Proposal Asliiiiiiiiii

65
STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII DI SMPN 1 PANTI, PASAMAN Diajukan Sebagai Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika LINDA WATI 2411.001 Dosen pembimbing M.IMAMMUDDIN, M.Pd JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA VA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI SUMATERA BARAT 2013

description

proposal

Transcript of Proposal Asliiiiiiiiii

Page 1: Proposal Asliiiiiiiiii

STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH PADA MATA

PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII DI SMPN 1 PANTI, PASAMAN

Diajukan Sebagai Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan

dan Pengajaran Matematika

LINDA WATI

2411.001

Dosen pembimbing

M.IMAMMUDDIN, M.Pd

JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA VA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SJECH M. DJAMIL

DJAMBEK BUKITTINGGI

SUMATERA BARAT

2013

Page 2: Proposal Asliiiiiiiiii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang sangat penting dan dibutuhkan oleh umat

manusia untuk menjalani hidupnya. Allah SWT sangat memandang orang yang memiliki

ilmu pengetahuan dan memperingatkan manusia agar mencari ilmu pengetahuan.

Sebagaimana dijelaskan dalam Alquran surah Al-Mujaadilah ayat 11 yang berbunyi:

Artinya :“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan

memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka

berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan

Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”1.

Berdasarkan surah Al-Mujaadilah ayat 11 di atas dapat dipahami bahwa betapa

pentingnya ilmu pengetahuan bagi kelangsungan hidup manusia. Karena dengan ilmu

pengetahuan, Allah akan meninggikan derajat manusia dan dengan ilmu pengetahuan

manusia akan mengetahui apa yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, yang

1Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2005) h. 434

Page 3: Proposal Asliiiiiiiiii

membawa manfaat dan yang membawa mudharat. Termasuk dalam mempelajari

matematika, karena matematika juga merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan.

Hal ini didukung oleh firman Allah di dalam Alquran surat An-Nisa’ ayat: 11 yang

berbunyi:

Artinya: “Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-

anakmu. Yaitu bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua anak

perempuan, dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi

mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan, jika anak perempuan itu seorang

saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapak, bagi

masing- masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal

itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia

diwarisi oleh ibu- bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang

meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam.

Page 4: Proposal Asliiiiiiiiii

(pembagian – pembagian tersebut di atas) sudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau

(dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang)orang tuamu dan anak- anak-mu,

kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak)

manfa’atnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Bijaksana .2

Surat An Nisa ayat 11 di atas menjelaskan tentang pembagian harta warisan menurut

aturan yang disyariatkan oleh agama Islam. Berdasarkan ayat tersebut, pembagian harta

warisan terdiri dari bagian- bagian untuk ahli waris baik untuk istri, ibu-bapak, anak, maupun

saudara- saudara si pewaris. Dalam hal ini terlihat jelas manfaat matematika dalam kehidupan

manusia, yaitu aplikasi dari materi pecahan yang sudah diperkenalkan di sekolah dasar.

Pendidikan matematika merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

peranannya dalam upaya membina dan membentuk manusia berkualitas tinggi.Dalam

perkembangan modern, matematika memegang peranan penting karena dengan bantuan

matematika semua ilmu pengetahuan sempurna. Pembelajaran matematika di sekolah

merupakan saran berfikir yang jelas, kritis, kreatif, sistematis, dan logis. Arena untuk

memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi

pengalaman dan perkembangan kreatifitas. Proses pembelajaran matematika sebaiknya

memenuhi keempat pilar pendidikan masa datang yaitu :

1. Proses ”learning to know” : siswa memiliki pemahaman dan penalaran yang

bermakna terhadap produk dan proses matematika (apa, bagaimana, dan mengapa)

yang memadai.

2 Kementrian Urusan Agama Islam wakaf, Al-Quran dan Terjemahnya .(Jakarta: Mujamma’, 1990) hal. 116-117

Page 5: Proposal Asliiiiiiiiii

2. Proses “learning to do” : siswa memiliki keterampilan dan dapat melaksanakan proses

matematika (doing math) yang memadai untuk memacu peningkatan perkembangan

intelektualnya.

3. Proses ”learning to be” : siswa dapat menghargai atau mempunyai apresiasi terhadap

nilai-nilai keindahan akan produk dan proses matematika yang ditunjukkan dengan

sikap senang belajar, bekerja keras, ulet, sabar, disiplin, jujur serta mempunyai motif

berprestasi dan rasa percaya diri.

4. Proses ”learning to live together in peace and harmoni” : siswa dapat bersosialisasi

dan berkomunikasi dalam metematika melalui bekerja atau belajar bersama, saling

menghargai pendapat orang lain dan sharing ideas.3

Bersamaan dengan adanya keempat pilar pendidikan masa datang tersebut hendaknya

proses pembelajaran matematika dapat dilaksanakan berdasarkan keempat pilar tersebut agar

dapat menjadikan proses pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna.

Menurut Rachmadi Widdiharto tujuan dari pembelajaran matematika yaitu

terbentuknya kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melaui kemampuan

berpikir kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin dalam

memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain, maupun dalam

kehidupan sehari-hari.4

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran matematika diberikan

pada setiap jenjang pendidikan. Oleh karena, matematika memegang peranan penting dalam

kehidupan.

3 Depdiknas,Penyusunan Butir Soal dan Instrumen Penelitian, (Jakarta: Depdiknas, 2001), h.12

4 Rachmadi Widdiharto, Model-model Pembelajaran Matematika SMP, (Yogyakarta: Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah, 2004) h. 1

Page 6: Proposal Asliiiiiiiiii

Menyadari pentingnya matematika dalam kehidupan, seharusnya mata pelajaran

matematika merupakan mata pelajaran yang menarik dan menyenangkan. Agar siswa tertarik

mengikuti pelajaran matematika, maka seharusnya pelajaran matematika dilaksanakan

dengan cara yang menarik, menyenangkan, dan melibatkan siswa secara aktif. Hal ini sejalan

dengan pendapat Oemar Hamalik yang menjelaskan bahwa guru dan siswa senantiasa

dituntut agar menciptakan suasana lingkungan belajar yang baik dan menyenangkan,

menantang dan menggairahkan. Selain itu, dijelaskan kembali oleh Oemar Hamalik yang

menyatakan bahwa:

“ Kondisi subjek belajar turut menentukan kegiatan dan keberhasilan belajar. Siswa

dapat belajar secara efektif dan efisien apabila berbadan sehat, memiliki intelegensi yang

memadai, sikap untuk melakukan kegiatan belajar, memiliki bakat khusus, dan pengalaman

yang bertalian dengan pelajaran, serta memiliki minat untuk belajar”5

Mengingat pentingnya matematika saat ini, berbagai usaha telah dilakukan, antara lain

selain penyempurnaan kurikulum, pemerintah juga berusaha meningkatkan kemampuan guru

dengan penataran, serta melengkapi sarana dan prasarana pengajaran. Di samping itu

pemerintah juga melakukan pengawasan bantuan dan dorongan pada guru dalam rangka

perbaikan pengajaran. Namun hal tersebut belum memperlihatkan hasil yang memuaskan.

Kenyataan menunjukkan bahwa sejauh ini belum sepenuhnya proses pembelajaran

matematika mencapai target Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini terlihat dari rata-

rata hasil belajar siswa pada ulangan harian pertama matematika di kelas VII SMP Negeri 1

Panti, Pasaman:

5 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008) h.52

Page 7: Proposal Asliiiiiiiiii

Tabel 1. Persentase Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Matematika Siswa

Kelas VII SMP N 1 Panti, Pasaman

Kelas Jumlah

Siswa

Rata-rata Persentase Ketuntasan

Tuntas (%) Tidak Tuntas (%)

VII1 43 41,6 20,9% 79,1%

VII2 41 69 54 % 46%

VII3 45 61 38% 62 %

VII4 42 29 9,5 % 90,5 %

VII5 44 35 14% 86%

Sumber: Guru Matematika kelas VII SMPN 1 Panti, Pasaman6

Nilai rata- rata masing- masing kelas ini belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah berdasarkan kompetensi dasar pada

setiap pokok bahasan. Namun rata- rata untuk setiap pokok bahasan tersebut adalah 70.

Berdasarkan data di atas juga dapat dilihat bahwa rata- rata persentase ketidaktuntasan siswa

pada masing- masing kelas melebihi setengah dari jumlah siswa.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di SMP N 1 Panti, Pasaman diketahui bahwa

banyak siswa yang kurang berminat mempelajari matematika. Keadaan ini terlihat dari

kurangnya aktifitas siswa dalam belajar matematika. Model pembelajaran yang sering

digunakan guru dalam kelas adalah ekspositori dimana dalam proses pembelajaran, guru

menerangkan pelajaran dan diikuti dengan pemberian contoh soal dan siswa diminta

menyalin ke buku catatan. Lalu guru memberikan soal dan menyuruh siswa mengerjakan

sendiri – sendiri.

6 Khairunnisa,S.Pd, Guru Matematika SMP N 1 Panti, Pasaman

Page 8: Proposal Asliiiiiiiiii

Pada saat guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai paham atau tidaknya

mereka pada materi yang disampaikan, hanya beberapa siswa yang mau bertanya. Adapun

siswa yang bertanya pada setiap pertemuan, biasanya selalu siswa yang sama. Selain itu, pada

saat menyelesaikan soal- soal latihan, banyak siswa yang mendapat kesulitan, mereka

mengeluhkan perbedaan antara contoh soal dengan soal latihan. Hal ini barangkali

disebabkan karena mereka kurang menguasai konsep dari materi yang dipelajari.

Pada saat guru menjelaskan materi, siswa seringkali meminta penjelasannya diulang

karena mereka sulit memahami materi tersebut. Hal ini menyebabkan pembelajaran berjalan

lambat karena guru harus menjelaskan satu materi secara berulang. Hal ini membuat siswa

semakin sulit memahami materi pelajaran padahal masing- masing bab saling berkaitan. Jika

bab pertama tidak dikuasai maka akan sulit untuk memahami bab selanjutnya.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah

dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat, yaitu strategi pembelajaran yang

diharapkan dapat membantu siswa belajar cepat, menyenangkan, dan dapat meningkatkan

motivasi belajar. Strategi yang dimaksud salah satunya adalah strategi pembelajaran aktif tipe

“ Index Card Match “. Strategi dapat menjadi alternatif dalam menciptakan pembelajaran

yang menyenangkan sehingga kegiatan pembelajaran matematika tidak lagi monoton dan

menjenuhkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH PADA

MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII DI SMPN 1 PANTI, PASAMAN”.

Page 9: Proposal Asliiiiiiiiii

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan dapat diidentifikasi

beberapa masalah, yaitu:

1. Aktivitas guru mendominasi pembelajaran

2. Aktifitas siswa dalam pembelajaran belum berkembang secara optimal yang

tergambar pada aktifitas siswa yang masih monoton.

3. Hasil belajar matematika siswa masih rendah dengan indikasi banyaknya siswa yang

belum mencapai Ketuntasan Kompetensi Minimal (KKM) yang telah ditetapkan

sekolah.

4. Guru masih menggunakan strategi pembelajaran yang cenderung sama pada setiap

kali pertemuan sehingga menyebabkan kurangnya minat dan respon siswa terhadap

pembelajaran.

5. Siswa tampak bosan dalam mengikuti pembelajaran

6. Sedikitnya siswa yang bertanya pada guru mengenai materi yang tidak mereka

pahami

7. Anggapan siswa bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terfokus, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti

yaitu:

1. Aktifitas siswa dalam melaksanakan strategi pembelajaran aktif tipe Index

Card Match pada mata pelajaran matematika di SMPN 1 Panti, Pasaman.

2. Respon siswa dalam melaksanakan strategi pembelajaran aktif tipe Index Card

Match pada mata pelajaran matematika di SMPN 1 Panti, Pasaman.

Page 10: Proposal Asliiiiiiiiii

3. Hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan pembelajaran aktif tipe

Index Card Match pada mata pelajaran matematika di SMPN 1 Panti,

Pasaman.

D. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah aktifitas matematika siswa yang memperoleh pembelajaran

dengan model Index Card Match ?

2. Bagaimanakah respon siswa terhadap penerapan pembelajaran model Index

Card Match?

3. Apakah hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

Index Card Match (ICM) lebih baik dari pada siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional?

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui aktifitas siswa selama pembelajaran matematika dengan strategi

Index Card Match berlangsung.

2. Mengetahui respon siswa setelah pembelajaran dengan Index Card Match

diterapkan.

3. Mengetahui hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran

dengan Index Card Match dan yang mengikuti pembelajaran konvensional.

F. Defenisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami Proposal ini, maka peneliti akan

menjelaskan beberapa istilah dibawah ini:

Page 11: Proposal Asliiiiiiiiii

1. Strategi Pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian

kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

2. Pembelajaran Konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat pada

guru, dimana dalam prosesnya cenderung menggunakan metode ekspositori,

guru menyampaikan konsep dari materi, selanjutnya siswa diberikan contoh

soal, kemudian diminta untuk mengerjakan latihan untuk mengecek

pemahaman siswa.

3. Index Card Match adalah mencari jodoh kartu tanya jawab yang dilakukan

secara berpasangan dan cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang

pelajaran

4. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang dilakukan secara

klasikal dengan strategi ekspositori dan pemberian tugas secara individu yang

menggunakan komunikasi satu arah.

5. Aktifitas siswa adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan siswa selama

pembelajaran.

6. Respon siswa adalah tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajarannya.

7. Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada ranah kognitif yang diperoleh

setelah siswa melaksanakan tes hasil belajar.

G. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Penerapan model Index Card Match dalam pembelajaran diharapkan dapat

meningkatkan aktifitas siswa, meninkatkan respon dan kemampuan komunikasi siswa

Page 12: Proposal Asliiiiiiiiii

dalam proses pembelajaran, serta mendorong siswa untuk menyenangi matematika dan

dapat berperan aktif dalam mengkontruksi sendiri pengetahuan dalam menyelesaikan

soal-soal matematika dengan baik.

2. Bagi guru

Memberikan masukan kepada guru, khususnya guru matematika, bahwa pembelajaran

dengan menggunakan model Index Card Match dapat digunakan untuk membuat

kegiatan belajar mengajar yang lebih menarik dan kreatif.

3. Bagi peneliti

Dapat digunakan sebagai pengalaman menulis karya ilmiah dan melaksanakan

penelitian dalam pendidikan matematika sehingga dapat menambah pengetahuan,

khususnya untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan komunikasi siswa

setelah diterapkan model Index Card Match dalam proses pembelajaran.

Page 13: Proposal Asliiiiiiiiii

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pembelajaran Matematika

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungan.7 Selain itu belajar juga didefinisikan sebagai suatu

perubahan tingkahlaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil

perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan

lain serta mampu mengkomunikasikannya pada orang lain.8 Juga diartikan sebagai perubahan

tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,

mengamati, mendengar, meniru dan lain sebagainya.9

Belajar adalah usaha seseorang dalam memperoleh pengalaman/ pengetahuan baru

sehingga menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku.Perubahan tingkah laku yang

dimaksud adalah perubahan kemampuan siswa dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari

yang tidak dapat memecahkan masalah menjadi dapat memecahkan masalah. Jadi belajar

harus melalui proses, sehingga siswa bukan hanya sekedar menerima konsep dan prinsip-

prinsip.

Morgan menjelaskan bahwa: “Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat

permanen sebagai hasil dari pengalaman”.10

Sedangkan menurut Slameto, “Belajar ialah

suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

7 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h.2

8Made Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h.197

9 Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h.21

10Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010),h.3

Page 14: Proposal Asliiiiiiiiii

dengan lingkungannya”.11

Selanjutnya Muhibbin Syah juga menyebutkan bahwa: “Belajar

dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif

menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

kognitif”.12

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses tingkahlaku seseorang untuk

membentuk pengetahuan baru atau perubahan melalui pengalaman seperti membaca,

mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

Menurut Ngalim Purwanto ada beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian belajar,

yaitu :

a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkahlaku.

b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman.

c. Untuk dapat dikatakan belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap.

d. Tingkahlaku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai

aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.13

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses kegiatan yang

dilakukan atau berlangsung dalam diri seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkahlaku, menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik pisik maupan psikis. Dalam

keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling

pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada

bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.

11

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.2

12 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003),

h.92

13 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), h.84

Page 15: Proposal Asliiiiiiiiii

Secara etimologi, matematika merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang diperoleh

dengan bernalar. Hal ini bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui nalar, akan tetapi

matematika menekankan aktifitas dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan ilmu lain

menekankan pada hasil observasi atau eksperimen di samping penalaran. Matematika

terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris, karena matematika

sebagai aktifitas manusia kemudian pengalaman itu di proses dalam dunia rasio, diolah secara

analisis dan sintesis dengan penalaran di dalam struktur kognitif, sehingga sampailah pada

suatu kesimpulan berupa konsep-konsep matematika.

James dan James dalam Erman Suherman mengatakan bahwa : ”Matematika adalah

ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang

berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga

bidang, yaitu aljabar,analisis dan geometri”.14

Berdasarkan kutipan di atas, bahwa dalam belajar matematika siswa di tuntut untuk

menguasai konsep-konsep, struktur dan prinsip-prinsip agar dapat menerapkannya dan

memecahkan berbagai masalah. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dengan proses

pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan perkembangan potensi peserta didik secara

optimal sehingga mampu menghadapi tantangan dan perubahan zaman.

Pembelajaran matematika adalah proses yang disengaja dirancang dengan tujuan

untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang melaksanakan

kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru mengajar matematika.

Pembelajaran harus memberi peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman

tentang matematika. Disamping cara belajar aktif, dalam pembelajaran siswa juga dilatih

14

Erman Suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: UPI) h.16

Page 16: Proposal Asliiiiiiiiii

untuk mengembangkan kreatifitasnya. Dapat disimpulkan pembelajaran matematika yang

dimaksud adalah proses yang sengaja dirancang tujuanya untuk menciptakan suasana

lingkungan seseorang melaksanakan kegiatan belajar matematika, melatih cara berfikir dan

bernalar dan mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

Ada dua hal penting yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran matematika

adalah pembentukan sifat yaitu pola pikir kritis dan kreatif. Dalam proses pembelajaran

matematika hendaknya siswa diberi kesempatan bertanya dan berpendapat sehingga siswa

bisa mengeluarkan ide-idenya serta diharapkan siswa lebih kreatif dalam mencari solusi

pemecahan masalah.

Tujuan Pembelajaran Matematika

Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan atau diinginkan dari belajar, sehingga

memberikan arah kemana kegiatan belajar mengajar itu harus di bawa dan dilaksanakan.

Tujuan utama pertama, pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dan menenggah

adalah memberikan penekanan pada nalar dan pembentukan sikap siswa. Tujuan umum

adalah memberikan penekanan pada keterampilan dalam penalaran matematika, baik dalam

kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan yang lainnya.

Adapun tujuan khusus pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan menengah

terbagi dua bagian besar, pertama tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar dan

kedua tujuan pengajaran matematika di SMP. Sedangkan tujuan khusus pengajaran

matematika di SMU secara tersendiri dimuat di dalam kurikulum pendidikan menengah.

Perlu diketahui, tujuan umum matematika di jenjang pendidikan dasar dan menengah

merupakan tujuan yang paling umum. Sedangkan tujuan yang lebih khusus yang merupakan

tujuan pembelajaran matematika di SD, SMP dan SMU. Semua tujuan tersebut bersifat

dinamis dan cukup luwes sesuai dengan tuntutan yang mungkin muncul. Namun demikian

Page 17: Proposal Asliiiiiiiiii

secara umum setiap tujuan tersebut penjabarannya tetap mengacu pada materi matematika itu

sendiri.

Jadi tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran matematika pada dasarnya

merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai hasil dari proses pembelajaran matematika

tersebut. Karenanya sasaran tujuan pembelajaran matematika tersebut dianggap tercapai bila

siswa telah memiliki sejumlah pengetahuan dan kemampuan di bidang matematika yang

dipelajari.

2.2 Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar adalah satu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis

dasar yang mecakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan

tersebut mungkin menampakkan diri mungkin dalam bentuk kesulitan mendengarkan,

berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau berhitung. Batasan tersebut mencakup

kondis-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, dan afasia perkembangan.

Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab

utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran atau motorik,

hambatan karena tuna grahita, karena gangguan emosional, kemiskinan lingkugan, budaya

atau ekonomi keluarga.15

Dalam kegiatan belajar terdapat kesulitan, yakni suatu kesulitan atau keadaan yang

terdapat dalam proses belajar yang ditandai dengan hambatan-hambatan yang terjadi dalam

mencapai hasil belajar. Dalam proses belajar siswa mengalami hambatan belajar dalam

mencapai hasil belajar, sehingga cenderung menunjukkan prestasi hasil belajar yang rendah.

Untuk itulah perlu dilakukan suatu cara yang dapat menolong siswa untuk mencapai hasil

belajar yang baik. Dalam proses belajar mengajar gurulah sebagai penanggung jawab

15

Mulyono Abdurrahman.PENDIDIKAN bagi anak berkesulitan belajar(Jakarta:Rineka Cipta,2003),hal.6

Page 18: Proposal Asliiiiiiiiii

sehingga dalam ini guru harus dapat memahami gejala-gejala kesulitan belajar tersebut yang

dapat dilihat dari berbagai tingkah laku siswa sehingga akan dapat ditentukan dengan situasi

yang dihadapi oleh siswanya, misalnya memperoleh nilai matematika yang rendah.

Seperti dikemukakan H.K.Partowisastro dan hadisuparto (1986:46) bahwa: “suatu

masalah dalam belajar itu jika seorang siswa tidak memenuhi harapan-harapan yang

diisyaratkan kepadanya oleh sekolah seperti yang tercantum pada tujuan dari kurikulum dan

kurikuler.

Namun harapan-harapan ini tidak dapat tercapai bila siswa mengalami kesulitan

belajar seperti yang diutarakan H.K.Partowisastro da hadisuparto (1986:47) bahwa:“suatu

masalah timbul, kalau seorang siswa itu berada dibawah taraf prilaku dari sebagian besar

teman sekelasnya pad mata pelajaran maupun prilaku sosial yang dianggap penting oleh

guru”

Hal ini menuntut supaya guru mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

siswa. Ada dua faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu:

a) Faktor internal, berupaya faktorbelajar yang bersumber dari dalam diri siswa tersebut

diantaranya kematangan, kecerdasan, latihan dan motivasi

b) Faktor Eksternal, berupaya faktor belajar yang bersumber dari luar diri siswa

diantaranya lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Untuk itulah, guru harus

lebih jeli mengenali situasi dan kondisi siswa sesuai dengan faktor internal dan

eksternal seperti yang dikemukakan diatas, sehingga guru dapat melakukan

pendekatan yang efektif dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar siswa.

Page 19: Proposal Asliiiiiiiiii

2.3 Strategi Pembelajaran Aktif

Secara umum strategi dapat diartikan sebagai rencana tindakan yang terdiri atas

seperangkat langkah untuk memecahkan masalah atau untuk mencapai tujuan tertentu.

Seperti yang diungkapkan Lawson (dalam Sanjaya 2008:210) bahwa “Strategi dapat diartikan

sebagai prosedur mental yang berisi tatanan langkah yang menggunakan upaya ranah cipta

untuk mencapai tujuan tertentu”. Sedangkan dalam konteks pengajaran “Strategi dapat

diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan

belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan” (Djamarah 2006:5).

Strategi merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung berhasilnya suatu kegiatan

pembelajaran, karena arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian

tujuan. Menurut Kemp (dalam Sanjaya 2008:126) “Strategi pembelajaran adalah suatu

kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat

dicapai secara efektif dan efisien”.

Menurut Zaini (2008:xiv) “Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang

mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif”. Pembelajaran aktif (active learning)

dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak

didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai

dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu active learning juga

dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses

pembelajaran.

Dalam pembelajaran aktif, siswa harus mengerjakan banyak tugas. Mereka harus

menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang

mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah.

Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir

keras.

Page 20: Proposal Asliiiiiiiiii

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa active learning (belajar

aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons

anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang

menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan

strategi ini pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka.

Strategi pembelajaran aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan semua potensi anak

didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai

dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Pembelajaran ini pada dasarnya berusaha

untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respon anak didik dalam pembelajaran

sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang

membosankan bagi mereka. Dalam strategi ini juga setiap materi pelajaran harus dikaitkan

dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya.16

Strategi merupakan kiat atau siasat yang dilakukan guru untuk menciptakan suasana

pembelajaran yang optimal. Jadi strategi berarti cara dan seni menggunakan sumber daya

untuk mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran berarti upaya membelajarkan siswa. Strategi

pembelajaran berarti cara dan seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya

membelajarkan siswa.

Strategi pembelajaran merupakan garis besar haluan bertindak untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Menurut Wena Sanjaya ”strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan

pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai

secara efektif dan efisien.17

Pencapaian tujuan dalam strategi pembelajaran digunakan

sebagai acuan dalam menata pembelajaran dan menutup kelemahan yang kemudian

diterjemahkan kedalam bahasa kegiatan. Wina juga menyebutkan bahwa strategi

16 http://juntakmarganagmailcom.blogspot.com/2010/09/penerapan-strategi-belajar-aktif-tipe.html

17 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2008), h.126

Page 21: Proposal Asliiiiiiiiii

pembelajaran diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: strategi pengorganisasian, strategi

penyampaian dan strategi pengelolaan.

Penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat perlu karena untuk

mempermudah proses pembelajaran sehingga mencapai tujuan yang optimal. Bagi guru

strategi pembelajaran dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak yang sistematis dalam

pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan bagi siswa, strategi pembelajaran dapat mempermudah

proses belajar seperti mempermudah dan mempercepat memahami materi pelajaran, karena

setiap strategi di rancang untuk mempermudah proses belajar mengajar.

Dalam pembelajaran strategi memiliki banyak fungsi salah satunya yaitu untuk

mengaktifkan siswa dalam belajar. Menurut Melvin L. Silberman belajar aktif merupakan

belajar yang dapat menyenangkan dan memotivasi siswa untuk menguasai materi pelajaran18

.

Belajar aktif (active learning) merupakan belajar dengan memaksimalkan untuk

dibahas dalam proses pembelajaran di kelas sehingga siswa dapat berbagi pengalaman yang

tidak saja menambah pengetahuan tetapi juga kemampuan analitis dan sintesis.

Menurut Melvin dalam belajar aktif ini siswa secara aktif menggunakan otak, mengkaji

gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Untuk bisa

mempelajari sesuatu dengan baik, siswa perlu mendengarkan, melihat, bertanya dan

membahas suatu persoalan dengan orang lain.

Dalam belajar aktif siswa tidak sekedar menerima mereka mengupayakan pemecahan

atas permasalahan yang diberikan guru kepada mereka. Dalam belajar aktif ini siswa diajak

untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga

melibatkan fisik. Dalam proses belajar siswa harus lebih kreatif dalam mengembangkan

informasi yang telah didapatnya agar proses pembelajaran lebih bermakna. Dengan cara ini

18

Melvin L. Silberman, Aktive learning 101 Cara Belajar Aktif, (Bandung: Nusamedia, 2004), …, h.32

Page 22: Proposal Asliiiiiiiiii

biasanya siswa akan merasa lebih menyenangkan sehingga hasil belajar siswa tercapai secara

maksimal.

Dari kegiatan belajar aktif ada tiga tujuan penting yang harus dicapai, yaitu19

:

a. Pembentukan tim : membantu siswa untuk lebih mengenal satu sama lain dan

menciptakan semangat kerjasama dan interdependensi.

b. Penilaian sederhana : pelajarilah sikap, pengetahuan dan pengalaman siswa.

c. Keterlibatan belajar langsung : ciptakan minat awal terhadap pelajaran.

Dari ketiga tujuan di atas, bila dicapai akan membantu menciptakan lingkungan

belajar yang melibatkan siswa, meningkatkan kemauan mereka untuk ambil bagian dalam

kegiatan belajar aktif. Dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran aktif merupakan kiat

atau siasat yang dilakukan guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang

menyenangkan dan memotivasi siswa untuk menguasai materi pelajaran secara optimal.

2.4 Strategi Pemebelajaran Aktif Tipe Index Card Match

a) Pengertian strategi pembelajaran akif tipe index card match

Strategi Index card Match adalah strategi yang dikembangkan untuk menjadikan

siswa aktif mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasan diri sendiri dan seorang siswa

memiliki kreatifitas maupun mengusai ketrampilan yang diperlihatkan untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Strategi Index card Match adalah strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan

untuk mengulang materi yang telah diajarkan sebelumnya. Namun demikian materi barupun

tetap bisa diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran ini dengan catatan, siswa

19

Melvin L. Silberman, …, h. 61

Page 23: Proposal Asliiiiiiiiii

diberi tugas untuk mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika

masuk kelas sudah memiliki bekal pengetahuan.20

Strategi pembelajaran Index Card Match merupakan strategi pembelajaran yang

menuntut siswa untuk bekerja sama dan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa atas

apa yang dipelajari dengan cara yang menyenangkan. Siswa saling bekerja sama dan saling

membantu untuk menyelesaikan pertanyaan dan melemparkan pertanyaan kepada pasangan

lain. Kegiatan belajar bersama ini dapat membantu memacu belajar aktif dan kemampuan

untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama kelompok kecil yang memungkinkan untuk

memperoleh pemahaman dan penguasaan materi.

Dengan demikian strategi belajar aktif tipe Index Card Match adalah suatu cara

pembelajaran aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran dengan teknik mencari pasangan

kartu indeks yang merupakan jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu konsep atau

topik dalam suasana menyenangkan.

Strategi pembelajaran Index Card Match sebagai salah satu aternatif yang dapat

dipakai dalam penyampaian materi pelajaran selama proses belajar mengajar juga memiliki

beberapa kelebihan dan kelemahan.21

Kurniawati (17 September 2009) juga mengatakan

bahwa Strategi pembelajaran Index Card Match merupakan suatu strategi yang cukup

menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya.

Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan strategi ini dengan catatan,

peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga

ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.

20 http://elsiregar.blogspot.com/2013/05/penerapan-strategi-index-card-match.html

21 http://juntakmarganagmailcom.blogspot.com/2010/09/penerapan-strategi-belajar-aktif-tipe.html

Page 24: Proposal Asliiiiiiiiii

Berdasarkan pendapat di atas, strategi pembelajaran Index Card Match merupakan

strategi pembelajaran yang menuntut siswa untuk bekerja sama dan dapat meningkatkan rasa

tanggung jawab siswa atas apa yang dipelajari dengan cara yang menyenangkan. Siswa saling

bekerja sama dan saling membantu untuk menyelesaikan pertanyaan dan melemparkan

pertanyaan kepada pasangan lain. Kegiatan belajar bersama ini dapat membantu memacu

belajar aktif dan kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama kelompok kecil

yang memungkinkan untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi.

Dengan demikian strategi belajar aktif tipe Index Card Match adalah suatu cara

pembelajaran aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran dengan teknik mencari pasangan

kartu indeks yang merupakan jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu konsep atau

topik dalam suasana menyenangkan. Strategi pembelajaran index card match sebagai salah

satu aternatif yang dapat dipakai dalam penyampaian materi pelajaran selama proses belajar

mengajar juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan dari strategi belajar aktif Index Card Match yaitu :

1. Menumbuhkan kegembiraan dalam kegitan belajar mengajar.

2. Materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa.

3. Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan.

4. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar.

5. Penilaian dilakukan bersama pengamat dan pemain.

Kelemahan dari strategi belajar aktif Index Card Match yaitu :

1. Membutuhkan waktu yang lama bagi siswa untuk menyelesaikan tugas dan prestasi.

2. Guru harus meluangkan waktu yang lebih.

3. Lama untuk membuat persiapan

Page 25: Proposal Asliiiiiiiiii

4. Guru harus memiliki jiwa demokratis dan ketrampilan yang memadai dalam hal

pengelolaan kelas

5. Menuntut sifat tertentu dari siswa atau kecenderungan untuk bekerja sama dalam

menyelesaikan masalah

6. Suasana kelas menjadi “gaduh” sehingga dapat mengganggu kelas lain.22

b) Langkah-langkah strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match

1) Guru mempersiapakan potongan-potongan kertas sebanyak separuh siswa dalam

kelas yang akan diajar.

2) Potongan-potongan kertas tersebut dibagi lagi menjadi dua bagian yang sama.

3) Pada separuh bagian ditulis pertanyaan tentang materi yang diajarakan. Setiap kertas

berisi satu pertanyaan.

4) Pada separuh bagian yang lain, ditulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah

dibuat.

5) Kemudian potongan-potongan tersebut dicampur aduk secara acak, sehingga

tercampur antara soal dengan jawaban.

6) Kertas-kertas tersebut kemudian dibagikan kepada setiap siswa, satu siswa satu

kertas. Diterangkan aturan main bahwa siswa yang mendapat soal harus mencari

temannya yang mendapat jawaban dari soal yang diperolehnya, demikian pula

sebaliknya.

7) Setelah siswa menemukan pasanganya, siswa diminta untuk duduk sesuai dengan

pasangan yang diperolehnya. Antar pasangan satu dengan yang lain diminta untuk

tidak memberitahukan materi yang diperolehnya.

22

http://juntakmarganagmailcom.blogspot.com/2010/09/penerapan-strategi-belajar-aktif-tipe.html

Page 26: Proposal Asliiiiiiiiii

8) Setelah semua siswa menemukan pasangannya dan duduk berdekatan, setiap

pasangan diminta untuk membacakan soal yang diperoleh dengan suara keras secara

bergantian agar didengar oleh teman-teman yang lain, kemudian pasangannya

membacakan jawaban juga dengan suara keras.

9) Setelah semua pasangan telah membaca soal dan jawaban yang diperoleh kemudian

guru membuat klarifikasi. Bersama-sama siswa guru membuat kesimpulan hasil

belajar yang telah dilakukan.

2.5 Pendekatan dalam strategi Index Card Match yaitu Pendekatan pembelajaran siswa

aktif (Active Learning)

Tujuan pembelajaran tidak hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi

pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh

pengetahuannya sendiri (self regulated). Karena itu, pembelajaran memerlukan keterlibatan

mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan menghasilkan

self regulated. Yang bisa menghasilkan self regulated adalah pembelajaran aktif (active

learning). Hal ini sejalan dengan pernyataan Confucius (dalam Silberman 2009:1) tentang

pentingnya pembelajaran aktif yaitu: “Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya lihat,

saya ingat. Apa yang saya lakukan, saya paham”23

.

Menurut Zaini (2008:14) “Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang

mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif”. Pembelajaran aktif (active learning)

dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak

didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai

dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu active learning juga

23

http://gudangmakalah.blogspot.com/2012/08/skripsi-ptk-penerapan-strategi-reading.html

Page 27: Proposal Asliiiiiiiiii

dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses

pembelajaran.

Dalam pembelajaran aktif, siswa harus mengerjakan banyak tugas. Mereka harus

menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang

mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh

gairah.Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan

berfikir keras.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa active learning

(belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan

respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang

menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan

strategi ini pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka.

Strategi pembelajaran aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan semua potensi anak

didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai

dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Pembelajaran ini pada dasarnya berusaha

untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respon anak didik dalam pembelajaran

sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang

membosankan bagi mereka. Dalam strategi ini juga setiap materi pelajaran harus dikaitkan

dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya.

Ada banyak strategi pelajaran yang dapat digunakan dalam menerapkan pembelajaran

aktif di sekolah.Silberman (2009) mengemukakan 101 bentuk strategi yang dapat digunakan

dalam pembelajaran aktif.Kesemuanya dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas sesuai

dengan jenis materi dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai oleh siswa.Salah satu bentuk

strategi itu adalah Strategi Pembelajaran Index Card Match (pencocokan kartu indeks).

Page 28: Proposal Asliiiiiiiiii

2.6 Aktivitas Siswa

Belajar bukan kegiatan menghafal suatu konsep, pengertian dari suatu materi

pelajaran. Namun, pada hakikatnya belajar tidak terlepas dari melakukam suatu tindakan

ataupun aksi yang menyebabkan terjadinya perubahan bagi orang yang melakukannya.

Tindakan tersebut dinamakan aktivitas.

Sardiman (2009:95) mengatakan bahwa “pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

berbuat untuk mengubah tingkah laku”. Maka, tidak ada belajar tanpa disertai aktivitas. Itulah

sebabnya aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam intraksi belajar mengajar.

Djamarah (2008:38) mengatakan bahwa “belajar bukanlah berproses dalam kehampaan, tidak

pula sepi dari berbagai aktivitas. Tidak pernah terlihat orang yang belajar tanpa melibatkan

aktivitas raganya”.

Di sekolah seorang guru berperan sangat penting untuk dapat meningkatkan aktivitas

belajar siswa agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Proses pembelajaran yang

dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas menstransformasikan pengetahuan, sikap dan

ketrampilan. Guru diharapkan mampu mengembangkan kapasitas belajar, kompetensi dasar

dan potensi yag dimiliki siswa serta guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir

(psikis) maupun dalam berbuat (fisik). Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada

siswa sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran.

Menurut Sanjaya (2008:132) bahwa “aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada

aktivitas fisik, tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental”.

Diedrich (dalam Sardiman, 2009:101) menyimpulkan terdapat 177 macam kegiatan siswa

yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa, antara lain dapat digolongkan sebagai

berikut :

Page 29: Proposal Asliiiiiiiiii

a) Visual activities, yaitu membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi,

percobaan, pekerjaan orang lain.

b) Oral activities, yaitu menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,

mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

c) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan, diskusi,

musik, pidato.

d) Writing activities, yaitu menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

e) Drawing activities, misalnya : menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

f) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan,

membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

g) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan

soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

h) Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Klasifikasi di atas menunjukkan bahwa aktivitas yang terjadi dalam pembelajaran

cukup kompleks. Jika hal ini dapat dilakukan dalam pembelajaran di sekolah, maka proses

belajar mengajar tidak akan membosankan dan akan menjadi pusat aktivitas belajar yang

maksimal.

Selama ini aktivitas yang dominan dilakukan siswa terbatas pada mendengarkan,

mencatat, dan menjawab pertanyaan bila guru memberikan pertanyaan. Proses belajar

mengajar semacam ini jelas kurang mendorong anak didik untuk berpikir dan berkreativitas.

Untuk lebih meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar matematika maka

aktivitas siswa pun harus lebih ditingkatkan, bukan hanya sekedar mendengar, mencatat dan

Page 30: Proposal Asliiiiiiiiii

menghapal, sehingga dengan peningkatan aktivitas belajar matematika akan tercapai tujuan

belajar yaitu perubahan yang diharapkan dalam diri siswa.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah suatu kegiatan

yang melibatkan unsur fisik (jasmani) dan psikis (mental) di dalam proses belajar mengajar

matematika.24

Setelah disesuaikan dengan strategi pembelajaran Index Card Match, maka aktifitas

yang akan diamati dalam penelitian ini adalah seperti yang diperlihatkan dalam tabel

berikut:

Tabel 2.2. Aktifitas yang Akan Diamati

No Indikator

Aktifitas

Aktifitas Yang Diamati

1. Visual activities Membaca petanyaan dan jawaban

2. Listening activities Mendengarkan pertanyaan yang sesuai

dengan jawaban

3. Mental Activities Menyelesaikan/mecahkan soal

4. Oral Activities a. Mempresentasikan jawaban dan

pertanyaan di depan kelas

b. Menanggapi presentasi siswa yang tampil

5 Emotional

activities

Tanggapan siswa dalam kelompok

2.7 Respon Siswa

Hereditas dan lingkungan hanyalah merupakan dua segi utama dari proses belajar.

Segi lain yang juga penting adalah respon atau tanggapan siswa. Para siswa memberikan

24 http://juntakmarganagmailcom.blogspot.com/2010/09/penerapan-strategi-belajar-aktif-tipe.html

Page 31: Proposal Asliiiiiiiiii

respon terhadap suatu perangsang dengan berbagai tingkat kekuatan dan tujuan.25

Kekuatan

ini sebagian berasal dari kondisi-kondisi jasmaniah, sebagian lagi berasal dari pengamatan

dan motivasi.

Respon adalah proses pengorganisasian rangsangan. Rangsangan proksimal

diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsang

proksimal itu. Proses inilah yang disebut respon.26

Proses pengorganisasian rangsangan

maksudnya rangsangan yang terjadi diluar diri seseorang, rangsangan tersebut dapat berupa

kejadian sehingga seseorang dapat mengelompokkan atau menyimpulkan kejadian yang telah

terjadi.

Menurut Willis konsekuensi dari modus(“modus”, cara) respon akan mempengaruhi

persepsi orang lain terhadap individu tersebut dan pada gilirannya akan mempengaruhi

interaksi sosial antar individu.27

Maksudnya respon yang negatif dapat memberikan.

2.8 Hasil Belajar

a. Pengertian Hasi Belajar

Menurut Hamalik (2009:30) “hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku

pada diri siswa, yang dapat diamati dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan

ketrampilan”. Perubahan tersebut diartikan adanya peningkatan dan pengembangan yang

lebih baik dibanding sebelumnya. Perubahan yang timbul pada individu harus mengarah pada

perubahan positif yang berupa kecakapan sikap, kebiasaan dan pengertian.

Moedjiono dan Dimyanti (1994:4) berpendapat bahwa, “hasil belajar adalah hasil dari

interaksi tindak belajar murid dan tindak mengajar yang dilakukan oleh guru, tindak

25

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar.( Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009) h. 46 26

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial.(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008)h. 87 27

Sarlito Wirawan Sarwono,…, h .78

Page 32: Proposal Asliiiiiiiiii

mengajar diakhiri dengan proses evaluasi, sedang tindak belajar merupakan puncak dari

proses belajar dengan meningkatnya kemampuan”. Selanjutnya hasil belajar menurut

(Agung, 2005:75) adalah “hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami interaksi proses

pembelajaran”.

Senada dengan pernyataan Sudjana (Nurkancana & Sunartana, 1990:110),

mendefinisikan evaluasi hasil belajar adalah “suatu tindakan atau proses untuk menentukan

nilai keberhasilan belajar seorang setelah ia mengalami proses belajar selama satu priode

tertentu”. Pernyataan tersebut, menekankan bahwa hasil belajar sebagai hasil dari proses

pembelajaran.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah

laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Melalui proses belajar

seseorang akan mengalami perubahan dalam tingkah lakunya yakni sebagai hasil belajar yang

dilakukannya. Proses belajar mengajar dan hasil belajar merupakan dua hal yang tidak dapat

dipisahkan. Untuk itu, maka segala sesuatu yang mempengaruhi proses belajar harus

dioptimalkan agar mencapai hasil belajar yang lebih baik.

Sehubungan dengan aspek-aspek tersebut ada beberapa faktor yang mempengaruhi

hasil belajar siswa. Menurut Slameto (2003:54), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar adalah :

(1) Faktor–faktor internal

Faktor-faktor internal terdiri dari faktor jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), faktor

psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), dan

faktor kelelahan.

(2) Faktor-faktor eksternal.

Page 33: Proposal Asliiiiiiiiii

faktor-faktor eksternal terdiri dari faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi

antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang

tua, latar belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi

guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran

di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah), dan faktor masyarakat

(kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan

masyarakat).

Hasil belajar matematika adalah hasil dari seseorang siswa dalam mengikuti proses

belajar mengajar matematika yang diukur dari kemampuan siswa tersebut dalam

menyelesaikan suatu permasalahan matematika. Dalam belajar matematika diharapkan hasil

belajar yang dicapai hendaknya merupakan efek terhadap minat siswa untuk mempelajari

beberapa hal dan mempunyai sikap positif terhadap proses belajar mengajar. Hasil belajar

siswa dapat diketahui melalui proses evaluasi atau tes, kemudian hasil tes dinilai oleh guru.

Menurut taksonomi Bloom dalam Erman Suherman hasil belajar kognitif merupakan

perubahan-perubahan mental yang dapat terukur dan teramati. Perubahan mental tersebut

terdiri dari pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), Sintesis (C5),

dan evsaluasi (C6)28

.

Kunandar menjelaskan penilaian memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut:

1. Formatif, yaitu merupakan umpan balik bagi guru sebagai dasar untuk memperbaiki

proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi siswa yang belum

menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari.

2. Sumatif, yaitu dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi

pelajaran, menentukan angka nilai sebagai bahan keputusan kenaikan kelas dan

28

Erman Suherman, …, hal. 223

Page 34: Proposal Asliiiiiiiiii

laporan perkembangan belajar siswa, serta dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa.

3. Diagnostik, yaitu dapat mengetahui latar belakang siswa (psikologis, fisik, dan

lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar.

4. Seleksi dan penempatan, yaitu hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk

menyeleksi dan menempatkan siswa sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah hasil

belajar yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar pada mata pelajaran

matematika yang dapat ditunjukkan melalui angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu peningkatan

kemampuan siswa yang diperoleh melalui penyampaian informasi dan pesan oleh guru

setelah proses pembelajaran berlangsung, yang berupa angka atau selama satu periode

tertentu.

b. Ciri-Ciri Hasil Belajar

Dimyati & Moedjiono (dalam Agung, 2005:75) menyatakan, “ciri-ciri hasil belajar

ada tiga yaitu:

(1) hasil belajar memiliki kepastian berupa pengetahuan, kebiasaan, keterampilan,

sikap atau cita-cita,

(2) adanya perubahan mental dan perubahan jasmani.

(3) memiliki dampak pengajaran dan dampak pengiring”.

Tabrani Rusyan (1991:1) menyatakan “belajar adalah suatu proses yang ditandai oleh

adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari pengamatan dan latihan. Perubahan

Page 35: Proposal Asliiiiiiiiii

sebagai hasil belajar dapat ditimbulkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan

pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku dan kecakapan serta kemampuan”.

Menurut (Agung, 2005:76): “ciri-ciri hasil belajar melibatkan perolehan kemampuan-

kemampuan yang dibawa sejak lahir. Belajar bergantung kepada pengalaman, sebagai dari

pengalaman itu merupakan umpan balik dari lingkungan, memperoleh kecakapan baru dan

membawa perbaikan para ranah kognitif, afektif, psikomotorik”.

Dari pendapat tersebut dapat di simpulkan ciri-ciri hasil belajar adalah suatu proses

yang ditandai oleh adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari pengamatan dan

latihan yang membawa perubahan pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2.8 Pembelajaran Matematika

Dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh

pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari

sekumpulan objek (abstraksi)29. Tujuan umum pembelajaran matematika adalah memberikan

penekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika, baik dalam kehidupan sehari-

hari maupun dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan lainnya30.

Berdasarkan defenisi belajar dan pembelajaran, serta tujuan dari pembelajaran

matematika maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pembelajaran matematika

merupakan proses komunikasi antara siswa dengan guru, dalam rangka perubahan sikap dan

pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan

kebutuhan dan minatnya dalam mempelajari ilmu yang bersifat abstrak namun konsep-

konsepnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari dan membantu dalam mempelajari

ilmu pengetahuan lainnya.

29

Erman Suherman ,…,h. 57 30

Erman Suherman, …, h. 58

Page 36: Proposal Asliiiiiiiiii

2.9 Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana

dalam prosesnya cenderung menggunakan metode ekspositori, guru menyampaikan konsep

dari materi, selanjutnya siswa diberikan contoh soal, kemudian diminta untuk mengerjakan

latihan untuk mengecek pemahaman siswa.

Adapun ciri-ciri pembelajaran konvensional Menurut Nasution,adalah sebagai

berikut31

:

1. Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik ke dalam kelakuan yang dapat diukur.

2. Bahan pelajaran diberikan kepada kelompok atau kelas secara keseluruhan tanpa

memperhatikan siswa secara individu.

3. Bahan pelajaran umumnya berbentuk ceramah, kuliah, tugas tertulis dan media lain

menurut pertimbangan guru.

4. Berorientasi pada kegiatan guru dan mengutamakan kegiatan belajar.

5. Siswa kebanyakan bersifat pasif mendengar uraian guru.

6. Semua siswa harus belajar menurut kecepatan guru.

7. Penguatan umumnya diberikan setelah dilakukan ujian atau ujian.

8. Keberhasilan belajar umumnya dinilai guru secara subjektif

9. Pengajar umumnya sebagai penyebar atau penyalur informasi utama.

10. Siswa biasanya mengikuti beberapa tes atau ulangan mengenai bahan yang

dipelajari dan berdasarkan angka hasil tes atau ulangan itulah nilai rapor yang

diisikan.

Ciri- ciri pembelajaran konvensional di atas juga merupakan ciri- ciri dari pembelajaran

dengan metode ekspositori. Hal ini bedasarkan pada pendapat Ahmad Rohani dan Abu

Ahmad yang menyatakan bahwa hakekat mengajar menurut pandangan ekspositori adalah

31

Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta:Bumi aksara, 2000), h.209

Page 37: Proposal Asliiiiiiiiii

penyampaian ilmu pengetahuan kepada peserta didik yang dipandang sebagai objek yang

menerima apa yang diberikan dari guru.32

Pada pembelajaran dengan metode ekspositori, terdapat kelebihan dan kelemahan

pelaksanaannya. Menurut Wina Sanjaya, keunggulan dan kelemahan pada strategi

pembelajaran ekspositori adalah33

:

Keunggulan:

a. Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan

keluasan materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa

menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.

b. Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran

yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk

belajar terbatas.

c. Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui

penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa

melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).

d. Digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.

Kelemahan :

a. Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang

memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.

b. Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik

perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta

perbedaan gaya belajar.

32

Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, ..., h. 36 33

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2008) h.

34

Page 38: Proposal Asliiiiiiiiii

c. Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit

mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan

interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.

d. Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa

yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat,

antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur

(berkomunikasi), dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat

dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.

e. Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah

(one-way communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman

siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula. Di samping itu,

komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan

terbatas pada apa yang diberikan guru.

Dari penjelasan di atas, maka dapat diklasifikasikan perbandingan antara pembelajaran

matematika dengan strategi ETH dengan pembelajaran konvensional, seperti yang terlihat

dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.1. Perbandingan Pembelajaran ETH dan Pembelajaran Konvensional

No. Pembelajaran Index Card Match No. Pembelajaran Konvensional

1 Siswa aktif 1 Siswa pasif

2 Guru sebagai fasilitator 2 Guru adalah penentu jalannya

3 Siswa mempunyai kesempatan untuk

mengkonstruk dan mengembangkan

pengetahuan sendiri.

3 Kebenaran bersifat absolute dan

pengetahuan bersifat final.

Page 39: Proposal Asliiiiiiiiii

4 Siswa aktif menemukan konsep 4 Konsep diberikan oleh guru dan

siswa tidak dapat berbagi

pengetahuan kepada sesama

temannya.

5 Dapat melihat perbedaan kemampuan

setiap individu siswa.

5 Perbedaan kemampuanbelajar

siswa belum terlihat.

6 Pemantauan terhadap peserta didik lebih

intensif.

6 Guru sering tidak memperhatikan

keadaan tiap individu siswa

7 Daya serap siswa lebih cepat dan

bertahan lama karena siswa tidak

menghafal

7 Cepat hilang karena bersifat

menghafal.

2.10 Kerangka Konseptual

Belajar dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match sangat

besar manfaatnya bagi siswa terutama siswa yang kurang memahami materi yang diberikan

oleh guru. Dengan Index Card Match diharapkan menciptakan kondisi belajar yang

menyenangkan dan siswa dapat mengembangkan kemampuan berfikir secara optimal.

Untuk memperbaiki hasil belajar, guru sangat berperan penting dalam memilih metode

mengajar yang tepat, sehingga siswa mudah memahami materi yang disampaikan. Oleh sebab

Page 40: Proposal Asliiiiiiiiii

itu, penulis menggunakan suatu cara yang dapat meningkat mutu pembelajaran matematika

yaitu dengan strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match.

Berdasarkan uraian di atas dapat dibuat skema kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 1.Skema kerangka konseptual penelitian

2.11 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori diatas, hipotesis yang dirumuskan

dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi

pembelajaran aktif tipe index card match lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang

mengikuti pembelajaran konvensional pada mata pelajaran matematika di kelas VII SMPN 1

Panti, Pasaman.

Siswa

Kelas Eksperimen

Strategi pembelajaran aktif

tipe index card match

Kelas Kontrol

Pembelajaran

Konvensional

Hasil

Belajar

Respon

Siswa

Hasil

Belajar

Pelaksanaan

Pembelajaran

Aktivitas

Siswa

Bandingkan

Page 41: Proposal Asliiiiiiiiii

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka jenis

penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang

adanya perlakuan atau treatmen yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu

terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.34

Penelitian eksperimen yang

digunakan adalah penelitian pra eksperimen. Menurut Muri Yusuf, jenis penelitian ini pada

prinsipnya tidak dapat mengontrol validitas internal dan eksternel secara utuh, karena satu

kelompok hanya dipelajari satu kali, atau kalau menggunakan dua kelompok diantara kedua

kelompok itu tidak disamakan terlebih dahulu.35

Eksperimen merupakan metode yang mengungkapkan hubungan antara dua variabel

atau lebih untuk mencari pengaruh suatu variabel dengan variabel lain.36

Tujuannya adalah

untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan pada satu

atau lebih kondisi perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok

kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan. Pada penelitian yang akan diteliti ini, penelitian

eksperimen yang digunakan adalah penelitian pra eksperimen yaitu penelitian yang

mengandung ciri eksperimental dalam jumlah yang kecil.37

34

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:

Alfa Beta, 2009), h.107 35

Muri Yusuf, Metode Penelitian : Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah, ( Universitas Negeri Padang (

UNP ), 1997 ), h. 235 36

Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: PT. Tarsito, 2005), h.19 37

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h.99

Page 42: Proposal Asliiiiiiiiii

Untuk keperluan tersebut maka digunakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Siswa kelas eksperimen diajar dengan strategi pembelajaran Index Card Match

sedangkan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah The Static Group Comparison:

Randomized Control-Group Only Design. Sampel dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen adalah

strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match. Sedangkan pada kelas kontrol tidak

menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match. Rancangan penelitian The

Static Group Comparison: Randomized Control-Group Only Design dapat digambarkan pada

tabel 3.

Tabel 3. Rancangan penelitian Randomized Control-Group Only Design38

.

Keterangan:

XI =perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen yaitu pembelajaran dengan

menggunakan strategi pembelajaran akif tipe index card match.

X2 =Perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol, yaitu kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

T2 = tes akhir yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di akir

penelitian

38Sumardi Suryabrata . Metodologi Penelitian . (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. 2004) hal. 104

Kelas Treatment Posttest

Eksperimen X1 T2

Kontrol X2 T2

Page 43: Proposal Asliiiiiiiiii

Berdasarkan rancangan tersebut, terdapat dua kelas sampel dalam penelitian ini, yaitu

kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas kontrol merupakan kelas pembanding tanpa

perlakuan, artinya kelas ini tetap melaksanakan pembelajaran konvensional. Sedangkan kelas

eksperimen merupakan kelas yang diberi perlakuan, yaitu pembelajaran dengan

menggunakan strategi tipe Index Card Match.

3.2 Populasi dan Sampel

1) Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 1 Panti,Pasaman yang

terdaftar pada tahun pelajaran 2012-2013. Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh

populasi penelitian yaitu :

Kelas Jumlah Siswa

VII1 43

VII2 41

VII3 45

VII4 42

VII5 44

(Sumber: guru matematika kelas VII SMP Negeri 1 Panti, Pasaman)

2) Sampel

Penelitian yang dilakukan adalah jenis pra eksperimen dengan rancangan The Static

Randomized Control Group Only Design. Dalam pelaksanaannya, penulis membutuhkan

kedua kelas sebagai sampel. Berikut dijelaskan langkah- langkah yang dilakukan untuk

pemilihan kelas sampel dalam penelitian ini.

Page 44: Proposal Asliiiiiiiiii

1. Mengumpulkan data nilai ulangan harian matematika semester II kelas VII SMP

N 1 Panti,Pasaman

2. Melakukan uji normalitas

Pengujian normalitas digunakan untuk menguji apakah data populasi berdistribusi

normal atau tidak.

Hipotesis yang diajukan:

H0 : Data populasi berdistribusi normal

H1 : Data populasi tidakberdistribusi normal

Adapun langkah-langkah untuk melihat populasi berdistribusi normalatau tidak, maka

digunakan uji Lilifors sebagai berikut39

:

a. Data x1, x2, x3, …, xn diperoleh dan disusun dari data yang terkecil sampai

yang terbesar.

b. Data x1, x2, x3, … , xn dijadikan bilngan baku z1, z2, z3, … , zn dengan

menggunakan rumus :

c. Dengan penggunaan daftar distribusi normal baku dihitung peluang F(zi) = P

(z < zi).

d. Menghitung jumlah proporsi skor baku yang lebih kecil atau sama zi yang

dinyatakan dengan S(zi) dengan menggunakan rumus:

( )

e. Menghitung selisih antara F(zi) dengan S(zi) kemudian tentukan harga

mutlaknya.

39

Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: PT. Tarsito, 2005) h. 466-477

Page 45: Proposal Asliiiiiiiiii

f. Ambil harga mutlak yang terbesar dari harga mutlah selisih itu diberi simbol

L0, L0 = maks | ( ) ( )|.

g. Kemudian bandingkan L0 dengan nilai kritis yang diperoleh dari daftar nilai

kritis untuk uji Liliefors pada taraf α = 0,05. Kriterianya adalah terima H0 jika

L0 ≤ Ltabel.

3. Jika data yang diperoleh berdistribusi normal, maka dilakukan uji homogenitas

variansi. Uji homogenitas variansi ini dilakukan untuk mengetahui apakah data

populasi mempunyai variansi yang homogen. Langkah- langkah dalam melakukan

uji homogenitas adalah dengan menggunakan uji Bartlet sebagai berikut:40

a. Membuat hipotesis, yaitu:

H0 : =

= =

=

H1 : paling sedikit satu tanda tidak sama dengan, tidak berlaku

b. Menghitung variansi masing-masing kelompok

c. Menghitung variansi gabungan dari populasi menggunakan rumus:

∑( )

∑( )

d. Menghitung harga satuan Barlett dengan rumus:

( )∑( )

e. Menghitung harga satuan Chi-kuadrat (X2) dengan rumus:

X2

= (ln 10)* ∑( ) +

f. Membandingkan dengan

dengan kriteria bila <

untuk taraf α maka terima H0 artinya populasi homogen.

4. Melakukan uji kesamaan rata-rata

40

Sudjana, … , h. 261-263

Page 46: Proposal Asliiiiiiiiii

Adapun langkah-langkah dalam menguji kesamaan rata-rata populasi adalah:41

a. Membuat hipotesis

H0 : µ1 = µ 2 = µ3 = µ4 = µ5

H1 : Sekurang-kurangnya dua rata-rata tidak sama

b. Menentukan taraf nyata (α)

c. Menentukan wilayah kritiknya dengan menggunakan rumus f > f α[ k – 1, N

– K].

d. Menentukan perhitungan dengan bantuan tabel.

Tabel 6 : Data Hasil Belajar Siswa Kelas Populasi

Populasi

1 2 3 K

X11

X12

X1n

X21

X22

X2n

X31

X32

X3n

Xk1

Xk2

Xkn

Total T1 T2 T3 Tk T…

Nilai

Tengah

X1 X2 X3 Xk X…

Perhitungannya dengan menggunakan rumus :

-

Jumlah Kuadrat Total (JKT) :∑ = ∑ = i, j2 ni

j=1ki=1 -

(T…)2

N

Jumlah Kuadrat untuk Nilai Tengah Kolom (JKK): ∑ Ti2

N

-

T…2

N

Jumlah Kuadrat Galat (JKG) : JKT – JKK

41

Ronal, E. Walpole, Pengantar Statistika. ( Jakarta : PT. Gramedia Pustaka, 1993), h.383

Page 47: Proposal Asliiiiiiiiii

Masukkan data hasil perhitungan ke tabel berikut :

Tabel 7 : Analisis Ragam Bagi Data Hasil Belajar Siswa Kelas Populasi

Sumber

Keraga

man

Jumlah

kuadrat

(JK)

Derajat

kebebasa

n (dk)

Kuadrat

Tengah

F

hitu

ng

Nilai

tengah

kolom

Galat

JKK

JKG

k -1

N - K

S12

= JKK

k -1

S22

= JKG

N –

k

Total JKT N – K

e. Keputusannya

Ho diterima jika f < f α[ k – 1, N – K]

Ho ditolak jika f >f α [ k – 1, N – K].

5. Pengambilan Sampel

Apabila dari perhitungan di atas diperoleh populasi berdistribusi normal,

homogen serta memiliki kesamaan rata-rata, maka pengambilan sampel dapat

dilakukan secara acak.Pengambilan sampel yang penulis lakukan adalah dengan cara

menulis nama kelas di kertas dan menggulungnya. Kemudian penulis mengundi

gulungan kertas dan mengambil dua gulungan secara acak. Kertas pertama yang

terambil merupakankelas eksperimen, sedangkan pengambilan kertas kedua

merupakan kelas kontrol.

Page 48: Proposal Asliiiiiiiiii

3.3 Variabel dan Data Penelitian

1) Variabel

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.

Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas: Perlakuan dengan pembelajaran yang menggunakan strategi

Genius Learning.

2. Variabel Terikat: Hasil belajar matematika siswa di kelas sampel

2) Data

a. Jenis data

Jenis data pada penelitian ini terdiri atas dua, yaitu:

1) Data primer dalam penelitian ini adalah data aktivitas siswa dan guru,data

angket respon siswa dan data hasil belajar matematika siswa kelas sampel.

2) Data sekunder, yaitu data jumlah siswa kelas VII SMP N 1 Panti, Pasaman

b. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP N 1

Panti, Pasaman serta guru bidang studi matematika maupun dari pegawai tata

usaha SMP N 1 Panti, Pasaman

3.4 Prosedur Penelitian

Secara umum prosedur penelitian terdiri dari 3 tahap, yaitu: tahap persiapan, tahap

pelaksanaan, dan tahap akhir.

1) Tahap Persiapan

Tahap persiapan dalam penelitian ini meliputi:

a. Melaksanakan observasi ke sekolah untuk melihat proses pembelajaran yang

diterapkan didalam kelas.

Page 49: Proposal Asliiiiiiiiii

b. Menelaah data nilai ulangan harian semester II mata pelajaran matematika kelas

VII SMP N 1 Panti, Pasaman

c. Menentukan jadwal penelitian.

d. Membuat perangkat pembelajaran

e. Menyiapkan instrumen penelitian

f. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

g. Membuat kisi-kisi soal tes akhir

h. Menyusun soal tes akhir berdasarkan kisi- kisi yang telah dibuat

i. Mempersiapkan lembar observasi untuk mencatat aktifitas siswa dan guru kelas,

serta angket respon siswa

j. Validasi soal tes akhir, lembar observasi aktifitas siswa dan guru, serta angket

respon siswa.

k. Uji coba soal tes

l. Mempersiapkan observer yang akan mengamati aktifitas siswa dan guru

2) Tahap Pelaksanaan

Dalam pelaksanaannya, penelitian ini terdiri dari dua kelas sampel. Pada kelas

sampel dilakukan pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi

pembelajaran aktif tipe Index Card Match, dan kelas kontrol dengan pembelajaran

konvensional.

3) Tahap penyelesaian

Pada tahap penyelesaian dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:

1. Memberikan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah

penelitian berakhir, agar hasil penelitian dapat diketahui

Page 50: Proposal Asliiiiiiiiii

2. Membagikan angket respon kepada masing- masing siswa di kelas

eksperimen.

3. Mengolah data hasil tes akhir, lembar observasi, dan angket respon siswa

4. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang telah diperoleh dan

membandingkannya dengan hipotesis sementara yang telah dibuat

sebelumnya.

4) Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan instrumen berupa, lembar observasi untuk aktifitas siswa dan

pengelolaan kelas, tes hasil belajar, dan angket respon siswa.

a. Lembar Observasi

Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis,

objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi buatan untuk

mancapai tujuan tertentu.42

Observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar

peserta didik, seperti tingkah laku peserta didik selama pembelajaran, berdiskusi,

mengerjakan tugas, bertanya, dan sebagainya. Untuk mengetahui hal tersebut maka

diperlukan lembar observasi. Lembar observasi ini akan diisi oleh seorang observer.

Langkah-langkah dalam menyusun lembar observasi adalah:

a. Merumuskan tujuan observasi

b. Membuat lay-out atau kisi- kisi observasi

c. Menyusun aspek- aspek yang akan diobservasi

d. Validasi lembar obsevasi

e. Melaksanakan observasi

42

Zainal Arifin. Evaluasi Pembelajaran. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009) hal. 153

Page 51: Proposal Asliiiiiiiiii

Lembar observasi yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua jenis. Pertama,

lembar observasi untuk melihat aktifitas siswa. Kedua, lembar observasi untuk melihat

aktivitas guru. Kedua observasi ini dilakukan selama pembelajaran matematika menggunakan

strategi Genius Learning berlangsung di kelas eksperimen.

b. Lembar observasi aktifitas siswa

Adapun hal- hal yang akan dilihat oleh observer yang berkaitan dengan aktifits siswa

selama pembelajaran dengan strategi Genius Learning berlangsung, dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 8. Aspek-Aspek pada Lembar Observasi Aktifitas siswa

No Indikator Aspek

1. Oral Activities - Mengajukan pertanyaan ,

memberikan ide atau

pendapat, menjawab

pertanyaan yang diajukan

guru

2. Drawing Activities - Menggambar

4. Mental Actvities - Menanggapi atau

memecahkan soal

c. Lembar observasi aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran

Pada lembar observasi ini, hal – hal yang akan diamati oleh observer adalah sejauh

mana guru menerapkan pembelajaran matematika dengan strategi index card match. Hal ini

adalah sebagai kontrol bagi guru agar pembelajaran berlangsung seperti yang telah

direncanakan sehingga tujuan pembelajaran index card match dapat dicapai secara maksimal.

Page 52: Proposal Asliiiiiiiiii

5) Angket Respon Siswa

Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran

matematika dengan strategi index card match. Angket respon siswa ini berisi pernyataan-

pernyataan siswa terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan. Angket diberikan setelah

penelitian berakhir.Angket diisi oleh setiap siswa pada kelas eksperimen, yaitu kelas yang

melaksanakan pembelajaran dengan strategi index card match.Respon yang akan dilihat

berkaitan dengan materi pelajaran, lembar kerja siswa, dan cara guru menyampaikan materi.

Siswa diberikan dua pilihan yaitu senang (S), dan tidak senang (TS).

6) Tes Hasil Belajar

Untuk memperoleh data, maka kedua kelas sampel diberikan tes.Bentuk soal yang

digunakan dalam tes adalah berupa soal essay, tes hasil belajar dikembangkan melalui

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyusun tes

Dalam menyusun tes penulis melakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1) Menentukan tujuan mengadakan tes, yaitu untuk mendapatkan hasil belajar

matematika.

2) Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diujikan.

3) Membuat kisi-kisi tes.

4) Menyusun tes berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.

Page 53: Proposal Asliiiiiiiiii

b. Melakukan uji coba.

Sebelum tes diberikan kepada siswa kelas sampel, terlebih dahulu tes

diujicobakan pada sekolah atau kelas lain. Pengujian dimaksudkan agar tes yang akan

diberikan mempunyai kualitas yang baik.

c. Analsis item.

Untuk menentukan kualitas soal yang baik dilakukan langkah-langkah sebagai

berikut:

1) Validitas

Validitas merupakan sejauh mana instrument itu merekam/mengukur

apa yang dimaksudkan untuk direkam atau diukur. Suatu alat ukur disebut

memiliki validitas jika alat ukur tersebut isinya layak mengukur obyek yang

seharusnya diukur dan sesuai dengan kriteria tertentu”43

.Artinya kesesuaian

antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran.Bilamana

alat ukur yang digunakan tidak valid, maka data yang diperoleh juga tidak

valid dan kesimpulan yang diperoleh menjadi salah. Untuk menguji validitas

empiris dapat digunakan jenis statistika korelasi product moment dengan

angka kasar dengan rumus:44

∑ (∑ )(∑ )

√* ∑ (∑ ) +* ∑ (∑ ) +

Untuk menafsirkan koefisien korelasi dapat menggunakan kriteria sebagai

berikut:45

0,81 – 1,00 = sangat tinggi

43

Sumadi Suryabrata, … , hal. 60 44

Zainal Arifin,Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009)

h.254 45

Zainal Arifin,…, h.257

Page 54: Proposal Asliiiiiiiiii

0,61 – 0,80 = tinggi

0,41 – 0,60 = cukup

0,21 – 0,40 = rendah

0,00 – 0,20 = sangat rendah

2) Reliabilitas Tes.

Reliabilitas berhubungan dengan tingkat kepercayaan, dimana suatu tes

dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi apabila dapat

memberikan hasil yang tetap. Untuk melihat reliabilitas tes bentuk uaraian

dipakai rumus Alpha46

= (

)(

)

keterangan:

: reabilitas yang dicari

: jumlah varians skor tiap- tiap item

: varians total

Kriteria reliabilitas tes:

0,80< r11 ≤ 1,00

0,06< r11 ≤ 0,80

0,40< r11 ≤ 0,60

0,20< r11 ≤ 0,40

0,00< r11 ≤ 0,20

:Sangat tinggi

:Tinggi

:Sedang

:Rendah

:Sangat rendah

Rumus varians :47

46

Suharsimi,..., h. 109 47

Suharsimi Arikunto,…, hal 110

Page 55: Proposal Asliiiiiiiiii

(∑ )

Nilai yang diperoleh disesuaikan dengan kriteriarproduct moment pada tabel

dengan ketentuan jika r11> rtabel makates tersebut reliabel

3) Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran soal adalah suatu bilangan yang menunjukkan sulit

mudahnya suatu soal.Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak

terlalu sulit. Menurut ZainalArifin,untuk menghitung tingkat kesukaran dapat

digunakan langkah-langkah berikut48

:

a. Menghitung rata-rata skor untuk tiap butir soal dengan rumus:

b. Meghitung tingkat kesukaran dengan rumus:

c. Membandingkan tingkat kesukaran dengan kriteria berikut:

0,00 – 0,30 = sukar

0,31 – 0,70 = sedang

0,71 – 1,00 = mudah

Membuat penafsiran tingkat kesukaran dengan cara membandingkan

koefisien tingkat kesukaran dengan kriteria.

4) Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

siswa yang pandai dengan siswa yang berkemampuan rendah.Menurut Zainal

48

Zainal Arifin,…, h. 135

Page 56: Proposal Asliiiiiiiiii

Arifin, untuk menentukan daya pembedasoal dapat digunakan langkah-langkah

berikut49

:

a) Menghitung jumlah skor total tiap peserta didik.

b) Mengurutkan skor total mulai dari skor terbesar sampai dengan skor terkecil.

c) Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah. Jika jumlah peserta didik

banyak (di atas 30) dapat ditetapkan 27 %

d) Menghitung rata-rata skor untuk masing-masing kelompok (kelompok atas

maupun kelompok bawah).

1) Menghitung daya pembeda soal dengan rumus:

Keterangan :

DP = daya pembeda

= rata- rata kelompok atas

= rata-rata kelompok bawah

2) Membandingkan daya pembeda dengan kriteria sebagai berikut:

0,40 ke atas = sangat baik

0,30 – 0,39 = baik

0,20 – 0,29 = cukup, soal perlu diperbaiki

0,19 ke bawah = soal kurang baik, soal harus dibuang

6. Teknik Analisis Data

Untuk memperoleh data mengenai aktivitas siswa, aktivitas guru, respon siswa maupun

hasil belajar siswa, perlu dilakukan analisis dengan menggunakan teknik- teknik yang

49Zainal Arifin ,… , hal 133

Page 57: Proposal Asliiiiiiiiii

dikemukakan oleh para ahli dan telah banyak dipakai oleh peneliti- peneliti sebelumnya.

Adapun teknik tersebut terdiri dari:

1. Lembar Observasi

Observasi bertujuan untuk mengamati aktivitas siswa dan aktivitasguru selama

melaksanakan pembelajaran dengan strategi Genius Learning. Oleh karena itu, dalam

penelitian ini ada dua lembar observasi yang digunakan yaitu untuk mengamati

aktivitas siswa dan aktivitas guru pada pembelajaran matematika dengan

menggunakan strategi Genius Learning.

a. Aktivitas siswa

Data aktivitas siswa yang diperoleh melalui lembar observasi dianalisis dengan

menggunakan rumus persentase50

:

Keterangan:

P% = Persentase aktivitas

F = Frekuensi aktivitas yang dilakukan

N = Jumlah siswa

Kriteria penilaian aktivitas belajar yang positif adalah sebagai berikut:51

1) Jika persentase penilaian aktivitas adalah 1% - 25% maka aktivitas

tergolong sedikit sekali.

2) Jika persentase penilaian aktivitas adalah26% - 50% maka aktivitas

tergolong sedikit.

50

Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004) h. 130 51

Dimyati dan Mudjono, Penilaian Aktivitas Belajar, (Jakarta: Aksara Baru, 1999) h. 125

Page 58: Proposal Asliiiiiiiiii

3) Jika persentase penilaian aktivitas adalah51% - 75% maka aktivitas

tergolong banyak.

4) Jika persentase penilaian aktivitas adalah 76% - 99% maka aktivitas

tergolong banyak sekali.

b. Aktivitas Guru

Data yang diperoleh dari lembar pengamatan aktivitas guru dalam

melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan strategi Genius

Learningdianalisisdianalisis dengan menggunakan rumus persentase52

:

Keterangan:

P% = Persentase aktivitas guru

F= Frekuensi aspek aktivitas guru yang diamati

N = jumlah semua aspek

Kriteria penilaian yang digunakan dalam aktivitas guru sama dengan criteria

penilaian aktivitas siswa, yaitu: 53

1) Jika persentase penilaian aktivitas adalah 1% - 25% maka aktivitas

tergolong sedikit sekali.

2) Jika persentase penilaian aktivitas adalah26% - 50% maka aktivitas

tergolong sedikit.

3) Jika persentase penilaian aktivitas adalah51% - 75% maka aktivitas

tergolong banyak.

52

Sudjana, ...,h. 130 53

Dimyati dan Mudjono, …,hal. 125

Page 59: Proposal Asliiiiiiiiii

4) Jika persentase penilaian aktivitas adalah 76% - 99% maka aktivitas

tergolong banyak sekali.

2. Angket Respon Siswa

Data respon siswa diperoleh dari angket yang terdiri dari dua kriteria respon

yaitu senang (S), dan tidak senang (TS) .Respon dikatakan positifapabila 75 % atau

lebih siswa memberikan respon senang. Data kemudian dianalisis dengan

mengunakan rumus54

% = ( )

( ) x 100%

3. Tes Hasil Belajar

Untuk memperoleh tes yang baik, maka perlu dilakukan beberapa langkah

sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data sampelberdistribusi

normal atau tidak.

Hipotesis yang diajukan:

H0 : data sampel berdistribusi normal

H1 : data sampel tidak berdistribusi normal

Cara mengujinya adalah55

:

1) Data X1,X2,X3,...Xn yang diperoleh dari data yang terkecil hingga ke data

yang terbesar.

2) Data X1, X2, X3, ....Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, ....Zn dengan

rumus sebagai berikut:

54

Triyanto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: kencana, 2010),ed. 1, cet. 2, h 243 55

Sudjana, ...,h.466-477

Page 60: Proposal Asliiiiiiiiii

Zi = S

XrXi

Keterangan:

Xi = skor siswa yang diperoleh siswa yang ke-i

X r = skor rata-rata

S = simpangan baku

3) Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung

peluang. F (zi) = P (z zi).

4) Dengan menggunakan proporsi Z1, Z2, Z3,...Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi, jika proporsi ini dinyatakan dengan S (Zi), maka:

S (Zi) = n

ZiZyangZZbanyaknyaZ ..............3,2,1

5) Menghitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

6) Diambil harga yang paling besar di antara harga mutlak selisih tersebut dan

disebut selisih LO.

7) Membandingkan nilai Lo dengan Ltabel. Kriterianya diterima yaitu hipotesis

itu diterima jika Lo lebih kecil dari Ltabel, selain itu hipotesis ditolak.

b. Uji Homogenitas

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah kelas sampel mempunyai

variansiyang homogen atau tidak.Uji homogenitas dilakukan dengan uji Barlett

dengan langkah-langkah sebagai berikut:56

a. Membuat hipotesis, yaitu:

H0 : =

56

Sudjana,Metode Statistik, (bandung : Tarsito, 2002), h. 261-263

Page 61: Proposal Asliiiiiiiiii

H1 :

b. Menghitung variansi masing-masing kelompok

c. Menghitung variansi gabungan dari populasi menggunakan rumus:

∑( )

∑( )

d. Menghitung harga satuan Barlett dengan rumus:

( )∑( )

e. Menghitung harga satuan Chi-kuadrat (X2) dengan rumus:

X2

= (ln 10)* ∑( ) +

f. Membandingkan dengan

dengan kriteria bila <

untuk taraf α maka terima H0 artinya populasi homogen.

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar kognitif

matematika siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

Hipotesis yang akan diuji adalah :

H0 : µ1= µ2 Hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran

dengan strategi Genius Learning sama dengan siswa yang

mengikuti pembelajaran konvensional.

H1: µ1> µ2 Hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran

dengan strategi Genius Learning lebih baik daripada siswa yang

mengikuti pembelajaran konvensional.

µ1 dan µ2 merupakan rata- rata populasi hasil belajar kelas sampel. Jika setelah

dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas diperoleh data berdistribusi

normal dan variansi homogen, maka dilakukan uji t57

:

57

Sudjana, ..., h.249

Page 62: Proposal Asliiiiiiiiii

dengan √ ( )

( )

keterangan :

: rata- rata kelas eksperimen

: rata- rata kelas kontrol

S : variansi kedua kelas sampel

2 :variansi kelas eksperimen

2 :variansi kelompok kontrol

:jumlah siswa kelas eksperimen

:jumlah siswa kelas kontrol

Kriteria pengujian adalah tolak jika t hitung > t tabel, sebaliknya terima

jika t hitung < t tabel dengan derajat kebebasan (dk) = + – 2 pada α =

0,05.

Jika data yang diperoleh berdistribusi normal tetapi variansi data tidak

homogen maka digunakan rumus berikut:

Kriteria pengujian data adalah terima jika

Dengan

dan

(1-1/2a)( -1) dan =t(1-1/2a)( -1)

Jika data yang diperoleh tidak normal, maka digunakan ujiU (Uji Mann-

Whitney) dengan hipotesis sebagaiberikut:

Page 63: Proposal Asliiiiiiiiii

H0:Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan kelas

kontrol.

H1:Hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih besardaripada kelas kontrol

Untuk menghitung nilai statistik uji Mann-Whitney, rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut58

:

( ) ∑

( ) ∑

Keterangan:

= jumlah kasus kelompok 1

= jumlah kasus kelompok 2

∑ = jumlah jenjang/ rangking pada kelompok 1

∑ = jumlah jenjang/ rangking pada kelompok 2

Catatan = hanya salah satu U saja yang dihitung, sebab U lainnya dapat

dihitung dengan cara sebagai berikut: = - . Sedangkan U yang digunakan

adalah yang memiliki harga terkecil.

58Bambang Soepeno, Statistik Terapan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal 191

Page 64: Proposal Asliiiiiiiiii

DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya,Wina.2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group

Widdiharto,Rachmadi.2004.Model-model Pembelajaran Matematika SMP.Yogyakarta:

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Hamalik,Oemar.2008. Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta : Bumi Aksara

Slameto.1995.Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka

CiptaPidarta,Made.1997. Landasan Kependidikan.Jakarta:Rineka Cipta

Sadirman.2004.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Raja Grafindo Persada

Syah,Muhibbin.2003.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.Bandung: Remaja

Rosda Karya

Purwanto,Ngalim.1994.Psikologi Pendidikan.Bandung: Remaja Rosdakarya

Suherman,Erman.dkk,Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung: UPI

Abdurrahman,Mulyono.2003.PENDIDIKAN bagi anak berkesulitan belajar.Jakarta:Rineka

Cipta

Ronal, E. Walpole.1993.Pengantar Statistika.Jakarta : PT. Gramedia Pustaka

Suprijono,Agus.2010.Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,

2005) h. 434

Kementrian Urusan Agama Islam wakaf, Al-Quran dan Terjemahnya .(Jakarta: Mujamma’,

1990) hal. 116-117

Khairunnisa,S.Pd, Guru Matematika SMP N 1 Panti, Pasaman

Suryabrata.Sumardi.2005.Metodologi Penelitian.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada

Sudjana.2005.Metode Statistik.Bandung: PT. Tarsito

Arifin,Zainal.2009.Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur.Bandung : PT Remaja

Rosdakarya

http://elsiregar.blogspot.com/2013/05/penerapan-strategi-index-card-match.html

http://juntakmarganagmailcom.blogspot.com/2010/09/penerapan-strategi-belajar-aktif-

tipe.html

http://juntakmarganagmailcom.blogspot.com/2010/09/penerapan-strategi-belajar-aktif-

tipe.html

Page 65: Proposal Asliiiiiiiiii

http://gudangmakalah.blogspot.com/2012/08/skripsi-ptk-penerapan-strategi-reading.html

http://juntakmarganagmailcom.blogspot.com/2010/09/penerapan-strategi-belajar-aktif-

tipe.html