamatan maginti kabupaten muna barat.

B. Jenis penelitianAdapun jenis penelitian ini adalah Deskriptif yakni penelitian yang mengarah pada pengungkapan fakta-fakta yang ada. Hasil penelitian difokuskan untuk memberikan gambaran keadaan sebenarnya dari objek yang di teliti yaitu pantai pajala kecamatan maginti kabupaten muna barat.

C. Objek dan SubyekObjek dalam penelitian ini adalah Obyek Wisata Pantai Pajala yang ada di kecamatan maginti kabupaten muna barat. Sedangkan yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah masyarakat di desa tersebut yang memilki peranan penting dalam pengelolaan Objek wisata untuk perkembangan dari objek wisata Pantai pajala kecamatan maginti kabupaten muna barat.D. Jenis dan sumber dataAdapun jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari pihak pengelolah objek wisata pantai pajala dan masyarakat pesisir melalui wawancara meliputi: umur, pendidikan, aktifitas, ekonomi, pendapatan dan lingkungan pantai pajala.b. Data sekunder adalah data yang bersumber dari instansi yang terkait dengan penelitian ini meliputi luas area pantai pajala, potensi wilayah, dan data ekonomi lainnya yang terkait dengan penelitian ini.

E. Prosedur pengumpulan data Dalam upaya untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalan penelitian ini adalah sebagai berikut:a. Interview, yaitu pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang berkompoten memberikan data informasi, dalam hal ini peneliti mewawancarai masyarakat.b. Dokumentasi, pengambilan data yang telah di dokumentasikan oleh pihak-pihak atau instansi yang terkait dengan penelitian ini. c. Observasi, yakni melakukan peninjauan secara langsung dilokasi penelitian.F. Teknik Analis DataDilihat dari permasalahan yang ada seperti rumusan masalah yang telah di kemukakan di depan, maka analisis data yang digunakan untuk rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut.1) Untuk rumusan masalah yang pertama yang berbunyi apakah Obyek Wisata Pantai Pajala kecamatan maginti kabupaten muna barat sudah memenuhi syarat-syarat sebagai daerah tujuan wisata, di analisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu menguraikan data secara sistematis yang selanjutnya ditarik kesimpulan berdasarkan teori yang ada.2) Untuk permasalahan yang kedua yaitu bagaimanakah peranan daya dukung lingkungan dalam pengelolaan objek Pnatai pajala kecamatan tikep kabupaten muna barat dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menguraikan data secara sistematis yang selanjutnya ditarik kesimpulan berdasarkan teori yang ada.

22