Proposal Kegiatan

download Proposal Kegiatan

of 25

description

Proposal Magang

Transcript of Proposal Kegiatan

  • STUDI PENGELOLAAN LIMBAH BLOTONG TEBU (Saccharum

    officinarum L.) MENJADI PUPUK ORGANIK (KOMPOS) PADA LAHAN

    KERING DI PTPN X PG. TOELANGAN SIDOARJO

    MAGANG KERJA

    OLEH :

    ANITA NUR KHOIRIYAH

    115040201111218

    MINAT MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN

    PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    FAKULTAS PERTANIAN

    MALANG

    2014

  • ii

    LEMBAR PENGESAHAN

    LAPORAN MAGANG KERJA

    Disetujui Oleh,

    i

    Pembimbing Utama,

    Ir. Widianto.M.Sc

    NIP. 195302121979031004

    Pembimbing Lapangan,

    Mengetahui,

    Jurusan Manajemen Sumberdaya Lahan

    Ketua

    Prof. Dr. Ir. Zaenal Kusuma, SU

    NIP. 195405011981031006

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas

    segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan proposal

    Magang Kerja dengan Topik Studi Pengelolaan Limbah Blotong Tebu

    (Saccharum officinarum L.) menjadi Pupuk Organik (Kompos) Pada Lahan

    Kering Di PTPN X PG. Toelangan Sidoarjo. Proposal ini merupakan syarat

    sebelum pelaksanaan magang kerja dimulai.

    Pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

    1. Bapak Ir. Widianto, M.Sc., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

    bimbingan dan masukan dalam penyusunan proposal.

    2. Bapak Dr.Ir. Sudarto selaku dosen koordinator pembimbing yang telah

    memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan proposal.

    3. Bapak Prof. Dr.Ir. Zaenal Kusuma, MS., selaku Ketua Jurusan Ilmu Tanah

    Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

    Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan,

    sehingga masukan dan kritik sangat dibutuhkan oleh penulis. Semoga proposal ini

    dapat memberikan manfaat baik bagi rekan-rekan mahasiswa, instansi pemerintah,

    pihak-pihak di lokasi penulis melaksanakan magang kerja, masyarakat umum, dan

    berbagai pihak yang lainnya sekedar sebagai bahan ilmu pengetahuan serta

    bermanfaat bagi penulis khususnya.

    Malang, 7 Juli 2014

    Penulis

  • iv

    DAFTAR ISI Halaman

    HALAMAN COVER i

    LEMBAR PENGESAHAN...... ii

    KATA PENGANTAR...... iii

    DAFTAR ISI. iv

    I. PENDAHULUAN........ 1

    1.1 Latar Belakang.... 1

    1.2 Tujuan Magang....... 2

    1.2.1 Tujuan Umum Magang....... 2

    1.2.2 Tujuan Khusus Magang........... 3

    1.3 Manfaat Magang......... 3

    II. TINJAUAN PUSTAKA....... 4

    2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tebu . 4

    2.2 Proses Pembuatan Gula...... 5

    2.3 Limbah Blotong Tebu Pabrik Gula................................. 7

    2.4 Pengelolaan Limbah Blotong Tebu............................ 8

    2.5 Proses Pembuatan Kompos dari Blotong... 11

    III. METODE PELAKSANAAN... 14

    3.1 Nama Kegiatan........... 14

    3.2 Waktu dan Tempat.......... 14

    3.3 Prosedur Pelaksanaan......... 14

    IV. JADWAL PELAKSANAAN MAGANG........ 16

    V. PENUTUP........................ 18

    DAFTAR PUSTAKA............................ 19

    LAMPIRAN........................................................................................... 20

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kegiatan magang kerja merupakan bagian dari mata kuliah yang harus

    ditempuh sebagai salah satu syarat kelulusan bagi mahasiswa Minat Manajemen

    Sumberdaya Lahan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

    Universitas Brawijaya. Tujuan kegiatan ini dilaksanakan sebagai salah satu bentuk

    pengaplikasian ilmu-ilmu secara teoritis yang telah didapat selama perkuliahan

    yang pengimplementasiannya dilakukan dalam kegiatan ini, salah satu ilmu serta

    teori yang akan diaplikasikan di tempat magang kerja adalah menganalisis sistem

    yang berjalan di sebuah perusahaan/instansi pemerintah. Kegiatan ini pula dapat

    memupuk disiplin dan profesionalisme dalam bekerja agar dapat mengenal dunia

    atau lingkungan kerja yang akan bermanfaat bagi mahasiswa setelah

    menyelesaikan perkuliahan. Selain itu, magang kerja ini juga penting untuk diikuti

    oleh mahasiswa mengingat kebutuhan saat ini bukan hanya sekedar ilmu - ilmu

    yang sifatnya teoritis, melainkan juga diperlukan suatu kegiatan yang dapat

    menambah ilmu - ilmu yang telah dipelajari sebelumnya pada saat kegiatan

    perkuliahan, dan juga ilmu - ilmu yang didapat ketika melaksanakan kegiatan

    magang kerja.

    Pabrik Gula Toelangan merupakan salah satu pabrik gula Wilayah kerja

    PT Perkebunan Nusantara X (Persero). Terletak di Kabupaten Sidoarjo tepatnya

    13 Km barat daya Kota Sidoarjo. Bahan baku yang diolah adalah tebu hasil

    penanaman sendiri (TS) dan tebu rakyat (TRK). Dalam mengolah tebu menjadi

    gula menggunakan proses sulfitasi netral, dengan bahan pembantu proses yaitu :

    belerang, kapur, asam pospat, dan flokulan. Adapun produksi utamanya adalah

    Gula Kristal Putih (GKP). Tebu tebu di perkebunan diolah menjadi gula di

    pabrik pabrik gula (PG). Dalam proses produksi di pabrik gula, ampas tebu

    (bagasse) yang dihasilkan sebesar 35 40% dari setiap tebu yang diproses, gula

    yang tremanfaatkannya hanya 5%, sisanya berupa tetes tebu (molase), blotong,

    dan air.

    Salah satu limbah yang dihasilkan PG dalam proses pembuatan gula

    adalah blotong. Blotong merupakan limbah dari proses klarifikasi nira tebu, yang

    apabila tidak terkendali akan menyebabkan pencemaran lingkungan. Blotong

  • 2

    dihasilkan dari hasil pemurnian nira pada statiun pemurnian. Limbah ini keluar

    dari proses dalam bentuk padat mengandung air dan masih ber temperatur cukup

    tinggi (panas), berbentuk seperti tanah, sebenarnya adalah serat tebu yang

    bercampur kotoran yang dipisahkan dari nira. Komposisi blotong terdiri dari

    sabut, wax dan fat kasar, protein kasar,gula, total abu,SiO2, CaO, P2O5 dan

    MgO.. blotong umumnya adalah sebagai pupuk organik, dibeberapa PG daur

    ulang blotong menjadi pupuk yang kemudian digunakan untuk produksi tebu di

    wilayah-wilayah tanam para petani tebu. Proses penggunaan pupuk organik ini

    tidak rumit, setelah dijemur selama beberapa minggu / bulan untuk diaerasi di

    tempat terbuka, dimaksudkan untuk mengurangi temperatur dan kandungan

    Nitrogen yang berlebihan. Dengan tetap menggunakan pupuk anorganik sebagai

    starter, maka penggunaan pupuk organik blotong ini masih bisa diterima oleh

    masyarakat.

    Oleh karena itu dengan adanya pengelolaan limbah blotong tebu menjadi

    pupuk organik (kompos) di PG Toelangan dapat mengurangi jumlah limbah di

    pabrik dan mengurangi dampak buruk bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.

    Sehingga untuk menambah pengetahuan dan keilmuan di bidang pengolahan

    limbah blotong perlu dilakukan kegiatan magang kerja di PG. Toelangan Sidoarjo

    untuk mendukung keterampilan dari mahasiswa yang tidak didapatkan bangku

    perkuliahan. Disamping itu hubungan serta kerjasama yang harmonis antara pihak

    Perguruan Tinggi dengan pihak industri terkait diharapkan dapat memberikan

    kontribusi yang bermanfaat bagi mahasiswa dan pihak industri.

    1.2 Tujuan Kegiatan

    1.2.1 Tujuan Umum Magang

    Tujuan umum pelaksanaan magang di PTPN X PG. Toelangan Sidoarjo

    adalah sebagai berikut :

    a. Mengembangkan wawasan dan pengalaman mahasiswa dalam melakukan

    pekerjaan yang sesuai dengan keahlian yang dimiliki.

    b. Agar mahasiswa memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja praktis

    sehinggasecara langsung dapat memecahkan permasalahan yang ada dalam

    kegiatan di bidang pengolahan hasil pertanian.

  • 3

    c. Agar mahasiswa dapat melakukan dan membandingkan penerapan teori yang

    diterima di jenjang akademik dengan praktek yang dilakukan di lapangan.

    d. Meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai hubungan antara teori dan

    penerapannya sehingga dapat memberikan bekal bagi mahasiswa untuk terjun

    ke masyarakat.

    e. Meningkatkan hubungan kerja sama yang baik antara perguruan tinggi,

    pemerintah, dan perusahaan.

    1.2.2 Tujuan Khusus Magang

    Tujuan khusus Magang pelaksanaan magang di PTPN X PG.

    Toelangan Sidoarjo adalah sebagai berikut :

    a. Meningkatkan pemahaman antara teori dan aplikasi lapangan mengenai proses

    pengolahan tebu menjadi gula di PTPN X PG. Toelangan Sidoarjo.

    b. Mengetahui dan mempraktekkan proses pembuatan Pupuk Kompos dari limbah

    blotong tebu.

    c. Memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja dalam merumuskan dan

    memecahkan permasalahan adanya limbah blotong dari proses pengolahan

    tebu menjadi gula di PTPN X PG. Toelangan Sidoarjo.

    1.3 Manfaat Magang

    Manfaat pelaksanaan magang di PTPN X PG. Toelangan Sidoarjo

    adalah sebagai berikut :

    a. Memperoleh gambaran tentang perusahaan dari segi proses produksi,

    manajemen, pemasaran, sanitasi, dan penanganan limbah blotong.

    b. Memperoleh pengalaman kerja secara langsung sehingga dapat digunakan

    sebagai bekal bagi mahasiswa ketika terjun di dunia kerja.

  • 4

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tebu

    Tanaman tebu termasuk salah satu anggota dari familia Gramineae, sub

    familia Andropogonae. Banyak ahli berpendapat bahwa tanaman tebu berasal dari

    Irian, dan dari sana menyebar ke kepulauan Indonesia yang lain, Malaysia,

    Filipina, Thailand, Burma, dan India. Dari India kemudian dibawa ke Iran sekitar

    tahun 600 M, dan selanjutnya oleh orang-orang Arab dibawa ke Mesir, Maroko,

    Spanyol, dan Zanzibar. Beberapa peneliti yang lain berkesimpulan bahwa

    tanaman ini berasal dari India berdasarkan catatan-catatan kuno dari negeri

    tersebut. Bala tentara Alexander the Great mencatat adanya tanaman di negeri itu

    ketika mencapai India pada tahun 325 SM (Tjokroadikoesoemo dan Baktir, 2005).

    Tebu merupakan bahan dasar dalam pembuatan gula. Gula yang dihasilkan

    dari tebu disebut dengan gula putih atau juga gula pasir karena berbentuk butiran

    butiran kristal putih. Klasifikasi ilmiah dari tanaman tebu adalah sebagai berikut

    (Parinduri, 2005) :

    Kingdome : Plantae

    Divisio : Spermathophyta

    Sub Divisio : Angiospermae

    Class : Monocotyledone

    Ordo : Glumiflorae

    Famili : Graminae

    Genus : Saccharum

    Spesies : Saccharum officinarum L.

    Proses terbentuknya rendemen gula di dalam batang tebu berjalan dari ruas

    ke ruas yang tingkat kemasakannya tergantung pada umur ruas. Ruas di awah

    (lebih tua) lebih banyak tingkat kandungan gulanya dibandingkan dengan ruas di

    atasnya (lebih muda), demikian seterusnya sampai ruas bagian pucuk. Oleh karena

    itu, tebu dikatakan sudah mencapai masak optimal apabila kadar gula di sepanjang

    batang telah seragam, kecuali beberapa ruas di bagian pucuk (Supriyadi, 1992).

  • 5

    2.2 Proses Pembuatan Gula

    Gula merupakan salah satu bahan makanan pokok di Indonesia. Rata rata

    manusia di Indonesia mengkonsumsi gula sebanyak 12 15 kg per tahun. Dengan

    semakin bertambahnya jumlah penduduk, tentu kebutuhan akan gula akan

    semakin meningkat pula. Di Indonesia gula kristal yang konsumsi sehari hari

    didominasi oleh gula tebu. Gula kristal ini dibuat dan diproses dari tanaman tebu.

    Proses pembuatan gula dari tebu memerlukan beberapa tahapan dan proses kimia

    serta mekanis. Kalau beras yang kita makan hanya dilakukan proses penggilingan

    dari gabah menjadi beras beda dengan pembuatan gula dari tebu yang harus

    dilakukan dalam skala pabrik. Untuk mengetahui langkah pembuatan gula dari

    tebu dapat di lihat di gambar di bawah.

    Gambar 2.1 Proses Pengelolaan Tebu

    (Untung. S, 2012)

    Menurut (Untung. S, 2012) Pada umumnya pemrosesan tebu di pabrik

    gula dibagi menjadi beberapa tahap yang dikenal dengan proses pemerahan

    (gilingan), pemurnian, penguapan, kristalisasi, pemisahan dan penyelesaian (sugar

    handling).

  • 6

    a. Gilingan

    Pada proses ini tebu yang ditebang dari kebun dicacah menggunakan alat

    pencacah tebu. Biasanya terdiri dari cane cutter, hammer shredder atau kombinasi

    dari keduanya. Tebu diperah menghasilkan nira dan ampas.

    b. Pemurnian

    Setelah tebu diperah dan diperoleh nira mentah (raw juice), lalu

    dimurnikan. Dalam nira mentah mengandung gula, terdiri dari sukrosa, gula invert

    (glukosa+fruktosa) ; zat bukan gula, terdiri dari atom-atom (Ca,Fe,Mg,Al) yang

    terikat pada asam-asam, asam organik dan an organik, zat warna, lilin, asam-asam

    kieselgur yang mudah mengikat besi, aluminium, dan sebagainya. Pada proses

    pemurnian zat-zat bukan gula akan dipisahkan dengan zat yang mengandung gula.

    Proses pemurnian ini dapat dilakukan secara fisis maupun kimiawi. Secara fisis

    dengan cara penyaringan sedangkan secara kimia melalui pemanasan, pemberian

    bahan pengendap. Pada proses pemurnian nira terdapat tiga buah jenis proses,

    yaitu : Defekasi,Sulfitasi, dan Karbonatasi.

    c. Penguapan

    Penguapan dilakukan dalam bejana evaporator. Tujuan dari penguapan

    nira jernih adalah untuk menaikkan konsentrasi dari nira mendekati konsentrasi

    jenuhnya. Pada proses penguapan menggunakan multiple effect evaporator

    dengan kondisi vakum. Penggunaan multiple effect evaporator dengan

    pertimbangan untuk menghemat penggunaan uap. Produk yang dihasilkan dalam

    proses penguapan adalah nira kental .

    d. Kristalisasi

    Proses kristalisasi adalah proses pembentukan kristal gula. Sebelum

    dilakukan kristaliasi dalam pan masak ( crystallizer ) nira kental terlebih dahulu

    direaksikan dengan gas SO2 sebagai bleaching dan untuk menurunkan viskositas

    masakan (nira).

  • 7

    e. Pemisahan (Centrifugal Process)

    Setelah masakan didinginkan proses selanjutnya adalah pemisahan. Proses

    pemisahan kristal gula dari larutannya menggunakan alat centrifuge atau puteran.

    Pada alat puteran ini terdapat saringan, sistem kerjanya yaitu dengan

    menggunakan gaya sentrifugal sehingga masakan diputar dan strop atau larutan

    akan tersaring dan kristal gula tertinggal dalam puteran. Pada proses ini dihasilkan

    gula kristal dan tetes. Gula kristal didinginkan dan dikeringakan untuk

    menurunkan kadar airnya.

    2.3 Limbah Blotong Tebu Pabrik Gula

    Pada pemrosesan gula dari tebu menghasilkan limbah atau hasil samping,

    antara lain ampas, blotong dan tetes. Ampas berasal dari tebu yang digiling dan

    digunakan sebagai bahan bakar ketel uap. Blotong atau filter cake adalah endapan

    dari nira kotor yang di tapis di rotary vacuum filter, sedangkan tetes merupakan

    sisa sirup terakhir dari masakan yang telah dipisahkan gulanya melalui kristalisasi

    berulangkali sehingga tak mungkin lagi menghasilkan kristal.

    Salah satu limbah yang dihasilkan PG dalam proses pembuatan gula

    adalah blotong, limbah ini keluar dari proses dalam bentuk padat mengandung air

    dan masih ber temperatur cukup tinggi, berbentuk seperti tanah, sebenarnya

    adalah serat tebu yang bercampur kotoran yang dipisahkan dari nira. Komposisi

    blotong terdiri dari sabut, wax dan fat kasar, protein kasar,gula, total abu,SiO2,

    CaO, P2O5 dan MgO (Kurnia R, 2010).

    Gambar 2.2 Limbah Blotong Tebu

    (Kurnia R, 2010)

    Blotong adalah hasil endapan dari nira kotor (sebelum dimasak dan

    dikristalkan menjadi gula pasir) yang disaring di rotary vacuum filter. Blotong

  • 8

    merupakan limbah pabrik gula berbentuk padat seperti tanah berpasir berwarna

    hitam, mengandung air, dan memiliki bau tak sedap jika masih basah. Bila tidak

    segera kering akan menimbulkan bau busuk yang menyengat. Blotong masih

    banyak mengandung bahan organik mineral, serat kasar, protein kasar, dan gula

    yang masih terserap di dalam kotoran itu (Hamawi, 2005; Kurnia, 2010;

    Purwaningsih, 2011).

    Menurut Kuswurj (2009), di antara limbah pabrik gula yang lain, blotong

    merupakan limbah yang paling tinggi tingkat pencemarannya dan menjadi

    masalah bagi pabrik gula dan masyarakat. Limbah ini biasanya dibuang ke sungai

    dan menimbulkan pencemaran karena di dalam air bahan organik yang ada pada

    blotong akan mengalami penguraian secara alamiah, sehingga mengurangi kadar

    oksigen dalam air dan menyebabkan air berwarna gelap dan berbau busuk. Oleh

    karena itu, jika blotong dapat dimanfaatkan akan mengurangi pencemaran

    lingkungan.

    2.4 Pengelolaan Limbah Blotong Tebu

    a. Pupuk Organik

    Selama ini pemanfaatan blotong umumnya adalah sebagai pupuk organik,

    dibeberapa PG daur ulang blotong menjadi pupuk yang kemudian digunakan

    untuk produksi tebu di wilayah-wilayah tanam para petani tebu. Proses

    penggunaan pupuk organik ini tidak rumit, setelah dijemur selama beberapa

    minggu / bulan untuk diaerasi di tempat terbuka, dimaksudkan untuk mengurangi

    temperatur dan kandungan Nitrogen yang berlebihan. Dengan tetap menggunakan

    pupuk anorganik sebagai starter, maka penggunaan pupuk organik blotong ini

    masih bisa diterima oleh masyarakat (Kurnia R, 2010).

    Blotong dapat digunakan langsung sebagai pupuk, karena mengandung

    unsur hara yang dibutuhkan tanah. Untuk memperkaya unsur N blotong dikompos

    dengan ampas tebu dan abu ketel (KABAK). Pemberian ke tanaman tebu

    sebanyak 100 ton blotong atau komposnya per hektar dapat meningkatkan bobot

    dan rendemen tebu secara signifikan. Kandungan hara kompos ampas tebu

    (KAT), blotong dan komposdari ampas tebu, blotong dan abu ketel (KABAK)

    disajikan pada Tabel 1.

  • 9

    Tabel 2.1 Hasil Analisis Kimia KAT, Blotong dan KABAK.

    Analisis KAT Blotong KABAK

    pH 7,32 7,53 6,85

    Karbon (C). % 16,63 26,51 26,51

    Nitrogen (N). % 1,04 1,04 1,38

    Nisbah C/N 16,04 25,62 15,54

    Fosfat (P2O5). % 0,421 6,142 3,020

    Kalium (K2O). % 0,193 0,485 0,543

    Natrium (Na2O). % 0,122 0,082 0,103

    Kalsium (Ca). % 2,085 5,785 4,871

    Magnesium (Mg). % 0,379 0,419 0,394

    Besi (Fe). % 0,251 0,191 0,180

    Mangan (Mn). % 0,066 0,115 0,090

    (Kurnia R, 2010)

    Menurut Nahdodin (2008), rata-rata standar produksi blotong pada

    masing-masing pabrik gula umumnya sebesar 2,5% tebu. Pada tahun 2008, lima

    puluh tujuh pabrik gula di Indonesia diperkirakan menghasilkan blotong lebih dari

    satu juta ton dan abu ketel lebih dari tiga puluh empat ribu ton. Berdasarkan

    jumlah blotong dan abu yang dihasilkan di atas maka dapat diperkirakan bahwa

    dari kedua jenis limbah tersebut dapat dihasilkan kompos sekitar enam ratus ribu

    ton. Jumlah blotong yang besar tersebut berpotensi untuk dijadikan pupuk

    organik yang potensial. Namun sementara ini, pemanfatan blotong sebagai pupuk

    organik masih belum maksimal dan penggunanya pun terbatas. Hal ini disebabkan

    karena pengolahan limbah blotong menjadi pupuk organik masih bisa dikatakan

    hanya asal-asalan, masih belum ditangani dengan menggunakan satu proses yang

    baik dan benar sehingga pupuk organik yang dihasilkan, masih belum sempurna.

    Selain itu, juga karena minimnya pengetahuan petani akan manfaat penggunaan

    pupuk organik dari bahan blotong.

    Blotong harus dikomposkan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai

    pupuk organik tanaman tebu. Pengomposan merupakan suatu metode untuk

    mengkonversikan bahan-bahan organik komplek menjadi bahan yang lebih

    sederhana dengan menggunakan aktivitas mikroba. Pengomposan dapat dilakukan

  • 10

    pada kondisi aerobic dan anaerobik. Pengomposan aerobik adalah dekomposisi

    bahan organik dengan kehadiran oksigen (udara). Produk utama dari metabolis

    biologi aerobik adalah karbondioksida, air dan panas. Pengomposan anaerobik

    adalah dekomposisi bahan organik dalam kondisi ketidakhadiran oksigen bebas.

    Produk akhir metabolis anaerobik adalah metana, karbondioksida, dan senyawa

    intermediate seperti asam-asam organic dengan berat molekul rendah.

    b. Pengganti Kayu Bakar

    Pada perkembangan selanjutnya, Studi pemanfaatan blotong sebagai

    pengganti kayu bakar mulai dilirik setelah kampanye penggunaan energi alternaif

    didengungkan. Pemanfaatan blotong sebagai kayu bakar, sebenarnya sudah lama

    dijalankan oleh masyarakat di sekitar PG, hal ini diawali dari pengalaman mereka

    setelah melihat bahwa blotong bisa terbakar, dan timbulah pemikiran untuk

    memanfaatkan blotong sebagai pengganti kayu bakar dengan cara menghilangkan

    kadar air yang terkandung didalamnya.\ untuk memudahkan dalam penggunaanya

    sebagai kayu bakar, mereka mencetak dalam ukuran yang mudah diangkut dan

    sesuai dengan ukuran mulut kompor didapur mereka,

    Proses pembuatan blotong pengganti kayu bakar sangat sederhana, limbah

    blotong dari pabrik yang masih panas, diangkut dengan dump truk menuju lokasi

    pengrajin/pembuat blotong kayu bakar, blotong ini kemudian dijemur di terik

    matahari selama 2 3 minggu dengan intensitas matahari penuh. Sebelum total

    kering, lapisan blotong ini dipadatkan dengan tujuan untuk mempersempit pori

    dan membuang sisa kandungan air, kemudian dipotong seukuran batu bata untuk

    memudahkan pengangkutan. Setelah dirasa cukup kering pada satu permukaan,

    bata blothong ini dibalik, sStudi sisi lainnya juga kering. Hasil yang diperoleh dari

    proses ini adalah blothong seukuran batu bata yang bobotnya ringan karena

    kandungan airnya sudah hilang. Penggunaan, untuk keperluan memasak di

    kompor tanah mereka, blothong kering tersebut masih harus dipotong menjadi

    ukuran yang lebih kecil menyesuaikan lubang pemasukan kompor. Dari satu rit

    blothong tersebut, setelah diolah dan kering, kemudian dipindahkan ke dapur

    sebagai cadangan kayu bakar. Cadangan blothong / kayu bakar ini cukup untuk

  • 11

    memenuhi kebutuhan memasak sampai dengan musim giling tahun depan (Kurnia

    R, 2010).

    c. Pakan Ternak

    Blotong dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein. Kandungan protein

    dari nira sekitar 0.5 % berat zat padat terlarut. Dari kandungan tersebut telah

    dicoba untuk melakukan ekstraksi protein dari blotong dan ditemukan bahwa

    kandungan protein dari blotong yang dipress sebesar 7.4 %. Protein hanya dapat

    diekstrak menggunakan zat alkali yang kuat seperti sodium dodecyl sulfate.

    Kandungan dari protein yang dapat diekstrak antara lain albumin 91.5 %; globulin

    1 %; etanol terlarut 3 % dan protein terlarut 4 %. Dengan demikian blotong dapat

    juga digunakan sebagai pakan ternak dengan cara dikeringkan dan dipisahkan

    partikel tanah yang terdapat didalamnya. Untuk menghindari kerusakan oleh

    jamur dan bakteri blotong yang dikeringkan harus langsung digunakan dalam

    bentuk pellet (Kurnia R, 2010).

    d. Briket

    Pada saat ini pemanfaatan blotong antara lain sebagai bahan bakar

    alternative dalam bentuk briket. Untuk pembuatan briket blotong dipadatkan lalu

    dikeringkan. Keuntungan menggunakan briket blotong adalah harganyayang lebih

    murah daripada kayu bakar dan bahan bakar lain. Akan tetapi untuk membuat

    briket ini diperlukan waktu cukup lama antara 4 sampai 7 hari pengeringan, selain

    itu juga tergantung dari kondisi cuaca. Pada saat ini semakin banyak masyarakat

    yang memanfaatkan blotong sebagai bahan bakar rumah tangga pengganti

    MITAN dan kayu bakar. Kedepannya perlu ada kajian apakah briket blotong ini

    juga bisa digunakan sebagai bahan bakar ketel sehingga dapat mengurangi

    konsumsi bahan bakar minyak PG (Kurnia R, 2010).

    2.5 Proses Pembuatan Kompos dari Blotong

    Pada dasarnya pembuatan kompos cukup sederhana (berbeda dengan

    pengelolaan limbah cair), dengan menumpuk bahan-bahan organik maka bahan-

    bahan tersebut akan menjadi kompos dengan sendirinya, namun proses tersebut

  • 12

    akan berlangsung lama. Mengingat adanya perubahan-perubahan yang terjadi saat

    pembentukan kompos maka pembentukan kompos dapat lebih dipercepat,

    tentunya dengan memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi seperti

    bahan baku, suhu, nitrogen, dan kelembaban (Deptan, 2007).

    Pengomposan adalah dekomposisi dengan menggunakan aktivitas

    mikroba; oleh karena itu kecepatan dekomposisi dan kualitas kompos tergantung

    pada keadaan dan jenis mikroba yang aktif selama proses pengomposan. Kondisi

    optimum bagi aktivitas mikroba perlu diperhatikan selama proses pengomposan,

    misalnya aerasi, kelembaban, media tumbuh dan sumber makanan bagi mikroba.

    Menurut (Leovici, H. 2012) pembuatan kompos dilakukan dengan

    pencampuran bahan baku asal limbah pabrik gula, antara lain: serasah, blotong

    dan abu ketel, serta menambahkan bahan aktivator berupa mikroorganisme yang

    terdiri dari: campuran bakteri, fungi, aktinomisetes, kotoran ayam, dan kotoran

    sapi. Proses pengolahan ini dilakukan secara biologis karena memanfaatkan

    mikroorganisme sebagai agen pengurai limbah. Pembuatan blotong untuk pupuk

    organik telah banyak dilakukan oleh pabrik gula. Pada proses pembuatannya

    diperlukan kotoran ternak, bioaktovator dan zeolit. Penggunaan bioaktivator ini

    akan menghasilkan kompos yang lebih kaya akan unsur hara (N, P dan K)

    sehingga dapat memperngaruhi produktivitas tanaman. Pada tahapan proses

    pengomposan, pada minggu pertama dilakukan pembalikan pada tumpukan

    blotong, kemudian pada minggu ke-2 dilakukan pembalikan, sampai minggu ke-3.

    Setiap pembalikan dilakukan dengan pengaduk atau aerator selama 3-4 jam.

    Berdasarkan prosedur pembuatan pupuk kompos, bahan pupuk terdiri dari

    tumpukan berisi 60 kg serasah, 300 kg blotong, dan 100 kg abu ketel. Bahan-

    bahan tersebut dimasukkan ke dalam cetakan berbentuk kotak dengan ukuran

    bawah 1,5 x 1,5 m; ukuran atas 1 m x 1 m serta tinggi 1,25 m. Sebelum dicetak,

    daun tebu dipotong-potong sehingga panjangnya kurang dari 5 cm. Semua bahan

    dicampur rata, kemudian ditambah 5 kg TSP dan 10 kg Urea. Untuk menjaga

    kelembaban dilakukan penambahan air.

    Pemberian aktivator pada setiap tumpukan masing-masing sebanyak 10 kg

    campuran mikroorganisme selulolitik, yaitu 5 kg fungi; 2,5 kg bakteri dan 2,5 kg

    aktinomisetes. Aktivator ditabur bersamaan dengan saat memasukkan bahan

  • 13

    kompos ke dalam cetakan. Setelah tercetak, kemudian di setiap tumpukan diberi

    lubang aerasi pada masing-masing sisi dan bagian atas tumpukan dengan cara

    menusukkan sebatang bambu. Pembalikan tumpukan kompos dilakukan dua

    minggu sekali. Hal ini dimaksudkan untuk membantu memperlancar sirkulasi

    udara ke bagian tengah kompos, sehingga dapat mempercepat pertumbuhan

    mikroorganisme selulolitik. Setiap dua minggu dengan menganalisa nisbah C/N

    dan pH sampai diperoleh nisbah C/N sekitar 12-20 dan pH mendekati netral.

    Proses pengomposan harus dikontrol oleh suhu dan kelembaban yang tepat. Jika

    tidak sesuai maka proses pengomposan menjadi tidak sempurna. Setelah

    pengomposan, kompos blotong menjadi lebih kering dan setelah itu dilakukan

    pengayakan (Leovici, H. 2012)

  • 14

    III. METODE PELAKSANAAN

    3.1 Nama Kegiatan

    Magang mahasiswa S1 Minat Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian

    Universitas Brawijaya Malang di PTPN X PG. Toelangan Sidoarjo .

    3.2 Waktu dan Tempat

    Kegiatan Magang Kerja ini dilaksanakan di PTPN X PG. Toelangan

    Sidoarjo. Waktu pelaksanaan magang kerja dilaksanakan pada tanggal 14 Juli

    2014 sampai dengan tanggal 14 Oktober 2014.

    3.3 Prosedur Pelaksanaan

    Dalam menunjang penulisan hasil magang kerja dalam bentuk laporan

    mingguan dan laporan akhir magang kerja, maka diperlukan beberapa metode

    pelaksanaan, yaitu :

    1. Observasi Lapang

    Metode ini bertujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi serta

    mengidentifikasi masalah yang ada secara langsung. Observasi mengenai

    keadaan umum dan kegiatan yang ada di PTPN X PG. Toelangan Sidoarjo.

    2. Partisipasi Aktif

    Keikutsertaan dalam kegiatan reklamasi lahan bekas tambang batu

    bara sesuai dengan kegiatan yang ada di PTPN X PG. Toelangan Sidoarjo.

    3. Wawancara

    Wawancara merupakan bentuk pelaksanaan praktek kerja langsung

    untuk memperoleh penjelasan dan pemahaman dari kegiatan yang dilakukan

    serta memperoleh keterangan dari pihak instansi mengenai hal-hal yang ingin

    diketahui dan dibutuhkan yang berkaitan dengan tujuan praktek baik secara

    langsung maupun tidak langsung.

    Pengumpulan data dari praktek kerja langsung meliputi penelusuran

    data-data yang terkait, yaitu:

    1. Pengumpulan data primer

  • 15

    Pengumpulan data dilakukan dengan mengamati dan ikut serta praktek

    kerja secara langsung yang sesuai dengan aktivitas yang sedang

    berlangsung di PTPN X PG. Toelangan Sidoarjo .

    2. Pengumpulan data sekunder

    Data sekunder didapatkan dari pengumpulan data dengan

    menggunakan metode dokumenter, yaitu data yang diperoleh berasal dari

    literatur, pengambilan gambar terhadap kegiatan yang di lakukan di

    instansi dan arsip.

    3. Studi Pustaka

    Studi pustaka dilakukan dengan penelusuran referensi sebagai bahan

    pelengkap, pendukung dan pembanding serta konsep dalam pemecahan

    masalah.

    4. Penyusunan laporan

  • 16

    IV. JADWAL PELAKSANAAN MAGANG

    Jadwal pelaksanaan atau time schedule pelaksanaan magang di PTPN X PG. TOELANGAN Sidoarjo.

    No Judul Kegiatan Juni Juli Agustus September Oktobe

    r

    Novemb

    er

    Desember

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    1. Persiapan Magang Kerja

    2. Pelaksanaan Magang Kerj a

    3.

    Supervisi dosen Pembimbing / Panitia

    Magang Kerja

    4. Analsis informasi data dan laporan

    kemajuan/Konsultasi dg Pembimbing

    5. Pembuatan draft laporan akhir

    6. Evaluasi Keberhasilan Magang Kerja oleh

    Pembimbing Lapangan

    7. Konsultasi dengan dosen pembimbing

    8. Seminar hasil dan evaluasi hasil Magang

    Kerja

  • 17

    9. Laporan Akhir yang di tandan tangani

    dosen lapangan, dosen pembimbing, dan

    Ketua Jurusan

  • 18

    V. PENUTUP

    Demikian proposal magang bidang pertanian ini kami susun, untuk

    diajukan sebagai pertimbangan pihak instansi/ lembaga/ perusahaan untuk dapat

    dipahami bersama dan dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam

    melaksanakan magang, sehingga kami dapat melaksanakan magang di PTPN X

    PG. Toelangan Sidoarjo .

    Proposal ini masih bersifat fleksibel, segala hal dan ketentuan yang belum

    ada dan tercakup dalam proposal ini, dapat direncanakan dan disusun kemudian

    berdasarkan kesepakatan bersama sesuai dengan kegiatan yang akan

    dilaksanakan di instansi/ lembaga/ perusahaan, situasi dan kondisi yang terjadi

    baik di universitas maupun di instansi/ lembaga/ perusahaan.

  • 19

    DAFTAR PUSTAKA

    Deptan. 2007. Pedoman Teknis Pemanfaatan Limbah Perkebunan Menjadi Pupuk

    Organik. Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian, Jakarta.

    Hamawi. 2005. Blotong, Limbah Busuk Berenergi.

    .

    Diakses pada tanggal 5 Juli 2014.

    Kurnia, W. R. 2010. Pengolahan dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Gula dalam

    rangka Zero Emission. . Diakses pada

    tanggal 5 Juli 2014.

    Kuswurj, R. 2009. Blotong dan Pemanfaatannya.

    . Diakses pada tanggal 5 Juli

    2014.

    Leovici, H. 2012. Pemanfaatan Blotong Pada Budidaya Tebu (Saccharum

    Officinarum L.) Di Lahan Kering. Makalah Semiar Umum. Universitas

    Gadjah Mada, Yogyakarta

    Nahdodin, S. H., I. Ismail, dan J. Rusmanto. 2008. Kiat Mengatasi Kelangkaan

    Pupuk untuk Mempertahankan Produktivitas Tebu dan Produksi Gula

    Nasional.. Diakses pada tanggal 5 Juli 2014.

    Parinduri, S. 2005. Respon tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) terhadap

    pemberian blotong yang diperkaya dengan bakteri pelarut fosfat dan

    azospirillum. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor,

    Bogor

    Purwaningsih, E. 2011. Pengaruh pemberian kompos blotong, legin, dan mikoriza

    terhadap serapan hara N dan P tanaman kacang tanah. Widya Warta No

    02 Tahun XXXV.

    Supriyadi, A. 1992. Rendemen Tebu Liku-Liku Permasalahannya. Kanisius,

    Jakarta.

    Tjokroadikoesoemo dan Baktir, 2005. Ekstraksi Nira Tebu. Yayasan

    Pembangunan Indonesia Sekolah Tinggi Teknologi Industri. Surabaya

    Untung. S, 2012. Proses Pembuatan Gula Pasir dari Tebu.

    . Diakses Tanggal 5 Juli 2014

  • 20

    LAMPIRAN

    Data Pelaksana Magang

    1. Data Diri

    Nama Lengkap : Anita Nur Khoiriyah

    Nama Panggilan : Anita

    Alamat Asal : Jln Masjid RT 02/RW 03 Desa Karangkembang

    Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan

    Alamat Malang : Jln Sumbersari Gg 2 no 88 Malang

    Tempat, TanggalLahir : Lamongan, 02 Januari 1993

    No. Telpon : 085706038683

    E-mail : [email protected]

    Status : Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Lahan

    Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

    Agama : Islam

    2. Riwayat Pendidikan:

    No Sekolah Alamat Tahun Lulus

    1 MI. Ihyaul Ulum Karangkembang, Babat 2005

    3 MTs. Negeri Model Babat Babat,Lamongan

    2008

    4 MA. Negeri Babat Babat, Lamongan

    2011

    5 Universitas Brawijaya Malang

    -

  • 21

    3. Pengalaman Organisasi:

    No Organisasi Jabatan Tahun

    1. Palang Merah Remaja (PMR) Anggota 2008-2010

    2. Pecinta Alam Anggota 2008-2010

    3. Ikatan Mahasiswa Pecinta Alam

    (IMPALA UB)

    Divisi ORAD 2011-2012

    4. Pengalaman Kepanitiaan:

    No Kepanitiaan Jabatan Tahun

    1. Olimpiade Brawijaya Transkoper 2012

    2. Brawijaya Internasional Agriculture Transkoper 2012

    3. Pekan Riset Ilmiah Mahasiswa Transkoper 2-13

    5. Penguasaan :

    Microsoft Word 1997-2010

    Microsoft Excel 1997-2010

    Microsoft PowerPoint 1997-2010

    Photoshop CS4

    ArcGIS 9.3

    Malang, 7 Juli 2014

    Anita Nur Khoiriyah

    115040201111218

    2