Proposal BPJS PH Sumberpucung

23
PROPOSAL DIAGNOSA KOMUNITAS SOSIALISASI SISTEM ASURANSI PEMERINTAH (BPJS) PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SUMBERPUCUNG PERIODE JANUARI - MARET 2014 OLEH: Bobby L!"# D$%&'y *y I"+, 010.10044 E"/# K"##, 010.1003 K,""#/" S/#/o 010.14011 M$* C$o&" N, *5&$ b/ S$$o& H* 010.14011 S,y b* K,"/o* PEMBIMBING: *,6 T/ H,7#/8 MK%" *,6 Ho&'$ D,6 S, K,/! R9$+#/ LAB6 ILMU KESEHATAN MASARAKAT ; KEDOKTERAN PENCEGAHAN <AKULTAS KEDOKTERAN UNI=ERSITAS BRAIJAA 2014

description

Proposal BPJS PH Sumberpucung

Transcript of Proposal BPJS PH Sumberpucung

PROPOSAL DIAGNOSA KOMUNITAS

SOSIALISASI SISTEM ASURANSI PEMERINTAH (BPJS) PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SUMBERPUCUNG PERIODE JANUARI - MARET 2014

OLEH:

Bobby Laksana Dhelpy Widya Iswara 0910710044

Estiani Kusumaningrum 0910710069Krissantias Sutanto 0910714011Muhammad Cholis Nur fadzilah bt Shahol Hamid 0910714011

Surya abadi KristioadiPEMBIMBING:

dr. Tita Harijanti, MKesdr. HolipahDr. Sri Kartika Rachmawanti

LAB. ILMU KESEHATAN MASYARAKAT & KEDOKTERAN PENCEGAHAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2014

BAB 1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kecamatan Sumberpucung merupakan perangkat daerah Kabupaten Malang yang mempunyai wilayah kerja meliputi 7 Desa,17 Dusun, 53 RW, 262 RT. Kecamatan Sumberpucung terletak di wilayah Malang Selatan dengan batas wilayah sebelah utara Kecamatan Kromengan, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pagak dan Kalipare, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kepanjen dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Blitar. Kecamatan Sumberpucung merupakan daerah dataran tinggi yang luas dan subur, sehingga menjadikan lokasi Kecamatan Sumberpucung sebagian besar dimanfaatkan untuk area persawahan dengan luas 1880 hektare. (Dinas Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kota Malang, 2011).

Adapun wilayah kerja Kecamatan Sumberpucung terdiri dari desa Sumberpucung yang merupakan ibukota Kecamatan Sumberpucung. Desa yang lain adalah desa Jatiguwi, Sambigede, Senggreng, Ternyang, Ngebruk dan Karangkates. Kondisi demografi di Kecamatan Sumberpucung, adalah sebagai berikut: (a) terdapat 55.292 jiwa yang tersebar di 7 wilayah desa, 17 dukuh, dan 14.625 KK yang mana mayoritas penduduk adalah laki-laki dewasa pada usia yang produktif. (b) Mayoritas penduduk mempunyai mata pencaharian sebagai petani, pedagang, swasta dan buruh terutama pada Desa Sumberpucung dan Jatiguwi, (c) 7 wilayah desa di Kecamatan Sumberpucung dibantu oleh 7 tempat pelayanan kesehatan dan 49 tenaga medis yang masing-masing terdiri dari 1 poliklinik, 1 puskesmas, 1 BKIA, dan 4 puskesmas pembantu serta 3 dokter, 2 farmasi, 1 ahli gizi, 1 teknisi medis, 1 sanitator,10 kesehatan masyarakat, 31 perawat dan bidan.Menurut profil kesehatan Puskesmas Sumberpucung tahun 2013, dalam penentuan indikator status kesehatan dalam bagian mortalitas terdapat angka kematian bayi sebanyak 15 kematian bayi dan balita dari jumlah 3399 bayi dan balita. Diantaranya terdapat 10 jumlah kematian bayi lahir, 3 kematian bayi mati dan 2 kematian balita. Jumlah kematian bayi dan balita terbanyak terdapat pada Desa Senggreng dengan 5 kematian pada tahun 2013.

Puskesmas merupakan suatu unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan. Puskesmas memiliki wewenang serta tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerja. Puskesmas memiliki tujuan untuk mendukung agar tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional dengan meningkatkan kesadaran dan kemampuan agar hidup sehat bagi setiap orang yang tinggal di wilayah kerja puskesmas tersebut. Puskesmas berfungsi sebagai tempat untuk mendapatkan informasi atau pengetahuan tentang berbagai macam pengetahuan kesehatan, cara hidup sehat dan cara mencegah penyakit yang menular karena faktor lingkungan. Dalam pelaksanaan penyedia pelayanan kesehatan, Kecamatan Sumberpucung memiliki satu puskesmas sebagai pusat rujukan.Dalam upaya pemenuhan penyelenggaraan kesehatan secara holistik dan komprehensif, Negara Kesatuan Republik Indonesia sudah mencantumkan dalam pembukaan UUD1945 yaitu terselenggaranya pembangunan kesehatan dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya. Negara membuat suatu sistem kesehatan sebagai tatanan yang menghimpun berbagai upaya bangsa indonesia secara terpadu dan saling mendukung untuk mewujudkan kesejahteraan umum seperti yang dimaksudkan. Berdasarkan tatanan kesehatan yang terbaru, negara membentuk lembaga untuk menyelenggarakan program jaminan sosial menurut undang undang nomor 40 tahun 2004 dan undang undang nomor 24 tahun 2011. Sistem asuransi pemerintah yang dikelola oleh BPJS ini mewajibkan anggota membayar iuran per bulannya sesuai kelas keanggotaan yang dipilih yang pada waktunya dibutuhkan dapat digunakan oleh tiap tiap anggota dalam pemenuhan dan memperoleh pelayanan kesehatan. Puskesmas sebagai unit pelayanan primer dalam tatanan kesehatan, menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) kesehatanKabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembinaan kesehatan di suatu wilayah kerja. Untuk menentukan apakah sekelompok masyarakat mempunyai masalah kesehatan atau tidak, dapat dilakukan dengan menggunakan metode dan prosedur yang disebut diagnosis komunitas. Ia diperlukan untuk proses perencanaan, penetapan prioritas masalah, hingga menetapkan solusi terhadap masalah tersebut. Diagnosis komunitas sendiri merupakan proses mengidentifikasi permasalahan, faktor penyebab masalah dan sumber daya terkait secara sistematis dengan menggunakan pendekatan metode ilmiah. faktor resiko dan sumber dari suatu masalah kesehatan pada suatu komunitas, mengusulkan rencana untuk mengatasi masalah tersebut dan mengevaluasi indikator serta metode sebagai program intervensi .

Berdasarkan data profil puskesmas Sumberpucung tahun 2013 Didapatkan data bahwa penyakit tiga penyakit teratas adalah ISPA, hipertensi dan .mialgia Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang perlu ditangani secara holistik dan komprehensif di tingkat pelayanan primer. Namun karena penyakit hipertensi seringnya tidak bergejala maka pasien jarang untuk kontrol bila tidak terdapat keluhan. Namun, terdapat pula pasien hipertensi dengan komplikasi datang ke unit gawat darurat dengan hipertensi urgensi bahkan sampai menimbulkan gejala stroke. Maka dari itu kami ingin mengangkat materi sistem asuransi BPJS kesehatan yang bersumber dari negara untuk masyarakat umum dengan penyakit hipertensi. Diagnosa komunitas ini diangkat bertujuan agar pasien hipertensi memperhitungkan manfaat dari keanggotaan dalam BPJS kesehatan agar bisa tetap melakukan pencegahan kuratif terhadap pengobatan untuk menurunkan tekanan darah serta terutama di bidang preventif terhadap komplikasi dari hipertensi (Laporan akhir tahun Kecamatan Sumberpucung, 2013)..

BAB 2

GAMBARAN WILAYAH

2.1 Gambaran Umum

2.1.1 Data Geografis

2.1.1.1 Batas wilayah

Sumberpucung merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Malang yang di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kromengan, sebelah selatan dengan Kecamatan Kepanjen, sebelah barat dengan Kabupaten Blitar, dan sebelah timur dengan Kecamatan Pagak dan Kalipare. Kecamatan Sumberpucung terdiri dari 7 desa yaitu desa Sumberpucung, Jatiguwi, Sambigede, Senggreng, Ternyang, Ngebruk, dan Karangkates (Laporan akhir tahun Kecamatan Sumberpucung, 2013).

2.1.1.2 Luas Wilayah

Kecamatan Sumberpucung memiliki luas wilayah sebesar 35,90 km2 yang dibagi menjadi 7 desa dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 1.1 Luas Wilayah Setiap Desa di Kecamatan Sumberpucung dan Jumlah Penduduk Kecamatan Sumberpucung (Laporan akhir tahun Kecamatan Sumberpucung, 2013)

NoDesaLuas Wilayah (km2)Jumlah Penduduk (jiwa)

1Sumberpucung4,8310.576

2Jatiguwi4,598686

3Sambigede2,965722

4Senggreng5,848671

5Ternyang5,066486

6Ngebruk5,056430

7Karangkates7,578721

Jumlah35,9055292

Luas wilayah Kecamatan Sumberpucung jika dirinci menurut penggunaanya terdiri dari 1.880,20 ha sawah irigasi, 729,11 ha pemukiman, 15 ha hutan, 92 ha jalan, 12.370 ha kuburan, 1.674,80 ha tanah tegalan, 14 ha telaga/rawa, dan 545 ha luas tanah lain-lain (Laporan akhir tahun Kecamatan Sumberpucung, 2013)2.1.1.3 Wilayah Kerja

Kecamatan Sumberpucung terdiri atas 7 desa, 17 dukuh, dan 262 RT yang peta dan rinciannya dapat dilihat pada gambar 1.1 dan tabel 1.2 berikut :

Gambar 1.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Sumberpucung Kabupaten Malang

Tabel 1.2 Wilayah Kerja Kecamatan Sumberpucung (Laporan akhir tahun Kecamatan Sumberpucung, 2013)

DesaJumlah DukuhJumlah RWJumlah RT

Sumberpucung3336

Jatiguwi3940

Sambigede1928

Senggreng31034

Ternyang21144

Ngebruk3639

Karangkates2540

2.1.2 Data Demografi

2.1.2.1 Jumlah penduduk

Kabupaten Malang terdiri dari 55.292 jiwa yang tersebar pada 7 wilayah desa, 17 dukuh, dan 14.625 KK yang mana mayoritas penduduk adalah laki-laki dewasa pada usia yang produktif. Penduduk dengan status anak dikelompokan dalam rentan umur 0 14 tahun, Remaja dewasa dikelompokan dalam umur 15 64 tahun sedangkan lansia dikelompokan dalam umur > 64 tahun (Laporan akhir tahun Kecamatan Sumberpucung, 2013).

Tabel 1.3 Jumlah penduduk wilayah Kecamatan Sumberpucung (Laporan akhir tahun Kecamatan Sumberpucung, 2013)NoDesaJumlah Penduduk (jiwa)

Laki-lakiPerempuan

Anak Remaja-Dewasa Lansia

JumlahAnakRemaja-Dewasa Lansia

Jumlah

1Sumberpucung139436273125333132135313885240

2Jatiguwi114629792564381108629013194306

3Sambigede7541962169288571619112102837

4Senggreng114429742564374108428963194299

5Ternyang8552224191327081121652383214

6Ngebruk8482205190324380321472363186

7Karangkates115029912574398109129123204323

Jumlah729118962163127884691218463203027405

2.1.2.2 Profesi Penduduk

Mayoritas penduduk bermatapencaharian sebagai petani (10.793 jiwa), buruh (7912 jiwa), pedagang (5558 jiwa), dan swasta (3407 jiwa). Tabel 1.4 Mata pencaharian penduduk Kecamatan Sumberpucung

NoNama DesaPetaniNelayanPeng-rajinBuruhBuruh BangunanPe-dagangPe-ternakPnsAbriSwastaLain-Lain

1Sumberpucung1319027104812421761717545731190

2Jatiguwi25560141890203155007730153289

3Sambigede12890867012164030119545

4Senggreng78718217187677156014745630928

5Ternyang1469311240261157252129235

6Ngebruk81706012982510048912056614192

7Karangkates255608189081140101003989245

JML10793214187912548555856367424734071724

Di Desa Sumberpucung, mata pencaharian terbanyak adalah pedagang . Di Desa Jatiguwi, Sambigede, Ternyang, dan Karangkates, mata pencaharian terbanyak adalah petani, sedangkan di Desa Senggreng dan Ngebruk, mata pencaharian terbanyak adalah buruh.

2.1.2.3 Sumber Daya Kesehatan

Tujuh wilayah desa di kecamatan Sumberpucung dibantu oleh 7 tempat pelayanan kesehatan dan 49 tenaga medis yang masing-masing terdiri dari 1 poliklinik, 1 puskesmas, 1 BKIA, dan 4 puskesmas pembantu serta 3 dokter, 2 farmasi, 1 ahli gizi, 1 teknisi medis, 1 sanitator,10 kesehatan masyarakat, 31 perawat dan bidan. Adapun saranan dan prasarana tambahan seperti 1 mobil puskesmas keliling dan 2 mobil ambulans.

BAB 3

METODE PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

3.1 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam kegiatan diagnosis komunitas terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan pemberian kuisioner pada penderita hipertensi yang belum mengikuti sistem JKN/BPJS. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data tahunan puskesmas Sumberpucung tahun 2013 serta data kunjungan pasien hipertensi BPJS maupun non BPJS pada bulan Januari Maret 2014.3.2 Data Sekunder

Data sekunder yang berkaitan dengan masalah hipertensi didapatkan dari instansi kesehatan yang terkait yaitu Puskesmas Sumberpucung. Menurut data profil puskesmas Sumberpucung tahun 2013 terdapat sejumlah 2959 jiwa dengan penderita terbanyak berusia 45 69 tahun. Selain itu menurut data kunjungan puskesmas sejak bulan Januari Maret 2014 terdapat penderita hipertensi dengan jumlah 528 jiwa dan 404 jiwa diantaranya adalah pasien umum yang tidak mengikuti program asuransi negara oleh BPJS. Selain itu, data sekunder yang berkaitan dengan kependudukan Kecamatan Sumberpucung didapatkan dari kantor kecamatan setempat.3.2.1 Wawancara dengan Tenaga Kesehatan Puskesmas Sumberpucung

Tenaga kesehatan yang kami wawancarai merupakan penanggung jawab balai pengobatan dan penanggung jawab bagian administrasi yang setiap hari berinteraksi dengan pasien rawat jalan di balai pengobatan. Berikut adalah wawancara dengan Bu Endah, penanggung jawab balai pengobatan Kecamatan Sumberpucung. Tanya : Bu Endah, berapa kisaran pasien hipertensi dalam sehari ?

Jawab : sekitar 20an orang mba kalo ramai bisa lebih dari 30

Tanya : untuk pasien non-BPJS, berapa kisaran biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan setiap bulan?

Jawab : pasien pasien yang rutin kontrol memang tidak terlalu banyak sekitar 10 20 orang per bulannya. Mereka juga harus mengeluarkan uang bila kontrol penyakit lain seperti pusing, demam dll.Tanya : dibandingkan dengan peserta BPJS penderita hipertensi, kelompok mana yang lebih banyak mengeluarkan biaya untuk kontrol rutin di puskesmas?Jawab : Bila dibandingkan dengan peserta BPJS, tentunya peserta non BPJS dengan hipertensi cenderung mengeluarkan dana lebih besar karena mereka harus bayar setiap kali kontrol. Tanya : apakah pasien non-BPJS sering membeli obat hipertensi sendiri di dari luar puskesmas?

Jawab : Untuk itu saya kurang tau mba, tapi sebagian besar mereka kontrol kemudian membeli obat di puskesmas. Namun bila obat habis mereka terkadang tidak kontrol. 3.3 Data Primer

Data primer didapatkan dengan membagikan kuisioner pada pasien hipertensi yang bukan anggota BPJS. Kami membagikan 50 kuisioner pada kelompok sasaran tersebut. Dari hasil kuisioner maka didapatkan permasalahan-permasalahan yang yang berhubungan dengan pasien tersebut.Tabel 3.1 Kuisioner yang ditujukan pada peserta JKN dengan DM tipe 2 dan Hipertensi yang datang ke Puskesmas Sumberpucung periode 21 26 April 2014NoKuisioner

1.Berapa kali Anda kontrol dalam sebulan?

a. 5

2. Apakah anda rutin mengkonsumsi obat hipertensi?

a. Ya b. Tidak

Jika Ya, darimana anda memperoleh obat

3. Berapakah biaya yang Anda keluarkan untuk pengobatan darah tinggi dalam sebulan?

a. Rp. 5.000-15.000 b. Rp. 15.000-25.000 c. Lebih dari Rp 25.000

4.Berapakah biaya yang Anda keluarkan untuk pengobatan penyakit lain dalam sebulan?

a. Rp. 5.000-15.000 b. Rp. 15.000-25.000 c. Lebih dari Rp 25.000

5. Apakah Anda mengetahui mengenai JKN/BJS?Jelaskan

BAB 4

PRIORITAS DAN PENENTUAN MASALAH KESEHATAN

4.1 Analisa Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data 10 penyakit terbanyak pada profil puskesmas tahun 2013 dengan penyakit hipertensi sebagai penyakit terbanyak kedua dengan jumlah 2959 jiwa dan sebagian besar diderita pada umur 45 69 tahun. Data sekunder lainnya diperoleh dari jumlah kunjungan pasien hipertensi bulan Januari hingga Maret 2014. Berikut adalah jumlah kunjungan pasien hipertensi sebagai anggota BPJS dan non BPJS bulan Januari - Maret 2014Tabel 4.1 Jumlah umlah kunjungan pasien hipertensi kasus baru dan lama sebagai anggota BPJS dan non BPJS bulan Januari - Maret 2014BulanHipertensi BPJSHipertensi non BPJS

Januari46119

Februari60156

Maret18129

Total124404

Dari tabel 4.1 di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah kunjungan pasien hipertensi di PKM Sumberpucung pada bulan Januari hingga Maret 2014 sebanyak 124 pasien untuk penderita hipertensi dengan BPJS dan 404 pasien dengan hipertensi non BPJS. Berdasarkan data yang ada dapat disimpulkan perbandingan jumlah kunjungan antara pasien hipertensi BPJS dan yang bukan BPJS adalah 3:1. Dari data tersebut kelompok kami memilih pasien hipertensi yang belum mengikuti BPJS sebagai target sasaran diagnosa komunitas kami.4.2 Analisis Data Primer

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari puskesmas Sumberpucung, data primer diperoleh dari pembagian kuisioner terhadap 50 pasien hipertensi yang datang ke balai pengobatan sejak tanggal 21 26 April 2014. Berdasarkan hasil kuisioner, 38 pasien diantaranya tidak mengetahui sistem BPJS. 10 pasien merasa berat untuk iuran setiap bulan ketika mereka dalam keadaan tidak sakit( tidak ada keluhan). 2 pasien malas untuk mengurus pendaftaran menjadi anggota BPJS. 4.3 Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan

Berdasarkan data sekunder dan data primer, terdapat 4 masalah utama yang dihadapi oleh pasien hipertensi yang bukan anggota JKN/BPJS. Hasil dari penghitungan MSF (Magnitude, Seriousness, Feasibility), masalah-masalah tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :Tabel 4.3 Penilaian Masalah berdasarkan MSFNoMasalahMagnituteSeriousnessFeasibilityTotal

1Kurangnya pemahaman pasien hipertensi non-BPJS terhadap sistem BPJS3238

2Pasien merasa diberatkan dengan sistem iuran bulanan dalam sistem BPJS3216

3Pasien merasa malas untuk mengurus pendaftaran BPJS2215

Dari data primer dan data sekunder yang kami dapatkan dan berdasarkan penentuan skala prioritas menggunakan metode MSF maka prioritas permasalahan yang kami angkat adalah tentang permasalahan pasien karena kurang paham akan sistem BPJS serta keanggotaannya. Berdasarkan permasalahan tersebut kami menangkat diagnosa komunitas BAB 5

RUMUSAN DIAGNOSIS KOMUNITAS

5.1 Health ProblemBerdasarkan analisis prioritas masalah kesehatan, terdapat permasalahan utama tentang sistem BPJS dalam pengobatan hipertensi, dimana permasalahan tersebut perlu sosialisasi lebih lanjut. Berikut analisis faktor resiko mengenai kurangnya pengetahuan pasien mengenai sistem JKN. Tabel 5.1 Faktor Risiko kurangnya pengetahuan pasien mengenai sistem JKNFaktor Resiko

Environment

Ketidakpahaman masyarakat tentang JKN beserta sistem BPJS secara umum

Life StylePenderita hipertensi telah terbiasa dengan paradigma hanya megeluarkan uang jika mengeluh sakit

Health Service

Kurangnya sosialisasi dari pihak penyedia layanan kesehatan

Intrinsic

BPJS belum sepenuhnya mengantisipasi perubahan terkait sistem baru yang diterapkan

5.2 Pemecahan Masalah Terpilih

Tabel 5.2 Pemecahan Masalah Terpilih berdasarkan PEARL (Appropriateness, )Score

NO.RISK FACTORS & CONTRIBUTING RISK FACTORSPROBLEM SOLUTIONSP-E-A-R-L SCORE

PEARL

1Ketidakpahaman masyarakat tentang JKN beserta sistem BPJS secara umumPenyuluhan tentang sistem JKN/BPJS secara massal dengan menggunakan simulasi berupa video dan narasumber dari pihak BPJS55555

Pembagian leaflet atau brosur mengenai sistem JKN/BPJS

54455

Penyuluhan tentang sistem JKN/BPJS door to door5

4

53

5

2Masyarakat hipertensi telah terbiasa dengan paradigma hanya megeluarkan uang jika mengeluh sakitPenyuluhan tentang keuntungan sistem JKN/BPJS dalam aspek ekonomi55445

3Kurangnya sosialisasi dari pihak penyedia layanan kesehatanPenyuluhan kepada petugas kesehatan tentang sistem JKN54435

4BPJS belum sepenuhnya mengantisipasi perubahan terkait sistem baru yang diterapkanAdvokasi pada BPJS mengenai pemahaman masyarakat tentang sistem yang baru 44335

Berdasarkan analisis PEARL di atas, metode yang kami pilih adalah penyuluhan tentang sistem BPJS dan materi hipertensi terhadap pasien hipertensi yang belum bergabung dengan BPJS.BAB 6

PLAN OF ACTION

6.1 Health ProblemRendahnya partisipasi penderita Hipertensi terhadap sistem BPJS di Puskesmas Sumberpucung6.2 Risk Factors and Contributing Risk FactorsTabel 6.1 Risk Factors dan Contributing Risk Factors

Risk FactorsContributing Risk Factors

Environment

Ketidakpahaman masyarakat tentang JKN beserta sistem BPJS secara umum

Predisposing : Kurang aktifnya masyarakat untuk mencari tahu tentang sistem BPJSEnabling : Petugas PKM kurang diberdayakan untuk memberikan informasi tentang JKNReinforcing : Tidak ada sangsi hukum terkait kepahaman peserta sistem BPJS

Life Style

Masyarakat hipertensi telah terbiasa dengan paradigma hanya megeluarkan uang jika mengeluh sakit

Predisposing : Adanya anggapan jika pasien tidak berobat maka uang yang dibayarkan setiap bulan akan sia sia.Enabling : -

Reinforcing : -

Health Service

Kurangnya sosialisasi dari pihak penyedia layanan kesehatan

Predisposing : Kurangnya pemahaman petugas kesehatan tentang sistem BPJSEnabling : Petugas BPJS kurang membekali petugas kesehatan dengan informasi yang cukup

Reinforcing : Tidak adanya sanksi yang mengikat petugas kesehatan apabila tidak mengetahui tentang sistem BPJS

Intrinsic

BPJS belum sepenuhnya mengantisipasi perubahan terkait sistem baru yang diterapkanPredisposing : BPJS merupakan badan yang baru dibentuk

Enabling : kurangnya koordinasi antara BPJS dengan fasilitas kesehatan

Reinforcing : tidak adanya peraturan yang memberatkan BPJS jika masyarakat tidak puas dengan layanannya.

6.3 Target group

1. Primer: Penderita Hipertensi yang belum mendaftar dalam sistem BPJS di Puskesmas Sumberpucung2. Sekunder:

a. Semua pasien yang belum mengikuti sistem BPJS di Puskesmas Sumberpucungb. Petugas Puskesmas

3. Tersier:

a. Petugas BPJSb. Kepala Puskesmas6.4 Goal

Meningkatkan keikutsertaan pasien hipertensi terhadap sistem BPJS sebanyak 10% di Puskesmas Sumberpucung dalam kurun waktu 2 minggu.6.5 Objective dan Sub-ObjectiveTabel 6.2 Objective dan Sub-ObjectiveNoObjectiveSub-objective

1Ketidakpahaman masyarakat tentang JKN beserta sistem BPJS secara umumObjective : meningkatkan pengetahuan penderita hipertensi di kecamatan Sumberpucung tentang sistem BPJSPredisposing : Kurang aktifnya masyarakat untuk mencari tahu tentang sistem BPJSEnabling : Petugas PKM kurang diberdayakan untuk memberikan informasi tentang JKN

Reinforcing : Tidak ada sangsi hukum terkait kepahaman peserta sistem BPJS -Sub-objective : Meningkatkan keaktifan masyarakat untuk mencari tahu tentang sistem BPJS

2Masyarakat hipertensi telah terbiasa dengan paradigma hanya mengeluarkan uang jika mengeluh sakit Objective: Meningkatkan tingkat pemahaman masyarakat tentang sistem pelayanan kesehatan di Indonesia

Predisposing : Adanya anggapan jika pasien tidak berobat maka uang yang dibayarkan setiap bulan akan sia sia.

Enabling : -

Sub-objective: Mengubah anggapan mengenai aliran dana iuran bila pasien tidak berobat.

3Kurangnya sosialisasi dari pihak penyedia layanan kesehatan

Objective: Meningkatkan intensitas sosialisasi dari pihak penyedia layanan kesehatan

Predisposing : Kurangnya pemahaman petugas kesehatan tentang sistem BPJS

Enabling : Petugas BPJS kurang membekali petugas kesehatan dengan informasi yang cukup

Reinforcing : Tidak adanya sanksi yang mengikat petugas kesehatan apabila tidak mengetahui tentang sistem BPJS

Sub-Objective : Meningkatkan Pemahaman petugas kesehatan tentang sistem BPJS

4BPJS belum sepenuhnya mengantisipasi perubahan terkait sistem baru yang diterapkan

Objective : Melakukan advokasi kepada pihak BPJS untuk mengevaluasi jalannya sistem serta masalah yang sering ditemukan

Predisposing : BPJS merupakan badan yang baru dibentuk

Enabling : kurangnya koordinasi antara BPJS dengan fasilitas kesehatan

Reinforcing : tidak adanya peraturan yang memberatkan BPJS jika masyarakat tidak puas dengan layanannya.

Sub-Objective :

6.6 StrategiTabel 6.3 Strategi Pelaksanaan Intervensi

Nama KegiatanDeskripsiBahanMetode dan AlatSasaranWaktu dan TempatPelaksana

1. Identifikasi Masalah

Mencatat jumlah keikutsertaan pasien hipertensi dalam sistem BPJS

Data primer dan data sekunder

Mengkaji laporan yang telah dimiliki oleh lembaga yang terkait, seperti data Puskesmas

Kuisioner-18 April 2014- 19 April 2014

Tim DM Puskesmas Sumberpucung

2. Penentuan Prioritas Masalah

Memberikan nilai (skor) untuk masalah-masalah yang sudah tercatatHasil identifikasi masalah

Menentukan prioritas dengan berdasarkan skor Magnitude, Seriousness, dan Feasibility-21-23 April 2014

Tim DM Puskesmas Sumberpucung

3. Pengumpulan dan Analisis Data

Mengumpulkan dan menganalisis data laporan, baik data primer maupun sekunder

Data kependudukan, khususnya tentang layanan kesehatan Data tentang penderita hipertensi BPJS maupun non BPJS Data potensi organisasi kesehatan

Data sarana dan prasarana

Hasil wawancara dan kuisioner dengan pihak yang terlibat Mengkaji laporan yang telah dimiliki oleh lembaga yang terkait, seperti data Puskesmas

Wawancara

kuisioner

Pejabat struktural di Puskesmas Sumberpucung Pasien Hipertensi non BPJS

24 -26 April 2014 di balai pengobatan Puskesmas Sumberpucung

Tim DM Puskesmas Sumberpucung

4. Penyusunan Organisasi dan stafMembentuk organisasi kemasyarakatan non struktural yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan beberapa kader.Informasi dari perawat, administrasi,dan dokter puskesmasMenghubungi perawat, administrasi, dan dokter puskesmas agar bersedia berpartisipasi aktif dalam program ini

Perawat, administrasi, dokter puskesmas Sumberpucung28 April 2014

Tim DM Puskesmas Sumberpucung

5. Penyusunan Proposal

Menyusun proposal kegiatan yang mencakup tujuan, rencana, sasaran, dan jadwal pelaksanaan kegiatanHasil prioritas masalah sistem BPJS terhadap pasien hipertensi yang berobat di puskesmas Sumberpucung

--26 29 April 2014

Tim DM Puskesmas Sumberpucung

Evaluasi

Impact : tingginya partisipasi masyarakat dengan hipertensi yang mengikuti penyuluhanOutput : peningkatan pengetahuan peserta penyuluhan yang dievaluasi melalui peningkatan nilai post-test dibandingkan pre-testOutcome : peningkatan partisipasi pasien hipertensi terhadap sistem BPJS

BAB 7

HEALTH PROMOTION ACTION

7.1 Sosialisasi sistem rujukan JKN pada pasien DM tipe 2 dan Hipertensi peserta JKN di Puskesmas Sumberpucung

Tema

: Pokok Bahasan: Sistem JKN/BPJS pada pasien Hipertensi Waktu Kegiatan:Hari: SabtuTanggal : 22 Mei 2014

Waktu : 09.00 s.d. 12.00 WIB

Tempat : Aula Puskesmas Sumberpucung

Sasaran : Peserta non BPJS di Puskesmas Sumberpucung dengan penyakit hipertensi.Materi:1. Hipertensi dan komplikasinya2. Sistem BPJS secara umum3. Alur pendaftaran BPJS4. Mekanisme iuran BPJS5. Pemutaran video simulasi alur pendaftaran BPJSMetode

1. Pemberian materi tentang hipertensi oleh dokter muda.2. Pemberian materi mengenai sistem BPJS secara umum, mulai dari alur pendaftaran hingga sistem iuran bulanan. Pemateri berasal dari tim BPJS dan dokter muda.

3. Membentuk kelompok diskusi kecil 4. Pemutaran video simulasi tentang alur pendaftaran BPJS5. Diskusi terbuka tentang BPJS yang dipandu oleh dokter muda

Media

Laptop, Proyektor LCD, pamflet, alat tulisIndikator Keberhasilan1. Partisipasi masyarakat dengan hipertensi yang mengikuti penyuluhan

2. Peningkatan nilai post-test dibandingkan dengan pre-test3. Peningkatan jumlah penderita hipertensi yang mengikuti BPJSTabel 7.1 Jadwal Acara Penyuluhan Materi JKN

Hari/ TglJamKegiatan

Kamis, 22 Mei 201409.00 09.15Pembukaan

09.15 09.25Pre-test

09.25 10.00Materi hipertensi dan BPJS

10.00 10.30Pemutaran video

10.30 10.40Diskusi kecil dan tanya jawab

10.40 10.50Post-test

10.50 10.55Penutup

Kurangnya partisipasi ibu hamil dalam kelas ibu hamil

MANUSIA

Kelas Ibu Hamil dihentikan setelah melihat jumlah partisipan sedikit

Penduduk belum tahu adanya Kelas Ibu Hamil sehingga partisipan sedikit

MATERIAL

Penduduk malas hadir jika tidak diberi imbalan

METODE

Publikasi kurang masif

ALAT

LINGKUNGAN

Penduduk merasa pelayanan posyandu kurang maksimal

Agenda ibu hamil kadang tidak sesuai

Kurangnya partisipasi ibu hamil dalam kelas ibu hamil

MANUSIA

Kelas Ibu Hamil dihentikan setelah melihat jumlah partisipan sedikit

Penduduk belum tahu adanya Kelas Ibu Hamil sehingga partisipan sedikit

MATERIAL

Penduduk malas hadir jika tidak diberi imbalan

METODE

Publikasi kurang masif

ALAT

LINGKUNGAN

Penduduk merasa pelayanan posyandu kurang maksimal

Agenda ibu hamil kadang tidak sesuai

Kurangnya partisipasi ibu hamil dalam kelas ibu hamil

MANUSIA

Kelas Ibu Hamil dihentikan setelah melihat jumlah partisipan sedikit

Penduduk belum tahu adanya Kelas Ibu Hamil sehingga partisipan sedikit

MATERIAL

Penduduk malas hadir jika tidak diberi imbalan

METODE

Publikasi kurang masif

ALAT

LINGKUNGAN

Penduduk merasa pelayanan posyandu kurang maksimal

Agenda ibu hamil kadang tidak sesuai

Kurangnya partisipasi ibu hamil dalam kelas ibu hamil

MANUSIA

Kelas Ibu Hamil dihentikan setelah melihat jumlah partisipan sedikit

Penduduk belum tahu adanya Kelas Ibu Hamil sehingga partisipan sedikit

MATERIAL

Penduduk malas hadir jika tidak diberi imbalan

METODE

Publikasi kurang masif

ALAT

LINGKUNGAN

Penduduk merasa pelayanan posyandu kurang maksimal

Agenda ibu hamil kadang tidak sesuai