Proposal Magang TMMIN

62
PROPOSAL MAGANG MANAJEMEN PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA DI BIDANG PERAKITAN PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA Oleh MOCHAMAD IQBAL G1B011045 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT i

Transcript of Proposal Magang TMMIN

PROPOSAL MAGANG

MANAJEMEN PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA DI BIDANG PERAKITAN PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA

OlehMOCHAMAD IQBALG1B011045

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KESEHATAN MASYARAKATPURWOKERTO2014

HALAMAN PENGEHASAN

Dengan ini menerangkan bahwa Proposal Kegiatan Magang Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman dengan Judul MANAJEMEN PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA DI BIDANG PERAKITAN PT TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA, yang disusun oleh :

Nama: Mochamad IqbalNIM: G1B011045

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal ...... Mei 2014

Purwokerto, Mei 2014MengetahuiPembimbing AkademikKetua Jurusan Kesehatan MasyarakatMagang,

Arif Kurniawan, SKM., M.Kes Nur Ulfah, SKM, M.ScNIP. 19760315 200112 2 001NIP. 1982060 200812 2 004

DAFTAR ISIhalamanHALAMAN COVER ...................................................................................iHALAMAN PENGESAHAN .....................................................................iiDAFTAR ISI ...............................................................................................iiiDAFTAR TABEL .......................................................................................ivDAFTAR GAMBAR ...................................................................................vDAFTAR LAMPIRAN ................................................................................viBAB I PENDAHULIANA. Latar Belakang ...........................................................................1B. Perumusan Masalah ...................................................................4C. Tujuan ........................................................................................41. Tujuan Umum ......................................................................42. Tujuan Khusus .....................................................................4D. Manfaat ......................................................................................51. Bagi Institusi Magang ..........................................................52. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat ...................................63. Bagi Mahasiswa ...................................................................6BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Keselamatan dan kesehatan kerja .............................................71. Definisi keselamatan dan kesehatan kerja ..........................72. Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja ...........................83. Pencegahan kecelakaan kerja teori Frank E. Bird Petersen ...............................................9B. Lingkungan kerja .....................................................................10C. Pengenalan lingkungan kerja ...................................................11D. Penilaian lingkungan kerja .......................................................11E. Pengendalian lingkungan kerja .................................................12F. Pengukuran lingkungan kerja ...................................................14G. Monitoring lingkungan kerja ...................................................14H. Klasifikasi lingkungan kerja ....................................................161. Lingkungan fisik ................................................................16a. Suhu ..............................................................................16b. Kelembapan ..................................................................16c. Pencahayaan .................................................................16d. Kebisingan ....................................................................18e. Getaran .........................................................................18f. Iklim kerja ....................................................................19g. Radiasi ..........................................................................212. Lingkungan kimiawi ..........................................................21a. Bahan beracun .............................................................22b. Bahan sangat beracun ..................................................22c. Cairan mudah terbakar ................................................22d. Cairan sangat mudah terbakar .....................................22e. Gas mudah terbakar .....................................................23f. Bahan mudah meledak .................................................23g. Bahan reaktif ................................................................23h. Bahan kimia termasuk kriteria oksidator .....................233. Lingkungan biologi ............................................................23a. Virus ............................................................................24b. Bakteri .........................................................................24c. Parasit lain ...................................................................24d. Tumbuhan ...................................................................24e. Binatang ......................................................................254. Ergonomi ...........................................................................255. Lingkungan psikologi .......................................................25BAB III METODE PELAKSANAANA. Rencana kegiatan .................................................................29B. Lokasi kegiatan ....................................................................29C. Waktu kegiatan ....................................................................29DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................30DAFTAR TABELhalamanTabel 2.1. Nilai Ambang Batas untuk kebisingan ......................................18Tabel 2.2. Nilai Ambang Batas untuk getaran pada tangan .......................19Tabel 2.3. Pengaturan waktu kerja setiap jam.............................................20Tabel 3.1. Rencana kegiatan magang .........................................................29

DAFTAR GAMBARhalamanGambar 2.1. Pencegahan kecelakaan kerja teori manajemen Frank E. Bird Petersen ...............................9

DAFTAR LAMPIRANhalamanLampiran 1. Lembar konsultasi dan bimbingan proposal magang ................33Lampiran 2. Lembar observasi lingkungan kerja magang .............................34

1

vii

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangAmerican Society of Safety Engineers (ASSE) mengartikan Keselamatan kerja atau Occupational Safety sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja. Sedangkan secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budayanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Putri, 2012)Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses. Sedangkan kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan di tempat kerja khususnya di lingkungan industri. Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang diakibatkan oleh atau dihubungkan dengan lingkungan kerja (Riyadina, 2007).Menurut ILO, setiap tahun 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan akibat hubungan pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat hubungan pekerjaan, dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya (Swaputri, 2010).Faktor lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap performansi kerja yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap produktivitas pekerja. Nitisemito (2000) mendefinisikan lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan. Perlu adanya pengendalian lingkungan kerja sesuai standar lingkungan kerja untuk menciptakan suasana lingkungan kerja yang aman bagi pekerja dan mendukung proses produksi dalam indistri.Lingkungan kerja atau higiene perusahaan adalah ilmu seni dan pengenalan, penilaian dan pengendalian faktor-faktor bahaya lingkungan, sehingga masyarakat tenaga kerja dan masyarakat umum terhindar dari efek sampingan kemajuan teknologi. Konsepsi lingkungan kerja atau higiene perusahaan mengenal tiga tahapan kegiatan yaitu pengenalan, penilaian dan pengendalian lingkungan. Pengenalan lingkungan dimaksudkan untuk mengetahui secara kualitatif tentang faktor bahaya yang ada di lingkungan. Sementara penilaian lingkungan dimaksudkan untuk mengetahui secara kualitatif dan kuantitatif tingkat bahaya dari suatu faktor bahaya lingkungan timbul. Pengendalian lingkungan adalah penerapan metode teknik tertentu untuk menurunkan tingkat faktor bahaya lingkungan sampai batas yang masih dapat ditolerir oleh manusia dan lingkungannya (Soeripto, 2008). Manfaat pengendalian lingkungan kerja yakni mengantisipasi keberadaan faktor-faktor penyebab bahaya, memahami jenis-jenis bahaya yang ada di tempat kerja, mengevaluasi tingkat bahaya di tempat kerja dan mengendalikan terjadinya bahaya atau komplikasi (Sumamur, 2011)Lingkungan kerja terbagi menjadi lima yakni lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja kimiawi, limgkungan kerja biologi, lingkugan kerja fisiologi (ergonomi) dan lingkungan kerja psikologis (Ramlan, 2006). Lingkungan kerja fisik meliputi suhu, kelembapan, pencahayaan, kebisingan, getaran dan iklim kerja. Lingkungan kerja kimiawi mencakup bahan kimia gas, kimia padat da liquid. Sedangkan untuk lingkungan kerja biologi meliputi virus, bakteri, parasit lain, tumbuhan dan binatang (Rizky, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Ihsan (2012) pada bidang perakitan mobil divisi Stamping, Sunter Plant II PT. X, Jakarta Utara dengan tujuan mengetahui tingkat kelelahan kerja dan faktor yang mempengaruhinya pada 30 pekerja ditemukan bahwa kelelahan yang dialami pekerja PT X diantaranya disebabkan oleh pengaruh lingkungan kerja seperti kebisingan di tempat kerja dan temperatur lingkungan.PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia merupakan perusahaan perseroan terbatas yang bergerak dibidang perakitan mobil dan penyediaan suku cadang mobil dengan brand resmi Toyota yang pendistribusiannya dilakukan ke seluruh Indonesia dan Mancanegara. Lingkungan kerja PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia dirancang dengan standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/Sk/Xi/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri, serta Peraturan Menteri Ketenagakerjaan dan Transmigrasi No. 13 Th 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja untuk keamanan pekerja dalam menjalankan proses produksi.Penetapan PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Karawang sebagai lokasi praktek kerja lapangan (PKL) atau magang oleh mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman dinilai memenuhi kriteria mata kuliah bidang K3 yang diberikan kepada mahasiswa, dengan alasan mahasiswa dapat menerapkan K3 dan mendapat pengalaman nyata tentang pelaksanaan langsung K3 dalam dunia industri khususnya dapat berlatih melakukan manajemen untuk pengendalian lingkungan kerja.

B. Perumusan masalahBerdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu bagaimana manajemen untuk pengendalian lingkungan kerja bidang perakitan PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Karawang ?

C. Tujuan1. Tujuan UmumMendapatkan gambaran nyata tentang praktek kerja bidang keilmuan kesehatan masyarakat khususnya di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, terutama dalam manajemen pengendalian lingkungan kerja bidang PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Karawang.2. Tujuan Khususa. Mengetahui struktur organisasi kerja bidang perakitan PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Karawang.b. Mengetahui kondisi lingkungan kerja fisik di bidang perakitan PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Karawang.c. Mengetahui kondisi lingkungan kerja kimiawi di bidang perakitan PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Karawang.d. Mengetahui kondisi lingkungan kerja biologi di bidang perakitan PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Karawang.e. Mengetahui penerapan ergonomi di bidang perakitan PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Karawang.f. Mengetahui kondisi lingkungan psikologis di bidang perakitan PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Karawang.g. Mengetahui cara pengendalian lingkungan kerja fisik, kimiawi, biologi, ergonomi dan psikologis di bidang perakitan PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Karawang.

D. Manfaat1. Bagi Institusi Maganga. Memperoleh masukan untuk evaluasi pengendalian lingkungan kerja dalam upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di bidang perakitan PT. Toyota Motor Manufactur Indonesiab. Menciptakan sarana kerja sama antara tempat magang dan perserta magang dalam rangka meningkatkan pengetahuan khususnya dalam hal pengendalian lingkungan kerja.c. Institusi magang mendapatkan alternatif calon karyawan yang telah dikenal mutu, dedikasi dan kredibilitasnya dari kegiatan magang.

2. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakata. Memperoleh informasi tentang kondisi nyata dunia kerja yang berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peningkatan kualitas lulusan Jurusan Kesehatan Masyarakat.b. Memperoleh umpan balik dari institusi tempat magang dalam rangka pengembangan kurikulum agar lebih sesuai dengan kebutuhan di lapangan.c. Terjalinnya kerja sama dengan institusi magang sehingga dapat mendukung dalam mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi.3. Bagi Mahasiswaa. Mendapatkan pengalaman nyata yang terkait dengan aplikasi K3 khususnya pengendalian lingkungan kerja dalam upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di bidang perakitan PT. Toyota Motor Manufactur Indonesia.b. Memperoleh gambaran umum situasi kerja di bidang perakitan PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Karawang.c. Menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat terutama dibidang K3.

13

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Keselamatan dan kesehatan kerja1. Definisi kesematan dan kesehatan kerjaKesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah sarana utama untuk mencegah kecelakaan kerja, baik kecelakaan yang mengakibatkan kerugian yang bersifat langsung ataupun tidak langsung. Adapun kecelakaan yang bersifat langsung dapat berupa luka ringan (memar, lecet, pendarahan ringan dan lain-lain) ataupun luka berat (luka tebuka, putus jari, pendarahan berat dan lain-lain) dan kematian sedangkan kerugian yang bersifat tidak langsung dapat berupa kerusakan mesin, proses produksi terhenti, kerusakan pada lingkungan dan biaya yang cukup besar yang harus dikeluarkan perusahaan akibat dari kecelakaan kerja (Sumamur, 1981).Menurut WHO/ILO (1995), kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya.Sedangkan menurut Notoatmodjo (2011) Kesehatan kerja adalah aplikasi kesehatan masyarakat dalam suatu tempat kerja, dan yang menjadi pasien dari kesehatan kerja adalah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan tersebut. Dalam kesehatan masyarakat ciri pokoknya adalah upaya preventif (pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan kesehatan), maka kedua hal tersebut juga menjadi ciri pokok dalam kesehatan kerja.2. Tujuan keselamatan dan kesehatan kerjaTujuan utama kesehatan kerja adalah sebagai berikut:a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat kerjab. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.c. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja.d. Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja.e. Perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahaan agar terhindar dari bahaya-bahaya pencemaran yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut.f. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk perusahaan.Tujuan akhir dari kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga kerja yag sehat dan produktif (Notoatmodjo, 2011).

3. Pencegahan kecelakaan kerja teori Frank E. Bird PetersenBeliau merupakan salah satu orang Amerika yang mengatakan bahwa dalam penerapan pencegahan kecelakaan kerja teori Heinrich terdapat kesalahan prinsipil. Orang terpaku pada pengambilan salh satu domino yang seolah-olah menanggulangi penyebab utama kecelakaan, yakni kondisi atau perbuatan tak aman. Tetapi mereka lupa untuk menelusuri sumber yang mengakibatkan kecelakaan. Frank E. Bbird Peterson mengadakan modifikasi dari teori Domino Heinrich dengan menggunakan teori manajemen, yang intinya sebagai berikut:I. ManajemenII. SumberIII. GejalaV. KerugianIV. KontakKurang kontrolPenyebab utamaPenyebab langsung (praktek di bawah standar)Peristiwa (kondisi di bawah standar)Gangguan (tubuh maupun harta benda)

Gambar 2.1. Pencegahan kecelakaan kerja teori manajemen Frank E. Bird Petersen (Santoso, 2004)

Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dari memperbaiki manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian, praktek dan kondisi di bawah standar merupakan penyebab terjadinya suatu keselakaan dan merupakan gejala penyebab utama akibat kesalahan menajemen.

B. Lingkungan kerjaTempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2; termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut (Pungky, 2002)Dalam ketentuan undang-undang No. 1 tahun 1970, yang dimaksud dengan tempat kerja adalah suatu ruangan atau lapangan, baik terbuka atau tertutup, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja melakukan pekerjaanya atau sering dimasuki tenaga kerja untuk melakukan usaha dan dimana terdapat sumber - sumber yang berbahaya (Sumamur, 1996). Menurut Manuaba dalam Ramlan (2006) mengatakan bahwa lingkungan kerja yang aman, nyaman sangat dibutuhkan oleh setiap pekerja agar dapat bekerja dengan optimal dan lebih produktif, oleh karena itu sangat perlu dilakukan penanganan dan perencanaan lingkungan kerja dengan baik agar terwujud kondisi yang konduksif terhadap pekerja untuk bisa melaksanakan kegiatan dalam suasana yang aman, nyaman dan sehat.

C. Pengenalan Lingkungan KerjaPengenalan lingkungan kerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang tenaga pemantau lingkungan kerja untuk mengamati dan mengenali guna mengetahui secara kualitatif faktor bahaya yang mungkin terjadi ditempat kerja. Pengenalan terhadap lingkungan kerja sifatnya subyektif karena penilaiannya sangat dipengaruhi oleh faktor individu yang melakukan kegiatan. Dari hasil pengenalan lingkungan kerja dengan cara melakukan pengamatan dapat diprediksi/diperkirakan faktor kemungkinan terjadinya risiko/bahaya di setiap unit kerja karena unsur :1. Peralatan dan bahan baku yang digunakan2. Penanganan masalah yang kurang cepat, tepat dan benar3. Tenaga kerja pelaksana kegiatan dengan kondisi yang tidak sehat/fit saat bekerja4. Lingkungan kerja yang tidak mendukung suasana kerja.Dalam melakukan pengamatan terhadap lingkungan kerja sebaiknya disertai dengan peralatan ukur/pemeriksa lapangan agar hasil yang didapat bida dipertanggung jawabkan (Ramlan, 2006)

D. Penilaian lingkungan kerjaPenilaian terhadap lingkungan kerja adalah merupakan suatu kegiatan pengukuran, pemeriksaan dan pengujian dengan menggunakan alat ukur/periksa lapangan guna mengetahui kadar kuantitatif dari suatu faktor bahaya disuatu tempat kerja. Peralatan ukur/periksa yang digunakan tergantung pada jenis parameter yang akan diukur. Hasil dari pengukuran kemudian dibandingkan dengan standard/ketentuan yang berlaku, sehingga dapat ditentukan hasil yang diperoleh (lebih besar, sama atau lebih kecil) untuk selanjutnya dilakukan upaya penanganan/perbaikan (Ramlan, 2006)

E. Pengendalian lingkungan kerjaPengendalian lingkungan kerja adalah penerapan metode teknik tertentu untuk menurunkan tingkat faktor bahaya lingkungan sampai batas yang masih dapat ditolerir oleh manusia dan lingkungannya. Program pengendalian lingkungan kerja:1. Secara teknisa. Subtitusi: mengganti bahan yang berbahaya dengan yang tidak berbahaya atau kurang berbahayab. Ventilasi: menghisap udara keluar dan memasukkan udara bersihc. Isolasi: menyendirikan proses yang berbahayad. Segregasi: memisahkan proses yang mengandung bahaya dari proses yang laine. Enclosure: menutup rapat proses yang mengandung bahaya sehingga pekerja tidak kontak langsungf. Pendidikan: memberikan pengetahuan tentang K3

2. Secara medisa. Pemeriksaan kesehatan awal: agar perusahaan memperoleh tenaga kerja yang benar-benar sehatb. Pemeriksaan kesehatan berkala: untuk mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap pekerja secara dinic. Pemeriksaan kesehatan khusus: untuk pekerja yang akan pensiun, pekerja yang menjalani rawat inap dan kasus-kasus khusus.Pengendalian secara lingkungan adalah mencegah, mengurangi pemajanan terhadap zat/bahan yang berbahaya di lingkungan kerja.1. Pengendalian lingkungan (Environmental Control/Measures)2. Pengendalian administratif (Administrative Control/Measures)3. Pengendalian perorangan (Personal Control/Measures)Tindakan pengendalian bahaya meliputi:1. Eliminasi bahaya2. Subtitusi3. Reduksi (pengurangan tingkat bahaya)4. Redesain5. Pemisahan6. Administratif7. Penyediaan alat keselamatan8. Penyediaan alat peringatan9. Penyediaan prosedur keselamatan10. Penyediaan alat pelindung diri (APD) (Sumamur, 2001)

F. Pengukuran lingkungan kerjaPengukuran/pemeriksaan terhadap lingkungan kerja adalah suatu metode/cara pendekatan secara langsung (direct reading) untuk mengetahui kondisi lingkungan kerja di tempat kerja. Dalam melakukan pengukra/pemeriksaan tidak semua parameter bisa diketahui dengan cara pengukuran/ pemeriksaan, sebab ada kegiatan pengukuran/pemeriksaan yang harus diawali dengan pengambilan sample, serta pemberian perlakuan dari sampel sebelum diukur/diperiksa agar hasil yang diperoleh datanya bisa dipertanggung jawabkan, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :1. Jenis peralatan2. Cara pelaksanaannya3. Tempat pengukuran dan pengambilan sample4. Frekuensi pengukuran dan contoh uji diambil (Ramlan, 2006)

G. Monitoring lingkungan kerjaMonitoring/pemantauan adalah suatu langkah manajemen untuk melakukan penilaian terhadap proses kegiatan pada saat kegiatan sedang berlangsung guna menilai kegiatan (awal, proses dan akhir). Upaya untuk mengetahui seberapa besar/berat tingkat pemajanan dari berbagai faktor risiko berbahaya di lingkungan kerja sebagai akibat dari pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan oleh pekerja ditempat kerja, dan untuk menilainya maka terlebih dahulu dilakukan identifikasi terhadap faktor risiko berbahaya yang mungkin menjadi penyebab terjadinya kecelakaan/penyakit akibat kerja di tempat kerja seperti:1. Faktor fisik, 2. Faktor kimia, 3. Faktor biologi, 4. Faktor fisiologi dan 5. Faktor psikologi (Ramlan, 2006)Guna mengetahui lokasi keberadaan dari jenis faktor risiko bahaya yang mungkin menimbulkan paparan bagi tenaga kerja dapat dilakukan dengan menganalisis laporan kegiatan atau melakukan pemantauan langsung ditempat kerja dengan cara :1. Melakukan pengukuran beberapa parameter dari faktor fisik, kimia, biologi. 2. Melakukan pengambilan contoh sample/spesimen dari parameter yang dicurigai/dianggap berbahaya3. Melakukan analisis dari uji pemeriksaan laboratorium/pengukuran dengan menggunakan peralatan khusus sesuai parameter yang akan diuji. Pelaksanaan penilaian parameter dilingkungan kerja meliputi beberapa faktor penyebab terjadinya risiko bahaya seperti :1. Faktor fisik: suhu, suara, radiasi, getaran, tekanan, Sinar ultraviolet, sinar infra merah, Sinar radio aktif, sinar laser, gelombang elektromagnetik, gelombang pendek2. Faktor kimia: debu, gas, larutan, uap, kabut3. Faktor biologi: jamur, virus, bakteri, cacingHasil dari pengukuran/pemeriksaan yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas dari masing masing parameter (Ramlan, 2006)

H. Klasifikasi lingkungan kerjaLingkungan kerja diklasifikasikan menjadi 5, antara lain:1. Lingkungan FisikLingkungan kerja fisik adalah lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baiksecara langsung maupun secara tidak langsung (Sudarmayanti, 2001). Lingkungan fisik antara lain:a. SuhuSuhu dapat diukur dengan termometer. Suhu di tempat kerja diukur dan diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri yaitu antara 18 30 C.b. KelembapanKelembapan dapat diukur dengan higrometer di tempat kerja diukur dan diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri yaitu antara 40% - 60%.c. PencahayaanPencahayaan atau penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan tenaga kerja dapat melihat obyek dengan cermat dan baik, jelas serta tanpa upaya-upaya yang dipaksakan, yaitu disesuaikan dengan jenis pekerjaan. Pencahayaan yang cukup dan diatur dengan baik menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan dapat meningkatkan produktifitas kerja, sebaliknya pencahyaan yang buruk dapat menyebabkan gangguan visibilitas, ketelitian kurang, serta dapat juga menyebabkan kecelakaan kerja. Pencahayaan dapat diukur dengan alatLuxmeter (Rifky, 2014). Nilai Ambang Batas ditetapkan menurut Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 tahun 1964 tentang syarat-syarat kesehatan, kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja (pasal 14) sebagai berikut:1) Penerangan yang cukup untuk halaman dan jalan-jalan dalam lingkungan perusahaan, paling sedikit 20 lux.2) Penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang hanya membedakan barang-barang kasar, paling sedikit 50 lux.3) Penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil secara sepintas lalu, paling sedikit 100 lux.4) Penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil dan halus, paling sedikit 300 lux.5) Penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barang-barang dengan kontras yang sedang dan waktu yang lama, paling sedikit 500-1000 lux.6) Penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barang-barang halus dengan kontras yang sangat kurang untuk waktu yang lama, paling sedikit 1000 lux.d. KebisinganKebisingan merupakan suara yang tidak diharapkan, apabila pada intensitas tertentu dan dalam waktu pemaparan tertentu akan menyebabkan gangguan fungsi pendengaran (Rifky, 2014). Kebisingan dapat diukur dengan alat Sound Level Meter. Nilai Ambang Batas untuk kebisingan adalah sebagai berikut (Permenakertrans no. 13 tahun 2011):Tabel 2.1. Nilai Ambang Batas untuk kebisinganWaktu pemaparan per hariIntensitas kebisingan dalam dBA

8Jam85

488

291

194

30Menit97

15100

7,5103

3,75106

1,88109

0,94112

28,12Detik115

14,06118

7,03121

3,52124

1,76127

0,88130

0,44133

0,22136

0,11139

e. GetaranGetaran dapat diukur dengan alatVibrasi Meter & Akselerometer. Jenis getaran dibagi 2 antara lain :

1) Getaran tangan (hand arm vibration)Getaran yang terjadi pada lengan atau tangan yang kontak dengan permukaan yang bergetar.Berikut Nilai Ambang Batas untuk getaran pada lengan dan tangan (Permenakertrans no. 13 tahun 2011):Tabel 2.2. Nilai Ambang Batas untuk getaran pada tanganJumlah waktu pemajananNilai percepatan pada frekuensi dominan

Per hari kerja(m/det2)Grafitasi (G)

4 jam dan kurang dari 8 jam40.40

2 jam dan kurang dari 4 jam60.61

1 jam dan kurang dari 2 jam80.81

kurang dari 1 jam121.22

2) Getaran seluruh tubuh (whole body vibration)Getaran yang terjadi karena adanya kontak antara tubuh (seluruh tubuh) dengan permukaan yang bergetar. Nilai Ambang Batas untuk Getaran Seluruh Tubuh berdasarkan Kepmenaker No. Per. 13/MEN/X/2011: NAB getaran yang kontak langsung maupun tidak langsung pada seluruh tubuh ditetapkan sebesar0,5 meter per detik kuadrat (m/det) (Rizky, 2014).f. Iklim KerjaDalam menentukan Nilai Ambang Batas pengaturan waktu kerja setiap jam dapat ditentukan dengan pengukuran iklim kerja yang dihitung dengan rumus:1) Untuk pekerjaan di luar ruangan dengan panas radiasi: ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,2 Suhu bola + 0,1 Suhu kering2) Untuk pekerjaan di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi:ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 Suhu bolaSelanjutnya perlu dinilai beban kerjanya dengan rumus menggunakan pengukuran denyut jantung/nadi sebagai berikut:

Y = energi (Kkal/menit) X = Kecepatan denyut jantung/nadiX = Kecepatan denyut jantung/nadiSelanjutnya diklasifikasikan termasuk dalam beban kerja sebagai berikut : Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai dengan 200 Kilo kalori/jam. Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200 sampai dengan kurang dari 350 Kilo kalori/jam. Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari 350 sampai dengan kurang dari 500 Kilo kalori/jamSetelah mengetahui ISBB dan beban kerja maka ditentukan pengaturan waktu kerja setiap jam, sebagai berikut (Permenakertrans no. 13 tahun 2011):Tabel 2.3. Pengaturan waktu kerja setiap jamPengaturan waktu kerja setiap jamISBB (C)

Beban Kerja

RinganSedangBerat

75% - 100%31,028,0-

50% - 75%31,029,027,5

25% - 50%32,030,029,0

0% -25%32,231,130,5

g. RadiasiRadiasi adalah emisi energi yang dilepas dari bahan atau alat radiasi (Risky, 2014)2. Lingkungan KimiawiLingkungan kerja kimiawi adalah semua keadaan zat kimiawi di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung kinerja karyawan dan menimbulkan potensi bahaya/ memberi dampak pada kejadian kecelakaan kerja (Rizky, 2014).Dalam menentukan nilai unsur kimiawi pada tempat kerja perlu dilakukan pengukuran tertentu yang berbeda pada tiap unsur. Pertama yang perlu dilakukan adalah identifikasi zat kimia berbahaya yang ada pada tempat kerja, selanjutnya dipelajari unsur/senyawa kimia tersebut, yang sering dapat dibaca pada MSDS (Material Safety Data Sheet). Selanjutnya dilakukan pengukuran yang tepat sesuai unsur/senyawa kimia tersebut dan dibandingkan kadarnya dengan NAB. Apabila melebihi batas perlu dilakukan pengendalian.Bentuk fisik bahan kimia di lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap kesehatan, keselamatan, efisiensi dan produktivitas pekerja dapat berupa:a. Gas/uapb. Padat, seperti serat, debu, atau partikel yang dapat berasal dari debu logam berat atau logam mineral, aerosol, fume, dan debu yang mempunyai ukuran mikron sampai ratusan mikron.

c. Cair seperti liquidSehingga perlu pengendalian sesuai bentuk fisik zat kimia tersebut(Rizky, 2014)Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran yang berdasarkan sifat kimia dan atau fisika dan atau toksikologi berbahaya terhadap tenaga kerja, instansi dan lingkungan hidup. Pada Pasal 9 Kepmenaker No. 187/1999 disebutkan bahwa bahan tergolong bahan beracun dan berbahaya meliputi:a. Bahan beracunBahan kimia beracun dalam hal pemajanan melalui:1) Mulut LD50 >25 mg/kg atau 200 mg/kg2) Kulit LD50 >25 mg/kg atau 400 mg/kg3) Pernapasan LD50 >0,5 mg/kg 2 mg/kgb. Bahan sangat beracunBahan kimia sangat beracun dalam hal pemajanan melalui:1) Mulut LD50