Proposal Fix

41
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mendeskripsikan kesehatan sebagai keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Melalui deskripsi tersebut dapat diketahui bahwa seseorang dikatakan tidak sehat apabila menderita suatu penyakit. Penyakit kerap kali bersumber dari kondisi lingkungan yang tidak sehat. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak sehat adalah diare. Diare merupakan gangguan pada sistem pencernaan manusia akibat rendahnya cairan dan elektrolit di dalam tubuh karena frekuensi pengeluaran air besar dalam satu hari lebih dari tiga kali dimana tinja yang dikeluarkan berbentuk cair. Diare merupakan salah satu penyakit menular yang 1

description

diare

Transcript of Proposal Fix

Page 1: Proposal Fix

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

mendeskripsikan kesehatan sebagai keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup

produktif secara sosial dan ekonomis. Melalui deskripsi tersebut dapat

diketahui bahwa seseorang dikatakan tidak sehat apabila menderita suatu

penyakit. Penyakit kerap kali bersumber dari kondisi lingkungan yang tidak

sehat. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak

sehat adalah diare. Diare merupakan gangguan pada sistem pencernaan

manusia akibat rendahnya cairan dan elektrolit di dalam tubuh karena frekuensi

pengeluaran air besar dalam satu hari lebih dari tiga kali dimana tinja yang

dikeluarkan berbentuk cair. Diare merupakan salah satu penyakit menular yang

disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme; baik virus maupun bakteri

seperti Vibrio cholera, E.coli, Salmonella paratyphi, serta Shigella dysentriae.

WHO (1984) mendefinisikan diare sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam

sehari semalam. Apabila keadaan tersebut berlangsung kurang dari 2 minggu

maka disebut diare akut, sedangkan keadaan sebagaimana definisi sebelumnya

yang berlangsung lebih dari dua minggu dikatakan diare kronis.

WHO (1984) mengemukakan bahwa diare adalah salah satu penyakit

yang dapat menyebabkan kematian dimana setiap tahunnya hampir 80% kasus

1

Page 2: Proposal Fix

2

kematian diare terjadi pada anak di bawah usia 2 tahun. Lebih lanjut lagi

dijelaskan bahwa setiap tahunnya di hampir semua negara berkembang

terdapat 1,4 milyar balita yang menderita diare. Penegasan WHO tersebut

didukung oleh beberapa hasil penelitian bahwa mayoritas penderita diare

adalah usia balita.

Abdullah, dkk (2012) menyatakan bahwa diare merupakan salah satu

penyebab utama kematian, terutama pada anak-anak. Pada hasil penelitiannya

dikatakan bahwa diare yang disebabkan oleh mikroorganisme Shigella sp.

merupakan masalah serius yang dapat menyebabkan kematian pada balita di

kota Makassar. Dampak kematian yang dikarenakan penyakit diare juga

dituliskan oleh Wijaya (2012) yang menyatakan bahwa pada umumnya balita

mengalami diare rata-rata 3-4 kali pertahun dan akan menjadi penyebab

kematian apabila disertai dehidrasi sekaligus penanganan yang tidak tepat.

Adisasmito (2007) mengemukakan bahwa penyakit diare sering menyerang

bayi dan balita, bila tidak mendapatkan penanganan lanjutan akan

menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian.

Pada penelitian lainnya, Anwar (2009) menegaskan bahwa hampir

semua wilayah di Indonesia mengalami masalah kesehatan berupa diare. Dari

semua penderita, 83.1% nya adalah anak dengan usia dibawah usia lima tahun

(balita). Kusumawati, dkk (2011) mengemukakan bahwa angka kejadian diare

pada balita di Indonesia berkisar 40 juta per tahun dengan angka kematian

200.000-400.000 jiwa balita.

Tingginya angka kejadian diare terhadap anak balita juga diindikasikan

ada di Kelurahan Kedundung, Kecamatan Megersari, Kota mojokerto, yang

Page 3: Proposal Fix

3

menempati urutan kelima penyakit terbanyak yang tercatat di puskesmas

Kedundung.

Gambar 1.1. Grafik 5 Jenis Penyakit Yang Paling Banyak Menginfeksi Penduduk di Kelurahan Kedundung

Sumber: Olah Data Penulis

Apabila dikembalikan pada konsep dasar suatu sistem antara manusia

dengan lingkungannya, masih terjadinya kasus diare tersebut disebabkan oleh

degradasi kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat. Umiati (2012)

menegaskan bahwa konsep sanitasi yang berhubungan dengan kejadian diare

pada balita dipengaruhi oleh sumber air minum, kepemilikan jamban, serta

jenis lantai rumah. Anwar (2009) juga menegaskan bahwa diare yang

menjangkit usia balita disebabkan oleh kualitas air bersih, kebiasaan

membuang air besar, kepemilikan jamban, serta model jamban, sehingga

diperlukan perbaikan kualitas air minum dan sanitasi lingkungan pada

umumnya.

Page 4: Proposal Fix

4

Hal serupa juga ditulis oleh Wijaya (2012) bahwa kejadian diare pada

usia balita disebabkan oleh beberapa faktor dimana faktor yang paling

memberikan pengaruh adalah jenis jamban dan kebiasaan ibu dalam menjaga

kebersihan lingkungan. Ditegaskan pula bahwa kebiasaan menumpang jamban

tetangga juga menjadi salah satu pemicu terjadinya diare. Selain itu didapati

pula perilaku ibu yang masih membuang tinja balita ke selokan atau

pekarangan kosong dengan alasan tinja balita tidak memiliki bau tak sedap

layaknya tinja orang dewasa. Walaupun begitu setiap tinja, baik balita maupun

orang dewasa, mengandung mikroorganisme yang dapat menyebabkan

berbagai penyakit, salah satunya diare. Sarudji (2012:251) mengemukakan

bahwa kehadiran tinja akan menimbulkan permasalahan terutama yang terkait

dengan penularan penyakit berbasis saluran alat cerna, karena tinja adalah

salah satu sumber penyakitnya.

Sarudji (2012:269) mengemukakan bahwa hasil studi Indonesia

Sanitation Sector Development Program (ISSDP) menunjukkan 47%

masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun,

dan tempat terbuka. Studi lainnya menyebutkan bahwa pengelohan air minum

masyarakat tidak membuat bakteri Escherichia coli mati ataupun inaktif

sehingga air minum tersebut dapat menjadi penyebab munculnya penyakit

diare. Dalam pengamatan pendahuluan penduduk desa Driyorejo masih banyak

yang tidak memiliki sarana sanitasi dasar.

Dengan latar belakang uraian diatas, penulis terdorong untuk

mengadakan penelitian tentang “Pengaruh faktor sanitasi terhadap Kejadian

Page 5: Proposal Fix

5

Diare pada Anak Di Bawah Usia Lima Tahun di Kelurahan Kedundung,

Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto, Tahun 2015”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat rumuskan masalah pada

penelitian ini adalah:

(1) Bagaimanakah pengaruh kepemilikan jamban terhadap kejadian diare pada

balita di Kelurahan kedundung Kota Mojokerto?

(2) Bagaimanakah pengaruh kualitas sumber air bersih terhadap kejadian diare

pada balita di Kelurahan kedundung Kota Mojokerto?

(3) Bagaimanakah pengaruh kepemilikan bak sampah terhadap kejadian diare

pada balita di Kelurahan kedundung Kota Mojokerto?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-

faktor yang memengaruhi kejadian diare pada balita di Kelurahan

Kedundung, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Mengetahui pengaruh kepemilikan jamban terhadap kejadian diare

pada balita di Kelurahan Kedundung Kota Mojokerto.

(2) Mengetahui pengaruh antara kualitas air bersih terhadap kejadian

diare pada balita di Kelurahan Kedundung Kota Mojokerto.

Page 6: Proposal Fix

6

a. Mengetahui pengaruh jenis sumber air terhadap kejadian diare di

Kelurahan Kedundung Kota Mojokerto.

b. Mengetahui pengaruh jarak jamban dengan sumur terhadap

kejadian diare di Kelurahan Kedundung Kota Mojokerto.

c. Mengetahui pengaruh tinggi dinding sumur yang kedap air

terhadap kejadian diare di Kelurahan Kedundung Kota Mojokerto.

(3) Mengetahui pengaruh antara kepemilikan bak sampah terhadap

kejadian diare pada balita di Kelurahan Kedundung Kota Mojokerto.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat diantaranya

adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan menjadi langkah peneliti dalam

mempraktikkan ilmu teoritis yang didapatkan selama masa perkuliahan.

2. Bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan masyarakat dapat

mengetahui bahwa penyakit diare dapat menyebabkan kematian sehingga

mereka semakin menyadari pentingnya menjaga kesehatan/sanitasi lingkungan

sebagai upaya pencegahan infeksi diare.

3. Bagi Instansi Terkait

Sebagai lembaga pelayanan masyarakat, khususnya Puskesmas

Kedundung sebagai masukan dalam menekan kejadian diare pada anak di

bawah usia lima tahun.

Page 7: Proposal Fix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diare

1. Definisi dan Tinjauan Umum Diare

Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya frekuensi defekasi

lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi

cair), dengan atau tanpa darah atau lendir. Menurut WHO (2005), diare

didefinisikan sebagai berak cair tiga kali ataul ebih dalam sehari semalam.

Berdasarkan waktu serangannya terbagi menjadi dua, yaitu diare akut (< 2

minggu) dan diare kronik (≥ 2 minggu).

Penyakit diare adalah penyakit yang paling sering terjadi pada anak

balita dengan disertai muntah dan mencret, penyakit diare apabila tidak segera

diberi pertolongan pada anak dapat mengakibatkan dehidrasi. Untuk pertolongan

pertama pada anak yang menderita diare dengan dehdrasi harus mendapatkan

cairan pengganti baik itu berasal dari oralit maupun dari cairan infus. Penyalit

diare ini sering menyebabkan wabah yang dapat membahayakan bagi anak-anak

dan orang yang bertempat tinggal di daerah-daerah yang sarana air bersih kurang

memenuhi syarat kesehatan (Hiswani, 2003).

Menurut Depkes RI (2000), jenis diare dibagi menjadi empat yaitu:

a) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari

(umumnyakurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi,

7

Page 8: Proposal Fix

8

sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita

diare.

b) Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentria

dalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan

terjadinya komplikasi pada mukosa.

c) Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus

menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan

gangguan metabolisme.

d) Diare dengan masalah lain, yaitu anak yang menderita diare (diare akut dan

diare persisten), mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam,

gangguan gizi atau penyakit lainnya.

2. Epidemiologi Diare

Epidemiologi merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya suatu

penyakit. Departemen Kesehatan RI menyebutkan bahwa epidemiologi diare

adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2005):

a. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare biasanya menyebar melalui

fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja

dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku yang

dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko

terjadinya diare, antara lain tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara

penuh 4/6 bulan pada pertama kehidupan, menggunakan botol susu,

menyimpan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum

yang tercemar, tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar

Page 9: Proposal Fix

9

atau sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi

anak, dan tidak membuang tinja dengan benar.

b. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare. Beberapa

faktor pada penjamu yang dapat meningkatkan beberapa penyakit dan

lamanya diare yaitu tidak memberikan ASI sampai dua tahun, kurang gizi,

campak, immunodefisiensi, dan secara proporsional diare lebih banyak

terjadi pada golongan balita.

c. Faktor lingkungan dan perilaku. Penyakit diare merupakan salah satu

penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana

air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan

perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar

kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu

melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian diare.

B. Diare Pada Balita

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diare menjadi penyakit yang

rentan terjadi pada penyebab satu kematian balita di seluruh dunia. Diare sendiri

terjadi pada balita dikarenakan pada balita sendiri memiliki daya tahan dan

kekebalan tubuh (imun) yang masih rendah, sehingga sangat memudahkan

terinfeksi virus yang mana disebut diare atau mencret. Meskipun begitu diare tidak

bisa dianggap hal yang biasa, di Indonesia sendiri berdasarkan data yang

dikeluarkan oleh Riskedas (2007), diare termasuk satu dari dua penyebab kematian

terbanyak pada anak-anak, selain pneumonia. Data tersebut menunjukkan angka

Page 10: Proposal Fix

10

yang disebabkan diare sebanyak 25,4% atau sekitar 31.200 anak balita meninggal

setiap tahun karena penyakit tersebut pada kasus anak-anak umur 4-11 tahun.

Berdasarkan data tersebut, tentu belum ada obat yang ampuh untuk

membunuh kuman yang menyebabkan daya tahan tubuh pada balita yang dapat

menolaknya. Menurut Widjaja (2008:3) dalam tubuh manusia terdapat berbagai

jenis kuman yang menyebabkan berbagai gangguan sehingga kuman akan menjadi

patogen, seperti Echeriechia-coli atau jenis vibrio sebagai penyebab muntaber,

mencret yang disertai gejala muntah-muntah. Oleh karena itu, jika terjadi diare

pada bayi harus dilakukan pencegahan sedini mungkin guna menekan umur atau

melemahkan kuman.

1. Cara Penularan

Dalam penularan penyakit ada beberapa faktor yang berperan sebagai mata

rantai penularan. Secara klasik mata rantai penularan penyakit tersebut terdiri atas

faktor: (1) penyebab penyakit, (2) reservoir dan sumber infeksi, (3) pintu keluar,

(4) cara penularan baik melalui vehivle, vector, atau udara, (5) pintu masuk, dan (6)

kerentanan.

Mekanisme utama penularan penyakit diare menurut Arvin (2000:889)

adaah tinja – mulut, dengan makanan dan air yang merupakan penghantar untuk

kebanyakan kejadian. Eisenberg (1997:524) menyebutkan kasus-kasus diare jenis

infeksi dapat ditularkan melalui tinja (yang terkontak oleh tangan kemudian ke

Page 11: Proposal Fix

11

mulut). Juga ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi. Menurut Farida

(2005:104) penaykit diare dapat ditularkan melalui:

a. Mulut yang memakan makanan yang tercemar atau tidak higienis.

b. Fases yang mengandung kuman penyakit.

c. Proses pengolahan makanan yang tidak sehat sehingga tercemar oleh

kuman-kuman penyebab diare.

Dengan memahami proses penularan penyakit tersebut maka peranan vector

penyakit menjadi lebih jelas yaitu merupakan salah satu mata rantai dari penularan

penyakit. Proses pencegahan penularan penyakit pada dasarnya adalah mematahkan

mata rantai penularan penyakit. Mata rantai mana yang paling mudah dan efektif

untuk dipatahkan tergantung dari jenis penyakit dan cara penularannya.

2. Pencegahan

Selanjutnya masalah pencegahan adalah istilah umum agar seorang (bayi)

dalam kondisi tertentu (sehat) tidak terganggu kesehatannya akibat terkena

gangguan lingkungan. Menurut Depkes RI (2000), penyakit diare dapat dicegah

melalui promosi kesehatan antara lain:

a. Meningkatkan penggunaan ASI eksklusif.

b. Memperbaiki praktek pemberian makanan pendamping ASI.

c. Penggunaan air bersih yang cukup.

d. Kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah makan.

e. Penggunaan jamban yang benar.

Page 12: Proposal Fix

12

f. Pembuangan kotoran yang tepat termasuk tinja anak-anak dan bayi yang benar.

g. Memberikan imunisasi campak.

3. Kebijakan Pengendalian

Pada Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan (2011:19), diare

disebutkan bahwa untuk mengendalikan diare di Indonesia pemerintah telah

menetapkan suatu kebijakan dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian

akibat diare, ketatapan tersebuut adalah:

a. Melaksanakan tata laksana penderita diare yang sesuatu standar, baik di sarana

kesehatan maupun di rumah tangga

b. Melaksanakan surveilans epidemiologi dan penanganan kejadian luar biasa

c. Mengembangkan pedoman pengendalian penyakit diare

d. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pengelolaan

program yang meliputi aspek manajerial dan teknis medis

e. Mengembangkan jejaring lintas sektor dan lintas program

f. Pembinaan teknis dan monitoring pelaksaan pengendalian penyakit diare

g. Melaksanakan evaluasi sebagai dasar perencnaan selanjutnya.

4. Strategi

Sedangkan strategi yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam Buletin

Jendela Data dan Informasi Kesehatan (2011:19) pada saat mengendalikan diare

adalah:

Page 13: Proposal Fix

13

a. Melaksanakan tata laksana enderita diare yang standar di sarana kesehatan

melalui lima langkah tuntaskan diare (LINTAS Diare), yaitu pemberian oralit,

pemberian obat Zinc, pemberian ASI/makanan, pemberian antibiotik hanya

atas indikasi, dan pemberian nasehat kepada ibu atau keluarga yang

mengasuh.

b. Meningkatkan tata laksana penderita diare di rumah tangga yang tepat dan

benar

c. Meningkatkan SKD dan penanggulangan KLB diare

d. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif

e. Melaksanakan monitoring dan evaluasi.

C. Sanitasi

Sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yang

mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan

sebaginya (Notoadmojo, 2003). Sanitasi merupakan salah satu komponen dari

kesehatan lingkungan, yaitu perilaku yang disengaja untuk membudayakan

hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuh langsung dengan kotoran dan

bahan buangan berbahaya lainya, dengan harapan dapat menjaga dan

meningkatkan kesehatan manusia. Kesehatan lingkungan di Indonesia masih

memprihatinkan. Belum optimalnya sanitasi di Indonesia ini di tandai dengan

masih tingginya angka kejadian penyakit infeksi dan penyakit menular di

masyarakat. Pada saat Negara lain pola penyakit sudah bergeser menjadi

penyakit degenerative, Indonesia masih di repotkan oleh kasus demam

berdarah, diare, kusta serta Hepatitis A yang seakan tidak ada habisnya.

Page 14: Proposal Fix

14

D. Faktor yang Memengaruhi Diare

Penularan diare pada anak (balita) dapat disebabkan beberapa faktor-faktor

yang memberi pengaruh dalam penularan balita, berikut uraiannya:

1. Kepemilikan jamban

Jamban adalah sarana yang digunakan masyarakat sebagai tempat buang

air besar maupun buang air kecil. Pada pembuangan tinja tidak dapat dipisahkan

dengan adanya penyediaan jamban yang sesuai kriteria. Oleh karenanya Sarudji

(2012b: 259) menyatakan bahwa dalam penyediaan pembuangan tinja (jamban)

perlu adanya persyaratan yang harus dipenuhi, diantaranya:

a) Tidak menimbulkan kontaminasi pada air tanah dan sumber air atau sumur.

b) Tidak menimbulkan kontaminasi pada air permukaan.

c) Tidak menimbulkan kontaminasi pada tanah permukaan.

d) Tinja tidak dapat dijangkau oleh lalat atau binatang lainnya.

e) Tidak menimbulkan bau dan terlindung dari pandangan, serta memenuhi

syarat estetika lainnya.

f) Metode yang digunakan sederhana dan tidak mahal, baik dari segi

konstruksi maupun perawatannya.

Dengan adanya fasilitas dan penggunaan jamban, pembuangan feses

dapat dikendalikan sehingga dapat mencegah terjadinya penularan penyakit

diare.

2. Penyediaan air minum

Sumber air minum bisa berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) maupun dari sumur, karena kualitas air sumur tergolong sebagai air

Page 15: Proposal Fix

15

bersih. Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah

jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool, seepage

pit) dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada

keadaan serta kemiringan tanah. Jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi

dari sumber pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah dan

sebagainya. Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali

harus terbuat dibuat dari tembok yang kedap air (disemen). Hal tersebut

dimaksudkan agar tidak terjadi perembesan air / pencemaran oleh bakteri dengan

karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut. Kedalaman sumur gali dibuat

sampai mencapai lapisan tanah yang mengandung air cukup banyak walaupun

pada musim kemarau. Bibir sumur dibuat tembok yang kedap air, setinggi

minimal 70 cm, untuk mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk

aspek keselamatan.

Air PDAM ataupun air dari sumur lebih baik di masak lebih dahulu

sebelum dikonsumsi. Air bersih yang telah dimasak belum menjamin terbebas

dari kuman penyebab diare. Oleh karena itu, dalam memasak air harus

dipastikan betul-betul mendidih, setidak-tidaknya air mendidih di biarkan selama

lima menit atau lebih. Air yang telah dimasak dijauhkan letaknya, lalu cari

peralatan makan dan minum anak balita. Dengan penyediaan air minum yang

baik dan tersedia, maka kebersihan peralatan makan dan minum perlu pada saat

konsumsi balita terjamin sehingga menghindarkan dari kejadian diare pada

balita.

Page 16: Proposal Fix

16

Dari keterangan tersebut diatas, meunjukkan bahwa ketersediaan air

bersih dan cara proses memasaknya merupakan faktor yang harus diperhatikan

agar terhindar dari penyakit diare. Air bersih disini dimaksudkan sebagai

penentu faktor yang harus dipenuhi guna dapat dikonsumsi setelah proses

pengolahannya. Sedangkan yang dimaksud air konsumsi meliputi:

a. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga;

b. Air yang didistribusikan melalui tangki air;

c. Air kemasan;

d. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang

disajikan kepada masyarakat degan memenuhi syarat kesehatan,

Sementara itu air minum juga harus memenuhi syarat bakteriologis,

kimiawi, radioaktif dan fisik. Sehingga syarat kualitas air dapat dikonsumsi dan

digunakan oleh khalayak, air minum yang ideal harus memuat syarat umum dari

segi jernih airnya, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Syarat-syarat

air minum yang sehat adalah sebagai berikut:

a. Syarat Fisik

Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak

berwarna), tidak berasa, tidak berbau, suhu dibawah suhu udara di luarnya,

sehingga dalam kehidupan sehari-hari cara mengenal air yang memenuhi

persyaratan fisik tidak sukar.

b. Syarat Bakteriologis

Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri,

terutama bakteri patogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum

Page 17: Proposal Fix

17

terkontaminasi oleh bakteri patogen adalah dengan memeriksa sampel air

tersebut. Bila dari pemeriksaan 100 cc air tiak terdapat satu pun bakteri E.

coli, maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.

3. Kepemilikan bak sampah

Setiap tempat baik di rumah, sekolah, kantor, bengkel, dan pusat

perbelanjaan serta hiburan sudah umum tersedia bak sampah guna menjaga

kebersihan dan memlihara lingkungan hidup yang sehat.

Pengaruh sampah dalam pencemaran lingkungan dapat ditinjau melalui

tiga aspek, yaitu aspek fisik, kimia, biologis. Secara fisik sampah dapat

mengotori lingkungan sehingga memberikan kesan jorok, tidak estetik, terlebih

apabila sampah tersebut membusuk sehingga meninmbulkan bau yang tidak

sedap. Secara fisik pula sampah dapat mencemari saluran bahkan badan air

sehingga mengganggu alirannya. Secara biologis sampah khususnya sampah

organik yang mudah membusuk (garbage) merupakan media mikroorganisme

untuk hidupnya, sehingga dalam pemanfaatan oleh mikrobial terjadi proses

penguraian. Proses ini akan menimbulkan terbentuknya bau dan menarik

beberapa vektor penyakit dan binatang pengganggu. Akibat selanjutnya adalah

timbulnya sarang lalat atau tikus yang erat kaitannya dalam proses penularan

penyakit (Sarudji, 2012b:325).

Sarana pengumpulan sampah yang sehat harus memehuni beberapa

persyaratan yaitu cukup kuat, mudah dibersihkan dan dapat menghindarkan dari

jangkauan serangga dan tikus, oleh karena itu tempat sampah harus mempunyai

tutup dan selalu dalam keadaan tertutup, bila tutup terbuka maka menjadi tidak

Page 18: Proposal Fix

18

sehat. Membuang sampah di atas tanah terbuka sangat tidak sehat karena dapat

menyebarkan bau yang tidak sedap dan mengundang serangga dan tikus. Selain

itu dapat mencemari sumber air seperti sungai dan sumur.

Page 19: Proposal Fix

19

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep Penelitian

Secara skematis peneliti akan menggunakan kerangka konseptual penelitian

dapat digambarkan sebagai berikut :

Fecal Pada Balita

Jamban1. kepemilikan jamban

Page 20: Proposal Fix

20

= diteliti

= tidak diteliti

= berpengaruh

Gambar 2 : Kerangka Konseptual

Fecal pada balita mengandung banyak sekali bakteri yang tumbuh dan

berkembang. Beberapa faktor yang mempengaruhi di antaranya kepemilikan

jamban, kualitas air minum, kepemilikan bak sampah, cara penyimpanan makanan

siap saji, kebiasaan mencuci tangan.

Diperlukan jamban yang bersih sebagai tempat pembuangan feses balita,

karena membuang feses ke selokan atau pekarangan kosong atau tempat terbuka

lain akan memicu terjadinya kontaminasi pada makanan

melalui vektor lalat maupun terjadinya kontaminasi air.

Feses balita mengandung mikroorganisme yang akan meningkatkan kejadian diare.

Kualitas air sumur ditentukan dari jarak sumur dengan jamban dan

tinggi dinding sumur bagian atas yang kedap air. Ketersediaan air bersih dan cara

proses memasaknya merupakan faktor yang harus diperhatikan agar terhindar dari

penyakit diare.

Air bersih

1. sumber air bersih

2. penyediaan air

minum

3. jarak sumur dengan

jamban keluarga

4. tinggi dinding sumur

Makanan

Makanan terkontaminasi

Page 21: Proposal Fix

21

Setiap tempat baik di rumah, sekolah, kantor, bengkel, dan pusat

perbelanjaan serta hiburan sudah umum tersedia bak sampah guna menjaga

kebersihan dan memlihara lingkungan hidup yang sehat. Sampah yang tidak

ditangani dengan baik melalui penyimpanan sampah setempat dapat memicu

timbulnya vektor lalat yang dapat menimbulkan kejadian diare.

Secara tidak langsung, kondisi lingkungan yang kurang baik juga akan

memengaruhi kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi masing-masing

individu. Apabila ditambah dengan ketidakmampuan seseorang dalam menjaga

hygiene individual-nya maka seseorang akan terinfeksi penyakit, khususnya

penyakit yang berbasis pada sistem pencernaan, yaitu diare.

B. Hipotesis Penelitian

Dari uraian di atas maka dapat di susun hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Ada pengaruh antara kepemilikan jamban terhadap kejadian diare

2. Ada pengaruh antara sumber air terhadap kejadian diare

3. Ada pengaruh antara cara menyediakan air minum terhadap kejadian diare

4. Ada pengaruh antara jarak sumur dengan jamban terhadap kejadian diare

5. Ada pengaruh antara tinggi dinding sumur kedap air terhadap kejadian diare

6. Ada pengaruh antara kepemilikan bak sampah terhadap kejadian diare

7. Ada pengaruh antara keadaan bak sampah terhadap kejadian diare

Page 22: Proposal Fix

22

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal. Penelitian kausal

merupakan tipe penelitian konklusif yang ditujukan untuk memperoleh bukti

terkait dengan hubungan sebab dan akibat (kausal).

Penelitian ini termasuk penelitian survei yang bersifat cross sectional

yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan pengamatan sesaat atau dalam

suatu periode waktu tertentu dan setiap subjek studi hanya dilakukan satu kali

pengamatan selama penelitian (Machfoedz, 2007).

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif, yaitu pendekatan penelitian yang di dalamnya akan

Page 23: Proposal Fix

23

menyampaikan presentasi hasil penelitian yang bersifat numeric (angka-

angka), untuk tujuan menguji pengaruh antara variabel bebas dan terikat

B. Populasi Dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah anak balita yang

berkunjung ke Puskesmas Kedundung Kota Mojokerto. Sedangkan responden

adalah ibu-ibu yang memiliki anak balita di daerah tersebut. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan

Simple Random Sampling, yaitu metode pengambilan sampel secara acak di

mana masing-masing anggota populasi mempunyai peluang yang sama besar

untuk terpilih sebagai anggota sampel (Murti, 2006).

Adapun, penghitungan besarnya sampel dilakukan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut(Notoatmodjo, 2003):

n =

Keterangan :

n = Besar sampel

N = Populasi

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,05)

Besar sampel dalam penelitian ini adalah :

n = 95

1 + 95(0,05)2

n = 95

Page 24: Proposal Fix

24

1 + 0,2375

n = 95

1,2375

n = 76,7676

Jadi, jumlah sampelnya sebanyak 76,77 orang, dibulatkan menjadi 76

orang.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan November - Desember 2015.

Di Puskesmas Kedundung Kelurahan Kedundung Kecamatan Magersari Kota

Mojokerto.

C. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Variabel Terikat adalah kejadian diare pada balita di Kelurahan

Kedundung.

2. Variabel Bebas pada penelitian ini adalah :

a. Kepemilikan jamban

b. Sumber air

c. Penyediaan air minum

d. Jarak sumur dengan jamban keluarga

e. Tinggi dinding sumur yang kedap air

Page 25: Proposal Fix

25

f. Kepemilikan bak sampah

g. Tutup bak sampah

D. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel terikat

Kejadian Diare pada balita di Kelurahan Kedundung Kecamatan

Magersari Kota Mojokerto dalam 1 bulan terakhir.

2. Variabel Bebas

a. Kepemilikan Jamban;

Yang dimaksud memiliki jamban adalah tersedianya fasilitas buang

air besar untuk keluarga di lingkungan rumah tangga.

b. Kualitas air minum terdiri oleh:

1) Dimasak atau tidaknya air minum

2) Jarak sumur dengan peresapan jamban:

a) ≥ 10 meter

b) < 10 meter

3) Tinggi dinding sumur yang kedap air diukur dari permukaan tanah:

a) ≥ 3 meter

b) < 3 meter

4) Sumber air adalah:

a) PDAM

b) Sumur

Page 26: Proposal Fix

26

c. Kepemilikan bak sampah adalah tersedia atau tidaknya bak sampah

yang tertutup, yaitu:

a) Punya

b) Tidak punya

d. Keadaan bak sampah

a) tertutup

b) tidak tertutup

E. Prosedur penelitian

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode survei, dengan teknik wawancara dan observasi pada subjek penelitian.

Metode pengumpulan data yang didasarkan pada pertanyaan yang disampaikan

kepada responden yang didesain untuk mendapatkan informasi dari responden

melalui kuesioner. Observasi dilakukan terhadap fasilitas sanitasi sesuai

dengan variabel yang telah ditentukan.

F. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis tabel silang.

Page 27: Proposal Fix

27

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. Z., dkk., 2012, Faktor Risiko Diare Shigellosis pada Anak Balita, Jurnal

Kesehatan Masyarakat. 7 (1): 16-21.

Adisasmito, W., 2007, Faktor Risiko Diare Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia:

Systematic Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat,

Makara Kesehatan 1 (1): 1-10.

Anwar, A. dan Musadad, A., 2009, Pengaruh Akses Penyediaan Air Bersih Terhadap

Kejadian Diare Pada Balita. Jurnal Ekologi Kesehatan, 8 (2): 953-963.

Cooper, DR. & PS. Schindler, 2008, Business Research Methods. Tenth Editition,

McGraw-Hill International Edition, Boston.

DepKes RI, 2000, Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare, Depkes RI,

Jakarta.

Page 28: Proposal Fix

28

DepKes RI, 2005, Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare, Depkes RI,

Jakarta.

diarepadaanak.com (diunduh pada 22 April 2013)

Hiswani, 2003, Diare Merupakan Salah Satu Masalah Kesehatan Masyarakat Yang

Kejadiannya Sangat Erat Dengan Keadaan Sanitasi Lingkungan, Digitazed,

US Library.

Irianto, Agus. Statistik : Konsep Dasar & Aplikasinya. Jakarta : Kencana, 2009.

Kusumawati, O., dkk., 2011, Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan

Kejadian Diare Pada Balita Usia 1-3 Tahun Studi Kasus Di Desa Tegowanu

Wetan Kecamatan Tegowanu Grobogan, Stikes Telogorejo, Semarang.

Machfoedz I., 2007, Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, dan

Kebidanan, Fitramaya, Yogyakarta.

Murti, B., 2006, Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif, Gajah Mada University press, Yogyakarta.

Notoatmodjo S., 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar, Rineka

Cipta, Jakarta.

Riwidikdo, Handoko. Statistik Untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka

Rihma, 2010.

Silalahi, U., 2009, Metode Penelitian Sosial, Refika Aditama, Bandung.

Sugiyono, 2002, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.

Sarudji, D., 2012a. Kesehatan Lingkungan 1, Media Ilmu, Surabaya.

_________, 2012b. Kesehatan Lingkungan 2, Media Ilmu, Surabaya.

Tim Prima Pena, 2010, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Erlangga, Jakarta.

Page 29: Proposal Fix

29

Umiati, dkk., 2010, Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare

Pada Balita, Jurnal Kesehatan, 3 (1): 41-47.

Wijaya, Y., 2012, Faktor Risiko Kejadian Diare Balita Di Sekitar TPS Banaran

Kampus UNNES, Unnes Journal of Public Health, 2 (1): 49-56

Widjaja, M.C. dr., 2008, Mengatasi Diare & Keracunan pada Balita, Kawan Pustaka.

World Health Organization, 2005, The Treatment of Diarrhoea (A Manual For

Physicians And Other Senior Health Workers). ISBN 92 4 159318 0. From:

http://www.who.int/maternal_child_adolescent/documents/9241593180/en/

index.html, diakses 5 April 2013.