PROPOSAL BELYN 2003.doc

40
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan semua orang. Untuk mengimbangi setiap kegiatan yang dilakukan, manusia butuh istirahat dan tidur. Tidur merupakan suatu kebutuhan manusia yang harus dipenuhi. Setelah seseorang menjalankan aktivitas sehari-harinya, dibutuhkan tidur yang cukup untuk memulihkan kondisi tubuh menjadi segar guna menghadapi aktivitas kembali esok hari. Apabila seseorang tidak bisa melakukan proses tidur, maka orang tersebut dicurigai mengalami gangguan tidur. (1) Pola tidur akan menjadi terganggu bila seseorang mengalami gangguan tidur dimana seseorang mengalami jeda dalam napas mereka atau kehilangan bernafas saat tidur, yang mempengaruhi kadar oksigen darah, atau gerakan anggota badan periodik, maka akan mengganggu pola tidur dan kualitas tidur seseorang. Tidur sebagai kebutuhan dasar manusia sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang mempengaruhi gangguan pemenuhan tidur pada seseorang. Potter dan Perry, seorang pakar psikologis mengemukakan faktor yang mempengaruhi tidur yaitu: faktor fisiologis, psikologis, lingkungan dan gaya hidup. (2) 1

Transcript of PROPOSAL BELYN 2003.doc

Page 1: PROPOSAL BELYN 2003.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan semua

orang. Untuk mengimbangi setiap kegiatan yang dilakukan, manusia butuh

istirahat dan tidur. Tidur merupakan suatu kebutuhan manusia yang harus

dipenuhi. Setelah seseorang menjalankan aktivitas sehari-harinya, dibutuhkan

tidur yang cukup untuk memulihkan kondisi tubuh menjadi segar guna

menghadapi aktivitas kembali esok hari. Apabila seseorang tidak bisa melakukan

proses tidur, maka orang tersebut dicurigai mengalami gangguan tidur.(1)

Pola tidur akan menjadi terganggu bila seseorang mengalami gangguan tidur

dimana seseorang mengalami jeda dalam napas mereka atau kehilangan bernafas

saat tidur, yang mempengaruhi kadar oksigen darah, atau gerakan anggota badan

periodik, maka akan mengganggu pola tidur dan kualitas tidur seseorang. Tidur

sebagai kebutuhan dasar manusia sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor

yang mempengaruhi gangguan pemenuhan tidur pada seseorang. Potter dan Perry,

seorang pakar psikologis mengemukakan faktor yang mempengaruhi tidur yaitu:

faktor fisiologis, psikologis, lingkungan dan gaya hidup.(2)

Setiap tahun diperkirakan sekitar 20% sampai 50% orang dewasa

melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur

yang serius.(3) Menurut National Sleep Foundation di Amerika, 95% responden

terbukti menggunakan beberapa perangkat seperti televisi, komputer atau ponsel

setidaknya beberapa malam dalam seminggu dalam waktu satu jam sebelum tidur.(4)

Gangguan tidur dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu penggunaan

teknologi informasi. Penelitian di Jepang oleh Ohida T dkk pada tahun 2004

menunjukkan beberapa faktor risiko terjadinya gangguan tidur, yaitu jenis

kelamin perempuan, pelajar, aktivitas fisik berlebih dan gaya hidup yang tidak

1

Page 2: PROPOSAL BELYN 2003.doc

sehat (merokok dan minum minuman mengandung kafein).(5) Kualitas tidur juga

dapat dipengaruhi berbagai hal di lingkungan sekitar.(6)

Johnson dkk(7) melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara

menonton televisi dengan gangguan tidur pada remaja dan dewasa muda

menggunakan metode penelitian prospektif longitudinal. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa remaja yang menonton televisi lebih atau sama dengan 3 jam

per hari memiliki peningkatan risiko gangguan tidur yang bermakna pada saat

dewasa, sedangkan remaja yang membatasi menonton televisi hingga 1 jam atau

kurang mengalami penurunan risiko gangguan tidur saat dewasa yang bermakna.

Seiring dengan berkembangnya pembangunan negara yang terus meningkat,

memerlukan penggunaan teknologi untuk mempercepat dan meningkatkan output

sebagai hasil dari suatu proses pembangunan. Dengan berkembangnya

pembangunan negara, tidak dapat dipungkiri akan berkembang pula

perkembangan teknologi diberbagai aspek kehidupan. Perkembangan teknologi

tersebut baik berupa teknologi informasi, teknologi transportasi dan teknologi

proses produksi. Penggunaan teknologi informasi dan teknologi produksi yang

digunakan dalam berbagai bidang dan khususnya yang digunakan dalam dunia

kedokteran, dalam batas-batas tertentu akan berdampak negatif terhadap

kesehatan tubuh manusia yang pada akhirnya akan berdampak pula terhadap pola

tidur seseorang.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa di Semarang,

tidak terbukti adanya hubungan yang signifikan antara kebiasaan penggunaan

perangkat teknologi informasi dengan pola tidur.(3) Sedangkan penelitian yang

dilakukan pada mahasiswa di Universitas Tripoli membuktikan adanya

keterkaitan antara penggunaan perangkat teknologi informasi dengan pola tidur.(8)

Penelitian lain yang dilakukan pada mahasiswa di Chili membuktikan adanya

hubungan antara konsumsi minuman mengandung kafein dengan pola tidur.(9)

Penelitian lain yang dilakukan di Amerika membuktikan adanya hubungan antara

aktivitas fisik yang rendah dan pola tidur.(10)

2

Page 3: PROPOSAL BELYN 2003.doc

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang hubungan antara

penggunaan alat-alat teknologi informasi dan pola tidur.

1.2. Permasalahan

Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut : “Adakah hubungan antara penggunaan

teknologi informasi, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi kafein dan pola

tidur pada mahasiswa kedokteran ?”

1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Untuk meningkatkan status kesehatan mahasiswa.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk menentukan adanya hubungan antara sosiodemografi dan pola tidur

2. Untuk menentukan adanya hubungan antara penggunaan perangkat

teknologi dan pola tidur

3. Untuk menentukan adanya hubungan antara aktivitas fisik dan pola tidur

4. Untuk menentukan adanya hubungan antara kebiasaan merokok dan pola

tidur

5. Untuk menentukan adanya hubungan antara konsumsi kafein dan pola

tidur

1.4. Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara sosiodemografi dan pola tidur

2. Terdapat hubungan antara penggunaan teknologi informasi dan pola tidur.

3. Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dan pola tidur

4. Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dan pola tidur

5. Terdapat hubungan antara konsumsi kafein dan pola tidur

3

Page 4: PROPOSAL BELYN 2003.doc

1.5. Manfaat

Bagi ilmu pengetahuan:

Menambah ilmu tentang hubungan penggunaan teknologi informasi dengan

pola tidur.

Bagi profesi:

Sebagai referensi tentang hubungan penggunaan teknologi informasi

dengan pola tidur.

Bagi masyarakat:

1. Meningkatkan pengetahuan khususnya pada mahasiswa sehingga mereka

dapat mengatur waktu dalam menggunakan perangkat teknologi.

2. Memberi informasi kepada masyarakat, manajemen penggunaan perangkat

teknologi yang baik agar tidak mengganggu kualitas dan kuantitas tidur

4

Page 5: PROPOSAL BELYN 2003.doc

BAB II

TINJAUAN DAN RINGKASAN PUSTAKA

2.1 Pola tidur

Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu yang

relatif menetap dan meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun, irama tidur,

frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur dan kepuasan tidur.(11)

Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar saat orang tersebut dapat

dibangunkan dengan pemberian rangsangan sensorik atau rangsangan lainnya.

Pada beberapa orang tidur merupakan hal yang sulit dilakukan karena adanya

gangguan tidur. (12) Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan

jasmani dan kelelahan mental. Dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang

dan akan kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk menyelesaikan

persoalan yang dihadapi. Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan

yang sesuai dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama ini disebut

sebagai irama sirkadian. Pusat kontrol irama sirkadian terletak pada bagian ventral

anterior hipotalamus.(12)

2.2 Gangguan tidur

Gangguan tidur merupakan suatu kumpulan kondisi yang dicirikan dengan

adanya gangguan dalam jumlah, kualitas, atau waktu tidur pada seorang individu.

Pada kelompok remaja, kurangnya durasi tidur juga dapat terjadi akibat adanya

perubahan gaya hidup seperti konsumsi kafein berlebihan yaitu lebih dari 250

mg /hari, kebiasaan merokok, aktivitas fisik yang kurang. Kualitas tidur inadekuat

adalah fragmentasi dan terputusnya tidur akibat periode singkat terjaga di malam

hari yang sering dan berulang.(13)

Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders edisi ke empat

(DSM-IV) mengklasifikasikan gangguan tidur berdasarkan kriteria diagnostik

klinik dan perkiraan etiologi. Tiga kategori utama gangguan tidur dalam DSM-IV

adalah gangguan tidur primer, gangguan tidur yang berhubungan dengan

5

Page 6: PROPOSAL BELYN 2003.doc

gangguan tidur mental lain dan gangguan tidur lain, khususnya gangguan tidur

akibat kondisi medis umum atau yang disebabkan oleh zat.

Gangguan tidur primer terdiri atas dissomnia dan parasomnia. Dissomnia

adalah suatu kelompok gangguan tidur yang heterogen termasuk insomnia

primer, hipersomnia primer, narkolepsi, gangguan tidur yang berhubungan dengan

pernafasan, dan gangguan tidur irama sirkadian. Parasomnia adalah suatu

kelompok gangguan tidur termasuk gangguan mimpi menakutkan (nightmare

disorder), gangguan teror tidur dan gangguan tidur berjalan.

Dari gangguan tidur primer tersebut, yang berkaitan dengan usia lanjut

adalah insomnia dan hipersomnia primer. Kriteria diagnostik untuk insomnia

primer adalah kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur, atau tidur

yang tidak menyegarkan, selama sekurangnya satu bulan. Gangguan tidur yang

disertai keletihan pada siang hari menyebabkan penderitaan yang bermakna secara

klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

Kriteria diagnostik untuk hipersomnia primer adalah mengantuk berlebihan

di siang hari selama sekurangnya satu bulan seperti yang ditunjukkan oleh episode

tidur yang memanjang atau episode tidur siang hari yang terjadi hampir setiap

hari. Mengantuk berlebihan di siang hari menyebabkan penderitaan yang

bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi

penting lain.(11)

2.2.1 Epidemiologi gangguan tidur

Studi yang dilaksanakan oleh Liu X dkk di Sekolah di provinsi Shandong,

Cina. Hasil studi menyatakan rata-rata lama tidur di malam hari adalah 7,64 jam

dan menurun dengan meningkatnya usia.(13)

Penelitian yang dilakukan oleh Johnson EO dkk pada remaja 13 hingga 16

tahun mengenai epidemiologi insomnia sesuai DSM-IV pada remaja

menunjukkan bahwa prevalensi gangguan tidur adalah 10,7% dengan usia median

timbulnya gangguan tidur adalah 11 tahun.(13)

6

Page 7: PROPOSAL BELYN 2003.doc

Perbedaan tingkat sosial ekonomi keluarga, gaya hidup dan lingkungan

urban dan suburban dapat mempengaruhi pola tidur pada remaja. Proses

modernisasi di urban dimana media tehnologi informasi semakin berkembang dan

kurangnya pemantauan orang tua terhadap remaja mengakibatkan terjadinya

perubahan pola tidur pada remaja yang sehingga terjadi gangguan tidur.

Patten dkk melakukan penelitian berbasis populasi secara longitudinal

dengan Teenage Attitudes and Practices Survey pada remaja berusia 12 hingga 18

tahun untuk mengevaluasi faktor yang berkaitan dengan perkembangan dan

persistensi gangguan tidur pada remaja.(13)

2.3 Fisiologi tidur

Setiap malam seseorang mengalami dua tipe tidur yang saling bergantian

yaitu: tipe rapid eye movement (REM), tipe non rapid eye movement (NREM).

Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 tahap, lalu diikuti

oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara

bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16- 20

jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian menurun 9-10 jam/hari pada umur

diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5 jam/hari pada orang dewasa.

Tidur NREM terbagi menjadi 4 tahap. Pada tahap satu merupakan antara

fase terjaga dan fase awal tidur. Fase ini didapatkan kelopak mata tertutup, tonus

otot berkurang dan tampak gerakan bola mata kekanan dan kekiri. Fase ini hanya

berlangsung 3-5 menit dan mudah sekali dibangunkan. Gambaran EEG biasanya

terdiri dari gelombang campuran alfa, beta dan kadang gelombang teta dengan

amplitudo yang rendah. Tidak didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan

kompleks K. Tidur tahap dua didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot

masih berkurang, tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran EEG terdiri

dari gelombang theta simetris. Terlihat adanya gelombang sleep spindle,

gelombang verteks dan komplek K (gelombang tajam negatif diikuti komponen

positif) pada rekaman EEG. Tidur tahap tiga merupakan lebih dalam dari fase

sebelumnya. Gambaran EEG terdapat lebih banyak gelombang delta simetris

7

Page 8: PROPOSAL BELYN 2003.doc

antara 25%-50% serta tampak gelombang sleep spindle. Tidur tahap empat

merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan. Gambaran EEG didominasi

oleh gelombang delta sampai 50% tampak gelombang sleep spindle. Fase tidur

NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu

akan masuk ke fase REM.(12)

Sepanjang tidur malam yang normal, tidur REM yang berlangsung 5 sampai

30 menit biasanya muncul rata-rata setiap 90 menit. Bila seseorang sangat

mengantuk, setiap tidur REM berlangsung singkat dan bahkan mungkin tidak ada.

Sebaliknya sewaktu orang menjadi semakin lebih nyenyak sepanjang malam,

durasi tidur REM juga semakin lama. Pola tidur REM berubah sepanjang

kehidupan seseorang seperti periode neonatal bahwa tidur REM mewakili 50%

dari waktu total tidur. Periode neonatal ini pada EEG-nya masuk ke fase REM

tanpa melalui tahap 1 sampai 4. Pada usia 4 bulan pola berubah sehingga

persentasi total tidur REM berkurang sampai 40% hal ini sesuai dengan

kematangan sel-sel otak, kemudian akan masuk ke periode awal tidur yang

didahului oleh fase NREM kemudian fase REM pada dewasa muda dengan

distribusi fase tidur sebagai berikut: NREM (75%) yaitu : tahap 1: 5%; tahap 2 :

45%; tahap 3 : 12%; tahap 4 : 13%, REM; 25 %.(11)

Beberapa hal penting yang didapatkan pada tidur REM seperti tidur rem

biasanya disertai mimpi yang aktif dan pergerakan otot tubuh yang aktif,

seseorang lebih sukar dibangunkan oleh rangsangan sensorik selama tidur

gelombang lambat, namun orang-orang terbangun secara spontan di pagi hari

sewaktu episode tidur REM, tonus otot diseluruh tubuh sangat berkurang,

frekuensi denyut jantung dan pernafasan biasanya menjadi ireguler, ini merupakan

sifat dari keadaan tidur dengan mimpi, walaupun ada hambatan yang sangat kuat

pada otot-otot perifer, masih timbul pergerakan otot yang tidak teratur, keadaan

ini khususnya mencakup pergerakan mata yang cepat, otak menjadi sangat aktif

dan metabolisme di seluruh otak meningkat sebanyak 20%. Pada EEG terlihat

pola gelombang otak yang serupa dengan terjadi selama keadaan siaga.(11)

8

Page 9: PROPOSAL BELYN 2003.doc

2.1.2 Peranan neurotransmitter

Keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi oleh sistim ascending reticulary

activity system (ARAS). Bila aktifitas ARAS ini meningkat orang tersebut dalam

keadaan tidur. Aktifitas ARAS menurun, orang tersebut akan dalam keadaan

tidur. Aktifitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh aktifitas neurotransmiter seperti

sistem serotoninergik, noradrenergik, kholonergik, histaminergik.

I. Sistem serotonergik

Hasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisma asam amino

trypthopan. Dengan bertambahnya jumlah tryptopan, maka jumlah serotonin yang

terbentuk juga meningkat akan menyebabkan keadaan mengantuk/tidur. Bila

serotonin dari tryptopan terhambat pembentukannya, maka terjadi keadaan tidak

bisa tidur/jaga. Menurut beberapa peneliti lokasi yang terbanyak sistem

serotogenik ini terletak pada nukleus raphe dorsalis di batang otak, yang mana

terdapat hubungan aktifitas serotonis dinukleus raphe dorsalis dengan tidur REM.

II. Sistem adrenergik

Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepineprin terletak di badan

sel nukleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus

sangat mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang

mempengaruhi peningkatan aktifitas neuron noradrenergik akan menyebabkan

penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan jaga.

III. Sistem kholinergik

Sitaram et al membuktikan dengan pemberian prostigimin intra vena dapat

mempengaruhi episode tidur REM. Stimulasi jalur kholihergik ini, mengakibatkan

aktifitas gambaran EEG seperti dalam keadaan jaga. Gangguan aktifitas

kholinergik sentral yang berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat pada

orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM. Pada obat

antikolinergik (scopolamine) yang menghambat pengeluaran kholinergik dari

lokus sereleus maka tampak gangguan pada fase awal dan penurunan REM.

9

Page 10: PROPOSAL BELYN 2003.doc

IV. Sistem histaminergik

Pengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur.

V. Sistem hormon

Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon

seperti ACTH, GH, TSH, dan LH. Hormon hormon ini masing-masing disekresi

secara teratur oleh kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus patway. Sistem

ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran neurotransmiter norepinefrin,

dopamin, serotonin yang bertugas menagtur mekanisme tidur danbangun.

Kegunaan tidur belum sepenuhnya diketahui, tetapi tidur merupakan proses

penting dalam konsolidasi ingatan serta proses penyembuhan. Lamanya

kebutuhan tidur bervariasi antara tiap orang dan sangat sulit untuk menilai berapa

lama tidur yang dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat berfungsi optimal.

Pola tidur remaja perlu perhatian lebih karena berhubungan pada performa

sekolah. Pada 20 tahun terakhir ini, para peneliti mengenai tidur menyadari

perbedaan perubahan pola tidur pada remaja. Perubahan tersebut ialah jam

biologis remaja atau disebut irama sirkadian. Pada permulaan masa pubertas, fase

tidurnya menjadi telat. Untuk terjatuh tidur menjadi lebih malam dan bangun tidur

lebih telat pada pagi hari. Dan remaja tersebut lebih waspada pada malam hari dan

menjadi lebih susah tidur.

Menurut penelitian, remaja membutuhkan waktu 9 sampai 9.25 jam untuk

tidur dalam sehari. Namun nyatanya sekitar 8 jam sehari karena pengaruh waktu

sekolah. Waktu tidur dan bangun berdasarkan waktu sekolah dan kehidupan sosial

akan mengkontribusi pengurangan waktu tidur pada remaja. Penelitian yang

dilakukan oleh Iglowstein dkk terhadap anak di Swiss mendapatkan hasil bahwa

anak usia 12 sampai 15 tahun memiliki rata-rata jumlah waktu tidur sebanyak 8,4

sampai 9,3 jam per hari.(13)

Durasi tidur dianggap sebagai faktor dari gaya hidup, seperti aktivitas fisik,

status merokok dan sejenisnya. Namun, pola tidur sebenarnya bukan hanya

10

Page 11: PROPOSAL BELYN 2003.doc

kebiasaan yang bisa bebas dipilih, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh aktivitas

fisik, mental, penggunaan perangkat teknologi atau kondisi sosial. Dengan

demikian, jika waktu atau tempat berbeda dampak tidur terhadap kesehatan

mungkin berbeda.

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur

2.4.1 Teknologi informasi

Teknologi dewasa ini berkembang sangat pesat, di satu sisi perkembangan

teknologi semakin mempermudah pekerjaan manusia, tetapi di sisi lain ada

sebagian dari aktivitas sehari-hari yang terdegradasi akibat kecanggihan teknologi.

Teknologi yang semula diciptakan untuk kemudahan dan efisiensi justru disisi

lain semakin mendekonstruksi kegiatan manusia. Secara ekonomi, teknologi

sangat berguna dan bermanfaat, tetapi secara sosial ada penurunan gradual dalam

aspek kualitas kehidupan sosial. Komunikasi antar individu tidak lagi terkukung

oleh batasan ruang dan waktu. Salah satu teknologi yang mendukung kemudahan

telekomunikasi adalah telepon seluler (ponsel) hingga chatting via internet.

Selain perangkat teknologi seperti ponsel, terdapat pula perangkat teknologi

lain yang dewasa ini sering digunakan baik pada anak-anak maupun hingga

dewasa. Perangkat teknologi tersebut antara lain televisi, komputer, tablet, video

game dll. Setiap anak menghabiskan total 6 jam sehari untuk menonton televisi,

bermain video game, mendengarkan musik atau membaca majalah, namun

sebagian besar orangtua tidak menanggapi hal ini dengan serius. Menonton

televisi pada saat ingin tidur juga tidak dianjurkan karena terbukti dapat

mengganggu pola tidur dan tidur tidak lelap. (14)

Berdasarkan penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa penggunaan

media elektronik, seperti televisi, komputer, internet dan video game berhubungan

dengan gangguan tidur.(15-17) Mekanisme hubungan ini beragam dan mencakup

lama penggunaan media elektronik antara orang-orang bergantung mengubah pola

11

Page 12: PROPOSAL BELYN 2003.doc

tidur.(18) Beberapa penelitian menjelaskan bahwa waktu yang dihabiskan dalam

penggunaan internet mengganggu jadwal tidur-bangun.(19)

2.4.2 Aktivitas fisik

Aktivitas dan olah raga mempengaruhi tidur dengan cara meningkatkan

kelelahan, tampak bahwa aktivitas fisik meningkatkan baik tidur REM maupun

NREM. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mark S. Tremblay dkk. di

Kanada, menjelaskan bahwa terdapat hubungan potensial antara aktivitas fisik

dan tidur.(20) Waktu tidur yang lebih singkat membuat waktu terbangun lebih

panjang, sehingga meningkatkan peluang dalam bergerak. Namun, cukup atau

tidaknya kualitas tidur dapat mengakibatkan kelelahan saat terjaga,

mengurangi aktivitas non-fisik dan atau kegiatan aktif selama waktu luang.

Rendahnya tingkat aktivitas fisik harian dapat mengurangi kualitas dan atau

kuantitas tidur, sedangkan pengeluaran energi yang memadai cenderung

meningkatkan karakteristik tidur.(21)

2.4.3 Kebiasaan merokok

Menurut sebuah penelitian, gangguan pola tidur dapat disebabkan oleh

banyak faktor salah satunya adalah faktor gaya hidup yang meliputi kafein,

alkohol dan nikotin yang berasal dari rokok. Ketergantungan nikotin

menyebabkan seorang perokok harus menghisap rokok terus-menerus dan

menimbulkan berbagai akibat terhadap tubuh, salah satunya adalah gangguan pola

tidur.(22)

2.4.4 Kebiasaan konsumsi kafein

Kafein merupakan alkaloid alami yang ditemukan dalam jumlah bervariasi-

ing dalam biji, daun, dan buah-buahan lebih dari 60 tanaman. Kafein telah banyak

digunakan oleh semua orang di seluruh dunia. Kandungan alaminya biasa terdapat

dalam kopi dan teh dan ada pula yang ditambahkan ke dalam minuman ringan

(soft drinks) seperti minuman bersoda. Kafein paling sering dikonsumsi sebagai

12

Page 13: PROPOSAL BELYN 2003.doc

kopi (71%), minuman ringan (16%), dan teh (12%).(23) Kafein adalah stimulan

yang dapat membantu seseorang untuk tetap terjaga dan mungkin dapat

membantu orang tersebut untuk bekerja lebih baik. Minuman berkafein sudah

menjadi bagian dalam pola makan sehari-hari dan mudah untuk didapat. Oleh

karena itu, kafein banyak digunakan untuk menjaga kewaspadaan dan

performance, atau untuk membantu menyingkirkan rasa kantuk.

Pengaruh negatif konsumsi kafein dari aspek kesehatan yaitu dapat

mengganggu pola tidur mereka dan dengan demikian mengganggu perkembangan

normal mereka.(23) Beberapa peneliti telah meneliti hubungan antara konsumsi

minuman berenergi dan pola tidur.(24,25)

13

Page 14: PROPOSAL BELYN 2003.doc

14

Page 15: PROPOSAL BELYN 2003.doc

15

Page 16: PROPOSAL BELYN 2003.doc

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka konsep

Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti adalah variabel bebas yang terdiri

dari karakteristik responden berupa jenis kelamin, umur, tempat tinggal dan sosio

ekonomi. Variabel bebas lainnya yaitu penggunaan perangkat Informasi

Teknologi, aktivitas fisik dan gaya hidup seperti kebiasaan merokok dan

konsumsi kafein. Sedangkan variabel tergantungnya adalah pola tidur pada

mahasiswa. Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah seperti terlihat pada

gambar dibawah ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

16

Penggunaan perangkat informasi teknologi

Aktivitas fisik

Pola tidur

Gaya hidup

Kebiasaan merokok Konsumsi kafein

Karakteristik responden

Usia Jenis kelamin Tempat tinggal Sosioekonomi

Page 17: PROPOSAL BELYN 2003.doc

Gambar 3.1 Kerangka konsep

17

Page 18: PROPOSAL BELYN 2003.doc

18

Page 19: PROPOSAL BELYN 2003.doc

19

Page 20: PROPOSAL BELYN 2003.doc

20

Page 21: PROPOSAL BELYN 2003.doc

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian analitik dengan desain

potong silang (cross sectional) untuk mengetahui hubungan penggunaan teknologi

dengan pola tidur pada mahasiswa.

4.2. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti selama

lima bulan yaitu mulai dari September 2013 sampai dengan Januari 2014.

4.3. Populasi dan sampel

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah mahasiswa yang masih aktif

terdaftar di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Teknik pengambilan sampel

digunakan dengan teknik simple random sampling.

Gambar 4.1. Alur pemilihan sampel mahasiswa

21

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Angkatan 2010 Angkatan 2011 Angkatan 2012

Populasi

PerempuanLaki-laki Laki-lakiPerempuanLaki-laki Perempuan

Sub populasi

SampelSampel SampelSampelSampelSampel

Page 22: PROPOSAL BELYN 2003.doc

Keterangan

n0 : Besar sampel optimal yang dibutuhkan

z : Pada tingkat kemaknaan 95% besarnya 1,96

p : Prevalensi 10,7%(10)

q : Prevalensi yang tidak mengalami gangguan pola tidur (1-p)

d : Akurasi dari ketepatan pengukuran, untuk p = > 10 % adalah 0,05

Keterangan

n : Besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finit

n0 : Besar sampel dari populasi infinit

N : Besar populasi mahasiswa angkatan 2010-2012 adalah 870

Do : 15% : 126 + 18,9 = 145

22

Page 23: PROPOSAL BELYN 2003.doc

Penelitian dilakukan pada mahasiswa fakultas kedokteran di Universitas

Trisakti. Kelompok mahasiswa terbagi menjadi 3 angkatan dan besar sampel yang

diperlukan adalah 145 orang, dengan masing-masing angkatan yaitu 48 orang.

4.4 Bahan dan instrumen penelitian

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini

adalah kuesioner atau daftar pertanyaan mengenai penggunaan perangkat

teknologi dalam kehidupan sehari-hari, aktivitas, tempat tinggal dan jenis

kelamin.

Data primer pada penelitian ini terdiri dari data karakteristik responden, data

mengenai frekuensi penggunaan perangkat teknologi dalam kehidupan sehari-hari,

aktivitas fisik, kebiasaan merokok dan konsumsi kafein. Data sekunder pada

penelitian ini yaitu data mengenai jumlah mahasiswa di Fakultas Kedokteran

Universitas Trisakti.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan pemberian kuesioner kepada

responden yang akan diisi sendiri oleh responden. Sedangkan data sekunder

didapatkan dari bagian kemahasiswaan Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

untuk mengetahui jumlah mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.

4.5 Analisis data

Setelah didapatkan data dan dikoreksi secara seksama. Data dimasukkan

kemudian dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 17.0. Pada

penelitian ini, uji statistik yang digunakan adalah dengan analisis bivariat dengan

analisis korelasi. Dengan teknik analisis ini, untuk melihat adanya hubungan

antara variabel dependen dan variabel independen pada penelitian ini.

23

Page 24: PROPOSAL BELYN 2003.doc

4.6 Alur penelitian

Gambar 4.2. Alur penelitian

4.7 Etika penelitian

Penelitian ini diminta dari Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.

24

Persiapan penelitian

Pemilihan sampel yang akan diwawancara

Pendistribusian kuesioner kepada mahasiswa

terpilih

Pengisian kuesioner (self enumeration)

Verifikasi hasil pengisian kuesioner

Pengolahan data

Analisis data

Page 25: PROPOSAL BELYN 2003.doc

4.8 Penjadwalan penelitian

Tabel 3. Penjadwalan penelitian

KegiatanWAKTU

Bulan 6-7 Bulan 8 Bulan 9 Bulan 10 Bulan 11 Bulan 12 Bulan 1Tgl 19-27 Juni

Tgl 2-23 Juli

Tgl 28

Tgl 30

Tgl 10

Tgl 20

Tgl 10

Tgl 20

Tgl 5

Tgl 15

Tgl 20

Tgl 30

Persiapan dan pengumpulan dataPenyusunan dan penyelesaian BAB I (Pendahuluan)Penyusunan dan penyelesaian BAB II (Tinjauan Pustaka)Penyusunan dan penyelesaian BAB III (Metode)

UJIAN PROPOSAL

Penyusunan dan penyelesaian BAB IV (Hasil)Penyusunan dan penyelesaian BAB V (Pembahasan)Penyusunan dan penyelesaian BAB VI (Kesimpulan dan Saran)Persiapan ujian skripsiPenyusunan manuskrip E-jurnal

25

Page 26: PROPOSAL BELYN 2003.doc

4.9 Pembiayaan

Dalam proses penelitian ini menghabiskan biaya sebanyak yang telah dirinci

sebagai berikut ini:

1. Transportasi Rp. 400.000

2. Fotokopi Rp. 100.000

3. Jilid Rp. 50.000

4. Keperluan ATK Rp. 300.000

5. Biaya lain-lain Rp. 500.000

Total pengeluaran Rp. 1.400.000

26

Page 27: PROPOSAL BELYN 2003.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Permana MGC. Insomnia dan hubungannya terhadap faktor psikososial pada pelayanan kesehatan primer. E-jurnal Medika Udayana 2013; 2:2

2. Nurlela S, Saryono, Yuniar I. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pasien post operasi Laparotomi di ruang rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan 2009; 5:1

3. Sulistiyani C. Beberapa faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat FKM Undip 2012; 1:280-92

4. Annual Sleep in America Poll Exploring Connections with Communications Technology Use and Sleep. (monograph on the internet). America: National Sleep Foundation. 2011. Available at: www.sleepfoundation.org.Accessed June 23, 2013.

5. Ohida T, Osaki Y, Doi Y, Tanihata T, Minowa M, Suzuki K, et al. An epidemiologic study of self-reported sleep problems among Japanese adolescents. Sleep 2004; 27:978-85

6. National Sleep Disorders Research Plan. Normal sleep, sleep restriction and health consequences. Available at:http://www.nhlbi.nih.gov/health/prof/sleep/res_plan/section4/section4d.html.Accessed June 23 2013.

7. Johnson JG, Cohen P, Kasen S, First MB, Brook JS. Association between television viewing and sleep problems during adolescence and early adulthood. Arch Pediatr Adolesc Med 2004; 158:562-68.

8. Taher YA, Samud AM, Ratimy AH, Seabe AM. Sleep complaints and daytime sleepiness among pharmaceutical students in Tripoli. Libyan J Med 2012; 7:3-6

9. Velez JC, Souza A, Traslavina S, Barbosa C, Wosu A, Andrade A, et al. The epidemiology of sleep quality and consumption of stimulant beverages among patagonian chilean college students. Sleep 2013; 2:2.

10. Schmid SM, Hallschmid M, Jauch-Chara K, Wilms B, Benedict C, Lehnert H, et al. Short-term sleep loss decreases physical activity under free-living conditions but does not increase food intake under time-deprived laboratory conditions in healthy men. American of Journal Nutrition 2009; 90:1476-82.

11. Prayitno A. Gangguan pola tidur pada kelompok usia lanjut dan penatalaksanaannya. Univmed 2002; 21:24

12. Candra GADP. Gangguan pola tidur pada usia lanjut dan penatalak Diagnosis dan penanganan insomnia kronik. E-Jurnal Medika Udayana 2013; 5:2

13. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Tidur normal dan gangguan tidur. Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher, 2010.p.210-2117.

27

Page 28: PROPOSAL BELYN 2003.doc

14. Nur’aini. Perbedaan gangguan tidur pada remaja urban dan suburban. USU Institutional Repository. 2011; 7:5

15. Committee on communications. Children, adolescents and advertising Pediatrics 2006; 118:2563-9

16. Bulck VDJ. Television viewing, computer game playing, and Internet use and self-reported time to bed and time out of bed in secondary school children. Sleep 2004; 27: 101–4.

17. Choi K, Son H, Park M, Han J, Kim K, et al. Internet overuse and excessive daytime sleepiness in adolescents. Psychiatry Clin Neurosci 2009; 63: 455–462.

18. Wolniczak I, Ca´ceres-DelAguila JA, Palma-Ardiles G, Arroyo KJ, Solı´s-Visscher R, Paredes-Yauri S, et al. Association between facebook dependence and poor sleep quality: a study in a Sample of Undergraduate Students in Peru. Plos One 2013; 8

19. Cheung LM, Wong WS. The effects of insomnia and internet addiction on depression in Hong Kong Chinese adolescents: an exploratory cross-sectional analysis. J Sleep Res 2011; 20: 311–317.

20. Tremblay MS, Esliger DW, Tremblay A, Colley R. Incidental movement, lifestyle-embedded activity and sleep: new frontiers in physical activity assessment. Can J Public Health 2007; 96:213...

21. Sochat T, Ofra FB, Orna T. Sleep patterns, electronic media exposure and daytime sleep-related behaviours among Israeli adolescents. Acta Paediatrica 2010; 99:1396-400.

22. Mushoffa MA, Husein AN, Bakhriansyah M. Hubungan antara perilaku merokok dan kejadian insomnia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat. Jurnal Berkala Kedokteran 2013; 9:74...

23. Heckman MA, Weil J, De Mejia EG. Caffeine (1, 3, 7-trimethylxanthine) in foods: a comprehensive review on consumption, functionality, safety, and regulatory matters. J Food Sci 2010; 75:81.

24. Mc Ilvain GE, Noland MP, Bickel R. Caffeine consumption patterns and beliefs of college freshmen. Am J Health Edu 2011; 42: 235–44.

25. Malinauskas BM, Aeby VG, Overton RF, Carpenter-Aeby T, Barber-Heidal K. A survey of energy drink consumption patterns among college students. Nut J 2007; 6:35.

26. Jane FG. The prevalence of sleep disorders in college students: Impact on Academic Performance. J Am Coll Health 2010; 59:2...

27. Tsui YY, Wing YK. A study on the sleep patterns and problems of University Business Students in Hong Kong. J Am Coll Health 2009; 58:2...

28. Miller NL, Shattuck LG, Matsangas P. Longitudinal study of sleep patterns of United States Military Academy Cadets. Sleep 2010; 33:1628-30.

29. National University of Singapore. Instruments. Available at:http://scholarbank.nus.edu.sg/termsofuse/Accessed August 27 2013

28

Page 29: PROPOSAL BELYN 2003.doc

30. Yilmaz MB, Orhan F. High school students educational usage of Internet and their learning approaches. World J Edu Tech 2010; 2:100-12.

31. Baxter-Jones ADG, Elsenmann JC, Mirwald RL, Faulkner RA, Bailey DA. The influence of physical activity on lean mass accrual during adolescence: a longitudinal analysis. J Appl Physiol 2008; 105: 734-41.

32. World Health Organization. Tobacco Free Initiative (TFI). Available at:http://www.who.int/tobacco/surveillance/gats/en/Accessed July 22 2013

33. Kurahashi N, Inoue M, Iwasaki M, Sasazuki S, Tsugane S. Coffee, green tea, and caffeine consumption and subsequent risk of bladder cancer in relation to smoking status: a prospective study in Japan. Japanese Cancer Sci 2008; 100: 284-91.

29