Proposal Festival Muharam 1430 h

3
1 Proposal Dialog dan Festival Muharam 1430 H MEMAJUKAN PENDIDIKAN SENI DI PERGURUAN MUHAMMADIYAH (Upaya Menyongsong Muktamar Satu Abad Muhammadiyah) Pendahuluan Muhammadiyah, sebagai gerakan dakwah Islam yang berkebudayaan sesungguhnya tidak pernah meninggalkan pendidikan seni. Bahkan seni diefektifkan sebagai sarana untuk memobilisasi semangat juang sebagaimana terlahir pada lagu mars Muhammadiyah dan ortom, lagu-lagu Muktamar, lagu-lagu dakwah Muhammadiyah. Pendidikan seni di perguruan dan di komunitas Muhammadiyah juga dijadikan sarana guna memperhalus budi dan mengajak siapa saja untuk bergabung dengan langkah Muhammadiyah. Di kemudian hari terbukti bagaimana Gesang, sebagai anak didik Muhammadiyah mampu mengaktualisasikan potensi seninya sampai menjadi maestro musik kroncong dunia. Juga Mohammad Dponegoro, dikenal sebagai maestro seni pertunjukan dan cerpen Indonesia; Abdul Hadi WM dan Emha Ainun Nadjib, maestro sastra; Ebiet G Ade, maestro musik pop; kemudian Hanung Bramantyo, maestro seni film; dan Andrea Herata, maestro novel Indonesia terkini. Ini semua membuktikan bahwa Muhammadiyah sebagai lingkungan pendidikan sesungguhnya mampu memfasilitasi munculnya potensi seni budaya yang berkualitas dan layak tampil di panggung nasional maupun global. Hanya masalahnya, sederet nama besar di atas, selama ini sepertinya menjadi sukses lebih karena perjuangan pribadinya ketimbang karena diproses secara intensif lewat pendidikan di Muhammadiyah. Spirit untuk terus kreatif dan fondasi untuk berkarir pada seni modern memang telah diletakkan pada sekolah dan lingkungan komunitas Muhammadiyah, tetapi untuk sampai pada posisinya yang sekarang, perjuangan pribadi sungguh lebih merupakan kunci utama. Muhammadiyah, telah memiliki strategi Dakwah Kultural. Akan tetapi karena konsep Dakwah Kultural lebih mirip dengan pemetaan kondisi kultural aktual tanpa rute gerakan, maka banyak yang kesulitan untuk dari mana memulainya. Aktivis Muham- madiyah pun, banyak yang mengambil kesimpulan bahwa untuk melangkahkan Dakwah Kultural boleh memulai dari mana saja. PSB PS UMS pernah memulai dengan halaqah budaya dan mengenalkan pola pendidikan seni di sekolah dasar, LSB PP Muhammadiyah memulai dengan workshop-workshop, UAD memulai dengan menerjunkan mahasiswa KKN yang memiliki 4 strategi mendekati dan mengembangkan masyarakat dan salah satu diantaranya adalah dengan strategi seni budaya. UAD, lewat LPM-nya juga membuka dialog tanpa henti lewat Festival Muharamnya (sebagai media pergelaran hasil pembinaan dan pengembangan kesenian oleh mahasiswa KKN), Aisyiyah dengan memperkuat pendidikan seni di TK ABA, dan fungsionaris LSB di daerah memulai dari apa yang mereka punyai dan mereka anggap penting. Semua itu sudah bagus tetapi tetap belum memadai. Masih ada langkah strategis alternatif yang sesungguhnya efektif. Yaitu dengan memajukan pendidikan seni di Perguruan Muhammadiyah mulai dari TK, SD, SLTP, sampai SLTA dan mendirikan program studi seni di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Selama ini, untuk pendidikan seni di TK sampai SLTA diserahkan pada

Transcript of Proposal Festival Muharam 1430 h

Page 1: Proposal Festival Muharam 1430 h

1

Proposal

Dialog dan Festival Muharam 1430 H

MEMAJUKAN PENDIDIKAN SENI DI PERGURUAN MUHAMMADIYAH

(Upaya Menyongsong Muktamar Satu Abad Muhammadiyah)

Pendahuluan

Muhammadiyah, sebagai gerakan dakwah Islam yang berkebudayaan

sesungguhnya tidak pernah meninggalkan pendidikan seni. Bahkan seni diefektifkan

sebagai sarana untuk memobilisasi semangat juang sebagaimana terlahir pada lagu mars

Muhammadiyah dan ortom, lagu-lagu Muktamar, lagu-lagu dakwah Muhammadiyah.

Pendidikan seni di perguruan dan di komunitas Muhammadiyah juga dijadikan sarana

guna memperhalus budi dan mengajak siapa saja untuk bergabung dengan langkah

Muhammadiyah.

Di kemudian hari terbukti bagaimana Gesang, sebagai anak didik Muhammadiyah

mampu mengaktualisasikan potensi seninya sampai menjadi maestro musik kroncong

dunia. Juga Mohammad Dponegoro, dikenal sebagai maestro seni pertunjukan dan cerpen

Indonesia; Abdul Hadi WM dan Emha Ainun Nadjib, maestro sastra; Ebiet G Ade,

maestro musik pop; kemudian Hanung Bramantyo, maestro seni film; dan Andrea Herata,

maestro novel Indonesia terkini. Ini semua membuktikan bahwa Muhammadiyah sebagai

lingkungan pendidikan sesungguhnya mampu memfasilitasi munculnya potensi seni

budaya yang berkualitas dan layak tampil di panggung nasional maupun global.

Hanya masalahnya, sederet nama besar di atas, selama ini sepertinya menjadi

sukses lebih karena perjuangan pribadinya ketimbang karena diproses secara intensif

lewat pendidikan di Muhammadiyah. Spirit untuk terus kreatif dan fondasi untuk berkarir

pada seni modern memang telah diletakkan pada sekolah dan lingkungan komunitas

Muhammadiyah, tetapi untuk sampai pada posisinya yang sekarang, perjuangan pribadi

sungguh lebih merupakan kunci utama.

Muhammadiyah, telah memiliki strategi Dakwah Kultural. Akan tetapi karena

konsep Dakwah Kultural lebih mirip dengan pemetaan kondisi kultural aktual tanpa rute

gerakan, maka banyak yang kesulitan untuk dari mana memulainya. Aktivis Muham-

madiyah pun, banyak yang mengambil kesimpulan bahwa untuk melangkahkan Dakwah

Kultural boleh memulai dari mana saja. PSB PS UMS pernah memulai dengan halaqah

budaya dan mengenalkan pola pendidikan seni di sekolah dasar, LSB PP Muhammadiyah

memulai dengan workshop-workshop, UAD memulai dengan menerjunkan mahasiswa

KKN yang memiliki 4 strategi mendekati dan mengembangkan masyarakat dan salah

satu diantaranya adalah dengan strategi seni budaya. UAD, lewat LPM-nya juga

membuka dialog tanpa henti lewat Festival Muharamnya (sebagai media pergelaran hasil

pembinaan dan pengembangan kesenian oleh mahasiswa KKN), Aisyiyah dengan

memperkuat pendidikan seni di TK ABA, dan fungsionaris LSB di daerah memulai dari

apa yang mereka punyai dan mereka anggap penting. Semua itu sudah bagus tetapi tetap

belum memadai.

Masih ada langkah strategis alternatif yang sesungguhnya efektif. Yaitu dengan

memajukan pendidikan seni di Perguruan Muhammadiyah mulai dari TK, SD, SLTP,

sampai SLTA dan mendirikan program studi seni di lingkungan Perguruan Tinggi

Muhammadiyah. Selama ini, untuk pendidikan seni di TK sampai SLTA diserahkan pada

Page 2: Proposal Festival Muharam 1430 h

2

kurikulum yang ada, kurikulum buatan pemerintah, dengan guru seni yang seadanya dan

belum kental ideologi Muhammadiyahnya. Untuk Perguruan Tinggi bahkan belum ada

pola pendidikan seninya, selain menyerahkan bulat-bulat pada unit kegiatan

mahasiswanya masing-masing.

Semua itu perlu diubah. Jika Muhammadiyah menjelang satu abad dan saat

Muktamar satu abad ingin berada di depan masyarakat, khususnya secara seni budaya,

maka pendidikan seni budaya di perguruan Muhammadiyah perlu dipermaju lagi. Jika ini

dapat dilakukan, maka upaya ini sungguh merupakan langkah besar dalam menyongsong

Muktamar Satu Abad di tahun 2010 nanti di Yogyakarta.

Alternatif Solusi

Bagaimana cara mempermaju pendidikan seni budaya di perguruan

Muhammadiyah? Itulah yang akan dibahas dan dikembangkan dalam Dialog dan Festival

Muharam 1430 H di Kampus II Universitas Ahmad Dahlan Jalan Pramuka 42

Yogyakarta. Format acaranya adalah sebagai berikut.

1. Orasi Budaya dengan topik “Seni dan Pendidikan Seni di Muhammadiyah” oleh

Prof. Dr. Hj. Siti Chamamah Soeratno

2. Diskusi Panel Problematika Kesenian dan Pendidikan Seni di Muhammadiyah

a. Kebijakan dan Langkah Strategis Pendidikan Seni di Pendidikan Dasar dan

Menengah Muhammadiyah oleh Dr. H. Tasman Hamami, M.A. (Ketua Majelis

Dikdasmen PWM Muhammadiyah DIY)

b. Kebijakan dan Langkah Strategis Pembukaan Jurusan (Pendidikan) Seni di

Perguruan Tinggi Muhammadiyah oleh Majelis Dikti Litbang Pimpinan Pusat

Muhammadiyah (diharapkan oleh Bapak Prof. Suyanto, M.Ed. Ph.D).

c. Pengalaman Memajukan (Pendidikan) Seni di Komunitas Muhammadiyah oleh

Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial Univ. Muhammadiyah Surakarta

d. Seni dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat oleh H. Herry Zudianto, S.E. Akt.

M.M. (Walikota Yogyakarta)

e. Peran dan Upaya Muhammadiyah dalam Pengelolaan HAKI Karya Seni oleh Dr.

H. Bambang Cipto, M.A. (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)

3. Sumbangan Pemikiran dengan Tema “Berbagi Pengalaman dalam Memajukan

(Pendidikan) Seni”

a. Pengalaman memajukan pendidikan seni di TK ABA

b. Pengalaman memajukan pendidikan seni di Sekolah Dasar Muhammadiyah

c. Pengalaman memajukan (pendidikan) seni di SLTP Muhammadiyah/Negeri

d. Pengalaman memajukan (pendidikan) seni di SMA Muhammadiyah/Negeri.

e. Pengalaman memajukan seni di PTM

f. Pengalaman memajukan seni di warga Muhammadiyah

g. Pengalaman memajukan seni lewat KKN di komunitas Muhammadiyah

h. Pengalaman memajukan seni di warga Muhammadiyah

4. Dialog Kreatif dengan seniman budayawan Muhammadiyah

a. Emha Ainun Nadjib (puisi dan teater)

b. Joni Ariadinata (cerpen)

c. Embi C Noer (musik)

Page 3: Proposal Festival Muharam 1430 h

3

d. Hanung Bramantyo (film)

e. Andrea Hirata (novel)

5. Pentas seni berbagai potensi seni mulai dari anak TK, SD, SLTP, SLTA sampai

PTM dan komunitas Muhammadiyah. Pentas seni ini merupakan hasil pendidikan

seni di lingkungan masing-masing dan hasil pendampingan mahasiswa KKN UAD

selama ini.

Periode dan Teknik Pelaksanaan Kegiatan

Dialog dan Festival Muharram 1430 H dilaksanakan dan diatur sebagai berikut.

1. Orasi Budaya dengan topik “Seni dan Pendidikan Seni di Muhammadiyah” oleh Prof.

Dr. Hj. Siti Chamamah Soeratno dilaksanakan pada hari Ahad, 4 Januari 2009.

2. Diskusi Panel Problematika Kesenian dan Pendidikan Seni di Muhammadiyah

dilaksanakan pada hari Ahad, 4 Januari 2009.

3. Sumbangan Pemikiran dengan Tema “Berbagi Pengalaman dalam Memajukan

(Pendidikan) Seni” disampaikan dalam bentuk makalah pendamping yang akan

dibagikan kepada para peserta Dialog dan Festival Muharram 1430 H pada tanggal 4

Januari 2009.

4. Dialog Kreatif dengan seniman budayawan Muhammadiyah, dilaksanakan bertahap

selama tahun 1430 H (jadwal menyusul).

5. Pentas seni, sebagian dilaksanakan pada hari Ahad, 4 Januari 2009 dan sebagian

lainnya dilaksanakan menyertai kegiatan Dialog Kreatif.

Kepanitiaan

Periksa lampiran

Anggaran

Periksa lampiran

Jadwal

Periksa lampiran

Penutup

Proposal kegiatan ini disusun sebagai acuan bagi pihak-pihak yang terkait dengan

pelaksanaan Dialog dan Festival Muharram 1430 H. Sejalan dengan perubahan-

perubahan yang kemungkinan terjadi di lembaga maupun masyarakat, proposal ini sangat

dimungkinkan ada perbaikan.

Yogyakarta, 17 November 2008

Ketua, Sekretaris,

Ttd. Ttd.

Jabrohim Muh. Joko Susilo, M.Pd.