proposal biologi dewa surya fix.doc

57
I. Judul : PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH DENGAN DOSIS YANG BERBEDA PADA KERATAN BAGIAN UJUNG BATANG BAHAN SETEK TERHADAP PERTUMBUHAN AKAR TANAMAN KACA PIRING (Gardenia augusta Merr.) II. Identitas Penulis Nama : Dewa Putu Surya Dwipayana NIM : 1313041039 Jurusan : Pendidikan Biologi Fakultas : MIPA Universitas : Pendidikan Ganesha III. Latar Belakang Masalah Sejak dahulu tanaman bunga-bungaan atau tanaman hias umumnya telah dikenal oleh banyak orang, baik untuk kepentingan sehari-hari maupun untuk tujuan khusus sebagai lambang atau simbol-simbol tertentu. Berbicara tentang tanaman hias kita akan teringat dan terbawa kepada keindahan , keceriaan, serta kegembiraan. Tanaman hias banyak diburu untuk kepentingan koleksi, hiasan, hobi, ungkapan isi hati, dan sarana upacara. Akhir-akhir ini penggemar tanaman hias semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya status sosial masyaraka, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dengan 1

Transcript of proposal biologi dewa surya fix.doc

Page 1: proposal biologi dewa surya fix.doc

I. Judul : PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH DENGAN

DOSIS YANG BERBEDA PADA KERATAN BAGIAN UJUNG

BATANG BAHAN SETEK TERHADAP PERTUMBUHAN AKAR

TANAMAN KACA PIRING (Gardenia augusta Merr.)

II. Identitas Penulis

Nama : Dewa Putu Surya Dwipayana

NIM : 1313041039

Jurusan : Pendidikan Biologi

Fakultas : MIPA

Universitas : Pendidikan Ganesha

III.Latar Belakang Masalah

Sejak dahulu tanaman bunga-bungaan atau tanaman hias umumnya telah

dikenal oleh banyak orang, baik untuk kepentingan sehari-hari maupun untuk tujuan

khusus sebagai lambang atau simbol-simbol tertentu. Berbicara tentang tanaman hias

kita akan teringat dan terbawa kepada keindahan , keceriaan, serta kegembiraan.

Tanaman hias banyak diburu untuk kepentingan koleksi, hiasan, hobi, ungkapan isi

hati, dan sarana upacara.

Akhir-akhir ini penggemar tanaman hias semakin meningkat sejalan dengan

meningkatnya status sosial masyaraka, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dengan

demikian tanaman hias mempunyai prospek yang sangat baik bila dikembangkan

sebagai usaha agrobisnis. Konsumen tanaman hias tidak hanya masyarakat di dalam

negeri saja, tetapi masyarakat luar negeri pun dapat menjadi konsumen yang sangat

potensial. Oleh karena itu, tanaman hias patut dikembangkan sebagai usaha

agrobisnis untuk meningkatkan ekspor non migas seperti yang selalu dianjurkan oleh

Pemerintah (Suryowinoto).

Secara umum, perbanyakan tanaman hias, dapat dibedakan menjadi 2 macam

yaitu, perbanyakan secara generatif dan secara vegetatif. Perbanyakan biji merupakan

perbanyakan secara generatif, sedangkan untuk perbanyakan secara vegetatif

1

Page 2: proposal biologi dewa surya fix.doc

diperlukan bagi jenis tanaman yang tidak menghasilkan biji secara teratur atau tidak

sama sekali. Perbanyakan vegetatif digunakan dari bagian batang, daun, dan akar,

sehingga dari bagian tersebut akan berkembang menjadi individu baru (Arifin, 1990).

Berdasarkan perlakuan manusia, perbanyakan secara vegetatif dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. perbanyakan secara vegetatif alami, jika calon individu baru terjadi tanpa

adanya campur tangan manusia; dan

2. perbanyakan secara vegetatif buatan, jika calon individu baru terjadi

karena adanya campur tangan manusia.

Perbanyakan vegetatif buatan yang sering dilakukan saat ini adalah perbanyakan

dengan setek dan mencangkok. Kedua cara ini sudah lama dikenal oleh masyarakat

dan sudah umum dilakukan dalam perbanyakan tanaman hias (wudianto, 2003).

Desa Petiga adalah salah satu centra penghasil tanaman hias yang berada di

Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Berbagai jenis tanaman hias

dikembangbiakan di daerah ini, mulai dari tanaman yang memiliki bunga indah

seperti Lantana camara dan melati hutan (Jasminum sambac L.), sampai dengan

tanaman hias memiliki daun yang berwarna-warni seperti Andong (Cordyline

terminalis) dan macam-macam Puring (Codiaeum variegatum). Selain jenis

tanamannya yang beragam, teknik perbanyakan yang diterapkan juga sangat

bervariasi, baik yang sudah umum dilakukan oleh banyak orang maupun teknik yang

baru ditemukan sendiri di lapangan. Salah satu teknik yang sangat menarik mereka

terapkan saat ini adalah memperbanyak tanaman Kaca Piring (Gardenia augusta

Merr.) yaitu dengan cara setek yang didahului dengan mengerat cabang tanaman.

Teknik keratan yang dimaksud adalah perlukaan berupa pengelupasan kulit cabang

secara melingkar pada lokasi yang akan digunakan sebagai batas bawah setek.

Berdasarkan hasil pengamatan, petani tanaman hias di Desa Petiga telah

menempuh berbagai cara untuk memperbanyak tanaman hias. Khusus untuk tanaman

kaca piring ini, petani umumnya memperbanyak dengan cara mencangkok. Prosedur

yang dilakukan adalah dengan mengerat kulit batang secara melingkar dan dikupas 2-

3 cm serta bagian kambiumnya dibuang. Luka yang telah dibuat tersebut dibiarkan

2

Page 3: proposal biologi dewa surya fix.doc

kira-kira 3 minggu, dengan tujuan untuk mengeringkan kambiumnya agar luka yang

dibuat tersebut tidak “sembuh” atau menyatu kembali. Setelah kering dan terbentuk

benjolan (kalus) barulah luka tadi ditutup dengan menggunakan sabut kelapa yang

sudah diolah menjadi media kemudian dibungkus dengan plastik. Bila cangkokan

tersebut sudah berumur kira-kira 3 minggu,dan akar-akar telah mulai keluar

bungkusan, ini berarti cangkokan siap untuk dipotong.

Cara lain yang pernah dilakukan adalah dengan cara setek pucuk. Cara ini

sangat sederhana sekali. Cabang yang ingin dipilih disetek dan ditanam pada media

pembibitan, kemudian menunggu kira-kira 3 minggu sampai setek tersebut tumbuh

akar. Pengalaman petani menunjukan dengan cara ini diperoleh hasil sekitar 20-30

persen saja sedangkan sebagian lagi bibit mengalami kegagalan sehingga dari hasil

tersebut hasil diperoleh sangat kurang memuaskan para petani.

Berdasarkan pengalaman di atas, akhirnya mereka menemukan suatu cara

yang baru untuk memperbanyak tanaman hias, khususnya tanaman kaca piring ini,

yaitu dengan teknik keratan pada bagian ujung batang bahan setek untuk

mempercepat tumbuhnya akar. Teknik ini merupakan kombinasi antara teknik

mencangkok dengan teknik setek pucuk biasa. Caranya sangat sederhana yaitu,

cabang yang dipilih dikerat melingkar dan dikupas kira-kira 2 cm. Keratan yang telah

dibuat umumnya didiamkan kira-kira 3 minggu. Apabila sudah terlihat adanya kalus,

cabang yang dikeratan tersebut disetek dan ditanam pada media pembibitan selama

lebih kurang 25 hari. Setelah mereka mencoba melakukan teknik keratan ini, ternyata

hasil yang diperoleh jauh lebih baik dari teknik sebelumnya, baik dilihat dari segi

kualitas maupun jumlah tanaman yang dihasilkan, sehingga sampai saat sekarang

teknik ini terus diterapkan dalam memperbanyak tanaman hias kaca piring. Namun

dari temuan tersebut, para petani belum pernah mengkaji secara serius, berapa umur

keratan yang tepat bagi tanaman kaca piring agar siap untuk disetek dan ditanam pada

media pembibitan. Karena berdasarkan temuan di lapangan, sering didapati keratan

yang dibuat sudah menyatu antara bagian atas dengan bagian bawah keratan.

Pertumbuhan tunas dan akar dari stek batang kaca piring dapat dirangsang

dengan pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT), baik secara alami maupun sintetis.

3

Page 4: proposal biologi dewa surya fix.doc

Sumber hormon IAA yang alami tidak hanya dihasilkan oleh tumbuhan saja tetapi

juga dihasilkan oleh Rhizobakter. Pemakaian supernatant dari kultur Rhizobakter

yang mengandung IAA mampu memberikan efek fisiologis pada suatu tanaman.

Menurut hormon tumbuh yang dihasilkan oleh mikroorganisme Rhizobakter mampu

meningkatkan perkecambahan biji, pembentukan rambut akar serta meningkatkan

transport ion sehingga pengangkutan air oleh akar meningkat (Irwanto, 2004).

Hormon merupakan zat pengatur tumbuh, yaitu molekul organik yang dalam

jumlah sedikit dapat merangsang, menghambat, dan mengubah proses fisiologi

tumbuhan. Pemberian hormon pada bahan stek dapat mendorong pertumbuhan akar.

Terdapat 2 kelompok hormon yaitu hormon pemicu pertumbuhan (auksin, giberelin

dan sitokinin), dan hormon penghambat pertumbuhan (asam absisat, gas etilen,

hormon kalin dan asam traumalin).

Hormon yang tersedia di pasaran antara lain Root-up, Rhizattun-f, Nevelgrow,

Sungrow, Rootone F, B1, Atonik, Grow quick. Dalam Root-up 4 mengandung

senyawa aktif asam indol asetat yang merangsang pertumbuhan akar, Rhizattin-f

mengandung senyawa aktif asam indol asetat yang merangsang pertumbuhan akar,

Nevelgrow mengandung senyawa aktif kinetin yang merangsang pertumbuhan akar

dan tunas, Sungrow mengandung senyawa aktif kinetin yang merangsang

pertumbuhan akar dan tunas, Rootone F mengandung asam indol asetat yang

merangsang pertumbuhan akar, B1 mengandung senyawa asam indol asetat yang

merangsang pertumbuhan akar dan tunas, Atonik mengandung senyawa asam indol

asetat yang merangsang pertumbuhan akar dan tunas, Grow quick mengandung

senyawa asam indol asetat yang merangsang pertumbuhan akar dan tunas.

Root-up merupakan hormon tumbuh untuk merangsang tumbuhnya akar yang

merupakan gabungan dari beberapa hormon tumbuh yaitu Naftalenasetamida 0,20%,

2-metil-1-naftalen asetat 0,03%, Idol-3-butirat 0,06%, dan Thiram 4,00%, dan secara

ekonomi penggunaan Root-up hemat dan terjangkau. Rhizattun-f merupakan hormon

tumbuh untuk merangsang pertumbuhan akar, daun, bunga, bibit, umbi dan benih

tanaman yang merupakan gabungan dari beberapa hormon tumbuh yaitu indole 3

butirat acid, Naphthil acetid acid, Indole acetid acid, Thiram, Filter.

4

Page 5: proposal biologi dewa surya fix.doc

Penggunaan Root-up R0=0 ppm (control), R1=100 ppm, R2=200 ppm,

R3=300 ppm, R4=400 ppm dapat meningkatkan pertumbuhan akar tanaman jati,

jumlah akar terbanyak pada perlakuan R3 sedang jumlah akar terendah adalah R0

hasil penelitian (Azizah, 2008). Penggunaan Rhizattin-f dan Rotoone F R0=0 ppm

(control), R1=1000 ppm, R2=2000 ppm, R3=3000 5 ppm, R4=4000 ppm dapat

meningkatkan keberhasilan stek merbabu, hasil penelitian (Pujiono, 2008).

IV. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dikaji dalam

tulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) pada

keratan bagian ujung batang bahan setek terhadap pertumbuhan akar tanaman

kaca piring (Gardenia augusta Merr.) ?

2. Berapakah dosis zat pengatur tumbuh (ZPT) yang terbaik terhadap

pertumbuhan akar tanaman kaca piring (Gardenia augusta Merr.) ?

V. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam tulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) pada

keratan bagian ujung batang bahan setek terhadap pertumbuhan akar tanaman

kaca piring (Gardenia augusta Merr.).

2. Untuk mengetahui berapa dosis zat pengatur tumbuh (ZPT) yang terbaik

terhadap pertumbuhan akar tanaman kaca piring (Gardenia augusta Merr.).

VI. Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis

1) Hasil penelitian ini dapat mengungkapkan perbedaan pengaruh zat pengatur

tumbuh (ZPT) pada keratan ujung batang bahan setek terhadap pertumbuhan

akar tanaman kaca piring (Gardenia augusta Merr.).

5

Page 6: proposal biologi dewa surya fix.doc

2) Dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan dan

pengalaman praktis dalam menerapkan konsep biologi khususnya sub. Pokok

Bahasan tentang pertumbuhan.

3) Dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengadakan penelitian lebih lanjut

tentang tanaman kaca piring (Gardenia augusta Merr.).

b. Secara Praktis

1) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan melakukan

usaha untuk perbanyakan atau pengembangbiakan tanaman kaca piring

(Gardenia augusta Merr.) oleh petani tanaman hias di Desa Petiga,

Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan sengan menerapkan cara atau proses

yang lebih sederhana dari sebelumnya dan tidak memerlukan biaya, tenaga,

waktu, serta ruang yang relatif banyak.

2) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran kepada

para petani tanaman hias dalam hal penggunaan cabang sebagai setek untuk

membudidayakan tanaman kaca piring (Gardenia augusta Merr.).

VII. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian

1) Asumsi-asumsi

Sebagai landasan berpikir, maka dalam penelitian ini dikemukakan

beberapa asumsi-asumsi, antara lain :

a. setek cabang yang digunakan sebagai bibit mempunyai diameter batang dan

jumlah daun yang relatif sama;

b. genetis bibit yang digunakan dalam penelitian ini dianggap sama karena

diambil dari beberapa induk tanaman kaca piring yang ada di kebun I Made

Sutarta;

c. keadaan medium pembibitan dianggap sama yaitu berupa tanah kebun saja,

sehingga diasumsikan memberikan pengaruh yang sama terhadap objek

6

Page 7: proposal biologi dewa surya fix.doc

penelitian yang dalam hal ini adalah panjang rerata akar tanaman kaca piring

(Gardenia augusta Merr.);

d. penempatan perlakuan di dalam naungan (bedengan) dilakukan secara acak

yaitu dengan RAL, sehingga memungkinkan masing-masing sampel

penelitian mendapat kondisi yang sama;

e. air yang digunakan untuk menyiram berasal dari sumber yang sama yaitu

PAM desa, sehingga dianggap memberikaan pengaruh yang sama serta

penyiraman dilakukan dengan menggunakan bantuan spuite 25 ml;

f. faktor abiotik seperti suhu, cahaya, kelembaban udara, dan kecepatan angin

memberikan pengaruh yang sama terhadap subjek penelitian karena terdapat

pada tempat yang sama dan terlindungi;

g. umur keratan yang hendak dipakai pada tiap-tiap sampel adalah 20 hari

sebelum dipindahkan ke media pembibitan;

h. eksperimen dilakukan selama 58 hari dianggap sudah memadai ada tidaknya

perbedaan pengaruh dosis zat pengatur tumbuh (ZPT) pada keratan bagian

ujung batang bahan setek terhadap pertumbuhan akar akar tanaman kaca

piring (Gardenia augusta Merr.); dan

i. jumlah sampel dalam penelitian ini telah memenuhi syarat untuk unit analisis.

2) Keterbatasan

Selain beberapa asumsi di atas, penelitian ini hanya terbatas pada

perbedaan dosis zat pengatur tumbuh (ZPT) pada keratan bagian ujung batang

bahan setek terhadap pertumbuhan akar tanaman kaca piring. Faktor-faktor lain

yang kemungkinan berpengaruh terhadap hasil penelitian ini belum sempat

diteliti, karena keterbatasan biaya dan waktu. Penelitian ini dilakukan selama 58

hari dari pertama mengerat sampai menghitung rerata panjang akar tanaman kaca

piring. Sampel yang digunakan hanya dosis zat pengatur tumbuh (ZPT) pada

keratan bagian ujung batang bahan setek.

VIII. Tinjauan Pustaka

7

Page 8: proposal biologi dewa surya fix.doc

Tinjauan Tentang Tanaman Kaca Piring (Gardenia augusta Merr.)

Tanaman Kaca Piring (Gardenia augusta Merr.) merupakan suatu jenis

tanaman hias. Tanaman ini berasal dari Cina dan Jepang. Tanaman ini juga dikenal

dengan nama Gardenia florida L. atau Gardenia jasminoides Ellis. Gardenia augusta

Merr. Sering ditanam di pekarangan rumah-rumah, halaman perkantoran, di taman-

taman rekreasi, atau di pinggir-pinggir jalan sebagai tanaman hias. Tanaman ini

termasuk tanaman perdu tegak, tingginya 0,5-1,5 meter. Di Indonesia tanaman ini

lebih dikenal dengan nama Kaca Piring dan menjadi maskot Kota Denpasar

(Suryowinoto).

Daun penumpu (stipulae) dari setiap sepasang daun atau 3 daun tumbuh

bersatu menjadi selaput buluh yang membungkus cabangnya (stipulae

interpetiolaris), terbelah menyerupai upih, tinggi 7-15 mm. Duduk daun (sesillis)

berhadapan atau berkarang tiga-tiga, bertangkai pendek. Helai daun berbentuk

lonjong-bulat telur (oblongus), bulat telur berbalik atau lanset memanjang

(lanceolatus). Bunga terminal, tunggal, bertangkai pendek, berbau harum. Tabung

kelopak bunga kecil dan pendek, berusuk, tepi hingga pangkal terbagi menjadi 6 taju

yang panjang, berbentuk garis lanset. Mahkota bunga berbentuk terompet, tabung

yang silindris berwarna kehijau-hijauan, bagian leher bunga berambut (Suryowinoto,

1997), seperti yang nampak pada gambar berikut.

8

Page 9: proposal biologi dewa surya fix.doc

Gambar 01. Morfologi Tanaman Kaca Piring (Gardenia augusta Merr.)

Keterangan gambar :

A = Daun

B = Korola

C = Petal Berlekatan

D = Sepal

E = Cabang

Perbanyakan tanaman ini bisa dilakukan dengan cara setek batang atau

pencangkokan. Dengan cara setek batang biasanya dengan menggunakan hormon

pertumbuhan. Sekarang banyak orang lebih memilih cara setek, karena prosesnya

sangat mudah serta jumlah bibit yang diperoleh pun sangat banyak. Sedangkan

dengan mencangkok harus dipilih cabang yang terbaik, tidak terlalu muda atau tidak

terlalu tua. Beberapa lama setelah dilakukan pencangkokan, disekitar tempat

pencangkokan akan keluar akar-akarnya. Bila akar-akar tersebut diperkirakan sudah

dapat hidup untuk ditanam, maka bibit cangkokan ini sudah bisa dipotong dan

ditanam di tempat yang telah disediakan untuk penanaman. Memperbanyak tanaman

dengan cara mencangkok akan lebih berhasil dibandingkan dengan menyetek, akan

tetapi dalam mencangkok dibutuhkan keterampilan khusus agar hasil yang diperoleh

sesuai dengan harapan. Selain itu, waktu yang diperlukan cara ini lebih lama dan

caranya lebih rumit dibandingkan dengan menyetek sehingga kita harus mencurahkan

perhatian yang serius dengan kesabaran dan ketelitian (Wudianto, 2003).

9

Page 10: proposal biologi dewa surya fix.doc

Jika ditinjau dari segi taksonominya, menurut Jones dan Luchsinger (1987)

tanaman Kaca Piring (Gardenia augusta Merr.) termasuk dalam :

Regnum : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Classis : Magnoliopsida

Ordo : Rubiales

Familia : Rubiaceae

Genus : Gardenia

Spesies : Gardenia augusta Merr.

Kaca Piring dapat tumbuh dengan baik di tempat yang terbuka dan terkena

sinar matahari secara langsung atau di tempat yang sedikit terlindung, baik di datarn

tinggi maupun di dataran rendah, yakni dengan ketinggian 1-1.000 meter di atas

permukaan laut. Kaca piring tidak memerlukan perawatan yang khusus, karena

tanaman ini sangat menyukai sinar matahari, maka sangat cocok bila ditanam di

tempat yang terbuka dan terkena sinar matahari secara langsung. Bila ditanam di

tempat yang agak sedikit terlindung pun masih dapat hidup dan berbunga, tetapi

hasilnya tidak sebaik di tempat yang terbuka. Untuk mendapatkan pertumbuhan

seperti apa yang kita inginkan, maka media tanam atau lahan yang digunakan untuk

tanaman perlu diusahakan sebaik mungkin. Tanah yang dimaksud adalah tanah yang

subur, gembur, dan drainase diatur dengan baik.

Penyiraman serta pemupukan harus dilakukan secara teratur sesuai dengan

kebutuhan tanaman. Pada saat tanaman sedang dalam fase pertumbuhan, perlu

dipupuk dengan pupuk yang mengandung unsur nitrogen yang tinggi. Sedangkan

pada saat tanaman akan mulai berbunga, untuk merangsang perbungaan, perlu

dipupuk dengan pupuk yang mengandung fosfor tinggi. Pemupukan bisa dilakukan

dengan pupuk kandang atau dengan pupuk buatan.

Dengan perawatan, penyiraman, dan pemupukan yang sesuai dengan kondisi

serta kebutuhan tanaman, maka secara fisiologis pertumbuhannya akan lebih baik,

tidak mudah diserang penyakit (hama) dan akan berbunga secara terus-menerus.

10

Page 11: proposal biologi dewa surya fix.doc

Tinjauan Umum Tentang Setek Batang

Setek adalah suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari

tanaman (akar, batang, dan daun) dengan tujuan agar bagian-bagian itu mampu

membentuk akar (Wudianto, 2003). Berdasarkan hal tersebut ada beberapa macam

setek diantaranya ; setek akar, setek mata (tunas), setek daun, setek ujung, dan seteek

umbi. Perbanyakan dengan setek sudah dikenal oleh semua orang, apalagi bagi para

pemulia tanaman hias. Selain itu, perbanyakan secara setek banyak dipilih orang.

Alasannya, karena bahan untuk membuat setek ini hanya sedikit, tetapi dapat

diperoleh jumlah bibit tanaman dalam jumlah yang banyak. Tanaman yang dihasilkan

dari setek biasanya mempunyai persamaan dalam umur, ukuran tinggi, ketahanan

terhadap penyakit serta diperoleh tanaman yang sempurna yaitu tanaman telah

mempunyai akar, batang, dan daun dalam waktu yang relatif singkat. Alasan lain

kenapa seetek ini banyak dipilih orang karena caranya sangat sederhana, tidak

memerlukan teknik yang rumit sehingga bisa dilakukan oleh siapa saja.

Sebagian orang menyebut setek cabang dengan setek kayu, karena umumnya

tanaman yang dikembangbiakkan dengan setek cabang adalah tanaman yang berkayu.

Setek cabang meliputi setek cabang yang telah tua dan setek cabang cabang setengah

tua. Pada umumnya tanaman hias dikembangbiakkan dengan setek cabang yang

setengah tua seperti : angsoka, Lantana camara, melati dan mawar. Tetapi ada juga

tanaman hias yang dikembangbiakkan dengan setek cabang yang sudah tua, seperti

puring dan kembang sepatu (Wudianto, 2003).

a. Memilih cabang

Cabang yang kita pilih untuk setek biasanya yang mempunyai unsur kurang

lebih satu tahun. Cabang yang terlalu tua tentunya tidak baik digunakan untuk setek.

Alasannya, karena cabang yang terlalu tua sangat sulit untuk membentuk akar,

sehingga memerlukan waktu lama untuk membentuk akar. Sedangkan cabang yang

terlalu muda (biasanya dengan tekstur yang lunak), proses penguapannya sangat cepat

sehingga setek menjadi sangat lemah dan akhirnya mati.

Selain umur, dalam pemilihan cabang ada hal penting yang juga perlu

diperhatikan dan tidak boleh luput dari pengamatan kita yaitu ada tidaknya penyakit

11

Page 12: proposal biologi dewa surya fix.doc

pada cabang yang akan dijadikan setek seperti cendawan tidak boleh luput dari

pengamatan kita, agar hasilnya tidak mengecewakan. Apabila cabang yang akan

disetek tersebut ada penyakitnya maka ada dua kemungkinan untuk kelanjutan

hidupnya yaitu mati atau hidup dengan tetap membawa penyakit tersebut. Demikian

juga halnya dengan adanya hama pada tanaman, misalnya kutu atau tungau kecil

(Wudianto, 2003).

b. Perlakuan ekstra

Setelah cabang yang dikehendaki ditemukan, kita dapat membuat perlakuan

ekstra untuk merangsang pertumbuhan akar. Pada prinsipnya perlakuan eksstra ini

adalah untuk menghilangkan klorofil pada bagian cabang dan menggantikannya

dengan zat tumbuh atau auksin. Oleh sebab itu, dengan adanya zat pengatur tumbuh

buatan, perlakuan ini tidak perlu dilakukan.

Melukai batang

Pada cabang yang sudah dipilih kita buat keratan melingkar dan membuang

kulitnya. Letak keratan ini kira-kira di bagian batang yang nantinya dipotong. Jadi

kira-kira 30-40 cm di bawah ujung setek. Lebar keratan 1 - 2,5 cm. Beberapa bulan

kemudian di atas luka keratan akan terjadi benjolan dan bahkan pada tanaman

tertentu akan ditumbuhi akar (misalnya puring). Adanya benjolan tersebut merupakan

suatu pertanda terjadinya penumpukan bahan makanan dan auksin. Pada saat

dilakukan pengeratan, jaringan floem yang terdapat pada kulit batang juga ikut

terbuang.

Kita ketahui bahwa fungsi dari jaringan floem adalah mengangkut zat-zat

hasil fotosintesis dari daun menuju ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Zat-zat

tersebut berupa karbohidrat, zat pembentuk akar (rizokalin) dan auksin sebagai zat

pengatur pertumbuhan yang bersal dari daun tidak dapat diedarkan mengalir ke

bagian bawah keratan. Maka dengan adanya zat-zat pertumbuhan akan merangsang

tumbuhnya akar pada kalus tersebut (Wudianto, 2003).

Mengeringkan keratan

Waktu yang diperlukan untuk mengeringkan adalah sangat tergantung pada

jenis tanamannya. Untuk tanaman yang tidak bergetah hanya memerlukan waktu 2-4

12

Page 13: proposal biologi dewa surya fix.doc

hari, sedangkan untuk tanaman yang bergetah biasanya memerlukan waktu yang lebih

lama, sampai getahnya besar-besar tuntas (tidak keluar lagi). Karena bila getahnya

belum tuntas dan keratan langsung dibungkus dengan media, dikhawatirkan keratan

akan diserang oleh cendawan atau bakteri. Waktu yang diperlukan untuk jenis

tanaman ini adalah 2-3 minggu. Contoh tanaman hias yang bergetah adalah semua

jenis puring dan sawo (Wudianto, 2003).

c. Pengambilan setek

Pengambilan setek atau sering disebut pemotongan setek ini dapat

menggunakan pisau yang tajam, dengan demikian akan dihasilkan permukaan

potongan yang halus. Permukaan potongan yang kasar sangat sulit untuk membentuk

kalus, padahal kalus sangat berguna untuk menutupi luka serta mempercepat

tumbuhnya akar setek.

Teknik untuk pengambilan setek penting untuk diketahui, misalnya

banyaknya tunas dalam setek tersebut. Untuk setek yang panjangnya 20-30 cm paling

tidak memiliki 3-5 mata tunas. Bahan untuk setek ini biasanya cabang bagian tengah

dan pangkal saja. Pemotongan di bagian pangkal lebih kurang 3 mm di bawah mata

tunas yang paling atas. Bila terlalu jauh dengan mata tunas maka kayu di bawah

maupun di atas mata tunas akan membusuk dan kering. Bagian yang mengering ini

akan membuat mata tunas mengering dan akhirnya mati (Wudianto, 2003).

Peranan daun pada setek ini juga cukup besar, karena daun juga melakukan

proses asimilasi dan hasil dari asimilasi tentu dapat mempercepat pertumbuhan akar.

Tetapi jumlah daun yang terlalu banyak justru akan menghambat pertumbuhan akar

setek, karena daun juga mengalami proses penguapan yang cukup besar. Maka dari

itu, daun pada setek yang disisakan cukup satu atau dua lembar saja atau lebih

amannya hilangkan sama sekali. Jadi proses penguapan bisa dihindarkan seminimal

mungkin.

d. Menyemaikan setek

Setelah keratan berusia 20 hari, setek sudah siap untuk disemaikan. Dalam

usaha menyemaikan setek kita bisa melakukannya dengan dua cara. Cara pertama

disemaikan dalam suatu wadah, sedangkan cara kedua dengan disemaikan pada

13

Page 14: proposal biologi dewa surya fix.doc

bedengan. Cara pertama kita pilih bila bahan setek yang akan disemaikan dalam

jumlah sedikit, dan cara ini tentunya sangat cocok dilakukan oleh pengusaha kecil-

kecilan atau kalangan rumah tangga. Sedangkan untuk tanaman hias, pengebun buah-

buahan dan juga perkebunan besar-besaran, biasanya menyemaikan setek batang pada

bedengan-bedengan yang dibuat secara khusus sebagai tempat menyemaikan setek.

Menyiapkan wadah

Dipilih cara penyemaian dengan menggunakan wadah karena jumlah setek

tidak banyak dan tanah untuk membuat bedengan tidak tersedia. Wadah yang

digunakan bisa berupa kotak kayu, pot, keranjang, polybag atau kantung plastik.

Setiap wadah hendaknya dilubangi pada bagian bawahnya agar air yang berlebihan

pada saat menyiram atau pada musim hujan dapat mengalir keluar, sehingga bagian

pangkal setek tidak busuk.

Menyiapkan media tanam

Media tanam atau tanah merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya

sistem perakaran tanaman. Sebagian besar unsur hara mineral dan bahan organik

yang dibutuhkan tanaman diambil dari tanah. Karena itu, tanah yang baik harus

mempunyai bahan organik yang tinggi, drainase dan aerasinya bagus, dan

mengandung unsur hara mineral yang dibutuhkan oleh tanaman.

Bahan organik berfungsi memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah mampu

mengikat dan mempergunakan pupuk kimia yang diberikan. Akibat aktivitas yang

dilakukan manusia umumnya dapat membuat tanah menjadi memadat sehingga

jumlah pori-porinya berkurang. Usaha untuk memperbaikinya dapat dilakukan

dengan penggemburan dan pemberian bahan organik. Penggemburan dan pemberian

bahan organik akan membuat struktur tanah menjadi lebih gembur dan remah.

Drainase dan aerasi yang bagus mencerminkan kondisi kandungan jumlah

kadar air dan udara yang seimbang dalam tanah tersebut. Kandungan air yang

berlebih dapat menyebabkan tanaman kekurangan air. Kedua unsure tersebut harus

berada dalam jumlah yang proporsional agar tanaman tidak mengalami ganguan

proses fotosintesisnya.

14

Page 15: proposal biologi dewa surya fix.doc

Selain menggunakan tanah, media tanam dapat menggunakan bahan-bahan

lain selain tanah, misalnya sekam, batu kerikil, puing-puing dan bahan lainnya.

Penanaman dengan menggunakan media tanam tanpa tanah disebut dengan system

hidroponik. Pada sistem hidroponik unsur hara mineral yang dibutuhkan tanaman

disediakan dan diberikan dalam bentuk larutan yang harus diberikan secara teratur

dan periodik. Apabila akan menggunakan tanah sebagai media tanam, kandungan

partikel-partikel pembentuk tanah terdiri dari pasir, debu dan liat. Persentase ketiga

unsur pembentuk tanah tersebut menentukan klasifikasi struktur tanah. Pasir sulit

menahan air dan unsur hara mineral, tetapi memiliki aerasi dan drainase yang baik.

Sedangkan liat mampu menahan air dan unsur hara mineral dalam jumlah yang besar,

tetapi memiliki aerasi dan drainase yang buruk. Komposisi yang seimbang ketiga

partikel pembentuk tanah akan menentukan kualitas tanah. Untuk pertumbuhan

tanaman yang baik, tekstur tanah yang berukuran medium seperti lempung atau

lempung berpasir adalah paling ideal. Media tanam yang baik dapat dibuat dengan

menggunakan campuran pasir, liat, dan bahan organik. Bahan organik yang dapat

dipilih dapat menggunakan pupuk kandang, bokashi, atau kompos hijau. Komposisi

ideal ketiga bahan campuran tersebut adalah 1 : 1 : 1 (Endah, 2002).

Menyemaikan setek

Untuk mendapatkan pertumbuhan akar yang baik pada setek, bisa dibantu

dengan zat pengatur tumbuh. Salah satu contoh zat pengatur tumbuh adalah Rootone

F yang berbentuk tepung. Cara pemakaiannya yaitu dengan membasahi terlebih

dahulu pangkal setek dengan air lebih kurang 2 cm, lalu dicelupkan ke dalam zat

pengatur tumbuh. Kelebihan zat pengatur tumbuh yang menempel pada pangkal setek

dapat dibersihkan dengan cara mengetuk-ngetukan bahan setek. Cara yang lain adalah

zat pengatur tumbuh Rootone F dicampur dengan sedikit air hingga berbentuk pasta.

Pangkal setek lalu kita tancapkan ke dalam pasta. Kadang-kadang sebelum

ditancapkan pada media, setek dicuci dahulu agar kelebihan zat pengatur tumbuh bisa

terbuang (Wudianto, 2003).

Sebaiknya pangkal setek yang telah diberi zat pengatur tumbuh langsung bisa

disemaikan di pot atau bedengan dengan jarak tanam 10 x 5 cm. Jika setek yang kita

15

Page 16: proposal biologi dewa surya fix.doc

semaikan berisi daun, maka helaian daunnya ini terletak di bagian atas, sehingga

berfungsi melindungi setek dari gangguan yang tidak diinginkan, misalnya ujung

setek tidak langsung tertimpa sinar matahari benturan air pada saat melakukan

penyiraman.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman

Tumbuh merupakan salah satu ciri yang dimiliki oleh makhluk hidup. Di

dalam pertumbuhan tersebut, makhluk hidup memerlukan kondisi yang sesuai

(adaptable) ddengan lingkungannya. Pertumbuhan tanaman ditunjukkan oleh

pertumbuhan ukuran dan berat yang tidak dapat balik yang dicerminkan oleh

pertambahan protoplasma. Penambahan protoplasma terjadi karena bertambahnya

ukuran dan jumlah sel. Secara umum pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh oleh

dua faktor utama, yaitu faktor dalam dan faktor luar (Sulantara, 2006).

1) Faktor Dalam

Faktor dalam yang dimaksud adalah bahan-bahan kimia yang dihasilkan oleh

tumbuhan itu sendiri. Bahan-bahan kimia itu disebut dengan hormone. Hormon

merupakan senyawa organik yang mampu bekerja dengan jumlah yang sedikit tetapi

mempengaruhi pertumbuhan dan proses fisiologinya (Subrata, 1989).Hormon yang

terdapat pada tumbuhan disebut dengan fitohormon yang sampai saat ini telah

diketahui antara lain Giberilin, Auksin (IAA), Asam Traumalin, dan Vitamin. Zat-zat

penumbuh tersebut berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar, perkembangan

tunas, pembentukan buah, memperlambat gugurnya daun dan buah, serta

menggiatkan cambium untuk membentuk sel-sel baru (Dwijoseputro, 1985).

Salah satu hormon yang banyak diteliti adalah auksin. Auksin berpengaruh

terhadap pertumbuhan dan merangsang pembelahan sel. Hormon ini hampir

ditemukan di seluruh bagian tumbuhan, terutama pada pucuk batang. Berdasarkan hal

tersebut hormon ini diperkirakan diproduksi pada pucuk batang dan kemudian

diangkut ke seluruh bagian tumbuhan melalui gerakan yang disebut basipetal tanpa

menghiraukan dasar tersebut berada pada posisi normal atau terbalik. Pergerakan

16

Page 17: proposal biologi dewa surya fix.doc

auksin itu lambat, hanya 1 cm per jam di akar dan batang serta memerlukan energi

metabolisme (Salisbury, 1995).

2) Faktor Luar

Beberapa faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman antara lain

cahaya, suhu, udara, air, dan tanah. Cahaya menyediakan energi untuk fotosintesis

sehingga berpengaruh terhadap berbagai respon tumbuhan, seperti perkecambahan,

pembentukan klorofil, umbi, dan perbungaan. Setiap kelompok tumbuhan memiliki

respon yang berbeda terhadap cahaya. Salah satu diantaranya adalah perbedaan

respon fotosintesis terhadap naik turunnya intensitas cahaya. Fotosintesis meningkat

dengan naiknya kekuatan cahaya sampai suatu kekuatan yang berkisar antara 1/10

sampai 1/3 dari kekuatan cahaya matahari penuh (Heddy, 1987). Tumbuhan dengan

kapasitas fotosintesis rendah mencapai laju maksimum fotosintesis pada intensitas

cahaya yang relatif rendah, jauh di bawah cahaya penuh. Di pihak lain, laju

fotosintesis jenis tumbuhan kapasitas tinggi meningkat dengan naiknya intensitas

cahaya (Heddy, 1987). Tanaman kaca piring dalam hal ini memerlukan penyinaran

penuh, berarti tanaman ini kapasitas fotosintesis tinggi. Cahaya tidaklah berpengaruh

secara langsung terhadap pertumbuhan tanaman, tetapi penting untuk fotosintesis.

Selain itu, cahaya juga mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata yang

berkaitan dengan proses transpirasi, sehingga transpirasi yang meningkat akan

meningkatkan pengangkutan mineral melalui aliran masa (Sarna, 1998).

Suhu mempengaruhi proses-proses biologi dan kimiawi yang berlangsung

dalam tanaman. Masing-masing spesies tanaman memerlukan suhu yang berbeda-

beda. Ada 3 titik kardinal yang diperlukan oleh tanaman untuk dapat bertahan hidup

dan tumbuh, yaitu suhu maksimum, suhu optimum, dan suhu minimum. Kecepatan

reaksi dipengaruhi suhu. Makin tinggi suhu, reaksi berlangsung makin cepat dan

kecepatannya berkurang setelah melewati keadaan optimum. Rentangan suhu yang

menyokong pertumbuhan tanaman biasanya antara 5 sampai 35oC (Subrata, 1989).

Udara berfungsi menyediakan oksigen dan karbohidrat. Menurut Warbur

(1920) dalam Heddy (1987), menyatakan bahawa fotosintesis yang terjadi pada

tanaman Chlorela terhambat apabila nilai O2 (25%) dapat menghambat proses

17

Page 18: proposal biologi dewa surya fix.doc

fotosintesis kira-kira 30-40%. Dalam hal ini tidak semua reaksi fotosintesis

terhambat, tetapi hasil produksi terakhir menjadi kecil. Konsentrasi CO2 mempunyai

pengaruh yang sangat nyata terhadap proses fotosintesis. Atmosfer mengandung

0,03% CO2 dan laju fotosintesis dapat ditingkatkan sampai beberapa kali lipat dengan

meningkatkan konsentrasi CO2 , hal ini hanya mungkin dapat dilakukan pada kondisi

yang terbatas, seperti pada rumah kaca dan laboratorium, tetapi tidak di lading atau

hutan (Heddy, 1987: 43). Tanaman kaca piring termasuk tumbuhan tingkat tinggi

yang memerlukan konsentrasi CO2 di udara yang tinggi pula.

Air merupakan bagian terbesar dari jaringan tumbuh-tumbuhan. Semua proses

tumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi dan terjadi di dalam air. Unsur-

unsur hara dari tanah yang diperlukan tanaman harus terlebih dahulu terlarut dalam

air sebelum diserap oleh akar yang seterusnya diangkut ke semua bagian tanaman.

Air diperlukan dalam proses asimilasi, respirasi, dan diperlukan sebagai pengatur

suhu (Heddy, 1987: 23-24). Secara rinci air merupakan penyusun utama protoplasma,

menjadi pelarut dan alat transportasi berbagai zat hara, menjadi medium dan bahan

dasar berlangsungnya reaksi biokimia, sebagai sistem hidrolik (turgor pada dinding

sel), sebagai buffer, dan alat gerak (nasti) (Sarna, 1998:7).

Tanah berfungsi sebagai tempat melekatnya akar tanaman, memberikan

kelembaban (sumber air), sebagai sumber unsur hara, dan sebagai pendukung

mekanik. Tanah merupakan komponen lingkungan yang dapat dimanipulasi untuk

mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Pertumbuhan Akar pada setek Batang

Pertumbuhan akar pada setek batang diawali dengan pembentukan kalus

sebagai hasil dari pembelahan kambium. Kalus merupakan hasil perubahan sel-sel

yang berbeda pada daerah kambium vasikuler. Dalam kalus terdapat titik-titik tumbuh

akat yang nantinya menjadi akar. Menurut Hartman dan Kester (1975), yang dikutip

oleh Abidin (1985), ada tiga tahapan yang dilalui selama pembentukan akar pada

setek yaitu :

1. adanya diferensiasi sel yang diikuti oleh migrasi sel-sel meristem;

18

Page 19: proposal biologi dewa surya fix.doc

2. diferensiasi kelompok sel untuk membentuk primordial akar; dan

3. menumbuhkan akar-akar baru.

Kalus akan terbentuk jika kondisi menguntungkan, seperti tersedianya hormon

dan zat makanan. Makin cepat pembentuk kalus, makin cepat pula terbentuknya akar.

Jadi terbentuknya kalus merupakan petunjuk daya tumbuh baru atau regenerasi

tumbuhan. Regenerasi menujukan kecenderungan organisme yang sedang

berkembang memulihkan atau memperbaharui bagian-bagiannya yang hilang atau

dipisahkan secara fisiologi. Pada hakikatnya perkembangan yang normal pada suatu

jenis tumbuhan menunjukan keadaan yang seimbang. Adanya keratan pada tumbuhan

sebagai suatu rangsangan luka, merupakan suatu gangguan terhadap keseimbangan

tersebut. Dengan adanya peristiwa ini akan mendorong timbulnya mekanisme kontrol

untuk mengembalikan keseimbangan tersebut, sehingga kembali terbentuk tumbuhan

yang lengkap dan utuh (Widyastana, 2004).

Pertumbuhan Akar pada setek Batang

Zat pengatur tumbuh tanaman sering disebut zat tumbuh atau hormone/

Penggunaan zat tumbuh di negara yang maju sudah merupakan pekerjaan rutin,

sebagaimana halnya dengan penggunaan pupuk, insektisida dan fungisida.

Pengetahuan dasar tentang zat tumbuh ini diperlukan agar zat ini efektif dan

menguntungkan, karena pengaruh zat tumbuh tergantung cara pemakaiannya. Pada

kadar rendah zat tumbuh akan mendorong pertumbuhan, sedangkan pada kadar

terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan, meracuni bahkan mamatikan tanaman.

Pemberian zat tumbuh yang sesuai merupakan salah satu alternatif teknologi baru

yang dapat memperbaiki proses biologis tanaman (Kusumo,1990)

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dikendalikan oleh substansi kimia

yang konsentrasinya sangat rendah yang digunakan untuk mengendalikan

sekelompok proses fisiologis dalam produksi tanaman budidaya, termasuk

pembungaan dan pembuahan, pembagian hasil asimilasi, dan perkecambahan.

Perangsang tumbuh sintetik dalam campuran yang tepat, merangsang kalus

(pembentukan massa sel yang tidak terdeferensiasi).

19

Page 20: proposal biologi dewa surya fix.doc

A. Definisi zat pengatur tumbuh

1. Zat pengatur tumbuh tanaman yaitu substansi (bahan) organik (selain

vitamin dan unsur mikro) yang dalam jumlah sedikit, merangsang,

menghambat atau sebaliknya mengubah proses fisiologis (franklin

dkk,1991).

2. Zat pengatur tumbuh (regulator) adalah zat pengatur yang

mempengaruhi pertumbuhan yang mempunyai batasan yang luas

termasuk suma zat yang mempengaruhi proses fisiologi tanaman, baik

senyawa asli maupun senyawa kimia buatan (Danoesastro, 1976)

3. Zat pengatur tumbuh (hormon) adalah molekul – molekul yang

kegiatannya menagtur reaksi –reaksi metabolik penting. Zat tumbuh

mencangkup hormon tumbuhan (alami) dan senyawa- senyawa buatan

yang dapat mengubah tumbuh dan perkembangan tumbuhan

(Suwasono, 1986).

B. Faktor-faktor yang menentukan penggunaan zat pengatur tumbuh

1. Cara pemberian

a. Cara pemberian dengan metode pasta, pasta lanolin untuk

melarutkan homon, pasta ini bila diberikan pada pangkal setek

dapat melekat, tidak kering, dan dapat mempertahankan kadar

hormon yang diberikan.

b. Cara pemberian dalam larutan pekat dalam alkohol 50%, biasanya

kepekatan sekitar 0,1%

c. Cara pemberian tepung, dengan menyentuhkan pangkal setek pada

tepung yang mengandung hormon dengan kadar 0,02-0,1%.

d. Cara pemberian dengan penyemprotan dengan larutan hormon

encer.

2. Konsentrasi

Umumnya konsentrasi yang digunakn antara 10.000 ppm – 20.000

ppm. Zat tumbuh efektif pada jumlah tertentu, konsentrasi terlalu

tinggi dapat menghambat pertumbuhan, dimana pembelahan sel dan

20

Page 21: proposal biologi dewa surya fix.doc

kalus akan berlebihan dan mencegah tumbuhnya tunas dan akar.

Sedangkan konsentrasi dibawah optimum tidak efektif.

3. Waktu pemberian

Salah satu penghambat falam penggunaan zat pengatur tumbuh adalah

waktu pemberian yang tepat bagi masing – masing tanaman. Zat

pengatur tumbuh dengan konsentrasi yang tinggi diberikan dari luar

tanaman selama masa pertumbuhan dan pembuangannya aka

menghambat pembungaan da menurunnya produksi.

IX. Kerangka Berpikir

Tanaman Kaca Piring (Gardenia augusta Merr.) merupakan salah satu

tanaman hias yang memiliki bunga yang sangat indah dan menarik. Akhir-akhir ini

penggemar tanaman kaca piring semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya

status sosial masyarakat, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal inilah yang

menyebabkan petani tanaman hias di Desa Petiga, Marga tertarik untuk

mengembangbiakannya, tetapi petani sering kecewa dengan jumlah dan kualitas

tanaman yang diperoleh sering tidak sesuai dengan harapan. Salah satu penyebabnya

adalah sulitnya mendapatkan bibit tanaman kaca piring karena induk yang dimiliki

petani jumlahnya sedikit.

Secara umum tanaman kaca piring dapat dikembangbiakan dengan dua cara

yaitu secara vegetatif dan generatif. Perkembangbiakan vegetatif dapat dilakukan

dengan cara mencangkok dan setek. Perkembangbiakan secara generatif dapat

dilakukan dengan biji. Dari ketiga cara perbanyakan tersebut masing-masing

memiliki kelebihan dan kelemahan. Mencangkok memerlukan keterampilan khusus,

caranya agak rumit, membutuhkan waktu yang lama dalam pengembangbiakan, tetapi

keberhasilan hidup tanaman tinggi. Setek caranya mudah, tidak memerlukan

keterampilan khusus, waktu perkembangbiakannya yang singkat, tetapi keberhasilan

hidup rendah. Perbanyakan dengan biji memiliki cara mudah, tidak memerlukan

keterampilan khusus, tetapi berdasarkan pengamatan penulis secara faktual empiris di

lapangan, untuk tanaman kaca piring belum pernah dikembangkan dengan

menggunakan biji karena biji sangat sulit diperoleh.

21

Page 22: proposal biologi dewa surya fix.doc

Melihat dari permasalahan di atas, maka muncullah pemikiran bagaimana

mengembangbiakan tanaman kaca piring dengan cepat (cepat tumbuh akar),

keberhasilan hidup tinggi dan caranya tidak rumit yaitu dengan membuat kombinasi

antara cangkok dan setek. Dalam mencangkok, batang dikerat dan kambium

dihilangkan. Hal itu dilakukan dengan tujuan agar jaringan floem dan kambium

bagian atas dan bawah keratan putus. Berdasarkan hal tersebut muncul suatu gagasan

untuk memberikan perlakuan ekstra pada setek yaitu dengan melakukan keratan.

Keratan ini meniru prinsip dari mencangkok, yaitu berusaha memutuskan jaringan

floem dan kambium bagian atas dan bawah agar nantinya akar dapat tumbuh dengan

cepat di bagian atas keratan. Setelah dicoba melakukan teknik keratan ini, ternyata

hasil yang diperoleh jauh lebih baik dari teknik sebelumnya, baik dilihat dari segi

kualitas maupun jumlah tanaman yang dihasilkan. Namun dari temuan tersebut, para

petani belum pernah mengkaji secara serius mengenai berapa dosis zat pengatur

tumbuh (ZPT) pada keratan tanaman kaca piring ini siap untuk disetek dan ditanam

pada media pembibitan. Karena berdasarkan temuan di lapangan, sering didapati

keratan yang dibuat sudah sembuh atau menyatu antara bagian atas dengan bawah

keratin. Kerangka berpikir di atas dapat dibuat dalam bentuk diagram alir sebagai

berikut.

22

Tanaman Kaca Piring

Perkembangbiakan Vegetatif Perkembangbiakan Generatif

Page 23: proposal biologi dewa surya fix.doc

X. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis alternatif (H1) yang

disusun dalam penelitian ini adalah “Ada perbedaan pengaruh berbagai dosis zat

pengatur tumbuh - Rhizattun-f (0 ppm, 150 ppm, 250 ppm, 350 ppm dan 450 ppm)

23

Cangkok Setek Biji

Memerlukan keterampilan khusus, cara agak rumit, membutuhkan waktu yang lama dalam pengembangbiakan, keberhasilan hidup tinggi

Cara mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus, waktu yang singkat, keberhasilan hidup rendah

Waktu untuk memperoleh biji sangat lama sehingga waktu pengembangbiakan menjadi lama

Pengembangbiakan tanaman cepat (cepat tumbuh akar)Keberhasilan hidup tinggi dan cara yang tidak rumit

Perlakuan ekstra pada bahan setek

Memberikan beberapa dosis ZPT berbeda pada keratan bagian ujung batang bahan setek

tanaman kaca piring (Gardenia augusta Merr.)

Page 24: proposal biologi dewa surya fix.doc

pada keratan terhadap pertumbuhan akar tanaman kaca piring (Gardenia augusta

Merr.)”. Hipotesis tersebut akan dibuktikan dengan melakukan eksperimen.

XI. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental sungguhan yaitu sampel

yang digunakan dapat memberi kualitas yang sama (Bawa, 2003). Pada penelitian ini

digunakan lima kelompok sampel setek Kaca Piring (Gardenia augusta Merr.),

dimana setiap kelompok terdiri dari 16 sampel yang merupakan variasi pemberian

dosis zat pengatur tumbuh yaitu 0 ppm, 150 ppm, 250 ppm, 350 ppm dan 450 ppm.

2. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini desain yang penulis gunakan adalah desain penelitian

eksperimental sungguhan dengan pola “The Post-test Only Control Group Design”

dengan bagan sebagai berikut.

(Bawa, 2003)

Keterangan :

X = Variasi dosis zat pengatur tumbuh utuk keratan pada cabang tanaman kaca

piring yang akan disetek; tanpa X menunjukan tidak dilakukannya keratan

pada cabang tanaman kaca piring

O1 = Panjang akar setek tanaman kaca piring pada kelompok eksperimen

O2 = Panjang akar setek tanaman kaca piring pada kelompok kontrol

R = Randomisasi setek tanaman kaca piring

3. Variabel Penelitian

Variabel yang telibat dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas

24

R X O1

R O2

Page 25: proposal biologi dewa surya fix.doc

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian dosis zat pengatur

tumbuh pada keratan yang dapat dimanipulasi. Dalam hal ini, diatur dengan takaran

0 ppm (perlakuan A), 150 ppm (perlakuan B), 250 ppm (perlakuan C), 350 ppm

(perlakuan D) dan 450 ppm (perlakuan E)

2. Variabel Terikat

Variabel terikat yang diamati adalah rerata panjang akar tanaman kaca piring

(Gardenia augusta Merr.). Berat basah akar dan jumlah akar digunakan sebagai data

pendukung.

4. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penellitian ini adalah tanaman kaca piring yang ada di kebun I

Made Sunarta, di Desa Petiga, Kec. Marga, Kab. Tabanan.

2. Sampel

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 80

batang setek tanaman kaca piring yang dibagi menjadi lima kelompok perlakuan.

Perlakuan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

Enam (16) cabang yang dikerat dengan diberi ZPT Rhizattun-f 0 ppm

Enam (16) cabang yang dikerat dengan diberi ZPT Rhizattun-f 150 ppm

Enam (16) cabang yang dikerat dengan diberi ZPT Rhizattun-f 250 ppm

Enam (16) cabang yang dikerat dengan diberi ZPT Rhizattun-f 350 ppm

Enam (16) cabang yang dikerat dengan diberi ZPT Rhizattun-f 450 ppm

Penelitian ini menggunakan RAL, ulangan setiap perlakuan mengacu pada rumus (t-

1) (r-1) > 20, dengan t (treatment) adalah perlakuan dan r (replication) adalah

pengulangan (Sugandi, 1998: 8). Dalam percobaan ini pengulangan dilakukan

sebanyak 16 kali, sehingga rumus (t-1) (r-1) > 20 terpenuhi.

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

Teknik Sampel Random yaitu dengan cara undian. Adapun cara-cara dalam

pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

25

Page 26: proposal biologi dewa surya fix.doc

1. Membuat nomor 1 sampai dengan 80 pada kertas dengan ukuran 5 x 5 cm

sebanyak 2 kali (rangkap 2)

2. Nomor 1 sampai dengan 80 pertama ditempelkan secara acak pada cabang

tanaman kaca piring, sedangkan nomor 1 sampai 80 kedua digulung kemudian

dimasukkan kedalam kaleng

3. Mengambil nomor yang ada di dalam kaleng satu per satu sampai habis.

Pengambilan nomor pertama sampai dengan nomor ke-16 dianggap sebagai

perlakuan A (ZPT Rhizattun-f 0 ppm), pengambilan nomor ke-17 sampai dengan

nomor ke-32 dianggap sebagai perlakuan B (ZPT Rhizattun-f 150 ppm),

pengambilan nomor ke-33 sampai dengan nomor ke-48 dianggap sebagai

perlakuan C (ZPT Rhizattun-f 250 ppm), pengambilan nomor ke-49 sampai

dengan nomor ke-64 dianggap sebagai perlakuan D (ZPT Rhizattun-f 350 ppm),

pengambilan nomor ke-65 sampai dengan nomor ke-80 dianggap sebagai

perlakuan E (ZPT Rhizattun-f 450 ppm).

4. Semua sampel yang diperoleh kemudian dicatat pada tabel 01

5. Setelah kelompok sampel diketahui, kemudian cabang dikerat secara bersamaan

dan diberi ZPT Rhizattun-f sesuai undian.

Tabel 01. Hasil Pengamatan Sampel Secara Randomisasi Sederhana

Klp.

Sampel

Pengambilan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

A 10 33 52 34 61 51 71 79 34 67 80 12 76 14 75 48

B 47 18 19 70 9 43 41 24 64 44 27 57 29 65 31 55

C 20 7 62 22 6 25 35 11 1 8 53 45 74 5 66 38

D 60 58 21 42 17 63 23 77 50 4 28 16 49 13 73 54

E 2 32 68 59 30 46 68 56 26 72 36 78 3 37 15 40

5. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini, dibagi menjadi tiga tahapan yaitu :

1) Tahap Persiapan 26

Page 27: proposal biologi dewa surya fix.doc

Pada tahap ini ada beberapa hal yang perlu disiapkan, diantaranya sebagai

berikut :

a. Persiapan alat dan bahan, yang meliputi :

Alat-alat

- penggaris - palu - parang

- gunting - steples - alat dokumentasi

- gergaji - bolpoin - pisau

- paku - spuite 25 ml - cangkul

- plastik bening - plaster bening

Bahan

- setek batang (bagian ujung) Kaca Piring (Gardenia augusta Merr.)

- tali raffia

- polybag (ukuran 8 cm)

- kertas

- tanah kebun

- air keran (PAM desa)

- bamboo

- Rhizattun-f

b. Persiapan tempat penelitian

Tanaman kaca piring (Gardenia augusta Merr.) tumbuh dengan baik jika

terkena cahaya matahari secara langsung, terutama cahaya matahari pada pagi

hari. Untuk mendapatkan lingkungan demikian, maka dalam penelitian harus

dilakukan di tempat yang terkena cahaya matahari secara langsung. Untuk

menghindarkan bibit dari air hujan dan cahaya matahari pada saat siang hari dan

sore hari maka penulis membuat suatu bedengan yang atapnya terbuat dari plastik

transparan (bening) dengan tiang dari bambu. Karena jika bibit yang baru ditanam

terkena air hujan yang terlalu banyak maka batangnya akan terendam air dan

setek akhirnya mati, begitu pula jika suhunya terlalu panas bibit akan layu dan

akhirnya juga akan mati. Jadi untuk mendapatkan lingkungan demikian perlu

27

Page 28: proposal biologi dewa surya fix.doc

dibuatkan bedengan dan untuk mencegah gangguan dari hewan piaraan yang

merugikan, di bagian samping bedengan diisi atau dibatasi dengan jaring.

c. Mempersiapkan Media Sebagai Tempat Tanaman

Dalam penelitian ini media yang digunakan adalah tanah kebun saja tidak

ada campuran dari media tanaman yang lainnya, kemudian tanam tersebut

dimasukkan kedalam polybag yang berukuran 8 cm. Setiap polybag diberi lubang

bagian bawahnya agar air yang berlebih pada saat menyiram atau musim hujan

dapat mengalir keluar, sehingga pangkal setek tidak busuk.

d. Mempersiapkan Setek Tanaman Kaca Piring (Gardenia augusta Merr.)

Setek diperoleh dari tanaman kaca piring yang ada di kebun I Made

Sunarta. Bahan yang akan disetek sebelumnya diberi keratan, setelah semua

sampel dikerat, beri ZPT rhizattun f. Berdasarkan pengamatan penulis pada

kondisi keratan yang telah diterapkan di kebun I Made Sunarta, pada umur 1

minggu saja, kalus telah muncul.

2) Tahap Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan selama 58 hari. Pada tahapan ini, penulis mulai

dengan melakukan proses pengeratan terhadap setek batang tanaman kaca piring,

kemudian tanpa pemberian ZPT (0 ppm) dan di beri ZPT (150 ppm, 250 ppm, 350

ppm dan 450 ppm.) Keseluruhan setek ditanam pada polybag dengan ukuran 8 cm

dan diamati setelah 30 hari, terhitung mulai pada saat penanaman. Sampel diletakkan

dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yaitu dengan sistem undian.

3) Tahap Observasi

Tahap observasi dilakukan pada hari ke-30 dari penanaman dilakukan artinya

pada saat itu setek sudah berumur 30 hari. Indikator yang digunakan dan diamati

adalah pertumbuhan akar pada setek tanaman kaca piring.

6. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan suatu rancangan yang disebut dengan Rancangan

Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap karena

percobaan yang digunakan pada kondisi tempat yang homogen. Penelitian ini dibuat

28

Page 29: proposal biologi dewa surya fix.doc

pada rumah kaca yang dibuat sendiri. Adapun data hasil pengamatan dibuat dalam

bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 03. Format Pengumpulan Data Rerata Panjang Akar pada Setek tanaman Kaca

Piring Setelah Berumur 30 Hari

Ulangan Perlakuan Total (Y)

A B C D E

1.

2.

3.

.

.

16.

Total (Y)

Rerata (ȳ)

Keterangan :

A : Perlakuan cabang diberi ZPT Rhizattun-f 0 ppm

B : Perlakuan cabang diberi ZPT Rhizattun-f 150 ppm

C : Perlakuan cabang diberi ZPT Rhizattun-f 250 ppm

D : Perlakuan cabang diberi ZPT Rhizattun-f 350 ppm

E : Perlakuan cabang diberi ZPT Rhizattun-f 450 ppm

7. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini yang berfungsi sebagai variabel bebas adalah pemberian

dosis ZPT yang dapat dimanipulasi. Dalam hal ini, diatur dengan memberi 0 ppm,

150 ppm, 250 ppm, 350 ppm dan 450 ppm. Sedangkan sebagai variabel terikatnya

adalah rerata panjang akar tanaman kaca piring. Secara keseluruhan penelitian ini

menggunakan lima kelompok sampel.

Penulis mengambil teknik analisis statistik dengan menggunakan analisis

varian (Anava) satu arah untuk menguji kelima kelompok sampel. Sampel yang

dianalisis secara statistik ialah rerata panjang akar tanaman yang hidup. Sebelum diuji 29

Page 30: proposal biologi dewa surya fix.doc

dengan Analisis Varian (Anava) satu arah, sampel terlebih dahulu dilakukan uji

normalitas dan homogenitas dengan mengggunakan SPSS 10.0 For Windows.

Data yang terkumpul dalam Tabel 02. selanjutnya dianalisis dengan analisis

varian (anava) satu arah. Data pendukung berupa berat basah akar dan jumlah akar

tidak dianalisis dengan menggunakan statistik induktif.

Analisis statistik yang digunakan adalah mengikuti formula yang diuraikan

oleh Gaspersz (1992: 67) sebagai berikut :

1. Menghitung derajat bebas (db) untuk setiap sumber ragam

- db total = rt – 1 = banyaknya pengamatan – 1

- db perlakuan = t – 1 = banyaknya perlakuan – 1

- db galat = t(r – t)

2. Menghitung nilai FK

- FK = (total jendral)2

total banyaknya pengamatan

3. Menghitung nilai JK

- JK Total (JKT) = (∑Yij)2 – FK

- JK Perlakuan (JKP) = (∑Yij)2 - FK r

- JK Galat = JKT – JKP

4. Menghitung nilai KT

- KT Perlakuan (KTP) = JK Perlakuan atau JKP

db perlakuan t – 1

- KT Galat (KTG) = JK Galat t(r – 1)

5. Mencari F Hitung

- F hitung perlakuan = KT Perlakuan atau KTP KT Galat KTG

Untuk memudahkan dalam menginterpretasikan hasil perhitungan statistik,

maka hasil perhitungan dapat dimasukkan ke dalam Daftar Sidik Ragam seperti pada

tabel berikut.

30

Page 31: proposal biologi dewa surya fix.doc

Tabel 04. Daftar Sidik Ragam Panjang Rerata Akar Tanaman Kaca Piring

SK db JK KTUji F

Fh Ft 5%

Perlakuan (t – 1) (∑Yij)2 - FK r

JK Perlakuan db perlakuan

KT Perlakuan KT GalatGalat (rt – 1) JKt – JKp JK Galat

t(r – 1)Total rt – 1 JKP + JKG

Keterangan :

1. db = Derajat Bebas 7. R = Kelompok Percobaan

2. FK = Faktor Koreksi 8. Yt = Jumlah Perlakuan

3. JK = Jumlah Kuadrat 9. Yr = Jumlah Ulangan

4. KT = Kuadrat Tengah 10. SK = Sumber Keragaman

5. Yi = Jumlah Total 11. Fh = F hitung

6. t = Perlakuan 12. Ft = F tabel

Bila dalam pengujian hipotesis F hitung > F tabel dengan taraf signifikansi 5

%, maka hipotesis alternatif (H1) diterima. Ini berarti bahwa pemberian zat pengatur

tumbuh berupa rhizattun-f berpengaruh terhadap pertumbuhan akar setek tanaman

kaca piring (Gardenia augusta Merr.).

Apabila dalam pengujian hipotesis menunjukkan ada perbedaan signifikan

panjang akar tanaman kaca piring, maka perlu dikaji lebih lanjut. Uji lanjut ini

bertujuan untuk mengetahui perlakuan yang mana menghasilkan panjang akar

tanaman kaca piring terbaik. Uji lanjut yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

Beda Nyata Jujur (BNJ). Pada prinsipnya uji ini sama dengan BNT, kecuali tabel

yang digunakan bukan Tabel T melainkan Tabel Q dari Tukey. Menurut Sugandi

(1994; 55) perhitungan penggunaan BNJ adalah sebagai berikut.

1. Hitung nilai BNJ, yaitu :

BNJ = qα (t, n2) S , dengan S =

31

Page 32: proposal biologi dewa surya fix.doc

Nilai qα (t, n2) dapat dilihat pada Tabel Q, α 0.05; t adalah perlakuan, r adalah

jumlah ulangan, sedangkan n2 adalah derajat bebas galat (db galat).

2. Hitung selisih rerata antar dua perlakuan yang mungkin dibandingkan, sebagai

berikut.

A - B = ?, A - C = ?, A - D = ?, A - E = ?, B - C = ?

B - D = ?, B - E = ?, C - D = ?, C - E = ?, D - E = ?

Nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai BNJ 5%. Jika lebih besar

daripada 5% berarti ada perbedaan yang sangat nyata antar kedua perlakuan diberi

tanda (ss). Tetapi, jika lebih kecil dari BNJ 5% berarti tidak ada perbedaan nyata

antar kedua perlakuan diberi tanda (ns).

3. Penyajian hasil perhitungan

Untuk lebih memudahkan melihat hasil pengujian, maka dibuat tabel matrik

selisih nilai rerata perlakuan seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 05. Format Matrik Selisih Nilai Rerata antar Dua Perlakuan

Perlakuan A B C D E

A B C D E

A

ȲB

ȲC

ȲD

ȲE

0 A - B

0

A - C

B - C

0

A - D

B - D

C - D

0

A - E

B - E

C - E

D - E

0

BNJ 5% = …..

Keterangan :32

Page 33: proposal biologi dewa surya fix.doc

A = Perlakuan pada pemberian rhizattun 0 ppm

B = Perlakuan pada pemberian rhizattun 150 ppm

C = Perlakuan pada pemberian rhizattun 250 ppm

D = Perlakuan pada pemberian rhizattun 350 ppm

E = Perlakuan pada pemberian rhizattun 450 ppm

= Nilai rerata perlakuan

A - B = Harga mutlak selisih nilai rerata perlakuan A dan B

A - C = Harga mutlak selisih nilai rerata perlakuan A dan C

A - D = Harga mutlak selisih nilai rerata perlakuan A dan D

A - E = Harga mutlak selisih nilai rerata perlakuan A dan E

B - C = Harga mutlak selisih nilai rerata perlakuan B dan C

B - D = Harga mutlak selisih nilai rerata perlakuan B dan D

B - E = Harga mutlak selisih nilai rerata perlakuan B dan E

C - D = Harga mutlak selisih nilai rerata perlakuan C dan D

C - E = Harga mutlak selisih nilai rerata perlakuan C dan E

D - E = Harga mutlak selisih nilai rerata perlakuan D dan E

Untuk memperkuat hasil analisis data, hasil penelitian ini dianalisis dengan

menggunakan SPSS 10.0 For Windows, karena penelitian ini termasuk kasus Analisis

Variasi untuk eksperimen factor umur keratan (Y).

33

Page 34: proposal biologi dewa surya fix.doc

34

Page 35: proposal biologi dewa surya fix.doc

Daftar Rujukan

Abidin, Zainal. 1985. Dasar-dasar Pengetahuan Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa: Bandung

Arief, Arifin. 1990. Hortikultura Tanaman Buah-buahan, Tanaman Sayuran, Tanaman Bunga/Hias. Andi Offset: Yogyakarta

BPSBTP Provinsi Bali. 2003. Pembinaan Mutu Tanaman Hias. Disampaikan pada Singkronisasi Teknologi Produksi Benih Sumber Tanaman Hias: Denpasar

Daryanto, S.S. 1997. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Apollo: Surabaya

Dwijoseputro. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia: Jakarta Heddy, Suwasono. 1987. Ekofisiologi Pertanaman. Suatu Tinjauan Aspek fisik

Lingkungan Pertamanan. Sinar Baru: Bandung

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2002. Pedoman Penulisan Skripsi/Tugas Akhir. Singaraja

Endah. H. 2002. Membuat Tanaman Hias Rajin Berbunga. Agromedia Pustaka: Jakarta

Gaspersz, Vincent. 1991. Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan (Edisi 1). Tarsito: Bandung

Jones, Samuael B. & Luchsinger, Arlene E. 1987. Plant Systematics. Mcgrow – Hill Book Company

Kalsum, Umi. 2000. Pengaruh Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum) Terhadap Pertumbuhan Akar Setek Kembang Sepatu (Hibiscus rosasinensis). TA (tidak diterbitkan). Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan MIPA, STKIP Singaraja

Sarna, Ketut et al. 1998. Buku Ajar Fisiologi Tumbuhan (tidak diterbitkan). Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan MIPA, STKIP Singaraja

Sastrosupadi, Adji. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian (Edisi Revisi). Malang: Kasinus

Salisbury, Frank B. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 1. Penerbit ITB: Bandung

35

Page 36: proposal biologi dewa surya fix.doc

Subrata, I Made. 1989. Studi Tentang Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum frutescens L.) yang Dipupuk Melalui Permukaan Daun Bagian Atas dan Melalui Permukaan Daun Bagian Bawah dengan Pupuk Gandasil D. Skripsi (tidak diterbitkan). Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan MIPA, STKIP Singaraja

Sugandi dan Sugiarto. 1994. Rancangan Percobaan. Andi Offset: Yogyakarta Sunaryono, Hendro. 2003. Pengantar Pengetahuan Dasar Hortikultura. Sinar Baru

Algensindo: Bandung

Sulantara, Eka. 2006. Pengaruh Pengambilan Setek Pada Daerah Cabang yang Berbeda Terhadap Berat Basah Akar Tanaman Ginseng (Talinum triangulare Jacq. Willd.) Skripsi (tidak diterbitkan) Jurusan Pendidikan Biologi IKIP Negeri Singaraja: Singaraja

Suryowinoto, Sutarmi M. 1997. Flora Eksotika Tanaman Hias Berbunga. Kasinus: Jakarta

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depdikbud: Balai Pustaka

Widyastana, Erry. 2004. Studi Tentang Pengaruh Penorehan Setengah Bagian Batang Pada Setek Terhadap Pertumbuhan Akar Tanaman Kamboja Jepang (Adenium coetanium Stafh.) Skripsi (tidak diterbitkan) Jurusan Pendidikan Biologi IKIP Negeri Singaraja: Singaraja

Wudianto, Rini. 2003. Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi. PT. Penebar Swadaya: Jakarta

Yatim, Wildan. 1999. Kamus Biologi. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta

36