Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

63
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE (RTE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 1 BURAU KABUPATEN LUWU TIMUR PROPOSAL Oleh: N U R U L A N 10536 1540 06 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Transcript of Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

Page 1: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

0

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROTATING TRIO

EXCHANGE (RTE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 BURAU KABUPATEN LUWU TIMUR

PROPOSAL

Oleh:

N U R U L A N 10536 1540 06

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2010

Page 2: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sarana yang sangat berperan untuk menciptakan

manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui

pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di dalam proses

pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai

dengan rasa tanggung jawab yang besar.

Mengingat peran pendidikan tersebut maka sudah seyogianya aspek ini

menjadi perhatian pemerintah dalam rangka meningkatkan sumber daya

masyarakat Indonesia yang berkualitas. Upaya yang telah dilakukan untuk

meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya adalah pembaharuan sistem

pendidikan. Pendidikan yang bermutu yang diharapkan adalah pendidikan yang

mampu menghasilkan lulusan yang berkemampuan tinggi untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup

memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena

matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara

logis, kritis, rasional dan sistematis serta melatih kemampuan peserta didik agar

terbiasa dalam memecahkan suatu masalah yang ada di sekitarnya sehingga dapat

mengembangkan potensi diri dan sumber daya yang dimiliki peserta didik.

1

Page 3: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

2

Karena itu, hendaknya pembelajaran matematika dapat terus ditingkatkan hingga

mencapai taraf kualitas yang lebih baik. Sebab dengan adanya peningkatan hasil

pembelajaran matematika diharapkan dapat berdampak positif pada peningkatan

mutu pendidikan di Indonesia.

Namun dalam implementasinya di lapangan, ternyata pembelajaran

matematika belum sepenuhnya mencapai taraf kualitas yang diharapkan.

Kenyataan ini dapat dilihat dari hasil belajar matematika yang diperoleh siswa

masih rendah. Dari hasil survei Programme for International Student Assesment

(PISA) tahun 2005 menyimpulkan bahwa prestasi literasi matematika anak

Indonesia berada pada urutan 39 dari 41 negara, dimana Thailand di urutan 32

dan Cina serta Jepang di urutan 1 dan 2. (Darhim, dalam makalah seminar

peningkatan mutu guru matematika pasca Undang-Undang Guru dan Dosen,

kampus Unismuh, 2006 : 2)

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan penulis di SMP Negeri

1 Burau Kabupaten Luwu Timur dan diperoleh keterangan dari guru bidang

studi matematika bahwa beliau masih mendapatkan kendala dalam upaya

meningkatkan hasil belajar matematika khususnya kelas VIIIB. Kendala tersebut

antara lain adalah kurangnya motivasi siswa untuk belajar matematika. Kendala

yang lain adalah siswa cepat lupa materi yang telah diajarkan karena kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep yang diajarkan serta seringnya matematika

dianggap oleh siswa sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dipahami konsep-

konsepnya.

Page 4: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

3

Dari beberapa kendala tersebut dikarenakan siswa kurang terlibat aktif

dalam pembelajaran yang lebih cenderung menerima apa saja yang disampaikan

oleh guru, lalu diam dan enggan dalam mengemukakan pertanyaan dan pendapat.

Hal ini disebabkan karena guru masih cenderung menggunakan model

pembelajaran yang banyak didominasi oleh guru, sementara siswa duduk secara

pasif menerima informasi pengetahuan dan keterampilan. Hal inilah yang diduga

merupakan salah satu penyebab terhambatnya kreativitas dan kemandirian siswa

sehingga menurunkan hasil belajar matematika siswa. Padahal dalam kerangka

pembelajaran matematika, siswa seharusnya dilibatkan secara mental, fisik dan

sosial untuk membuktikan sendiri tentang kebenaran dari teori-teori dan hukum-

hukum matematika yang telah dipelajari melalui proses ilmiah dan diharapkan

agar siswa mampu menguasai dan memahami teori, konsep, dan prinsip-prinsip

penerapannya.

Dari hasil wawancara itu, diperoleh keterangan bahwa hasil belajar

matematika siswa rata-rata di bawah 62,00 berdasarkan nilai ujian semester

ganjil tahun 2009/2010. Dari data ini dapat dikatakan bahwa nilai rata-rata hasil

belajar matematika siswa kelas VIIIB SMP Negeri 1 Burau berada dalam kategori

sedang, masih di bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Mengajar) yang

ditetapkan di sekolah tersebut, yaitu 65 dari skor ideal 100 sehingga masih perlu

ditingkatkan.

Page 5: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

4

Berdasarkan data-data yang memperlihatkan rendahnya hasil belajar

matematika siswa kelas VIIIB di atas, maka penulis menduga bahwa model

pembelajaran yang digunakan selama ini belum efektif. Atas dugaan ini maka

penulis bermaksud untuk menerapkan suatu tindakan alternatif untuk mengatasi

masalah yang ada, yakni dengan penerapan model pembelajaran yang lebih

mengutamakan keaktifan siswa dan memberi kesempatan siswa untuk

mengembangkan potensinya secara maksimal.

Model pembelajaran yang dapat melibatkan peran siswa secara aktif

adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif sangat

cocok diterapkan pada pembelajaran matematika karena dalam mempelajari

matematika tidak cukup hanya mengetahui dan menghafal konsep-konsep

matematika tetapi juga dibutuhkan suatu pemahaman serta kemampuan

menyelesaikan persoalan matematika dengan baik dan benar. Melalui model

pembelajaran ini siswa dapat mengemukakan pemikirannya, saling bertukar

pendapat, saling bekerja sama jika ada teman dalam kelompoknya yang

mengalami kesulitan. Hal ini dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mengkaji

dan menguasai materi pelajaran matematika sehingga nantinya akan

meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tipe yang diterapkan,

salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange

(RTE). Model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) ini

merupakan tipe dimana siswa dapat bekerja sama, saling membantu belajar

Page 6: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

5

informasi atau keterampilan dan adanya sistem penilaian dari peningkatan

individu dengan bekerjasama dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif

tipe Rotating Trio Exchange (RTE) merupakan cara yang efektif untuk

mengubah pola belajar dalam kelas. Pembelajaran kooperatif tipe ini memiliki

prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa lebih banyak

untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis bermaksud untuk

melakukan suatu penelitian dalam bentuk penelitian tindakan kelas dengan judul

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange

(RTE) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas

VIIIB SMP Negeri 1 Burau Kabupaten Luwu Timur”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika

yaitu model pembelajaran yang banyak didominasi oleh guru, sementara siswa

duduk secara pasif menerima informasi pengetahuan dan keterampilan, sehingga

siswa sulit memahami materi yang diajarkan bahkan menganggap mata pelajaran

matematika adalah mata pelajaran yang sulit. Dari masalah-masalah inilah yang

diduga menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas VIIIB SMP

Negeri 1 Burau Kabupaten Luwu Timur.

Page 7: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

6

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange (RTE) dapat

meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIIIB SMP Negeri 1 Burau

Kabupaten Luwu Timur?”

D. Cara Pemecahan Masalah

Masalah tentang rendahnya hasil belajar matematika pada siswa kelas

VIIIB SMP Negeri 1 Burau Kabupaten Luwu Timur akan dipecahkan dengan

menerapkan salah satu tipe dalam model pembelajaran kooperatif yaitu tipe

Rotating Trio Exchange (RTE) yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur dalam

penelitian tindakan kelas.

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian

ini adalah “Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIIIB SMP

Negeri 1 Burau Kabupaten Luwu Timur melalui penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE)”

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa: Dengan menumbuhkan sikap saling bekerjasama dan saling

menghargai antara siswa yang berkemampuan dan berlatar belakang berbeda

Page 8: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

7

serta memungkinkan siswa lebih bersemangat belajar matematika sehingga

diharapkan hasil belajar siswa meningkat.

2. Bagi Guru: Dengan diadakannya penelitian ini, guru dapat menjadikan

penelitian ini sebagai salah satu rujukan alternatif model pembelajaran dalam

memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas sehingga

permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh guru, siswa dan lain

sebagainya dapat dikurangi.

3. Bagi Sekolah: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan andil yang

positif, minimal sebagai informasi dan perbaikan pengembangan pengajaran

matematika selanjutnya, khususnya dalam memenuhi metode pengajaran

yang lebih efektif.

Page 9: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

8

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teoritik

1. Hakikat Belajar

Belajar adalah istilah kunci (key term) yang sangat penting dalam setiap

usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada

pendidikan. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

masyarakat. Bagi siswa kata "belajar" merupakan kata yang tidak asing, bahkan

sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka

dalam menurut ilmu di lembaga pendidikan formal.

Masalah pengertian belajar ini, para ahli psikologi dan pendidikan

mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan bidang keahlian masing-

masing. Tetapi walaupun berbeda, pada hakikatnya mempunyai prinsip dan tujuan

yang sama. Menurut Sudjana (2009 : 28) bahwa:

“Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.”

Selanjutnya Slameto (2003 : 2) berpendapat bahwa:

“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

8

Page 10: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

9

Kemudian Hamalik (2009 : 45) mengemukakan bahwa:

“Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan”.

Menurut Skinner (Syah, 2007: 64) berpendapat bahwa “Belajar adalah

suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara

progresif”. Chaplin (Syah, 2007: 65) mengemukakan “Belajar adalah perolehan

perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan

pengalaman serta akibat adanya latihan khusus”. Wittig (Syah, 2007: 66)

mendefinisikan “Belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam

segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil

pengalaman”.

Selanjutnya Biggs (Syah, 2007: 67-68) mendefinisikan belajar dalam tiga

macam rumusan, yaitu:

a. Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan

pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-

banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak

materi yang dikuasai siswa.

b. Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses

validasi (pengabsahan) terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang

telah ia pelajari.

Page 11: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

10

c. Secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan

pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling

siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir

dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini

dan nanti dihadapi siswa.

Djamarah (2008: 15-16) karena hakikat belajar adalah perubahan tingkah

laku. Maka ada beberapa perubahan yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar

yaitu:

a. Perubahan yang terjadi secara sadar

b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

e. Perubahan dalam belajar yang bertujuan atau terarah

f. Perubahan yang mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Dari beberapa pendapat para ahli yang dikemukakan di atas tentang

pengertian belajar, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa belajar adalah

suatu proses atau aktifitas yang dilakukan oleh seseorang yang ditandai dengan

adanya perubahan tingkah laku yang menetap sebagai hasil pengalaman dan

interaksi dengan lingkungannya. Perubahan perilaku yang dimaksudkan dapat

berupa perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan, pemahaman, dan aspek-aspek

lain yang ada pada diri individu yang belajar.

Page 12: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

11

2. Hakikat Matematika

Istilah matematika berasal dari kata Yunani, yaitu Mathein atau

Manthenein yang berarti ‘mempelajari’. Kata ini memiliki hubungan yang erat

dengan kata “Sanskerta”, “Medha” atau “Widya” yang memiliki arti ‘kepandaian’,

‘ketahuan’, atau ‘intelegensia’. Dalam bahasa Belanda, matematika disebut dengan

kata Wiskunde yang berarti ilmu tentang belajar yang sesuai dengan arti kata

Mathein pada matematika.

Untuk mendefinisikan hakikat matematika sangatlah sulit, tidak ada

definisi matematika yang diterima secara mutlak. Cabang-cabang matematika

makin lama makin bertambah. Sampai saat ini, diantara para ahli matematika

belum ada kesepakatan yang bulat tentang defenisi matematika. Namun demikian

para ahli berusaha memberikan gambaran tentang hakikat matematika termasuk

cara pencarian kebenaran dan cara berfikir matematika.

Johnson dan Rising (Hendrina, 2008 : 10) menyatakan bahwa matematika

adalah pola berpikir, pola pengorganisasian, pembuktian yang logik, matematika

itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat,

jelas, akurat, representasi dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol

mengenai ide daripada mengenai bunyi.

Kemudian menurut James (Hendrina, 2008 : 10) matematika adalah ilmu

tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang

berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi

kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.

Page 13: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

12

Selanjutnya menurut Ruseffendi (Heruman, 2007: 1) matematika adalah

bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif,

ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi mulai dari unsur

yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan ke dalil. Soedjadi (Heruman,

2007 : 1), menyatakan bahwa matematika adalah ilmu yang memiliki objek tujuan

abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir yang deduktif.

Berdasarkan berbagai pendapat dari para ahli matematika di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya matematika adalah ilmu yang melatih

kemampuan berfikir secara logis, kritis, rasional dan percaya diri, yang memiliki

objek abstrak dan berkaitan dengan simbol-simbol, ide, logika, konsep-konsep

serta alat untuk memahami dan menyampaikan suatu informasi dan pengembang

ilmu lainnya.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu ukuran berhasil atau tidaknya seseorang

siswa dalam proses belajar mengajar. Untuk mengetahui keberhasilan seseorang

dalam belajar, diperlukan suatu alat ukur. Dengan mengukur hasil belajar

seseorang dapat diketahui batas kemampuan, kesanggupan, penguasaan seseorang

tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap atau nilai dalam menyelesaikan suatu

pekerjaan.

Page 14: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

13

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-

pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne

(Suprijono, 2009: 5-6) hasil belajar berupa:

a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara

spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak

memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan

aturan.

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan

lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,

kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-

prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan

melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah

memecahkan masalah.

d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak

jasmani.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan

menginternalisasi nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Page 15: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

14

Horward Kingsley (Sudjana, 2008 : 22) membagi tiga macam hasil

belajar, yakni:

a. Keterampilan dan Kebiasaan,

b. Pengetahuan dan Pengertian,

c. Sikap dan Cita-cita.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik

tujuan kurikuler menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom

(Sudjana, 2008: 22-23) yang secara garis besar membagi tiga ranah yakni:

a. Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah

dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

b. Ranah Afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

c. Ranah Psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek yaitu gerakan refleks,

keterampilan gerak dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau

ketepatan, gerakan keterampilan kompleks serta gerakan ekspresif dan

interpretatif.

Page 16: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

15

suprijono (2009: S7) mengemukakan bahwa:

“Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusian saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasikan oleh pakar pendidikan tidak dilihat secara fragmentris atau terpisah, melainkan komprehensif.”

Adapun hasil belajar menurut Nana Sudjana (2008 : 22) adalah

“Kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.”

Syamsu Mappa (Lantang, 2007: 8) mengemukakan bahwa hasil belajar

adalah sesuatu yang dicapai siswa dalam suatu pembelajaran tertentu yang diukur

dengan menggunakan tes standar. Selanjutnya Muhkal dan Baso Intang Sappaile

(Lantang, 2007: 8) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan

siswa menguasai bahan pelajaran setelah memperoleh pengalaman belajar dalam

suatu penggalan waktu tertentu.

Bertolak dari pendapat para ahli di atas, maka yang dimaksud dengan

hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai siswa dengan kemampuan-kemampuan

yang dimiliki dalam menguasai bahan pelajaran setelah mengikuti proses belajar

dalam kurun waktu tertentu yang diukur dengan menggunakan tes.

4. Model Pembelajaran

Secara umum istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang

digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian

lain, model juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang

Page 17: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

16

sebenarnya. Seperti globe adalah model dari b umi tempat kita berpijak.

Sedangkan pembelajaran yang menurut Driscoll (Slavin, 2008 : 179)

didefinisikan sebagai perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan oleh

pengalaman.

Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru

mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan

intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Seluruh

aktivitas pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru harus

bermuara pada terjadinya proses belajar siswa. Dalam hal ini model-model

pembelajaran yang dipilih dan dikembangkan guru hendaknya dapat mendorong

siswa untuk belajar dengan mendayagunakan potensi yang mereka miliki secara

optimal.

Model-model pembelajaran dikembangkan utamanya beranjak dari

adanya perbedaan berkaitan dengan berbagai karakteristik siswa. Karena siswa

memiliki berbagai karakteristik kepribadian, kebiaaaan-kebiasaan, modalitas

belajar yang bervariasi antara individu satu dengan yang lain, maka model

pembelajaran juga harus tidak terpaku hanya pada model tertentu, akan tetapi

harus bervariasi. Di samping didasari pertimbangan keragaman siswa,

pengembangan berbagai model pembelajaran juga dimaksudkan untuk

menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, agar mereka tidak

jenuh dengan proses belajar yang berlangsung.

Page 18: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

17

Mencermati beberapa dasar pemikiran tentang model pembelajaran yang

dikemukakan di atas, maka dapat kita memberikan arti yang lebih jelas tentang

model pembelajaran dari beberapa ahli bidang pembelajaran.

Menurut Aunurahman (2009 : 146) Model pembelajaran adalah:

“Perangkat rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat-tempat lain yang melaksanakan aktivitas-aktivitas pembelajaran”.

Selanjutnya Brady (Aunurrahman, 2009 : 146) mengemukakan bahwa

“Model pembelajaran dapat diartikan sebagai blueprint yang dapat dipergunakan

untuk membimbing guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan

pembelajaran”.

Joyce (Trianto, 2010: 22) model pembelajaran adalah suatu perencanaan

atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan

perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film,

komputer, kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya Joyce mengatakan bahwa setiap

model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk

membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Adapun Soekamto, dkk (Trianto, 2010: 22) mengemukakan maksud dari

model pembelajaran adalah: “Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

Page 19: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

18

tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat diartikan bahwa

model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas

pembelajaran.

5. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis.

Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan

dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan

temannnya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu

memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi hakikat sosial dan

penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran

kooperatif.

Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative learning yang

artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Anita lie (dalam Isjoni 2010 :

16) menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong

Page 20: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

19

royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik

untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Kemudian menurut Johnson & Johnson (Isjoni, 2010: 17) cooperative learning

adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar

siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan

mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran

kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar

sesamanya untuk mencapai tujuan bersama (Wena, 2009: 189). Dalam

pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa

merasa dirugikan. Siswa kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang

menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar

menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan

hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa (Nurhadi dan Senduk dalam

Wena, 2009: 189). Menurut Lie (Wena, 2009: 189-190) pembelajaran kooperatif

adalah sistem pembelajaran yamg memberi kesempatan kepada siswa untuk

bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dan dalam

sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. Sedangkan Abdurrahman dan Bintaro

(Wena, 2009: 190) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang

Page 21: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

20

silih asah, silih asih, dan silih asuh antarsesama siswa sebagai latihan hidup di

dalam masyarakat nyata.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan

teman sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar, di samping guru dan sumber

belajar lain.

b. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Konvensional

Dalam pembelajaran konvensional juga dikenal belajar kelompok.

Meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan prinsipil antara kelompok belajr

kooperatif dengan kelompok belajar konvensional. Killen (Trianto, 2010: 58-59)

mengemukakan beberapa perbedaan antara kelompok belajar kooperatif dengan

kelompok belajar konvensional sebagai berikut:

Tabel 2.1. Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional

Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional

Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.

Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.

Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.

Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya "mendompleng" keberhasilan "pemborong".

Page 22: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

21

Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional

Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.

Kelompok belajar biasanya homogen.

Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok

Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.

Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong-royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.

Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.

Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok.

Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.

Guru memperhatikan secara cermat proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai)

Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.

Sumber: Killen (Trianto, 2010: 58-59)

Page 23: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

22

c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif membutuhkan partisipasi dan

kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong-menolong

dalam beberapa perilaku sosial. Isjoni (2010: 21) mengemukakan tujuan utama

dalam penerapan model belajar mengajar pembelajaran kooperatif adalah agar

peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan

cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain

untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara

berkelompok.

Dengan melaksanakan model pembelajaran kooperatif, siswa

memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, disamping itu juga bisa

melatih siswa untuk memiliki keterampilam, baik keterampilan berpikir (thinking

skill) maupun keterampilan sosial (social skill), seperti keterampilan untuk

mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain,

bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang

menyimpang dalam kehidupan kelas (Stahl, dalam Isjoni, 2010: 23).

Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan

pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar

yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran,

namun bisa juga berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya.

Page 24: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

23

Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk

mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum

Ibrahim (Isjoni, 2010: 27-28), yaitu:

1) Hasil belajar akademik

Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan

sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting

lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu

siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah

menunjukkan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan

nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan

dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan

hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan, baik pada

siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama

menyelesaikan tugas akademik.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas

dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,

kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi

peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja

dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur

penghargaan kooperatif akan belajar ssaling menghargai satu sam lain.

Page 25: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

24

3) Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan

kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-

keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda

masih kurang dalam keterampilan sosial.

d. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Arends (Trianto, 2010: 65-66) menyatakan bahwa pelajaran yang

menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi

belajar.

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang,

dan rendah.

3) Bila memungkinkan, angggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis

kelamin yang beragam; dan

4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

e. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Karakteristik dalam pembelajaran kooperatif (Wina Sanjaya, 2006: 244),

yaitu:

1) Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim

merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu

Page 26: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

25

membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim (anggota kelompok) harus

saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria

keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.

2) Didasarkan pada manajemen kooperatif

Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi

pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi,fungsi pelaksanaan, dan

fungsi kontrol. Demikian juga dalam pembelajaran skooperatif memerlukan

perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif,

misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang

harus digunakan untuk mencapai tujuan itu dan lain sebagainya.

3) Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan

secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam

proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus

diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan

perlunya saling membantu. Misalnya, yang pintar perlu membantu yang kurang

pintar.

4) Keterampilan Bekerja Sama

Kemauan untuk bekerjasama itu kemudian dipraktikkan melalui

aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerjasama.

Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi

dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu dibantu mengatasi

Page 27: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

26

berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap

siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan memberikan

kontribusi kepada keberhasilan kelompok.

f. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam

kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan

dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Menurut Johnson &

Johnson dan Sutton (Trianto, 2010: 60-61) terdapat lima unsur penting dalam

belajar kooperatif, yaitu:

1) Saling ketergantungan positif antara siswa

Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja

sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak

akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa

bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil

terhadap suksesnya kelompok.

2) Interaksi antara siswa yang semakin meningkat

Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini,

terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai

anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara

alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya

kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan

mendapatkan dari teman sekelompoknya. Interaksi yang tejadi dalam belajar

Page 28: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

27

kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang

dipelajari bersama.

3) Tanggung jawab individual

Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa

tanggungjawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan

dan (b) siswa tidak dapat hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman

jawab siswa dan teman sekelompoknya.

4) Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil

Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang

diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan

siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota

kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan

khusus.

5) Proses kelompok

Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses

kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan

mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.

g. Langkah-langkah Dalam Pembelajaran Kooperatif

Terdapat enam langkah-langkah atau fase-fase dalam pelajaran yang

menggunakan pembelajaran model kooperatif, seperti pada Tabel 2.2 sebagai

berikut:

Page 29: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

28

Tabel 2.2

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase-2Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase-3Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase-4Membimbing kelompok bekerja

dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase-5Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kejanya

Fase-6Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Sumber: Ibrahim, dkk. (Trianto, 2010: 66-67)

h. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif

Adapun keunggulan dari pembelajaran kooperatif Wina Sanjaya (2006: 249)

adalah sebagai berikut:

1) Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada

guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan diri sendiri,

menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

Page 30: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

29

2) Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan

idea atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya

dengan ide-ide orang lain.

3) Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek dan menyadari

akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

4) Pembelajaran kooperatif membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih

bertanggung jawab dalam belajar.

5) Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk

meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk

mengembangkan rasa harga diri, kemampuan interpersonal yang positif dengan

yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif

terhadap sekolah.

6) Melalui pembelajaran kooperatif mengembangkan kemampuan siswa untuk

menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat

berpraktik memecahkan masalah tanpa takut melakukan kesalahan, karena

keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.

7) Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan

informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

8) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan

memberikan rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses proses

pendidikan jangka panjang.

Page 31: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

30

6. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE)

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang

dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam

pembelajaran kooperatif, yaitu adanya upaya peserta dalam kelompok, adanya

aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya

tujuan yang harus dicapai.

Menurut isjoni (2010: 51) bahwa di dalam pembelajaran kooperatif

terdapat beberapa variasi model yang diterapkan, yaitu di antaranya 1) Student

Team Achievement (STAD), 2) Jigsaw, 3) Group Investigation (GI), 4) Rotating

Trio Exchange, dan 5) Group Resume.

Pada model Rotating Trio Exchange (RTE), kelas dibagi dalam beberapa

kelompok yang terdiri dari 3 orang, kelas ditata sehingga setiap kelompok dapat

melihat kelompok lainnya di kiri dan di kanannya, berikan pada setiap trio tersebut

pertanyaan yang sama untuk didiskusikan. Setelah selesai berilah nomor untuk

setiap anggota trio tersebut. Contohnya nomor 0, 1, dan 2. Kemudian perintahkan

nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2 sebaliknya, berlawanan jarum

jam. Sedangkan nomor 0 tetap di tempat. Ini akan mengakibatkan timbulnya trio

baru. Berikan kepada setiap trio baru tersebut pertanyaan-pertanyaan baru untuk

didiskusikan, tambahkanlah sedikit tingkat kesulitan. Rotasikan kembali siswa

sesuai pertanyaan yang telah disiapkan.

Page 32: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

31

B. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoritik di atas, maka hipotesis tindakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut : “Jika diterapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE), maka hasil belajar matematika

siswa kelas VIIIB SMP Negeri 1 Burau kabupaten Luwu Timur dapat

meningkat”.

Page 33: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan sebuah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom

Action Research). Secara garis besar pelaksanaan tindakan ini dibagi dalam dua

siklus yang setiap siklus meliputi empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan

tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleksi.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Burau Kabupaten Luwu

Timur dengan subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIIIB tahun ajaran

2010/2011 dengan jumlah 33 orang yang terdiri dari 17 laki-laki dan 16

perempuan.

C. Faktor yang diselidiki

1. Faktor input, yang akan diselidiki adalah kehadiran siswa, perubahan sikap

siswa dan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar matematika

melalui model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange.

2. Faktor proses, yang akan diselidiki adalah keterlaksanaan proses belajar

mengajar yang antara lain interaksi antara guru dan siswa serta interaksi

antara siswa dan siswa selama pembelajaran berlangsung.

32

Page 34: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

33

3. Faktor output, yang akan diselidiki adalah hasil belajar matematika siswa

yang diperoleh dari tes akhir pada setiap siklus setelah diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang

pelaksanaannya direncanakan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Kemudian

setiap siklus terdiri atas 4 tahap, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan

tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi.

Pelaksanaan siklus berdasarkan pada faktor-faktor yang akan diteliti.

Siklus I dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan dengan 1 kali pertemuan tes siklus.

Siklus II juga dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan dengan 1 kali pertemuan

digunakan untuk pemberian teks siklus

Secara rinci, prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan sebagai

berikut:

Gambaran Umum Siklus I

Pelaksanaan siklus I dilakukan dalam 4 kali pertemuan atau 8 jam

pelajaran dengan alokasi waktu 8 x 45 menit.

1. Perencanaan Tindakan

a. Menelaah kurikulum matematika SMP kelas VIII Semester Ganjil Tahun

Ajaran 2010/2011.

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Page 35: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

34

c. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS)

d. Mempersiapkan lembar observasi untuk mencatat aktivitas siswa selama

berlangsung proses belajar mengajar di kelas pada pelaksanaan tindakan

siklus I.

e. Membuat tes hasil belajar matematika

f. Menyediakan sarana pendukung yang diperlukan

g. Mempelajari bahan yang akan diajarkan dari berbagai sumber.

2. Pelaksanaan Tindakan

a. Melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar dengan mengacu pada RPP

yang telah dibuat.

b. Peneliti mengatur segala hal yang memudahkan saat pelaksanaan

penelitian.

c. Pada awal tatap muka, guru menjelaskan materi sesuai dengan rencana

pembelajaran pada pertemuan yang bersangkutan secara klasik disertai

dengan contoh soal yang melibatkan siswa.

d. Siswa diarahkan untuk membentuk kelompok yang heterogen dengan

jumlah anggota sebanyak tiga orang.

e. Siswa diberi tugas atau soal latihan yang sama untuk diselesaikan secara

berkelompok. Setiap anggota diberi nomor 0, 1, dan 2. Setelah itu anggota

kelompok dirotasikan, nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2

Page 36: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

35

berlawanan arah jarum jam. Sedangkan nomor 0 tetap di tempat. Ini akan

menimbulkan timbulnya trio baru.

f. Selama proses belajar kelompok berlangsung, setiap kelompok tetap

diawasi, dikontrol, dan diarahkan, serta diberikan bimbingan secara

langsung pada kelompok yang mengalami kesulitan.

g. Lembar jawaban dari kelompok atau individu diperiksa kemudian

dikembalikan.

3. Observasi dan Evaluasi

Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan

tindakan siklus I dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat

kemudian melaksanakan evaluasi dengan mengadakan tes akhir siklus I.

4. Refleksi

Hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dikumpulkan dan

dianalisis. Dari hasil analisis tersebut dilakukan refleksi. Hasil analisis siklus I

dijadikan acuan untuk merencanakan siklus II sehingga hasil yang dicapai

pada siklus berikutnya sesuai dengan harapan untuk lebih baik dari siklus

sebelumnya.

Gambaran Umum Siklus II

Pelaksanaan siklus II juga dilakukan dalam 4 kali pertemuan atau 8 jam

pelajaran dengan alokasi waktu 8 x 45 menit. Kegiatan yang dilaksanakan pada

Page 37: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

36

siklus II ini relatif sama dengan siklus I, dengan memperbaiki kekurangan-

kekurangan yang ada pada siklus I berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan siklus I.

[

Yang menjadi fokus utama dalam siklus II ini adalah mengupayakan

semaksimal mungkin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Rotating

Trio Exchange (RTE) dengan baik sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Kemudian siswa yang kurang aktif pada siklus I diupayakan jalan keluarnya

supaya aktif.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah:

1. Tes, yaitu tes yang diberikan kepada siswa setelah diadakan tindakan setiap

siklus.

2. Pedoman observasi, yaitu berupa catatan tentang aktivitas siswa dan guru

dalam mengikuti pelajaran yang bertujuan sebagai pedoman untuk

menentukan tindakan berikutnya.

F. Teknik pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Data mengenai hasil belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes

pada setiap akhir siklus.

2. Data mengenai kondisi kegiatan belajar mengajar dan perubahan sikap siswa

dan guru dikumpulkan melalui pengamatan pada saat kegiatan pembelajaran

berlangsung.

Page 38: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

37

G. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian akan dianalisis. Untuk analisis data

kuantitatif yaitu hasil tes belajar, dianalisis dengan menggunakan teknik statistik

deskriptif dengan bantuan SPSS for Windows (SPSS 16.0 for Windows). Statistik

deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi

gambaran terhadap karakteristik dari objek yang diteliti yang terdiri dari skor

rata-rata, median, standar deviasi, tabel frekuensi, nilai minimum dan nilai

maksimum yang diperoleh siswa pada setiap akhir siklus.

[

Sedangkan untuk data kualitatif yaitu hasil observasi saat kegiatan

pembelajaran berlangsung, dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif.

Adapun kriteria untuk menentukan kategori adalah berdasarkan teknik

kategorisasi standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional

(Lantang, 22: 2007) yaitu :

Tabel 3.1 Kategorisasi Standar Berdasarkan Ketetapan

Departemen Pendidikan Nasional

Skor Kategori0 – 34 Sangat Rendah35 – 54 Rendah55 – 64 Sedang65 – 84 Tinggi85 – 100 Sangat Tinggi

Page 39: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

38

H. Indikator Keberhasilan

Yang menjadi indikator keberhasilan dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) di dalam penelitian

tindakan kelas ini yaitu:

1. Apabila terjadi peningkatan skor rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas

VIIIB SMP Negeri 1 Burau Kabupaten Luwu Timur dari siklus I ke siklus II

2. Menurut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SMP Negeri 1 Burau, siswa

dikatakan tuntas belajar apabila memperoleh skor minimal 65 dari skor ideal

100 dan tuntas secara klasikal apabila memperoleh skor minimal 85% dari

jumlah siswa tuntas belajar individu.

Page 40: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

39

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: AlfabetaDarhim. 2006. Makalah Seminar Peningkatan Mutu Guru Matematika Pasca

Undang-Undang Guru dan Dosen. Makassar : HMJ Pendidikan Matematika Unismuh Makassar.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Hendrina. 2008. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 6 Makassar melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS). Skripsi. Unismuh Makassar.

Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Isjoni. 2010. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok.

Bandung: Alfabeta

Kunandar. 2010. Langkah Mudah penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Lantang. 2007. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan matematika Realistik Pada Siswa Kelas V SDN 142 Inpres Gandangbatu Kabupaten Tana Toraja. Skripsi. FMIPA UNM Makassar.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenata Media

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Slavin, Robert. E. 2008. Psikologi Pendidikan, Teori dan Praktek Edisi Kedelapan. Jakarta : PT. Indeks

Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Sudjana, Nana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo

39

Page 41: Proposal Matematika Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Rte

40

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem: Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi Aksara