Proposal hubungan interpersonal

download Proposal hubungan interpersonal

of 19

description

skripsi, proposal, hubungan interpersonal, bimbingan kelompok, media audio visual, panti asuhan, layanan konseling, media pembelajaran

Transcript of Proposal hubungan interpersonal

PERAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP KEMAMPUAN HUBUNGAN INTERPERSONAL PADA ANAK-ANAK

PERAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP KEMAMPUAN HUBUNGAN INTERPERSONAL PADA ANAK-ANAK

PANTI ASUHAN AISYAH SIMO

BOYOLALI TAHUN 2015-2016I. PENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahKemampuan hubungan interpersonal pada anak perlu dikembangkan semenjak dari anak-anak. Anak-anak Panti Asuhan adalah anak-anak yang memiliki problem dalam keluarga, dimana mereka tidak memilik orang tua secara utuh dan bahkan tidak ada orang tua sama sekali. Peran orang tua dalam pembelajaran hubungan interpersonal, tidak mungkin dapat diharapkan lagi. Keberadaan panti menjadi satu-satunya harapan bagi anak-anak dipanti asuhan. Anak-anak panti asuhan menggantungkan adanya layanan dan bimbingan dalam membentuk kemampuan hubungan interpersonal pada diri anak-anak panti asuhan.

Layanan bimbingan konseling di panti asuhan, selama ini hanya dilaksanakan tanpa ada program yang terstruktur, artinya bimbingan diberikan ketika terjadi sebuah peristiwa atau kejadian saja. Hal ini disebabkan karena jumlah anak dipanti asuhan sangat banyak, sedang penyediaan tenaga bimbingan dan konseling difungsikan oleh pengasuh atau pengurus Panti saja, dimana pengasuh dan pengurus tersebut juga belum tentu memiliki kemampuan dalam layanan bimbingan dan konseling.

Banyak metode yang dapat dilakukan dalam layanan bimbingan dan konseling. Mengingat banyaknya anak-anak di Panti, maka metode bimbingan kelompok menjadi alasan layanan bimbingan di Panti Asuhan. Selain metode bimbingan kelompok, penggunaan multimedia audio visual, juga digunakan dalam membantu meningkatkan kemampuan hubungan interpersonal, karena dengan multimedia tersebut, anak-anak lebih mudah dalam menerima dan mencerna pemahanan materi bimbingan. Peran layanan konseling dalam bimbingan kelompok pada peningkatan kemampuan hubungan interpersonal melalui media audio visual. Pada penelitian terdahulu, metode bimbingan kelompok dapat membantu meningkatkan prestasi belajar, yaitu Penelitian yang dilakukan oleh Budiman (2013) berjudul Pengaruh Media Pembelajaran Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Mahaanak. Hal inilah yang kemudian memberikan inspirasi untuk mengembangkan penelititan dalam penerapan di lingkungan Panti dengan pengembangan penelitian pada kemampuan hubungan interpersonal, ke dalam judul Peran Layanan Bimbingan Kelompok Melalui Media Audio Visual terhadap Kemampuan Hubungan Interpersonal Pada Anak-Anak Panti Asuhan Aisyah Simo Boyolali Tahun 2015-2016B. Identifikasi Masalah

Anak-anak panti asuhan Aisyah Simo Boyolali tidak memperoleh bimbingan hubungan interpersonal dari orang tuanya. Permasalahannya, anak-anak panti asuhan perlu diberikan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan hubungan interpersonal.C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada Peran Layanan Bimbingan Kelompok Melalui Media Audio Visual terhadap Kemampuan Hubungan Interpersonal Pada Anak-Anak Panti Asuhan Aisyah Simo Boyolali Tahun 2015-2016.D. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, rumusan masalah dalam peneltian ini adalah Peran Layanan Bimbingan Kelompok Melalui Media Audio Visual terhadap Kemampuan Hubungan Interpersonal Pada Anak-Anak Panti Asuhan Aisyah Simo Boyolali Tahun 2015-2016.E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui Peran Layanan Bimbingan Kelompok Melalui Media Audio Visual terhadap Kemampuan Hubungan Interpersonal Pada Anak-Anak Panti Asuhan Aisyah Simo Boyolali Tahun 2015-2016F. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi teori tentang layanan konseling bimbingan kelompok di panti asuhan.

2. Praktis

Memberikan masukan bagi pengelola panti asuhan dalam memberikan layanan bimbingan dalam meningkatkan kemampuan hubungan interpersonal.

II. Kerangka TeoritisA. Deskripsi Teori

Secara garis besar, kerangka teori dikembangkan dari definisi layanan konseling, multimedia audio visual dan kemampuan hubungan interpersonal.

1. Layanan Bimbingan dan Konseling

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada murid dengan memperhatikan murid itu sebagai individu dan makhluk sosial, serta memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individu agar murid itu dapat membuat tahap seoptimal mungkin dalam proses perkembangannya dan agar ia dapat menolong dirinya, menganalisa dan menemukan masalah-masalah temuannya itu demi memajukan kebaha-giaan hidup terutama ditekankan pada kesejahteraan jiwa (mental), Balitbang, (1978 : 2). Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang ditujukan kepada individu atau kelompok anak agar yang bersangkutan dapat mengenali dirinya sendiri, baik kemampuan yang dimilikinya maupun kelemahannya agar selanjutnya dapat mengambil keputusan dan dapat bertanggungjawab dalam menentukan jalan hidupnya atau memecahkan sendiri kesulitan yang dihadapi serta dapat memahami lingkungannya, secara tepat sehingga dapat memperoleh kebahagiaan hidupnya.

Bimbingan kelompok adalah bimbingan yang diberikan dan memungkinkan sejumlah peserta didik (Konseli) secara besama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (Terutama guru pembimbing/ konselor) dan membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupan sehari-hari serta untuk pemahaman dan kehidupan sehari-hari atau untuk pertimbangan dalam mengambil keputusan dan tindakan tertentu (Sukardi & Kusmawati, 2008: 78). Menurut Winkel & Hastuti (2006: 111) bimbingan kelompok dilakukan bilamana anak yang dilayani lebih dari satu orang. Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan anak secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber yang bermanfat untuk kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu maupu sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat. Bahan yang dimaksudkan dapat juga dipergunakan sebagai acuan untuk mengambil keputusan. Lebih jauh lagi dengan layanan bimbingan kelompok para anak dapat diajak untuk bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting, mengembangkan nilai-nilai yang berhubungan dengan hal tersebut dan mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas di dalam kelompok (Luddin, 2010: 47).

2. Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal merupakan suatu proses perkembangan yang menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan-latihan keterampilan khusus dari seorang pembimbing. Upaya peningkatan keterampilan hubungan dapat dilakukan dengan proses belajar dan berlatih (Tarigan, 1994:16). Sejalan dengan pendapat-pendapat tersebut maka bimbingan dan konseling merupakan satu proses yang sangat tepat dalam upaya emberikan bantuan pelatihan keterampilan hubungan interpersonal bagi anak-anak khususnya bidang layanan bimbingan kelompok di Panti Asuhan.Untuk melaksanakan program bimbingan itu digunakan berbagai teknik, prosedur dan pendekatan yang beragam sesuai dengan kebutuhan. Salah satu prosedur yang digunakan adalah prosedur kelompok dengan memperhatikan pendekatan-pendekatan yang sesuai. Kelompok bisa menyediakan lingkup sosial realistik yang di dalamnya klien bisa berinterkasi dengan rekan sebaya, yang tidak hanya memiliki pemahaman mirip tentang problem atau kekawatiran yang dibawa klien ke kelompoknya namun juga, dibanyak kasus menghadapi problem yang sama.Pemberian layanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan dengan prosedur individual atau kelompok. Pendekatan kelompok atau klasikal pada dasarnya bukan untuk kelompok atau kelas tersebut, melainkan untuk kepentingan anak yang berada di dalam kelompok atau kelas tersebut agar memahami, bersikap dan bertindak positif di dalam dan terhadap sekolah, lingkungan dan masyarakat. Tujuan konseling kelompok adalah untuk pengembangan komunikasi dan interaksi sosial. Dalam konseling kelompok individu akan memperoleh umpan balik yang sangat berarti dan berguna untuk meningkatkan penampilannya. Umpan balik paling efektif bagi seseorang dapat diperoleh individu dari interaksinya dalam kelompok

3. Media Audio Visual

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar (Sanjaya, 2008: 204). Media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pengajaran (Sanaky, 2009: 4).Susilana dan Riyana (2009: 7) menyebutkan: (a) media pembelajaran merupakan wadah dan pesan, (b) materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran, (c) tujuan yang ingin dicapai ialah poses pembelajaran. Selanjutnya penggunaan media secara kreatif akan memperbesar kemungkinan bagi anak untuk belajar lebih banyak, dan meningkatkan penampilan dalam melakukan keterampilan sesuai dengan yang menjadi tujuan pembelajaran.

Penggunaan media pembelajaran harus memenuhi persyaratan seperti yang disampaikan Simamora (2009: 65) antara lain:

a. Media pembelajaran harus meningkatkan motivasi peserta didik.

b. Menstimulus peserta didik mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan stimulasi belajar baru.

c. Menstimulus peserta didik dalam memberikan tanggapan, urn-pan balik, dan juga mendorong mereka untuk melakukan praktik dengan benar.

Dasar pertimbangan untuk memilih suatu media yaitu dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan atau tidak. Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran menurut Sudjana dan Rivai (dalam Saberan, 2012: 27) adalah sebagai berikut:

a. Ketepatannya dengan tujuan pengajaran; artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan instruksional yang berisikan unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis lebih memungkinkan digunakannya media pengajaran.

b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran; artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip dan konsep dan generalisasi saiigat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami anak.

c. Kemudahan memperoleh media; artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar.

d. Keterampilan guru dalam menggunakannya; apapun jenis media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pengajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi dampak dari penggunaan oleh guru pada saat terjadinya interaksi belajar anak dengan lingkungannya.

e. Tersedia waktu untuk menggunakannya; sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi anak selama pengajaran berlangsung.

f. Sesuai dengan taraf berfikir anak; memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berfikir anak, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para anak.

B. Hasil Penelitian terdahuluC. Kerangka Berpikir

III. Metode Penelitian

1. Jenis dan Desain Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis dari penelitian ini adalah kualitatif, di mana data penelitian yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Menurut Sutama (2010: 282) penelitian kualitatif (qualitative research) adalah penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena-fenomena, peristiwa, aktivitas sosial secara alamiah.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi. Menurut Moleong (2009: 14-15) fenomenologi mengacu pada pengalaman dari berbagai jenis dan tipe subyek yang ditemui. Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu. Sosiologi fenomenologis pada dasarnya memberi tekanan pada pengertian interpretatif terhadap pemahaman manusia. Fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti. (Moleong 2009: 17).

b. Desain Penelitian

Penelitian kualitatif menggunakan desain penelitian studi kasus dalam arti penelitian difokuskan pada keunikan pelaksanaan layanan konseling bimbingan kelompok di Panti Asuhan Aisyah Simo. Desain yang digunakan adalah desain yang berubah atau emergent, dan bersifat sekuler karena penuntutan informan yang bersifat purposif, pengumpulan data dan analisis data dilakukan secara simultan dan merupakan langkah yang bersifat interaktif bukan terpisah-pisah (Sukmadinata, 2008: 99).2. Lokasi dan Waktu PenelitianLokasi penelitian adalah di Panti Asuhan Aisyah Simo. Pemilihan lokasi ini karena pertimbangan-pertimbangan teknis seperti yang disarankan oleh (Moleong, 2009: 128) yaitu agar peneliti mempertimbangkan kenyataan yang ada di lapangan dan juga harus diperhitungkan keterbatasan geografis dan praktis, seperti waktu, tenaga dan biaya. Pertimbangan lain yang digunakan sebagai alasan penelitian di Panti Asuhan Aisyah Simo, adalah banyaknya anak-anak yatim yang memerlukan uluran tangan untuk dibimbing sehingga dapat menjalani kehidupan bermasyarakat sehingga mampu hidup mandiri dikelak kemudian hari.Waktu penelitian dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat yaitu selama dua bulan yang dimulai pada bulan Januari 2016 sampai dengan Februari 2016.

3. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian ini berperan sebagai instrumen kunci yang langsung melibatkan diri dalam kehidupan subyek dalam waktu penelitian yang sudah ditetapkan peneliti untuk memperoleh data sesuai dengan ciri penelitian kualitatif. Sebelum peneliti hadir di lapangan peneliti memperoleh izin terlebih dahulu dari pihak-pihak atau instansi-instansi terkait yang bertanggungjawab sesuai dengan prosedur yang berlaku. Peneliti hadir sebagai pewawancara atau pengumpul data tanpa mempengaruhi kehidupan subyek.

Menurut Moleong (2010: 168) kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.

4. Data, Sumber Data, dan Nara Sumbera. Data

Data ialah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan fakta. Sedangkan perolehan data seyogyanya relevan artinya data yang ada hubungannya langsung dengan masalah penelitian, mutakhir artinya data yang diperoleh masih hangat dibicarakan, dan diusahakan oleh orang pertama (data primer). Data yang sudah memenuhi syarat perlu diolah. Pengolahan data merupakan kegiatan terpenting dalam proses dan kegiatan penelitian. Kekeliruan memilih analisis dan perhitungan akan berakibat fatal pada kesimpulan, generalisasi maupun interprestasi. Hal ini perlu dikaji secara mendalam hal-hal yang menyakut pengolahan data, supaya bisa memilih dan menentukan secara tepat dalam pengolahan data (Riduwan, 2010 : 5). Adapun data yang harus dikumpulkan adalah data:

1) Data kemampuan hubungan interpersonal anak-anak di Panti Asuhan Aisyah Simo, dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

2) Data layanan bimbingan dan konseling di Panti Asuhan Aisyah Simo, dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

3) Data pencapaian layanan konseling bimbingan kelompok melalui media audio visual Panti Asuhan Aisyah Simo. Data dikumpulkan melalui wawancara dan dokumentasi.

b. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2010: 172). Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak atau proses sesuatu.

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber yang dapat menunjukkan data layanan bimbingan kelompok melalui audio visual dalam meningkatkan kemampuan hubungan interpersonal, baik melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Informan sebagai sumber data adalah pihak-pihak yang relevan, yaitu pimpinan Panti, Pengasuh, dan Anak-anak Panti.

c. Nara Sumber

a. Nara sumber dalam penelitian ini meliputi dokumen Panti Asuhan maupun Pengasuh, data anak, dan pihak lain yang dapat memberikan data. Moleong (2009: 157) menyampaikan bahwa sumber data utama dalam sebuah penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen atau bahkan lain. Data-data dalam penelitian ini meliputi, data dan sumber data yang digunakan sebagai bahan analisis data adalah semua pendapat, komentar dan aktivitas yang berhubungan dengan data layanan bimbingan kelompok melalui audio visual dalam meningkatkan kemampuan hubungan interpersonal.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewee) (Arikunto, 2010: 198). Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang.

b. Observasi

Menghimpun data dan informasi melalui pengamatan atau observasi dilakukan dengan memperhatikan/ melihat/ dan/ atau mendengarkan orang atau peristiwa. Hasilnya yang telah terungkap selanjutnya dicatat (Sutama, 2010: 92). Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda serta rekaman gambar.

c. Dokumentasi

Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan meramalkan (Moleong, 2009: 217). Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data-data yang bersumber dari dokumen arsip, yang dimiliki sekolah. Kegiatan ini selain untuk mencatat semua arsip dan dokumen juga dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang lengkap tentang kondisi dokumen dan arsip tersebut. Arsip yang diambil dalam penelitian ini adalah gambaran Panti Asuhan Aisyah dan layanan bimbingan kelompok melalui audio visual dalam meningkatkan kemampuan hubungan interpersonal6. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model interaktif (Interactive Model of Analysis). Menurut Miles dan Huberman (2008: 16) dalam model ini tiga komponen analisis, yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan, dilakukan dengan bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data (data collecting) sebagai suatu siklus. Berikut penjelasan ketiga kegiatan dalam analisis model interaktif.

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data, kegiatan mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Data hasil observasi ditunjukkan dalam bentuk visual berupa foto, data hasil wawancara disajikan dalam bentuk rekaman atau field note, dan data hasil dokumentasi ditampilan dalam bentuk salinan dari arsip aslinya.

b. Reduksi data (data reduction)

Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyerderhanaan data kasar yang muncul dalam catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus menerus selama penelitian. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data.

c. Penyajian data (data display)

Diartikan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan penyajian data, peneliti akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan pemahaman tentang penyajian data.

d. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing)

Kesimpulan yang diambil akan ditangani secara longgar dan tetap terbuka sehingga kesimpulan yang semula belum jelas, kemudian akan meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan ini juga diverifikasi selama penelitian berlangsung dengan maksud-maksud menguji kebenaran, kekokohan dan kecocokannya yang merupakan validitasnya.

Reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan merupakan suatu proses untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif (Miles and Huberman, 2008: 20)

7. Keabsahan Data

Validitas atau keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan metode triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk kepentingan pengecekan data atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2009: 178). Triangulasi menurut Sugiyono (2010: 274) dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu:

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih segar belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.

Variasi triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teknik dan sumber. Hal ini dilakukan karena pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, dokumentasi dan observasi yang dilakukan terhadap sumber yaitu kepala sekolah dan guru. Triangulasi sumber dilakukan dengan pengecekan kembali data yang telah diperoleh melalui kedua sumber tersebut untuk menarik suatu kesimpulan tentang hasil tindakan. Langkah-langkah yang dilakukan meliputi:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berlainan.G. Sistematika Penelitian

Susunan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab. Berikut rincian sistematika penelitian.

Bab I pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitin

Bab II kerangka teori,yang berisi landasan teori dan kajian penelitian terdahulu dan kerangka berpikir

Bab III metodologi penelitian, berisi jenis penelitian, data dan sumber data, informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik keabsahan data.

Bab IV Hasil penelitian

yang berisi temuan penelitian dan dan

pembahasan

pembahasan Bab V penutup

yang berisi kesimpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKASanaky, Hujair AH. 2009. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safiria Insania Press.

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Susilana, Rudi dan Riyana, Cepi. 2009. Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan dan Penilaian. Bandung: CV. Wacana Prima.

Simamora, Ns. Roymond H. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.

Saberan, Riduan. 2012. Penggunaan Media Audio Visual dalam Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Anak. Lentera Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 07 No. 02: 1-19.

Sutama. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R & D. Surakarta: Fairuz Media.

Moleong, Lexy Y. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Pengumpulan data

Penyajian data

Reduksi

data

Penarikan/ Verifikasi