Proposal Disertasi Koreksi Ok
-
Upload
edy-prabowo -
Category
Documents
-
view
84 -
download
0
Transcript of Proposal Disertasi Koreksi Ok
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kemampuan suatu negara
untuk berkompetitif dengan negara lainnya adalah melalui kualitas sumber daya
manusia. Pada era globalisasi, profesi guru bermakna strategis, karena
penyandangnya mengembantugas sejati bagi proses kemanusiaan, pemanusiaan,
pencerdasan, pembudayaan, dan pembangunan karakter bangsa.
Fokus perhatian untuk pengadaan guru dalam kualitas dan kuantitas
sebagian besar dikarenakan guru sebagai ujung tombak dari program pendidikan,
karena gurulah yang menentukan arah dan memastikan keberhasilan sistem
pendidikan. Oleh karena itu, seorang guru yang kompeten merupakan salah satu
elemen kunci dalam keberhasilan proses pembelajaran. Dengan demikian, adalah
penting untuk terus mengevaluasi proses peningkatan kemampuan guru dalam
rangka mempersiapkan guru yang mampu melakukan tugas dan fungsinya secara
efektif serta mampu menghadapi tantangan global dalam sistem pendidikan di
masa kini dan pada masa yang akan datang.
Di dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan
bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Dalam melaksanakan tugasnya, guru menerapkan keahlian,
1
kemahiran yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu yang diperolehnya
melalui pendidikan profesi.
Lebih lanjut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen mendefinisikan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu
atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Reformasi pendidikan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang Undang No 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan menuntut reformasi guru untuk memiliki
tingkat kompetensi yang lebih tinggi, baik kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional, maupun sosial.
Menurut Permendiknas no. 32 tahun 2008 tentang standar kualifikasi
akademik dan kompetensi pendidikan khusus, menyesuaikan kompetensi inti guru
sekolah umum sebagai-mana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 16 Tahun 2007 untuk Kompetensi Guru mata peserta diklatan
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan pada SDLB/MILB,
SMPLB/MTsLB, SMALB/MALB, dan guru pendidikan khusus pada satuan
pendidikan umum dan kejuruan yaitu: 1) memahami konsep dan prinsip
penyelenggaraan pendidikan jasmani adaptif; 2) mampu melakukan asesmen
untuk keperluan pembelajaran; 3) mampu merencanakan program rekreasi dan
pendidikan jasmani adaptif; 4) mampu melak-sanakan program rekreasi dan
2
pendidikan jasmani adaptif; 5) mampu mengevaluasi program rekreasi dan
pendidikan jasmani adaptif; 6) menguasai jenis-jenis dan karakteristik anak
berkebutuhan khusus serta dasar-dasar dan prinsip-prinsip pendidikan khusus.
Pendidikan untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus membutuhkan
suatu pola layanan tersendiri, khususnya bagi anak dengan hendaya
perkembangan fungsional (children with developmental impairment), hendaya
perkembangan mengacu kepada suatu kondisi tertentu dengan adanya hendaya
intelegensi dan fungsi adaptif, dengan menunjukan berbagai masalah dengan
kasus-kasus yang berbeda (Bandi Delphie, 2007: 145).
Mengimplementasikan pembelajaran pendidikan jasmani pada anak
berkebutuhan khusus, hendaknya seorang guru pendidikan jasmani adaptif harus
mampu mengelola aktivitas pembelajaran, sehingga pelaksanaan kegiatan
pembelajaran pendidikan jasmani dapat berjalan dengan lancar sesuai hasil yang
diharapkan. Pendidikan jasmani yang baik adalah apabila di dalamnya terdapat
pendidikan jasmani adaptif (Yudi Hendrayana, 2007:16). Dengan pendidikan
jasmani adaptif anak berkebutuhan khusus dapat menunjukan pada masyarakat
bahwa mereka juga dapat hidup seperti anak-anak yang normal, dan berprestasi
melalui bakat-bakat yang dimilikinya.
Kualitas guru penjas adaptif yang dimiliki suatu SLB akan memperlancar
dan sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan proses belajar mengajar di
sekolah. Tarigan (2009: 83) mengemukakan bahwa kualitas guru pendidikan
jasmani adaptif merupakan kunci pencapaian keberhasilan peningkatan kualitas
proses pembelajaran disekolah.
3
Kenyataan di lapangan bahwa dalam proses pembelajaran pendidikan
jasmani pada anak berkebutuhan khusus di sekolah, guru hanya memberikan
materi pembelajaran saja tanpa diimbangi dengan pengetahuan dan kemampuan
yang lain dalam proses pembelajaran, hal inilah yang menjadi permasalahan bagi
guru pendidikan jasmani, karena dalam mengimplementasikan pembelajaran guru
harus memberikan ide, penjelasan, mendemonstrasikan, membimbing dan
memotivasi peserta diklat dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan keadaan
peserta diklat yang dihadapinya, seperti yang terdapat dalam buku Depdiknas
(2003: 1-2), dijelaskan bahwa hingga kini penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia masih perlu banyak pembenahan dan peningkatan, (Suntoda dan
Andriyani, 2010).
Tarigan (2003:5) dalam penelitiannya menemukan bahwa 95% guru
pendidikan jasmani adaptif tidak berlatar belakang pendidikan jasmani atau
olahraga. Disebabkan oleh guru-guru yang mengajar di SLB tidak semuanya
berlatar belakang pendidikan jasmani dan olahraga, maka kualitas yang dimiliki
guru penjas adaptif di SLB sebagian besar masih terbilang rendah. Hal ini pula
yang menyebabkan guru sulit untuk menentukan sikap yang tepat ketika
menghadapi peserta diklat berkebutuhan khusus dilapangan. Hal ini dikarenakan
dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada anak berkebutuhan khusus
tujuannya untuk menyempurnakan penampilan gerak peserta diklat melalui
kombinasi kesadaran dan gerakan, serta pemilihan kemampuan geraknya, maka
seorang guru pendidikan jasmani adaptif harus mampu mensiasati dan
menjelaskan pemberian materi atau bahan ajar pendidikan jasmani dengan
4
aktivitas gerak tertentu, kemudian dikaitkan dengan keterbatasan peserta diklat
berkeutuhan khusus.
Dalam penelitiannya yang lain Tarigan (2009: 84) mengemukakan bahwa
guru penjas adaptif memiliki banyak kelemahan dan kesulitan dalam
melaksanakan proses pembelajaran, antara lain kesulitan dalam memahami dan
melaksanakan materi peserta diklatan, kurang memahami kurikulum pendidikan
jasmani dan olahraga, kurang terampil dalam menggunakan metode pembelajaran,
kurang paham dalam melakukan evaluasi, tidak memiliki sumber dan buku ajar
yang representatif.
Peningkatan kemampuan guru penjas adaptif menjadi perhatian yang
sangat penting dalam melaksanakan tugas profesinya. Pelaksanaan tugas profesi
apabila kurang mencapai standar profesional dapat ditingkatkan melalui
pendidikan dan pelatihan (diklat). Penetapan Permenneg PAN dan RB Nomor 16
tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya,
dilatarbelakangi bahwa guru memiliki peran strategis dalam meningkatkan proses
pembelajaran dan mutu peserta didik. Diklat fungsional termasuk pada kategori
diklat dalam jabatan yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi
yang sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan fungsional masing-masing.
Dalam Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 dinyatakan bahwa diklat
fungsional adalah kegiatan guru dalam mengikuti pendidikan atau pelatihan yang
bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan dalam kurun
waktu tertentu.Kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi dapat dilakukan
oleh institusi pemerintah,lembaga pelatihan (training provider) nonpemerintah,
5
penyelenggara, atau satuan pendidikan. Ditingkat satuan pendidikan, program ini
dapat dilakukan oleh guru pembina, guru inti, koordinator guru kelas, dan
sejenisnya yang ditunjuk dari guru terbaik dan ditugasi oleh kepala sekolah.
Program pelatihan diperlukan dalam upaya meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan kinerja, untuk memungkinkan guru menjadi lebih efektif
dalam pelaksanaan pembelajaran. Menurut Davis dan Davis (1998), sebuah
program pelatihan guru adalah proses yang mengembangkan, ketersediaan
informasi, dan memelihara sikap, dapat membantu para guru untuk lebih menjadi
efisien dalam pekerjaan mereka. Dengan demikian, pelatihan dilaksanakan
sebagai solusi untuk kurangnya kinerja guru atau ketika ada kebutuhan untuk
melakukan perubahan dalam cara hal-hal yang telah dilakukan.
Gravett (2001) berpendapat bahwa program pelatihan dapat dianggap
sebagai perkembangan sistematis pola-pola keterampilan tertentu yang diperlukan
untuk mencapai tingkat kompetensi tertentu dalam pelaksanaan tugas mereka
sehari-hari. Karena itu, pelatihan tentang mengidentifikasi, menjamin dan
membantu pembelajaran yang direncanakan memungkinkan guru untuk
melakukan tugas saat ini dan/atau di masa depan. Dengan demikian, program
pelatihan harus membekali guru dengan keterampilan berharga yang diperoleh
melalui pelatihan.Selain itu, melalui pelatihan dapat merubah keterampilan dan
sikap guru.Oleh karena itu, program pelatihan sangat penting bagi guru dan
pemerintah untuk menyampaikan inovasi terbaru dalam metode pengajaran/
strategi dan kurikulum baru (David, 2001).
6
Ada dua program pelatihan bagi guru: pre-service dan in-service.
Penyelenggaraan program pelatihan pre-service yaitu, guru harus mengikuti
kuliah wajib sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh kurikuler untuk
memperoleh gelar kesarjanaan atau ijazah. Pelatihan tersebut diselenggarakan
oleh Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK).
Program pelatihan in-service secara khusus penting dalam mempersiapkan
guru pendidikan khusus. Dalam sebuah studi meneliti kebutuhan pelatihan bagi
guru pendidikan khusus, dan Westat Rockville (2002) menunjukkan bahwa
kebutuhan guru termasuk mengajar peserta diklat beragam dan menggunakan
teknologi dalam pembelajaran. Alasan inilah banyak negara menjalankan program
pendidikan khusus mengembangkan rencana komprehensif untuk pelatihan guru
yang bekerja di bidang pendidikan khusus.
Program pelatihan in-service membantu guru mengembangkan
pengetahuan, mendapatkan pengetahuan baru, dan terlibat dengan rekan-rekannya
di sekolah mereka dan sekolah lainnya. Program pelatihan in-service diperlukan
untuk kembali mengorientasikan guru untuk tujuan-tujuan dan nilai-nilai baru,
melatih guru dalam mengajar dan penggunaan metode pembelajaran,
mempersiapkan guru untuk menghadapi perubahan kurikulum, dan untuk
menyediakan guru dengan pengetahuan dan keterampilan mengajar bidang peserta
diklatan baru (Conco, 2004). Program pelatihan in-service juga membantu guru
mengembangkan karya mereka sendiri secara menyeluruh.
Pentingnya persiapan guru umumnya muncul karena mempersiapkan guru
dan menyediakan mereka dengan kompetensi yang diperlukan untuk mencapai
7
keberhasilan dalam pekerjaan mereka, dan hal ini menyebabkan munculnya
konsep Pelatihan Berbasis Kompetensi di bidang Pendidikan. Pelatihan Berbasis
Kompetensi ini bertujuan untuk menyediakan guru dengan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang memungkinkan mereka untuk mengenali dan
memecahkan masalah kompleks dalam domain mereka belajar atau bekerja di
masa depan (Hoogveld, Pass, & Jochems, 2005).
Pelatihan Berbasis Kompetensi muncul sebagai respon terhadap
metodologi pendidikan tradisional yang digunakan dalam pendidikan dan
pelatihan guru. Pelatihan ini muncul sebagai kritik yang diarahkan pada
metodologi pendidikan dan pelatihan guru tradisional yang outputnya tergantung
pada jumlah pengetahuan dan kemampuan. (Huizen, Oers & Wubbels, 2005).
Akibatnya, program meningkatkan kompetensi guru telah menjadi isu utama
untuk persiapan guru selama pelatihan in-service. Pelatihan Berbasis Kompetensi
tergantung pada analisis proses pembelajaran menjadi kelompok kompetensi,
bahwa setiap guru harus memperoleh peluang dalam rangka meningkatkan
keberhasilan pencapaian tujuan.
Hayes (2000), berpendapat bahwa program pelatihan in-service merupakan
mekanisme inovasi dalam pendidikan terus diperkenalkan. Dengan demikian,
program pelatihan in-service sangat penting untuk memperbarui guru tentang
pengembangan pembelajaran baru dan inovasi kurikulum. Hal ini sejalan dengan
tujuan umum program pelatihan in-service, yang akan memperkenalkan ide-ide
baru dan pendekatan ke sekolah-sekolah. Akibatnya, program pelatihan in-service
harus multi fase dalam rangka memenuhi kebutuhan guru yang sangat beragam.
8
Dilts (2002) menyatakan bahwa program bantuan guru program pelatihan
in-service: (i) untuk lebih mampu menangani peserta diklat sulit, untuk
mengembangkan pemahaman besar gaya belajar yang berbeda, (ii) untuk
meningkatkan harga diri peserta didik dan karena keinginan mereka untuk
penguatan positif, dan (iii) untuk menjadi lebih kreatif, imajinatif dan merangsang
dalam presentasi mereka.
Peningkatan kompetensi guru dilaksanakan melalui berbagai strategi
dalam bentuk pendidikandan pelatihan (diklat) dan bukan diklat, antara lain
seperti berikut ini: 1) Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus. Pelatihan jenis
ini dilaksanakan di P4TK dan atau LPMP dan lembaga lain yang diberi
wewenang, di mana program pelatihan disusun secara berjenjang mulai dari
jenjang dasar, menengah, lanjut dan tinggi. Jenjang pelatihan disusun berdasarkan
tingkat kesulitan dan jenis kompetensi. Pelatihan khusus (spesialisasi) disediakan
berdasarkan kebutuhan khusus atau disebabkan adanya perkembangan baru dalam
keilmuan tertentu, 2) Belajar jarak jauh. Pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat
dilaksanakan tanpamenghadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam satu
tempat tertentu, melainkandengan sistem pelatihan melalui internet dan
sejenisnya. Pembinaan melalui belajar jarak jauh dilakukan dengan pertimbangan
bahwa tidak semua guru terutama di daerah terpencil dapat mengikuti pelatihan di
tempat-tempat pembinaan yang ditunjuk seperti di ibu kota kabupaten atau di
propinsi.
9
B. Identifikasi Variabel dan Perumusan Masalah
Penelitian ini memuat beberapa variabel penelitian yang menjadi bagian
dari indikator untuk dilakukan pengukuran dalam proses penarikan hasil
kesimpulan. Variabel penelitian terdiri dari: (1) variabel perlakuan (bebas), dan
(2) variabel terikat. Variabel perlakuan adalah model pendidikan dan pelatihan
berbasis kompetensi guru pendidikan khusus pada pembelajaran pendidikan
jasmani adaptif, variabel terikat atau varibel kriteria adalah meningkatkan
kompetensi pedagogik , kompetensi profesional dan kinerja guru pendidikan
khusus pada pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.
Berdasarkan identifikasi variabel penelitian, maka penelitian ini
merumuskan permasalahan yang akan menjadi materi kajian sebagai berikut
bagaimanakah pengaruh pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi
kompetensi pedagogi, terhadap peningkatan kompetensi pedagogi, kompetensi
professional dan kinerja guru pendidikan khusus pada pembelajaran pendidikan
jasamani adaptif.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Apakah pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi memiliki pengaruh
langsung dalam meningkatkan kompetensi pedagogi guru pendidikan khusus
pembelajaran penjas adaptif?
10
2. Apakah pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi memiliki pengaruh
langsung dalam meningkatkan kompetensi profesional guru pendidikan khusus
pembelajaran penjas adaptif?
3. Apakah pendidikan dan pelatihan memiliki pengaruh langsung dalam
meningkatkan kinerja guru pendidikan khusus pembelajaran penjas adaptif?
D. Manfaat Penelitian
Berikut ini adalah manfaat dari penelitian ini:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat berupa
sumbangan dalam membina dan meningkatkan kompetensi dan kinerja bagi
guru pendidikan khusus. Manfaat lain yang diharapkan dapat diambil dari hasil
penelitian ini, berupa pengujian terhadap pengaruh pendidikan dan pelatihan
berbasis kompetensi dalam meningkatkan kompetensi dan kinerja
Pembelajaran jasmani adaptif bagi guru Pendidikan khusus.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat berupa
pengkajian terhadap pengaruh program pelatihan dalam meningkatkan
kompetensi Pembelajaran bagi guru Pendidikan khusus. Pemberian bentuk-
bentuk alternatif yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kompetensi guru,
sehingga semua guru dapat melaksanakan proses pembelajaran secara efektif.
11
E. Asumsi Dasar
Program pelatihan guru umumnya dikategorikan menjadi dua jenis: pre-
service dan in-service. Carroll dan Jobling (2003) melaporkan bahwa program
pelatihan pre-service lebih akademis, yang disediakan oleh lembaga pendidikan
formal (tanggung jawab universitas individual) dan berdasarkan kurikulum yang
spesifik. Namun, karena program pelatihan in-service adalah bentuk pelatihan dan
pendidikan guru yang sudah melayani sistem sekolah, dapat menawarkan
pelatihan dan pendidikan yang dibutuhkan untuk kurang terlatih guru.
Program yang berbeda yang ditawarkan bisa berupa kredit atau non-kredit,
dan dapat diberikan melalui workshop, seminar, konferensi, kursus singkat, dan
kursus panjang (Bagwandeen & Louw, 1993). program pelatihan in-service
mengembangkan kompetensi kritis dan keterampilan untuk menanggapi tanggung
jawab tugas dan pekerjaan. Malone (1984) mendefinisikan program pelatihan in-
service sebagai program yang dirancang untuk memperkuat kompetensi guru
sementara mereka berada di pekerjaan. Orlich (1989) mendefinisikan program
pelatihan in-service untuk memasukkan program yang spesifik dan perencanaan
untuk meningkatkan pengetahuan guru, keterampilan, pemahaman, dan kinerja
dalam peran mereka saat ini dan dirancang dengan tujuan utama mengembangkan
keterampilan dan kompetensi guru.
Lourdusamy dan Kim (1992) mengkategorikan program pelatihan in-
service untuk guru menjadi tiga jenis: (i) program pengayaan, untuk
meningkatkan dan memperbarui tingkat keahlian dan pengetahuan guru, (ii)
12
program sosialisasi, yang berorientasi dan memperbarui pengetahuan guru dan
kompetensi yang terkait pelaksanaan kurikulum baru atau peran baru dan praktek.
Elam (dikutip dalam Abdulhamied, 1982) telah mengidentifikasi beberapa
elemen penting untuk program pendidikan guru yang berbasis kompetensi. Di
antara unsur-unsur tersebut adalah: (i) kompetensi (termasuk pengetahuan,
keterampilan dan perilaku) ditunjukkan oleh para peserta diklat dan berasal dari
konsepsi eksplisit peran guru, (ii) penilaian kompetensi peserta diklat, dilakukan
evaluasi peserta diklat sebagai sumber bukti utama, (iii) peserta diklat tingkat
kemajuan, yang ditunjukkan melalui kompetensi bukan oleh waktu atau
menyelesaikan kursus, dan (iv) program pembelajaran, yang dimaksudkan untuk
memfasilitasi pengembangan dan evaluasi prestasi peserta diklat.
Borich (1977) dan Cooper et al. (1973) mengkategorikan program
pelatihan guru berbasis kompetensi menjadi tiga jenis: (i) pengetahuan
kompetensi (di mana kompetensi pengetahuan berarti pemahaman kognitif yang
berasal dari proses instruksi atau subjek-materi konten bahwa guru diharapkan
untuk menunjukkan), (ii) kinerja kompetensi (yang merupakan perilaku guru
menunjukkan di kelas, terutama, menurut Borich, perilaku mengajar yang sedang
berlangsung), dan kompetensi konsekuensi (iii) (yang merupakan hasil dari proses
pengajaran dan pembelajaran antara guru dan murid-muridnya).
Di sisi lain, Houston (dikutip dalam Saeed & Mahmood, 2002) dan Clark
(2000) mengidentifikasi dan mengkategorikan program pelatihan guru berbasis
kompetensi menjadi lima tahap: (i) kompetensi kognitif, yang berhubungan
13
dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual dan kemampuan yang
diharapkan dari peserta didik, (ii) kompetensi kinerja, dimana peserta diklat
menunjukkan bahwa dia bisa melakukan sesuatu, (iii) konsekuensi kompetensi,
untuk membawa perubahan kepada orang lain, (iv) kompetensi afektif , yang
diharapkan sikap dan nilai-nilai yang cenderung menolak spesifisitas dan lebih
sulit untuk menilai dari tiga tahap pertama, dan (v) kompetensi eksplorasi, yang
meliputi kegiatan-kegiatan yang memberikan kesempatan bagi guru untuk belajar
tentang mengajar.
F. Definisi Operasional
1. Kompetensi menggambarkan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang
diberikan kepada guru pada tingkat kompetensi penguasaan tertentu yang
menjamin tercapainya tujuan yang diinginkan dan membuat perubahan yang
diinginkan dalam perilaku peserta didik. Kompetensi ini termasuk dalam
daftar yang dibuat oleh peneliti. Mereka meliputi perencanaan, instruksi dan
pengelolaan kelas, evaluasi, dan kompetensi profesional dan pribadi.
2. Modul Program pelatihan: Sebuah program yang dikembangkan oleh peneliti
untuk meningkatkan kompetensi guru instruksional kamar sumber daya.
Program ini didasarkan pada metode demonstrasi dan instruksi / tugas
pelatihan melalui modul. Program ini mencakup sekelompok tujuan, isi
pengetahuan, dan evaluasi yang dirancang untuk penelitian ini.
3. Program pelatihan konvensional: Sebuah program pelatihan in-service bagi
para guru di Yordania diadopsi oleh Departemen Pendidikan. Program
pelatihan ini didasarkan pada metode ceramah dan penggunaan lembar kerja.
14
4. Peserta diklat dengan ketidakmampuan belajar: Sekelompok peserta diklat
yang memiliki cacat dalam keterampilan akademis seperti bahasa Arab dan
Materi pokok. Mereka maka perlu individual pendidikan dan rencana
instruksional untuk mengobati kekurangan dalam keterampilan akademik
dasar dalam membaca, menulis dan materi pokok, untuk membantu mereka
mencapai tingkat pendidikan dekat dengan rekan-rekan mereka di kelas
reguler.
6. Guru pendidikan khusus: Seorang guru khusus di bidang pendidikan khusus,
terlatih untuk melakukan proses pengajaran pendidikan jasmani adaptif. Guru
juga diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang pendidikan
jasmani adaptif.
7. Perencanaan pembelajaran : Kemampuan guru untuk mempersiapkan
perencanaan dan menganalisis kegiatan pengajaran menjelang proses
pengajaran dalam rangka untuk menyajikan materi pelatihan kepada peserta
diklat dengan cara yang sesuai.
8. Pelaksanaan pembelajaran dan manajemen kelas: Sekelompok prosedur yang
diperlukan untuk melaksanakan proses pembelajaran pendidikan jasmani
adaptif, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Prosedur ini meliputi
metodologi, interaksi antara guru dan peserta didik, serta mempraktekkan
kegiatan pendidikan dalam keadaan disiplin dan kontrol.
9. Evaluasi: Sekelompok prosedur yang ditetapkan oleh guru pendidikan khusus
untuk mengukur pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah
15
disiapkan guru untuk setiap peserta didik, untuk mengidentifikasi efektivitas
metode dan kegiatan yang telah digunakan dalam proses pembelajaran.
10. Kompetensi pengetahuan : Informasi, pengetahuan, kemampuan intelektual
dan keterampilan yang dapat diukur oleh tes prestasi terdiri dari 50
pertanyaan pilihan ganda yang relevan dengan tiga dimensi pertama dari
modul program pelatihan: yaitu, perencanaan, instruksi dan pengelolaan
kelas, dan evaluasi.
11. Kompetensi kinerja : Pengajaran praktik yang dilakukan oleh guru kamar
sumber daya di kelas, terukur dengan cara skala observasi kelas yang terdiri
dari 40 item yang relevan dengan tiga dimensi pertama dari modul program
pelatihan: yaitu, perencanaan, instruksi dan pengelolaan kelas, dan evaluasi .
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
16
A. Kompetensi Guru
1. Definisi Kompetensi Guru
Ahmad Suyuti (2003:17) mengungkapkan kompetensi dari kata “Competent”
yang berarti kemampuan kompetensi merupakan kemampuan individual dan mampu
menguasai atau melaksanakan suatu pekerjaan serta mampu menganalisis pekerjaan atau
peraturan-peraturan kerja, kompetensi dapat memberikan suatu gambaran perilaku
keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge) seseorang atau kelompok (team work) serta
potensi diri yang dimiliki seseorang terhadap kapasitas kecakapan (ability) dalam
melaksanakan pekerjaan yang bervariasi dengan keberhasilan atau kesuksesannya ketika
bekerja.
Menurut Syah (2000:30) kompetensi adalah kemampuan kecakapan, keadaan
berwenang atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. Selanjutnya masih menurut
Syah, dikemukakan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam
melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Jadi
kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru
dalam menjalankan profesi keguruannya. Guru yang kompeten dan professional adalah
guru piawai dalam melaksanakam profesinya.
Adlan (2000:32) mengemukakan bahwa dalam menjalankan kewenangan
profesionalnya, kompetensi guru dibagi dalam tiga bagian yaitu :
a. Kompetensi kognitif, yaitu kemamapuan dalam bidang intelektual seperti
pengetahuan tentang belajar mengajar, dan tingkahlaku individu.
b. Kompetensi efektif, kesiapan dan kemampuan guru dalam berbagai hal yang
berkaitan dengan tugas.
17
c. Kompetensi perilaku, yaitu kemampuan dalam berperilaku, seperti
membimbing dan menilai.
Kompetensi dapat memberikan suatu gambaran perilaku keahlian (skill) dan
pengetahuan (knowledge) seorang atau kelompok (team work) serta potensi diri yang
dimiliki seorang terhadap kapasitas kecakapan (ability) dalam melaksanakan pekerjaan
yang bervariasi dengan keberhasilan atau kesuksesan ketika bekerja. Kompetensi
merupakan perilaku yang irasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai
dengan kondisi yang dipersyaratkan pula. Kompetensi sangat diperlukan untuk
mengembangkan kualitas dan aktivitas tenaga pendidikan.
2. Indikator Kompetensi Guru
Menurut peraturan pemerintah no. 19 tahun 2005 tentang standar pendidikan
nasional bahwa tenaga kependidikan harus memiliki kompetensi pedagogik, professional
dan social. Uraian dari kompetensi yang harus dikuasai oleh guru, yaitu:
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik meliputi : 1) pemahaman guru terhadap peserta didik, 2)
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, 3) evaluasi hasil belajar, dan 4)
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimilikinya.
Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indicator sebagai berikut:
1) Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indicator:
Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan
kognitif. Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian,
dan mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik.
18
2) Merancang pembelajaran, temasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan
pembelajaran memiliki indikator :
Memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran ;
menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi
yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran
berdasarkan strategi yang dipilih. Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator:
menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
3) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator: merancang
dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan
hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan
memanfaatkan hasil penelitian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program
pembelajaran secara umum.
4) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya
memiliki indikator: memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai
potensi non-akademik.
b. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran dari sekolah
dan substansi keilmuan yang menaungi materinya. Serta penguasaan terhadap struktur
dan metodelogi keilmuannya.
Setiap sub kompetensi tersebut memiliki indikator sebagai berikut :
1. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indicator :
memahami materi agar yang ada dalam kurikulum sekolah; dengan materi
19
ajar;memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan
konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator : menguasai langkah-
langkah penelitian-penelitian kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau
materi bidang studi.
Kedua kompetensi tersebut dalam praktiknya merupakan satu kesatuan yang
utuh. Aktivitas atau kinerja guru sangat terkait dengan tugas dan tanggungjawab
profesionalnya. Tugas dan tanggung jawab guru adalah sebagai pengajar, pembimbing
dan administrator. Selain itu tugas dan tanggung jawab guru mencakup bidang
pengajaran, bimbingan, pembinaan, hubungan dengan masyarakat, pengembangan
kurikulum, dan pengembangan profesi.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan
gabungan dari potensi-potensi individu yang diaktualisasikan (didemonstrasikan) secara
kualitas maupun kuantitas dalam suatu kinerja. Kompetensi guru merupakan kompetensi
dasar seorang guru yang memiliki keahlian khusus melalui bidang keguruan dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban baik bagi pengajar maupun pendidik dengan rasa
tanggung jawab dan layak. Kompetensi memiliki arti karakteristik yang ada dalam
kompetensi masing-masing. Individu yang berhubungan dengan criteria dan performance
superior dalam pekerjaan atau menghasilkan suatu kinerja yang optimal. Kompetensi
yang dimiliki secara individual harus mampu mendukung pelaksanaan strategi oranisasi
dan mampu mendukung setiap perubahan yang dilakukan manajemen. Pengembangan
nilai-nilai kompetensi seorang guru dapat dipupuh melalui program-program pendidikan,
pengembangan atau pelatihan. Program pelatihan merupakan sebuah cara terpadu yang
diorientasikan pada tuntutan kerja aktual, dengan penekanan pada pengembangan skill,
knowledge, dan abilty.
20
B. Konsep Pendidikan dan Pelatihan
1. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan
Penggunaan istlah pendidikan dan pelatihan dalam suatu institusi atau organisasi
biasanya disatukan menjadi diklat (pendidikan dan pelatihan). Untuk yang menangani
pendidikan dan pelatihan pendidik dan kependidikan atau karyawan lazim disebut
Pusdiklat (Pusat Pendidikan dan Pelatihan).
Pendidikan (formal) di dalam suatu organisasi adalah suatu proses pengembangan
kemampuan ke arah yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan. Sedangkan
pelatihan (training) sering dikacaukan penggunaannya dengan latihan (practice atau
exercise) ialah merupakan bagian dari suatu proses pendidikan yang tujuannya untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan khusus seseorang atau sekelompok orang.
“Menurut Siswanto (2003:200) pendidikan adalah segala sesuatu untuk membina
kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia, jasmaniah, dan rohaniah yang
berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah, untuk pembangunan
persatuan dan masyarakat adil dan makmur dan selalu ada dalam keseimbangan.
Sedangkan Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk
memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar system pendidikan yang berlaku
dalam waktu yang relative singkat, dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek
daripada teori.”
“Menurut Edwin B.Flippo dalam Hasibuan (2006:69) Education is concerned
with increasing general knowledge and understanding of our total environment. Training
is the act of increasing the knowledge and skill of an employee for doing a particular job.
Pendidikan adalah berhubungan dengan peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman
atas lingkungan kita secara menyeluruh. Pelatihan adalah merupakan suatu usaha
21
peningkatan pengetahuan dan keahlian seorang karyawan untuk mengerjakan suatu
pekerjaan tertentu.”
Dalam UU No. 2 Tahun 1989 disebut bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar
untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,pengajaran, dan atau latihan-
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Secara operasional dapat dirumuskan, bahwa pelatihan adalah suatu proses yang
meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk
pemberian bantuan kepada tenaga pendidik dan kependidikan yang dilakukan oleh tenaga
professional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas
dan produktivitias dalam suatu organisasi.
Menurut S.P. Siagian (1986) mengatakan “pendidikan adalah keseluruhan proses,
teknik, dan metode belajar mengajar dalam rangka mengalihkan sesuatu ilmu yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Pengertian tersebut di atas mengandung tiga hal pokok, diantaranya :
1. Pendidikan merupakan salah satu proses belajar mengajar dengan menggunakan
teknik dan metode tertentu.
2. Pendidikan merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung reltive lama dan
diselenggarakan dengan pendekatan structural
3. Pendidikan merupakan serangkaian kegiatan pengalihan ilmu dari seseorang
kepada orang lain sesuai dengan standar tertentu.
Menurut S.P. Siagian (1986), “pelatihan adalah suatu proses belajar mengajar
dengan mempergunakan teknik dan metode tertentu untuk meningkatkan kemampuan
kerja seseorang atau sekelompok orang”.
22
Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat dikatakan bahwa pelatihan
merupakan suatu proses yang dilakukan untuk lebih meningkatkan keterampilan dan
kemampuan agar dapat meningkatkan cara berfikir dan bertindak agar lebih efektif dan
efisien dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab.
Pengertian pelatihan dikemukakan oleh Andrew E.Sikula dalam
Martoyo(2000:63) :
“training is short-terms aducational process utilizing a systematic and organized
procedure by which non managerial personnel learn technical knowledge and skills for a
definite purpose”.
Andrew E. Sikula mengemukakan bahwa pelatihan (training) adalah suatu proses
pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisasi,
mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan yang terbatas.
Menurut Widjaja A.W (1986) mengatakan pendidikan adalah proses
pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan dimaksudkan untuk membina
kemampuan atau mengembangkan kemampuan berfikir para pendidik dan kependidikan,
meningkatkan kemampuan mengeluarkan gagasan-gagasan para pendidik dan
kependidikan sehingga mereka dapat menunaikan tugas kewajibannya dengan sebaik-
baiknya.
Sedangkan Pelatihan menurut Widjaja A.W (1986) adalah setiap usaha untuk
memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi
tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya.
Dengan demikian, pelatihan lebih mengembangkan keterampilan teknis sehingga
pendidik dan kependidikan dapat menjalankan pekerjaan sebaik-baiknya. Latihan
berhubungan langsung dengan pengajaran tugas pekerjaan.
23
Menurut Mangkuprawira S (2004:135) Pendidikan memberikan pengetahuan
tentang subyek tertentu, tetapi sifatnya lebih umum dan lebih terstruktur untuk jangka
waktu yang jauh lebih panjang, sedangkan Pelatihan merujuk pada pengembangan
keterampilan bekerja (vocational) yang dapat digunakan dengan segera.
Sedangkan pengertian Pelatihan menurut Wursanto (1989;60) adalah suatu proses
kegiatan yang dilakukan oleh manajemen kependidik dan kependidikanan dalam rangka
meningkatkan pengetahuan, kecakapan, keterampilan, keahlian dan mental para pendidik
dan kependidikan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan dan pelatihan
adalah proses memberi bantuan kepada pendidik dan kependidikan agar memiliki
efektivitas dalm pekerjaannya yang sekarang maupun di kemudian hari, dengan jalan
mengembangkan pada dirinya kebiasaan berfikir dan bertindak, keterampilan,
pengetahuan, sikap serta pengertian yang tepat untuk melaksanakan tugas dan
pekerjaannya.
2. Manfaat dan Tujuan Program Pendidikan dan Latihan
Pendidikan dan Pelatihan dapat dipandang sebagai salah satu bentuk investasi.
Oleh karena itu setiap organisasi atau instansi yang ingin berkembang, maka pendidikan
dan pelatihan bagi tenaga pendidik dan kependidikan harus memperoleh perhatian yang
besar. Menurut Wursanto (1989:60), ada berbagai manfaat pendidikan pelatihan pendidik
dan kependidikan, yaitu : 1) Pendidikan dan pelatihan meningkatkan stabilitas pendidik
dan kependidikan, 2) pendidikan dan pelatihan dapat memperbaiki cara kerja pendidik
dan kependidikan, 3) dengan pendidikan dan pelatihan pendidik dan kependidikan dapat
berkembang dengan cepat,efisien dan melaksanakan tugas dengan baik, 4)dengan
pendidikan dan pelatihan berarti pendidik dan kependidikan diberi kesempatan untuk
mengembangkan diri.
24
Adapun tujuan pendidikan dan pelatihan menurut Henry Simamora dalam Ambar
T.Sulistiyani & Rosidah, (2003:174), yaitu :
1. Memperbaiki kinerja
2. Memutakhirkan keahlian para pendidik dan kependidikan sejalan dengan
kemajuan teknologi
3. Membantu memecahkan persoalan operasional
4. Mengorientasikan pendidik dan kependidikan terhadap organisasi
5. Memenuhi kebuthan-kebutuhan pertumbuhan pribadi
6. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja pendidik dan kependidikan
dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Tujuan pendidikan juga dapat dirumuskan berdasarkan tujuan pendidikan
nasional, yang juga terkait dengan upaya peningkatan kualitas manusia yaitu manusia
yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekertiluhur,
berkepribadian,mandiri,maju,tangguh,cerdas,kreatif,terampil,berdisiplin, beretos
kerja,profesional,bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.
3. Tahap-tahap Pendidikan dan Pelatihan
Kegiatan-kegiatan pendidikan dan pelatihan merupakan tanggung jawab bagian
kependidik dan kependidikanan dan penyedia (pimpinan) langsung. Pimpinan
mempunyai tanggung jawab atas kebijakan-kebijakan umum dan prosedur yang
dibutuhkan untuk menerapkan program pendidikan dan pelatihan pendidik dan
kependidikan.
Menurut Barnardin dan Russel dalam Ambar & Rosidah (2003:178), menyatakan
bahwa program pelatihan mempunyai tiga tahap aktivitas yang mencakup :
a. Penilaian kebutuhan pelatihan, yang tujuannya adalah mengumpulkan informasi untuk
menentukan, dibutuhkan atau tidaknya program pelatihan
25
b. Pengembangan program pelatihan (development), bertujuan untuk merancang
lingkungan pelatihan dan metode-metode pelatihan yang dibutuhkan guna mencapai
tujuan pelatihan
c. Evaluasi program pelatihan (evalution), mempunyai tujuan untuk menguji dan menilai
apakah program-program pelatihan yang telah dijalani, secara efektif mampu
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Siagaan (2003:185-186) bahwa ada langkah-langkah atau tahap-tahap
yang perlu ditempuh dalam pelatihan. Langkah-langkah tersebut, yaitu :
a. Penentuan kebutuhan
Analisis kebutuhan itu harus mampu mendiagnosa paling sedikit dua hal, yaitu
masalah-masalah yang dihadapi sekarang dan berbagai tantangan baru yang
diperkirakan akan timbul di masa depan
b. Penentuan sasaran
Sasaran yang ingin dicapai itu dapat bersifat teknikal akan tetapi dapat pula
menyangkut keperilakuan. Atau mungkin juga kedua-duanya. Berbagai sasarah harus
dinyatakan sejelas dan sekongkret mungkin, baik bagi para pelatih maupun para
peserta.
c. Penetapan isi program
Sifat suatu program pelatihan ditentukan paling sedikit oleh dua factor, yaitu hasil
analisis penentuan kebutuhan dan sasaran yang hendak dicapai.
d. Identifikasi Prinsip-prinsip belajar
Prinsip belajar yang layak dipertimbangkan untuk diterapkan berkisar pada lima hal,
yaitu partisipasi, repetis, relevansi, pengalihan dan umpan balik
26
e. Pelaksanaan Program
Penyelenggaraan program pelatihan sangat situasioanal sifatnya. Artinya, dengan
penekanan pada perhitungan kepentingan organisasi dan kebutuhan para peserta,
penerapan prinsip-prinsip belajar tercermin pada penggunaan teknik-teknik tertentu
dalam proses belajar mengajar.
f. Penilaian pelaksanaan program
Pelaksanaan program pelatihan dapat dikatakan berhasil apabila dalam diri para
peserta pelatihan tersebut terjadi suatu proses transformasi. Proses transformasi dapat
dikatakn baik apabila terjadi dua hal, yaitu peningkatan kemampuan dalam
melaksanakan tugas dan perubahan sikap perilaku yang tercermin dalam sikap,
disiplin dan etos kerja
4. Proses Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan adalah suatu proses yang akan menghasilkan suatu
perubahan perilaku sasaran pendidikan dan pelatihan. Secara nyata perubahan perilaku itu
berbentuk peningkatan mutu kemampuan dari sasaran pendidikan dan pelatihan.
Menurut Notoatmodjo (2009:19)Teori pendidikan dan pelatihan merupakan
factor yang mempengaruhi proses pendidikan dan pelatihan yang dibedakan menjadi dua
yaitu perangkat lunak (Software) dan perangkat keras (hardware).
Masih menurut Notoatmodjo, Perangkat lunak dalam proses pendidikan dan
pelatihan ini mencakup kurikulum, organisasi pendidikan dan pelatihan, peraturan-
peraturan, metode belajar mengajar, dan tenaga pengarjar atau pendidik. Sedangkan
perangkat keras yang juga besar pengaruhnya terhadap proses ialah fasilitas-fasilitas,
yang mencakup : gedung,perpustakaan (buku-buku referensi),alat bantu pendidikan dan
sebagainya.
27
Pendekatan lain mengatakan bahwa factor fasilitas, seperti tenaga pengajar atau
pelatih, alat bantu pendidikan dan pelatihan atau peraga, metode belajr mengajar itu
digolongkan menjadi sumber daya yang terdiri dari 4M (man,money,materil, dan
methods).
Sedangkan kurikulum itu merupakan factor tersendiri yang sangat besar
pengaruhnya terhadap proses pendidikan pelatihan. Didalam manajemen sumber daya
(4M/dimaksukkan dalam input, sehingga hanya ada 3 unsur, yakni input,proses dan
ouput).
Menurut Notoatmodjo, secara skematis proses pendidikan dan pelatihan yang
telah dirakan di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 : Proses Pendidikan dan Pelatihan
5. Metode Pendidikan dan Pelatihan
Metode pendidikan dan pelatihan meruapakan suatu cara sistematis yang dapt
memberikan deskripsi secara luas serta dapat mengkondisikan penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan untuk mengembangkan aspek kognitif,afektif dan psikomotirk
tenaga kerja terhadap tugas dan pekerjaannya (Siswanto,2003:214). Metode pendidikan
dan pelatihan merupakan pendekatan terhadap cara penyelenggaraan dan pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan
28
Input ::-peserta-kurikulum-metode-dsb
Proses Diklat Output:Lulusan berkemampuan
Menurut Notoatmodjo (2009:23), Pendidikan dan Pelatihan bagi para karyawan
atau pendidik dan kependidikan di suatu organisasi atau institusi biasanya dikelompikkan
menjadi 2, yaitu :
a. Pre-service training (Pelatihan sebelum menjalankan tugas atau pekerjaan)
b. In-service traning (Pelatihan setelah menjalankan tugas), yang terbagi dua, yakni
: pelatihan di luar tugas (off the job training) dan pelatihan di dalam tugas (on
the job training)
6. Kendala-kendala Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan
Dalam melaksanakan pengembangan pendidik dan kependidikan, ada beberapa
kendala-kendala yang harus dihadapi organisasi. Menurut Hasibuan (2006:85-86),
kendala-kendala pengembangan yang dapat menghambat pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan, yaitu :
1) Peserta
Peserta pengembangan mempunyai latar belakang yang tidak sama atau
heterogen, seperti pendidikan dasarnya, pengalaman kerjanya dan usianya. Hal
ini akan menyulitkan dan menghambat kelancaran dan pelaksanaan pendidikan
dan pelatihan karena daya tangkap,persepsi dan daya nalar mereka terhadap
pelajaran yang diberikan berbeda.
2) Pelatih
Pelatih yang ahli dan cakap mentransfer pengetahuannya kepada peserta
pendidikan dan pelatihan sulit di dapat. Akibatnya, sasaran yang diinginkan tidak
tercapai. Misalnya, ada pelatih yang ahli dan pintar tetapi tidak dapat mengajar
dan berkomunikasi secara efeftif atau teaching skillnya tidak efektif, jadi dia
hanya pintar serta ahli untuk dirinya sendiri.
29
3) Fasilitas pengembangan
Fasilitas sarana dan prasarana pengembangan yang dibutuhkan untuk pendidikan
dan pelatihan sangat kurang atau kurang baik. hal ini akan menghambat
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan pendidik dan kependidikan
4) Kurikulum
Kurikulum yang diajarkan tidak sesuai atau menyimpang serta tidak sistematis
untuk mendukung sasaran yang diinginkan oleh pekerjaan atau jabatan peserta
5) Dana Pengembangan
Dana yang tersedia untuk pengembangan sangat terbatas sehingga sering
dilakukan secara paksa, bahkan pelatih maupun saranya kurang memenuhi
persyaratan yang dibutuhkan.
Kualitas diklat sangat tergantung dari tahapan-tahapan aktivitas yang dilakukan
oleh penyelenggara diklat dalam hal ini dilakukan oleh Bagian Kependidik dan
kependidikanan Rektorat Unhas, baik sebelum menentukan pelaksanaan diklat sampai
pada evaluasi diklat, Menurut Barnardin dan Russel dalam Ambar & Rosidah (2003:178),
menyatakan bahwa program pendidikan dan latihan mempunyai tiga tahap aktivitas yang
mencakup :
a. Penilaian kebutuhan pelatihan,
b. Pengembangan program pelatihan (development),
c. Evaluasi program pelatihan (evalution).
Tahap Penilaian kebutuhan pelatihan perlu untuk dilakuan dengan tujuan untuk
mengumpulkan informasi yang dipakai untuk menentukan, dibutuhkan atau tidaknya
program pelatihan.
Tahap pengembangan program pelatihan bertujuan untuk merancang lingkungan
pelatihan dan metode-metode pelatihan yang dibutuhkan guna mencapai tujuan pelatihan.
30
menurut Hasibuan (2006:75) mengungkapkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam tahap pengembangan diklat ini, yaitu: 1)Tujuan (sasaran); 2)Kurikulum 3)Sarana;
4)Peserta; 5)Pelatih; 7)Pelaksanaan
Tahap evaluasi mempunyai tujuan untuk menguji dan menilai apakah program-
program pelatihan yang telah dijalani, secara efektif mampu mencapai tujuan atau sasaran
yang telah ditetapkan dalam hal ini tujuan dari pelaksanaan diklat teknis adalah untuk
meningkatkan kompetensi teknis yang diperlukan untuk tugas yang bersifat teknis.
Berdasarkan uraian diatas, penulis menyimpulkan model kerangka konseptual
yang akan dijadikan sebagai landasan berpikir hal ini dapat dilihat jelas pada kerangka
konseptual sebagai berikut :
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
31
Pengembangan SDM
Peningkatan Kompetensi teknis
Pendidikan & Latihan
Diklat Teknis
1. Tahap Penilaian Kebutuhan Pelatihan
2. Tahap Pengembangan Program Diklat : a. Tujuanb. Kurikulumc. Saranad. Pesertae. Pelatihf. Pelaksanaan
3. Tahap Evaluasi Pelatihan
C. Kinerja Guru
Menurut Robert L. Manthis dan Jhon H.Jackson dalam Novita Sari
(2004:35-36) “kinerja guru adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka
memberi kontribusi kepada organisasi.”
Berdasarkan pendapat diatas maka perbaikan kinerja baik untuk individu
maupun kelompok menjadi pasal perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja
organisasi sekolah.
Wowa S. Kuswana (2008:3) mengemukakan bahwa:
Kinerja guru dikatakan berhasil apabila, memberikan efek terhadap perkembangan potensi siswa dalam konteks psikologis dan fisik, yakni bersifat positif terhadap apa yang dipelajarinya, baik dilihat dari tujuan serta manfaatnya. Sehingga kecerdasan kognitif, efektif dan psikomotif berkembang. Intinya apakah terjadi perubahan perilaku, berfikir sistematis dan terampil mengenai apa yang terjadi.
Kinerja guru bertumpu pada karakteristik aktivitas pelayanan pengajaran
secara totalitas, mulai dari mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi
secara sistematis dan berkesinambungan.
a. Definisi Kinerja
Setiap individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja pada
suatu organiusasi tertentu diharapkan mampu menunjukkan kinerja yang
memuaskan dan memberikan kontribusi yang maksimal terhadap pencapaian
tujuan organisasi tersebut.
Sulistyarini dalam Muhlisin (2008:28), menyatakan bahwa:
32
Kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam
melaksanakan tugas dan tanggunngjawabnya serta kemampuan untuk mencapai
tujuan dan standar yang telah ditentukan.
Segala (2007:179-180), mengemukakan bahwa:
Kata “Kinerja” dalam bahasa Indonesia adalah terjemahan dari kata bahasa Inggris “performance” yang berarti (1) pekerjaan; perbuatan, atau (2) penampilan; pertunjukan. Performance berasal dari kata “to perform” dengan beberapa entries yaitu: (1) melakukan, menjalankan, dan suatu niat atau nazar, (2) melaksanakan atau (3) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin.
Dapat disimpulkan bahwa dari beberapa entries tersebut “to perform” adalah
melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawab dan
sesuai dengan hasil seperti yang diharapkan, sedangkan arti kata performance merupakan
kata benda (raun) dimana salah satunya adalah “thing done” (sesuatu hasil yang telah
dikerjakan)
Menurut Samsudin (2003:10) “kinerja (performance) merupakan suatu
pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara nyata dapat tercermin
keluaran yang dihasilkan”. Sementara menurut Rivai (2005:309). “kinerja merupakan
perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh
guru sesuai dengan perannya dalam organisasi sekolah”.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab tersebut merupakan pengekspresian
seluruh potensi dan kemampuan yang dimiliki seseorang aerta menuntut adanya
kepemilikan yang penuh dan menyeluruh. Dengan demikian, munculnya kinerja
seseorang merupakan akibat dari adanya suatu pekerjaan atau tugas yang dilakukan dalam
33
kurun waktu tertentu sesuai dengan profesi dan job description individu yang
bersangkutan.
Jadi dengan demikian, kinerja (performance) adalah suatu hasil yang telah
dikerjakan dalam rangka mencapai tujuan sekolah yang dilaksanakan secara legal, tidak
melanggar hukm serta sesuai dengan moral dan tanggung jawab yang dibebaskan guru.
Kinerja merupakan alat yang dibutuhkan oleh organisasi sekolah untuk mencapai sukses.
Peningkatan kinerja guru secara perorangan akan mendorong kinerja sumber daya
manusia secara keseluruhan, yang direfleksikan dalam kenaikan produktifitas dalam
proses belajar mengajar.
b. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja merupakan suatu proses organisasi untuk menilai kinerja
pegawainya. Tujuan dilakukannya penilaian kinerja secara umum adalah untuk
memberikan umpan baik kepada pegawai dalam upaya memperbaiki kinerja dan
meningkatkan poroduktivitas organisasi, khususnya yang berkaitan dengan kebijakan
terhadap pegawai seperti untuk tujuan promosi, kenaikan gaji, pendidikan dan latihan.
Menurut Vroom dalam Novita Sari (2004:36), tingkat sejauh mana keberhasilan
seseorang dalam menyelesaikan pekerjaannya disebut “level of performance”. Mathis dan
Jacson dalam Rosidah (2001:7), mengemukakan bahwa:
Penilaian kinerja (Performance Appraisal, PA) adalah proses evaluasi seberapa
baik pegawai mengerjakan ketika dibandingkan dengan satu set standard an kemudian
mengkomunikasikannya dengan para guru lainnya.
Biasanya orang yang level of performance-nya tinggi disebut sebagai orang yang
produktif, dan sebaliknya orang yang levelnya tidak mencapai standar dikatakan sebagai
34
tidak produktif atau performance-nya rendah. Penilaian kinerja adalah salah satu tugas
penting untuk dilakukan oleh pemimpin. Walaupun demikian, pelaksanaan kinerja yang
obyektif bukanlah tugas yang sederhana. Penilaian harus dihindarkan adanya “like” atau
“dislike” dari penialian, agar obyektifitas penilaian ini penting, karena dapat digunakan
untuk memperbaiki keputusan-keputusan personalia akan memberikan umpan balik
kepada guru tentang kinerja para guru.
Penilaian kinerja disebut juga sebagai peniaian guru, evaluasi guru, tinjauan
kerja, evaluasi kinerja dan penilaian hasil pedoman. Penilaian kinerja menurut Amstrong
dalam Rosidah (2001: 13) adalah sebagai berikut:
1) Ukuran dihubungkan dengan hasil
2) Hasil harus dapat dikontrol oleh pemilik pekerjaan
3) Ukuran obyektif dan observable
4) Ukuran dapat digunakan dimanapun
Berdasarkan pandangan diatas maka penilaian kinerja merupakan landasan
penilaian kegiatan manajemen Sumber Daya Manusia seperti perekrutan, seleksi,
penempatan, pelatihan, penggajian, pengembangan karir. Kegiatan penialaian kinerja
sangat erat kaitannya dengan kelangsungan organisasi.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Para pemimpin organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja antara satu
guru dengan guru lainnya yang berada di bawah pengawasannya. Walaupun guru-guru
bekerja pada tempat yang sama namun produktifitas dalam proses belajar mengajar
mereka tidaklah sama.
35
Menurut Supadi dalam Hidayati (2008: 10), banyak penyebab yang menjadikan
guru tidak menghasilkan kinerja yang optimal. Adapun penyebabnya adalah sebagai
berikut:
1) Guru tidak memahami kinerja yang diharapkan pimpinan.
2) Guru tidak memahami peran yang disandangnya.
3) Guru tidak mempunyai skill yang diperlukan untuk menghasilkan kinerja
yang ditargetkan.
4) Guru tidak memiliki semangat untuk memfokuskan dan mendorong
aktifitasnya dalam menghasilkan kinerja.
d. Indikator-indikator kinerja guru
Kinerja seseorang dapat ditingkatkan bila ada kesesuaian antara pekerjaan dengan
keahliannya, begitu pula halnya dengan penempatan guru pada bidang tugasnya.
Menempatkan guru sesuai dengan keahliannya secara mutlak harus dilakukan. Bila guru
melakukan tugas tidak sesuai dengan keahliannya akan berakibat menurunnya cara kerja
dan hasil pekerjaan mereka, juga akan menimbulkan rasa tidak puas pada diri mereka.
Rasa kecewa akan menghambat perkembangan moral kerja guru. Pidarta (2004:123)
mengemukakan bahwa:
Moral kerja adalah semangat, gairah, disiplin danitikad seseorang dalam
melakukan tugasnya secara individu atau kelompok. Moral kerja adalah individu dan
kelompok terhadap situasi kerja.
Moral kerja perlu ditegakkan sebab hal ini merupakan mesin penggerak aktivitas
seseorang. Jadi kinerja dapat ditingkatkan dengan cara memberi pekerjaan seseorang
sesuai dengan bidang kemampuannya. Hal ini dipertegas oleh Munandar dalam Muhlisin
(2008:28), yang mengalahkan “kemampuan bersama-sama dengan bakat merupakan salah
36
satu fakor ymenentukan prestasi individu, sedangkan prestasi ditentukan oleh banyak
faktor diantaranya kecerdasan”.
Menurut Muhlisin (2008: 28), kemampuan terdiri dari berbagai macam, namun
secara kongkrit dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1) kemampuan intelektual merupakan kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk
menjalankan kegiatan mental, terutama dalam penguasaan sejumlahmateri yang akan
diajarkan kepada siswa yang sesuai dengan kurikulum, cara dan metode dalam
menyampaikannya dan cara berkomunikasi maupun teknik mengevaluasinya.
2) Kemampuan fisik adalah kapabilitas fisik yang dimiliki seseorang terutama dalam
mengerjakan tugas dan kewajibannya.
Kinerja dipengaruhi juga oleh kepuasan kerja yaitu perasaan individu terhadap
pekerjaan yang memberikan kepuasan batin kepada seseorang sehingga pekerjaan itu
disenangi dan digeluti dengan baik. Untuk mengetahui keberhasilan kinerja perlu
dilakukan evaluasi atau penilaian kinerja dengan berpedoman pada parameter dan
indikator yang ditetapkan yang diukur secara efektif dan efesien seperi produktivitasnya,
efektivitas menggunakan waktu, dana yang dipakai serta bahan yang tidak terpakai.
Sedangkan evaluasi keja melalui melalui perilaku seseorang dengan teman sekerja atau
mengamati tindakan seseorang dalam menjalankan perintah atau tugas yang diberikan,
cara mengkomunikasikan tugas dan pekrjaan orang lain.
Kinerja guru sangat penting untuk dipertahankan dan dievaluasi karena guru
mengemban tugas professional artinya tugas-tugas hanya dapat dikerjakan dengan
kompetensi khusus yang diperoleh melalui program pendidikan. Menurut Danim. S
(2002: 39) “Guru memiliki tanggung jawab yang secara garis besar dapat dikelompokkan
37
yaitu: 1) Guru sebagai pengajar, 2) Guru sebagai pembimbing dan 3) Guru sebagai
administrator kelas.”
Dari uraian diatas dapat disimpulkan indikator kerja guru antara lain :
1) Kemempuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar.
2) Penguasaan materi yang akan diajarkan kepada siswa.
3) Penguasaan metode dan strategi mengajar.
4) Pemberian tugas-tugas kepada siswa.
5) Kemampuan mengelola kelas.
6) Kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi.
D. Penelitian Sebelumnya yang relevan
Penelitian yang pernah dilakukan yang relevan dengan penelitian ini dapat
dilihat pada table di bawah ini:
TabelPenelitian sebelumnya yang relevan
No. Judul Lokasi Kesamaan Perbedaaan Peneliti
1. Pengaruh kompetensi, kompetensi pedagogik dan disiplin kerja, iklim sekolah terhadap kinerja pegawai Dinas Tenaga Kerja Kab.Bandung
Dinas Tenaga Kerja Kab.Bandung
- Kompetensi- Kinerja - Kompetensi
pedagogik
- Iklim organisasi- Disipilin kerja
Agus Zaelani
2. Pengaruh iklim orgasnisasi dan kompetensi pedagogik terhadap kinerja pegawai Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat
Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat
- Kompetensi pedagogik
- Kinerja
- Iklim organisai- Kepuasan kerja
Hamdan
3. Pengaruh Kompetensi,kompetensi pedagogik dan
Dinas Biro otonomi Daerah dan
- Kompetensi- Kompetensi
pedagogik,
- Lingkungan kerja
Budi Kurtubi
38
lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai Biro otonomi Daerah dan Kerjasama Sekretariat Daerah Profinsi Jawa Barat.
Kerjasama Sekretariat Provinsi Jawa Barat
- Kinerja
E. Kerangka Pemikiran
1. Pengaruh pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi terhadap Kompetensi Pedagogi guru pendidikan khusus pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.
Kompetensi merupakan dorongan dan keinginan yang dimilki seseorang
untuk menjalankan tugas dan pekerjaannya. Dorongan kerja mencakup kesediaan
menerima dan menuntaskan tugas, memiliki moral kerja yang baik, menghasilkan
pekerjaan yang berkualitas, kehadiran yang tinggi, berkomitmen terhadap tugas,
produktif dan bersemangat. Sedangkan kinerja guru merupakan kegiatan
interaktif yang dilakukan oleh seorang guru dalam melaksanakan proses belajar
mengajar. Artinya, guru yang memiliki kompetensi pedagogik akan menjalankan
tugas dan pekerjaannya dengan baik.
Berdasarkan uraian tersebut, diduga terdapat pengaruh kompetensi
terhadap kinerja guru pendidikan khusus pembelajaran pendidikan jasmani
adaptif, dengan kata lain semakin tinggi kompetensi pedagogik maka akan
semakin tinggi kinerja guru kompetensi terhadap kinerja guru pendidikan khusus
pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.
39
2. Pengaruh pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi terhadap peningkatan Kompetensi professional guru pendidikan khusus pembelajaran pendidikan jasmani adaptif
Guru diharapkan mampu menjadi seorang agen pembaharu melalui
perubahan manajemen secara strategis atau the agen of change. Untuk itu
diperlukan keterampilan di berbagai bidang dalam organisasi. Dengan demikian
disekolah secara hipotetik dapat dinyatakan adanya pengaruh kompetensi guru
terhadap kinerja guru sekolah sebagai perubahan yang dilakukan melalui
penerapan manajemen strategis.
Berdasarkan uraian tersebut, diduga terdapat pengaruh kompetensi
terhadap kinerja guru kompetensi terhadap kinerja guru pendidikan khusus
pembelajaran pendidikan jasmani adaptif, dengan kata lain semakin tinggi
kompetensi, maka akan semakin tinggi kinerja guru pendidikan khusus
pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.
3. Pengaruh pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi terhadap kinerja guru pendidikan khusus pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.
Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi adalah model pendidikan
dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan peserta diklat mewujudkan kinerja
sesuai dengan fungsi dan kewenangannya untuk mencapai tujuan peningkatan
kompetensi. Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensidapat diidentifikasi
dengan mengeksploitasi dimensi yang berkaitan keterampilan manajerial.
Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensiakan menghasilkan kinerja
guru yang baik. Oleh karena itu, tolok ukur kemajuan sangat ditentukan oleh
40
Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensidari seorang kepala sekolah,artinya
Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensidapat dijadikan sebagai barometer
tingkat kinerja guru di suatu sekolah. Dengan demikian diduga terdapat
pengaruhpositif Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensiterhadap kinerja
guru pendidikan khusus pembelajaran pendidikan jasmani adaptif, dengan kata
lain semakin tinggi mutu model Pendidikan dan pelatihan berbasis
kompetensiakan menyebabkan semakin tinggi kinerja guru pendidikan khusus
pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.
Knerja guru pendidikan khusus pembelajaran pendidikan jasmani
adaptifmemiliki pengaruh terhadap berbagai faktor, hal ini telah dipaparkan
dengan rinci pada bagian identifikasi masalah. Tinggi-rendahnya kinerja guru
tidak terlepas dari berbagai hal yang mengitarinya; tiga hal di antaranya
adalahkompetensi pedagogi, kompetensiprofessional danPendidikan dan pelatihan
berbasis kompetensi.
Oleh karena itu, ketiga variabel tersebut secara bersama-sama akan
berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Rasionalnya adalah bahwa jika
Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi, kompetensi pedagogik dan
kompetensiprofessional guru berupaya untuk meningkatkan kinerja guru.
Atas dasar hal di atas, maka diduga terdapat pengaruh positifkompetensi
pedagogik,kompetensiprofessional gurudanPendidikan dan pelatihan berbasis
kompetensisecara bersama-sama terhadap kinerja guru pendidikan khusus
pembelajaran pendidikan jasmani adaptif. Dengan kata lain semakin baik
kompetensi pedagogik,kompetensiprofessional gurudanPendidikan dan pelatihan
41
berbasis kompetensimaka secara bersama-sama akan semakin tinggi kinerja guru
pendidikan khusus pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.
Dengan tidak mengesampingkan pentingnya faktor lain, penulis
membatasi penelitian kinerja ini hanya dilihat daripengaruh kompetensi
pedagogik, kompetensiprofessional gurudan Pendidikan dan pelatihan berbasis
kompetensiterhadap kinerja guru pendidikan khusus pembelajaran pendidikan
jasmani adaptif.
Paradigma penelitian dapat digambarkan sebagai berikut.
42
Kompetensi Pedagogika. Motif berprestasib. Motif bersahabatc. Motif berkuasaMc Clelland (Mangkunegara:2011)
Diklat berbasis komptensi:1. Keterampilan teknik
(technical skill)2. Keterampilam insani
(human skill)3. Keterampilan konseptual
(konseptual skill)
Robert L. Katz (2000:94)
Kinerja Guru Pendidikan Khusus Pemebelajaran Pendidikan jasmani adaptifa. Kemampuan mengajar b. Pengembangan profesi c. Kepribadian dan dedikasi
Wahab dan Umiarso (2010)
Kompetensi Profesional1. Pengetahuan2. Keterampilan3. Konsep diri4. Sipat5. MotifSpencer dan Spencer (Surya Dharma,2002)
GambarParadigma Penelitian
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori yang mendasari variabel penelitian ini dan
kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi terhadap
kompetensi pedagogik guru pendidikan khusus pada pembelajaran pendidikan
jasmani adaptif
2. Terdapat pengaruh pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi professional
terhadap kinerja guru pendidikan khusus pada pembelajaran pendidikan
jasmani adaptif
3. Terdapat pengaruh Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi terhadap
kinerja guru pendidikan khusus pada pembelajaran pendidikan jasmani adaptif
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Taman Kanak-Kanak dan
Pendidikan Luar Biasa (TK dan PLB). Penelitian ini direncanakan selama empat
bulan dengan rincian waktu sebagai berikut:
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
No KeteranganBulan ke
1 2 3 41. Persiapan (Penyusunan
Proposal, instrumen, perijinan)
2. Konsultasi usulan penelitian dengan pembimbing
3. Seminar usulan penelitian
4. Perbaikan hasil seminar usulan penelitian
5. Pengumpulan data, informasi, dan pengelolaan data
6. Pengolahan hasil penelitian
7. Penyusunan draft hasil penelitian
8. Bimbingan
9. Finalisasi
44
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Sugiyono (2005). Populasi
dalam penelitian ini adalah guru pendidikan khusus pembelajaran pendidikan
jasmani adaptif. Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi secara
keseluruhan yang berjumlah 40 orang.
2. Sampel
Dalam penelitian ini mengingat subyeknya kurang dari 100 orang maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi sensus, dalam artian
seluruh subyek (elemen) yang terstruktur kompetensi guru pendidikan khusus
pembelajaran pendidikan jasmani adaptif. Dasar pemikiran atau pertimbangan
penelitian populasi dilakukan karena guru di kota Bandung khusus pembelajaran
pendidikan jasmani adaptif terdapat kecenderungan kinerja guru kurang optimal.
C. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analisis, karena penelitian ini di samping ingin mendapatkan gambaran
mengenai Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi, kompetensi pedagogik,
kompetensi professional dan kinerja guru pendidikan khusus pembelajaran
pendidikan jasmani adaptif, juga ingin mendapatkan gambaran tentang pola
pengaruh dari variable-variabel penelitian yang ditetapkan. Sebagaimana
45
dijelaskan oleh Nur Indrianto (2002:89) menyatakan bahwa metode deskriptif
analisis digunakan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan penelitian.
Demikian pula Consuelo dalam Husein Umar (2004: 81) menyatakan
bahwa metode deskriptif analisis dapat digunakan untuk riset korelasi.Sedangkan
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan survey. Metode survey menurut
Moh Nazir (2003: 56) adalah, “Penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh
fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara
factual”.
2. Desain Penelitian
Fred N Kerlinger (2004: 483) mengungkapkan bahwa desain penelitian
atau rancang bangun penelitian adalah rencana dan struktur (model/paradigma)
penyelidikan yang disusun sedemikian rupa untuk memperoleh jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan penelitian. Desain penelitian pada dasarnya untuk
menentukan metode apa saja yang akan dipergunakan dalam penelitian (Supranto,
2001: 237). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis yang dijelaskan
untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan penelitian. Demikian pula
Consuelo dalam Husein Umar (2004: 81) menyatakan bahwa metode deskriptif
dapat digunakan untuk riset korelasi.
Dalam penelitian ini bersifat deskriptif karena bermaksud mendiskripsikan
sikap atau opini populasi terhadap masalah Pendidikan dan pelatihan berbasis
kompetensi, kompetensi pedagogik, kompetensi professional dan kinerja guru
pendidikan khusus pembelajaran pendidikan jasmani adaptif. Selain itu, penelitian
ini verifikasi karena dilakukan untuk menguji kebenaran suatu hipotesis melalui
46
pengolahan data yang diperoleh dari responden yang dilakukan secara langsung
terhadap kinerja guru pendidikan khusus pembelajaran pendidikan jasmani
adaptif. Oleh karena itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode survey.
Adapun variable-variabel penelitian ditetapkan adalah sebagai berikut:
Y1
Y2 X
Y3
Gambar 3.1: Model Konstelasi keterkaitan antar variabel.
Keterangan:
X (Variabel Bebas): Kinerja Guru pendidikan khusus pembelajaran pendidikan jasmani adaptif
Y1(Variabel kerinhPertama): Kompetensi pedagodik
Y2 (Variabel Bebas Ke dua): Kompetensi profesional
Y3 (Variabel Bebas Ke dua): Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi
47
Pengamatan Pendahuluan
Identifikasi dan Kerangka Pemikiran
Perumusan Masalah
Hipotesis Penelitian
Konseptualisasi Variabel
Penelitian
Operasionalisasi Variabel
Penelitian
Validitas dan Reliabilitas
Desain Penelitian
Pengumpulan Data
Analisis Data
Kesimpulan
Populasi & Sampling
Secara rinci urutan kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini
digambarkan pada skema sebagai berikut ini:
Tidak
Ya
Gambar Desain Penelitian
D. Variabel dan Operasional Variabel
1. Variabel
Definisi konsep diperlukan untuk memudahkan pemahaman tentang
makna variable yang digunakan dalam penelitian ini. Secara konseptual, masing-
masing variable didefinisikan sebagai berikut:
48
a. Kompetensi Pedagogik (X1) adalah kompetensi dalam diri seseorang untuk
melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau tugas dengan mengajar
sebaik-baiknya agar mencapai tujuan yang diharapkan
b. Kompetensi Profesional (X2) adalah pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari
dirinya, sehingga dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan
psikomotorik dengan sebaik-baiknya
c. Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi(X3) adalah model diklat untuk
meningkatkan kemampuan peserta diklatkhususnya kinerja guru pendidikan
khusus pembelajaran pendidikan jasmani adaptif
d. Kinerja guru (Y) adalah sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
telah dicapai seorang guru dalam melaksanakan tugasnya, sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
2. Operasional Variabel
Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
memudahkan atau mengarahkan dalam menyusun alat ukur data yang diperlukan
berdasarkan variable yang terdapat dalam hipotesis.
Variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari, sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Sugiyono (2009:58).
Sesuai dengan judul penelitian, maka identifikasi variable dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
49
a. Variabel bebas (independent variabel)
Kompetensi pedagogik (X1), Kompetensi Profesional (X2) dan Model
Pendidikan dan Pelatihan Brbasis Komptensi (X3), sebagai variable bebas,
yaitu variable yang keberadaanya tidak dipengaruhi oleh variable lain, bahkan
variable bebas ini faktor penyebab akan mempengaruhi variable terikat.
b. Variabel terikat (dependent variabel)
Kinerja guru (Y) sebagai variable terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh
variabel bebas.
Berdasarkan pendekatan penelitian yang digunakan, variabel penelitian ini
dapat diidentifikasi dalam table berikut ini.
Operasionalisasi Variabel
VariabelKonsep Variabel
Dimensi Indikator Skala
Kompetensi Pedagogik
Motif seseorang dalam bertingkah laku akan ditentukan oleh tiga macam kebutuhan.(Mc Clelland dikutip Mangkunegara,2011
- Kebutuhan akan prestasi
- Kebutuhan untuk berafiliasi
a. Upaya untuk berprestasi baik
b. Upaya untuk bersaing
c. Upaya mengembangkan diri
d. Upaya untuk mendapatkan pengakuan dari hasil kerja
e. Semangat untuk mendapatkan informasi terkini
f. Kemampuan menghadapi kesulitan
a. Semangat untuk berafiliasi dengan lingkungannya
b. Semangat untuk bekerja sama
c. Semangat mematuhi segala
likert
50
peraturan yang ada d. Semangat untuk
disiplin pada waktu
e. Usaha untuk menjaga persahabatan dengan rekan
- Kebutuhan untuk kekuasaan
a. Berusaha agar duhargai
b. Upaya untuk mempengaruhi orang lain
c. Kehadiran sangat diperlukan orang lain
d. Berusaha untuk selalu menjaga wibawa
Kompetensi profesional
Karakteristik kemampuan dan keterampilan yang dimiliki atau dibutuhkan oleh setiap individu yang memampukan mereka untuk melakukan tugas dan tanggungjawab
Spencer dan Spencer (Surya Dharma,2002)
1. Pengetahuan
2. Keterampilan
3. Konsep diri
4. Sifat
5. Motif
a. Pendidikan dan pengetahuan formal yang menunjang pekerjaan
b. Pendidikan atau pelatihan non formal
Kemampuan mengembangkan pengetahuan teknis kepada orang lain
a. Mempunyai citra postif terhadap diri
b. Persepsi terhadap diri
a. Percaya diri atas kemampuan sendiri
b. Kemampuan mengontrol diri
c. Kemampuan bekerja secara efektif
a. Costumer serviceb. Keinginan
menunjukkan hasil kerja yang baik
Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi
Peningkatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di sekolah sesuai dengan fungsi dan
Keterampilan teknik (technical skill)
a. Kemampuan untuk menggunakan alat, teknik,
b. Pengetahuan bidang tertentu,
c. Keahlian
51
kewenangannya untuk mencapai tujuan belajar.
Robert L. Katz (2000:94) Keterampilam
insani (human skill)
Keterampilan konseptual (konseptual skill)
menghubungkan pada metode, proses, atau prosedur
a. bekerja efektifb. Hubungan antar
personal atau bekerja sama dengan baik dengan orang lain
c. Kepercayaand. Antusiasmee. Pelibatan sejati
dalam hubungan interpersonal
a. Memecahkan masalah yang menguntungkan sistem secara menyeluruh
b. Mengumpulkan dan menerjemahkan informasi yang relvan,
c. Membuat keputusan terbaik dalam memecahkan masalah untuk tujuan belajar
Kinerja guru Hasil yang dicapai dalam melaksanakan pekerjaan selama periode tertentu.
Wahab dan Umiarso (2010)
- Rencana Pengajaran.
- Prosedur Mengajar
a. Perencanaan dan pengorganisasian program pengajaran
b. Pengelolaan kegiatan belajar mengajar
c. Pengelolaan kelasd. Penggunaan media
dan sumber pengajaran.
e. Evaluasi hasil belajar-mengajar
a. Metode, media dan latihan yang sesuai dengan tujuan pengajaran.
b. Berkomunikasi dengan siswa
c. Mendemonstrasikan metode mengajar
d. Mendorong dan menggalakan keterlibatan siswa
52
- Hubungan antar Pribadi
dalam pengajarane. Mendemonstrasikan
penguasan bahan pelajaran
f. Pengorganisasian waktu, ruang, bahan, dan perlengkapan pengajaran.
g. Mengadakan evaluasi belajar-mengajar
a. Membantu mengembangkan sikap positif siswa.
b. Bersifat luwes dan terbuka pada siswa dan orang lain.
c. Menampilkan kegairahan dan kesungguhan dalam KBM.
d. Mengelola interaksi pribadi
E. Teknik Pengumpulan Data
Menjaring data dalam penelitian ini digunakan instrumen dalam bentuk
kuesioner. Instrumen tes untuk menjaring data variabel akuntabilitas kinerja guru
kompetensi terhadap kinerja guru pendidikan khusus pembelajaran pendidikan
jasmani adaptif. Namun, instrumen tersebut telah disempurnakan dan disesuaikan
untuk kebutuhan. Sedangkan kuesioner ini digunakan untuk menjaring data
variabel Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi, kompetensi pedagogik,
dan kompetensiprofessional guru.
Instrumen penelitian dalam bentuk kuesioner menggunakan skala lima
dengan katagori a) Sangat baik/ Sangat setuju; b) Baik/ Setuju; c) Cukup/ Ragu-
ragu; d) Kurang baik/ Tidak setuju; e) Sangat tidak baik/ Sangat tidak setuju.
Pembobotan kategori pernyataan positif adalah Sangat baik/ Sangat setuju
53
bobotnya 5; Baik/ Setuju bobotnya 4; Cukup/ Ragu-ragu bobotnya 3; Kurang
baik/ Tidak setuju bobotnya 2 dan Sangat tidak baik/ Sangat tidak setuju bobotnya
1. Dan pernyataan negatif diberi bobot dengan nilai sebaliknya.
Dalam penelitian ini instrumen yang diujicobakan terdiri dari tiga macam
yaitu: 1) kompetensi pedagogik, 2) kompetensiprofessional guru, dan 3)
Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi. Pengukuran validitas konten (isi)
untuk instrumen dilakukan dengan cara mengkonsultasikan instrumen yang telah
disusun kepada para ahli, yakni pembimbing. Setelah dikonsultasikan kemudian
diadakan ujicoba untuk mengetahui sejauhmana tingkat validitas dan reliabilitas
instrument sebagai alat ukur. Validitas adalah keberadaan sesuatu alat ukur yang
mampu mengukur apa yang akan diukur. Reliabilitas adalah keandalan suatu alat
ukur karena mampu secara ajeg, mantap dan tetap konsisten mengukur apa yang
diukur.
Selanjutnya hasil dari uji coba berupa butir-butir instrument yang valid
saja karena butir yang tidak valid sudah dibuang. Sampel uji coba diambil dari
populasi penelitian yaitu seluruh gurupendidikan khusus pembelajaran pendidikan
jasmani adaptif kota Bandung yang masih aktif dalam sebagai guru.
1. Instrumen Kompetensi Pedagogik
a. Definisi Konseptual
Secara konseptual yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik
adalah dorongan dan keinginan yang dimilki seseorang untuk menjalankan tugas
dan pekerjaannya.
b. Definisi Operasional
54
Secara operasional yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik
kerjaadalah adalah dorongan dan keinginan yang dimilki seseorang untuk: (1)
menjalankan tugas dan pekerjaannya, (2) kesediaan menerima dan menuntaskan
tugas, (3) memiliki moral kerja yang baik, (4) menghasilkan pekerjaan yang
berkualitas, (5) kehadiran yang tinggi, (6) berkomitmen terhadap tugas, dan (7)
produktif dan bersemangat.
c. Instrumen Kompetensi pedagogik
Instrumen kompetensi pedagogikdisusun berdasarkan indikator pada
definisi operasional tersebut maka indikator variabel yang dapat berfungsi sebagai
kisi-kisi variabel kompetensi pedagogikkerja. Bertolak dari kisi-kisi variabel
dapat disusun instrument pengukuran dalam bentuk kuesioner.
d. Kalibrasi Instrumen Kompetensi pedagogik
Untuk menentukan dan memilih Instrumen yang tepat dan akurat
berkaitan dengan kompetensi pedagogik guru, maka Indikator-indikator
kompetensi pedagogikkerja secara rinci dituangkan dalam butir-butir pernyataan/
pertanyaan. Selanjutnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan cara
melakukan ujicoba kepada sasaran, yaitu sampel. Uji Validitas dimaksudkan
untuk mengukur tingkat keabsahan dari tiap-tiap butir pernyataan. Adapun nomor-
nomor butir yang tidak valid tidak digunakan dan nomor butir yang valid
selanjutnya dipergunakan untuk menjaring data dalam penelitian.
Untuk mengetahui Reliabilitas Instrumen kompetensi pedagogik kerja
digunakan rumus “Alpha Cronbach”, dengan cara membuang butir-butir yang
55
tidak valid, hasil perhitungan koefisien reliabilitas dari instrument kompetensi
pedagogik kerja
2. Instrumen kompetensi Profesional
a. Definisi Konseptual
Secara konseptual yang dimaksud dengan kompetensi professional adalah
karakteristik kemampuan dan keterampilan yang dimiliki atau dibutuhkan oleh
setiap individu yang memampukan mereka untuk melakukan tugas dan
tanggungjawab
b. Definisi Operasional
Secara operasional yang dimaksud dengan kompetensiprofesional adalah
kemampuan atau keterampilam yang mencakup lima karakteristik yaitu motives:
hal-hal yang diinginkan secara konsisten yang menimbulkan tidakan, traits:
respon konsisten terhadap situasi, self-concept: sikap dan nilai yang dimiliki
seseorang, knowledge: pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang dan
skill: kemampuan melaksanakan tugas baik secara fisik mapupun mental.
c. Instrumen pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi kompetensi profesioan guru pendidikan khusus pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.
Berdasarkan ciri-ciri spesifik dari kompetensi professional guru
pendidikan khusus pembelajaran pendidikan jasmani adaptifyang diuraikan dalam
definisi operasional tersebut maka indikator variabel yang dapat berfungsi sebagai
kisi-kisi variabel kompetensi professional guru pendidikan khusus pembelajaran
56
pendidikan jasmani adaptif. Bertolak dari kisi-kisi variabel dapat disusun
instrument pengukuran dalam bentuk kuesioner.
d. Kalibrasi instrumen kompetensi profesional
Untuk mencari validitas dalam instrumen ini dilakukan dengan mencari
validitas butir (item validity) yaitu setiap skor butir dikorelasikan dengan skor
total. Pengukuran validitas butir tes digunakan rumus korelasi ”point biserial” .
Butir pernyataan yang diterima (valid) apabila nilai r-hitung lebih besar r-tabel.
Butir pernyataan yang ditolak (tidak valid) apabila nilai r-hitunglebih kecil dari r-tabel.
Hasil analisis uji coba instrument kompetensi profesional terdiri dari 30 butir tes.
Berdasarkan perhitungan (rpbi) (r-hitung point biserial) yaitu korelasi antara skor
butir dengan skor total butir dinyatakan valid (diterima) pada taraf. Sisa yang
tidak terpakai dinyatakan tidak valid (ditolak).Nomor butir yang valid selanjutnya
dipergunakan untuk menjaring data dalam penelitian ini.
Untuk mengetahui sejauhmana hasil pengukuran dapat dipercaya
(Reliabilitas) instrument dari variabel kompetensi komunikasi digunakan rumus
Kurden Richardson “KR-20”. Dilakukan dengan cara membuang butir-butir yang
tidak valid.
3. Instrumen Pendidikan dan Pelatihan Guru Pendidikan Khusus
pada pembelajaran pendidikan jasmani adaptif
a. Definisi Konseptual
57
Secara konseptual yang dimaksud dengan model Pendidikan dan Pelatihan
Guru Pendidikan Khusus pembelajaran pendidikan jasmani adaptif adalah model
diklat yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola
pembelajaran sesuai dengan fungsi dan kewenangannya untuk mencapai tujuan
belajar
b. Definisi Operasional
Secara operasional yang dimaksud dengan Pendidikan dan pelatihan
berbasis kompetensiadalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di
sekolah sesuai dengan fungsi dan kewenangannya untuk mencapai tujuan
organisasi dengan indikator: (1) menyusun sistem administrasi pembelajaran di
sekolah; (2) mengembangkan renacana pembelajaran di sekolah; (3)
mengembangkan pengaturan pembelajaran yang berkaitan dengan kualitas hasil
belajar; (4) melakukan analisis hasil belajar untuk menghasilkan capaian hasil
pembelajaran yang efisien dan efektif; dan (5) mengembangkan unit-unit evaluasi
belajar sekolah.
c. Instrumen Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi terhadap kinerja guru pendidikan khusus pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.
Berdasarkan ciri-ciri spesifik dari Pendidikan dan pelatihan berbasis
kompetensiterhadap kinerja guru pendidikan khusus pembelajaran pendidikan
jasmani adaptif yang diuraikan dalam definisi operasional tersebut maka indikator
variabel yang dapat berfungsi sebagai kisi-kisi variabel kompetensi terhadap
kinerja guru pendidikan khusus pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.
58
Bertolak dari kisi-kisi variabel dapat disusun instrument pengukuran dalam
bentuk kuesioner.
d. Kalibrasi Instrumen Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensiguru pendidikan khusus pembelajaran pendidikan jasmani adaptif
Untuk mencari validitas dalam instrumen ini dilakukan dengan mencari
validitas butir (item validity) yaitu setiap skor butir dikorelasikan dengan skor
total. Pengukuran validitas butir tes digunakan rumus korelasi ”point biserial”
(rpbi) pada taraf signifikansi
Butir pernyataan yang diterima (valid) apabila nilai r-hitung lebih besar r-
tabel. Butir pernyataan yang ditolak (tidak valid) apabila nilai r-hitunglebih kecil dari
r-tabel. Hasil analisis uji coba instrument Model Pendidikan dan pelatihan berbasis
kompetensi guru pendidikan khusus pembelajaran pendidikan jasmani adaptif
terhadap kinerja guru pendidikan khusus pembelajaran pendidikan jasmani
adaptif. Berdasarkan perhitungan (rpbi) (r-hitung point biserial) yaitu korelasi
antara skor butir dengan skor total sebanyak butir dinyatakan valid (diterima)
pada taraf signifikansi. Sisa yang tidak terpakai dinyatakan tidak valid (ditolak).
Nomor butir yang valid selanjutnya dipergunakan untuk menjaring data dalam
penelitian ini.
Untuk mengetahui sejauhmana hasil pengukuran dapat dipercaya
(Reliabilitas) instrument dari variabel Pendidikan dan pelatihan berbasis
kompetensidigunakan rumus Kurden Richardson “KR-20”. Dilakukan dengan
cara membuang butir-butir yang tidak valid, hasil perhitungan koefisien
59
reliabilitas dari instrumen Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensiterhadap
kinerja guru pendidikan khusus pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.
4. Instrumen Kinerja Guru
a. Definisi Konseptual
Secara konseptual yang dimaksud dengan kinerja guruadalah hantaran dan
hubungan interaktif terbaik yang dilakukan oleh seorang guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar sesuai dengan internal perspective dan
external perspective atau siswa sebagai the real customer.
b. Definisi Operasional
Secara operasional yang dimaksud dengan kinerja guru adalah interaktif
terbaik dalam kegiatan pembelajaran yang ditunjukkan oleh indikator-indikator:
(1) penguasaan materi pelajaran, (2) memiliki kepribadian yang baik, (3) dapat
mengevaluasi, (4) membuat siswa interaktif, (5) respek, dan (6) demokratis.
c. Instrumen kinerja guru pendidikan khusus pembelajaran
pendidikan jasmani adaptif.
Berdasarkan ciri-ciri spesifik dari kinerja guru pendidikan khusus
pembelajaran pendidikan jasmani adaptifyang diuraikan dalam definisi
operasional tersebut maka indikator variabel yang dapat berfungsi sebagai kisi-
kisi variabel kinerja guru pendidikan khusus pembelajaran pendidikan jasmani
adaptif. Bertolak dari kisi-kisi variabel dapat disusun instrument pengukuran
dalam bentuk kuesioner.
d. Kalibrasi instrumen kinerja guru pendidikan khusus pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.
60
Untuk mencari validitas dalam instrumen ini dilakukan dengan mencari
validitas butir (item validity) yaitu setiap skor butir dikorelasikan dengan skor
total. Pengukuran validitas butir tes digunakan rumus korelasi ”point biserial”
(rpbi) pada taraf signifikansi = 0,05.
Butir pernyataan yang diterima (valid) apabila nilai r-hitung lebih besar r-tabel.
Butir pernyataan yang ditolak (tidak valid) apabila nilai r-hitunglebih kecil dari r-tabel.
Hasil analisis uji coba instrument kinerja guru pendidikan khusus pembelajaran
pendidikan jasmani adaptif terdiri dari butir tes. Berdasarkan perhitungan (rpbi)
(r-hitung point biserial) yaitu korelasi antara skor butir dengan skor total sebanyak
butir dinyatakan valid (diterima) pada taraf signifikansi. Sisa yang tidak terpakai
dinyatakan tidak valid (ditolak).Nomor butir yang valid selanjutnya dipergunakan
untuk menjaring data dalam penelitian ini.
Untuk mengetahui sejauhmana hasil pengukuran dapat dipercaya
(Reliabilitas) instrument dari variable kinerja guru pendidikan khusus
pembelajaran pendidikan jasmani adaptif digunakan rumus Kurden Richardson
“KR-20”.Dilakukan dengan cara membuangbutir-butir yang tidak valid, hasil
perhitungan koefisien reliabilitas dari instrument.
F. Teknik Analisa Data
Langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan analisa data pada
penelitian ini adalah:
1. Membuat deskripsi data yang telah dikumpulkan dari lapangan sebagai
gambaran umum tentang data itu sendiri. Deskripsi data diperoleh dari hasil
analisis frekuensi data untuk masing-masing variabel, yang meliputi
61
penyebaran data dalam bentuk pengelompokkan data, rata-rata hitung, modus,
median dan simpang baku serta varians. Data tahap berikutnya adalah
menampilkan distribusi frekuensi
2. Pengujian persyaratan analisis, yaitu melakukan pengujian normalitas,
homogenitas dan linearitas dimana hal tersebut merupakan persyaratan dalam
analisis korelasional sebelum pengujian hipotesis.
3. Langkah berikutnya melakukan pengujian terhadap hipotesis. Di dalam
melakukan pengujian hipotesis penelitian, digunakan analisis regresi dan
korelasi baik secara sederhana maupun ganda beserta uji keberartiannya.
7. Hipotesa Statistik
a. H0 : у1 = 0
H1 : у1 > 0
b. H0 : у2 = 0
H1 : у2 > 0
c. H0 : у3 = 0
H1 : у3 > 0
Keterangan:
H0 : Hipotesis nol
H1 : Hipotesis alternatif
: Koefisien Korelasi
62
DAFTAR PUTAKA
Allan, J. 2001. Mengatasi Masalah Manusia di Dalam Organisasi, Jakarta:
Binarupa Aksara.
Anwar Prabu Mangkunegara. 2005. Evaluasi Kinerja. Bandung : Refika Aditama
Haynes, Marion. 1998. Managing Performance: A Comprehensive Guide to
effective Supervision. California: Lifetime Learning Publication
Hersey, Paul and Blanchard, Kenneth H. 2001. Manajemen Perilaku Organisasi.
Terjemahan Agus Dharma. Jakarta: Erlangga
Ivancevich, Szilgyl,Jr., dan wallace, Jr. 1997: 421. Human Resources
Management, 8 Edition, New York: McGraw Hill.
Leslie, J Brigss. 1998. Introductional Design: Principles and Aplications,
Englewood Cliffs New Jersey: Educational Technology Publication
Lipham J.M and James A. Hoeh Jr. 1999. The Principalship: Foundation and
Function. New York: Harper & Row Publisher
Newstrom dan Davis 1997. Human Behavior at Work, Original Behavior, Eigth
Edition. Singapore: McGraw Hill Inc.
Pace, R. Wayne & Faules Don F. 1998. Komunikasi Organisasi: Strategi
Meningkatkan Kinerja Perusahaan (Deddy Mulyana-Editor). Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Patky, A. 2000.Total Quality Management for Self Reliance School, Manila
Colombo Plan Staff College.
Prawiro Sentono, Suyadi. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan, Yogyakarta: BPEE
Rao. 1996. Penilaian Prestasi Kerja: Teori dan Praktek, Jakarta: Pustaka
Binaman Pressindo.
Robbins, S.P. 1998. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jilid 2.
Jakarta: PT. Prenhalindo.
63
Robbbins dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi, Buku 1 dan 2. Jakarta : Salemba Empat
Sadili Samsudin. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung Pustaka Setia.
Siagian, Sondang P. 2000. Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi.
Jakarta: Gunung Agung
Stoner, Jame A.F. 2000.Management, by Prentice Hall, Inc, Englewood Cliffs,
N.J.
Umar, Husein. 2002. Evaluasi Berbasis Sekolah, Jakarta.
Williams. 2002. “Ways of Creating Healthy Work Organization” dalam Cary L.
Cooper and Stepen Williams (ed), Creating Healthy Work
Organizatioons, New York: John Wiley & on.
Zainun, Buchari. 1998. Manajemen dan Kompetensi pedagogik. Jakarta: Balai
Aksara,
64