Proposal Metopel
Transcript of Proposal Metopel
Judul Proposal:
Pengaruh Lama Perendaman Serat Sabut Kelapa Dengan
NaOH dan Ca(OH)2 Terhadap Sifat Mekanik Bahan
Komposit.
DISUSUN OLEH:
Nama : Asma Wati Purba
NIM : 072244610037
Jurusan : Fisika Nondik
Fakultas : FMIPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Serat sebagai elemen penguat menentukan sifat mekanik dari komposit karena meneruskan
beban yang diteruskan oleh matrik. Orientasi, ukuran, dan bentuk serta meterial serat adalah
faktor–faktor yang mempengaruhi bentuk mekanik dari komposit. Material komposit adalah
gabungan dari penguat (reinforced) dan matrik. Kelebihan bahan material jika dibandingkan
dengan logam adalah perbandingan kekuatan terhadap serat yang tinggi, kekakuan, ketahanan
terhadap korosi dan lain–lain.
Dewasa ini teknologi komposit mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan
komposit tidak hanya dari serat sintetis tetapi juga mengarah kekomposit natural dikarenakan
keistimewaan sifatnya, sehingga mengurangi gangguan lingkungan hidup, serat sabut kelapa
adalah satu diantara serat alam lainya dapat dimanfaatkan dalam pembuatan papan komposit.
Keunggulan serat sabut kelapa dibandingkan dengan fiber glass adalah serat sabut kelapa lebih
ramah lingkungan karena mampu terdegredasi secara alami dan harganya pun lebih murah
dibandingkan fiberglass. Sedangkan fiber glass sukar terdegredasi secara alami. Selain itu fiber
glass juga menghasilkan gas CO dan debu yang berbahaya bagi kesehatan jika fiber glass didaur
ulang, sehingga perlu adanya bahan alternatif yang memiliki sifat yang lebih baik. Serat sabut
kelapa yang dikombinasikan dengan resin sebagai matrik akan dapat menghasilkan alternatif
yang salah satunya aplikasi material untuk mendukung pemanfaatan komposit.(Antonia.,2006).
Meningkatkan ikatan (mechanical bonding) antara serat dan matrik (perekat).Peningkatan
kekuatan komposit serat alam dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan memberikan
perlakuan kimia serat dan dengan penambahan coupling agent . Dalam Penelitian ini memilih
Perlakuan kimia serat, dilakukan perlakuan NaOH 5% dan Ca(OH)2 5%. Pemilihan larutan
NaOH dan Ca(OH)2 5% bertujuan untuk melarutkan lapisan yang menyerupai lilin di permukaan
serat, seperti hemiselulosa, lignin. Dengan hilangnya lapisan ini maka ikatan antara serat dengan
matrik menjadi lebih kuat, sehingga kekuatan tarik lebih tinggi (Kuncoro Diharjo., 2008).
Dari uraian diatas maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
bagaimana membuat bahan yang lebih kuat dengan memberi lama perendaman serat sabut kelapa
dengan zat kimia untuk memperoleh serat yang lebih kuat dan ramah lingkungan serta
kekuatannya yang tinggi.
Pada penelitian sebelumnya dengan menggunakan serat Tebu dengan matrik
Urea-Formaldehid (Wita Armaya Siahaan, 2007) dengan konsenrasi 0% diperoleh nilai kekuatan
lentur 4.8 Mpa dan untuk pengujian tarik tegangan maksimum rata-rata 6.55 Mpa dengan
pertambahan panjang 0.76 mm dan regangan 1.53%. Untuk konsentrasi 5% diperoleh nilai
kekuatan lentur 4.97 Mpa dan untuk pengujian tarik tegangan maksimum rata-rata 10.87 Mpa
dengan pertambahan panjang 1.56 mm dan regangan 3.13%. Dan dengan serat Rami-Polyester
(Kuncoro Diharjo., 2008)., diperoleh nilai kekuatan tarik pada perendaman 0 jam 160.298 Mpa
dan regangannya 0.42% untuk 2 jam 190.270 Mpa dan regangannya 0.44%, untuk 4 jam 169.253
Mpa dan regangannya 0.39%, serta untuk 6 jam 147.099 Mpa dan regangannya 0.31%.
Pada penelitian ini Matriks yang digunakan adalah Matriks Polyester. Polyester
merupakan polimer termoset yang penting dan luas penggunaannya disamping epoksi dan urea-
formaldehid. Resin Poliester dipakai secara luas karena sifat-sifat elektrik dan mekaniknya baik
selain harganya juga masih murah. Penggunaan Poliester diantaranya di dalam industri otomotif
untuk panel body, alat rumah tangga, lemari perkantoran, peralatan elektronik, dan lain
sebagainya.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti pengujian kekuatan lentur
dan kekuatan tarik komposit dengan menggunkan serat sabut kelapa dengan memberikan
perlakuan perendaman dengan NaOH 5% dan Ca(OH)2 5% dengan memvariasikan waktu
perendaman(0 jam, 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam,10 jam) yang digunakan untuk menghasilkan serat
yang lebih kuat dengan menggunakan resin Polyester. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti
tertarik membuat papan komposit dari sabut dari sabut kelapa serta menguji kekuatan tarik dan
lentur dimana penelitian ini Berjudul “ Pengaruh Lama Perendaman Serat Sabut Kelapa Dengan
NaOH dan Ca(OH)2 Terhadap Sifat Mekanik Bahan Komposit.
1.2. Batasan Masalah
Untuk membatasi ruang lingkup yang jelas berdasrkan uraian yang telah dikemukakan pada
latar belakang diatas, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :
1. Serat yang digunakan adalah serat sabut kelapa
2. Matriks yang digunakan adalah matriks Polyester.
3. Pengujian yang dilakukan adalah uji tarik, uji lentur.
4. Perendaman serat sabut kelapa yang di lakukan selama 0 jam, 2 jam, 4 jam,
6 jam,8 jam dengan NaOH 5% dan Ca(OH)2 5%
1.3. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh lama perendaman serat sabut kelapa dengan perendaman NaOH
5% dan Ca(OH)2 5% pada pembuatan papan komposit ?
2. Bagaimana Pengaruh lama perendaman terhadap kuat tarik dan kuat tekan dari
komposit serat sabut kelapa yang direndam dengan NaOH 5% dan Ca(OH)2 5%
dengan matriks polyester ?
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh lama perendaman serat sabut kelapa dengan NaOH 5% dan
Ca(OH)2 5%.
2. Mengetahui pengaruh lama perendaman serat sabut kelapa terhadap kekuatan tarik dan
kekuatan lentur papan komposit dengan matriks Polyester.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mendapatkan bahan yang memiliki manfaat yang lebih tinggi.
2. Sebagai informasi pengetahuan tentang pengaruh lama perendaman terhadap kuat tarik
dan kuat tekan komposit serat sabut kelapa.
3. Peningkatan nilai ekonomis serat sabut kelapa sebagai bahan baru yang berkualitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Polimer
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menggunakan plastik dan serat, baik serat alam
maupun serat buatan. Plastik maupun serat yang biasa kita gunakan tersebut disebut polimer.
Istilah polimer dapat pula diartikan sebagai molekul besar yang terbentuk dengan pengulangan
unit-unit molekul yang disebut monomer.
Polimer berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata , yaitu : poly berarti banyak
dan meros berarti bagian-bagian atau unit-unit dasar. Jadi polimer adalah molekul-molekul yang
terdiri atas banyak bagian-bagian. Polimer merupakan molekul raksasa yang tersusun dari ikatan
kimia sederhana atau bahan dengan berat molekul yang besar mempunyai struktur dan sifat-sifat
yang rumit disebabkan jumlah atom pembentuk yang jauh lebih besar dibandingkan dengan
senyawa yang berat atomnya rendah.
Sifat-sifat umum yang dimiliki bahan-bahan polimer adalah sebagai berikut (Surdia, 1995) :
1. Kemampuan cetaknya cukup baik, artinya pada temperatur relative rendah bahan dapat
dicetak dengan berbagai cara, diantaranya : dengan penyuntikan, penekanan, ekstruksi.
2. Produk yang ringan dan kuat dapat dibuat.
3. Baik sekali ketahananya terhadap air dan zat kimia.
4. Banyak diantaranya polimer bersifat isolasi listrik yang baik dan mudah termuati listrik
secara elektrostatik.
5. Umumnya bahan polimer lebih murah harganya.
6. Kurang tahan terhadap panas.
7. Kekerasan permukaanya sangat kurang.
8. Produk-produk dengan sifat-sifat yang cukup berbeda dapat dibuat tergantung cara
pembuatannya.
9. Mempunyai koefisien gesek yang kecil.
2.2. Komposit
Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material,
dimana sifat mekanik dari material pembentuknya berbeda-beda. Dikarenakan karakteristik
pembentuknya berbeda-beda, maka akan dihasilkan material baru yaitu komposit yang
mempunyai sifat mekanik dan karakteristik yang berbeda dari material-material pembentuknya.
2.2.1. Kegunaan Bahan Komposit
Kegunaan bahan komposit sangat luas iaitu untuk :
1. Angkasa luar, seperti komponen kapal terbang, komponen helikopter, komponen satelit dan
lain-lain
2. Automobile, seperti komponen mesin, badan kereta dan lain-lain
3. Olah raga dan rekreasi, seperti sepeda, stick golf, raket tenis, sepatu olah raga dan lain-lain
4. Industri pertahanan, seperti komponen jet tempur, peluru, komponen kapal selam dan lain-
lain
5. Industri pembinaan, seperti jembatan, terowongan, rumah dan lain-lain
6. Kesehatan, seperti kaki palsu, sambungan sendi pada pinggang dan lain-lain
7. Kelautan, seperti kapal layar, kayak dan lain-lain
8. Dan lain-lain
Ciri-ciri bahan komposit adalah energi retakan besar, mudah dibuat dari berbagai zat
penguat dan matriks, dengan sifat-sifat sebagai berikut:
1. Kekuatan dapat jauh lebih besar dari pada bahan konstruksi biasa.
2. Dapat dibuat sangat tegar atau kaku.
3. Rapatannya rendah atau ringan.
4. Kuat lelehan ( fatigue ) besar.
5. Sifat produk dapat diatur
Secara garis besar ada tiga macam jenis komposit berdasarkan penguat yang digunakan :
1. Komposit serat (Fiber Composite)
Merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu lamina atau satu lapisan
menggunakan serat penguat. Fiber yang digunakan biasa berupa glass fibers, carbon fibers,
aramid fibers (poly aramide), dan sebagainya.
2. Komposit laminat ( laminated composite)
Merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapis atau lebih yang digabungkan menjadi
satu dan setiap lapisnya memiliki karakteristik sifat terasendiri.
3. Komposit partikel (particulated composite)
Merupakan komposit yang menggunkan partikel atau serbuk sebagai penguatnya dan
terdistribusi secara merata dalam matriks.
2.2.2. Tipe-Tipe Komposit
Komposit terdiri dari dua macam yaitu komposit partikel (particulate composite) dan
komposit serat (fiber composit). Bahan komposit partikel terdiri dari partikel-partikel yang diikat
oleh matriks. Bentuk partikel ini dapat berupa bulatan, kubik, tetragonal atua bahkan bentu-
bentuk yang tidak beraturan tetapi secara rata-rata berdimensi sama.
Komposit yang diperkuat dengan serat dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu :
1. Komposit serat pendek (Short Fiber Composite)
Komposit serat pendek biasanya seratnya dipotong-potong pendek sekitar 1mm-5mm.
Material komposit yang diperkuat dengan serat pendek dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a. Material komposit yang diperkuat dengan serat pemdek
yang terorientasi atau sejajar satu dengan yang lainnya.
b. Material komposit yang diperkuat denagn serat pendek
yang menagndung orientasi secara acak.
2. Komposit serat panjang (Long Fiber Composite)
Secara teori serat panjang dapat menyalurkan pembebanan atau tegangan dari satu titik kebagian
lainnya. Komponem serat panjang mempunyai serat yang lebih baik dari pada serat pendek tetapi
serat pendek lebih banyak bentuk rancangannya.
Gambar 2.1. Diagram Klasifikasi Bahan Komposit Yang Umum Dikenal
2.3. Serat
Serat merupakan bahan yang kuat, kaku, getas. Karena serat yang terutama menahan
gaya luar, ada dua hal yang membuat serat menahan gaya yaitu :
Perekatan (bonding) antara serat dan matriks (intervarsial bonding) sangat baik
dan kuat. Sehingga tidak mudah lepas dari matriks (debonding).
Kelangsingan (aspec ratio) yaitu perbandingan antara panjang serat dengan
diameter serat cukup besar.
Arah serat penguat menentukan kekutan komposit, arah serat sesuai dengan arah
kekuatan maksimum. Arah serat mempengaruhi jumlah serat yang dapat diisikan kedalam
matrik. Makin cermat penataannya, makin banyak penguat dapat dimasukkan. Bila sejajar
berpeluang sampai 90%, bila separuh-separuh saling tegak lurus peluangnya 75%, dan tatanan
acak hanya berpeluang pengisian 15-50%. Hal tersebut menentukan optimum saat komposit
maksimum (Surdia , 1995).
Gambar.2.2. Susunan arah serat acak
2.3.1. Serat Sebagai Penguat
Secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi serat adalah sebagai penguat bahan
untuk memperkuat komposit sehingga sifat mekaniknya lebih kaku, tangguh dan lebih kokoh
dibandingkan dengan tanpa serat penguat, selain itu serat juga menghemat penggunaan resin.
Kaku adalah kemampuan dari suatu bahan untuk menahan perubahan bentuk jika dibebani
dengan gaya tertentu dalam daerah alastis (pada pengujian tarik), tangguh adalah bila pemberian
gaya atau beban yang menyebabkan bahan-bahan tersebut menjadi patah (pada pengujian tiga
titik lentur) dan kokoh adalah kondisi yang diperoleh akibat benturan atau pukulan serta proses
kerja yang mengubah struktur komposit sehingga menjadi keras (pada pengujian impak) (Nurdin
Bukit, 1988). Beberapa syarat untuk dapat memperkuat matriks antara lain :
1. Mempunyai modulus elastisitas yang tinggi
2. Kekuatan lentur yang tinggi
3. Perbedaan kekuatan diameter serat harus relatif sama
4. Mampu menerima perubahan gaya dari matriks dan mampu menerima gaya yang
bekerja padanya.
2.3.2. Serat Alam
Serat alam dapat dapat diperoleh dari tanaman pisang, bambu, nenas, rosela,
kelapa, kenaf, lalang, dan lain-lain. Saat ini, serat alam mulai mendapatkan perhatian dari para
ahli material komposit karena :
1. Serat alam memiliki kekuatan spesifik yang tinggi karena serat alam memiliki berat
jenis yang rendah
2. Serat alam mudah diperoleh dan merupakan sumber daya alam yang dapat diolah
kembali, harganya relatif murah dan tidak beracun.
2.3.3. Serat Sabut Kelapa
Kelapa merupakan tanaman perkebunan / industri berupa pohon batang lurus dari famili
Palmae. Tanaman kelap (cocos nucifera L ), marupakan tanaman serbaguna atau tanaman yang
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Seluruh bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan manusia, sehingga pohon ini sering disebut pohon kehidupan (tree of life) karena
hampir seluruh bagian dari pohon, akar, batang, daun dan buahnya dapat dipergunakan untuk
kebutuhan kehidupan manusia sehari – hari.
Gambar 2.3 Serat sabut kelapa
Buah kelapa terdiri dari epicarp yaitu bagian luar yang permukaannya licin, agak
keras dan tebalnya ± 0.7 mm, mesocarp yaitu bagian tengah yang disebut sabut, bagian ini terdiri
dari serat yang keras yang tebalnya 3 – 5 cm, endocrp yaitu tempurung yang tebalnya 3-6 mm,
bagian dalam melekat pada kulit luar dari biji endosperm, putih lembaga (endosperm) yang tebal
3-5 cm dan air kelapa. Sabut kelapa merupakan bagian lapisan tengah (mesocarp) dari buah
kelapa yang terletak antar epicarp dan endocarp. Buah yang telah tua terdiri dari 35%, 12%
tempurung, 28% endosperm dan 25% air. Sabut kelapa terdiri dari kulit ari, serat dan sekam
(dast). Diantara tiga kompoen penyusun sabut kelapa ini penggunaan serat adalah paling banyak
dimanfaatkan dan telah berkembang, serat sabut kelapa lapisan tengah kulit terluar dari
tempurung. Serat sabut kelapa memiliki sifat dapat menahan kandungan air dan unsur kimia
pupuk, serta dapat menetralkan keasaman tanah, ramah lingkungan, juga tidak mudah terbakar
atau memberikan asap beracun bila terbakar. Sifat fisisnya:
- Seratnya terdiri dari serat kasar dan halus dan tidak kaku
- Mutu serat ditentukan dari warna dan ketebalan
- Mengandung unsur kayu seperti lignin, suberin, kutin, tannin, dan zat lilin
Sifat Mekanik:
- Kekuatan tarik dari serat kasar dan halus berbeda
- Mudah rapuh
- Bersifat lentur.
Tabel 2.1 Karakteristik Kelapa
No. PARAMETER-PARAMETER KELAPA1 pH dari bubur semen 6,202 Kandungan air (wt%) 10,83 Kandungan abu (%) 2,554 Sinar penyalaan 8750C (%) 37,405 Keterhantaran (um) 0,826 Panjangnya (um) 0,307 Lebar (um) 0,028 Diameter (um) 0,059 Lumen (um) 0,0110 Luas Permukaan (cm3) 0,06
Sumber:( Egwaikide,P.A,2007)
2.3.4. Perendaman NaOH
Natrium Hydroxide (NaOH) merupakan bahan utama selain minyak dalam pembuatan sabun.
NaOH merupakan basa yang ekonomis dan dapat digunakan sebagai media perendaman serat
karena NaOH dapat meningkatkan kekuatan serat, daya serap sehingga kekuatan tarik dan
kekuatan lenturnya lebih tinggi. Larutan NaOH
Natrium diperoleh dari elektrolisis lelehan NaCl dengan penambahan CaCl2 untuk
menurunkan titik leleh NaCl. Reaksi yang terjadi adalah :
2NaCl(l) 2Na+(l) + 2Cl-
(l)
2Na+(l) + 2e- 2Na(s)
2Cl-(l) Cl2 (g) + 2e
2NaCl(l) 2Na(s) + Cl2 (g)
Larutan NaOH merupakan larutan yang bersifat basa diperoleh dari reaksi natrium
padatan dengan air.
2Na(s) + 2H2O(aq) 2NaOH(aq) + H2 (g)
Menurut Kuncoro Diharjo (2006) pada komposit yang diperkuat dengan serat tanpa
perlakuan, maka ikatan (mechanical bonding) antara serat dan UPRs menjadi tidak sempurna
karena terhalang oleh lapisan yang menyerupai lilin di permukaan serat. Perlakuan NaOH ini
bertujuan untuk melarutkan lapisan yang menyerupai lilin di permukaan serat, seperti lignin,
hemiselulosa, dan kotoran lainnya. Dengan hilangnya lapisan lilin ini maka ikatan antara serat
dan matriks menjadi lebih kuat, sehingga kekuatan mekanik komposit menjadi lebih tinggi
khususnya kekuatan tarik.
Namun, perlakuan NaOH yang lebih lama dapat menyebabkan kerusakan pada unsur
selulosa. Padahal, selulosa itu sendiri sebagai unsur utama pendukung kekuatan serat. Akibatnya
serat yang dikenai perlakuan alkali terlalu lama mengalami degradasi kekuatan yang signifikan
sehingga kekuatannya semakin rendah.
2.3.5. Perendaman Ca(OH)2
Kalasium Hidroksida adalah senyawa kimia dengan rumus kimia Ca(OH)2. Kalsium
hidroksida dapat berupa kristal tak berwarna atau bubuk putih dan juga dihasilkan melalui reaksi
kalsium oksida (CaO) dengan air, yang menghasilkan endapan melalui reaksi kalsium clorida
(CaCl2) dengan larutan natrium hidroksida. Larutan Ca(OH)2 disebut air kapur dan merupakan
basa dengan kekuatan sedang.(Cristian. H, 2005). Larutan Ca(OH)2 bereaksi hebat dengan
berbagai asam, dan bereaksi dengan logam dengan adanya air. (Martiou et al, 1995). Ca(OH)2
dipilih sebagai media perendaman disamping NaOH 5% untuk memperoleh media yang lebih
baik ntuk digunakan sebagai bahan yang dapat meningkatkan kekuatan serat.
2.4.Matriks Polyester
2.4.1. Defenisi Fungsi Matriks Polyester Dan Klasifikasi
Matriks merupakan bahan yang digunakan untuk mengikat dan menyatukan penguat
tanpa bereaksi secara kimia dengan bahan pengisi tersebut.
Pada mumunya matriks berfungsi sebagai (Hyer,1998):
1. Untuk melindungi komposit dari kerusakan baik kerusakan mekanik maupun kimiawi
2. Untuk mengalihkan / meneruskan beban dari luar kepada serat
3. Seagai pengikat.
Bahan pengisi yang berfungsi sebagai penguat pada material komposit dapat berbentuk
serat, partikel dan serpihan. Dalam hal ini sebagai pengikat atau penyatu antara serat
dengan serat, partikel dengan partikel dan seterusnya digunakan matriks.
Secara umum matriks terbagi atas dua kelompok yaitu (Feldman dan Hartomo,1995):
a. Termoset merupakan bahan yang tidak dapat mencair atau lunak apabila dipanaskan
karena molekul-molekulnya mengalami ikatan silang (cross linking) sehingga bahan
tersebut tidak dapat didaur ulang kembali.
Contohnya resin epoksi, polyester, urea formaldehyde, phonol formaldehyde,
melamine formaldehyde dan lain-lain.
b. Termoplastik merupakan bahan yang dapat menjadi lunak kembali apabila
dipanaskan dan mengeras apabila didinginkan sehingga pembentukan dapat
dilakukanberulang-ulang karna mempunyai struktur yang linier.
Keistimewaan dari termoplastik ini adalah bahan-bahan termoplastik yang telah
mengeras dapat diolah kembali sedangkan termoset tidak. Contoh termoplastik
PVC (poli vinil clorida), FE(Polietilen), PP (polipropilen), nilon 66, poliamida
poliasetal dan lain-lain.
Tabel 2.2. Sifat-sifat mekanik Bahan Polimer Termoset
Nama Bahan Kekuatan Tarik
(kgf/mm2)
Perpanja-ngan (%)
Modulus elastik
(kgf/mm2x102)
Kekuatan tekan
(kgf/mm2)
Kekuatan lentur
(kgf/mm2)
Resin fenol :Tanpa pengisiDengan serat gelas
4.9 - 5.63.6 – 7
1.0 - 1.50.4 - 0.5
5.2 - 723.1
7 - 2112 - 24
8.4 - 10.57 - 24
Resin melamin :Dengan pengisiDengan sellulosa
-4.9 - 9.1
-0.6 - 1.0
-8.4 - 9.8
-17.5 -30.1
-7 -11.2
Resin urea :Dengan sellulosa 4.2 - 9.1 0.4 - 1.0 7 - 10.5 17.5 -30.1 7 - 11.2Resin PolyesterDengan serat gelas.Dengan serat sintetik
1.75 -2.13.1 - 4.2
0.5 - 5.0-
5.6 -1.4-
10.5 - 2114 - 21
7 - 287 - 8.4
Resin Epoksi :Dengan pengisi (coran)Dengan serat gelas
2.8 - 9.1
2.1 - 9.8
3 - 6
4
2.4
4
10.5 -17.5
21 -26
9.3 -14.7
14 -21
Sumber : Surdia, T ( 2000)
2.5. Polyester
Resin sintetik polyester amat banyak, dapa berupa termoset maupun termoplastik, dan
pemakaiannya sangat luas. Ini dibuat dengan mereaksikan dihidrut alcohol dengan asam
dikarboksilat. Hasilnya dapat jenuh atau tak jenuh, tergantung ada tidaknya ikatan rangkap dalam
polimer lenearnya. Polyester jenuh misalnya etilen glikol tereflatat, kebanyakan dipergunakan
untuk pembuatan serat film, bukan untuk perekat Poliester tak jenuh lazimnya digunakan sebagai
resin laminasi atau digabung dengan penguat – serat dipergunakan selaku formulasi cetakan
komposit, jarang sebagai perekat karena mahal dan pengerutannya besar saat curing. Poliester
tak jenuh dapat dimodifikasi dengan minyak dan asam lemak, terhasil alkalid atau sebagai
pengubah sifat perekat lainnya (misalnya poliuretan dari isosianat).
Alkalin polyester tak jenuh yang dimodifikasi minyak atau asam lemak, sering digunakan
sebagai bahan coating, karena rekatanyakelogam kuat. Dipergunakan sebagai primer ke logam
sebelum direkatkan ke kayu. Alkalid banyak dipakai sebagai modifier system perekat lainnya
yang bervariasi karet nitril atau resin fenolik. Polyester tak jenuh bentuk fisiknya resin
(polyester tak jenuh) dalam pelarut (tak jenuh misalnya stiren) dan hardener (feroksida) , yang
juga dapat diberi extender/filler bubuk
Polyester ini hanya baik untuk pemakaian tanpa peribahan suhu drastis.
Unsurated Polyester Resin dengan merek dagang YUCOLAC 157 BTQ-EX, dengan data
teknis sebagai berikut :
1. Densitas (ρ) = 1.2 g/cm3
2. Kekuatan tarik = 12.07 N/mm2
3. Modulus elastis = 1.18.103 M/mm3
4. Poison rasio = 0.33
Dalam resin ini, telah mengandung komposisi campuran antara resin polyester tak jenuh
murni dan bahan pelarut stiren dengan nilai perbandingan sekitar 3 : 1. Selain itu ditambahkan
katalis berupa MEKPO (Metil Etil Keton Peroksida), berfungsi sebagai zat curing,
mempersingkat waktu curing (Kuncoro Diharjo., 2008)
Tabel 2.3 Sifat-sifat resin epoksi dan polyester sebagai bahan Perbandingan sosit.
Sifat Satuan Epoksi PolyesterKekentalan Mgm−3 1.2-1.4 1.2-1.5
Modulus Young GNm−2 3-6 2 -2.45Poisson Ratio 0.38-0.4 0,37-0.39Kekuatan Tarik MNm−2 35-100 40-90Kekuatan Tekan MNm−2 100-200 90-250
Regangan Maksimum % 1-6 2Temperatur Maksimum % 50-300 50-110Penyusutan pada pembuatan
% 1-2 4-8
Sumber : Hull, Darck, 1981
2.6. Sifat - sifat Mekanik
Untuk mengetahui sifat sifat mekanik dari suatu bahan harus dilakukan beberapa
pengujuian. Masing-masing pengujian memiliki cara yang berbeda-beda secara umum dapat
dikatakan pembebana secara statik dan pembebanan secara dinamik. Salah satu faktor penting
yang penting yang menentukan karakteristik dari komposit adalah perdandingan matriks dan
penguat/serat. Perbandingan ini dapat ditunjukkan dalam bentuk fraksi volume serat (V f) atau
fraksi berat serat sarat (Wf). Fraksi volume serat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut:
V f =
W f
ρf
V c
x 100(2.1)
Dengan Vf =fraksi volume serat
Wf = berat serat
Vc = volume komposit
ρf = massa jenis serat
2.6.1 Pengujian Kekuatan Tarik
Pengujian tarik (tensile test) adalah pengujian mekanik secara statis dengan cara sample
ditarik dengan pembebanan pada kedua ujungnya dimana gaya tarik yang diberikan sebesar P
(Newton). Tujuannya untuk mengetahui sifat-sifat mekanik tarik (kekuatan tarik) dari komposit
yang diuji diperkuat dengan serat kelapa. Pertambahan panjangan (Δl) yang terjadi akibat kakas
tarikan yang diberikan pada sampel uji disebut deformasi. Dan regangan merupakan
perbandingan antara pertambahan panjang dengan panjang mula-mula yang dinyatakan dalam
persamaan (2.1). Regangan merupakan ukuran untuk kekenyalan suatu bahan yang harganya
biasanya dinyatakan dalam persen (Keyser, 1990).
ε = Δllo
× 100 % =l − lo
lo
× 100 %(2.2)
dengan : ε = regangan (%)
Δl = pertambahan panjang (mm)
lo = panjang mula-mula (mm)
l = panjang akhir (mm)
Perbandingan kakas pada sampel terhadap luas penampang lintang pada saat pemberian
kakas disebut tegangan (stress). Tegangan tarik maksimum suatu kekuatan tarik (tensile
strenght) suatu bahan ditetapkan dengan membagi kakas tarik makasimum dengan luas
penampang mula-mula. Dengan persaman berikut (Sitorus, 1996).
σ m =pm
AO (2.3)
dengan : σ m = kekuatan tarik (Nm-2)
Pm = kakas tarik maksimum (N)
Ao = luas penampang awal (m2)
Kakas maksimum adalah besarnya kakas atau gaya yang masih dapat ditahan oleh sampel
sebelum putus. Tegangan perpatahan adalah perbandingan kakas perpatahan mula-mula. Kakas
perpatahan adalah besarnya kakas atau gaya saata sampel putus. Persamaan dapat dituliskan
sebagai berikut (Sitorus, 1996).
σ u =pu
AO (2.3)
dengan : σ u = tegangan perpatahan (Nm-2)
Pu = kakas perpatahan (N)
Ao = luas penampang awal (m2)
Gambar 2.4. Kurva Tegangan – Regangan
Regangan diperlihatkan sebagai presentase perpanjang, skala horizontal diluar bagian pertama
kurva tidak homogen, sampai ke regangan kurang dari 1%. Bagian pertama dari kurva adalah
sebuah garis lurus yang menunjukkan perlaku hukum hooke dengan tegangan berbanding lurus
terhadap tegangan. Garis berakhir pada titik a ini disebut batas keseimbangan (proporsional).
Dari a ke b tegangan dan regangan tidak lagi seimbang, dan hukum hooke tidak lagi berlaku.
Jika beban dihilangkan secara bertahap, dimulai pada semua titik diantara 0 dan b, maka kurva
akan kembali menelusuri jejak kurva sebelumnya sehingga bahan dapat kembali kebentuknya
semula. Deformasinya bolak-balik (reversibel) dan gaya-gayanya akan adalah bersifat kekal,
energi yang telah diberikan pada suatu bahan untuk menghasilkan deformasi pada bahantersebut
akan kembali didapati ketika didapati ketika tegangan dihilangkan. Dalam daerah ob kita
katakan bahwa bahan memperlihatkan perilaku elastis. Titik b pada ahir daerah ini disebut titik
luluh (yield pointn), sedangkan tegangan pada titik luluh
ini disebut batas elastisitas. secara metematis dapat di tulis bahwa deformasi sebanding dengan
beban, dinyatakan dalam rumus :
E = σε (2.5)
dengan :
E adalah modulus elastisitas atau modulus Young
σ =tegangan (N/m2)
ε =regangan (%)
Modulus young adalah ukuran suatu bahan yang diartikan ketahanan material tersebut
terhadap deformasi elastik. Makin besar modulusnya, maka semakin kecil regangan elastik yang
dihasilkan akibat pemberian teganga.
2.6.2 Pengujian Kekuatan Lentur (UFS)
Pengujian kekuatan lentur Ultimated Flexural strength dimaksudkan untuk mengetahui
ketahanan komposit terhadap pembebanan pada tiga titik lentur. Disamping itu, pengujian ini
juga dimaksudkan untuk mengetahui keelastisan suatu bahan. Pada pengujian ini terhadap
sample uji diberikan pembebanan yang arahnya tegak lurus terhadap arah penguatan serat.
Pembebanan diberikan yaitu pembebanan dengan tiga titik lentur, dengan titik-titik
sebagai bahan berjarak 90 mm dan titik pembebanan diletakkan pada pertengahan sample.
Persamaan berikut diberikan ini untuk memperoleh kekuatan lentur.
UFS= 3 PL
2 bh2(2.6)
dimana :
UFS = kekuatan lentur (Nm-2)
P = gaya penekan (N)
L = jarak dua penumpu (m)
b = lebar sample (m)
h = tebal sample uji (m)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat Penelitian
Pada proses penelitian dan pembuatan sampel dan pengujian dilakukan di Laboratorium
Fisika FMIPA UNIMED Medan Desember s/d Februari 2009
3.2. Alat Dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan sampel uji antaralain :
1. Alat cetakan, terbuat dari stainless stell. Digunakan untuk mencetak benda uji.
Alat cetakan ini terdiri dari beberapa bagian diantaranya :
a. Spacer, diletakkan diantara tutup cetakan dan berfungsi sebagai penentu tebalnya
komposit yang diinginkan dan diletakkan diantara alas cetakan dengan tutup cetakan.
Ukuran spacer adalah (2 x 1.6 x 0.3) cm
b. Alas cetakan, berfungsi sebagai tempat komposit dicetak pada kedua sisinya disertai
dengan kepingan penghalang dan lobang mur. Kepingan penghalang berfungsi menahan
cairan agar tidak tumpah. Ukuran alas cetakan adalah 30 x 30 cm.
c. Tutup cetakan, digunakan sebagai perantara antara piringan penekan dengan alas cetakan
yang berfungsi selain untuk menutup cetakan juga sebagai penghalang alat penekan.
2. Alat penekan cetakan, berfungsi untuk menekan alat cetakan agar didapatkan komposit yang
padat dengan ketebalan yang diatur oleh spacer.
3. Alat penguji papan komposit dengan kapasitas 10 KN.
4. Neraca analitik, berfungsi untuk menimbang massa bahan-bahan yang akan digunakan pada
pembuatan papan komposit dengan ketelitian alat 0,01 gr.
5. Alat-alat lain yang diperlukan untuk membentuk sampel uji yaitu gergaji listrik, gunting,
pisau, gelas ukur, penggaris dan jangka sorong,sarung tangan, pengaduk, masker dan lain-lain.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antaralain :
1. Serat ijuk kelapa
2. Resin Polyester YUCOLAX 157 EX (ECER) dan Catalist Mepoxe
3. NaOH 5% dan Ca(OH)2 5%
4. Aseton untukmembersihkan cetakan.
5. Wax untuk pelekang pada cetakan.
3.3. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini variabel penelitian yang digunakan adalah :
1. Variabel Manipulasi (bebas) terdiri dari :
- Resin Polyester YUCOLAX 157 EX (ECER) dan Catalist Mepoxe
- NaOH 5% dan Ca(OH)2 5%
- Serat sabut kelapa
2. Variabel Respon (terikat) terdiri dari :
- Nilai pengujian kekuatan tarik, kekuatan lentur setelah pengujian.
3. Variabel Kontrol (tetap) terdiri dari :
- Bahan sampel
- Cetakan sampel
- Komposisi sampel
3.4. Prosedur Penelitian
Adapun Prosedur-prosedur yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.4.1. Persiapan Pembuatan serat sabut kelapa
Persiapan yang dilakukan pada serat sabut kelapa adalah sebagai berikut :
1. Mengambil sabut dari pohon Kelapa.
2. Mengeringkan sabut untuk mempermudah pemisahan serat dari sabut kelapa selama dua
hari.
3. Membersihkan serat sabut kelapa dari sekam sekam sabut kelapa.
3.4.2. Perendaman serat sabut kelapa
Perendaman serat sabut kelapa dilakukan dengan :
1. Merendam serat sabut kelapa dengan NaOH dan Ca(OH)2 masing-
masing dengan waktu 0 jam, 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam.
2. Setelah direndam serat sabut kelapa dibersihkan dengan aquades.
3.4.3. Pengeringan serat sabut kelapa
80 mm
20 mm
Proses pengeringan serat sabut kelapa yang sudah mengalami prendaman dan dibersihkan
akan dikeringkan selama 6-10 jam.
3.4.4. Pembuatan Komposit
Prosedur pembuatan komposit adalah sebagai berikut :
1. Membersihkan cetakan dengan menggunakan aseton hingga dipastikan tidak
mengandung kotoran dan kemudian dikeringkan.
2. Mengoles wax pada alas cetakan, tutup alas cetakan dan spacer agar komposit tidak
melekat pada cetakan.
3. Meletakkan spacer dikeempat sudut alas cetakan yang berukuran 30 x 30 cm yang
bertujuan untuk menentukan ketebalan komposit yaitu 4 mm.
4. Untuk sampel acak, mencampur resin Poliester dengan hardenernya, lalu di aduk sampai
rata dicampur dengan serat sabut kelapa dan diaduk, Pengadukan harus baik untuk
memperoleh hasil yang baik, lalu ditutup dengan menekan cetakan yang sudah di isi
ditekan dengan alat tekan komposit.
5. Setelah dibiarkan selama satu hari pada temperatur kamar kemudian papan komposit
dikeluarkan dari cetakan.
3.4.5. Pembuatan Sampel
Sampel yang telah dicetak dipotong-potong sesuai ukurannya dengan menggunakan
gergaji listrik. Bentuk sampel untuk setiap pengujian berbeda. Adapun pengujian yang dilakukan
adalah pengujian tarik (tensil test), pengujian kekutan lentur (ultimate flexural strenght). Untuk
masing-masing pengujian dibuat sampel yang berbeda baik dalam bentuk dan ukurannya.
Bentuk-bentuk sampel uji dibuat sesuai standar dan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar 3.1. Bentuk sampel pengujian kekuatan tarik dengan standar
ASTM D – 3039
Gambar 3.2. Bentuk sampel pengujian lentur dengan standar
ASTM D-790
3.4.6. Prosedur Pengujian Tarik
Nama alat yang digunakan untuk menguji sampel adalah LARYEE UNIVERSAL
TESTING MECHINE WDW-10.
1. Melengkapi grid untuk pengujian (uji tarik). Perhatikan menu softwere di komputer, klik
Max texs (operasional pengujian)lehat posisi awal alat lalu di nolkan (clear), set posisi
alat (up/down) dengan sensor penahan pada alat uji sebagai penehan otomatis, dan atur
kecepatan alat dengan kecepatan antara 0.01-500 mm/min.
2. Meletakkan sampel yang telah di bentuk sesuai standart yang digunakan pada grid yang
telah tersedia, posisi alat di nolkan kembali, klik data (jenis pengujian yang di pakai
Plastic Tensile Properties [160527]) , file New kemudian masukkan data data yang
dibutuhkan dari sampel yang di uji. Pengujian perlu diperhatikan dengan kemampuan
maximum alat ini adalah 10 KN. Setelah mengikuti prosedur maka pengujian dapat di
mulai dengan mengklik start.
3. Proses pengujian perlu diperhatikan agar tidak terhadi sliding dan mesin akan bekerja,
gerakan mesin dihentikan setelah sampel uji patah dan data tertera pada display.
4. Dari hasil pengujian mesin uji ini akan diperoleh hubungan antara gaya tarik terhadap
pertambahan panjang yang langsung tertera di grafik dan hasil perolehannya dapat
langsung di transfer ke excel, dan dapat langsung di print.
100 mm
4 mm
10 mm
3.4.7. Prosedur Pengujian Lentur
Nama alat yang digunakan untuk menguji sampel adalah LARYEE UNIVERSAL
TESTING MECHINE WDW-10.
1. Melengkapi grid untuk pengujian (uji tekan). Perhatikan menu softwere di komputer, klik
Max texs (operasional pengujian)lehat posisi awal alat lalu di nolkan (clear), set posisi
alat (up/down) dengan sensor penahan pada alat uji sebagai penehan otomatis, dan atur
kecepatan alat dengan kecepatan antara 0.01-500 mm/min.
2. Meletakkan sampel yang telah di bentuk sesuai standart yang digunakan pada grid yang
telah tersedia, posisi alat di nolkan kembali, klik data (jenis pengujian yang di pakai Test
metode for compresive properties of rigid plastics [15695-02a]) , file New kemudian
masukkan data data yang dibutuhkan dari sampel yang di uji. Pengujian perlu
diperhatikan dengan kemampuan maximum alat ini adalah 10 KN.Setelah mengikuti
prosedur maka pengujian dapat di mulai dengan mengklik start.
3. Proses pengujian perlu diperhatikan agar tidak terhadi sliding dan mesin akan bekerja,
gerakan mesin dihentikan setelah sampel uji patah dan data tertera pada display.
4. Dari hasil pengujian mesin uji ini akan diperoleh hubungan antara gaya tarik terhadap
pertambahan panjang yang langsung tertera di grafik dan hasil perolehannya dapat
langsung di transfer ke excel, dan dapat langsung di print
3.5. Diagram Alir Penelitian
Serat sabut Kelapa
Pencampuran
Pencetakan
Uji Tarik
Resin Polyester
Uji Lentur
Hasil
Perendaman
NaOH 5% Ca(OH)2
Pengolahan Data
Persiapan Bahan Penelitian
Pengeringan se
Tanpa serat
Pendiaman
Pembentukan sample uji.
Pengujian
Gambar.3.3. Diagram Alir Penelitian
3.6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah :
1. Dengan memvariasikan waktu perendaman serat sabut kelapa dengan NaOH 5% dan
(CaOH)2. Komposit akan dipotong sesuai dengan bentuk pengujian sampel dan diukur
dimensinya dengan menggunakan jangka sorong. Pada masing-masing sampel dilakukan
pengujian kuat tarik, kuat lentur.
2. Data hasil pengujian akan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut : menghitung
tegangan maksimum (σ max ) dan regangan maksimum (
ε max ) pada uji kekuatan tarik,
menghitung UFS dan defleksi maksimum pada uji kekuatan lentur dan menghitung rata-rata
hasil pengujian dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan Analisis of Varians (ANOVA).
Data hasil penelitian diolah dengan uji kesamaan beberapa rata-rata. Untuk meminimalkan nilai
nilai rata-rata (n≥3), digunakan analisis of variance (anova). Disebut juga analisis varians
(anova). Anova ada dua macam yaitu satu jalur dan dua jalur.
Anova satu jalur digunakan untuk menganalisis perbedaan antara beberapa variabel bebas
dengan variabel terikat dan masing-masing variabel tidak mempunyai jenjang.
Langkah langkah pengujian sebagai berikut :
1. Syarat penggunaan statistika harus dipenuhi.
2. Menulis rumusan hipotesisnya dalam bentuk kalimat.
Ho :Tidak terdapat pengaruh waktu perendaman serat sabut kela
Pa dengan NaOH dan (CaOH)2 terhadap kekuatan papan komposit.
Ha :Terdapat pengaruh waktu perendaman serat sabut kelapadengan
NaOH dan (CaOH)2 terhadap kekuatan papan komposit
3. Menuliskan Ho dan Ha dalam bentuk statistik.
Ho : μ A = μ B = μ C = μ D
Ha : μ A ≠ μ B ≠ μ C ≠μ D
4. Membuat tabel penolong.
Tabel 3.3 Penolong AnavaBebas Variabel
X1 X12 X1 X1
2 X1 X12 X1 X1
2 X1 X12
... ...
... ...
... ...
... ...
... ...
... ...
... ...
... ...
... ...
... ...
... ...
... ...
... ...
... ...
... ...n2 = . . . n2 = . . . n3 = .. . n4 = . .. n5 = .. . X1 X1
2
∑ x1 =. .. ∑ x2 =. .. ∑ x3 =. .. ∑ x 4 =.. . ∑ x5 =. .. X1 X12
∑ x12 =. .. ∑ x2
2 =. .. ∑ x32 =. .. ∑ x 4
2 =.. . ∑ x 42 =.. . X1 X1
2
5. Menghitung jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus :
JK A =(∑ x1)2
n1
+(∑ x2)2
n2
+(∑ x3 )2
n3
− JKR
JKR =(∑ x1 +∑ x2+∑ x3)2
n1 + n2 + n3
6. Menghitung Jumlah kuadrat dalam kelompok dengan rumus :
JKD =∑ x2 − JK R − JK A
7. Hitung derajat kebebasan antar kelompok dengan rumus :
dK A = K−1 , dimana K = banyak kelompok
8. Hitung derajat kebebasan dalam kelompok dengan rumus :
dK D =N−k , dimana N = jumlah anggota sampel
9. Hitung rata-rata jumlah kuadrat antara kelompok dengan rumus :
RK A =JK A
dK A
10. Hitung rata-rata jumlah kuadrat dalm kelompok dengan rumus :
RKD =JK D
dK D
11. Cari F hitung dengan rumus :
Fhitung =RK A
RK D
12. Tetapkan taraf signifikan (α)
13. Cari Ftabel dengan rumus :
F tabel = F (1−α ) ( dKA . dKD ) dapat dilihat pada tabel distribusi F.
14. Masukkan semua nilai yang telah didapat kedalam tabel Anava.
Tabel 3.4 Anava
Sumber Variasi dK JK Rata-rata kuadrat
F
Antar kelompok Dalam kelompok
k-1dK A
dK D
RKA
RKD
Fhitung
15. Tentukan kriteria pengujian
Jika F hitung ≤ F tabel , maka Ho diterima
16. Bandingkan F hitung dengan F tabel
17. Buatlah kesimpulan
Seandainya, Ho ditolak maka Ha diterima.
1in
DAFTAR PUSTAKA
Antonia Y. T, Agita O.R, Kharisna H. P, (2006), Komposit Laminat serat woven Sebagai Bahan
Alternatif Pengganti Fiber Glass Pada Kulit Kapal, Jurusan Teknik Materia, ITSN,
Surabaya
Armaya W., (2007) Pengaruh konsentrsi Bahan Pengawet Boraks Terhadap Serat Tebu Sebagai
Bahan Komposit Dengan Urea-Formaldehid,Skripsi, FMIPA, UNIMED, Medan
Bukit, N., (2006), Beberapa Pengujian Sifat Mekanik Dari Komposit Yang Diperkuat Dengan
Serat Gelas, Skripsi, FMIPA, USU, Medan
Diharjo,K., (2008), Teknik Mesin FT UNSM www.petra.ac id/~puslit/journals/dir. php?
Departmen ID=MES.
Haryanto, R. H., (1992), Memahami Polimer Dan Perekat, Andy Offser, Jakarta
Josua, T., (2007) Pembuatan dan Uji Sifat Mekanik Papan Partikel Dari Serat Sabut Kelapa
Dengan Urea-Formaldehid,Skripsi, FMIPA, UNIMED, Medan
Keyser, c. A., (1990), material Science In Engginering, 4th Edition, penerbit Charles E.erill
Publising Company, Ohio
Martinio, et al., (1995), Membuat Larutan Alkali, http: // Soapmakers diary. wordpress.
Com/2007/11/30
Sudjana.,(2006) Metoda Statistika, edisi keempat, penerbit Tarsito, Bandung
Sugiono,C, H. (2005) Kimia Bahan Logam, Institut Teknologi Semarang, Semarang
Surdia, T., (2003) Pengetahuan Bahan Tyeknik, Penerbit Prednya Paramita Jakarta
Van Vlack, L. H., (1992)., Pengetahuan Dan Teknologi Bahan, Penerbit Erlangga, Jakarta
Zemansky, S., (2002)., Fisika Universiras, Edisi 10, Penerbit Erlangga, Jakarta