Proposal Fiks Ruang Belimbing

23
BAB I TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI: PESAN BERANTAI A. Latar Belakang Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada pasien psikiatri yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas diguanakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat pasien psikiatri melatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku yang maladaptif. RSKD Duren Sawit, khususnya Ruang Belimbing, adalah salah satu ruangan untuk pasien psikiatri yang pada umumnya mengalami gangguan kejiwaan seperti harga diri rendah, isolasi sosial, waham, halusinasi, defisit perawatan diri, perilaku kekerasan, dan resiko bunuh diri. Dari hasil survei, sebagian besar pasien psikiatri di Ruangan Belimbing adalah pasien yang tenang. Dalam kesehariannya, sebagian besar waktu pasien dihabiskan dengan kegiatan harian yang telah dijadwalkan oleh perawat ruangan tersebut dan ada sebagian kecil yang masih belum bisa mengikuti kegiatan tersebut. Di Ruangan Belimbing, pasien psikiatri diberi berbagai kegitan sehingga pasien tidak merasa bosan dan sepi.

description

JIWA

Transcript of Proposal Fiks Ruang Belimbing

Page 1: Proposal Fiks Ruang Belimbing

BAB I

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

SOSIALISASI: PESAN BERANTAI

A. Latar Belakang

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan

perawat kepada pasien psikiatri yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas

diguanakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam

kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan

menjadi laboratorium tempat pasien psikiatri melatih perilaku baru yang adaptif untuk

memperbaiki perilaku yang maladaptif.

RSKD Duren Sawit, khususnya Ruang Belimbing, adalah salah satu ruangan untuk

pasien psikiatri yang pada umumnya mengalami gangguan kejiwaan seperti harga diri

rendah, isolasi sosial, waham, halusinasi, defisit perawatan diri, perilaku kekerasan, dan

resiko bunuh diri. Dari hasil survei, sebagian besar pasien psikiatri di Ruangan Belimbing

adalah pasien yang tenang. Dalam kesehariannya, sebagian besar waktu pasien dihabiskan

dengan kegiatan harian yang telah dijadwalkan oleh perawat ruangan tersebut dan ada

sebagian kecil yang masih belum bisa mengikuti kegiatan tersebut. Di Ruangan Belimbing,

pasien psikiatri diberi berbagai kegitan sehingga pasien tidak merasa bosan dan sepi.

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)/ Sosialisasi TAK adalah upaya memfasilitasi

kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Salah satu gangguan

hubungan social pada pasien gangguan jiwa adalah isolasi sosial.

Berdasarkan hasil survei di Ruang Belimbing dengan jumlah pasien 22 orang, klien di

RSKD Duren Sawit sebanyak 70% mengalami halusinasi, sebanyak 20% mengalami isolasi

sosial, sebanyak 3,5% mengalami perilaku kekerasan, sebanyak 3% mengalami defisit

perawatan diri, dan waham sebanyak 3,5%.

Maka dengan data yang ada, kami mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UPN

“Veteran” Jakarta akan melakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) yaitu Sosialisasi : Pesan

Berantai.

Page 2: Proposal Fiks Ruang Belimbing

B. Topik

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi:Pesan Berantai

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

a. Peningkatan kepekaan terhadap stimulus.

b. Peningkatan interaksi dengan lingkungan

c. Peningkatan kerja sama antar pasien di Ruangan Belimbing.

2. Tujuan Khusus

a. Klien dapat menjalin interaksi dengan pasien lain.

b. Klien dapat menyampaikan isi pesan sesuai instruksi perawat.

D. Landasan Teori

1. Pengertian Isolasi Sosial

Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan dirasakan

sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif yang

mengancam. Dengan karakteristik : tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan untuk

berkomunikasi, menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidak sesuaian atau

ketidakmatangan minat dan aktivitas dengan perkembangan atau terhadap usia. Preokupasi

dengan pikirannya sendiri, pengulangan, tindakan yang tidak bermakna. Mengekspresikan

perasaan penolakan atau kesepian yang ditimbulkan oleh orang lain. Mengalami perasaan

yang berbeda dengan orang lain, merasa tidak aman ditengah orang banyak. (Mary C.

Townsend, Diagnose Kep. Psikiatri, 1998; hal 252).

Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok mengalami atau

merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain

tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito ,L.J, 1998: 381). Menurut Rawlins,

R.P & Heacock, P.E (1988 : 423) isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar

dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan

Page 3: Proposal Fiks Ruang Belimbing

akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu

dalam kegagalan.

2. Penyebab

Isolasi sosial menarik diri sering disebabkan oleh karena kurangnya rasa percaya pada

orang lain, perasaan panik, regresi ke tahap perkembangan sebelumnya, waham, sukar

berinteraksi dimasa lampau, perkembangan ego yang lemah serta represi rasa takut

(Townsend, M.C,1998:152). Menurut Stuart, G.W & Sundeen, S,J (1998 : 345). Isolasi sosial

disebabkan oleh gangguan konsep diri harga diri rendah.

Gangguan konsep diri: harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang

dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen,

1998 :227). Menurut Townsend (1998:189) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari

perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak

langsung. Pendapat senada dikemukan oleh Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri

rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai

diri atau kemampuan diri.

3. Tanda Dan Gejala

Menurut Townsend, M.C (1998:152-153) & Carpenito,L.J (1998: 382) isolasi sosial

menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut:

a. Data subjektif :

1) Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan

2) Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki

b. Data objektif

1) Tampak menyendiri dalam ruangan

2) Tidak berkomunikasi, menarik diri

3) Tidak melakukan kontak mata

4) Tampak sedih, afek datar

5) Posisi meringkuk di tempat tidur dengang punggung menghadap ke pintu

6) Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan

perkembangan usianya

Page 4: Proposal Fiks Ruang Belimbing

7) Kegagalan untuk berinterakasi dengan orang lain didekatnya

8) Kurang aktivitas fisik dan verbal

9) Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi

10) Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya

4. Akibat Dari Isolasi Sosial

Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya gangguan sensori persepsi

halusinasi (Townsend, M.C, 1998 : 156). Gangguan sensori persepsi halusinasi adalah

persepsi sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang

tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau mendengarkan suara-

suara yang sebenarnya tidak ada (Johnson, B.S, 1995:421). Menurut Maramis (1998:119)

halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca indera, di mana

orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh psikotik,

gangguan fungsional, organik atau histerik. Perubahan persepsi sensori halusinasi sering

ditandai dengan adanya:

a. Data subjektif:

1) Tidak mampu mengenal waktu, orang dan tempat

2) Tidak mampu memecahkan masalah

3) Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara-suara atau melihat

bayangan)

4) Mengeluh cemas dan khawatir

b. Data objektif:

1) Apatis dan cenderung menarik diri

2) Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi, kadang berhenti

berbicara seolah-olah mendengarkan sesuatu

3) Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara

4) Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai

5) Gerakan mata yang cepat

6) Pikiran yang berubah-rubah dan konsentrasi rendah

7) Respons-respons yang tidak sesuai (tidak mampu berespons terhadap petunjuk

yang kompleks.

Page 5: Proposal Fiks Ruang Belimbing

5. Definisi TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)

Terapi disini diartikan sebagai suatu aktivitas yang digunakan di dalam kelompok

dan dilakukan secara bersama. Aktivitas disini diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan

untuk menghasilkan proses klien yang lebih baik dalam keadaan kondisi psikiatrinya,

baik biologis-psikologis-sosial-spiritual.

Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang

lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart dan Laraia, 2001).

Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta

mengubah prilaku yang obstruktif dan maladaptif. Kelompok berfungsi sebagai tempat

berbagi pengalaman dan saling membantu satu sama lainnya untuk menemukan cara

menyelesaikan masalah.

Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan

waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu. Fokus dari terapi

kelompok adalah membuat perubahan sadar diri, peningkatan hubungan interpersonal,

membuat perubahan atau ketiganya.

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan

perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.

Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target asuhan.

Dengan TAK itu sendiri memerlukan psikoterapi dengan sejumlah pasien dengan

waktu yang sama, manfaat terapi aktivitas kelompok adalah agar klien dapat kembali

belajar bagaimana cara bersosialisasi karena kelompok ini berfungsi sebagai tempat

berbagi pengalaman dan membantu satu sama lain untuk menemukan cara menyelesaikan

masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya.

E. Klien

1. Kriteria

- Pasien psikiatri Ruang Belimbing RSKD Duren Sawit.

- Klien yang tenang dan koperatif.

- Klien dengan riwayat isolasi sosial.

- Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif atau mengamuk,

dalam keadaan tenang.

Page 6: Proposal Fiks Ruang Belimbing

- Klien dapat membaca instruksi perawat.

- Klien yang tidak mengalami gangguan pendengaran.

2. Proses seleksi

Klien diseleksi berdasarkan pengkajian dari perawat. Penyeleksian masalah berdasarkan

masalah keperawatan. Selanjutnya dilakukan kontrak dengan klien.

F. Pengorganisasian

1. Waktu

a. Hari / tanggal : Jumat, 8 Februari 2013

b. Jam : 09.00 – 09.30 WIB (30 menit)

c. Acara : 30 menit

- Fase Orientasi : 5 menit

- Fase Kerja : 20 menit

- Fase Terminasi : 5 menit

a. Tempat : Ruang Belimbing RSKD Duren Sawit

d. Jumlah pasien : 7 orang

2. Tim terapis

a. Leader : Rista Melyana Purba

- Membuka jalannya kegiatan

- Memperkenalkan diri dan anggota kelompok.

- Memimpin dalam menginstruksikan terapi aktivitas kelompok

- Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya terapi.

- Menetapkan tujuan dan peraturan kelompok

- Membacakan tujuan dan peraturan kelompok sebelum kegiatan dimulai

- Memberi reinforcement positif

b. Co leader : Amansius Timon

- Membantu tugas leader

- Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader

Page 7: Proposal Fiks Ruang Belimbing

- Mengingatkan leader bila ada kegiatan yang menyimpang

- Mengingatkan pemimpin untuk lamanya waktu kegiatan

- Bersama leader menjadi contoh kerjasama yang baik

c. Fasilitator: Amalia Fildzah, Veri Endaryeni, Erdila Fitriana, Benny Dicky

Permadi

- Ikut serta dalam anggota sebagai anggota kelompok

- Memotivasi anggota kelompok yang kurang atau tidak aktif selama TAK

berlangsung

- Menyiapkan alat / media

- Mengantisipasi hal – hal diluar rencana

d. Observer : Ari Nur Fauzi Cahyaningsih

- Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang tersedia).

- Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga

penutupan.

- Memberikan kesimpulan

3. Metode dan media

a. Metode

- Dinamika kelompok

- Diskusi

b. Media

- Kertas berisi instruksi

- Balon

c. Setting

K KK K K K K

F FF F

L CLO

Page 8: Proposal Fiks Ruang Belimbing

Keterangan :

: Leader

: Co leader

: Observer

: Fasilitator

: Klien

G. Antisipasi Masalah

1. Jika ada klien lain yang ingin masuk mengikuti kegiatan, akan diseleksi terlebih dahulu.

Jika klien memenuhi kriteria, maka klien diizinkan masuk dan mengikuti TAK yang

sedang berlangsung.

2. Jika ada klien yang ingin pergi, ditanyakan terlebih dahulu. Jika klien ingin kekamar

mandi, klien ditemani oleh salah satu fasilitator dan izin terlebih dahulu kepada leader.

3. Jika ada klien ingin keluar dari kegiatan tanpa alasan, maka fasilitator memberikan

motivasi terlebih dahulu. Jika klien memaksa keluar, maka klien dianggap gagal

mengikuti TAK.

L

CL

O

F

K

Page 9: Proposal Fiks Ruang Belimbing

STRATEGI PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

TANGGAL 08 FEBRUARI 2013 DI RUANGAN BELIMBING

RS KHUSUS DAERAH DUREN SAWIT

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien

a. Tn. Isworo: Pasien kooperatif, tidak ada masalah gangguan pada

pendengaran, dapat membaca dan mengikuti instruksi perawat dengan baik.

b. Tn. Sugianto: Pasien kooperatif, tidak ada masalah gangguan pendengaran,

dapat membaca dan mengikuti instruksi perawat dengan baik.

c. Tn. Rifky: Pasien kooperatif, tidak ada gangguan pendengaran, dapat

membaca dan mengikuti instruksi perawat dengan baik, penampilan lemas,

cepat mengantuk.

d. Tn. Wahyu: Pasien kooperatif, tidak ada gangguan pendengaran, dapat

membaca dan mengikuti instruksi perawat dengan baik, penampilan lemas.

e. Tn. Mursidi: Pasien kooperatif, tidak ada gangguan pendengaran, dapat

membaca dan mengikuti instruksi perawat dengan baik, penampilan lemas,

kurang bersemangat.

f. Tn. Okswi: Pasien koopeeratif, tidak ada gangguan pendengaran, dapat

membaca dan mengikuti instruksi perawat dengan baik, penampilan lemas,

kurang konsentrasi.

g. Tn. Soimin: Pasien kooperatif, tidak ada masalah gangguan pendengaran,

dapat membaca dan mengikuti instruksi perawat dengan baik.

2. Diagnosa Keperawatan:

a. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

b. Isolasi Sosial: Menarik Diri

3. Tujuan:

a. Klien dapat berinteraksi dengan pasien lain.

b. Klien dapat menjalin kerja sama yang baik dengan pasien lain.

Page 10: Proposal Fiks Ruang Belimbing

c. Klien dapat mengikuti instruksi perawat dengan tepat.

4. Tindakan:

a. Memberi salam.

b. Memperkenalkan diri (perawat dan pasien)

c. Menjelaskan tujuan dari Terapi Aktivitas Kelompok

d. Menjelaskan peraturan-peraturan dalam melakukan kegiatan Terapi Aktivitas

Kelompok.

e. Menjelaskan langkah-langkah TAK.

f. Mengamati jalannya TAK.

g. Menilai jalannya TAK.

h. Mengevaluasi hasil akhir dari TAK

B. STRATEGI PELAKSANAAN

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi Bapak-Bapak, perkenalkan nama saya Rista, disebelah saya ada

Dilla, Veri, Lia, Aya, Aman dan Benny. Kami mahasiswa dari UPN “Veteran”

Jakarta. Sekarang giliran Bapak-Bapak disini yang memperkenalkan diri

(menanyakan semua nama dan panggilan semua klien)”.

b. Evaluasi/Validasi

“Bagaimana perasaan Bapak-Bapak hari ini? Bagaimana tidurnya semalam? Bias

tidur nyenyak idak?”

c. Kontrak :

1) Tujuan : “Bapak-Bapak, hari ini kita akan melakukan kegiatan Terapi

Aktivitas Kelompok Sosialisasi: pesan berantai, tujuannya agar Bapak-Bapak

bisa menyampaikan pesan dari orang lain dengan baik dan dapat bekerja sama

antara satu orang ke orang lain ”.

2) Aturan Main:

“Bapak-Bapak, sebelum saya mulai, saya akan membacakan peraturannya

dulu ya”.

Page 11: Proposal Fiks Ruang Belimbing

a) Klien mengikuti TAK dari awal sampai akhir

b) Jika akan keluar kelompok, klien harus semua meminta izin terapis.

c) Lama kegiatan 30 menit.

2. Fase Kerja

“Bapak-Bapak, sekarang saya akan menjelaskan cara mainnya yaa, nanti Bapak yang

paling pinggir akan saya beri balon yang diselipkan diantara kedua lutut dan

diberikan waktu untuk membaca pesan yang ada dikertas ini, dan hafalkan selama 2

menit, setelah itu saya akan menghitung sampai tiga. Kemudian bapak yang paling

pinggir mengoper balon keteman sebelahnya serta menyampaikan pesan yang sudah

di hafal tadi. Nanti Bapak mengoper balon dan menyampaikannya lagi ke teman

samping Bapak, begitu seterusnya sampai selesai”.

“Sekarang saya akan memberi kertas ini, silahkan Bapak baca dan hafalkan/ pahami

isinya. Setelah itu sampaikan pesan tersebut ke orang disamping anda sambil

mengoper balon tersebut, begitu seterusnya sampai selesai ”.

3. Tahap terminasi

a. Evaluasi :

1) “Bagaimana perasaan Bapak - Bapak setelah mengikuti permainan pesan

berantai ini?”

2) “Oke, karena semuanya sudah bagus mengikuti permainan ini, kita tepuk

tangan dengan pandu positif. Seperti ini ya caranya, Bapak - Bapak tepuk

tangan, kemudian mengatakan “kita semua memang hebat!”

b. “Bapak - Bapak, setelah kegiatan ini, Bapak - Bapak dapat mulai untuk

berinterksi dengan baik dan mampu untuk bersosialisasi.”

c. Kontrak yang akan datang

“Bapak - Bapak TAK ini adalah kegiatan terakhir yang disampaikan perawat

mahasiswa UPN “Veteran”. Semoga berkesan dan bermanfaat untuk kita semua.”

Page 12: Proposal Fiks Ruang Belimbing

C. EVALUASI DAN DOKUMENTASI

1. Evaluasi struktur

Sebelum melakukan kegiatan kami mengumpulkan referensi setelah itu penulis

membaca serta menganalisa kegiatan yang baik untuk klien di Ruang Belimbing RSKD

Duren Sawit serta berdiskusi dengan penanggung jawab ruangan. Kemudian kami

membuat proposal kegiatan dengan proses pengkoreksian atau konsul dengan

pembimbing/CI. Setelah proposal kami disetujui, kami melakukan persiapan untuk

pelaksanaan kegiatan kepada lansia di Ruang Belimbing RSKD Duren Sawit. Kegiatan

dilaksanakan dengan beranggotakan 7 orang yaitu sebagai leader : Rista Melyana Purba,

Co leader : Amansius Timon, Fasilitator : Amalia Fildzah, Veri Endaryeni, Erdila

Fitriana, Benny Dicky Permadi dan Observer : Ari Nur Fauzi Cahyaningsih. Pembimbing

(CI) : Ibu Jumatina. Setelah kegiatan selesai dilaksanakan kemudian dilanjutkan dengan

mengevaluasi kegiatan.

2. Evaluasi proses

TAK yang dilakukan di Ruang Belimbing RSKD Duren Sawit berhasil dilakukan

dimana jumlah mahasisiwa yang melakukan TAK berjumlah 7 orang dan pasien yang

hadir 7 orang. Acara di mulai dengan salam pembuka, penjelasan topik yang akan

dilakukan dalam TAK hari ini, dimulai dari leader, co leader, fasilitator, dan observer

serta pendokumentasiannya. Peserta aktif dalam mengikuti kegiatan, 80% klien dapat

mengikuti kegiatan sampai selesai, leader dan co leader dapat mengarahkan peserta untuk

aktif melaksanakan kegiatan, fasilitator dapat memotivasi peserta untuk aktif

menyelesaikan kegiatan, observer dapat melaporkan jalannya kegiatan.

3. Evaluasi hasil

Target yang ingin kami capai dalam kegiatan aktivitas kelompok (TAK) yang

dilakukan pada hari Jum’at, 8 Januari 2013 pukul 09.00 – 09.30 WIB di Ruang

Belimbing RSKD Duren Sawit. Target yang ingin kami capai dalam pengembangan

kemampuan klien untuk melakukan TAK ini sekitar 80%. Dengan kriteria hasil :

1) Kemampuan verbal

a) Klien mampu menyebutkan nama dan nama panggilannya : 80%

b) Klien mampu menyebutkan beberapa kata : 70%

c) Klien mampu menyampaikan pesan dengan benar : 80%

Page 13: Proposal Fiks Ruang Belimbing

2) Kemampuan non verbal

a) Klien dapat mengoper balon sesuai instruksi : 80%

b) Kontak mata : 80 %

c) Klien menggunakan anggota tubuh yang sesuai dengan instruksi saat

mengoper bola : 80%

d) Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir : 80 %

Evaluasi dan dokumentasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada

tahap kerja. Aspek yang dinilai dan dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan

tujuan TAK. Formulir evaluasi sebagai berikut.

Evaluasi dan Dokumentasi

a. Kemampuan Verbal

No Aspek yang DinilaiNama Peserta TAK

1Menyebutkan nama lengkap dan nama

panggilan

2 Klien mampu menyebutkan beberapa kata

3Klien mampu menyampaikan pesan

dengan benar

Jumlah

Petunjuk :

1. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien mengikuti, menggambar,

menyebutkan dan menceritakan makna gambar. Beri tanda jika klien mampu dan

tanda jika klien tidak mampu.

2. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapat nilai 5 atau 6 berarti klien

lulus ; jika nilai ≤ 4 klien belum lulus dan berarti klien harus memperkenalkan diri

kepada teman-temannya.

Page 14: Proposal Fiks Ruang Belimbing

b. Kemampuan Non Verbal

No Aspek yang DinilaiNama Peserta TAK

1 Kontak mata

2Klien dapat mengoper balon sesuai

instruksi

3Klien menggunakan anggota tubuh yang

sesuai dengan instruksi saat mengoper bola

4Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai

akhir

Jumlah

Petunjuk :

1. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan member tanda checklist (√) jika

ditemukan pada klien atau tanda silang (X) jika tidak ditemukan.

2. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 5 atau 6 klien dianggap mampu,

dan jika nilai 3, atau 4 klien belum mampu.

Page 15: Proposal Fiks Ruang Belimbing

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Jiwa : Aplikasi Praktik Klinik.

Yogyakarta: Graha Ilmu

Fitria, Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba

Medika

Keliat, Budi A., Arkemat. 2004. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok.

Jakarta: EGC

Page 16: Proposal Fiks Ruang Belimbing

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

“SOSIALISASI PESAN BERANTAI”

DI RUANG BELIMBING RSKD DUREN SAWIT

JAKARTA TIMUR

OLEH :

Rista Meliana Purba 1010711081

Amalia fildzah 1010711105

Ari Nur Fauzi Cahyaningsih 1010711060

Veri Endaryeni 1010711100

Erdila Fitriana 1010711083

Amansius Timon 1010711090

Benny Dicky Permadi 1010711050

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

2013