Proposal Fungi Bismillah

21
1 A. JUDUL Isolasi dan Identifikasi Fungi Makroskopis di Taman Nasional Gunung Palung, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat B. LATAR BELAKANG MASALAH Fungi merupakan suatu kelompok organism yang sangat besar dan dapat ditemukan di hampir semua relung ekologi. Menurut Hawksworth (1991) diperkirakan 1.500.000 spesies fungi terdapat di dunia dan sampai tahun 1996 bari 69.000 spesies telah di deskripsi. Sejumlah 200.000 spesies dari 1.500.000 spesies tersebut diperkirakan ada di Indonesia (Rifai, 1995). Indonesia dipastikan memiliki diversitas fungi yang sangat tinggi mengingat lingkungannya yang lembab dan suhu tropik yang mendukung pertumbuhan fungi. Menurut Nga et al (2001), Negara-negara Asia Tenggara dengan letak geografisnya di daerah tropik dan keadaan iklim yang lembab serta suhu lingkungan yang kurang lebih sama, harus terus menerus melakukan isolasi, karakterisasi, dan mengklasifikasi mikroorganisme dari lingkungan masing- masing, karena sejumlah penelitian telah membuktikan penemuan spesies-spesies baru dari daerah asia Tenggara. Fungi merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga fungi tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil. Oleh karena itu, fungi mengambil zat-zat makanan yang sudah jadi yang dibuat atau dihasilkan oleh organism lain untuk kebutuhan hidupnya. Sifat

Transcript of Proposal Fungi Bismillah

Page 1: Proposal Fungi Bismillah

1

A. JUDUL

Isolasi dan Identifikasi Fungi Makroskopis di Taman Nasional Gunung Palung,

Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Fungi merupakan suatu kelompok organism yang sangat besar dan dapat

ditemukan di hampir semua relung ekologi. Menurut Hawksworth (1991) diperkirakan

1.500.000 spesies fungi terdapat di dunia dan sampai tahun 1996 bari 69.000 spesies

telah di deskripsi. Sejumlah 200.000 spesies dari 1.500.000 spesies tersebut

diperkirakan ada di Indonesia (Rifai, 1995). Indonesia dipastikan memiliki diversitas

fungi yang sangat tinggi mengingat lingkungannya yang lembab dan suhu tropik yang

mendukung pertumbuhan fungi. Menurut Nga et al (2001), Negara-negara Asia

Tenggara dengan letak geografisnya di daerah tropik dan keadaan iklim yang lembab

serta suhu lingkungan yang kurang lebih sama, harus terus menerus melakukan isolasi,

karakterisasi, dan mengklasifikasi mikroorganisme dari lingkungan masing-masing,

karena sejumlah penelitian telah membuktikan penemuan spesies-spesies baru dari

daerah asia Tenggara.

Fungi merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga fungi tidak dapat

menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang

berklorofil. Oleh karena itu, fungi mengambil zat-zat makanan yang sudah jadi yang

dibuat atau dihasilkan oleh organism lain untuk kebutuhan hidupnya. Sifat

ketergantungan terhadap organisme lain menyebabkan fungi digolongkan sebagai

tumbuhan heterotrofik (Djarijah dan Djarijah, 2001). Menurut Zabel dan Morrel (1992),

sebagai tumbuhan heterotrofik, fungi membutuhkan sumber makanan sebagai substrat,

sumber energi, aktifitas metabolisme, dan nutrisi. Pada umumnya fungi makroskopis

tumbuh pada pohon, kayu yang lapuk, dan seresah.

Kerusakan hutan yang terjadi di Indonesia setiap tahun terus meningkat, termasuk

hutan Taman Nasional Gunung Palung, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan

Barat. Tidak menutup kemungkinan Indonesia kehilangan jenis fungi yang belum

sempat dikonservasi atau kemungkinan ditemukan jenis baru yang belum teridentifikasi

hingga saat ini. Terdapat beberapa fungi indigenos Indonesia yang hilang karena dibajak

pihak lain untuk pengembangan bioteknologi mikroba di luar Indonesia. Hal tersebut

perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang peduli akan pelestarian kekeyaan

diversitas fungi Indonesia. Oleh karena itu, kami ingin meneliti tentang fungi

Page 2: Proposal Fungi Bismillah

2

makroskopis yang terdapat di Taman Nasional Gunung Palung, Kabupaten Ketapang,

Provinsi Kalimantan Barat. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat melakukan

preservasi isolat-isolat fungi Indonesia yang bermanfaat untuk konservasi dan studi

selanjutnya.

C. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka dibuat perumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa saja fungi makroskopis (cendawan) yang hidup di Taman

Nasional Gunung Palung, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat?

2. Apa saja pohon yang menjadi tanaman inang fungi makroskopis

(cendawan) yang hidup di Taman Nasional Gunung Palung, Kabupaten Ketapang,

Provinsi Kalimantan Barat?

D. TUJUAN

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui fungi makroskopis (cendawan) yang hidup di Taman

Nasional Gunung Palung, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat

2. Mengetahui pohon yang menjadi tanaman inang fungi makroskopis

(cendawan) yang hidup di Taman Nasional Gunung Palung, Kabupaten Ketapang,

Provinsi Kalimantan Barat

E. LUARAN YANG DI HARAPKAN

Luaran yang diharapkan dari program penelitian ini adalah berupa artikel ilmiah

yang memuat informasi mengenai Isolasi dan Identifikasi Fungi Makroskopis di Taman

Nasional Gunung Palung, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat

F. KEGUNAAN PROGRAM

1. Dalam bidang penelitian

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk data awal bagi penelitian

selanjutnya yang akan dilaksanakan pada wilayah Taman Nasional Gunung Palung

baik pada bidang biologi maupun lainnya. Selain itu, isolat yang didapatkan dapat

dijadikan penelitian selanjutnya untuk kebermanfaatan manusia, misalnya untuk uji

anti bakteri.

Page 3: Proposal Fungi Bismillah

3

2. Bagi masyarakat umum

Setelah mengetahui keanekaragaman cendawan, diharapkan dapat menggugah

kepedulian masyarakat terhadap lingkungan di Taman Nasional Gunung Palung dan

meminimalkan perusakan lingkungan yang menjadi habitat cendawan ini.

3. Bagi pihak pemerintah

Dari data ini dapat diambil beberapa kebijakan seperti konservasi lingkungan dan

perlu diterapkan pula kebijakan mengenai konservasi wilayah habitat cendawan dalam

taman nasional ini serta berperan sangat penting dalam kelestarian fungi. Selain itu,

dapat digunakan sebagai data untuk memonitor kondisi lingkungan di dalam taman

nasional dan kawasan sekitarnya.

4. Bagi lembaga sosial masyarakat (LSM) atau Non-Governmental Organitation (NGO)

Terutama yang bergerak dalam bidang lingkungan dapat memanfaatkan data ini

sebagai dasar dalam menentukan arah kebijakan, langkah yang akan diambil, serta

dalam penentuan pola management (pengelolaan) dan penentuan suatu lahan atau area

konservasi dalam usaha konservasi habitat organisme yang menentukan kondisi suatu

kawasan.

G. TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Umum Mengenai Fungi

Fungi merupakan organisme heterotrofik absorbtik yang memerlukan

senyawa organik untuk sumber tenaganya. Fungi dapat hidup pada benda organik

mati maupun organisme hidup. Mereka yang hidup dari bahan organik mati disebut

saprofit dan yang hidup pada organisme hidup disebut parasit. Fungi saprofitik

berperan penting dalam merombak sisa-sisa bahan organik menjadi senyawa-

senyawa yang sederhana dan dapat dimanfaatkan oleh organisme lain. Selain

sebagai perombak (dekomposer), fungi saprofitik juga berperan penting dalam

fermentasi industri, misalnya dalam industri minuman anggur, antibiotik, tape, kecap

dan masih banyak lagi. Sebagai dekomposer, fungi juga merugikan manusia jika

bahan organik yang dirombak merupakan bahan yang kita butuhkan, misalnya: kayu,

tekstil, makanan, produk pasca panen pertanian dan bahan-bahan lain.

Jamur memerlukan kelembaban yang tinggi. Selain itu, jamur memerlukan

persediaan bahan organik dan oksigen untuk pertumbuhannya, meskipun akan

tumbuh terbaik pada suhu sekitar suhu kamar (20 – 320C). Kebanyakan jamur

Page 4: Proposal Fungi Bismillah

4

bersifat saprofit atau hidup dari bahan organik mati, lingkungan mengandung gula

dan tidak asam.

Mekanisme reproduksi jamur disebut pembentukan spora. Spora jamur harus

dipikirkan sebagai sesuatu yang analog dengan biji pada tumbuhan yaitu sebagai alat

pertumbuhan, meskipun semua bagian jamur mampu tumbuh. Spora jamur dapat

terbentuk karena proses perkawinan (seksual) maupun tidak (aseksual). Spora

seksual diproduksi dengan terjadinya peleburan (fusi) dua sel, sedangkan spora

aseksual dibentuk oleh satu sel tanpa adanya pembuahan (fertilisasi) oleh individu

kedua. Berdasarkan jumlah sel per individunya, jamur dibedakan menjadi dua

golongan, yakni : jamur satu sel atau khamir (yeast) dan jamur benang atau hanya

disebut jamur saja (Bambang Purnomo, 2005).

Sejumlah besar fungi dapat ditemukan pada kayu dan menyebabkan

kerusakan berupa pelapukan kayu. Fungi tersebut mempunyai aktifitas selulolitik

yang sangat kuat. Hidupnya bisa pada kayu dari pohon yang masih hidup, maupun

pada kayu yang sudah mati. Sebagian besar diantaranya tergolong di dalam

basidiomycota (Indrawati Gandjar, 2006).

Menurut Charlile dan Whatkinson (1994), ada ascomycetes yang hanya bias

tumbuh pada kayu untuk mendapatkan nutrien. Fungi kayu terutama mendegradasi

lignin dan selulosa. Kayu terbentuk oleh lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Pada

kayu yang telah mati dapat ditemukan Helotium citrinum yang membentuk

apotechia kecil berwarna jingga, juga Chlorosplenium aeruginascens yang

menghasilkan guratan-guratan berwarna hijau pada kayu dari pohon “oak” di Eropa.

Kayu demikian diminati oleh kalangan tertentu terutama untuk benda-benda seni.

2. Tinjauan Umum Mengenai Taman Nasional Gunung Palung

a. Sejarah dan Status Taman Nasional Gunung Palung

Balai Taman Nasional Gunung Palung ditetapkan berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 6186/Kpts-II/2002 tanggal 10 Juni

2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional yang

berkedudukan di Kabupaten Ketapang , Popinsi Kalimantan Barat. Kawasan

Taman Nasional Gunung Palung secara historis ditunjuk sebagai kawasan

suaka alam melalui Staat Blaat No.4/13IB/1937 tanggal 29 April 1937 dengan

luas 30.000 Ha. Kemudian, melalui SK Menteri Pertanian No : 101 A/Kpts

/VIII/12/1981 tanggal 10 Desember 1981 luas kawasan Taman Nasional

Gunung Palung berubah menjadi 90.000 Ha dengan menunjuk kelompok

Page 5: Proposal Fungi Bismillah

5

hutan (kawasan perluasan) yaitu gunung Kepayang, gunung Seberuang, Sei

Lekahan, Labuhan Batu dan sekitarnya dengan status kawasan berubah

menjadi Suaka Margasatwa Gunung Palung. Pada acara Pekan Konservasi

Alam Nasional III di Bali tanggal 24 Maret 1990 kawasan ini dideklarasikan

sebagai Taman Nasional dengan luas 90.000 ha melalui pernyataan Menteri

Kehutanan Nomor : 448/Menhut-VI/1990 tanggal 6 Maret 1990.

b. Lokasi

TNGP secara astronomis terletak diantara 01º 03’- 01 º22’ Lintang

Selatan dan 109º 54’ - 110º 28’ Bujur Timur. Secara administrative kawasan

Taman Nasional Gunung Palung termasuk dalam 2 Kabupaten, yaitu:

Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kayong Utara, Propinsi Kalimantan

Barat.

c. Tipe Ekosistem

Taman Nasional Gunung Palung mempunyai beberapa tipe ekosistem yaitu :

1) Hutan Hujan Sub Alpine

Tipe hutan hujan sub alpine terdapat di puncak Gunung Palung

(1.116 mdpl) dan Gunung Panti (1.050 mdpl). Jenis-jenis Medang dan

Ubah Besi serta Bintangor (Callophyllum grandifloris) merupakan jenis-

jenis dominan.. Tumbuh-tumbuhan seperti Nepenthes spp. sangat umum

diketemukan baik di permukaan tanah maupun memanjat pohon-pohon

kecil.

2) Hutan Hujan Pegunungan (400 – 800 mdpl)

Hutan hujan pegunungan terdapat di beberapa bukit yang rendah

atau di lereng-lereng gunung. Jenis-jenis pohon dominan di sini antara lain

Kayu Maang (Hopea ferriginea), Pakit Tengkuang (Shorea sp.) dan

Agathis (Agathis beccarii).

3) Hutan Hujan Tropika Dataran Rendah

Page 6: Proposal Fungi Bismillah

6

Vegetasi disini didominasi oleh jenis-jenis Medang, Meranti dan

Ubah Besi. Kelompok hutan ini dapat dibedakan antara hutan campuran

dipterocarpaceae dataran rendah di habitat tanah podsolik dan hutan

campuran dipterocarpaceae dataran rendah di habitat tanah liat berpasir

yang berkembang dari tanah organosol

4) Hutan Tanah Aluvial

Hamparan hutan tanah alluvial pada umumnya merupakan habitat

yang subur dan mendukung keanekaragaman vegetasi yang tinggi. Di

habitat ini diketemukan tunggul-tunggul bekas penebangan pohon Belian

(Eusideroxylon zwageri) dengan kepadatan yang tinggi.

5) Hutan Gambut

Kelompok hutan gambut terletak berbatasan dengan kelompok

hutan alluvial. Di dalam kelompok hutan ini disamping mempunyai

potensi jenis kayu juga mempunyai potensi non kayu yang secara

tradisional telah dimanfaatkan oleh masyarakat, baik berupa buah atau

tumbuhan bawahnya. Jenis-jenis vegetasi kayu yang ada salah satunya

adalah ramin (Gonystylus bancanus).

6) Hutan Rawa

Di daerah cekungan ditemukan adanya kelompok hutan rawa air

tawar oligotropik dan hutan rawa air tawar euthropik. Rawa oligothropik

genangan airnya berasal dari hujan, sehingga memberi pengaruh pada

kondisi tanah menjadi relatif kurang subur, sedangkan rawa euthropik

dipengaruhi air sungai sehingga kondisi habitatnya lebih subur. Jenis-jenis

vegetasi yang ada salah satunya adalah Jelutung (Dyera, sp).

7) Hutan Mangrove

Page 7: Proposal Fungi Bismillah

7

Hutan mangrove merupakan vegetasi yang tumbuh di daerah pantai

berlumpur di sebelah barat kawasan. Hutan ini sangat penting dalam

menunjang kehidupan aneka biota perairan, karena kemampuannya

memperkaya daerah pantai dengan bahan seresah. Jenis-jenis vegetasi

yang juga menghasilkan buah yang disukai burung-burung lokal maupun

imigran antara lain Rhizophora, Bruguiera, Xylocarpus.

8) Vegetasi Rheofite

Vegetasi rheofite merupakan vegetasi yang tumbuh di sepanjang

sungai oleh karena itu tahan terhadap genangan (banjir). Jenis-jenis disini

juga mempunyai perakaran yang cukup dalam sehingga memainkan

peranan penting dalam menjaga longsoran tanah. Gluta rengas, Dungun

(Heritiera littoralis), Putat (Barringtonia acutangula), dan Samak

(Eugenia lepidocarpa ) merupakan jenis tumbuhan yang umum dijumpai

di tipe vegetasi ini.

d. Flora

Ditinjau dari kekayaan jenis, maka kawasan TNGP mempunyai indeks

kekayaan jenis flora yang sangat tinggi. Sejauh ini diketahui paling sedikit

ditemukan 3.500-4.000 jenis vegetasi berkayu, termasuk didalamnya 70 jenis

family Dipterocarpaceae. Beberapa spesies flora kunci yang ditemukan di

Gunung Palung adalah famili Dipterocarpaceae, Gaharu (Aquilaria

malaccensis), Ulin (Eusideroxylon zwageri) dan Ramin (Gonystylus

bancanus) dimana Genus Dipterocarpus dan Shorea merupakan genus yang

mendominasi. Sementara genus Dryobalanops sp hanya ditemukan diwilayah

timur Taman Nasional. TNGP juga menjadi habitat bagi berbagai jenis

anggrek termasuk di dalamnya Anggrek Hitam. Tumbuhan bawah unik lain

yang ditemukan di TNGP antara lain Kantong semar (Nephentes sp) dan

Amorphophallus borneensiis (bunga bangkai). Tumbuhan bawah kantong

semar (Nepenthes sp) menyebar dari ketinggian 200 mdpl sampai 1.050 mdpl.

H. METODE PENELITIAN

1. Jenis penelitian

Page 8: Proposal Fungi Bismillah

8

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei, menggunakan metode observasi

yaitu dengan mengamati langsung kondisi biotik suatu kawasan dengan fokus

penelitian adalah fungi makroskopis.

2. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama 5 bulan dan berlokasi di

Taman Nasional Gunung Palung dan Laboratorium Mikrobiologi FMIPA UNY.

3. Instrumen Penelitian

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: lup,

kamera, alat tulis, buku identifikasi, mikroskop, ose, cawan petri, gelas benda dan

penutup, beker glass, bunsen, aquades, kentang, kloramfenikol, gula.

4. Variabel Penelitian

Variabel Penelitian yang diukur dalam penelitian ini adalah keanekaragaman

fungi makroskopis pada habitat yang berbeda dan tanaman inang fungi tersebut.

5. Prosedur Penelitian

a) Pengambilan Sampel Jamur di Lapangan

Sampel jamur diambil dengan menggunakan metode purposif pada kayu

yang terserang jamur, pohon dan seresah.

b) Persiapan Medium Tumbuh

Medium tumbuh yang digunakan adalah Potato Dextrose Agar (PDA).

Medium tumbuh dibuat dengan campuran bahan-bahan yaitu kentang yang telah

dikupas 200 g, gula pasir 20 g, tepung agar 16 g, aquades 1000 ml. Pembuatan

medium didasarkan pada prosedur Dharmaputra, dkk. (1989), yaitu: kentang

diiris-iris setebal 1 cm, direbus sampai diperoleh air rebusan yang kekuning-

kuningan yaitu ketika kentang mulai lunak. Air rebusan kentang disaring dengan

menggunakan kain saring. Filtrat hasil saringan air rebusan kentang tersebut

ditambahkan dengan gula pasir dan tepung agar kemudian semua bahan

dipanaskan dan di aduk sampai larut. Setelah semua bahan-bahan larut, medium

tumbuh tersebut disterilkan di autoclave selama ± 15 menit pada suhu 121oC

dengan tekanan 1,5 atm. Saat medium tumbuh dalam keadaan hangat diberi

kloramfenikol yang berfungsi sebagai antibiotik penghambat bakteri kontaminan.

Kemudian larutan medium tumbuh dituang dalam cawan steril, selanjutnya

dibiarkan pada laminator air flow sampai memadat.

c) Isolasi Jamur di Laboratorium

Page 9: Proposal Fungi Bismillah

9

Isolasi dan identifikasi jenis-jenis jamur yang diperoleh dari lapangan

dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fmipa UNY dengan tahapan:

1). Isolasi Jamur dari kayu/pohon

Metode ini digunakan pada sampel jamur yang sudah membentuk

tubuh buah. Sampel jamur yang sudah di potong kecil-kecil sebelum

dibiakkan dilakukan Sterilisasi permukaan dengan menggunakan air steril dan

alcohol 70%. Pembiakannya bisa dilakukan dengan kertas saring atau

langsung pada media biakan (PDA). Pemindahan koloni baru dilakukan

berulangulang sampai diperoleh isolat murni.

2). Identifikasi Jamur

Identifikasi dilakukan dengan mengamati ciri makroskopis dan

mikroskopis jamur. Ciri makroskopis yang diamati adalah warna jamur, koloni

jamur dan bentuk tubuh buah jamur. Pengamatan ciri mikroskopis mencakup

hifa, spora, sporangium, konidia dan konidiofor dan cirri khusus yang akan

menentukan jenis jamur tersebut. Mendokumentasikan sampel dengan

menggunakan mikroskop berkamera. Identifikasi dilakukan dengan mengacu

pada buku identifikasi jamur, yaitu: Barnett and Hunter (1998), Streets (1980),

Fassatiova (1986), Dharmaputra, dkk. (1989), Sastrahidayat (1990), Savonius

(1973), dll.

6. Analisis Data

Data yang akan diperole disajikan dalam bentuk tabulasi serta dianalisis secara

deskriptif kualitatif.

I. JADWAL KEGIATAN

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

No Pelaksanaan Bulan ke-

Page 10: Proposal Fungi Bismillah

10

Kegiatan

I II III IV V

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan Alat

dan Bahan

2 Pembuatan

Perijinan dan

Persiapan

3 Pengamatan

Lapangan

4 Evaluasi dan

Proses

Pengolahan

Data

5 Pembuatan

Laporan dan

seminar

J. RANCANGAN BIAYA

1. Peralatan dan Bahan

a. Sewa Global Position System GPS Rp 500.000,00

b. Alat Tulis Rp 25.000,00

c. Media dan bahan laboratorium Rp 900.000,00

d. Sewa laboratorium Rp 150.000,00

Rp 1.525.000,00

2. Transportasi

a. Transportasi ke lokasi 5 x2 @ Rp 750.000,00 Rp 7.500.000,00

Rp 7.500.000,00

3. Konsumsi

a. Pengambilan data

21 hari x 3 x 5 x @ Rp 7.000,00 Rp 2.205.000,00

Rp 2.205.000,00

4. Administrasi, Seminar, dan Laporan

Page 11: Proposal Fungi Bismillah

11

a. Administrasi dan perijinan Rp 100.000,00

b. Seminar Hasil Rp 850.000,00

c. Penyusunan dan Penggandaan laporan Rp 200.000,00

d. Materai 4 x Rp6.500,00 Rp 26.000,00

Rp 1.176.000,00

Jumlah Rp 12.406.000,00

J. DAFTAR PUSTAKA

Arif, Astuti. Isolasi dan Identifikasi Jamur Kayu dari Hutan Pendidikan dan Latihan

Tabo-tabo Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep. Jurnal Perennial, 3(2) : 49-54

Purnomo,Bambang. 2005. Bahan Bacaan Kuliah : Dasar-dasar Mikrobiologi. PS.

IHPT. Faperta Unib.

Dharmaputra O.S; W.G. Agustin dan Nampiah. 1989. Penuntun Praktikum: Mikologi

Dasar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi Pusat Antar universitas Ilmu Hayati. Bogor: ITB

Djarijah, N.M. dan A.S. Djarijah. 2001. Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta:

Kanisius

Gandjar, Indrawati. 2006. Mikologi Dasar dab Terapan. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia

Zabel, R.A. dan J.J. Morrel. 1992. Wood Microbiology: Decay and its Preservation.

San Diego: Academic Press, Inc.

L. LAMPIRAN

1. Biodata Ketua dan Anggota Kelompok

Page 12: Proposal Fungi Bismillah

12

No Biodata Tanda Tangan

1 Ketua Pelaksana Kegiatan

Nama Lengkap :Jalu Prianggodo

NIM :11308144029

No. HP : 08562599733

Alamat : Suropadan, Depok, Sleman

Tempat, Tanggal lahir : Kulon Progo, 19 Februari

1994

Fakultas / Prodi/Univ : Fmipa/Biologi/UNY

Perguruan Tinggi :Universitas Negeri

Yogyakarta

Waktu yang Tersedia : 6 jam/minggu

Ketua Pelaksana

( Jalu Prianggodo )

NIM. 11308144029

2 Anggota Pelaksana

Nama Lengkap : Dodi cahyadi

NIM : 11317244024

No. HP : 085228838593

Alamat : Kompleks colombo 30,

Demangan, Sleman

Tempat, Tanggal lahir : Kulon Progo, 28 Oktober

1993

Fakultas/Prodi/Univ. : MIPA/Biologi/UNY

Perguruan Tinggi :Universitas Negeri

Yogyakarta

Waktu yang Tersedia : 6 jam/minggu

Anggota

Pelaksana

( Dodi cahyadi )

NIM. 11317244024

3 Anggota Pelaksana

Nama Lengkap : Ari Nidhi Astuti

NIM : 09308141020

No. HP : 085743759241

Anggota

Pelaksana

Page 13: Proposal Fungi Bismillah

13

Alamat : Kalasan, Sleman, Yogyakarta

Tempat, Tanggal lahir : Sleman, 21 Januari 1991

Fakultas/Prodi/Univ. : MIPA/Biologi/UNY

Perguruan Tinggi :Universitas Negeri

Yogyakarta

Waktu yang Tersedia : 6 jam/minggu

(Ari Nidhi Astuti )

NIM. 09308141038

4 Anggota Pelaksana

Nama Lengkap : Ayu Narkayatun

NIM : 09308141038

No. HP : 085725338199

Alamat : Jogonalan, Klaten, Jateng

Tempat, Tanggal Lahir : Klaten, Juli 1991

Fakultas / Prodi/Univ. :MIPA/ Biologi/UNY

Perguruan Tinggi :Universitas Negeri

Yogyakarta

Waktu yang Tersedia : 6 jam / minggu

Anggota

Pelaksana

(Ayu Narkayatun)

09308141038

2. Biodata Dosen Pendamping

No Biodata Tanda Tangan

Page 14: Proposal Fungi Bismillah

14

1 Dosen Pendamping

Nama Lengkap : Anna Rakhmawati,

M.Si

NIDN : 0002017703

No. HP : 081328076689

Pangkat/Gol.Ruang : Lektor/ IIIc

Jabatan Struktural : Sekretaris Jurusan

Pendidikan

Biologi

Jabatan Fungsional : Lektor

Fakultas : MIPA

Perguruan Tinggi : UNY

Waktu yang Tersedia : 6 jam/minggu

Email : -

Dosen Pembimbing

( Anna Rakhmawati , M.Si )

NIDN. 0002017703