Proposal KL imam (NANAS).docx

34
PROPOSAL KERJA LAPANGAN SEMESTER II TAHUN AKADEMIK 2014/2015 MANAJEMEN PANEN DAN PASCAPANEN TERHADAP OPTIMALISASI MUTU BUAH NENAS (Ananas comosus L. Merr) DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE, TERBANGGI BESAR, LAMPUNG TENGAH Disusun oleh : RAHMAT IMAM PRABOWO 11/313333/PN/12300 Program Studi : Agronomi Dosen Pembimbing : Dody Kastono, S.P., M.P.

Transcript of Proposal KL imam (NANAS).docx

Page 1: Proposal KL imam (NANAS).docx

PROPOSAL KERJA LAPANGAN

SEMESTER II TAHUN AKADEMIK 2014/2015

MANAJEMEN PANEN DAN PASCAPANEN TERHADAP

OPTIMALISASI MUTU BUAH NENAS (Ananas comosus L. Merr)

DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE, TERBANGGI BESAR,

LAMPUNG TENGAH

Disusun oleh :RAHMAT IMAM PRABOWO

11/313333/PN/12300

Program Studi : Agronomi

Dosen Pembimbing : Dody Kastono, S.P., M.P.

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

Page 2: Proposal KL imam (NANAS).docx

2015

PROPOSAL KERJA LAPANGAN

SEMESTER II TAHUN AKADEMIK 2014/2015

MANAJEMEN PANEN DAN PASCAPANEN TERHADAP OPTIMALISASI

MUTU BUAH NENAS (Ananas comosus L. Merr) DI PT GREAT GIANT

PINEAPPLE, TERBANGGI BESAR, LAMPUNG TENGAH

Disusun oleh:Nama : Rahmat Imam PrabowoNIM : 11/313333/PN/12300

Proposal Kerja Lapangan ini telah disahkan dan diterima sebagai

kelengkapan mata kuliah Kerja Lapangan (PNA 3080) dan persiapan pelaksanaan

Kerja Lapangan di PT Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar, Lampung Tengah.

Menyetujui: Tanda Tangan TanggalDosen Pembimbing

Dody Kastono S.P., M.P. ……………….. ……………NIP.19700222 199903 1 001

Mengetahui :Komisi Kerja LapanganJurusan Budidaya Pertanian

Ir. Sri Muhartini, S.U. ……………….. ……………NIP. 19540304 198003 2 002

Mengetahui :Ketua JurusanBudidaya Pertanian

Dr. Ir. Taryono, M.Sc ……………….. ……………NIP. 19601222 1986003 1 002

Page 3: Proposal KL imam (NANAS).docx
Page 4: Proposal KL imam (NANAS).docx

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di

dunia. Produksi hasil buah nenas menduduki peringkat terpenting kedua setelah buah

pisang yang produksinya mencapai 20 % dari produksi buah tropika dunia. Nenas

sangat berperan dalam pengembangan bidang ekonomi pertanian untuk komoditas

hortikultura. Data statistik tahun 2000 menyebutkan bahwa perdagangan nenas

mencapai 51 % dari total 2,1 juta ton seluruh perdagangan buah dimana Indonesia

menempati posisi yang ketiga dari negara-negara penghasil nenas olahan dan segar

setelah negara Thailand dan Filipina. Nenas merupakan komoditas buah-buahan

nomor tiga yang paling banyak diproduksi di Indonesia. Produksi nenas di Indonesia

pada tahun 2006 mencapai 1.427,781 ton dan meningkat hampir dua kali lipat pada

tahun 2007 dengan produksi mencapai 2.237,858 ton (BPS, 2007).

Perdagangan komoditas pertanian khususnya hortikultura menjadi tantangan

tersendiri bagi suatu produsen dalam bersaing menjaga kuantitas dan kualitasnya.

Kualitas tinggi menjadi perhatian penting bagi konsumen. Kesegaran buah

merupakan salah satu kriteria mutu yang diterapkan oleh pembeli untuk melakukan

penilaian. Konsumen menghendaki buah yang diperjualbelikan dalam keadaan segar

dan tepat matang. Nenas merupakan produk hortikultura yang mempunya sifat yang

mudah rusak (perishable food) sehingga tidak tahan lama jika disimpan. Sifat mudah

rusak disebabkan oleh komoditas hortikultura masih melakukan aktivitas

metabolisme seperti pernafasan dan penguapan serta perubahan fisika dan kimia.

Aktivitas enzim dan mikroorganisme menyebabkan buah-buahan akan mencapai titik

kerusakan sehingga tidak dapat lagi dikonsumsi (Harris dan Karmas, 1989 cit. ).

Proses distribusi komoditas hortikultura mulai dari panen hingga sampai dikonsumsi

membutuhkan waktu yang cukup lama, diantaranya adalah untuk transportasi dan

penyimpanan. Hal tersebut dapat mempengaruhi kesegaran dan tingkat kematangan

buah. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas buah nenas yang dipasarkan baik

untuk pasar lokal maupun untuk ekspor adalah dengan penanganan pascapanen yang

tepat. Perlakuan pascapanen yang baik dalam penyimpanan buah nenas bertujuan

untuk menghambat proses enzimatis yang meminimalkan respirasi dan transpirasi

Page 5: Proposal KL imam (NANAS).docx

sehingga daya simpan buah lebih lama dan mutu buah akan terjaga (Badan

Agribisnis Departemen Pertanian, 1999).

Beberapa masalah lain yang terjadi pada perkebunan nenas skala besar adalah

terjadinya kegagalan pembungan tanaman dan ketidakseragaman ukuran buah nenas.

Tanaman nenas secara ilmiah akan berbunga bila telah dewasa, tetapi tidak

serempaknya bunga akan menimbulkan masalah pada tinggi rendahnya produksi.

Ukuran buah nenas juga menentukan banyak tidaknya buah yang termanfaatkan

secara optimal. Buah yang ukurannya terlalu kecil maka akan terbuang karena tidak

bisa masuk ke dalam mesin dan langsung dibuang atau dialihkan untuk produk

lainnya sehingga ukuran buah akan menentukan efisiensi dan keuntungan yang

diperoleh. Peningkatan jumlah buah yang tidak sesuai dengan ukuran yang

diharapkan, maka akan meningkatkan jumlah buah yang terbuang sehingga dapat

menurunkan produktivitas dan keuntungan. Buah yang tidak memenuhi kriteria

standar yaitu buah yang berukuran pom. Buah pom adalah buah kerdil yang tidak

dapat diolah oleh mesin. Standar kebun yang seragam yaitu memiliki jumlah buah

pom ≤ 10 %. Data dari Quality Control Factory PT Great Giant Pineapple

menunjukkan produksi buah pom pada tahun 2008 mencapai 12.31 % dan pada

Januari - April 2009 buah Pom mencapai 12.65 %.

Prospek kerja di perkebunan hortikultura sangat besar. Perusahaan yang

fokus memproduksi nenas olahan di Indonesia adalah PT Great Giant Pineapple yang

terletak di Lampung. PT Great Giant Pineapple merupakan perkebunan pertama di

Indonesia yang mengembangkan riset secara intensif dalam membudidayakan

tanaman untuk dikalengkan. Kerja lapangan merupakan salah satu bentuk dari

praktek lapangan yang memberikan pengalaman bagi mahasiswa untuk memecahkan

masalah yang terjadi di lapangan serta memberikan lebih banyak pengetahuan

berdasarkan realita di lapangan. Mahasiswa dituntut memiliki kemampuan dan

keterampilan untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh pada

lingkungan yang sebenarnya, dengan adanya praktek dan kerja lapangan akan dapat

memberikan pengalaman serta mengasah dan meningkatkan ketrampilan mahasiswa

khususnya dalam bidang pertanian.

Page 6: Proposal KL imam (NANAS).docx

2. Tujuan Umum

a. Melibatkan mahasiswa secara langsung dalam kegiatan pertanian sehari-hari,

untuk mengembangkan kepekaan bernalar terhadap berbagai persoalan yang

timbul dalam praktek di lapangan.

b. Memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang hubungan antara teori dan

penerapannya serta faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan teori yang

ada di lapangan.

c. Meningkatkan kemampuan professional dan keterampilan kerja dalam

memahami proses kerja nyata pengelolaan perkebunan nenas.

d. Meningkatkan kemampuan teknik budidaya dan manajerial pengelolaan

perkebunan nenas.

3. Tujuan Khusus

a. Mengetahui dan mempelajari secara langsung proses budidaya tanaman nenas

di PT Great Giant Pineapple.

b. Mengetahui dan mempelajari secara langsung teknik dan manajemen panen

hingga pascapanen dalam pengelolaan perkebunan nenas di PT Great Giant

Pineapple.

4. Manfaat Kerja Lapangan

a. Memenuhi persyaratan kurikulum tingkat S1 di Fakultas Pertanian

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

b. Memperoleh pengetahuan dan wawasan yang lebih luas tentang teknik

budidaya tanaman nenas di PT Great Giant Pineapple.

c. Mengetahui proses-proses yang terkait manajemen panen dan pascapanen

tanaman nenas di PT Great Giant Pineapple.

Page 7: Proposal KL imam (NANAS).docx

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Sejarah Tanaman Nenas (Ananas comosus L. Merr.)

Nenas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah

Ananas comosus L. Merr. Tanaman nenas termasuk famili Bromeliaceae.

Sistematika nenas sesuai dengan taksonominya dapat diklasifikasikan sebagai berikut

:

Divisio : Spermatofita

Sub-divisio : Angiospermae

Class : Monokotildoneae

Ordo : Farinosese

Famili : Bromeliaceae

Genus : Ananas

Spesies : Ananas comosus L. Merr.

Nenas berasal dari Brazilia (Amerika Selatan) yang telah didomestikasi sebelum

masa Colombus (Collins, 1960). Pada abad ke-14 bangsa Spanyol membawa nenas

ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, kemudian masuk ke Indonesia pada abad ke-

15 (Santoso, 1998). Kerabat dekat spesies nenas cukup banyak, terutama nenas liar

yang biasa dijadikan tanaman hias. Berdasarkan bentuk daun dan buah dikenal empat

jenis golongan nenas, yaitu : Cayenne, Queen, Spanish, Abacaxi. Nenas kultivar

Cayenne memiliki daun yang halus, tidak berduri, mata yang datar, bentuk buah

silindris dan ukuran buah yang besar. Kultivar Queen memiliki daun yang pendek,

berduri tajam, bentuk buah lonjong mirip kerucut. Kultivar Spanish memiliki daun

yang panjang kecil, berduri halus sampai kasar, bentuk buah bulat dengan mata datar.

Kultivar Abacaxi memiliki daun panjang berduri kasar, bentuk buah silindris atau

seperti piramida, daging buah berwarna kuning (Nakasome dan Paull, 1999).

Kultivar nenas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan Cayene

dan Queen. Golongan Spanish dikembangkan di Kepulauan India Barat, Puerte Rico,

Mexico dan Malaysia. Golongan Abacaxi banyak ditanam di Brazilia. Saat ini ragam

varietas atau kultivar nenas yang dikategorikan unggul adalah nenas Bogor, Subang

dan Palembang (Deptan, 1999). Nenas Subang adalah varietas Smooth Cayenne yang

Page 8: Proposal KL imam (NANAS).docx

tumbuh baik di Subang, sedangkan nenas Bogor adalah varietas Natal Queen

(Pracaya, 1985).

2. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Nenas (Ananas comosus L. Merr.)

Pada umumnya tanaman nenas toleran terhadap kekeringan serta memiliki

kisaran curah hujan sekitar 1000-1500 mm/tahun, akan tetapi tanaman nenas tidak

toleran terhadap hujan salju karena rendahnya suhu (Ashari, 1995). Tanaman nenas

dapat tumbuh dengan baik dengan cahaya matahari rata-rata 33-71 % dari

kelangsungan maksimumnya, angka tahunan rata-rata 2.000 jam. Suhu yang sesuai

untuk budidaya tanaman nenas adalah 23-32º C, tetapi juga dapat hidup di lahan

bersuhu rendah sampai 10º C (Verheij dan Coronel, 1997). Pada umumnya hampir

semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok untuk tanaman nenas, akan

tetapi tanaman ini lebih cocok jika ditanam pada tanah yang mengandung pasir,

subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik serta kandungan kapur

rendah. Derajat kemasaman yang cocok adalah dengan pH 4,5-6,5. Tanah yang

banyak mengandung kapur (pH > 6,5) menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan

klorosis, sedangkan tanah yang asam (pH 4,5 atau lebih rendah) mengakibatkan

penurunan unsur Fosfor, Kalium, Belerang, Kalsium, Magnesium, dan Molibdenum

dengan cepat. Air sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman nenas untuk

penyerapan unsur-unsur hara yang dapat larut didalamnya. Kandungan air dalam

tanah harus pada kapasitas lapang, tidak menggenang. Hal yang harus diperhatikan

adalah aerasi dan drainasenya harus baik (Nakasone dan Paull, 1998). Nenas dapat

tumbuh sampai ketinggian 800 m dpl, tetapi di Kenya tanaman nenas varietas

Smooth cayenne yang ditanam pada ketinggian 1.400-1.800 m dpl menghasilkan

buah berkualitas baik (Samson, 1980).

Tanaman nenas merupakan tanaman herba tahunan yang tidak toleran

terhadap hujan dan salju. Tanaman nenas dapat tumbuh dari ketinggian 100 - 1100 m

diatas permukaan laut. Pada temppat yang lebih tinggi, biasanya ukuran buah akan

semakin kecil dengan kandungan asam yang lebih tinggi (Dondy, 1992). Tanaman

nenas dapat tumbuh hampir disemua jenis tanah. Walaupun demikian, tanah yang

paling ideal untuk pertumbuhan nenas adalah tanah yang mengandung pasir, gembur

dan kaya bahan organik. Nenas tidak tahan terhadap genangan, oleh karena itu lahan

yang digunakan untuk budidaya nenas harus memiliki aerasi dan drainase yang baik

Page 9: Proposal KL imam (NANAS).docx

serta kandungan kapur yang tinggi agar buah yang dihasilkan tidak kerdil. Tanah

yang paling baik adalah tanah yang memiliki pH 4.5-6.5 tetapi nenas memiliki daya

adaptasi yang tinggi, sehingga dapat tumbuh pada tanah yang memiliki pH 3. Tanah

yang sesuai akan menghasilkan perakaran yang baik (Lisdiana dan Soemadi, 1997)

Tanaman nenas dapat tumbuh dengan baik dengan cahaya matahari ratarata 33-71 %.

Suhu yang sesuai untuk budidaya tanaman nenas adalah 29-32 0C dan curah hujan

optimal 1000-1500 mm per tahun (Samson,1980). Sumber lain mengatakan bahwa

bahwa suhu optimal untuk nanas yaitu 23-32 0C (Veirhej dan Coronel, 1997). Unsur

hara yang dibutuhkan oleh tanaman nenas dalam jumlah banyak adalah unsur

nitrogen, pospor, dan kalium. Unsur lainnya dibutuhkan dalam 6 jumlah yang sedikit

seperti magnesium dan kalium serta unsur mikro seperti seng, tembaga dan mangan

(Direktorat Tanaman Pangan, 2004).

Tanaman nenas dapat tumbuh hampir di semua jenis tanah. Walaupun

demikian, tanah yang paling ideal untuk pertumbuhan nenas adalah tanah yang

mengandung pasir, gembur dan kaya bahan organik. Nenas tidak tahan terhadap

genangan, oleh karena itu lahan yang digunakan untuk budidaya nenas harus

memiliki aerasi dan drainase yang baik serta kandungan kapur yang tinggi agar buah

yang dihasilkan tidak kerdil.

3. Morfologi dan Anatomi Tanaman Nenas (Ananas comosus L. Merr.)

Tanaman nenas mempunyai bentuk batang yang pendek, gemuk dan kuat

dengan tinggi tidak lebih dari 30 cm. Daunnya berdaging, keras dan kaku, berbentuk

seperti alur yang sempit, dengan panjang 60-120 cm, bagian pangkal yang saling

bertangkup satu dengan yang lain. Tepi daun bergerigi seperti gergaji atau berduri

atau kadang-kadang tidak terdapat duri, dan mempunyai pucuk yang meruncing dan

tajam.

Bunga nenas merupakan bunga majemuk yang menghadap ke atas

mengelilingi dasar bunga secara lateral. Setiap bunga memiliki bakal buah (ovarium)

yang terdiri dari tiga sel, didalamnya terdapat banyak mengandung bakal biji (ovula).

Di atasnya tumbuh tabung kelopak bunga dengan enam helai daun bunga dan enam

helai benang sari. Kelopak bunga ini berwarna hijau atau merah dan berujung dengan

Page 10: Proposal KL imam (NANAS).docx

bunga yang berwarn putih atau ungu muda. Bagian tengah terdapat tangkai putih

yang mendukung tiga kepala putik (Muljohardjo, 1983).

Sesaui dengan asalnya maka buah nenas juga merupakan buah majemuk yang

terdiri dari 100 atau lebih komponen buah (fruitlet/berry) yang bersatu merupakan

satu buah yang bertipe sinkarpus. Pada ujung buah ditemukan daun mahkota yang

berduri. Pada permukaan setiap komponen buah dapat dicirikan adanya sedikit atau

lebih garis-garis hexagonal. Helaian daun kelopak bunga yang keras menutup bagian

atas rongga dimana terdapat benang sari, tangkai putik, kepala putik dan daun

pelindung yang keras menghadap keatas sama dengan tepian yang bergerigi dengan

bagian ujung yang meruncing. Biji nenas terdapat didalam rongga komponen buah,

berwarna coklat dengan panjang kurang lebih 5 mm. Biji ini terbungkus oleh suatu

lapisan tipis (Muljohardjo, 1983)

Daun nenas sangat panjang, berurat sejajar, dan tepinya berduri menghadap

ke atas. Daun nenas menggambarkan perkembangan tanaman nenas itu sendiri.

Dikalangan peneliti, daun nenas dibagi kedalam beberapa kelas berdasarkan posisi

dan usia daun yaitu daun A (A-Leaf), daun B (B-Leaf), daun C (C-Leaf), daun D (D-

Leaf), daun E (E-Leaf) dan daun F (F-Leaf). Daun A adalah daun tertua yang

letaknya berada dibagian paling bawah. Di perkebunan sering disebut dengan daun

bibit karena daun A merupakan daun bibit yang masih hidup hingga tanaman

dewasa. Daun B adalah daun pendahulu yaitu daun muda yang tumbuh ketika masih

menjadi bibit (daun pucuk) dan berkembang setelah ditanam. Daun B mirip dengan

daun A. daun C adalah daun yang tumbuh setelah dilakukan penanaman. Daun D

adalah daun terpanjang pada tanaman nenas, biasanya membentuk sudut 45 0C dan

hanya ada satu helai. daun E adalah daun yang terletak diatas daun D. sedangkan

daun F adalah daun muda yang ada 5 didekat titik tumbuh (daun pupus / daun

pucuk). Nenas memiliki panjang batang 20 cm – 30 cm. buah nenas merupakan buah

majemuk yang terdiri dari 100- 200 buah yang bersatu. Nenas merupakan tanaman

hermaprodit. 5-10 bunganya membuka tiap hari. Sistem perakaran tanaman nenas

yaitu akar serabut yang lunak dan tidak tahan terhadap air (Samson, 1980).

Nenas merupakan tanaman herba tahunan atau dua tahunan dengan tinggi 50-

150 cm dan terdapat tunas merayap pada bagian pangkalnya. Daunnya berkumpul

dalam roset akar dan pada bagian pangkalnya melebar menjadi pelepah. Helaian

Page 11: Proposal KL imam (NANAS).docx

daunnya berbentuk pedang, tebal, liat, dengan panjang 80-120 cm dan lebar 2-6 cm

serta memiliki ujung yang lancip menyerupai duri. Tepi daunnya berduri tempel

yang membengkok ke atas, sisi bawah daun bersisik dan memiliki warna putih, hijau

atau hijau kemerahan (Verheij dan Coronel, 1997). Bunganya merupakan bunga

majemuk yang tersusun dalam bulir yang sangat rapat, letaknya terminal dan

bertangkai panjang. Buahnya merupakan buah buni majemuk, bulat panjang,

berdaging, berwarna hijau, dan jika masak warnanya menjadi kuning. Sistem

perakaran tanaman nenas yaitu akar serabut yang lunak dan tidak tahan terhadap air

(Samson, 1980).

4. Fisiologi Buah Nanas

Produktivitas nenas ketika dipanen sekitar 40 ton/Ha, dalam kondisi optimal

nenas mampu berproduksi hingga lebih dari 70 ton/Ha. Tanaman nenas memiliki

umur panen 12-24 bulan, lama tidaknya umur panen sangat ditentukan oleh ukuran

bibit bibit dan asal bibit (Samson, 1980). Ciri-ciri buah nenas yang siap dipanen

diantaranya : mahkota telah terbuka, tangkai buah mengkerut, mata buah lebih

mendatar, buah lebih besar dan bulat, warna dasar buah menguning, timbul aroma

nenas yang harum dan khas (Profil Nenas Subang, 2006). Buah nenas termasuk

komoditi yang mudah rusak, cepat susut dan busuk. Untuk skala industry, buah nenas

sebaiknya dipanen saat kematangan kurang dari 70%. Untuk konsumsi segar, buah

nenas yang dipanen tidak kurang dari 90 %, matanya berwarna tidak kuning penuh,

dan tidak lebih dari 20 % mata-matanya berwarna jingga kemerah-merahan

(Pantastico, 1986). Buah nenas untuk dipasarkan sebaiknya dipanen setengah

matang. Pemetikan dilakukan manual dengan menggunakan tangan, dengan bagian

mahkota dan sebagian gagang buah dibiarkan. Buah nenas yang akan dipasarkan 8

sebaiknya dipanen dengan hati hati jangan sampai hancur atau memar (Wee and

Thongtham, 1997).

Buah nenas biasanya dipanen dengan sarung tangan dan pisau untuk

memotong gagangnya. Pada perkebunan-perkebunan komersial atau setengah

komersial, pemanenan telah dilakukan secara mekanik. Buah yang dipasarkan segar,

mahkota pada ujung buah harus dibiarkan dan dijaga jangan sampai daun-daunnya

rusak. Mahkota berwarna hijau cerah menunjukkan bahwa buah baru saja dipanen

Page 12: Proposal KL imam (NANAS).docx

(Thompson et. al., 1986). Kematangan buah dapat ditentukan dari jumlah keratan

mata buah dan luasan kulit buah yang menguning (Paull, 1997). Tingkat kemasakan

untuk dipanen bagi buah nenas sebagian besar bergantung pada tujuan atau

penggunaan akhirnya. Buah untuk digunakan di rumah biasanya dipetik bila warna

kuning sudah mencapai 25 %. Sedangkan buah untuk dijual secara komersial, lebih-

lebih kalau daerah penghasilnya jauh dari pasaran, biasanya dipanen bila semua mata

masih hijau dan belum ada tanda-tanda warna kuning sama sekali (Pantastico et. al.,

1986). Menurut Krisnadi (1990) buah nenas dengan umur petik 18 dan 20 minggu

sudah dapat diolah, dikalengkan atau dikonsumsi secara segar.

Buah nenas mengandung senyawa bromelin yang dapat melunakkan daging.

Setiap 100 g buah mengandung air 80-86,2 %, gula 10-18 g, asam organik 0,5-1,6 g,

mineral 0,3-0,6 g, nitrogen 4,5-12 mg, dan protein 180 mg. Buah nenas juga

mengandung semua vitamin esensial meskipun dalam jumlah kecil, kecuali vitamin

D. Selain daging buah, kulit buah dapat diolah menjadi sirup atau diekstraksi

cairannya untuk pakan ternak. Serat terutama pada daun dapat dimanfaatkan sebagai

bahan kertas dan tekstil.

a. Perubahan selama Pematangan

Perubahan fisik dan kimia buah yang terjadi setelah panen menentukan

kualitas buah yang dikonsumsi. Perubahan fisik yang terjadi diantaranya adalah

perubahan warna kulit buah, ukuran buah, morfologi dan struktur permukaan, serta

kekerasan buah. Proses pematangan juga menyebabkan perubahan kimia seperti

perubahan komposisi karbohidrat, asam organik, serta aroma yang disebabkan oleh

senyawa volatil. Perubahan-perubahan yang terjadi dapat dijadikan penduga umur

simpan dan mutu buah (Santoso dan Purwoko, 1995). Menurut Pantastico (1989)

buah nenas dalam keadaan belum masak, mata berwarna merah kelabu atau hijau

muda dan daun-daun pelindung yang menutup separuh mata akan berwarna kelabu

atau hampir putih. Pada saat pemasakan buah berlangsung, ruang antar mata mulai

terisi dan warnanya lambat laun berubah dari hijau muda menjadi hijau tua. Saat

buah matang, mata yang runcing berubah menjadi datar dengan sedikit lekukan di

pusatnya, buah menjadi lebih besar, menjadi lebih lunak dan lebih berbau.

b. Mutu Buah

Page 13: Proposal KL imam (NANAS).docx

Komponen kualitas buah meliputi penampakan, tekstur, rasa, nilai gizi, dan

keamanan (Santoso dan Purwoko, 1995 cit. ). Penampakan mencakup ukuran (besar,

bobot), bentuk (diameter, keseragaman), intensitas dan keseragaman warna, kilap,

kerusakan eksternal dan internal. Teksture meliputi kekerasan, kelembutan,

sukulensi, flavour dan mineral. Standar kualitas buah nenas untuk konsumsi meliputi

kematangan, kekerasan, keseragaman ukuran dan bentuk, bebas dari kerusakan,

kelayuan, memar dan keretakan. Menurut Dondy et al. (1992) persyaratan buah

nenas untuk konsumsi segar adalah kandungan padatan terlarut totalnya > 12 % dan

kandungan asamnya berkisar antara 0,5-0,6 %. Standar buah segar sebagai olahan

adalah kandungan airnya 78,6-86,4 %, abunya 0,28-0,48 %, padatan terlarut totalnya

8,20-18,30 % dan kandungan asamnya 0,64-1,18%.

Pada saat terjadi proses pematangan, buah nenas mengalami peningkatan

bobot, padatan terlarut dan keasaman buah. Menurut Soedibyo (1992) kandungan air

menurun sejalan dengan penambahan umur panen, tetapi gula terlarut sebagai total

padatan terlarut terus meningkat.

5. Fisiologi Pascapanen

Komoditi hortikultura seperti buah merupakan jaringan hidup yang terus

melakukan perubahan fisiologi setelah panen. Proses respirasi dan transpirasi yang

terjadi setelah pemanenan menyebabkan buah menggunakan cadangan makanan dan

air yang terdapat dalam individu buah itu sendiri, sehingga kandungan substrat dan

air dalam buah terus berkurang. Hal ini menyebabkan terjadinya kerusakan buah

(Santoso dan Purwoko, 1995). Menurut Winarno dan Wirakartakusumah (1979),

pada umumnya tahapan proses pertumbuhan buah meliputi pembelahan sel yang

diikuti dengan pembesaran sel hingga sel mencapai ukuran maksimum, pendewasaan

sel (maturation), pematangan (ripening), kelayuan (senescense), dan pembusukan

(deterioration).

Perubahan fisiologi pascapanen terutama dipengaruhi oleh respirasi dan

pengaruh etilen dalam pemasakan buah. Menurut Phan et al. (1989) berdasarkan

tingkat respirasi dan produksi etilen, buah-buahan dibedakan menjadi buah

klimakterik dan non klimakterik. Buah klimakterik adalah buah yang memiliki

kenaikan respirasi yang cepat selama pematangan serta memiliki laju produksi etilen

Page 14: Proposal KL imam (NANAS).docx

yang tinggi pula, sedangkan buah non klimakterik adalah buah yang memiliki laju

produksi etilen dan CO2 yang sangat rendah. Wills et al. (1981) menyatakan bahwa

buah klimakterik memproduksi etilen dalam jumlah besar dan mengalami perubahan

konsentrasi secara luas. Sebaliknya, buah non klimakterik hanya mengalami sedikit

perubahan konsentrasi etilen selama proses pematangan.

Buah nenas merupakan buah non klimaterik sehingga harus dipanen pada saat

siap untuk dimakan. Menurut Pantastico (1989) buah yang memiliki pola respirasi

non klimaterik akan mengalami penurunan laju respirasi setelah pemanenan dan

tidak ada kenaikan laju respirasi secara mendadak. Pematangan buah nenas sedikit

sekali dipengaruhi oleh etilen. Etilen hanya berpengaruh pada degradasi klorofil

dipermukaan kulit nenas tetapi kualitas daging buah nenas tidak berpengaruh dengan

penambahan etilen (Kader, 2000).

Buah nenas dapat disimpan selama 4-6 minggu pada suhu 7-8°C dan

kelembapan nisbinya 80-90°C, asalkan pengaliran udaranya memadai (Verheij dan

Coronel, 1997). Menurut Paull (1997) temperatur antara 7.5-12°C dengan

kelembapan relatif antara 70-95°C direkomendasikan untuk penyimpanan.

Kelembapan yang lebih tinggi mampu mengurangi kehilangan air, belakangan ini

lebih direkomendasikan kelembapan relatif antara 90-95°C.

Page 15: Proposal KL imam (NANAS).docx

III. METODE PELAKSANAAN KERJA LAPANGAN

1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Kerja Lapangan dilaksanakan di PT Great Giant Pineapple (GGP),

Terbanggi Tinggi, Lampung Tengah. Pelaksanaan Kerja Lapangan dimulai pada

bulan Agustus 2015 sampai September 2015.

2. Metode Pelaksanaan Kerja Lapangan

Kegiatan Kerja Lapangan bertujuan untuk mengetahui, mendapatkan

informasi, dan mempraktikan secara langsung mengenai budidaya tanaman nenas

dengan lengkap dan meningkatkan kemampuan logika dalam menghadapi

persoalan atau masalah yang timbul dalam lapangan. Terdapat dua metode dalam

pengumpulan data dalam kegiatan ini yaitu metode langsung dan metode tidak

langsung.

a. Metode Langsung

Mengikuti praktik kegiatan budidaya tanaman nenas di PT Great

Giant Pineapple yang meliputi:

Pratanam meliputi persiapan lahan, pembukaan lahan dan pengolahan

tanah.

Pembibitan meliputi asal bibit, cara perbanyakan bibit, dan cara

pembibitan.

Penanaman meliputi waktu penanaman, teknik penanaman, dan

kegiatan yang dilakukan sebelum penanaman.

Pemeliharaan Tanaman, yang meliputi pengairan, pemangkasan,

penyulaman, pembuatan piringan, jalan panen dan gawangan,

pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), pengukuran

pertumbuhan tanaman.

Pemupukan meliputi dosis, cara aplikasi, waktu aplikasi

Pemanenan meliputi waktu panen, kriteria panen, cara pemanenan,

peralatan, standar kualitas buah, pengangkutan buah, dan tenaga kerja.

Penanganan pascapanen

Page 16: Proposal KL imam (NANAS).docx

Pemuliaan Tanaman meliputi koleksi plasma nutfah, seleksi bibit hasil

kultur jaringan, dan perbanyakan tanaman nenas secara in vitro.

b. Metode Tidak Langsung

Metode tidak langsung dengan cara studi pustaka, yaitu pengumpulan

data dengan cara membaca dan menelaah pustaka mengenai budidaya

tanaman nenas pada umumnya dan secara khusus mengenai manajemen

panen hingga pascapanen tanaman nenas. Metode kedua, pengumpulan data

sekunder dengan cara pengumpulan data-data sekunder yang tersedia di PT

Great Giant Pineapple (GGP) dan teknik budidaya tanaman nenas,

selanjutnya dilakukan kajian pustaka dan dibandingkan dengan informasi

yang telah diperoleh dari lokasi kerja lapangan.

3. Ruang Lingkup Masalah

1. Masalah Umum :

a. Keadaan Umum

Sejarah dan latar belakang berdirinya PT Gunung Sewu Group

(GSG).

Sejarah berdirinya PT Great Giant Pineapple (GGP).

Struktur organisasi.

Manajemen pengelolaan kebun

Lokasi, batas wilayah, dan luas areal pertanaman Nenas

Topografi, keadaan tanah, dan iklim

b. Kegiatan Budidaya Tanaman Nenas

Pratanam meliputi persiapan lahan, pembukaan lahan dan pengolahan

tanah.

Pembibitan meliputi asal bibit, cara perbanyakan bibit, dan cara

pembibitan.

Penanaman meliputi waktu penanaman, teknik penanaman, dan

kegiatan yang dilakukan sebelum penanaman.

Pemeliharaan Tanaman, yang meliputi pengairan, pemangkasan,

penyulaman, pembuatan piringan, jalan panen dan gawangan,

Page 17: Proposal KL imam (NANAS).docx

pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), pengukuran

pertumbuhan tanaman.

Pemupukan meliputi dosis, cara aplikasi, waktu aplikasi

Pemanenan meliputi waktu panen, kriteria panen, cara pemanenan,

peralatan, standar kualitas buah, pengangkutan buah, dan tenaga

kerja.

Penanganan pascapanen

Pemuliaan Tanaman meliputi koleksi plasma nutfah, seleksi bibit hasil

kultur jaringan, dan perbanyakan tanaman nenas secara in vitro.

2. Masalah Khusus

a. Manajemen panen dan pascapanen nenas (karakter, metode, teknik, waktu

pelaksanaan, dan siklus panen).

b. Kendala yang dihadapi oleh PT Great Giant Pineapple (GGP) dalam

kegiatan budidaya.

4. Jadwal Kegiatan

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Kerja Lapangan

No KegiatanMinggu ke-

I II III IV V1 Pengamatan, wawancara, dan studi pustaka2 Pengumpulan data primer dan sekunder 3 Kegiatan budidaya nenas4 Pelengkapan dokumentasi dan data primer

maupun sekunder

Page 18: Proposal KL imam (NANAS).docx

DAFTAR PUSTAKA

Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. Kelayakan Investasi Agribisnis I: Pisang, Durian, Jeruk, Alpukat. Kanisius, Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Buah-buahan dan Sayuran Tahunan di Indonesia Tahun 1995-2013. <http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55&notab=16>. Diakses tanggal 7 Oktober 2014.

Espino, R. C., S. H. Jamaluddin, B. Silayoi dan R. E. Nasution. 1997. Musa L. (kultivar yang dapat dimakan). In: E. W. M. Verheij dan R. E. Coronel (Eds.). PROSEA Sember Daya Nabati Asia Tenggara 2, Buah-Buahan yang Dapat Dimakan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Gowen, S. 1995. Bananas and Plantains. Chapman and Hall, London.

Hein, M., L. R. Best and S. Pattison. 1984. College Chemistry, An Introduction to General, Organic, and Biochemistry 3rd ed. Cole Publishing Company, California.

Kader, A. A. 1992. Postharvest biology and technology: An Overview. Postharvest Technology of Horticulture Crops. University of California. Paper.

Mahani. 2002. Studi Spesifikasi Mutu Konsumen dan Spesifikasi Mutu Industri Pisang Ambon. Institut Pertanian Bogor. Disertasi.

Mattoo, A. K., T. Murata, Er. B. Pantastico, K. Chachin, K. Ogata and C. T. Phan. 1989. Perubahan-perubahan kimiawi selama pematangan dan penuaan. In: Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pascapanen Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Cetakan kedua. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Nakasone, H. Y. and R. E. Paull. 1998. Tropical Fruits. Centre for Agriculture and Bioscience (CAB) International, London.

Phan, C. T, Er. B. Pantastico, K. Ogata and K. Chachin. 1989. Respirasi dan puncak respirasi, p. 136-159. In: Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pascapanen Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Cetakan kedua. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Purwoko, B., P. Utoro, Mukhtasar, S. S. Harjadi, dan S. Susanto. 2002. Polyamine infiltration inhibited ripening of cavendish banana fruits. Hayati 9 (1):19-23.

Putra, E.T.S. 2011. Weak Neck Problem in Musa sp. cv. Rastali Populations in Relation to Magnesium, Boron and Silicon Availability. Faculty of Agriculture. University Putra Malaysia. Disertasi Doktor.

Page 19: Proposal KL imam (NANAS).docx

Reid, M. S. 1985. Ethylene in postharvest technology, p.68-74. In: A. A. Kader, R. F. Kasmire, F. G. Mitchell, M. S. Reid, N. F. Sommer and J. F. Thompson (Eds.). Postharvest Technology of Horticultural Crops. Agriculture and Natural Resources Publications Division of Agriculture and Natural Resources University of California, Berkeley.

Robinson, J. C. 1999. Bananas and Plantains. CAB International, London.

Sambeganarko, A. 2008. Pengaruh Aplikasi KMnO4, Ethylene Block, Larutan Cacl2, terhadap Kualitas dan Umur Simpan Pisang (Musa paradisiaca L.) varietas Raja Bulu. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Skripsi.

Santoso, B. B. dan B. S. Purwoko. 1995. Fisiologi dan Teknologi Pascapanen Tanaman Hortikultura. Indonesia Australia Eastern Universities Project.

Turner, D.W., J.A. Fortescue, and D.S. Thomas. 2007. Environmental physiology of the bananas (Musa app.). Brazilian Journal of Plant Physiology 19 (4):463-

Tucker, G. A. 1993. Introduction, p.1-31. In: G. B. Seymour, J. E. Taylor and G. A. Tucker (Eds.). Biochemistry of Fruit Ripening. Chapman and Hall, London.

Winarno. F. G. dan M. A. Wirakartakusumah. 1979. Fisiologi Lepas Panen. Sastra Hudaya, Jakarta.

Page 20: Proposal KL imam (NANAS).docx

LAMPIRAN

DAFTAR PERTANYAAN KERJA LAPANGAN

MANAJEMEN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN PISANG (Musa sp.)

DI PT NUSANTARA TROPICAL FARM

A. Hal-hal yang Berkaitan dengan Keadaan Umum di PT NUSANTARA

TROPICAL FARM

1. Keadaan Umum

a. Sejarah dan latar belakang berdiri

b.Struktur organisasi dan manajemen perusahaan

c. Sistem manajemen

d.Peran dan fungsi

2. Keadaan Perkebunan

a. Lokasi

b. Batas wilayah perkebunan

c. Luas area total dan luas areal pertanaman

d. Kondisi iklim dan topografi wilayah

e. Keadaan tanah

f. Sarana dan prasarana yang dimiliki

3. Teknik Budidaya

a. Penyediaan bibit

1) Asal bibit

2) Cara perbanyakan bibit

3) Cara pembibitan

b.Persiapan Lahan

1) Cara pembukaan dan pembentukan lahan baru

2) Cara pengolahan tanah yang dilakukan

3) Sistem irigasi dan drainase yang dilakukan

4) Pembuatan lubang tanam

5) Lama persiapan lahan

Page 21: Proposal KL imam (NANAS).docx

c. Penanaman

1) Waktu penanaman bibit di lapangan

2) Teknik penanaman

3) Kegiatan yang dilakukan sebelum penanaman

d. Pemeliharaan Tanaman

1) Pengairan

2) Pemupukan

3) Hama, penyakit dan gulma yang sering mengganggu

4) Cara pengendalian OPT (hama, penyakit dan gulma)

e. Panen

1) Waktu panen

2) Kriteria panen

3) Cara pemanenan

4) Peralatan dan tenaga kerja yang dibutuhkan

f. Pascapanen

1) Kegiatan setelah pemanenan

2) Produk yang dihasilkan

3) Produksi pertahun

B. Hal-hal yang Berkaitan dengan Keadaan Khusus di PT NUSANTARA

TROPICAL FARM

1. Jenis tanaman pisang yang dibudidayakan

a. Klon tanaman pisang yang digunakan

b. Morfologi tanaman pisang

c. Produktivitas tanaman

d. Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan

2. Pemupukan

a. Waktu yang paling tepat untuk dilakukan pemupukan

b. Cara-cara pemupukan yang dilakukan serta kelebihan dan kekurangan

masing-masing cara yang dilakukan

c. Cara penentuan dosis pupuk yang dibutuhkan untuk setiap fase

pertumbuhan tanaman pisang

Page 22: Proposal KL imam (NANAS).docx

d. Jenis pupuk yang dibutuhkan untuk setiap fase pertumbuhan tanaman

e. Jenis pupuk yang paling baik untuk meningkatkan produktivitas tanaman

f. Peralatan yang harus diperlukan

g. Persiapan yang harus dilakukan

h. Cara peningkatan efektifitas dan efisiensi pemupukan

3. Pengaruh pemupukan terhadap lingkungan

a. Dampak pemupukan terhadap lingkungan

b. Bila ada dampak buruk atau pencemaran, bagaimana dapat terjadi

c. Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau menanggulangi

pencemaran yang terjadi

d. Kerugian yang ditanggung akibat adanya pencemaran

4. Pemanenan

a. Penentuan kriteria panen

b. Teknik didalam melakukan pemanenan

c. Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan panen

d. Fungsi dari alat-alat yang digunakan

e. Jumlah pekerja yang dibutuhkan dalam kegiatan panen per luasan lahan

5. Pascapanen

a. Tindakan yang dilakukan setelah panen

b. Pengertian sistem angkut dan bagaimana sistem ini dilakukan

c. Jangka waktu antara pemanenan sampai pengolahan

d. Tindakan yang dilakukan setelah masuk pabrik

e. Hasil olahan yang dihasilkan

f. Penentuan kualitas hasil olahan

6. Pengolahan limbah

a. Cara pengolahan limbah

b. Cara yang dilakukan untuk mengurangi pencemaran yang terjadi

c. Pemanfaatan limbah

7. Peningkatan produktivitas tanaman pisang

8. Peningkatan efisiensi dan efektifitas kegiatan budidaya tanaman pisang

9. Kegiatan pelatihan kerja apa saja yang dilakukan untuk karyawan

Page 23: Proposal KL imam (NANAS).docx

10. Kendala apa saja yang berpengaruh terhadap kegiatan di PT Nusantara

Tropical Farm ini

11. Rencana dan penelitan yang sedang maupun akan dilakukan

12. Kendala yang dihadapi terkait dengan kegiatan pra tanam, budidaya, panen

dan pascapanen serta cara mengatasi masalah tersebut.