Proposal Jabon

download Proposal Jabon

of 9

Transcript of Proposal Jabon

PendahuluanHutan rakyat Indonesia keberadaannya mulai diperhitungkan seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perluasan industri perkayuan. Dengan pasokan kayu dari hutan alam yang semakin menurun, maka pengembangan hutan rakyat merupakan salah satu solusi yang sangat strategis melalui optimalisasi pemanfaatan lahan. Peranan hutan rakyat sangat penting bagi pemilik dan pemerintah karena : 1) Meningkatkan pendapatan petani di kawasan perdesaan 2) Memanfaatkan secara maksimal dan lestari lahan-lahan yang tidak produktif 3) Menghasilkan kayu bahan bangunan dan bahan baku industri (plywood, furniture, dll) 4) Mempercepat usaha rehabilitasi lahan 5) Menghasilkan kayu bakar bagi bahan bakar rumah tangga pedesaan 6) Membantu peresapan air di tempat-tempat recharge area. Mengingat peran yang sangat penting dari hutan rakyat, pembinaan dan pengembangan hutan rakyat harus berdasarkan karakteristik kawasan lahan di lapangan, baik karakter fisik lahan, sosial dan ekonomi setiap lokasi, sehingga hutan rakyat sebagai sumber daya alam tetap lestari yang mencakup lestari hasil, lestari pendapatan dan lestari lingkungan.

Pengertian Hutan Rakyat sebagaimana yang termaktub dalam Undang-undang No.41 tahun 1999 dan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.49/kpts-II/1997 adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik dengan ketentuan minimal 0,25 ha dan penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan minimal 50% dan atau pada tahun pertama jumlah batang minimal 500 batang/ha. Pada intinya hutan rakyat adalah hutan yang dibangun pada lahan milik atau gabungan dari lahan milik yang ditanami pohon dengan pembinaan dan pengelolaannya dilakukan oleh pemiliknya atau suatu badan usaha seperti koperasi, dengan berpedoman kepada kententuan-ketentuan yang sudah digariskan pemerintah. Sebagian besar wilayah Kec. Cikadu dan mayoritas wilayah Cianjur Selatan merupakan daerah hutan sekunder dimana pada musim kemarau hampir separuh dari hutan-hutan tersebut mengalami kekeringan. Sebagian lahan hutan juga terancam menjadi lahan kritis karena gundul, sehingga mengakibatkan terjadinya erosi dan longsor di beberapa daerah. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, yaitu: Lahan kritis di areal pertanian (kebun), yang disebabkan petani tidak mampu menggarap lahan kebunnya pada musim kemarau karena kurangnya air. Hutan gundul dan morfologi tanah yang lebih banyak mengandung batu-batuan.

Investasi Pengembangan Kawasan Perdesan Melalui Hutan Rakyat Tanaman JabonDi wilayah Kecamatan Cikadu memiliki potensi pengembangan hutan rakyat seluas 2.000 ha, yang saat ini merupakan areal lahan transmigrasi lokal dari pindahan penduduk Jatigede, Sumedang. Transmigran lokal tersebut idealnya diwadahi dalam lembaga koperasi sebagai badan yang akan melakukan kerjasama dengan pihak investor dalam Pengembangan Hutan Rakyat dengan Komoditas Unggulan Tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba). Tanaman jabon tergolong tumbuhan pionir sebagaimana sengon. Ia dapat tumbuh di tanah liat, tanah lempung podsolik cokelat, atau tanah berbatu. yang terkena proyek

Investasi Usaha Hutan Tanaman Jabon sebagai pelaku penyedia bahanbaku tanamanan industri pada kebutuhan industri-industri pengolahan kayu, kertas maupun industri pengolahan yang bersumber dari bahan baku kayu merupakan langkah bijak, dapat memberikan harapan kesejahteraan yang cerah dengan sumber pendapatan/ profit yang tinggi.

Jabon pada saat ini dan untuk kedepannya diandalkan sebagai bahanbaku dalam perindustrian kayu, karena Jabon memiliki keunggulan dibangdingkan kayu unggulan lainnya, baik dari pertumbuhan, struktur, maupun mutu kayunya, dan dari sisi ekonomisnya, pohon jabon juga dapat dipanen dengan cepat, mudah dirawat, dan harganya juga bernilai tinggi.

Di Indonesia Jabon dikenal sebagai kelempayan. Tanaman ini terdapat di pulau Jawa, Sumantera, Kalimantan, Sumbawa dan Irian Jaya. Tanaman yang termasuk famili Rubiaceae ini tumbuh baik pada ketinggian 0 1 000 m dpl, pada jenis tanah lempung, podsolik cokelat, dan aluvial lembab yang yang umumnya terdapat di sepanjang sungai yang beraerasi baik. Jabon adalah jenis pohon cahaya (light-demander) yang cepat tumbuh. Pada umur 3 tahun tingginya dapat mencapai 9 m dengan diameter 11 cm. Di alam bebas, pohon Jabon pernah ditemukan mencapai tinggi 45 m dengan diameter lebih dari 100 cm. Bentuk

tajuk seperti payung dengan sistem percabangan melingkar.Daunnya tidak lebat. Batang lurus silindris dan tidak berbanir. Kayunya berwarna putih krem sampai sawo kemerah-merahan, mudah diolah, lunak dan ringan. Jabon berbuah setahun sekali. Musim berbungannya pada bulan Januari-Juni dan buah masak pada bulan Juli-Agustus dengan jumlah buah majemuk per kg 33 buah.

Pola KerjasamaPemerintah Menerbitkan PP No.6 Tahun 2007 tentang HTR Hutan Tanaman Rakyat, terutama salah satunya adalah HTR Pola Mandiri, untuk jenis tanaman masyarakat diberi kebebasan dalam memilih, namun disarankan tanaman yang mempunyai daur (umur) pendek 8 tahun, memiliki nilai ekonomi tinggi serta mudah dalam pemasarannya. Pada proposal ini dipilih HTR Pola Kemitraan antara investor dengan petani pemilik lahan. Mitra Investor : Menyediakan sarana produksi mulai dari bibit pohon Jabon, biaya penanaman, biaya pemeliharaan tanaman, sampai penebangan pohon siap panen. Memasarkan produksi kayu hasil panen dengan harga yang disepakati bersama petani pemilik lahan. Memberikan prioritas menggunakan tenaga terampil dari pihak petani pemilik lahan. Berkewajiban membina dan melatih budidaya tanaman Jabon kepada petani pemilik lahan. Memperoleh hak hasil penjualan kayu sebesar 60 % setelah dipotong pajak penjualan.

Petani Pemilik Lahan : Memiliki lahan yang sesuai bagi budidaya tanaman Jabon minimal 5.000 m2 (fotocopy KTP, KK, tanda kepemilikan lahan antara lain berupa sertifikat ataupun girik sebagai syarat perjanjian di hadapan notaris). Menanggung pajak bumi lahan yang digunakan sebagai areal pertanaman. Memperoleh hak hasil penjualan sebesar 40% setelah dipotong pajak penjualan.

Asumsi Biaya Budidaya Pohon JabonInvestasi Usaha Hutan Tanaman Jabon sebagai pelaku penyedia bahan baku tanamanan industri pada kebutuhan industri-industri pengolahan kayu, kertas maupun industri pengolahan yang bersumber dari bahan baku kayu merupakan langkah bijak, dapat memberikan harapan kesejahteraan yang cerah dengan sumber pendapatan/ profit yang tinggi. Jabon merupakan satu diantara kayu unggulan dimana pada saat ini dan untuk kedepannya Jabon diandalkan sebagai bahan baku dalam perindustrian kayu, karena Jabon memiliki keunggulan dibangdingkan kayu unggulan lainnya, baik dari pertumbuhan, struktur, maupun mutu kayunya, dan dari sisi ekonomisnya, pohon jabon juga dapat dipanen dengan cepat, mudah dirawat, dan harganya juga bernilai tinggi.

Asumsi Pendapatan Kayu Pohon Jabon

1 Ha dengan populasi panen 625 pohon Waktu panen 6 tahun Diameter batang rata-rata 45 cm Tinggi batang 12 meter Volume kayu 550 m3 Prediksi harga rata-rata Rp. 1.300.000,-/m3

Penghasilan dari 1 hektar Rp. 715.000.000,-

Pendapatan Investor per Ha: 60 % = Rp. 429.000.000,Pendapatan Petani per Ha : 40 % = Rp. 286.000.000,-

Budidaya Tumpangsari Pangan