Proposal Edit

56
PROPOSAL SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TENIK PROBING DAN METODE PERMAINAN PADA MATERI FUNGSI KELAS VIII.1 SMP NURUL ISLAM JAKARTA EDI RIDO PAMUNGKAS 3115041574 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Transcript of Proposal Edit

Page 1: Proposal Edit

PROPOSAL SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TENIK PROBING

DAN METODE PERMAINAN PADA MATERI FUNGSI KELAS VIII.1 SMP NURUL ISLAM JAKARTA

EDI RIDO PAMUNGKAS 3115041574

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAJURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2010

Page 2: Proposal Edit

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ujian nasional (UN) merupakan kebijakan pemerintah dalam bidang

pendidikan untuk menentukan standar mutu pendidikan. Kebijakan ini

berkaitan dengan berbagai aspek yang dinamis seperti budaya, kondisi sosial,

ekonomi, politik dan keamananan. Hampir seluruh tenaga pendidikan sepakat

akan perlunya ujian, untuk mengetahui berbagai upaya yang dilakukan dalam

proses pendididkan. Namun karena pemerintah menetapkan nilai UN minimal

yang harus dicapai oleh peserta didik dalam kelulusan menimbulkan masalah,

diantaranya penekanan lebih kepada hasil belajar daripada proses belajar.

Masalah lain yang timbul adalah kurangnya motivasi belajar siswa pada kelas

VII dan VIII. Hal ini dikarenakan kebijakan nilai UN minimal hanya berlaku

untuk kelas IX.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang harus ditempuh

dalam ujian nasional. Selain itu, matematika merupakan salah satu mata

pelajaran yang menduduki peranan penting dalam dunia pendidikan. Sehingga

dalam pelaksanaannya, matematika diajarkan mulai dari tingkat SD, SLTP,

SMU hingga perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan matematika merupakan

suatu ilmu pengetahuan yang mengajarkan siswa untuk dapat berpikir logis,

kritis, sistematis, tekun, dan kreatif.1

1

Page 3: Proposal Edit

Meskipun matematika mempunyai jam yang relatif paling banyak,

kenyataan di sekolah menunjukkan bahwa matematika masih dianggap

sebagai pelajaran yang sulit, menakutkan bahkan sebagian menganggapnya

sebagai momok. Hal tersebut mengakibatkan intensitas belajar matematika

rendah. Padahal prestasi belajar pada hakekatnya merupakan pencerminan dari

usaha dan intensitas belajar, semakin tinggi usaha dan intensitas belajar

semakin baik pula prestasi yang dihasilkan.2

Hal yang sama juga dialami oleh siswa di Sekolah Menengah Pertama

Nurul Islam Jakarta (SMP NURIS). Hasil observasi di Sekolah Menengah

Pertama Nurul Islam Jakarta (SMP NURIS) kelas VIII-1 menunjukkan

rendahnya nilai rata-rata matematika dan motivasi belajar siswa. Situasi dan

kondisi kelas VIII-1 dalam proses kegiatan belajar mengajar adalah sebagai

berikut:

1. Saat guru memulai pembelajaran, sebanyak 75% siswa masih belum siap

belajar. Hal ini terlihat dari masih ada siswa yang berbicara dan belum

mempersiapkan kelengkapan belajarnya seperti buku catatan, buku

pedoman dan bahkan tidak membawa buku latihan.

2. Siswa yang tidak mengerjakan tugas pada pertemuan sebelumnya sebanyak

80%.

3. Walau sudah diingatkan pada pertemuan sebelumnya, masih ada siswa

yang tidak membawa peralatan seperti penggaris, busur dan jangka, yaitu

sebanyak 75%.

2

Page 4: Proposal Edit

4. Sekitar 75% siswa tidak memperhatikan dengan baik pada saat guru

menerangkan. Kegiatan yang dilakukan, berupa : sekitar 60% siswa

melakukan kegiatan seperti bermain-main dan berbicara dengan teman,

baik dengan teman sebangku ataupun lintas bangku, dan sekitar 40% siswa

mengerjakan tugas pelajaran lain.

5. Hanya 10%-15% siswa yang mengerjakan latihan soal. Sedangkan 85%

siswa lainnya menunggu hasil pekerjaan temannya dan melakukan kegiatan

diluar kegiatan pembelajaran seperti bercanda dan bermain-main, hal ini

sangat mengganggu siswa yang sedang mengerjakan latihan.

6. Siswa tidak merespon saat guru memberikan kesempatan untuk bertanya

dan menjawab latihan soal ke papan tulis.

7. Hampir 75% lebih siswa suka bermain-main dengan teman-temannya

daripada mengikuti proses pembelajaran.

8. Kegiatan pembelajaran matematika menggunakan metode ceramah dan

membosankan siswa.

9. Guru pernah mencoba menggunakan LKS (Lembar Kerja Siswa) dalam

bentuk kumpulan soal yang siap pakai untuk meningkatkan efektivitas

pembelajaran. Namun hanya 10%-15% siswa yang mengerjakan LKS

sedangkan siswa lain menunggu hasil pekerjaan temannya.

10. Dari hasil evaluasi siswa dapat dilihat sebanyak 31,57% siswa yang lulus

KKM dengan standar 57,00 dari jumlah keseluruhan 44 siswa. Berikut

daftar nilai siswa dan persentasenya:

Page 5: Proposal Edit

Tabel 1.

Interval nilai Frekuensi Persentase<57 30 68,18%

57-67 9 20,45%68-77 5 11,36 %78-87 0 0%88> 0 0 %

Keterangan :Nilai tertinggi : 72 Rata-rata : 38,5Nilai terendah : 25

Berdasarkan hasil pengamatan, diskusi dengan guru dan wawancara

dengan siswa peneliti berpendapat bahwa:

1. Motivasi belajar matematika siswa rendah, hal ini terlihat dari:

a. Beberapa siswa tidak membawa buku pelajaran matematika pada saat

mata pelajaran matematika berlangsung,

b. Sebagian siswa tidak membawa penggaris padahal sudah diingatkan

pada pertemuan sebelumnya,

c. Sebagian siswa tidak mengerjakan tugas tambahan seperti membuat

bangun ruang dari karton,

d. Pada saat guru memberikan kesempatan untuk mencatat materi yang

sedang diajarkan masih terdapat siswa yang mengabaikannya dan

e. Ketika guru memmerintahkan untuk mengerjakan tugas dikelas, masih

terdapat siswa yang tidak mengerjakannya.

2. Partisipasi dan keaktifan siswa ketika proses pembelajaran matematika

berlangsung di kelas rendah, hal ini terlihat dari:

a. Siswa tidak ada yang bertanya ketika guru memberikan kesempatan

untuk bertanya, padahal berdasarkan wawancara dengan siswa 75%

siswa belum mengerti materi yang sedang diajarkan,

Page 6: Proposal Edit

b. Siswa tidak ada yang maju ke depan kelas ketika guru meminta siswa

untuk mengerjakan soal latihan dipapan tulis.

3. Upaya untuk memacu siswa agar aktifitas belajar tetap berjalan dengan

baik melalui mengerjakan soal dalam LKS yang siap pakai dirasa kurang

efektif untuk dijalankan di kelas tersebut.

Oleh karena itu perlu adanya perbaikan untuk meningkatkan efektifitas

proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan akademik

siswa untuk memahami atas materi yang disampaikan dan hasil belajar siswa

tersebut. Untuk menyalurkan kebiasaan siswa saat pembelajaran berlangsung,

peneliti merencanakan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran

teknik probing yang dikombinasikan dengan metode permainan. Dalam

kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya

bervariasi dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.

Digunakannya pembelajaran metode pembelajaran teknik probing dan

metode permainan ini, karena dari hasil observasi dan wawancara dengan

siswa diperoleh suatu kesimpulan bahwa siswa lebih senang pada sesuatu

yang menantang dan terus membuatnya penasaran serta dari banyaknya siswa,

antara 70%-75% siswa yang suka bermain-main ketika proses pembelajaran.

Untuk memudahkan proses evaluasi, pada penelitian kali ini akan digunakan

LKS yang dibuat sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Penerapan metode

pembelajaran teknik probing dan metode permainan diharapkan dapat

membuat siswa yang senang pada sesuatu yang menantang dan yang suka

bermain-main ketika proses pembelajaran dapat lebih fokus pada pelajaran

Page 7: Proposal Edit

sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa

kelas VIII-1 SMP Nurul Islam Jakarta.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah upaya meningkatkan hasil belajar siswa

dalam pokok bahasan fungsi dengan menggunakan metode pembelajaran

teknik probing dan metode permainan pada pembelajaran matematika di kelas

VIII-1 SMP Nurul Islam (NURIS) Klender Jakarta Timur. Adapun hal-hal

yang akan diamati adalah sebagai berikut :

1. Apakah pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran teknik

probing dan metode permainan dapat membuat siswa lebih aktif?

2. Apakah dengan penerapan metode pembelajaran teknik probing dan

metode permainan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah memberikan alternatif metode

pembelajaran yang dapat menciptakan proses pembelajaran matematika agar

lebih menarik, menyenangkan dan interaktif sehingga keaktifan siswa ketika

proses pembelajaran matematika berlangsung meningkat yang pada akhirnya

akan meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu:

Page 8: Proposal Edit

1. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan minat dan

motivasi siswa terhadap pelajaran matematika, serta dapat meningkatkan

kemampuan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi

selama proses pembelajaran matematika sehingga hasil belajar matematika

siswa lebih baik.

2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dan masukkan untuk melakukan pembelajaran dengan

metode pembelajaran teknik probing dan metode permainan sebagai

alternatif yang baru di sekolah SMP Nurul Islam sebagai upaya untuk

meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi

dalam untuk mengembangkan penelitian yang memanfaatkan model

pembelajaran dan metode ini.

4. Bagi peneliti, sebagai tambahan pengetahuan baru dan pengalaman yang

menjadi tolok ukur untuk melakukan penelitian tindakan kelas, sehingga

menjadi salah satu variasi dalam mengajar.

E. Batasan Istilah

Pada penelitian ini digunakan batasan istilah agar memilki satu tafsiran.

Batasan istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil

belajar matematika pada pokok bahasan fungsi.

Page 9: Proposal Edit

2. Keaktifan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah setiap

aktifitas belajar yang melibatkan fisik, mental intelektual dan emosional

untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa

3. Peningkatan hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

peningkatan hasil belajar ranah kognitif dalam pembelajran matematika

pokok bahasan fungsi.

Page 10: Proposal Edit

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

1. Belajar dan Belajar Matematika

Belajar pada hakikatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan

individu untuk memenuhi kebutuhannya. Secara psikologis belajar adalah

suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku secara sadar dari hasil interaksinya dengan

lingkungan (Slameto, 1991:2). Menurut teori konstruktivisme belajar akan

efektif jika siswa secara aktif membangun sendiri pengetahuannya.

Pandangan konstruktivis tentang pembelajaran menyatakan siswa

seyogyanya diberi kesempatan agar menggunakan strategi sendiri dalam

belajar secara sadar dan guru membimbing siswa ke tingkat pengetahuan

yang lebih tinggi. Driver (dalam Suparno, 1996:49) mengungkapkan

beberapa prinsip konstruktivisme, yaitu : (a) pengetahuan dibangun oleh

siswa sendiri, baik secara personal maupun sosial; (b) pengetahuan tidak

dapat dipindahkan dari guru ke siswa kecuali dengan keaktifan siswa; (c)

siswa aktif mengkonstruksi terus menerus, sehingga selalu terjadi

perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap serta sesuai

dengan konsep; (d) guru sekedar membantu menyediakan sarana dan

situasi agar proses konstruksi siswa berjalan dengan mulus.

Page 11: Proposal Edit

Teori Piaget (dalam Suparno, 1999:30) mengungkapkan

bagaimana suatu pengatahuan dapat diperoleh, menurutnya pengetahuan

merupakan adaptasi pikiran terhadap realitas, seperti orrganisme

beradaptasi dengan lingkungannya. Menurutnya pengetahuan datang dari

tindakan dan sebagian besar perkembangan kognitif bergantung kepada

seberapa jauh seseorang aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan

lingkungannya. Jika seseorang tidak melakukan adaptasi maka akan terjadi

ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga untuk memberi respon

terhadap lingkungannya maka harus melakukan akomodasi. Akomodasi

itu sendiri adalah mengubah struktur kognitif yang tidak sesuai menjadi

struktur baru yang sesuai (adaptasi), sehingga mencapai keseimbangan

(equilibrium) lagi.

Seorang guru harus mampu memfasilitasi siswanya dalam

membangun pengetahuannya dengan cara menstimulasi terjadinya proses

adaptasi. Staton (1978:48) menyatakan salah satu cara untuk

menstimulasinya dengan mengajukan serangkaian pertanyaan yang

tersusun secara sistematis yang dapat diajukan pada saat-saat yang tepat

selama pembelajaran berlangsung.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Osman dan

Hannafin (1994:9-10) guru dapat membimbing siswa dari tingkat berpikir

yang lebih rendah menuju tingkat berpikir yang lebih tinggi dengan

pertanyaan-pertanyaan mengenai ’apa’ atau ’kapan’ untuk

mengungkapkan pengetahuan awal siswa lalu diajukan dengan pertanyaan

Page 12: Proposal Edit

’bagaimana’ dan ’mengapa’. Jadi, Belajar yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah suatu usaha yang dilakukan oleh individu dalam usaha untuk

memenuhi kebutuhannya secara sadar dan berkesinambungan.

Menurut James dan James dalam buku yang berjudul “Strategi

Belajar Mengajar kontemporer” yang dikutip oleh Erman Suherman,

“matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,

besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan stu dengan yang lainnya

dengan jumlah yang sangat banyak yang terbagi dalam tiga bidang, yaitu

aljabar, analisis, dan geometri”.3 Menurut Soedjadi dalam buku yang

berjudul”Kiat Pendidikan Matematika Indonesia” mengungkapkan

bebeberapa karakteristik matematika, yaitu :

a. memiliki objek kajian yang abstrak,

b. bertumpu pada kesepakatan,

c. berpola pikir deduktif,

d. memiliki simbol yang kosong dari arti,

e. memerhatikan semesta pembicaraan, dan

f. konsisten dalam sistemnya.4

Dengan melihat beberapa pendapat para ahli diatas, pengertian

matematika dalam penelitian ini adalah ilmu tentang logika yang kajiannya

bersifat abstrak, tersusun secara hierarkis, penalarannya bersifat deduktif,

dan konsisten dalam sistemnya.

3 Erman suherman”strategi belajar mengajar kontemporer”4 Soedjadi”kiat pendidikan matematika Indonesia”

Page 13: Proposal Edit

Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan diatas,

hakikat belajar matematika dalam penelitian ini adalah belajar mengenai

ketrampilan untuk memahami konsep, prinsip dari ilmu matematika yang

kajiannya melibatkan fakta dan pemecahahan masalah secara mandiri dan

berkesinambungan.

2. Hasil Belajar Matematika

Menurut Herman Hudojo dalam bukunya yang berjudul ”Mengajar

Belajar Matematika”, menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan

tingkah laku yang terjadi akibat proses belajar.5 Jadi hasil belajar

matematika adalah perubahan tingkah laku individu dalam kebiasaan,

pengetahuan, dan sikap sebagai akibat yang ditimbulkan dari adanya

proses kegiatan yang berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep

abstrak yang tersusun secara hierarkis dan berkesinambungan yang

memerlukan penalaran-penalaran dalam pemecahannya.

Dalam kajiannya terdapat 3 masalah utama yang terjadi dalam

proses belajar-mengajar, diantaranya :

a. Masalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.

b. Masalah mengenai bagaimana hasil belajar itu berlangsung, dan

prinsip yang ingin dilaksanakan.

c. Masalah mengenai hasil belajar.

Dari masalah-masalah yang dikemukakan diatas terdapat

keterkaitan antara satu dengan yang lain. Proses dan hubungan saling

mempengaruhi dan dipengaruhi antara masalah satu dengan masalah yang

5 Herman hudojo”strategi belajar mengajar”

Page 14: Proposal Edit

lain. Sehingga penyelasaiannya pun harus menggunakan strategi yang

saling berkaitan.

Beberapa ahli di bidang pendidikan mengartikan hasil belajar,

menurut Nana Sudjana dalam bukunya yang berjudul ”Penilaian Hasil

Proses Belajar Mengajar” menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada

hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam

pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, psikomotoris.6

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono dalam buku yang berjudul

“Belajar dan Pembelajaran” menyatakan bahwa hasil belajar merupakan

hasil suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.7

Dari definisi hasil belajar diatas, yang dimaksud dengan hasil

belajar dalam penelitian ini adalah perubahan tingkah laku yang dapat

diamati dan diukur sebagai akibat dari proses belajar dan terjadi dalam

waktu yang relatif lama. Sedangkan hasil belajar matematika dalam

penelitian ini adalah pengetahuan dan perilaku yang diukur dan diamati

dengan memberikan penilaian diakhir pelajaran matematika melalui tes

hasil belajar seperti ulangan, kuis atau ujian

3. Fungsi

Fungsi merupakan salah satu materi mata pelajaran matematika

yang diajarkan di sekolah kelas VIII pada semester satu yang tentang

hubungan antara satu himpunan dengan himpunan yang lain yang yang

lain. Fungsi memiliki dua daerah himpunan, himpunan yang pertama

6 Nana sudjana”Penilaian hasil proses belajar mengajar”7 Dimyati dan mudjiono“Belajar dan pembelajaran”

Page 15: Proposal Edit

merupakan himpunan daerah asal atau disebut dengan domain dan

himpunan yang kedua disebut dengan daerah lawan atau kodomain.

Daerah himpunan pada daerah lawan yang merupakan pasangan dari

daerah asal disebut dengan daerah hasil atau range. Adapun desainnya

seperti gambar berikut :

Gambar 1.Keterangan:

X (warna hijau) merupakan domain dari fungsi f,

Y(warna biru) merupakan kodomain

F(X) (warna kuning) merupakan daerah hasil

Fungsi pada pembahasannya menjelaskan 3 bagian antara lain : (a) relasi,

(b) fungsi, (c) korespondensi satu-satu.

a. Relasi

Relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu aturan yang

memasangkan anggota-anggota himpunan A dengan anggota

himpunan B.

b. Fungsi (Pemetaan)

Page 16: Proposal Edit

Fungsi (pemetaan) dari A ke B adalah relasi khusus yang

memasangkan setiap anggota A dengan tepat satu anggota B. Untuk

mendefinisikan fungsi dapat digunakan notasi berikut.

Dengan demikian kita telah mendefinisikan fungsi f yang

memetakan setiap elemen himpunan A kepada B. Notasi ini hanya

mengatakan bahwa ada sebuah fungsi f yang memetakan dua

himpunan, A kepada B.

c. Korespondensi satu-satu

Himpunan A dikatakan berkorespondensi satu-satu dengan

himpunan B jika setiap anggota A dipasangkan dengan tepat satu

anggota B dan setiap anggota B dipasangkan dengan tepat satu anggota

A. Dengan demikian, banyak anggota himpunan A dan B haruslah

sama.

Untuk menyatakan fungsi ada 3 cara: a). diagram panah, b). diagram

Cartesius, c). himpunan pasangan berurutan. Untuk mempermudah

penjelasan digunakan contoh. {x|nghdskjadhkajhdajkdhka}

a. Diagram panah

Gambar 2.

A

1

2

3

B

3

4

5

Page 17: Proposal Edit

b. Diagram cartesius

Gambar 3.

c. Himpunan pasangan berurutan

Himpunan pasangan berurutan dinyatakan sebagai berikut : (1,3)

(2,4) (3,5)

4. Metode Pembelajaran Teknik Probing

Probing menurut bahasa adalah penyelidikan (Echol dan Shadily,

1996:448). Sedangkan menurut Wijaya (1999:16) probing adalah suatu

teknik pembelajaran dengan cara mengajukan satu seri pertanyaan untuk

membimbing siswa menggunakan pengetahuan yang telah ada pada

dirinya agar dapat membangun sendiri menjadi pengetahuan baru.

Aktivitas secara fisik yang diharapkan terjadi dengan teknik probing

adalah sebagai berikut: siswa melakukan observasi (mengamati,

mengukur, mencatat data), menjawab pertanyaan, dan mengajukan

pertanyaan atau sanggahan, sedangkan aktivitas berfikirnya adalah

54321

5

4

3

2

1

(1 , 3)

(2 , 4)

(3 , 5)

Page 18: Proposal Edit

asimilasi, akomodasi dan pembentukan pengetahuan baru.8 Aktivitas guru

dalam menyampaikan teknik probing sesuai dengan langkah-langkah

probing dapat dijabarkan melalui tujuh tahap probing sebagai berikut :

a. Tahap I

Menghadapkan siswa pada situasi baru, misalnya dengan

memperlihatkan gambar, cerita atau situasi lainnya yang mengandung

teka-teki.

b. Tahap II

Menunggu beberapa saat guna memberikan kesempatan kepada

siswa untuk merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam

merumuskannya.

c. Tahap III

Mengajukan pertanyaan sesuai dengan TPK/indikator kepada

seluruh siswa.

d. Tahap IV

Menunggu beberapa saat guna memberikan kesempatan kepada

siswa untuk merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam

merumuskannya.

e. Tahap V

Menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan.

f. Tahap VI

Jika jawaban siswa tepat maka guru meminta tanggapan siswa lain

tentang jawaban tersebut. Jika siswa tersebut mengalami kemacetan

8 (Wijaya, 1992:21)

Page 19: Proposal Edit

menjawab dalam hal ini jawaban yang diberikan kurang tepat, tidak

tepat atau diam, maka guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain

yang jawabannya merupakan petunjuk jalan penyelesaian jawaban.

g. Tahap VII

Mengajukan pertanyaan akhir kepada siswa untuk menunjukkan

bahwa TPK/indikator tersebut benar-benar telah dipahami.

5. Metode Permainan

Permainan dalam pembelajaran merupakan salah satu cara

pembelajaran konsep atau struktur ilmu pengetahuan. Matematika adalah

salah satu ilmu pengetahuan yang dalam proses pengajarannya dapat

melalui permainan menggunakan alat permainan dan alat peraga. Hal ini

seperti yang dikemukakan oleh Ruseffendi, bahwa dalam rangka

meningkatkan kesenangan dan minat siswa/warga belajar terhadap

matematika maka perlu diaktifkannya anak-anak untuk menyelesaikan

problema-problema matematika dalam kelompok-kelompok,

digunakannya alat peraga dan diberikan permainan-permainan yang

menarik dan lain-lain9.

Permainan yang dimaksud adalah permainan matematika yang

merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan atau menggembirakan

yang dapat menunjang tercapainya tujuan dalam pembelajaran

matematika. Beberapa konsep dasar matematika yang dalam

pembelajarannya dapat digunakan metode ini antara lain penanaman

konsep dasar luas daerah segitiga, konsep dasar volum bangun ruang,

9 (Ruseffendi, 1980:16)

Page 20: Proposal Edit

konsep dasar pengenalan angka dan lain-lain. Dengan demikian permainan

matematika akan merupakan alat yang efektif untuk membangkitkan

minat, motivasi, keterampilan warga belajar khususnya siswa menengah

pertama yang sedang dalam pertumbuhan yang cenderung gemar bermain

dan diaplikasikan pada matematika dan sekaligus merupakan alat yang

efektif untuk mempelajari serta mengembangkan konsep-konsep dasar

matematika. Salah satu alternatif untuk membelajarkan konsep tersebut

adalah melalui permainan yang bukan hanya sekedar bermain tetapi

permainan yang mengandung nilai matematika yang selanjutnya disebut

dengan permainan matematika.

Adapun metode permainan yang akan peneliti terapkan di sekolah

SMP Nurul Islam Jakarta adalah permainan ular tangga yang peneliti

sebut dengan ular tangga fungsi. Ular tangga adalah permainan papan

untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Papan

permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar

sejumlah "tangga" atau "ular" yang menghubungkannya dengan kotak lain.

Permainan ini diciptakan pada tahun 1870. Permaianan ini tidak memiliki

standar dalam pembuatan papannya, sehingga setiap orang dapat

menciptakan papan mereka sendiri dengan jumlah kotak, ular dan tangga

yang berlainan sesuai dengan keinginan. Adapun pola permainannya

adalah Setiap pemain mulai dengan bidaknya di kotak pertama yang

terletak di sudut kiri bawah kotak dan secara bergiliran melemparkan

dadu. Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul.

Page 21: Proposal Edit

Bila pemain mendarat di ujung bawah sebuah tangga, mereka dapat

langsung pergi ke ujung tangga yang lain. Bila mendarat di kotak dengan

ular, mereka harus turun ke kotak di ujung bawah ular. Pemenang adalah

pemain pertama yang mencapai kotak terakhir. Biasanya bila seorang

pemain mendapatkan angka 6 dari dadu, mereka mendapat giliran sekali

lagi. Bila tidak, maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya.

Pada mulanya permainan ini adalah permainan kuno, seperti

Pachisi, yang berasal dari India. Pada dasarnya permainan ini mengajarkan

bagaimana seseorang akan menuju tangga kebajikan dan kejahatan melalui

penanaman nilai-nilai moralitas anak-anak tentang agama hindu yang

dituangkan dalam papan kotak. Setiap kotak mewakili berbagai jenis ular

yang berasal dari kotak yang mewakili berbagai bentuk kejahatan dan

kebaikan. Nilai-nilai itu terletak pada masing-masing tangga angka. Untuk

nilai-nilai kebajikan antara lain: nilai iman pada angka (12), reliabilitas

(51), kedermawanan (57), pengetahuan (76), asketisisme (78). Sedangkan

nilai-nilai kejahatan antara lain : tidak taat (41), vanity (44), vulgar (49),

theft (52), berbohong (58), mabuk-mabukan (62), utang (69), rage (84),

greed (92), pride (95), pembunuhan (73) dan nafsu (99). Jika permaianan

jatuh tepat pada kotak kebaikan (seperti diatas) maka pemain akan naik

tangga kehidupan yang lebih tinggi. Sedangkan jika jatuh pada kotak

kejahatan maka pemain akan turun atau kembali melalui reinkarnasi ke

tingkatan yang lebih rendah dari kehidupan. Dan permainan akan berakhir

pada kotak 100 yang merupakan Nirvana.

Page 22: Proposal Edit

Untuk pola permainan matematika yang akan digunakan adalah

untuk menjawab latihan soal dan pengambilan nilai pada tiap akhir siklus.

Berikut cara memainkan permainan ini:

a. Kelas dibagi menjadi 8 kelompok, dengan masing-masing kelompok

terdiri dari 4-6 siswa.

b. Tiap kelompok membuat/membawa papan permainan ular tangga.

c. Guru menentukan fungsi yang akan digunakan untuk permaianan ular

tangga tersebut.

d. Melakukan permainan ular tangga yang biasa dimainkan.

e. Pengambilan nilai.

Contoh permainan ular tangga:

Metode permainan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

metode permainan dalam pembelajaran matematika yang peneliti

definisikan sebagai cara untuk menyampaikan pelajaran matematika

dengan sarana bermain dengan tuuan agar siswa mendapatkan kesempatan

Page 23: Proposal Edit

untuk terlibat langsung dalamm pembelajaran dan membuat siswa merasa

senang terhadap pelajaran matematika.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan untuk melakukan penelitian,

yaitu:

1. Sujarwo dalam penelitian yang berjudul Pembelajaran Matematika dengan

Menggunakan Teknik Probing dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa MAN Malang pada tahun 2000. Dari hasil penelitiannya

disimpulkan bahwa penggunaan teknik probing dapat meningkatkan hasil

belajar matematika siswa.

2. Asep Supriyadi dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Meningkatkan

Hasil Belajar Matematika dengan Meningkatkan Motivasi Menggunakan

metode Permainan di SMP Negeri 13 Bekasi pada tahun 2010. Dari hasil

penelitiannya disimpulkan bahwa terjadi peningkatan motivasi dalam

belajar matematika siswa pada pokok bahasan bangun ruang.

C. Kerangka Berfikir

Ujian nasional (UN) merupakan kebijakan pemerintah dalam bidang

pendidikan untuk menentukan standar mutu pendidikan. Hampir seluruh

tenaga kependidikan sepakat akan perlunya ujian untuk mengetahui berbagai

upaya yang dilakukan dalam proses pendidikan. Hasil belajar siswa yang tidak

dapat diukur karena belum memilki standar baku turut melatarbelakangi

Page 24: Proposal Edit

terciptanya kebijakan ini. Namun, karena pemerintah menetapkan nilau UN

minimal yang harus dicapai oleh peserta didik dalam kelulusan, telah

menimbulkan beberapa masalah. Masalah bermula dari kelas yang wajib

mengikuti ujian yang hanya dikhususkan pada kelas akhir tiap tingkatan.

Dampaknya pembelajaran hanya mengedepankan hasil daripada proses.

Motivasi belajar hanya sebagai pemenuhan standar kelulusan lulus yang

ditetapkan pemerintah. Siswa lebih berminat mengikuti program bimbingan

kelas khusus dan strategi jitu menyelesaikan soal-soal UN yang semakin

menghilangkan tujuan pembelajaran disekolah sebagai pendidikan yang utuh

daripada mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas dengan serius. Masalah

berikutnya adalah siswa kelas VII dan VIII yang masih merasa aman dan tidak

perlu belajar dengan serius karena kelulusan ditentukan pada saat pelaksanaan

UN, sehingga tidak ada motivasi untuk belajar. Kemudian, penggunaan

metode pembelajaran yang kurang tepat dan kreatif dalam memahami

kebutuhan dan keinginan siswa untuk mata pelajaran matematika, membuat

siswa jenuh dan bosan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar sehingga

siswa melakukan aktivitas bermain dan berbicara. Pembelajaran hanya

didominasi oleh guru dan mengabaikan aspek-aspek pembelajaran,

sebagaimana yang terjadi di kelas VIII-1 SMP Nurul Islam Jakarta, guru

hanya menerapkan metode ceramah yang membuat kegiatan pembelajaran

terpusat pada guru sehingga siswa menjadi bosan, tidak aktif dan

pembelajaran berjalan tidak efektif. Interaksi belajar, baik antar guru dengan

Page 25: Proposal Edit

siswa dan siswa dengan siswa yang semestinya harus terjadi dalam kegiatan

belajar mengajar terabaikan.

Masalah tersebut dapat diatasi melalui pembelajaran yang membuat

siswa aktif dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi antar siswa.

Pembelajaran matematika dengan metode pembelajaran teknik probing akan

membuat keaktifan siswa terbentuk. Pembelajaran ini memiliki karakter yang

berbeda. Guru dapat membimbing siswa dari tingkat berpikir yang lebih

rendah menuju tingkat berpikir yang lebih tinggi dengan pertanyaan-

pertanyaan mengenai ’apa’ atau ’kapan’ untuk mengungkapkan pengetahuan

awal siswa lalu diajukan dengan pertanyaan ’bagaimana’ dan ’mengapa’.

Penggalian informasi tentang kemampuan siswa dalam memahami materi

yang diajarkan melalui paparan pendukung bahan ajar. Siswa mencoba

menjawab pertanyaan guru berdasarkan pengalaman yang dimiliki, sehingga

siswa bersiap diri untuk mengikuti pelajaran matematika. Motivasi terus

dibangun melalui pendekatan yang didasarkan pada kemampuan siswa,

sehingga siswa yang suka tantangan semakin terpacu untuk mengeluarkan

segala kemampuannya dan interaksi belajar baik interaksi antar siswa ataupun

dengan guru terjalin.

Penggunaan metode permainan sebagai upaya membangkitkan kembali

semangat belajar siswa, sehingga penyampaian materi mudah diterima.

Karena dengan metode ini siswa mendapatkan dua hal yaitu bermain dan

belajar. Hal ini juga sesuai dengan kegemaran siswa seperti yang terjadi di

kelas VIII-1 SMP Nurul Islam Jakarta. Adapun permainan yang akan

Page 26: Proposal Edit

diaplikasikan adalah permainan ular tangga, peneliti memberi nama dengan

ular tangga fungsi. Harapannya dengan penerapan metode pembelajaran

teknik probing yang dipadukan dengan metode permainan ular tangga fungsi

ini hasil belajar matematika siswa dapat meningkat.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berfikir diatas, maka dapat

dikemukakan hipotesis tindakan yaitu, dengan diterapkankannya perpaduan

pembelajaran metode pembelajaran teknik probing dan metode permainan ular

tangga fungsi, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa

kelas VIII-1 SMP Nurul Islam Jakarta.

Page 27: Proposal Edit

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Prosedur Penelitian

Penelitan ini menggunakan metode kualitatif. Menurut bogdan dan

Taylor dalam Moloeng, metodologi kualitatif adalah “prosedur penelitan yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan prilaku yang dapat diamati”10. Ciri-ciri penelitian kualitatif adalah:

1. Mempunyai latar ilmiah.2. Mengandalkan manusia sebagai alat penelitian.3. Memanfaatkan metode kualitatif4. Mengadakan analisis data secara kualitatif5. Mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha

menemukan teori dari dasar6. Bersifat deskriptif.7. Lebih mementingkan proses daripada hasil.8. Membatasi studi dengan fokus.9. Memilki kriteria khusus untuk memeriksa keabsahan

data.10. Rancangan penelitian yang bersifat sementara.11. Hasil penelitian disepakati oleh kedua pihak yaitu

peneliti dan subjek penelitian11.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau class room

action research. Penelitan tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian dalam bentuk

suatu kajian yang merupakan suatu pencermatan terhadap proses kegiatan

belajar berupa tindakan yang disengaja dimunculkan dibeerikan oleh guru atau

dengan arahan dari guru yang dilakukan siswa12. Penelitian tindakan kelas ini

10 Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian kulaitatif, (Bandung:remaja Rosdakarya),hlm. 311 Lexy J. Moloeng,opcit, hlm. 4-812 Anonim, Penelitian Tindakan Kelas[ONLINE], Tersedia:http://lussyf.mulitiply.com/journal/item/303,(20 april 2010,08:15:54)

Page 28: Proposal Edit

dilakukan secara siklik, yaitu adanya siklus penelitian. Dalam penelitian ini,

akan menggunakan tiga siklus, dimana setiap siklus terdiri dari empat

kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, analisis atau pengamatan dan

refleksi.

B. Kehadiran Peneliti dan Lokasi Penelitian

Penelitian kualitatif menuntut kehadiran peneliti untuk terlibat aktif

dilapangan karena pengumpulan data selama penelitian dilakukan dalam

situasi sesungguhnya. Dengan melakukan perencanaan tindakan,

mengumpulkan dan menganalisis data, serta melaporkan hasil penelitian.

Penelitian dilaksanakan SMP Nurul Islam Jakarta, jalan Mawar Merah Raya I

Perumnas Klender Jakarta Timur.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian dapat dilihat sebagaimana terlampir.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif

1) Hasil tes awal siswa

2) Hasil tes pada setiap akhir siklus

b. Data kualitatif

1) Hasil observasi dalam proses pembelajaran di kelas.

Page 29: Proposal Edit

2) Hasil pengamatan proses kegiatan pembelajaran di kelas berupa

catatan lapangan dan tabel pengamatan berupa tabel flenders.

3) Hasil wawancara dengan guru dan siswa yangmenjadi subjek

penelitian.

4) Dokumentasi proses kegiatan pembelajaran di kelas berupa foto.

2. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas VIII-1 SMP Nurul

Islam Jakarta, Peneliti, Guru dan pengamat (observer). Penelitian ini

dilakukan terhadap seluruh siswa di kelas, dan diambil 8 orang siswa

sebagai subjek penelitian yang akan diamati secara lebih mendalam. Guru

dalam penelitian ini merupakan pelaksana kegiatan dan dalam penelitian

ini akan dibantu oleh dua orang observer sebagai pengamat kegiatan.

3. Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah 8 siswa kelas VIII-1 dengan kriteria

tertentu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan peneliti dalam melakukan

pengamatan dan mengumpulkan data selama penelitian maka peneliti

hanya membatasi pengamatan dan penelitian kepada 8 siswa. Siswa kelas

VIII-1 dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok atas, tengah atas,

tengah bawah dan bawah. Pengelompokkan berdasarkan urutan nilai tes

ujian akhir semester genap yang mereka peroleh. Masing-masing

kelompok diambil dua orang siswa.

E. Instrumen Penelitian

Page 30: Proposal Edit

1. Lembar tes hasil belajar siswa

Lembar tes hasil belajar siswa digunakan untuk mengukur hasil belajar

siswa selama penelitian.

2. Lembar catatan lapangan dan lembar tabel pengamatan

Lembar catatan lapangan digunakan untuk mencatat hal-hal yang menarik

yang terjadi selama penelitian berlangsung. Lembar tabel pengamatan

digunakan untuk melihat aktivitas siswa pada saat penyampaian materi dan

permainan ular tangga fungsi.

3. Peneliti

Peneliti sebagai pengamat jalannya kegiatan pembelajaran.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data tentang situasi proses pembelajaran didalam kelas diambil dengan

menggunakan catatan lapangan yang dibuat setiap pertemuan. Sedangkan hasil

wawancara dengan siswa diambil dengan menggunakan alat perekam serta

dokumentasi gambar yang diambil dengan menggunakan kamera.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan sistem

triangulasi data yang merupakan salah satu cara untuk menentukan keabsahan

data, yaitu pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data

tersebut untuk keperluan pembanding data tersebut. Untuk keperluan

triangulasi ini, akan dipilih triangulasi sumber data yaitu membandingkan dan

Page 31: Proposal Edit

mengecek data yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda untuk

pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Proses triangulasi tersebut

antara lain membandingkandata pengamatan dengan wawancara,

membandingkan yang dikatakan didepan umum dengan yang dikatakan secara

pribadi dan membandingkan hasil wawancara dengan data lainnya yang saling

berkaitan. Proses triangulasi ini, akan melibatkan tiga pihak yaitu siswa, guru

dan observer13.

H. Analisis Data

Proses analisis data, dimulai dengan menelaah seluruh data yang sudah

didapat dari berbagai sumber, yaitu berupa hasil observasi, catatan lapangan,

tabel pengamatan bentuk flanders, hasil evaluasi, hasil wawancara dan

dokumentasi foto. Kemudian data-data tersebut direduksi sehingga

memperoleh abstraksi (rangkuman ini, proses dan pernyataan) selanjutnya

disusun dalam satuan-satuan dan dikategorikan, kemudian tahap selanjutnya

adalah melakukan pemeriksaan keabsahan data.

I. Tahap – Tahap Penelitian

Penelitian ini diawali dengan kegiatan pra penelitan melalui observasi

untuk mendapatkan data awal siswa, kemudian dilanjutkan dengan siklus I,

sklus II, siklus III. Setiap siklus memilki 4 tahapan yang terdiri dari tahapan

perencanaan, pelaksanaan, observasi, analisis dan refleksi.

13 Lexy J. Moloeng, opcit, hal 178.

Page 32: Proposal Edit

Setiap akhir siklus, akan dianalisis dan direfleksi hasil kegiatan yang

telah dilakukan, kemudian dari ahsil analisis dan refleksi tersebut akan

digunakan sebagai acuan untuk merencanakan kegiatan yang akan

dilaksanakan pada siklus selanjutnya. Kegiatan tersebut terus berulang sampai

tercapai hasil yang diharapkan.

Uraian kegiatan-kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan Pra Penelitian (22-23 februari 2010)

Penelitan tindakan kelas mengharuskan peneliti mengetahui

permasalahan dalam proses pembelajaran yang terjadi disuatu kelas. Oleh

karena itu, perlu dilakukan observasi kelas, penyebaran kuesioner, dan

wawancara ke siswa dan guru kelas yang bersangkutan untuk dijadikan

penelitian.

2. Kegiatan Penelitian (20 september-3 oktober 2010)

Penelitian dirancang dalam tiga siklus, dimana setiap siklusya

terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, analisis dan

refleksi. akan tetapi jika hasil yang diharapakan tidak tercapai dalam 3

siklus yang pertama, penelitian bisa dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Kegiatan penelitian ini diawali dengan :

a. Siklus I (20-23 september 2010)

1) Tahap Perencanaan

Siklus ini direncanakan berlangsung 2 kali pertemuan

dengan masing-masing pertemuan 2 jam tatap muka . Jam pertama

pertemuan pertama penyajian materi dengan menggunakan metode

Page 33: Proposal Edit

pembelajaran teknik probing. Jam kedua pertemuan pertama akan

dilaksanakan pembelajaran dengan metode permainan. Jam

pertama pertemuan kedua masih melanjutkan pembelajaran dengan

metode tersebut. Pertemuan kedua jam kedua adalah tes akhir

siklus I.

2) Tahap Pelaksanaan

Kegiatan 1: Penyajian materi oleh guru dengan menggunakan

metode pembelajaaran teknik probing. Pada kegiatan

ini guru menyajikan materi dengan menggunakan

metode pembelajaran teknik probing selama 1 kali

pertemuan. Peneliti akan bertindak sebagai

pengamat yang akan mengamati jalannya siklus I ini

dengan menggunakan catatan lapangan.

Kegiatan 2: Pembelajaran dengan menggunakan metode

permainan. Pada kegiatan ini guru akan menerapkan

metode permainan yang berguna untuk

menyelaesaikan latihan soal. Peneliti akan bertindak

sebagai pengamat yang akan mengamati jalannya

siklus I ini dengan menggunakan catatan lapangan

serta dokumentasi kegiatan.

Kegiatan 3: Pemberian tes akhir siklus siklus satu. Kegiatan

terakhir dari siklus I ini adalah penyelesaian

perkelompok dari soal yang berkaitan dengan

Page 34: Proposal Edit

menggunakan metode permainan menggunakan ular

tangga fungsi.

Kegiatan 4: Pemberian penghargaan, Hukuman edukatif dan

Wawancara. Peneliti akan melakukan wawancara

dengan guru dan subyek penelitian, pemberian

penghargaan oleh guru untuk kelompok dengan skor

tertinggi, dan memberikan hukuman edukatif pada

kelompok dengan skor terendah sebagai bentuk

penekanan atas kewajiban menyelasaikan soal

latihan baru.

3) Tahap Analisis

Setelah semua rangkaian siklus I beserta pelaksanaan

kegiatan selesai dilaksanakan, selanjutnya peneliti akan melakukan

analisis. Data-data yang diperoleh akan dianalisis untuk

mengetahui kekurangan ataupun kelebihan selama kegiatan siklus

I.

4) Tahap Refleksi

Kegiatan pada tahap refleksi adalah melanjutkan analisis

temuan kegiatan siklus I lalu menentukan keberhasilan dan

kekurangan dari kegiatan yang dilakukan pada siklus I. Hasil

refleksi akan dijadikan acuan untuk perbaikan pada siklus II.

b. Siklus II (24-28 september 2010)

1) Tahap Perencanaan

Page 35: Proposal Edit

Siklus ini direncanakan berlangsung 2 kali pertemuan

dengan masing-masing pertemuan 2 jam tatap muka. Namun

sebelum melakukan perencanaan, peneliti terlebih dahulu

memeriksa kembali hasil refleksi dan evaluasi pada siklus I, yang

kemudian dijadikan bahan perbaikan dalam menyusun siklus II.

Untuk Jam pertama pertemuan pertama penyajian materi dengan

menggunakan metode pembelajaran teknik probing. Jam kedua

pertemuan pertama masih menggunakan pembelajaran teknik

probing dan kemudian dilanjutkan dengan metode permainan. Jam

pertama pertemuan kedua masih melanjutkan pembelajaran dengan

metode tersebut. Pertemuan kedua jam kedua adalah tes akhir

siklus II.

2) Tahap Pelaksanaan

Kegiatan 1: Penyajian materi oleh guru dengan menggunakan

metode pembelajaran teknik probing. Pada kegiatan

ini guru menyajikan materi dengan menggunakan

metode pembelajaran teknik probing selama 1 kali

pertemuan. Peneliti akan bertindak sebagai

pengamat yang akan mengamati jalannya siklus II

ini dengan menggunakan catatan lapangan.

Kegiatan 2: Pembelajaran dengan menggunakan metode

pembelajaran teknik probing dan metode permainan.

Pada kegiatan ini guru akan menerapkan metode

Page 36: Proposal Edit

pembelajaran teknik probing untuk melanjutkan

menyajikan materi dan metode permainan untuk

menyelesaikan soal latihan. Peneliti akan bertindak

sebagai pengamat yang akan mengamati jalannya

siklus II ini dengan menggunakan catatan lapangan

serta dokumentasi kegiatan.

Kegiatan 3: Pemberian tes akhir siklus siklus dua. Kegiatan

terakhir dari siklus II ini adalah penyelesaian

perkelompok dari soal yang berkaitan dengan

menggunakan metode permainan menggunakan ular

tangga fungsi.

Kegiatan 4: Pemberian penghargaan, Hukuman edukatif dan

Wawancara. Peneliti akan melakukan wawancara

dengan guru dan subyek penelitian, pemberian

penghargaan oleh guru untuk kelompok dengan skor

tertinggi, dan memberikan hukuman edukatif pada

kelompok dengan skor terendah sebagai bentuk

penekanan atas kewajiban menyelasaikan soal

latiahan baru.

3) Tahap Analisis

Setelah semua rangkaian siklus II beserta pelaksanaan

kegiatan selesai dilaksanakan, selanjutnya peneliti akan melakukan

analisis. Data-data yang diperoleh akan dianalisis untuk

Page 37: Proposal Edit

mengetahui kekurangan ataupun kelebihan selama kegiatan siklus

II.

4) Tahap Refleksi

Kegiatan pada tahap refleksi adalah melanjutkan analisis

temuan kegiatan siklus II lalu menentukan keberhasilan dan

kekurangan dari kegiatan yang dilakukan pada siklus II. Hasil

refleksi akan dijadikan acuan untuk perbaikan pada siklus III .

c. Siklus III (29 september-2 oktober 2010)

1) Tahap Perencanaan

Siklus ini direncanakan berlangsung 2 kali pertemuan

dengan masing – masing pertemuan 2 jam tatap muka. Namun

sebelum melakukan perencanaan, peneliti terlebih dahulu

memeriksa kembali hasil refleksi dan evaluasi pada siklus II, yang

kemudian dijadikan bahan perbaikan dalam menyusun siklus III.

Jam pertama pertemuan pertama penyajian materi dengan

menggunakan metode pembelajaran teknik probing. Jam kedua

pertemuan pertama masih menggunakan metode pembelajaran

teknik probing dan kemudian dilanjutkan dengan metode

permainan. Jam pertama pertemuan kedua masih melanjutkan

pembelajaran dengan metode tersebut. Dan pertemuan kedua jam

kedua adalah tes akhir siklus III dengan menggunakan metode

permainan ular tangga fungsi.

2) Tahap Pelaksanaan

Page 38: Proposal Edit

Kegiatan 1: Penyajian materi. Penyajian materi oleh guru dengan

menggunakan metode pembelajaran teknik probing.

Pada kegiatan ini guru menyajikan materi dengan

menggunakan metode pembelajaran teknik probing

selama 1 kali pertemuan. Peneliti akan bertindak

sebagai pengamat yang akan mengamati jalannya

siklus III ini dengan menggunakan catatan lapangan.

Kegiatan 2: Pembelajaran dengan menggunakan metode

pembelajaran teknik probing dan metode permainan.

Pada kegiatan ini guru akan menerapkan metode

pembelajaran teknik probing untuk melanjutkan

menyajikan materi dan metode permainan untuk

menyelesaikan soal latihan. Peneliti akan bertindak

sebagai pengamat yang akan mengamati jalannya

siklus III ini dengan menggunakan catatan lapangan

serta dokumentasi kegiatan.

Kegiatan 3: Pemberian tes akhir siklus siklus tiga. Kegiatan

terakhir dari siklus III ini adalah penyelesaian

perkelompok dari soal yang berkaitan dengan

menggunakan metode permainan menggunakan ular

tangga fungsi.

Kegiatan 4: Pemberian penghargaan, Hukuman edukatif dan

Wawancara. Peneliti akan melakukan wawancara

Page 39: Proposal Edit

dengan guru dan subyek penelitian, pemberian

penghargaan oleh guru untuk kelompok dengan skor

tertinggi, dan memberikan hukuman edukatif pada

kelompok dengan skor terendah sebagai bentuk

penekanan atas kewajiban menyelasaikan soal

latihan baru.

3) Tahap Analisis

Setelah semua rangkaian siklus III beserta pelaksanaan

kegiatan selesai dilaksanakan, selanjutnya peneliti akan melakukan

analisis. Data-data yang diperoleh akan dianalisis untuk

mengetahui kekurangan ataupun kelebihan selama kegiatan siklus

III.

4) Tahap Refleksi

Kegiatan pada tahap refleksi adalah melanjutkan analisis

temuan kegiatan siklus III lalu menentukan keberhasilan dan

kekurangan dari kegiatan yang dilakukan pada siklus III. Hasil

refleksi akan dijadikan acuan untuk perbaikan pada siklus IV

apabila diperlukan.