Proposal Metodologi

74
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala alam, benda tak hidup, dan sesuatu yang abstrak. Dalam pelajaran fisika sangat diperlukan contoh-contoh ataupun percobaan yang mendukung keefektifan pembelajaran. Pembelajaran yang dituntut dalam fisika ialah pembelajaran yang berdasarkan teori dan praktek, yang akan mempermudah siswa dalam memahami segala materi fisika yang bersifat matematis dan teoritis. Materi fisika banyak terkait beberapa pokok bahasan yang mempelajari tentang berbagai gejala alam sampai kepada gerak suatu benda. Gerak benda tersebut terbagi menjadi dua jenis pokok bahasan yaitu materi fisika dinamika yang mempelajari gerak suatu benda dengan meninjau gaya penyebabnya dan materi fisika kinematika yang mempelajari gerak suatu benda dengan tidak meninjau gaya penyebabnya. Fisika tergolong materi pelajaran yang matematis dan teoritis maka dalam pembelajaran fisika sering digunakan alat bantu pembelajaran yaitu media pembelajaran. Dengan menggunakan media pembelajaran dapat mempermudah dalam memahami konsep-konsep fisika. 1

Transcript of Proposal Metodologi

Page 1: Proposal Metodologi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala alam, benda

tak hidup, dan sesuatu yang abstrak. Dalam pelajaran fisika sangat diperlukan

contoh-contoh ataupun percobaan yang mendukung keefektifan pembelajaran.

Pembelajaran yang dituntut dalam fisika ialah pembelajaran yang berdasarkan

teori dan praktek, yang akan mempermudah siswa dalam memahami segala materi

fisika yang bersifat matematis dan teoritis.

Materi fisika banyak terkait beberapa pokok bahasan yang mempelajari

tentang berbagai gejala alam sampai kepada gerak suatu benda. Gerak benda

tersebut terbagi menjadi dua jenis pokok bahasan yaitu materi fisika dinamika

yang mempelajari gerak suatu benda dengan meninjau gaya penyebabnya dan

materi fisika kinematika yang mempelajari gerak suatu benda dengan tidak

meninjau gaya penyebabnya.

Fisika tergolong materi pelajaran yang matematis dan teoritis maka dalam

pembelajaran fisika sering digunakan alat bantu pembelajaran yaitu media

pembelajaran. Dengan menggunakan media pembelajaran dapat mempermudah

dalam memahami konsep-konsep fisika. Media pembelajaran juga dapat

membantu dalam menerapkan konsep-konsep fisika sehingga fisika dapat lebih

mudah dimengerti dan dipahami.

Media merupakan alat bantu pembelajaran yang dapat bertindak sebagai

penyalur informasi secara langsung ataupun tidak langsung dalam proses belajar-

mengajar. Penggunaan media diharapkan akan dapat mempermudah siswa dalam

menerima ilmu pengetahuan secara efektif dan efisien. Pembelajaran fisika akan

lebih mudah dipahami dengan adanya media pembelajaran fisika yang dapat

membantu dalam menerapkan konsep-konsep fisika secara sederhana atau secara

lebih mudah.

1

Page 2: Proposal Metodologi

Media pembelajaran fisika diharapkan dapat selalu digunakan oleh guru

fisika dalam mengajarkan ilmu-ilmu fisika. Hukum Boyle merupakan salah satu

materi fisika yang bertumpu pada pokok bahasan teori kinetic gas. Hukum Boyle

merupakan materi yang membutuhkan media pembelajaran, sehingga diharapkan

adanya media sebagai alat bantu mengajar konsep hukum Boyle sehingga konsep

hukum Boyle dapat direlialisasikan secara langsung. Adapun media yang

digunakan adalah alat praktikum, hal ini disebabkan agar siswa dapat mencobakan

langsung konsep hukum Boyle.

Dari hasil survey yang telah dilakukan ternyata masih banyak siswa yang

kurang memahami konsep dasar hukum Boyle dengan baik dan mengalami

kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal mengenai konsep hukum Boyle. Hal itu

terlihat dari rendahnya hasil Ulangan Harian yang dicapai oleh siswa SMA Negeri

5 Kota Jambi kelas XI IPA yang terlihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1 Rata -Rata Nilai Ulangan Harian Materi Teori Kinetik Gas Siswa

Kelas XI IPA SMA Negeri 5 Kota Jambi.

No. KelasJumlah

SiswaSKBM

Nilai Rata-rata Ulangan

Harian

1. XI IPA RSBI 27 75 63

2. XI IPA Unggul 30 75 60

3. XI IPA 1 40 70 55

4. XI IPA 2 42 70 52

5. XI IPA 3 42 70 56

6. XI IPA 4 41 70 55

(Sumber: Guru Fisika SMA Negeri 5 Kota Jambi Kelas XI IPA)

2

Page 3: Proposal Metodologi

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa siswa SMA Negeri 5 Kota Jambi

belum mencapai Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yang diberikan

guru bidang studi fisika pada materi teori kinetik gas khususnya konsep hukum

Boyle. Penyebabnya adalah kurangnya minat siswa dalam belajar fisika karena

pelajaran fisika kurang menarik.

Oleh karena itu, para guru/pengajar dipandang perlu untuk

mengembangkan suatu media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk

dapat memahami materi pelajaran dengan lebih menarik, sehingga memberikan

dampak yang lebih efektif terhadap kemajuan siswa. Untuk membantu

memfasilitasi siswa dalam belajar konsep hukum Boyle, diperlukan media yang

tepat untuk dapat memperjelas materi pelajaran tersebut.

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul: “Pembuatan Media Pembelajaran Fisika Percobaan Hukum Boyle

untuk Membuktikan Hukum Boyle Pada Materi Teori Kinetik Gas Pada

Kelas XI SMA”.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Apakah model percobaan hukum Boyle untuk menunjukkan konsep

hukum Boyle layak digunakan sebagai media pembelajaran materi teori

kinetik gas pada kelas XI SMA?

2) Apakah media model percobaan hukum Boyle untuk menunjukkan konsep

hukum Boyle dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam

mempelajari materi teori kinetic gas?

3) Apakah media model percobaan hukum Boyle untuk menunjukkan konsep

hukum Boyle efektif untuk digunakan pada pembelajaran teori kinetik

gas?

3

Page 4: Proposal Metodologi

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, tujuan yang hendak dicapai penulis antara lain

sebagai berikut:

1) Untuk dapat membuat model percobaan hukum Boyle untuk menunjukkan

konsep hukum Boyle sebagai media pembelajaran teori kinetik gas kelas

XI SMA.

2) Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mempelajari teori

kinetik gas dengan menggunakan media model percobaan hukum Boyle

untuk menunjukkan konsep hukum Boyle.

3) Untuk mengetahui keefektifan penggunaan model percobaan hukum Boyle

untuk menunjukkan konsep hukum Boyle sebagai media pembelajaran

teori kinetik gas.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1) Penggunaan media model percobaan hukum Boyle untuk menunjukkan

konsep hukum Boyle diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar

siswa dalam mempelajari materi teori kinetik gas.

2) Penggunaan media model percobaan hukum Boyle untuk menunjukkan

konsep hukum Boyle diharapkan efektif dalam pembelajaran di kelas

sehingga dapat memberikan pengalaman yang konkret yang mudah diingat

siswa.

3) Menambah wawasan penulis maupun pembaca tentang pentingnya

penggunaan media pembelajaran khususnya berupa alat peraga dalam

mempelajari teori kinetik gas.

4

Page 5: Proposal Metodologi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang tiada henti dialami oleh tiap individu

semasa hidupnya. Belajar merupakan proses perubahan perilaku sebagai hasil dari

pengalamannya. Seperti yang dikatakan Hamalik (2003) dalam bukunya yang

berjudul Kurikulum dan Pembelajaran, bahwa belajar adalah modifikasi atau

memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses,

suatu kegiatan dan bukan hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan

tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. Pengalaman yang dimaksud tentu

didapat dari interaksi dengan lingkungan. Slameto (1988) juga mengungkapkan

bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi individu dengan lingkungan.

Ali (2002) mengemukakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai proses

perubahan perilaku sebagai akibat interaksi individu dengan lingkungan. Interaksi

ini biasanya berlangsung secara disengaja. Kesengajaan itu sendiri tercermin dari

adanya faktor berikut:

1) Kesiapan (readiness) yaitu kapasitas baik fisik maupun mental untuk

melakukan sesuatu.

2) Motivasi, yaitu dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu.

3) Tujuan yang ingin dicapai.

Interaksi individu dengan lingkungan berlangsung secara disengaja

memiliki arti bahwa peserta didik ditempatkan pada situasi dimana proses

perubahan perilaku diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini,

guru memiliki peran sentral dalam mengatur penyampaian pengalaman-

pengalaman yang akan dipelajari oleh peserta didik. Lebih lanjut, John Park

dalam Anshari (1983) menyatakan bahwa pendidikan adalah seni atau proses

5

Page 6: Proposal Metodologi

dalam menyalurkan atau menerima pengetahuan dan kebiasaan-kebiasaan melalui

pengajaran dan studi. Jadi mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan materi,

namun merupakan suatu seni tentang bagaimana guru membuat proses

pengubahan pengalaman itu membekas pada diri setiap peserta didik.

Tujuan pembelajaran dalam suatu kegiatan pembelajaran hanya dapat

dicapai jika ada interaksi belajar-mengajar antara guru dan peserta didik dalam

proses pembelajaran di kelas. Interaksi tersebut harus dalam proses komunikasi

yang aktif dan edukatif antara guru dan peserta didik yang saling menguntungkan

kedua belah pihak agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efisien dan

efektif. Hanya dengan proses pembelajaran yang baik, tujuan pembelajaran dapat

dicapai sehingga siswa mengalami perubahan perilaku melalui kegiatan belajar

(Hadis. 2008). Komunikasi yang aktif diperoleh ketika siswa benar-benar terlibat

dalam proses pembelajaran tersebut. Agar tujuan pembelajaran tercapai seperti

yang diharapkan, partisipasi aktif siswa dapat dipicu dengan terlebih dahulu

menimbulkan motivasi belajar pada diri siswa. Hamalik (2001) mengungkapkan

beberapa faktor belajar efektif sebagai berikut:

1. Faktor kegiatan, penggunaan, dan pengulangan: Kegiatan dasar seperti

melihat, mendengar, merasakan, motoris maupun kegiatan–kegiatan

lainnya yang diperlukan untuk memperoleh pengalaman, sikap, kebiasaan,

dan minat.

2. Belajar memerlukan latihan, dengan jalan: relearning (mengingat),

recalling (menyimpulkan), dan receiving (meninjau kembali) agar

pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang

belum dikuasai akan dapat lebih mudah dipahami.

3. Belajar siswa akan lebih berhasil jika siswa merasa berhasil mendapatkan

kepuasannya, belajar hendaknya dilakukan dalam suasana yang

menyenangkan.

6

Page 7: Proposal Metodologi

4. Siswa yang belajar perlu mengetahi apakah ia berhasil atau gagal dalam

belajarnya. Keberhasilan akan menimbulkan kepuasan dan mendorong

belajar lebih baik, sedangkan kegagalan akan menimbulkan frustasi.

5. Faktor kesiapan belajar. Siswa yang telah siap belajar akan dapat

melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil.

6. Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong siswa

belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila

siswa tertarik akan sesuatu yang dipelajarinya.

7. Faktor-faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat

berpengaruh dalam proses belajar. Badan yang lelah, lemah, akan

meyebabkan kurangnya perhatian dalam belajar.

8. Faktor intelegensi yakni tingkat kecerdasan siswa.

Walaupun faktor minat dan usaha menempati urutan keenam dari

beberapa faktor belajar efektif yang diungkapkan oleh Hamalik (2001), namun

tanpa adanya minat/motivasi peserta didik, belajar akan terkesan sebagai suatu

paksaan, dan menyebabkan tujuan pembelajaran tidak tercapai.

Dahar (1992) mengungkapkan beberapa fase belajar, yaitu fase perhatian,

retensi, reproduksi, motivasi, lalu muncul dalam bentuk penampilan. Pada fase

perhatian umunya siswa memberikan perhatian kepada model-model yang

menarik, berhasil, menimbulkan minat, dan popular. Pada fase retensi siswa

dilatih agar dapat tetap mengingat berbagai hal yang telah dipelajari melalui

proses pengamatan di lapangan. Pada fase reproduksi, siswa diharapkan dapat

mengingat kembali pesan dan kesan dari berbagai materi atau bahan pelajaran

yang dipelajari melalui pengamatan. Pada fase motivasi, bagaimana para siswa

dengan melalui fase perhatian, retensi, reproduksi, mereka termotivasi untuk aktif

dalam melakukan proses belajar melalui pengamatan dan akan dapat diamati oleh

guru di kelas.

7

Page 8: Proposal Metodologi

2.2 Motivasi Belajar

Proses belajar merupakan suatu proses yang dengan sengaja diciptakan

untuk kepentingaan anak didik. Agar anak didik dapat belajar, guru berusaha

menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dengan memanfaatkan semua

komponen yang tersedia. Dalam hal ini motivasi merupakan salah satu faktor

yang mempunyai arti penting bagi anak didik. Untuk itu, guru harus dapat

membangkitkan gairah belajar anak didik.

Kegiatan belajar mengajar yang penting adalah menciptakan kondisi atau

suatu proses yang mengarahkan siswa melakukan aktivitas belajar. Dalam hal ini

sudah barang tentu peran guru sangat penting. Bagaimana guru melakukan usaha-

usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberi motivasi agar anak didiknya

melakukan aktivitas belajar dengan baik. Untuk dapat belajar dengan baik

diperlukan proses dan motivasi yang baik pula.

Kata ‘motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dibedakan sebagai daya penggerak dari

dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu

tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).

Berawal dari kata motif itu sendiri, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya

penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu

terutama bila kebutuhan dirasakan mendesak (Sudirman. 2000).

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya

proses belajar. Motivasi belajar tersebut ada yang intrinsik dan ada pula yang

ekstrinsik. Dimyanti dan Mudjiono (2000) menyebutkan beberapa unsur yang

mempengaruhi motivasi belajar siswa, salah satunya ialah siswa memiliki

perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, pikiran yang mengalami perubahan berkat

pengalaman. Pengalaman tersebut berpengaruh pada motivasi dan perilaku

belajar.

Lebih lanjut, Wahab (2002) mengemukakan bahwa salah satu aspek

penting dalam mengajar ialah membangkitkan motivasi anak untuk belajar. Hal

8

Page 9: Proposal Metodologi

ini begitu penting karena motivasi seseorang adalah bagian internal manusia. Dia

menetapkan alasan dan membuat keputusannya sendiri berdasarkan apa

penglihatannya (perception) terhadap lingkungannya. Tentang bagaimana guru

mempengaruhi motivasi siswa adalah dengan menciptakan situasi eksternal

sehingga siswa akan bertindak sesuai dengan yang diharapkan.

Beberapa prinsip umum belajar:

a) Siswa akan belajar lebih baik bila keadaan siap. Siswa yang tidak siap

belajar tidak akan dapat mempelajari sesuatu secra efisien. Kesiapan itu

sendiri adalah merupakan gabungan antara kematangan, motivasi,

pengalaman, kemampuan, persepsi, bakat/kecerdasan, dan faktor0faktor

lainnya yang membuat seseorang siap untuk memperoleh pengajaran. Jika

guru menempuh cara yang tepat maka ia akan dapat membuat seseorang

yang tidak siap menjadi siap untuk belajar. Juga diakui bahwa belajar akan

berjalan secara lebih efektif jika siswa termotivasi untuk belajar.

b) Belajar yang tidak memberikan sesuatu yang baru, tidak memberikan

manfaat. Belajar yang didasari oleh incentive, misalnya belajar karena

dorongan dari luar tidak member hasil yang baik.

Untuk dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, media merupakan

satu pilihan tepat. Kehadiran media dapat mengatasi berbagai masalah/fenomena-

fenomena fisika yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan kata-kata verbal

teoritis.

2. 3 Media Pembelajaran

Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang berasal

dari bahasa latin medius, yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau

‘pengantar’ (Arsyad, 2002; Sadiman, dkk., 1990). Oleh karena itu, media dapat

diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.

Media dapat berupa sesuatu bahan (software) dan/atau alat (hardware).

Sedangkan menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2002), bahwa media jika

dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang

9

Page 10: Proposal Metodologi

membangun kondisi, yang menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan,

keterampilan, atau sikap. Jadi menurut pengertian ini, guru, teman sebaya, buku

teks, lingkungan sekolah dan luar sekolah, bagi seorang siswa merupakan media.

Pengertian ini sejalan dengan batasan yang disampaikan oleh Gagne (1985), yang

menyatakan bahwa media merupakan berbagai jenis komponen dalam lingkungan

siswa yang dapat merangsang untuk belajar.

Banyak batasan tentang media, Association of Education and

Communication Technology (AECT) memberikan pengertian tentang media

sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan

dan informasi. Dalam hal ini terkandung pengertian sebagai medium (Gagne, et

al., 1988) atau mediator, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak

utama dalam proses belajar -siswa dan isi pelajaran. Sebagai mediator, dapat pula

mencerminkan suatu pengertian bahwa dalam setiap sistem pengajaran, mulai dari

guru sampai kepada peralatan yang paling canggih dapat disebut sebagai media.

Heinich, et.al., (1993) memberikan istilah medium, yang memiliki pengertian

yang sejalan dengan batasan di atas yaitu sebagai perantara yang mengantar

informasi antara sumber dan penerima.

Dalam dunia pendidikan, sering kali istilah alat bantu atau media

komunikasi digunakan secara bergantian atau sebagai pengganti istilah media

pendidikan (pembelajaran). Seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1994)

bahwa dengan penggunaan alat bantu berupa media komunikasi, hubungan

komunikasi akan dapat berjalan dengan lancar dan dengan hasil yang maksimal.

Batasan media seperti ini juga dikemukakan oleh Reiser dan Gagne (dalam

Criticos, 1996; Gagne, et al., 1988), yang secara implisit menyatakan bahwa

media adalah segala alat fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi materi

pengajaran. Dalam pengertian ini, buku/modul, tape recorder, kaset, video

recorder, camera video, televisi, radio, film, slide, foto, gambar, dan komputer

adalah merupakan media pembelajaran. Menurut National Education Association

-NEA (dalam Sadiman, dkk., 1990), media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik

yang tercetak maupun audio visual beserta peralatannya.

10

Page 11: Proposal Metodologi

Berdasarkan batasan-batasan mengenai media seperti tersebut di atas,

maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang

menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan untuk meyampaikan

isi materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar (individu atau kelompok), yang

dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat pebelajar sedemikian

rupa sehingga proses belajar (di dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.

2. 3. 1 Posisi Media Pembelajaran

Bruner (1966) mengungkapkan ada tiga tingkatan utama modus belajar,

seperti: enactive (pengalaman langsung), iconic (pengalaman piktorial atau

gambar), dan symbolic (pengalaman abstrak). Pemerolehan pengetahuan dan

keterampilan serta perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena adanya

interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang telah dialami

sebelumnya melalui proses belajar. Sebagai ilustrasi misalnya, belajar untuk

memahami apa dan bagaimana mencangkok. Dalam tingkatan pengalaman

langsung, untuk memperoleh pemahaman pebelajar secara langsung mengerjakan

atau membuat cangkokan. Pada tingkatan kedua, iconic, pemahaman tentang

mencangkok dipelajari melalui gambar, foto, film atau rekaman video.

Selanjutnya pada tingkatan pengalaman abstrak, siswa memahaminya lewat

membaca atau mendengar dan mencocokkannya dengan pengalaman melihat

orang mencangkok atau dengan pengalamannya sendiri.

Media pembelajaran merupakan suatu perantara seperti apa yang

dimaksud pada pernyataan di atas. Dalam kondisi ini, media yang digunakan

memiliki posisi sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran, yaitu alat bantu

mengajar bagi guru (teaching aids). Misalnya alat-alat grafis, photografis, atau

elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyususn kembali informasi

visual atau verbal. Sebagai alat bantu dalam mengajar, media diharapkan dapat

memberikan pengalaman kongkret, motivasi belajar, mempertinggi daya serap

dan retensi belajar siswa. Sehingga alat bantu yang banyak dan sering digunakan

adalah alat bantu visual, seperti gambar, model, objek tertentu, dan alat-alat visual

lainnya. Oleh karena dianggap sebagai alat bantu, guru atau orang yang membuat

11

Page 12: Proposal Metodologi

media tersebut kurang memperhatikan aspek disainnya, pengembangan

pembelajarannya, dan evaluasinya.

Dengan kemajuan teknologi di berbagai bidang, misalnya dalam teknologi

komunikasi dan informasi pada saat ini, media pembelajaran memiliki posisi

sentral dalam proses belajar dan bukan semata-mata sebagai alat bantu. Media

pembelajaran memainkan peran yang cukup pensting untuk mewujudkan kegiatan

belajar menjadi lebih efektif dan efisien. Dalam posisi seperti ini, penggunaan

media pembelajaran dikaitkan dengan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh

media, yang mungkin tidak mampu dilakukan oleh guru (atau guru melakukannya

kurang efisien). Dengan kehadiran media pembelajaran maka posisi guru bukan

lagi sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi sebagai fasilitator. Bahkan pada

saat ini media telah diyakini memiliki posisi sebagai sumber belajar yang

menyangkut keseluruhan lingkungan di sekitar pebelajar.

Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung

(kongkret) berdasarkan kenyataan yang ada di lingkungan hidupnya, kemudian

melalui benda-benda tiruan, dan selanjutnya sampai kepada lambang-lambang

verbal (abstrak). Untuk kondisi seperti inilah kehadiran media pembelajaran

sangat bermanfaat. Dalam posisinya yang sedemikian rupa, media akan dapat

merangsang keterlibatan beberapa alat indera. Di samping itu, memberikan solusi

untuk memecahkan persoalan berdasarkan tingkat keabstrakan pengalaman yang

dihadapi pebelajar. Kenyataan ini didukung oleh landasan teori penggunaan media

yang dikemukakan oleh Edgar Dale, yaitu teori Kerucut Pengalaman Dale (Dale’s

Cone of Experience) seperti Gambar 1 di bawah. Teori ini merupakan elaborasi

yang rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang dikemukakan oleh Bruner.

2. 3. 2 Fungsi Media Pembelajaran

Efektivitas proses belajar mengajar (pembelajaran) sangat dipengaruhi

oleh faktor metode dan media pembelajaran yang digunakan. Keduanya saling

berkaitan, di mana pemilihan metode tertentu akan berpengaruh terhadap jenis

media yang akan digunakan. Dalam arti bahwa harus ada kesesuaian di antara

keduanya untuk mewujudkan tujuan pembelajaran. Walaupun ada hal-hal lain

12

Page 13: Proposal Metodologi

yang juga perlu diperhatikan dalam pemilihan media, seperti: konteks

pembelajaran, karakteristik pebelajar, dan tugas atau respon yang diharapkan dari

pebelajar (Arsyad, 2002). Sedangkan menurut Criticos (1996), tujuan

pembelajaran, hasil belajar, isi materi ajar, rangkaian dan strategi pembelajaran

adalah kriteria untuk seleksi dan produksi media. Dengan demikian, penataan

pembelajaran (iklim, kondisi, dan lingkungan belajar) yang dilakukan oleh

seorang pengajar dipengaruhi oleh peran media yang digunakan.

Pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan

dan minat baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan

bahkan berpengaruh secara psikologis kepada siswa (Hamalik, 1986). Selanjutnya

diungkapkan bahwa penggunaan media pengajaran akan sangat membantu

keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian informasi (pesan dan isi

pelajaran) pada saat itu. Kehadiran media dalam pembelajaran juga dikatakan

dapat membantu peningkatan pemahaman siswa, penyajian data/informasi lebih

menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan

informasi. Jadi dalam hal ini dikatakan bahwa fungsi media adalah sebagai alat

bantu dalam kegiatan belajar mengajar.

Sadiman, dkk (1990) menyampaikan fungsi media (media pendidikan)

secara umum, adalah sebagai berikut: (i) memperjelas penyajian pesan agar tidak

terlalu bersifat visual; (ii) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera,

misal objek yang terlalu besar untuk dibawa ke kelas dapat diganti dengan

gambar, slide, dsb., peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat

film, video, fota atau film bingkai; (iii) meningkatkan kegairahan belajar,

memungkinkan siswa belajar sendiri berdasarkan minat dan kemampuannya, dan

mengatasi sikap pasif siswa; dan (iv) memberikan rangsangan yang sama, dapat

menyamakan pengalaman dan persepsi siswa terhadap isi pelajaran.

Fungsi media, khususnya media visual juga dikemukakan oleh Levie dan

Lentz, seperti yang dikutip oleh Arsyad (2002) bahwa media tersebut memiliki

empat fungsi yaitu: fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi

kompensatoris. Dalam fungsi atensi, media visual dapat menarik dan

mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran. Fungsi

13

Page 14: Proposal Metodologi

afektif dari media visual dapat diamati dari tingkat “kenikmatan” siswa ketika

belajar (membaca) teks bergambar. Dalam hal ini gambar atau simbul visual dapat

menggugah emosi dan sikap siswa. Berdasarkan temuan-temuan penelitian

diungkapkan bahwa fungsi kognitif media visual melalui gambar atau lambang

visual dapat mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran untuk memahami dan

mengingat pesan/informasi yang terkandung dalam gambar atau lambang visual

tersebut. Fungsi kompensatoris media pembelajaran adalah memberikan konteks

kepada siswa yang kemampuannya lemah dalam mengorganisasikan dan

mengingat kembali informasi dalam teks. Dengan kata lain bahwa media

pembelajaran ini berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat

dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dalam bentuk teks

(disampaikan secara verbal).

Dengan menggunakan istilah media pengajaran, Sudjana dan Rivai (1992)

mengemukakan beberapa manfaat media dalam proses belajar siswa, yaitu: (i)

dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa karena pengajaran akan lebih menarik

perhatian mereka; (ii) makna bahan pengajaran akan menjadi lebih jelas sehingga

dapat dipahami siswa dan memungkinkan terjadinya penguasaan serta pencapaian

tujuan pengajaran; (iii) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata

didasarkan atas komunikasi verbal melalui kata-kata; dan (iv) siswa lebih banyak

melakukan aktivitas selama kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan tetapi

juga mengamati, mendemonstrasikan, melakukan langsung, dan memerankan.

Berdasarkan atas beberapa fungsi media pembelajaran yang dikemukakan

di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam kegiatan belajar

mengajar memiliki pengaruh yang besar terhadap alat-alat indera. Terhadap

pemahaman isi pelajaran, secara nalar dapat dikemukakan bahwa dengan

penggunaan media akan lebih menjamin terjadinya pemahaman yang lebih baik

pada siswa. Pebelajar yang belajar lewat mendengarkan saja akan berbeda tingkat

pemahaman dan lamanya “ingatan” bertahan, dibandingkan dengan pebelajar

yang belajar lewat melihat atau sekaligus mendengarkan dan melihat. Media

pembelajaran juga mampu membangkitkan dan membawa pebelajar ke dalam

suasana rasa senang dan gembira, di mana ada keterlibatan emosianal dan mental.

14

Page 15: Proposal Metodologi

Tentu hal ini berpengaruh terhadap semangat mereka belajar dan kondisi

pembelajaran yang lebih hidup, yang nantinya bermuara kepada peningkatan

pemahaman pebelajar terhadap materi ajar.

2. 3. 3. Klasifikasi Media Pembelajaran

Usaha-usaha ke arah taksonomi media tersebut telah dilakukan oleh

beberapa ahli. Rudy Bretz, mengklasifikasikan media berdasarkan unsur

pokoknya yaitu suara, visual (berupa gambar, garis, dan simbol), dan gerak. Di

samping itu juga, Bretz membedakan antara media siar (telecommunication) dan

media rekam (recording). Dengan demikian, media menurut taksonomi Bretz

dikelompokkan menjasi 8 kategori: 1) media audio visual gerak, 2) media audio

visual diam, 3) media audio semi gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual

diam, 6) media semi gerak, 7) media audio, dan 8) media cetak.

Pengelompokan menurut tingkat kerumitan perangkat media, khususnya

media audio-visual, dilakukan oleh C.J Duncan, dengan menyususn suatu hirarki.

Dari hirarki yang digambarkan oleh Duncan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

semakin tinggi tingkat hirarki suatu media, semakin rendah satuan biayanya dan

semakin khusus sifat penggunaannya. Namun demikian, kemudahan dan

keluwesan penggunaannya semakin bertambah. Begitu juga sebaliknya, jika suatu

media berada pada hirarki paling rendah. Schramm (dalam Sadiman, dkk., 1986)

juga melakukan pegelompokan media berdasarkan tingkat kerumitan dan

besarnya biaya. Dalam hal ini, menurut Schramm ada dua kelompok media yaitu

big media (rumit dan mahal) dan little media (sederhana dan murah). Lebih jauh

lagi ahli ini menyebutkan ada media massal, media kelompok, dan media

individu, yang didasarkan atas daya liput media.

Beberapa ahli yang lain seperti Gagne, Briggs, Edling, dan Allen,

membuat taksonomi media dengan pertimbangan yang lebih berfokus pada proses

dan interaksi dalam belajar, ketimbang sifat medianya sendiri. Gagne misalnya,

mengelompokkan media berdasarkan tingkatan hirarki belajar yang

dikembangkannya. Menurutnya, ada 7 macam kelompok media seperti: benda

untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar

15

Page 16: Proposal Metodologi

gerak, film bersuara, dan mesin belajar. Briggs mengklasifikasikan media menjadi

13 jenis berdasarkan kesesuaian rangsangan yang ditimbulkan media dengan

karakteristik siswa. Ketiga belas jenis media tersebut adalah: objek/benda nyata,

model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram,

papan tulis, media transparansi, film bingkai, film (16 mm), film rangkai, televisi,

dan gambar (grafis).

Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka media pembelajaran pun

mengalami perkembangan melalui pemanfaatan teknologi itu sendiri. Berdasarkan

perkembangan teknologi tersebut, Arsyad (2002) mengklasifikasikan media atas

empat kelompok: 1) media hasil teknologi cetak, 2) media hasil teknologi audio-

visual, 3) media hasil teknologi berbasis komputer, dan 4) media hasil gabungan

teknologi cetak dan komputer. Seels dan Glasgow (dalam Arsyad, 2002) membagi

media ke dalam dua kelompok besar, yaitu: media tradisional dan media teknologi

mutakhir. Pilihan media tradisional berupa media visual diam tak diproyeksikan

dan yang diproyeksikan, audio, penyajian multimedia, visual dinamis yang

diproyeksikan, media cetak, permainan, dan media realia. Sedangkan pilihan

media teknologi mutakhir berupa media berbasis telekomunikasi (misal

teleconference) dan media berbasis mikroprosesor (misal: permainan komputer

dan hypermedia).

2.4 Teori kinetik gas

Hukum-hukum tentang Gas

Teori kinetik gas membahas hubungan antara besaran-besaran yang

menentukan keadaan suatu gas. Jika gas yang diamati berada di dalam ruangan

tertutup, besaran-besaran yang menentukan keadaan gas tersebut adalah volume

(V), tekanan (p), dan suhu gas (T). Menurut proses atau perlakuan yang diberikan

pada gas, terdapat tiga jenis proses, yaitu isotermal, isobarik, dan isokhorik.

Pembahasan mengenai setiap proses gas tersebut dapat Anda pelajari dalam uraian

berikut.

16

Page 17: Proposal Metodologi

1) Hukum Boyle

Perhatikanlah Gambar 8.1 berikut.

Gambar 8.1 (a) Gas di dalam tabung memiliki volume V1 dan tekanan P1. (b)

Volume gas di dalam tabung diperbesar menjadi V2sehingga

tekanannya P2menjadi lebih kecil.

Suatu gas yang berada di dalam tabung dengan tutup yang dapat

diturunkan atau dinaikkan, sedang diukur tekanannya. Dari gambar tersebut dapat

Anda lihat bahwa saat tuas tutup tabung ditekan, volume gas akan mengecil dan

mengakibatkan tekanan gas yang terukur oleh alat pengukur menjadi membesar.

Hubungan antara tekanan (p) dan volume (V) suatu gas yang berada di ruang

tertutup ini diteliti oleh Robert Boyle. Saat melakukan percobaan tentang

hubungan antara tekanan dan volume gas dalam suatu ruang tertutup, Robert

Boylemenjaga agar tidak terjadi perubahan temperatur pada gas (isotermal). Dari

data hasil pengamatannya, Boyle mendapatkan bahwa hasil kali antara tekanan (p)

dan volume (V) gas pada suhu tetap adalah konstan. Hubungan, tersebut dikenal

dengan Hukum Boyle yang dapat dinyatakan berikut ini:

“Apabila suhu gas yang berada dalam ruang tertutup dijaga konstan,

maka tekanan gas berbanding terbalik dengan volumenya”.

17

Page 18: Proposal Metodologi

Hasil pengamatan Boyle tersebut kemudian dikenal sebagai Hukum Boyle

yang secara matematis dinyatakan dengan persamaan

pV = konstan

atau

p1V1 = p2V2

Dalam bentuk grafik, hubungan antara tekanan (p) dan volume (V) dapat

dilihat pada Gambar 8.2.

18

Page 19: Proposal Metodologi

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam kategori development

research. Dalam hal ini penulis mencoba membangun (membuat) suatu media

untuk membantu penyampaian materi hukum boyle pada pokok bahasan teori

kinetik gas.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pembuatan media percobaan hukum boyle dilakukan di rumah penulis.

Sedangkan penelitian terhadap kelayakan media tersebut dilakukan dalam selang

selesainya pembuatan media.

3.3 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan antara lain:

1. Palu 2. Pisau / Cutter

Bahan yang digunakan antara lain:

1. Papan kayu

19

Page 20: Proposal Metodologi

2. Penggaris

3. Pipa kecil panjang

4. Pipa U 5. Suntikan 60 ml

20

Page 21: Proposal Metodologi

6. Tabung bening kaca

7. Alkohol 70 %

8. Air berwarna

Keterangan bahan yang digunakan:

1. Papan kayu berfungsi

sebagai bantalan.

2. Penggaris berfungsi sebagai batas ukur.

21

Page 22: Proposal Metodologi

3. Pipa kecil panjang berfungsi sebagai tempat air berwarna.

4. Pipa U berfungsi sebagai

manometer tabung terbuka

5. Suntikan 60 ml berfungsi

sebagai pompa.

6. Tabung bening kaca

berfungsi sebagai tangki.

22

Page 23: Proposal Metodologi

7. Alkohol 70 % dimasukkan kedalam pipa U (manometer sederhana)

8. Air Berwarna berfungsi sebagai air pembatas.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Prosedur penelitian pembuatan alat media percobaan hukum

boyle.

Sebelum masuk ke tahap pelaksanaan pembuatan alat, terlebih dahulu

penulis menyediakan dan membeli semua alat dan bahan yang diperlukan.

Tahap Pelaksanaan:

1. Membuat manometer

sederhana dengan

menggunakan pipa U

dan penggaris,

kemudian direkatkan

pada papan kayu

sebagai bantalannya.

2. Menempelkan

manometer sederhana

pada bantalan papan

kayu.

23

Page 24: Proposal Metodologi

3. Memasang paku kabel

untuk merekatkan pipa

kecil panjang.

4. Bagian tutup botol

diberi tiga lubang

kemudian masukkan

selang. Untuk lebih

merekatkannya agar

tidak ada udara yang

keluar, maka dibagian

bawahnya diberi karet

perekat.

5. Menghubungkan

kembali tutup botol

dengan botol bening

kaca.

24

Page 25: Proposal Metodologi

6. Selang bagian tengah

dihungkan ke pompa

(suntikan 60 ml).

7. Selang bagian kiri

dihubungkan ke pipa

kecil panjang.

8. Selang bagian kanan

dihubungkan ke

manometer sederhana

(pipa U).

25

Page 26: Proposal Metodologi

9. Hasil akhirnya:

3.4.2 Prosedur kerja model pecobaan hukum boyle.

1. Susunlah alat dan bahan seperti gambar di bawah ini!

26

Page 27: Proposal Metodologi

2. Isilah pipa kecil panjang dengan sedikit air berwarna sebagai pembatas

ruang, lalu hubungkan dengan tangki.

3. Isilah pipa U dengan alkohol (berfungsi sebagai manometer terbuka),

kemudian hubungkan keselang yang telah terhubung ke tangki.

4. Ukurlah volume ruang V dengan Cara mengalikan panjang pipa dari air

berwarna sebagai pembatas sampai ujung pipa L dan luas penampang pipa

A, yaitu V = A. L. Adapun tekanan udara berdasarkan manometer sama

dengan tekanan udara luar B.

5. Masukkan sedikit udara ke dalam tangki dengan cara membuka selang

yang terhubung ke pompa (suntikan 60 ml), kemudian dihubungkan

kembali. Setelah itu pompa sampai permukaan alkohol dalam manometer

naik ± 1 cm (h1 = 1 cm). Kemudian tentukan berapa volume saat itu.

Adapun tekanan udara dalam tangki menjadi h1 + B.

6. Ulangi langkah nomor 4 dengan memvariasikan volume V dan mencatat

tekanan udara tangki berdasarkan tinggi permukaan alkohol pada

manometer.

7. Masukkan data berupa V dan p pada masing-masing kondisi dalam tabel,

kemudian buatlah grafik hubungan antara V dan p.

NO Li Vi = ALi hi Pi = hi + B

Ket:

A = 0,03 m2

B = 1 atm = 1,01 x 105 Pa

27

Page 28: Proposal Metodologi

3.4.3. Pengujian kelayakan percobaan hukum boyle

Pengujian kelayakan alat melalui pemberian angket kepada tim ahli yang

menilai kelayakan media percobaan hukum boyle. Angket yang dibuat

berdasarkan kisi-kisi instrument penilaian media pembelajaran.

Tabel Kisi-kisi lembar observasi Tim Ahli terhadap media pembelajaran

No Aspek Penilaian Indikator Instrumen

1. Aspek

Pembelajaran

Topik yang jelas 1

Relevansi media dengan tujuan

pembelajaran

2

Relevansi media dengan Isi materi 3

Mampu menjelaskan konsep

pembiasan cahaya pada lensa

cembung

4

Kesesuaian dengan sasaran didik 5

Merangsang cara berpikir peserta

didik

6

Mempermudah pemahaman 7

Ilmiah 8

2. Aspek

Karakteristik dan

Desain Media

Kemudahan Penggunaan 9 dan 10

Kepraktisan 11

Sederhana 12

Daya jangkauan 13

Kelancaran penggunaan media 14

Menarik perhatian 15

3. Aspek

Kompetabilitas

Ketersediaan bahan untuk pembuatan 16

Ketersediaan suku cadang 17

28

Page 29: Proposal Metodologi

3.5 Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data terbagi ke dalam 2 bagian:

1) Metode Eksperimen

Metode eksperimen merupakan kegiatan percobaan untuk meneliti suatu

peristiwa atau gejala yang muncul pada kondisi tertentu dan setiap gejala yang

muncul diamati dan dikontrol secermat mungkin sehingga dapat diketahui

hubungan akibat munculnya gejala tersebut. Metode ini digunakan pada saat

pembuatan media percobaan hukum boyle dengan mendata seluruh alat dan bahan

yang dibutuhkan kemudian menuliskan langkah pembuatan media tersebut.

2) Metode Angket

Metode angket digunakan untuk mengetahui pendapat responden setelah

menerima materi pelajaran teori kinetic gas untuk membuktikan hukum boyle

dengan media percobaan hukum boyle. Angket yang dibuat berdasarkan kisi-kisi

instrument penilaian media pembelajaran.

Tabel Kisi-kisi angket uji coba lapangan

No Dimensi Indikator Instrumen

1. Efektifitas

Kesesuaian dengan materi teori kinetik gas untuk menunjukkan konsep hukum boyle

1

Dapat mengkonkritkan konsep hukum boyle

2

Dapat mempermudah memahami konsep hukum boyle

3

2.Aktifitas Belajar

Kemampuan meningkatkan kreatifitas dalam menggunakan maupun menciptakan alat peraga

4

Kemampuan meningkatkan interaksi sesama teman

5

3. Motivasi Belajar

Meningkatkan minat belajar siswa 6Kemenarikan dalam mengikuti proses pembelajaran

7

Kegembiraan dalam menggunakan 8

29

Page 30: Proposal Metodologi

alat

Bentuk angket yang digunakan berupa kuesioner yang berbentuk skoring.

Angket disebar setelah pembelajaran selesai. Dalam angket ini ada 4 alternatif

jawaban, yaitu:

untuk jawaban Tidak Cocok dengan dengan skor 1

untuk jawaban Kurang Cocok dengan skor 2

untuk jawaban Cocok dengan skor 3

untuk jawaban Sangat Cocok dengan skor 4

3.6 Teknik Analisis Data

Untuk mengungkap sejauh mana kelayakan media Ingenhausz sederhana,

dapat atau tidaknya meningkatkan motivasi belajar siswa, serta keefektifan

penggunaan media tersebut, digunakanlah rumus prosentase sebagai berikut:

Prosentase Jawaban = Jumlah Skor Jawaban/Jumlah Skor Ideal x 100%

Skor jawaban adalah jumlah skor yang diperoleh seluruh responden yang

tergabung dalam anggota sampel berdasarkan daftar kuesioner yang digunakan

dalam penelitian ini. Sedangkan pemberian skor dengan alternatif jawaban SS, S,

KR, TS, dan STS berturut-turut adalah 4, 3, 2, dan 1. Skor yang dapat dicapai oleh

20 responden untuk masing-masing rumusan masalah dan berdasarkan rentang

skor ideal dan skor minimal maka dapat dibuat rentang sebanyak 4 kelas dengan

interval sebagai berikut:

Persentase maksimal : 4/4 x 100% = 100%

Persentase minimal : 1/4 x 100% = 25 %

Rentang kelas : 100% - 25% = 75%

Interval : 75%/4=19 %

1. Keefektifan alat sebagai media pembelajaran:

Skor ideal = 20 x 3 x 4 = 240

30

Page 31: Proposal Metodologi

Tabel 1.1 Kriteria efektifan alat sebagai media pembelajaran

2. Dapat atau tidaknya meningkatkan aktivitas belajar siswa:

Skor ideal = 20 x 2 x 4 = 160

Tabel 1.2 Kriteria dapat atau tidaknya meningkatkan aktivitas belajar siswa

3. Dapat atau tidaknya meningkatkan motivasi belajar siswa:

Skor

ideal = 20 x 3 x 4 = 240

Tabel 3.3 Kriteria dapat atau tidaknya meningkatkan motivasi

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

31

Interval Kriteria Penilaian

> 82% - ≤ 100% Sangat Efektif

> 63% - ≤ 82% Efektif

> 44% - ≤ 63% Cukup Efektif

> 25% - ≤ 44% Tidak Efektif

Interval Kriteria Penilaian

> 82% - ≤ 100% Sangat Meningkatkan

> 63% - ≤ 82% Meningkatkan

> 44% - ≤ 63% Cukup Meningkatkan

> 25% - ≤ 44% Tidak Meningkatkan

Interval Kriteria Penilaian

> 82% - ≤ 100% Sangat Meningkatkan

> 63% - ≤ 82% Meningkatkan

> 44% - ≤ 63% Cukup Meningkatkan

> 25% - ≤ 44% Tidak Meningkatkan

Page 32: Proposal Metodologi

Penelitian yang penulis lakukan adalah tentang percobaan hukum boyle

sebagai media pembelajaran pada materi teori kinetik gas khususnya untuk

membuktikan konsep hukum boyle. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

keefektifan percobaan hukum boyle sebagai media pembelajaran, serta untuk

mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa dan peningkatan motivasi siswa

jika menggunakan media ini. Pengambilan data mengenai tiga komponen tersebut

dilakukan secara peers group, artinya bahwa perlakuan yang sebelumnya

ditujukan kepada siswa kelas XI SMA digantikan dengan kelas pengganti yang

dianggap dapat mewakili kelas tersebut. Dalam hal ini peneliti melakukan

penelitian terhadap 20 responden dari satu angkatan, yaitu mahasiswa angkatan

2009. Berikut daftar mahasiswa yang yang tergabung dalam peers group:

NO NAMA ANGKATAN1 Alma'ruf Putra 20092 Anita Wahyuni DS 20093 Desriyanti 20094 Dian Pertiwi Rasmi 20095 Dwiarie Yuantriervi 20096 Ermawati 20097 Heni Juhani 20098 Lutvi Primawati 20099 Maria Magdalena. S 200910 Medya Minalisa 200911 Mirnaliyanti 200912 Mislina 200913 Monalisa Yusiska 200914 Puti Silvia Desti 200915 Siti Bararoh 200916 Sylvi Nanda Laili 200917 Tito Tamara Akbar 200918 Widia Gama 200919 Wika Noverma Hardina 200920 Wulan Ana Pertiwi 2009

Pengambilan data dari rumusan masalah dalam penelitian ini dilakukan

dengan memberikan angket yang terdiri dari 8 pertanyaan. Pertanyaan 1-3

mewakili indikator keefektifan penggunaan media percobaan hukum boyle,

pertanyaan 4-5 mewakili indikator dapat atau tidaknya media dalam

32

Page 33: Proposal Metodologi

meningkatkan aktivitas belajar siswa, dan pertanyaan 6-8 mewakili indikator

dapat atau tidaknya media tersebut meningkatkan motivasi belajar siswa.

4.1.1 Keefektifan percobaan hukum boyle sebagai media pembelajaran

pada materi teori kinetik gas untuk membuktikan hukum boyle.

33

Page 34: Proposal Metodologi

Efektif atau tidaknya alat ini digunakan sebagai media pada materi teori

kinetik gas untuk membuktikan hukum boyle dapat dilihat dari banyaknya

responden yang memberikan pendapat. Keefektifan alat ini sebagai media

pembelajaran dapat dinilai dari tiga pertanyaan pertama yaitu no 1,2, dan 3.

Berdasarkan diagram di atas, pada diagram pertama ada 1 orang responden yang

menjawab sangat sesuai, dan 19 orang responden menyatakan sesuai.

Mengkonkritkan konsep hukum boyle dapat dilihat pada diagram ke-dua, pada

diagram ini ada 1 orang yang menjawab sangat mengkonkritkan, 18 orang

menjawab mengkonkritkan, dan 1 orang menjawab kurang mengkonkritkan. Pada

pertanyaan ketiga yang menyatakan penggunaan alat ini dapat membuat siswa

dapat memahami konsep hukum boyle, 19 orang memahami, dan 1 orang kurang

memahami.

Berdasarkan tiga diagram di atas pada pertanyaan pertama ada 5%

responden menyatakan sangat sesuai, dan 95% menyatakan sesuai terhadap

penggunaan media percobaan hukum boyle pada materi teori kinetik gas untuk

membuktikan hukum boyle. Sebesar 5% responden menyatakan bahwa percobaan

hukum boyle sangat mengkonkritkan konsep hukum boyle, 90% menyatakan

mengkonkritkan, dan 5% menyatakan kurang mengkonkritkan. Serta sebesar 95%

memahami konsep hukum boyle melalui percobaan hukum boyle, dan 5%

menyatakan kurang memahami.

34

Page 35: Proposal Metodologi

Besar presentasi dari ketiga pertanyaan di atas yang mewakili rumusan

maslah yang ada, maka perhitungan skor presentasi ketiga pertanyaan diatas

adalah sebesar 75 %, dimana jika nilai ini disesuaikan dengan kriteria penilaian

maka presentasi ini berada pada rentang > 63% - ≤ 82%, dan ini berarti media ini

efektif untuk dijadikan media pembelajaran pada materi teori kinetic gas untuk

membuktikan hukum boyle.

4.1.2 Kriteria dapat atau tidaknya model percobaan hukum boyle dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa

35

Page 36: Proposal Metodologi

Kriteria dapat atau tidaknya penggunaan model percobaan hukum boyle

sebagai media pembelajaran pada materi teori kinetik gas untuk membuktikan

hukum boyle dapat dilihat dari besarnya persentasi yang ada pada diagram di atas.

Pada diagram pertama yang mengacu pada peningkatan kreatifitas siswa, 3 orang

menyatakan sangat setuju, 16 orang menytakan setuju, dan 1 orang menyatakan

kurang setuju. Presentasi jawaban sangat setuju ialah sebesar 15%, setuju sebesar

80 %, dan 5% orang menyatakan kurang setuju.

Pertanyaan kedua mengenai peningkatan interaksi siswa, 2 orang

menyatakan sangat setuju, 17 orang menjawab setuju, dan 1 orang menjawab

kurang setuju. Presentasi jawaban sangat setuju ialah sebesar 10%, setuju sebesar

85 %, dan 5% orang menyatakan kurang setuju.

Dari presentasi yang didapat maka besar nilai rata-ratanya adalah 76,87%

jika dilihat dari kriteria penilaian maka nilai tersebut berada pada rentang > 63% -

≤ 82%, dimana pada rentang ini menyatakan bahwa model percobaan hukum

boyle dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

4.1.3 Kriteria dapat atau tidaknya meningkatkan motivasi belajar siswa

36

Page 37: Proposal Metodologi

Motivasi belajar siswa timbul saat melihat sesuatu yang baru, berdasarkan

permasalahan yang ada maka dapat dilihat kelayakan suatu media untuk

digunakan dalam pembelajaran. Peningkatan minat belajar siswa untuk materi ini

dapat dilihat bahwa pada pertanyaan pertama ada 1 orang yang menyatakan

sangat setuju, dan 19 orang setuju. Besar perbandingan presentasinya adalah 5 :

95 persen. Pertanyaan selanjutnya digunakan untuk menentukan ketertariakn

siswa pada materi pembelajaran, ada 1 responden yang menyatakan sangat

tertarik, 18 responden menyatakan tertarik, dan 1 responden menyatakan kurang

37

Page 38: Proposal Metodologi

tertarik Besar perbandingannya adalah 5 : 90 : 5 persen. Sedangkan pada soal

terakhir yang menentukan tinggkat kebahagiaan siswa dalam mengikuti

pembelajaran, ada 2 orang menyatakan sangat gembira, dan 15 orang menyatakan

gembira, dan 3 orang menyatakan kurang gembira.

Besar presentasi rata-ratanya adalah sebesar 75 %, sehingga berdasarkan

kriteria dapat dilihat bahwa nilai tersebut berada pada rentang > 63% - ≤ 82%,

dan ini dinyatakan dapat meningkatkan keaktivan siswa.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian di atas terlihat bahwa, penggunaan Model

Percobaan Hukum Boyle sebagai media pembelajaran pada materi teori kinetik

gas untuk membuktikan konsep hukum boyle dinilai efektif yaitu dengan tingkat

prosentase 75%. Hal ini dikarenakan pembuatan alat ini cukup mudah, sehingga

siswa mampu menggunakannya sendiri, yaitu dengan merangkai model percobaan

seperti yang telah tertera pada petunjuk penggunaan, kemudian mengikuti

prosedur kerja yang telah disediakan.

Peningkatan aktivitas siswa dengan menggunakan media ini didapat

prosentase sebesar 76,87%, besar prosentase ini menyatakan bahwa aktivitas

belajar siswa meningkat dengan pemakaian media ini. Hal ini terlihat dari

banyaknya responden yang menjawab setuju dengan pertanyaan yang diberikan.

Seperti meningkatnya interaksi siswa dengan teman sekelasnya, selain itu dengan

adanya demonstrasi ini memungkinkan lahirnya kreatifitas yang dapat

menghasilkan alat peraga baru.

Dapat atau tidaknya penggunaan Model Percobaan Hukum Boyle ini

untuk meningkatkan motivasi belajar siswa memberikan tingkat prosentase

sebesar 75% berdasarkan kriteria penilaian rentang persentase tersebut

menyatakan bahwa media ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini

terlihat dari jawaban responden terhadap ketertarikannya pada media tersebut.

Selain sederhana, media ini juga menampilkan prinsip kerjanya yang

memperlihatkan perubahan tekanan dan volume yang selalu berbanding terbalik

38

Page 39: Proposal Metodologi

pada temperatur tetap, keadaan ini dapat terlihat pada grafik yang telah diperoleh.

Sehingga mampu menarik minat siswa dalam belajar.

Kondisi di atas adalah suatu proses pembelajaran yang seharusnya

berlangsung, seperti yang diungkapkan oleh Hamalik (2001) bahwa kegiatan

dasar seperti melihat, mendengar, merasakan, motoris, maupun kegiatan-kegiatan

lainnya yang diperlukan untuk memperoleh pengalaman, sikap, kebiasaan, dan

minat. Di awal telah disebutkan bahwa belajar bukanlah hanya suatu hasil atau

tujuan, melainkan belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

pengalaman (Hamalik. 2003). Dengan adanya media pembelajaran fisika

percobaan hukum boyle, siswa dapat secara langsung melihat dan melatih

kemampuan motorisnya dalam mempelajari materi teori kinetik gas, khususnya

untuk membuktikan konsep hukum boyle.

Setelah melakukan uji ahli ke salah satu dosen, maka hasil yang diperoleh

adalah sebagai berikut:

39

Page 40: Proposal Metodologi

Dari data diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa media pembelajaran

fisika model percobaan hukum boyle layak untuk diproduksi dengan revisi sesuai

saran.

Alat sederhana ini tidak bersifat permanent, karena alat ini dapat

dibongkar pasang dengan mudah. Cara merangkai dan menggunakannya juga

40

Page 41: Proposal Metodologi

mudah sehingga siswa dapat melakukannya sendiri. Selain itu, alat ini juga dapat

menunujukan dengan cukup jelas pembuktian konsep hukum boyle.

Semakin efektif suatu alat dijadikan sebagai media, maka semakin baik

proses berlangsungnya kegiatan pembelajaran tersebut. Jika proses pembelajaran

baik maka motivasi siswa akan meningkat dan tujuan pembelajaran yang

diinginkan juga dapat tercapai. Kegiatan pembelajaranpun tidak akan

membosankan. Jadi, berdasarkan hasil penelitian maka Penggunaan Model

Percobaan Hukum Boyle efektif pada materi teori kinetik gas untuk membuktikan

konsep hukum boyle.

41

Page 42: Proposal Metodologi

Lampiran 1.

Tabel Distribusi Frekuensi Bobot Pertanyaan Angket

NO NAMANOMOR PERTANYAAN

1 2 3 4 5 6 7 81 Alma'ruf Putra 3 3 3 3 3 3 3 32 Anita Wahyuni DS 3 3 3 3 3 3 3 33 Desriyanti 3 3 3 3 3 3 3 34 Dian Pertiwi Rasmi 3 3 3 3 3 3 3 35 Dwiarie Yuantriervi 3 3 3 3 3 3 3 36 Ermawati 3 3 3 3 3 3 3 37 Heni Juhani 3 3 3 3 4 4 3 38 Lutvi Primawati 3 3 3 4 3 3 4 39 Maria Magdalena. S 3 2 2 3 3 3 2 210 Medya Minalisa 3 3 3 3 3 3 3 311 Mirnaliyanti 4 4 3 4 4 3 3 412 Mislina 3 3 3 3 3 3 3 213 Monalisa Yusiska 3 3 3 3 3 3 3 314 Puti Silvia Desti 3 3 3 3 3 3 3 315 Siti Bararoh 3 3 3 3 3 3 3 316 Sylvi Nanda Laili 3 3 3 3 3 3 3 317 Tito Tamara Akbar 3 3 3 2 2 3 3 218 Widia Gama 3 3 3 3 3 3 3 319 Wika Noverma Hardina 3 3 3 3 3 3 3 320 Wulan Ana Pertiwi 3 3 3 4 3 3 3 4

JUMLAH 61 60 59 62 61 61 60 59JUMLAH/INDIKATOR 180 123 180

Lampiran 2.

42

Page 43: Proposal Metodologi

Tabel Rekap Hasil Intrument Angket Penelitian dan Persentasenya.

PERNYATAAN A B C D

1 1 5% 19 95% 0 0% 0 0%

2 1 5% 18 90% 1 5% 0 0%

3 0 0% 19 95% 1 5% 0 0%

4 3 15% 16 80% 1 5% 0 0%

5 2 10% 17 85% 1 5% 0 0%

6 1 5% 19 95% 0 0% 0 0%

7 1 5% 18 90% 1 5% 0 0%

8 2 10% 15 75% 3 15% 0 0%

TOTAL 11 7% 141 88% 8 5% 0 0%

Lampiran 3.

Perhitungan Skor Tiap Pertanyaan

43

Page 44: Proposal Metodologi

Secara umum:

Jumlah responden = 20 orang

Tiap indikator berisikan satu pertanyaan, dan tiap pertanyaan diberi skor

maksimal 4, sehingga skor ideal tiap pertanyaan:

Skor ideal = 20 x 1 x 4 = 80

Perhitungan skor tiap indikator.

Keefektifan penggunaan model percobaan hukum boyle sebagai media

pembelajaran materi teori kinetik gas untuk membuktikan hukum boyle.

Indikator : 1. Kesesuaian media dengan materi pembelajaran.

Nomor pertanyaan : 1

Pertanyaan : Apakah Model Percobaan Hukum Boyle sesuai digunakan

sebagai media pembelajaran pada materi teori kinetik gas

untuk menunjukkan konsep hukum boyle?

Jumlah skor jawaban pertanyaan = 61

Prosentase Jawaban = Jumlah Skor Jawaban/Jumlah Skor Ideal x 100%

= (61/80) x 100%

= 76,25 %

Indikator : 2. Kesesuaian dengan konsep materi yag diajarkan.

Nomor pertanyaan : 2

Pertanyaan : Apakah penggunaan Model Percobaan Hukum Boyle

dapat mengkonkritkan konsep hukum boyle?

Jumlah skor jawaban pertanyaan = 60

44

Page 45: Proposal Metodologi

Prosentase Jawaban = (60/80) x 100%

= 75 %

Indikator : 3. Kesesuaian dengan pemahaman konsep

materi pelajaran.

Nomor pertanyaan : 3

Pertanyaan : Apakah penggunaan Model Percobaan Hukum Boyle

membuat Anda lebih memahami konsep hukum boyle?

Jumlah skor jawaban pertanyaan = 59

Prosentase Jawaban = (59/80) x 100%

= 73,75 %

Rekapitulasi dari ketiga indikator di atas adalah sebagai berikut:

Jumlah responden = 20 orang

Jumlah pertanyaan = 3 butir

Skor ideal = 20 x 3x 4 = 240

Skor total = 180

Prosentase jawaban = (180/240) x 100% = 75 %

Apabila hasil ini dikonsultasikan dengan kriteria penilaian maka

prosentase jawaban ini berada dalam interval > 63% - ≤ 82%, yang berarti bahwa

model percobaan hukum boyle ini efektif digunakan sebagai media pembelajaran

pada materi teori kinetic gas untuk membuktikan hukum boyle.

Dapat atau Tidaknya Meningkatkan aktivitas belajar siswa

Indikator : 1. Kreatifitas

45

Page 46: Proposal Metodologi

Nomor pertanyaan : 4

Pertanyaan : Apakah demonstrasi Model Percobaan Hukum Boyle

meningkatkan kreatifitas Anda dalam menggunakan

maupun menciptakan alat peraga yang lebih baik lagi?

Jumlah skor jawaban pertanyaan = 62

Prosentase Jawaban = (62/80) x 100%

= 77,5%

Indikator : 2. Meningkatkan kerjasama

Nomor pertanyaan : 5

Pertanyaan : Apakah demonstrasi Model Percobaan Hukum Boyle

meningkatkan interaksi anda dengan sesama teman?

Jumlah skor jawaban pertanyaan = 61

Prosentase Jawaban = (61/80) x 100%

= 76,25%

Rekapitulasi dari kedua indikator di atas adalah sebagai berikut:

Jumlah responden = 20 orang

Jumlah pertanyaan = 2 butir

Skor ideal = 20 x 2 x 4 = 160

Skor total = (123/160) x 100% = 76,87%

Apabila hasil ini dikonsultasikan dengan kriteria penilaian pada tabel 3.2

didapat bahwa prosentase jawaban diatas yaitu 76,87% berada dalam interval >

63% - ≤ 82%, yang berarti bahwa model percobaan hukum boyle mampu

46

Page 47: Proposal Metodologi

meningkatkan aktivitas peserta didik dalam mempelajari materi teori kinetic gas

untuk membuktikan konsep hukum boyle.

Kriteria dapat atau tidaknya meningkatkan motivasi belajar siswa

Indikator : Meningkatkan minat belajar.

Nomor pertanyaan : 6

Pertanyaan : Apakah penggunaan Model Percobaan Hukum Boyle

meningkatkan minat belajar Anda?

Jumlah skor jawaban pertanyaan = 61

Prosentase Jawaban = (61/80) x 100%

= 76,25%

Indikator : ketertarikan ternhadap proses pembelajaran

Nomor pertanyaan : 7

Pertanyaan : Apakah penggunaan Model Percobaan Hukum Boyle

membuat Anda tertarik mengikuti proses pembelajaran?

Jumlah skor jawaban pertanyaan = 60

Prosentase Jawaban = (60/80) x 100%

=75%

Indikator : kegembiraan dalam mengikuti proses pembelajaran

Nomor pertanyaan : 8

Pertanyaan : Apakah penggunaan Model Percobaan Hukum Boyle

membuat Anda gembira mengikuti proses pembelajaran?

Jumlah skor jawaban pertanyaan = 59

47

Page 48: Proposal Metodologi

Prosentase Jawaban = (59/80) x 100%

=73.77%

Rekapitulasi dari ketiga indikator di atas adalah sebagai berikut:

Jumlah responden = 20 orang

Jumlah pertanyaan = 3 butir

Skor ideal = 20 x 3 x 4 = 240

Skor total = 180

Prosentase jawaban = (180/240) x 100% = 75 %

Apabila hasil ini dikonsultasikan dengan kriteria penilaian pada tabel 3.3

didapat bahwa prosentase jawaban berada dalam interval > 63% - ≤ 82%, yang

berarti bahwa model percobaan hukum boyle dapat meningkatkan motivasi

peserta didik dalam mempelajari materi teori kinetik gas untuk membuktikan

konsep hukum boyle.

Lampiran 4.

Angket Uji Ahli

48

Page 49: Proposal Metodologi

LEMBAR EVALUASI AHLI MEDIA PELAJARAN FISIKA

Petunjuk:

Lembar evaluasi ini dimasudkan untuk mengetahui pendapat bapak/ibu

tentang penggunaan media pembelajaran percobaan hukum boyle. Penilaian dari

bapak/ibu akan sangat membantu perbaikan program ini. Sehubungan dengan hal

tersebut mohon perkenaan bapak/ibu untuk memberikan tanda “√” pada kolom

penilaian Ya atau Tidak untuk setiap pertanyaan. Atas perkenaan bapak/ibu untuk

mengisi lembar evaluasi ini, saya ucapkan terima kasih.

Evaluator :

Mapel/Kelas : Fisika/XI

Materi : Teori Kinetik Gas

No Pertanyaan Ya Tidak Komentar

1 Apakah media mempunyai topik

yang jelas?

2 Apakah media sesuai dengan tujuan

pembelajaran?

3 Apakah media relevan dengan

materi yang harus dipelajari siswa?

4 Apakah media membantu

menjelaskan konsep hukum boyle?

5 Apakah media ini sesuai dengan

taraf berfikir siswa SMA kelas XI ?

6 Apakah media ini dapat merangsang

cara berfikir siswa?

7 Apakah media ini dapat

mempermudah pemahaman siswa

mengenai konsep hukum boyle?

8 Apakah media ini bersifat ilmiah?

49

Page 50: Proposal Metodologi

9 Apakah media ini dapat dengan

mudah digunakan oleh siswa?

10 Apakah siswa dapat belajar mandiri

dengan menggunakan media ini?

11 Apakah media ini praktis digunakan

sebagai media pembelajaran?

12 Apakah media yang dibuat bersifat

sederhana?

13 Apakah media ini terjangkau untuk

dibuat?

14 Apakah media ini bersifat lancar,

artinya tidak ada hambatan dalam

penggunaanya?

15 Apakah media ini menarik untuk

digunakan sebagai media

pembelajaran?

16 Apakah bahan yang digunakan

untuk membuat media ini mudah

didapat?

17 Apakah suku cadang dari media

yang dibuat dapat dicari dengan

mudah?

Komentar atau saran umum:

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

……………………………………………………

Kesimpulan:

Program ini dinyatakan:

1. Layak diproduksi tanpa revisi.

50

Page 51: Proposal Metodologi

2. Layak untuk diproduksi dengan revisi sesuai saran.

(lingkari pada nomor sesuai kesimpulan Bapak/Ibu)

Ahli media,

( )

Lampiran 5.

Angket Penilaian Siswa

51

Page 52: Proposal Metodologi

Pembuatan Model Percobaan Hukum Boyle untuk Menunjukkan Konsep

Hukum Boyle Sebagai Media Pembelajaran pada Materi Teori Kinetik Gas

Kelas XI SMA

ANGKET PENELITIAN

Nama :

Nim :

Keterangan:

4 = sangat cocok 2 = kurang cocok

3 = cocok 1 = tidak cocok

Petunjuk Pengisian Angket:

1. Isilah angket dengan tanda silang (x) pada pilihan jawaban anda.

2. Pilihlah salah satu jawaban dari setiap pertanyaan

SOAL

Efektifitas

1. Apakah Model Percobaan Hukum Boyle sesuai digunakan sebagai media

pembelajaran pada materi teori kinetik gas untuk menunjukkan konsep hukum

boyle?

A. sangat sesuai C. kurang sesuai

B. sesuai D. tidak sesuai

52

Page 53: Proposal Metodologi

2. Apakah penggunaan Model Percobaan Hukum Boyle dapat mengkonkritkan

konsep hukum boyle?

A. sangat mengkonkritkan. C. kurang mengkonkritkan.

B. mengkonkritkan. D. tidak mengkonkritkan

3. Apakah penggunaan Model Percobaan Hukum Boyle membuat Anda lebih

memahami konsep hukum boyle?

A. sangat memahami C. kurang memahami

B. memahami D. tidak memahami.

Aktivitas Belajar

4. Apakah demonstrasi Model Percobaan Hukum Boyle meningkatkan kreatifitas

Anda dalam menggunakan maupun menciptakan alat peraga yang lebih baik

lagi?

A. sangat setuju C. kurang setuju

B. setuju D. tidak setuju

5. Apakah demonstrasi Model Percobaan Hukum Boyle meningkatkan interaksi

anda dengan sesama teman?

A. sangat setuju C. kurang setuju

B. setuju D. tidak setuju

Motivasi Belajar

6. Apakah penggunaan Model Percobaan Hukum Boyle meningkatkan minat

belajar Anda?

A. sangat berminat C. kurang berminat

B. berminat D. tidak berminat

53

Page 54: Proposal Metodologi

7. Apakah penggunaan Model Percobaan Hukum Boyle membuat Anda tertarik

mengikuti proses pembelajaran?

A. sangat tertarik C. kurang tertarik

B. tertarik. D. tidak tertarik.

8. Apakah penggunaan Model Percobaan Hukum Boyle membuat Anda gembira

mengikuti proses pembelajaran?

A. sangat gembira C. kurang gembira

B. gembira D. tidak gembira

54