Proposal Esthy

38
Era Fitryani Sinaga Selasa, 22 Juli 2014 HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN UMUR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA PATANE I KECAMATAN PORSEA KABUPATEN TOBA SAMOSIR TENTANG ANTIBIOTIK BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian antibiotik sudah lazim digunakan oleh masyarakat, tanpa memahami bagaimana seharusnya menggunakan antibiotika tersebut, pengobatan dengan antibiotika yang semakin luas sudah menjadi permasalahan yang penting diseluruh dunia. Saat ini hampir sebagin besar masyarakat telah familiar dengan istilah antibiotik. Antibiotik sendiri adalah zat-zat kimia yang dihasilkn oleh fungi dan bakteri yng memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman. Sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil, antibiotik sering digunakan untuk membunuh bakteri penyebab infeksi (Tiara, S., 2012). Menurut direktur jendral bina kefarmasian dan alat kesehatan kementrian kesehatan, Maura Linda Sitanggang dalam periode tujuh dekade terakhir penggunaan antibiotik dapat meningkatkan kualitas hidup manusia. Tapi, kini angka pemakaian antibiotik yang tidak rasional di indonesia sangat memprihatinkan, kini banyak terjadi resistensi mikroba terhadap antibiotik. Padahal penelitian dibidang mikrobiologi klinis hanya

Transcript of Proposal Esthy

Page 1: Proposal Esthy

Era Fitryani Sinaga

Selasa, 22 Juli 2014

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN UMUR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA PATANE I KECAMATAN PORSEA KABUPATEN TOBA SAMOSIR TENTANG ANTIBIOTIK

BAB IPENDAHULUAN

1.1       Latar BelakangPemakaian antibiotik sudah lazim digunakan oleh masyarakat, tanpa memahami

bagaimana seharusnya menggunakan antibiotika tersebut, pengobatan dengan antibiotika yang

semakin luas sudah menjadi permasalahan yang penting diseluruh dunia. Saat ini hampir sebagin

besar masyarakat telah familiar dengan istilah antibiotik. Antibiotik sendiri adalah zat-zat kimia

yang dihasilkn oleh fungi dan bakteri yng memiliki khasiat mematikan atau menghambat

pertumbuhan kuman. Sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil, antibiotik sering

digunakan untuk membunuh bakteri penyebab infeksi (Tiara, S., 2012).

            Menurut direktur jendral bina kefarmasian dan alat kesehatan kementrian kesehatan,

Maura Linda Sitanggang dalam periode tujuh dekade terakhir penggunaan antibiotik dapat

meningkatkan kualitas hidup manusia. Tapi, kini angka pemakaian antibiotik yang tidak rasional

di indonesia sangat memprihatinkan, kini banyak terjadi resistensi mikroba terhadap antibiotik.

Padahal penelitian dibidang mikrobiologi klinis hanya sedikit sehingga kalah cepat dengan

resistensi mikroba (Anonimd, 2013).

                  Pemakaian antibiotik yang tidak rasional dapat menimbulkan dampak membahayakan

bagi kesehatan masyarakat.  Gangguan organ tubuh yang bisa terjadi adalah gangguan saluran

cerna, gangguan ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan sumsum tulang, gangguan darah dan

sebagainya. Pemakaian antibiotik berlebihan atau irasional juga dapat membunuh kuman yang

baik dan berguna yang ada dalam tubuh kita, sehingga tempat yang semula ditempati oleh

bakteri ini akan diisi oleh bakteri jahat atau oleh jamur kejadian ini disebut superinfection.

Penggunaan antibiotik yang irrasional menyebabkan bakteri-bakteri yang tidak terbunuh

mengalami mutasi dan menjadi kuman yang resisten atau disebut superbugs (Anonimb, 2011).

      Ada berbagai faktor yang dapat memicu berkembangnya resistensi mikroba terhadap

antibiotik. Salah satunya, kini antibiotik bisa dijual bebas sehingga sangat mudah didapatkan.

Page 2: Proposal Esthy

Akibatnya, masyarakat lebih bebas menggunakan antibiotik. Penyebab lain adalah tidak

terkontrolnya pemakaian antibiotik pada hewan ternak kemudian hasil ternaknya dikonsumsi

oleh manusia. Bahkan penyebab yang paling utama penyebab terjadinya resistensi bakteri adalah

akibat rendahnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya pemakaian antibiotik, sering kali

masyarakat (pasien) yang merasa sudah sembuh tidak menghabiskan semua antibiotik yang

sudah diberikan (Anonimd, 2013).

      Pada saat antibiotik dikonsumsi oleh pasien, bakteri yang ada dalam tubuh terus

bermutasi. Selalu ada kemungkinan mutasi bakteri yang berlangsung di dalam tubuh pasien,

muncul bakteri-bakteri dengan struktur genetik yang beradaptasi dengan kehadiran antibiotik

didalam tubuh. Pada penggunaan antibiotik yang tidak tuntas, bakteri-bakteri dengan

kemampuan untuk beradaptasi yang baru hasil mutasi ini akan terus berkembang biak, dan bila

populasinya mencapai jumlah yang dapat menyebabkan infeksi, pengobatan dengan antibiotik

yang sebelumnya akan menjadi kurang efektif.

            Apabila hal ini berlangsung dalam waktu yang lama, maka resisitensi bakteri didalam

tubuh terus meningkat. Pengobatan terhadap infeksi lanjutan akan membutuhkan jenis-jenis

antibiotik yang lebih spesifik dan dapat meningkatkan kesulitan proses medikasi. Biaya

pengobatan pun akan meningkat karena penanganan khusus harus diberikan terhadap bakteri

yang telah resisten terhadap antibiotik (Anonimc, 2013).

            Menurut Pangaribuan, R., (2012) hanya 13,20% masyarakat Desa Lumban Pea kabupaten

Toba Samosir yang berpengetahuan yang baik tentang antibiotik, sedangkan menurut Manurung,

S., (2012) hanya 17,72% pasien rawat jalan puskesmas Siantar Narumonda Kabupaten Toba

Samosir yang berpengetahuan baik tentang antibiotik. Sedangakan menurut Nababan, R., (2012)

di Desa Nababan Dolok Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan hanya

13,10% masyarakat yang berpengetahuan baik tentang antibiotik. Tentulah pengetahuan yang

seperti ini akan berpotensi memperluas dampak yang merugikan dari penggunaan antibiotik

tersebut khususnya terjadinya resistensi.

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap objek tertentu. Pengideraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni

indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan dalah

Page 3: Proposal Esthy

pendidikan, umur, informasi/media massa, social budaya, lingkungan dan pengalaman

(Notoatmodjo, 2010).

      Tingkat pendidikan yang diperoleh seseorang dari bangku sekolah dapat mempengaruhi

pngetahuan seseorang. Tingkat pendidikan berperan menentukan mudah tidaknya seseorang

menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh. Pada umumnya semakin tinggi

pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan

yang dimiliki (Notoatmodjo, 2010).

      Umur adalah lamanya hidup, dihitung sejak dilahirkan hingga saat ini. Umur merupakan

periode penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan baru. Bertambahnya umur

seseorang dapat berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan yang diperoleh, akan tetapi pada

umur-umur tertentu menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu

pengetahuan akan berkurang. Usia dewasa (18-40 tahun) merupakan masa dimana seseorang

secara maksimal dapat mencapai prestasi yang memuaskan dalam karirnya. Pada usia tengah

(41-60 tahun) seseorang tinggal mempertahankan prestasi yang telah dicapai pada usia dewasa.

Sedangkan pada usia tua (>60 tahun) adalah usia tidak produktif lagi dan hanya menikmati hasil

dari prestasinya. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai

sehingga menambah pengetahuan (Anonime, 2013).

            Salah satu cara untuk mengukur pengetahuan dapat dilakukan dengan kuesioner (angket)

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan

yang meliputi tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Adapun pertanyaan yang

dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi

dua jenis yaitu pertanyaan subjektif dan pertanyaan objektif. Pertanyaan essay disebut

pertanyaan subjektif karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari nilai,

sehingga nilainya akan berbeda dari seorang penilai yang satu dibandingkan dengan yang lain

dan dari satu waktu ke waktu lainnya. Pertanyaan pilihan ganda, betul- salah, menjodohkan

disebut pertanyaan objektif karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh

penilainya tanpa melibatkan faktor subjektifitas dari penilai (Anonima, 2011).

      Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan pendidikan dan

umur terhadap tingkat pengetahuan masyarakat desa Patane I kecamatan Porsea Kabupaten Toba

Samosir tentang antibiotik.

Page 4: Proposal Esthy

1.2       Rumusan Masalah

Bagaimanakah hubungan pendidikan dan umur terhadap tingakat pengetahuan desa

Patane I kecamatan Porsea kabupaten Toba Samosir tentang antibiotik?

1.3       Tujuan Penelitian

1.         Untuk mengetahui bagaimanakah gambaran pengetahuan masyarakat desa Patane I kecamatan

Porsea kabupaten Toba Samosir tentang antibiotik.

2.         Untuk mengetahui bagaimanakah gambaran pengetahuan masyarakat desa Patane I kecamatan

Porsea kabupaten Toba Samosir  tentang antibiotik berdasarkan pendidikan.

3.         Untuk mengetahui bagaimanakah gambaran pengetahuan masyarakat desa Patane I kecamatan

Porsea kabupaten Toba Samosir  tentang antibiotik berdasarkan umur.

4.         Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengetahuan yang signifikan pada masyarakat desa

Patane I kecamatan Porsea kabupaten Toba Samosir  tentang antibiotik berdasarkan pendidikan.

5.         Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengetahuan yang signifikan pada masyarakat desa

Patane I kecamatan Porsea kabupaten Toba Samosir  tentang antibiotik berdasarkan umur.

1.4       Manfaat Penelitian

Sebagai bahan informasi pihak yang membutuhkan tentang gambaran pengetahuan

masyarakat desa Patane I kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir tentang antibiotik.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1       Pendidikan

2.1.1    Pengertian

            Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Koesoema, D., 2010).

Secara umum pendidikan merupakan sebuah fenomena antropologis yang usianya 

hampir  setua  dengan  sejarah  manusia  itu  sendiri. Memahami  pendidikan  dalam  kerangkah

proses penyempurnaan diri manusia secara terus menerus. Ini terjadi karena secara kodrati

Page 5: Proposal Esthy

manusia memiliki kekurangan dan ketidaklengkapan. Baginya, intervensi manusiawi melalui 

pendidikan  merupakan  salah  satu  cara  bagi  manusia  untuk melengkapi  apa  yang  kurang 

dari  kodratnya  pendidikan  dapat  melengkapi ketidaksempurnaan dalam kodrat alamiah kita

(Koesoema, D., 2010).

Pendidikan  adalah  rekonstruksi  atau  reorganisasi pengalaman yang  menambah 

makna  pengalaman,  dan  yang  menambah  kemampuan untuk mengarahkan pengalaman

selanjutnya. Dalam arti teknis, pendidikan adalah proses dimana masyarakat,  melalui  lembaga-

lembaga  pendidikan  (sekolah,  perguruan tinggi  atau  melalui  lembaga-lembaga  lain), 

dengan  sengaja  mentransformasikan  warisan  budayanya,  yaitu  pengatahuan,  nilai-nilai  dan

keterampilan-keterampilan, dan generasi ke generasi. Dalam  Undang-undang  nomor  20  tahun 

2003  tentang  Sistem Pendidikan  Nasional  juga  dijelaskan  pendidikan  adalah  usaha  sadar 

dan terencana  untuk  mewujudkan  sarana  belajar  dan  proses  pembelajaran  agar perserta 

didik  secara  aktif  mengembangkan  potensi  dirinya  untuk  memiliki kekuatan  spiritual 

keagamaan,  pengendalian  diri,  kepribadian,  kecerdasan, akhlak  mulia,  serta  ketrampilan 

yang  diperlukan  dirinya,  masyarakat, Bangsa dan Negara.

Berdasarkan  beberapa  pengertian  di  atas  dapat  diartikan  bahwa pendidikan 

merupakan  usaha  yang  dilakukan  dengan  penuh  kesadaran  dan terencana  (bertahap)  dalam

meningkatkan potensi  diri  peserta  didik  dalam segala aspeknya menuju terbentuknya

kepribadian dan akhlak mulia dengan menggunakan  media  dan  metode pembelajaran  yang 

tepat  guna melaksanakan  tugas  hidupnya  sehingga  dapat  mencapai  keselamatan  dan

kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Berdasarkan  pengertian  pendidikan  di  atas  maka  dapat 

disimpulkan bahwa  pendidikan  adalah  suatu  usaha  sadar  terencana  untuk  mewujudkan

proses  belajar  mengembangkan  potensi  diri,  menambah  pengalaman kemampuan  agar 

menjadi  manusia  yang  berakal,  berkerakter,  bermoral, bermartabat serta menjadi manusia

seutuhnya (Siswoyo, D., dkk, 2007).

2.2       Pengetahuan

2.2.1    Pengertian

            Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan

terhadap suatu objek tertentu, pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

Page 6: Proposal Esthy

diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan adalah kesan di dalam

pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indra (Mubarok, 2009). Berdasarkan pengertian

di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah hasil yang dapat dimengerti dan dapat

dipahami oleh seseorang melalui alat indranya.

2.2.2    Tingkat pengetahuan

Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu:

1.      Tahu (know) 

Tahu diartikan hanya sebagai  recall  (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah

mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur  bahwa orang tahu sesuatu dapat

menggunakan pertanyaan-pertanyaan.

2.      Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat

menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek

yang diketahui tersebut.

3.      Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat

menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

4.      Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan / atau memisahkan, kemudian

mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek

yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai tingkat analisis adalah

apabila orang tersebut telah membedakan atau memisahkan, mengelompokkan, membuat

diagram terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

5.      Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam

satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata

lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang telah ada.

6.      Evaluasi (evaluation)

Page 7: Proposal Esthy

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria

yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

2.2.3    Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yaitu:

1.      Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal

agar mereka dapat memahami.  Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah

menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya

pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai

yang baru diperkenalkan.

2.      Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan,

baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

3.      UsiaDengan bertambahnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan

psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar dapat dikategorikan menjadi empat,

yaitu: perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya cirri-ciri lama, dan timbulnya cirri-ciri

baru. Hal ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental tarap

berpikir seseorang semakin matang dan dewasa.

4.      Minat

Minat adalah suatu kecendrungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat

menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh

pengetahuan yang lebih mendalam.

5.      Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan

lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik akan berusaha untuk

dilupakan oleh seseorang. Namun, jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan,

Page 8: Proposal Esthy

maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi

kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

6.      Kebudayaan lingkungan seseorang

Mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah

mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat

sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan

sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.

7.      Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk

memperoleh pengetahuan baru.

2.3       Antibiotik

2.3.1    Definisi

Antibiotik  adalah  agen  yang  digunakan  untuk  mencegah  dan  mengobati  suatu

infeksi karena bakteri. Akan tetapi, istilah antibiotik sebenarnya mengacu pada zat kimia yang

dihasilkan oleh satu macam organisme, terutama fungi, yang menghambat pertumbuhan atau

membunuh organisme yang lain (Setiabudy, 2008).

            Antibiotik banyak dihasilkan dari mikroorganisme, dan beberapa dihasilkan oleh spesies

fungi biasa, misalnya penicillium notatum. Sedikit sekali dihasilkan oleh bakteri asli, kecuali

yang berasal dari spesies bacillus (Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2002). Tiap antibiotik memiliki

perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya baik dalam suasana kimianya (Irianto, 2011).

2.3.2    Penggolongan Antibiotik

Menurut Setiabudy (2008), penggolongan antibiotik dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

1)   Berdasarkan struktur kimia antibiotik Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dikelompokkan

sebagai berikut:

a.    Golongan  Aminoglikosida

antara  lain  amikasin,  dibekasin,  gentamisin, kanamisin,          neomisin,  netilmisin, 

paromomisin,  sisomisin,  streptomisin, tobramisin.

b.    Golongan  Beta-Laktam

Page 9: Proposal Esthy

antara  lain  golongan  karbapenem  (ertapenem, imipenem, meropenem),  golongan 

sefalosporin  (sefaleksin,  sefazolin, sefuroksim,  sefadroksil,  seftazidim),  golongan  beta-

laktam  monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin). Penisilin adalah suatu agen

antibakterial  alami  yang  dihasilkan  dari  jamur  jenis  Penicillium chrysognum.

c.    Golongan  Glikopeptida

antara  lain  vankomisin,  teikoplanin,  ramoplanin dan dekaplanin.

d.   Golongan  Poliketida

antara  lain  golongan  makrolida  (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin),

golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin,

klortetrasiklin).

e.    Golongan Polimiksin, antara lain polimiksin dan kolistin.

f.     Golongan  Kinolon  (fluorokinolon)

antara  lain  asam  nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan

trovafloksasin.

g.    Golongan  Streptogramin

antara  lain  pristinamycin,  virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin.

h.    Golongan Oksazolidinon, anatara lain linezolid.

i.      Golongan Sulfonamida, antara lain kotrimoksazol dan trimetoprim.

j.      Antibiotik lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat.

2)   Berdasarkan toksisitas selektif

Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibiotik yang bersifat bakteriostatik dan ada yang

bersifat bakterisid. Agen bakteriostatik menghambat pertumbuhan  bakteri.  Sedangkan  agen 

bakterisida  membunuh  bakteri. Perbedaan  ini  biasanya  tidak  penting  secara  klinis  selama 

mekanisme pertahanan  pejamu  terlibat  dalam  eliminasi  akhir  patogen  bakteri.

Pengecualiannya  adalah  terapi  infeksi  pada  pasien  immunocompromised dimana

menggunakan agen-agen bakterisida. Kadar  minimal  yang  diperlukan  untuk  menghambat 

pertumbuhan  mikroba atau membunuhnya, masing – masing dikenal sebagai kadar hambat

minimal (KHM)  dan  kadar  bunuh  minimal  (KBM).  Antibiotik  tertentu  aktivitasnya dapat 

meningkat  dari  bakteriostatik  menjadi  bakterisid  bila  kadar antimikrobanya ditingkatkan

melebihi KHM.

3)   Berdasarkan mekanisme kerja antibiotik

Page 10: Proposal Esthy

Menurut Setiabudy (2008), berdasarkan mekanisme kerjanya terhadap bakteri, antibiotik

dikelompokkan sebagai beirkut :

a.         Inhibitor sintesis dinding sel bakteri Memiliki  efek  bakterisidal  dengan  cara  memecah 

enzim  dinding  sel  dan menghambat  enzim  dalam  sintesis  dinding  sel.  Contohnya  antara 

lain golongan  β-Laktam  seperti  penisilin,  sefalosporin,  karbapenem, monobaktam,  dan 

inhibitor  sintesis  dinding  sel  lainnya  seperti vancomysin, basitrasin, fosfomysin,  dan

daptomysin.

b.        Inhibitor sintesis protein bakteri Memiliki  efek  bakterisidal  atau  bakteriostatik  dengan  cara 

menganggu sintesis protein tanpa mengganggu sel-sel normal dan menghambat tahap-tahap

sintesis protein. Obat- obat yang aktivitasnya menginhibitor sintesis protein bakteri seperti 

aminoglikosida, makrolida, tetrasiklin, streptogamin, klindamisin, oksazolidinon,  kloramfenikol.

c.         Menghambat sintesa folat Mekanisme  kerja  ini  terdapat  pada  obat-obat  seperti  sulfonamida 

dan trimetoprim.  Bakteri  tidak  dapat  mengabsorbsi  asam  folat,  tetapi  harus membuat  asam 

folat  dari  PABA  (asam  paraaminobenzoat),  pteridin,  dan glutamat.  Sedangkan  pada 

manusia,  asam  folat  merupakan  vitamin  dan kita tidak dapat menyintesis asam folat. Hal ini

menjadi suatu target yang baik dan selektif untuk senyawa-senyawa antimikroba.

d.        Mengubah permeabilitas membran sel Memiliki  efek  bakteriostatik  dan  bakteriostatik 

dengan  menghilangkan permeabilitas  membran  dan  oleh  karena  hilangnya  substansi  seluler

menyebabkan  sel  menjadi  lisis.  Obat-  obat  yang  memiliki  aktivitas ini antara lain

polimiksin, amfoterisin B, gramisidin, nistatin, kolistin.

e.         Mengganggu sintesis DNA Mekanisme  kerja  ini  terdapat  pada  obat-obat  seperti 

metronidasol, kinolon,  novobiosin.  Obat-obat  ini  menghambat  asam  deoksiribonukleat

(DNA)  girase  sehingga  mengahambat  sintesis  DNA.  DNA  girase  adalah enzim  yang 

terdapat  pada  bakteri  yang  menyebabkan  terbukanya  dan terbentuknya  superheliks  pada 

DNA  sehingga  menghambat  replikasi DNA.

f.         Mengganggu sintesa RNA, seperti rifampisin.

4)   Berdasarkan aktivitas antibiotik

Berdasarkan aktivitasnya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:

a.       Antibiotika spektrum luas (broad spectrum)

Page 11: Proposal Esthy

Contohnya seperti tetrasiklin dan sefalosporin efektif terhadap organisme baik  gram  positif 

maupun  gram  negatif.  Antibiotik  berspektrum  luas sering  kali  dipakai  untuk  mengobati 

penyakit  infeksi  yang  menyerang belum diidentifikasi dengan pembiakan dan sensitifitas.

b.      Antibiotika spektrum sempit (narrow spectrum)

Golongan  ini  terutama  efektif  untuk  melawan  satu  jenis  organisme. Contohnya penisilin dan

eritromisin dipakai untuk mengobati infeksi yang disebabkan  oleh  bakteri  gram  positif. 

Karena  antibiotik  berspektrum sempit  bersifat  selektif,  maka  obat-obat  ini  lebih  aktif 

dalam  melawan organisme tunggal tersebut daripada antibiotik berspektrum luas.

5)   Berdasarkan pola bunuh antibiotic

Terdapat 2 pola bunuh antibiotik terhadap kuman yaitu :

a.    Time  dependent  killing. 

Pada  pola  ini  antibiotik  akan  menghasilkan  daya   bunuh  maksimal  jika  kadarnya 

dipertahankan  cukup  lama  di  atas  Kadar Hambat  Minimal  kuman.  Contohnya  pada 

antibiotik  penisilin, sefalosporin, linezoid, dan eritromisin.

b.    Concentration  dependent  killing.

Pada  pola  ini  antibiotik  akan menghasilkan  daya  bunuh  maksimal  jika  kadarnya  relatif 

tinggi  atau dalam dosis besar, tapi tidak perlu mempertahankan kadar tinggi ini dalam waktu   

lama.  Contohnya  pada  antibiotik  aminoglikosida,  fluorokuinolon, dan ketolid (Setiabudy,

2008).

2.3.3    Prinsip  Kerja Antibiotik

Mekanisme kerja obat antibiotik dibagi atas empat bagian, yaitu:

1.    Penghambatan sintesis dinding sel

Contoh: basitrasin, sefalosporin, sikloserin, penisilin, vankomisin.

2.    Perubahan permeabilitas membran sel atau transpor aktif melalui membran sel

Contoh: amfoterisin B, azoles, polien, polimiksin.

3.    Penghambatan sintesis protein (yaitu penghambatan translasindan transkipsi material genetik).

Contoh: aminoglikosida, tetrasiklin, makrolida (eritromisin), kloramfenikol, linkomisin.

4.    Penghambatan sintesis asam nukleat

Contoh: kuinolon, pirimetamin, rifampisin, sulfonamid, trimetoprim.

Obat antibiotik sering disebut sebagai bakteriostatik dan bakterisidal. Istilah

“bakteriostatik” menggambarkan suatu obat yang sewaktu-waktu menghambat pertumbuhan

Page 12: Proposal Esthy

mikroorganisme. Apabila obat dihilangkan, organisme akan tumbuh kembali, dan infeksi atau

penyakit akan kambuh. Obat bakteriostatik yang khas adalah tetrasiklin dan sulfonamid. Istilah

“bakterisidal” digunakan untuk obat yang menyebabkan kematian mikroorganisme. Obat

bakterisidal yang khas adalah beta-laktam (penisilin, sefalosforin) dan aminoglikosida (Syarif,

1997).

2.3.4    Penggunaan Antibiotik

Hasil studi di Indonesia, Pakistan dan India menunjukkan bahwa lebih  dari 70%  pasien

diresepkan antibiotik. Hampir 90% pasien mendapatkan  suntikan antibiotik yang sebenarnya

tidak diperlukan. Hasil sebuah studi pendahuluan di New Delhi mengenai persepsi masyarakat

dan dokter  tentang penggunaan antibiotik, 25% responden menghentikan penggunaan antibiotik

ketika  pasien tersebut mulai merasa lebih  baik,  akan  tetapi  pada  kenyataannya  penghentian 

pemberian  antibiotik  sebelum waktu  yang  seharusnya,  dapat  memicu  resistensi  antibiotik 

tersebut.  Pada  47% responden,  mereka  akan  mengganti  dokternya  jika  dokter  tersebut 

tidak  meresepkan antibiotik,  dan  18% orang menyimpan antibiotik  dan  akan  digunakan  lagi

untuk dirinya sendiri atau untuk keluarganya, sedangkan 53% orang akan mengobati dirinya

sendiri dengan antibiotik ketika sakit. Dan 16% dokter meresepkan antibiotik pada  pasien 

dengan  demam  yang  tidak  spesifik,  17%  dokter  merasa  pasien  dengan batuk perlu

antibiotik, 18% dokter merekomendasikan antibiotik untuk diare dan 49% dokter  mengobati 

telinga  bernanah  dengan  antibiotik.  Peresepan  dan  penggunaan antibiotik  yang  terlalu 

berlebihan  tersebut  dapat  memicu  terjadinya  resistensi antibiotik.

Atas indikasi penggunaannya, antibiotik dapat digolongkan menjadi antibiotik untuk

terapi  definitif,  terapi  empiris,  dan  terapi  profilaksis.  Terapi  secara definitif hanya 

digunakan  untuk  mengobati  infeksi  karena  bakteri. Untuk  mengetahui bahwa infeksi 

tersebut  disebabkan  karena  bakteri,  dokter  dapat  memastikannya  dengan kultur  bakteri,  uji 

sensitivitas,  tes  serologi  dan  tes  lainnya.  Berdasarkan  laporan, antibiotik  dengan  spektrum 

sempit,  toksisitas  rendah,    harga  terjangkau,  dan efektivitas tertinggi harus diresepkan pada

terapi definitif.

Pada terapi secara empiris, pemberian  antibiotik  diberikan  pada  kasus  infeksi  yang 

belum  diketahui  jenis kumannya  seperti  pada  kasus  gawat  karena  sepsis,  pasien 

imunokompromise  dan sebagainya. Terapi antibiotik pada kasus ini diberikan berdasarkan data

epidemiologi kuman yang ada. Sedangkan terapi profilaksis adalah terapi antibiotik yang

Page 13: Proposal Esthy

diberikan untuk pencegahan pada pasien yang rentan terkena infeksi. Antibiotik yang diberikan

adalah antibiotik yang berspektrum sempit dan spesifik (Anonimb, 2010).

2.3.5    Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Antibiotik

Faktor –  faktor  yang  mempengaruhi  penggunaan antibiotik di negara berkembang

terdiri  dari  faktor  pembuat  resep,  pembuat  obat,  dan  pasien. Faktor yang menentukan 

penggunaan obat oleh pembuat resep dapat dipengaruhi  oleh hal-hal berikut:

a.    Tingkat pengetahuan tentang Penggunaan Antibiotik yang Tepat (PAT)

Tingkat  pengetahuan  merupakan  faktor  intrinsik  dari  pembuat  resep,  dan merupakan  faktor 

utama  yang  mempengaruhi  rasionalitas  peresepan.  Rendahnya tingkat  pengetahuan 

mungkin  disebabkan  kurangnya  pendidikan  tentang penggunaan antibiotik sehingga dapat

terjadi salah diagnosis dan kesulitan untuk membedakan infeksi bakteri atau viral.

b.    Ketersediaan sarana diagnostik dan pemeriksaan penunjang

Tersedianya  sarana  diagnostik  dan  pemeriksaan  penunjang  yang  memadai  akan

mengarahkan diagnosis dan terapi menjadi lebih tepat.

c.    Permintaan pasien

Keputusan  dokter  dalam  proses  peresepan  antibiotik  dapat  dipengaruhi  oleh keinginan

pasien untuk memperoleh obat antibiotik, tetapi pengaruh faktor pasien tidak sebesar faktor dari

pembuat resep.

d.   Promosi obat

Seringkali  pihak  farmasi  tertentu  memberikan  insentif  untuk  penggunaan beberapa  jenis 

antibiotik  atau  selebaran  informasi  tentang  obat  yang  diproduksi sehingga meningkatkan

akses pembuat resep terhadap  penggunaan  antibiotik tertentu.

e.    Ketersediaan obat

Keterbatasan pesediaan obat yang diperlukan dapat mempengaruhi pembuat resep beralih pada

jenis obat lain yang mungkin kurang tepat jika dibandingkan dengan obat pilihan utama.

f.     Tingkat dan frekuensi supervisi

Supervisi dapat dilihat berdasarkan tingkat kedisiplinan pengawasannya dan frekuensi supervise

pada tiap kasus. Pengawasan oleh atasan dapat meningkatkan  rasionalitas  penggunaan 

Page 14: Proposal Esthy

antibiotik  atau  justru  sebaliknya,  dapat terjadi  pemberian  antibiotik  yang  kurang  atau 

berlebihan  akibat  kekhawatiran pembuat resep (Anonimd, 2013).

2.3.6    Resistensi Antibiotik

Menurut Rianto, S., (2009), secara garis besar kuman dapat menjadi resisten terhadap

satu antibiotik melalui 3 mekanisme:

1.      Obat tidak dapat mencapai tempat kerjanya dalam sel mikroba.

Pada kuman gram negatif, molekul antibiotik yang kecil dan polar dapat menembus dinding luar

dan masuk ke dalam sel melalui lubang-lubang kecil yang disebut porin. Bila porin menghilang

atau mengalami mutasi maka masuknya antibiotik akan terhambat, kuman mengurangi

mekanisme transpor aktif yang memasukkan antibiotik ke dalam sel (misalnya gentamisin) dan

mikroba mengaktifkan pompa efluks untuk membuang keluar antibiotik yang ada dalam sel

(misalnya pada tetrasiklin).

2.      Inaktivasi obat.

Mekanisme ini sering mengakibatkan terjadinya resistensi terhadap golongan aminoglikosida

dan betalaktam karena mikroba mampu membuat enzim yang merusak kedua golongan

antibiotik tersebut.

3.       Mikroba mengubah tempat ikatan antibiotik.

Mekanisme ini terlihat pada S. Aureus yang resisten terhadap metisilin (MRSA). Kuman ini

mengubah Penicillin Binding Proteinnya (PBP) sehingga afinitasnya menurun terhadap metisilin

dan antibiotik beta laktam yang lain.

Page 15: Proposal Esthy

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

3.1       Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif survei dengan evaluasi

hubungan pendidikan dan umur terhadp tingkat pengetahuan masyarakat desa Patane I

kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir tentang antibiotik. Dimana hubungan tersebut

digambarkan dengan pemberian kuisioner yang diisi sendiri oleh responden. Kuisioner terdiri

dari dua puluh dua pertanyaan yang dapat menggambarkan sejauh mana pengetahuan masyarakat

desa patane I tentang antibiotik.

3.2       Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1    Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Patane I Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba Samosir.

3.2.2    Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama 3 minggu, dimulai 10 Juni s/d 29 Juni 2013.

3.3       Populasi, Sampel dan Sampling

3.3.1    Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Desa Patane I, Kecamatan Porsea

Kabupaten Toba Samosir, yaitu sebanyak 133 orang.

3.3.1.1 Kriteria inklusi

1. masyarakat yang tinggal di Desa Patane I

2. umur 17 – 55 tahun

3. dapat membaca dan menulis

4. bersedia menjadi responden

3.3.1.2 Kriteria eksklusi

Page 16: Proposal Esthy

1. masyarakat pendatang yang tidak berdomisili di Desa Patane I

2. di bawah 17 dan di atas 55 tahun

3. tidak dapat membaca dan menulis

4. tidak bersedia menjadi responden

3.3.2    Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berusia 17 tahun s/d 55 tahun yang

memenuhi kriteria inklusi.

3.3.3    Besar sampel

Besar sampel yang digunakan adalah berdasarkan rumus Slovin, yaitu:

    

N= jumlah populasi = 133

n= besar sampel

α = batas toleransi kesalahan

         99,81

 100

3.3.4    Sampling

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan pengambilan sampel

secara acak stratifikasi atau stratified random sampling. Dasar penentuan strata yang digunakan

adalah pendidikan dan umur. Strata untuk pendidikan adalah: (1) tamat SD/sederajat, (2) tamat

SMP/sederajat, (3) tamat SMA/sederajat, dan (4) tamat sarjana (pendidikan setelah SMA).

Sedangkan strata untuk umur adalah: (1) umur 17-25 tahun/masa remaja akhir, (2) umur

26-35/masa dewasa awal, (3) umur 36-45 tahun /masa dewasa akhir, (4) umur 46-55 tahun/masa

lansia awal. Cara pengambilan sampel pada setiap strata dikombinasi antara pengambilan sampel

Page 17: Proposal Esthy

secara acak sederhana dan sampel jenuh, acak sederhana dilakukan jika jumlah sampel pada

strata tertentu banyak (melebihi dari rata-rata jumlah strata) dan sampel jenuh digunakan jika

jumlah sampel pada strata tertentu sedikit (kurang dari rata-rata jumlah strata) (Notoatmodjo,

2010).

3.4 Prosedur Penelitian

1.      Diajukan surat permohonan pengantar penelitian ke kampus yang ditujukan kepada Kepala Desa

Patane I, Kecamatan porsea, Kabupaten Toba Samosir.

2.      Diserahkan surat pengantar penelitian dari kampus kepada Kepala Desa Patane I (lampiran 1)

3.      Diterima surat balasan dari  Kepala Desa Patane I dan menyerahkan ke kampus (lampiran 2)

4.      Ditetapkan sampel dan besar sampel

5.      Diserahkan lembar persetujuan menjadi responden (lampiran 3)

6.      Dilakukan pembagian kuesioner kepada responden

7.      Pengumpulan kuesioner

8.      Pengolahan data

9.      Penyajian data

3.5 Kerangka Konsep

Pengetahuan Tentang Antibiotik

    Pendidikan    Umur                               Vb                                                                           Vt

 

Gambar 3.1 Kerangka Konsep penelitian hubungan pendidikan dan umur         terhadap   tingkat  pengetahuan masyarakat desa patane I tentang       antibiotik.

Page 18: Proposal Esthy

3.6 Kerangka Kerja

Mengajukan surat pengantar penelitian 

Survei Awal Masyarakat Desa Patane I

     Pengertian Antibiotik     Contoh-contoh Antibiotik

     Tujuan Penggunaan Antibiotik

     Aturan pakai Antibiotik     Efek samping Antibiotik

Penentuan Sampel

Pembuatan Kuisioner

Uji validitas dan reliabilitas

                                          

Pembagian kuisioner

Pengumpulan Kuisioner

Page 19: Proposal Esthy

Pengolahan data

Penyajian data 

Gambar 3.2 Kerangka Kerja penelitian hubungan pendidikan dan umur terhadap     tingkat  pengetahuan masyarakat desa patane I tentang  antibiotik.

3.7       Instrumen penelitian

            Kuesioner penelitian ini merupakan pertanyaan tertutup dengan menyediakan jawaban

benar, salah, dan ragu-ragu. Kuesioner berisikan pengetahuan masyarakat tentang antibiotik

sebanyak dua puluh dua pertanyaan yang terdiri dari: 1) Pengertian antibiotik, 2) contoh

antibiotik, 3) tujuan penggunaan antibiotik, 4) aturan pakai dan 5) efek samping antibiotik.

(kuesioner terdapat pada lampiran 4)

Untuk menilai pengetahuan itu diberikan skor atas jawaban kuesioner, bila jawaban benar

skor satu, bila jawaban salah skor nol. Selanjutnya digunakan perhitungan untuk memperoleh

kategori pengetahuan sebagai berikut:

a.       Menentukan nilai terbesar dan terkecil

Nilai terbesar               = 22

Nilai terkecil                = 0

b.      Menentukan nilai rentang (R)

Rentang = Nilai terbesar – nilai terkecil

= 22 – 0

Page 20: Proposal Esthy

= 22

c.       Banyak kelas

-          Kurang

-          Cukup

-          Baik

d.      Menentukan nilai panjang kelas

Panjang kelas (i)          = Rentang/Banyak kelas

                                    = 22/3

                                    = 7,33

e.       Menentukan kategori pengetahuan berdasarkan perolehan nilai

Kurang                        = jika responden memiliki jumlah skor 0 sampai 7

Cukup             = jika responden memiliki jumlah skor 8 sampai 14

Baik                 = jika responden memiliki jumlah skor 15 sampai 20

3.8  Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, variabel dibagi menjadi dua yaitu:

1. Variabel bebas             : Pendidikan dan Umur

2. Variabel terikat            : Pengetahuan Tentang Antibiotik

3.9  Uji Kuesioner sebagai alat ukur

      Kuesioner sebagai alat kur atau alat pengumpul setelah selesai disusun, belum berarti

kuesioner tersebut dapat langsung digunakan untuk mengumpulkan data. Kuesioner dapat

digunakan sebagai alat ukur penelitian perlu uji validitas dan reliabilitas. Untuk itu maka

kuesioner tersebut harus dilakukan uji coba (trial) di lapangan. Responden yang digunakan untuk

uji coba sebaiknya yang memiliki ciri-ciri responden dari tempat di mana tempat penelitian

tersebut dilaksanakan.

Agar diperoleh distribusi hasil nilai pengukuran mendekati normal, maka sebaiknya

jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang. Hasil uji coba ini kemudian digunakan

untuk mengetahui sejauh mana alat ukur (kuesioner) yang telah disusun tadi memiliki validitas

Page 21: Proposal Esthy

dan reliabilitas. Suatu alat ukur harus mempunyai kriteria, validitas dan reliabilitas

(Notoatmodjo, 2010).

3.9.1 Uji validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur (kuesioner) itu benar-benar

mengukur apa yang diukur. Pada penelitian ini validitas kuesioner diukur dengan membagikan

kesioner terhadap 20 responden diluar sampel, data yang diperoleh diolah dengan statistical

product and service solutions (SPSS) versi 20. Uji validitas dapat dilihat pada tabel 3.1

3.9.2 Uji reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana sautu alat pengukur dapat

dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap

konsisten (tidak berubah) bila dilakukan pengukuran dau kali atau lebih terhadap gejala yang

sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010).

Pada penelitian ini reliabilitas kuesioner diukur dengan membagikan kesioner terhadap 20

responden diluar sampel, data yang diperoleh diolah dengan SPSS versi 20. Uji reliabilitas dapat

dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Uji validitas dan Uji Reliabilitas

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's Alpha

if Item Deleted

soal1 15,1500 32,661 ,615 ,915

soal2 15,3000 31,695 ,652 ,914

soal3 15,3000 31,695 ,652 ,914

soal4 15,4000 31,832 ,579 ,916

soal5 15,1500 32,661 ,615 ,915

soal6 15,2000 32,484 ,581 ,916

soal7 15,3000 31,905 ,610 ,915

soal8 15,4000 32,568 ,444 ,919

soal9 15,4000 32,147 ,521 ,917

soal10 15,3500 32,029 ,560 ,916

soal11 15,4000 32,253 ,502 ,917

soal12 15,5000 31,842 ,564 ,916

soal13 15,3000 32,537 ,487 ,918

Page 22: Proposal Esthy

soal14 15,3000 32,011 ,590 ,915

soal15 15,2000 32,274 ,628 ,915

soal16 15,2000 31,958 ,699 ,913

soal17 15,2000 32,800 ,511 ,917

soal18 15,3500 32,345 ,500 ,917

soal19 15,2000 32,589 ,557 ,916

soal20 15,2000 32,695 ,534 ,916

soal21 15,1000 33,358 ,539 ,917

soal22 15,1000 33,358 ,539 ,917

(sumber hasil uji Item-Total Statistics spss versi 20)

Untuk melihat validitas maka kolom yang dilihat dari tabel 3.1 adalah Corrected Item-

Total Correlation (R hitung) dibandingkan dengan R tabel. R tabel untuk 20 responden dengan

taraf signifikasi (α) 5% adalah 0,444. Suatu pertanyaan dinyatakan vailid jika R hitung > dari R

tabel. Berdasarkan tabel 3.1 diketahui bahwa pertanyaan kesatu (P1) sampai pertanyaan kedua

puluh dua (P22) mempunyai Corrected Item-Total Correlation (R hitung) > dari 0,444. Dari

hasil pengujian ini semua pertanyaan dinyatakan vailid.

Untuk melihat reliabilitas maka kolom yang dilihat dari tabel 3.1 adalah Cronbach's

Alpha if Item Deleted dibandingkan dengan 0,800. Pertanyaan dianggap reliable jika nilai

Cronbach's Alpha if Item Deleted  > dari 0,08 (Situmorang S., H, 2010). Berdasarkan tabel 3.1

diketahuai bahwa pertanyaan kesatu (P1) sampai pertanyaan kedua puluh dua (P22) mempunyai

Cronbach's Alpha if Item Deleted > dari 0,800. Dari hasil pengujian ini semua pertanyaan

dinyatakan reliabel.

3.10     Data   

3.10.1  Data primer

Data primer diperoleh secara langsung dengan menggunakan kuesioner yang diberikan

kepada responden yang berisi pernyataan dan dipilih jawaban yang telah dipersiapkan.

3.10.2 Data sekunder

Data sekunder berupa data kependudukan yang diperoleh dari kantor Kepala Desa Patane

I Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir.

3.11     Pengolahan Data      

Pengolahan data dilakukan dengan cara manual dengan prosedur sebagai berikut:

Page 23: Proposal Esthy

1.        Editing

Langkah ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data yang baik agar didapat informasi

yang benar. Dalam kegiatan ini dilakukan pemeriksaan apakah jawaban pada lembar penelitian

sudah cukup baik.

2.        Coding

Coding adalah kegiatan pemberian kode agar proses pengolahan lebih mudah, dimana

pengkodean didasari oleh jawaban yang dipilih dan pada setiap jawaban tersebut diberi skor atau

nilai tertentu.

3.        Entri data

Entri data adalah proses memasukkan data responden yang sudah dikoding ke dalam format

pengumpulan data.

3.12     Analisa Data

            Analisis data dilakukan dengan pengukuran terhadap masing-masing jawaban responden

untuk menentukan besarnya persentase untuk jawaban masing-masing responden. Dilakukan uji

anova untuk mengetahui signifikasi tingkat pengetahuan berdasarkan pendidikan dan pekerjaan

sampel.

3.13     Penyajian Data

            Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan diagram, tentang hubungan

pendidikan dan umur terhadap tingkat pengetahuan masyarakat desa Patane I kecamatan Porsea

Kabupaten Toba Samosir tentang antibiotik.

3. 14 Defenisi Operasional

Tabel 3.1 Defenisi OperasionalNo Variabel Defenisi operasional

1, 2, 3,18,19, 20

Pengertian antibiotik

Antibiotik adalah zat yang dihasilkan suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik  untuk mikrobba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes. Sifat toksisitas  selektif  yang

Page 24: Proposal Esthy

absolut belum atau mungkin tidak akan diperoleh (Setiabudy, R., 2011).

Bakteri adalah suatu makhluk kecil (Kuman/mikroba) yang dapat menyebabkan penyakit/infeksin jika menyerang (masuk ke dalam) tubuh. Salah satu dampak buruk bakteri bagi kehidupan manusia menyebabkan penyakit/infeksi (bakteri parasit/patogen) (Anonimc, 2008).

4,10,15

Tujuan penggunaan antibiotik

Antibiotik digunakan untuk melawan infeksi. Infeksi adalah masuk dan berkembang biaknya bibit penyakit atau parasit ke dalam tubuh manusia atau binatang. Tanda-tanda infeksi yaitu:

1.      rasa nyeri akan terasa pada jaringan yang mengalami infeksi

2.      rasa panas3.      pembengkakan4.      kemerahan                                   (Anonime, 2011)

5, 7, 8, 9

Contoh-contoh antibiotik

Antibiotik dapat berupa tablet, injeksi, sirup dan lainnya. Contoh antibiotik yaitu ciprofloksasin, amoksisilin, tetrasiklin, cefixime dan lain-lain. Dapat dibeli di apotek dengan resep dokter.

6, 11, 12, 13, 14, 17

Aturan pakai antibiotik

Antibiotik harus diminum sesuai keperluan, sesuai dengan instruksi dokter atau aturan misalnya berapa hari, apakah sebelum atau sesudah makan dan sesuai dosisnya.Minum antibiotik sesuai dosis yang diresepkan dokter, jangan kebanyakan atau kekurangan.

1.      Habiskan antibiotik yang diresepkan dokter walau merasa badan sudah sehat, agar kalau sakit lagi obat tersebut masih manjur digunakan alias tidak resisten.

2.      Jangan membeli sendiri tanpa resep dokter walaupun obat tersebut bisa dibeli di apotek tanpa resep. Karena Anda tidak tahu persis berapa dosis dan jumlah yang harus diminum.

3.      Ingat antibiotik hanya untuk mengobati penyakit yang berasal dari bakteri (mikroba) seperti infeksi saluran kemih, radang tenggorokan.

4.      Pilek, batuk dan diare umumnya tak perlu antibiotik. Hanya perlu konsumsi makanan bergizi, minum dan istirahat. Jika 3 hari tidak sembuh segera ke dokter

5.      Jangan malas bertanya ke dokter, obat mana saja yang mengandung antibiotik dan apa manfaatnya.

6.      Jangan membeli antibiotik dengan menggunakan resep yang lama (Anonim e, 2012).

Page 25: Proposal Esthy

16, 21, 22.

Efek samping antibiotik

Kebiasaan memberikan antibiotik dengan dosis yang tidak tepat serta waktu pemberian yang terlalu singkat atau terlalu lama akan menimbulkan masalah resistensi. Pemakaian antibiotik dalam waktu lama (jangka panjang) dapat merusak hati dan ginjal. Efek samping yang ditimbulkan jika minum tetrasiklin gigi berwarna coklat (Anonim e, 2012).

[email protected]

Diposkan oleh Era Fitryani di 02.21 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

▼   2014 (1) o ▼   Juli (1)

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN UMUR TERHADAP TINGKAT PENG...

Mengenai Saya

Era Fitryani Setiap orang berhak bermimpi menjadi orang sukses, tapi gak bakalan datang tanpa adanya usaha dan pengorbanan. .

Lihat profil lengkapku Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.

Page 26: Proposal Esthy