Proposal Akuaponik

51
PENDAHULUAN Latar Belakang Sistem teknologi akuaponik merupakan penggabungan antara sistem akuakultur dan sistem hidroponik. Dalam sistem akuakultur, sumber daya air merupakan hal yang sangat penting. Ketersediaan air secara kuantitatif maupun kualitatif merupakan prasyarat untuk dapat berlangsungnya kegiatan akuakultur. Berdasarkan kadar garamnya (salinitas), perairan di permukaan bumi dibagi menjadi 3 golongkan, yaitu air tawar, air payau, dan air laut. Air tawar memiliki salinitas 0-5 ppt (part per thousand), air payau 6-29 ppt, dan air laut 30-35 ppt. Seiring dengan makin pesatnya laju penbangunan maka salah satu konsekuensi yang harus kita hadapi adalah semakin menyusutnya sumber air, khususnya di daerah perkotaan. Padahal, air menjadi salah satu yang dapat digunakan untuk mendukung aktivitas sehari-hari manusia, di antaranya adalah untuk bidang perikanan. 1

Transcript of Proposal Akuaponik

Page 1: Proposal Akuaponik

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sistem teknologi akuaponik merupakan penggabungan antara sistem

akuakultur dan sistem hidroponik. Dalam sistem akuakultur, sumber daya air

merupakan hal yang sangat penting. Ketersediaan air secara kuantitatif maupun

kualitatif merupakan prasyarat untuk dapat berlangsungnya kegiatan akuakultur.

Berdasarkan kadar garamnya (salinitas), perairan di permukaan bumi dibagi men-

jadi 3 golongkan, yaitu air tawar, air payau, dan air laut. Air tawar memiliki salin-

itas 0-5 ppt (part per thousand), air payau 6-29 ppt, dan air laut 30-35 ppt.

Seiring dengan makin pesatnya laju penbangunan maka salah satu kon-

sekuensi yang harus kita hadapi adalah semakin menyusutnya sumber air, khusus-

nya di daerah perkotaan. Padahal, air menjadi salah satu yang dapat digunakan un-

tuk mendukung aktivitas sehari-hari manusia, di antaranya adalah untuk bidang

perikanan.

Sistem teknologi akuaponik merupakan salah satu alternatif pemecahan

yang dapat diterapkan dalam rangka pemecahan keterbatasan air tersebut. Di

samping itu, sistem teknologi akuaponik juga mempunyai keuntungan lainnya

berupa pemasukan tambahan dari hasil tanaman yang akan memperbesar keuntun-

gan para peternak ikan.

Sistem teknologi budidaya akuaponik pada prinsipnya adalah meng-

gabungkan antara budidaya perikanan dan tanaman dalam satu wadah. Budidaya

1

Page 2: Proposal Akuaponik

ikan merupakan sektor utama usaha agribisnis, sedangkan hasil tanaman meru-

pakan produk sampingan yang dapat menambah keuntungan para peternak ikan.

Tujuan Penelitian

Untuk mengkaji efektifitas teknologi akuaponik dalam mempertahankan

kualitas air dan mengukur kemampuan teknologi akuaponik dalam mengurangi

kadar amonia di perairan dan dapat dimanfaatkan oleh organisme lain.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan bagi penulis untuk menyusun skripsi yang merupakan

syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Teknik

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi untuk menganalisis kualitas air pada saat

pembudidayaan ikan dan tanaman, serta untuk mengamati pertumbuhan panjang

dan bobot pada ikan dan tanaman.

2

Page 3: Proposal Akuaponik

TINJAUAN PUSTAKA

Akuakultur

Sistem teknologi akuakultur didefenisikan sebagai wadah produksi beserta

komponen lainnya dan teknologi yang diterapkan pada wadah tersebut serta bek-

erja secara sinergis dalam mencapai tujuan akuakultur. Tujuan dari akuakultur

adalah memproduksi ikan dan akhirnya mendapat keuntungan.

Sistem akuakultur ini juga bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu sistem

akuakultur berbasiskan daratan (land-based aquaculture) dan sistem akuakultur

berbasiskan air (water-based aquaculture). Pada sistem akuakultur berbasiskan

air, interaksi antara ikan kultur dengan lingkungan luar sangat kuat dan hampir

tidak ada pembatasan karena pada umumnya dilakukan di perairan multifungsi

milik umum. Pemanfaatan air untuk banyak kepentingan lainnya tentu akan mem-

pengaruhi ikan kultur, demikian sebaliknya. Keberadaan unit produksi akuakultur

di perairan tersebut akan berdampak terhadap lingkungan.

Kolam air tenang adalah wadah pemeliharaan ikan yang di dalamnya ter-

dapat air bersifat menggenang (stagnant). Air yang masuk ke dalam kolam ini

hanya untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan (evaporasi) atau rembe-

san (infiltrasi) sehingga tinggi permukaan air kolam dipertahankan tetap. Untuk

kolam seluas 1000 m2, debit air yang dibutuhkan untuk mempertahankan keting-

gian air tetap konstan adalah sekitar 0,5 – 5 l/detik, tergantung pada kondisi penc-

ahayaan matahari dari kolam. Kolam air tenang menggunakan perairan tawar se-

bagai sumber airnya, yaitu sungai, saluran irigasi, mata air, hujan, sumur, waduk,

danau, dan situ (Effendi, 2004).

3

Page 4: Proposal Akuaponik

Parameter

Dalam budidaya ikan (khususnya ikan air tawar), kualitas air dapat diukur

dengan beberapa parameter sebagai berikut.

a. Derajat Keasaman (pH)

Keasaman atau pH air (pondus Hydrogenii) adalah indikasi dari bobot

hidrogen yang berada dalam air. Derajat keasaman diukur dengan skala 1-14.

Angka tujuh pada derajat keasaman menandakan keasaman air bersifat netral. Se-

mentara itu, angka satu menunjukkan air bersifat asam. Sebaliknya, angka 14 me-

nunjukkan air bersifat sangat basa atau alkalis.

Pengukuran pH tidak harus dilakukan di laboratorium, tetapi dapat di-

lakukan sendiri dengan menggunakan kertas pH atau kertas lakmus (metode

perbedaan warna). Bentuk kertas lakmus berupa potongan-potongan kertas

berukuran kecil. Cara pengukurannya, diambil sampel air, kemudian dicelupkan

kertas lakmus ke dalam air sampel selama beberapa detik hingga tidak terjadi pe-

rubahan warna. Cocokkan warna kertas lakmus dengan indikator pH yang tertera

dalam kemasan kertas lakmus. Supaya hasilnya lebih akurat, ambil dan tes 2-3

sampel air.

Selain dengan kertas lakmus, pengukuran pH juga dapat dilakukan dengan

menggunakan pH meter otomatis. Cara penggunaannya cukup gampang, dicelup-

kan ujung detektor pH meter yang terbuat dari logam ke dalam air. Secara otoma-

tis, skala pada pH meter menunjukkan angka yang menggambarkan kondisi pH air

yang sesungguhnya. Untuk keakuratan hasil, lakukan 2-3 kali pengukuran pada

tempat yang berbeda.

4

Page 5: Proposal Akuaponik

Besar-kecilnya angka pH sangat dipengaruhi oleh kandungan karbondiok-

sida (CO2) di dalam air. Karbondioksida adalah hasil respirasi atau pernapasan

ikan yang menghasilkan kandungan CO2 berbeda di siang dan malam hari. Ketika

malam hari, kadar CO2 meningkat sehingga pH air juga naik. Ketika pagi dan

siang hari, kadar CO2 akan turun sehingga pH air pun ikut turun.

Faktor lain yang mempengaruhi pH air adalah sisa pakan dan kotoran ikan.

Jika air jarang diganti, bekas pakan dan kotoran ikan akan semakin menumpuk.

Akibatnya, pH air menjadi semakin rendah. Untuk menetralkan pH di dalam ko-

lam, air harus dikuras terlebih dahulu kemudian dibersihkan dan dikeringkan ko-

lamnya.

b. Kesadahan (HD)

Kesadahan air (hardness) menunjukkan kandungan mineral, berupa kal-

sium (Ca), magnesium (Mg), dan seng (Zn) di dalam air. Jika kandungan unsur

mineral tersebut tinggi, air dianggap bersifat hardness atau keras. Jika kandungan

mineralnya rendah, air dianggap bersifat softness atau lunak. Tinggi rendahnya

kesadahan air sangat dipengaruhi oleh unsur mineral dalam tanah tempat air terse-

but berada.

Tabel 1: Kandungan Unsur Mineral dalam Kesadahan Air

No.

Kesadahan Kandungan Kalsium/CaCO3 (ppm)

Kesadahan (Derajat HD)

1234

LunakMediumKerasSangat keras

0 – 5050-150

150-300Lebih dari 300

0 – 3,53,5 – 10,510,5 – 21

Lebih dari 21Sumber : Effendi (2004).

Kesadahan air dan pH merupakan unsur yang berbeda, tetapi memiliki

keterkaitan yang erat. Biasanya air yang ber-pH basa, kesadahan airnya tergolong

5

Page 6: Proposal Akuaponik

tinggi. Sebaliknya, air yang ber-pH asam, kesadahannya rendah. Menurunkan ke-

sadahan air dapat dilakukan dengan menambahkan aquades.

c. Oksigen Terlarut

Sebagian besar ikan membutuhkan oksigen (O2) terlarut dalam air se-

banyak 3 mg/l. Idealnya, batas minimal kandungan oksigen terlarut untuk pertum-

buhan ikan adalah 5 mg/l. Meskipun demikian, ikan masih dapat hidup di bawah

batas minimal tersebut. Konsekuensinya nafsu makannya akan menurun dan per-

tumbuhannya juga terhambat.

Untuk mengatasi berkurangnya jumlah oksigen terlarut di dalam air perlu

dilakukan cara-cara sebagai berikut.

- Mekanik. Menggunakan aerator atau alat sirkulasi air (pompa) yang mampu

memutar oksigen dari udara ke dalam air secara cepat dan dalam jumlah besar.

Intinya, aerator berfungsi untuk meningkatkan intensitas pertukaran air se-

hingga kualitas air dapat terjaga.

- Kimia. Meskipun jarang digunakan, pemberian superfosfat telah terbukti

mampu merangsang pertumbuhan fitoplankton baru yang dapat membantu

proses fotosintesis.

- Biologi. Cara ini dilakukan dengan menjaga keseimbangan kandungan oksi-

gen antara tumbuhan penghasil oksigen dan organisme pengguna oksigen.

Gejala kekurangan oksigen pada ikan tampak dari gerak-geriknya yang ge-

lisah, selalu berenang di permukaan air, dan frekuensi pernapasan yang lebih

cepat (insang dan mulut membuka dan menutup lebih cepat). Kekurangan oksigen

biasanya terjadi akibat beberapa faktor, antara lain kenaikan temperatur, kandun-

6

Page 7: Proposal Akuaponik

gan bahan-bahan organik, kombinasi tanaman air, dan kepadatan yang terlalu

tinggi.

d. Karbondioksida

Gas karbondioksida adalah komponen udara yang berada di alam bebas

dan di alam air. Karbondioksida juga sering disebut dengan gas asam arang, seba-

gai hasil respirasi makhluk hidup dan proses penguraian bahan organik.

Meningkatnya konsentrasi CO2 pada wadah tertutup dapat menimbulkan masalah

serius pada ikan. Hal ini sering terjadi pada pengiriman ikan. Jumlah karbondiok-

sida tergantung pada konsentrasi oksigen di dalam kolam. Jika konsentrasi oksi-

gennya berada pada tingkat maksimal, pengaruh karbondioksida dapat diabaikan.

e. Kandungan Nitrit

Pemberian pakan ikan secara berlebihan dapat memicu terjadinya

penumpukan bahan organik yang dihasilkan dari sisa pakan, kotoran ikan, lumut,

dan pembusukan daun-daunan. Bahan-bahan organik tersebut akan membentuk

zat amoniak yang bersifat racun dan zat ammonium yang tidak bersifat racun. Ke-

dua kadar zat tersebut dipengaruhi oleh pH air. Pada air ber-pH rendah (dibawah

7,2), kandungan ammonium yang terbentuk lebih banyak dibandingkan dengan

amoniak. Sebaliknya, air yang ber-pH tinggi (di atas 7,2) lebih banyak mengan-

dung amoniak yang kadarnya melebihi batas 1 mg/l.

Amoniak akan berubah menjadi nitrit apabila ada kehadiran bakteri Nitri-

somonas. Nitrit adalah unsur kimia yang tidak terlalu berbahaya. Namun, jika te-

jadi sekresi dan pembusukan bahan organik, sifatnya akan berubah menjadi sangat

berbahaya. Tingginya kadar nitrit di dalam air dapat dilihat secara kasat mata. In-

dikatornya, warna air berubah menjadi keruh, cara berenang ikan tidak terarah,

7

Page 8: Proposal Akuaponik

pakan yang diberikan tidak disantap karena nafsu makan hilang, dan pertumbuhan

ikan menjadi terhambat.

f. Temperatur

Kondisi temperatur harus dijaga agar tetap konstan. Temperatur yang

berubah-ubah dapat menyebabkan stres pada ikan. Pada temperatur yang terlalu

tinggi, ikan akan mengalami kekurangan oksigen dan sistem enzim yang mem-

bantu metabolisme tubuh tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pada kondisi

seperti ini, penyakit dapat menyerang dengan cepat. Untuk mengatasinya perlu di-

lakukan hal-hal sebagai berikut.

- Dipasang aerator atau dikurangi populasi ikan dan tanaman air jika sebagian

besar ikan tampak berenang di permukaan air, supaya sirkulasi udaranya lan-

car.

- Air diganti secepatnya jika tiba-tiba air menjadi keruh dan ikan mati secara

serentak.

- Jangan dibiarkan kolam berbau busuk. Biasanya, bau busuk disebabkan oleh

konsentrasi senyawa asam sulfida yang berlebihan, pembusukan ikan mati,

dan penumpukan alga di dasar kolam.

- Dalam kondisi kekurangan oksigen, dilakukan penggantian air.

- Jika di permukan kolam dan di dasar kolam dijumpai banyak ikan yang mati,

ada kemungkinan ikan terkontaminasi oleh bahan beracun yang berasal dari

insektisida atau pestisida. Jika hal ini terjadi, kolam harus segera diganti

airnya dan dibersihkan.

g. Pemberian Pakan

8

Page 9: Proposal Akuaponik

Pakan yang harus diberikan berupa pelet. Faktor yang perlu diperhatikan

saat pemberian pakan adalah waktu pemberian pakan dan jumlah pakan. Supaya

pakan tidak tersisa, pemberian pakan harus diatur enam jam sekali. Begitu juga

dengan jumlah pakan, harus disesuaikan dengan bobot ikan yang ditebar.

Sebagai contoh, pada ikan hias black ghost, porsi pakan yang diberikan

adalah 5-10% dari bobot totalnya. Jika di dalam kolam ditebar 4.000 ekor ikan

dengan bobot rata-rata 2,5 g/ekor, dihasilkan bobot total ikan sebesar 10.000 g.

Karena porsi makanan yang diberikan 5-10% dari bobot total, setiap hari rata-rata

dibutuhkan pakan sebanyak 0,5-1 kg. Pakan tersebut diberikan setiap 6 jam sekali

dengan takaran 125-250 g setiap kali pemberian. Selain pakan buatan, pakan

alami, seperti cacing rambut dan jentik-jentik nyamuk,juga perlu diberikan.

Takaran untuk setiap kali pemberian sebanyak 200-400 g.

h. Gangguan Parasit

Parasit pada ikan dapat menyebabkan penyakit yang sering menimbulkan

kerugian besar pada petani ikan. Jika serangan parasit sudah terlampau parah,

seluruh ikan di dalam kolam tidak akan tertolong lagi. Secara umum, parasit

menyerang ikan yang terkena infeksi sekunder akibat luka gesek.

Jika kondisi kolam sehat, organisme penyakit yang ada di dalam kolam

dan yang ada di tubuh ikan tidak akan berbahaya, tetapi ketika kondisi ikan menu-

run akibat kualitas air yang menurun, parasit akan mudah masuk dalam tubuh

ikan.

i. Sumber Air

9

Page 10: Proposal Akuaponik

Air untuk memelihara ikan dapat bersumber dari dalam tanah (air sumur),

sungai, atau Perusahaan Air Minum (PAM).

- Air Tanah. Air tanah atau air sumur relatif lebih aman. Namun, jika ingin

mengetahui lebih jelas kualitasnya, diperiksa terlebih dahulu ke laboratorium,

terutama menyangkut derajat keasaman (pH), kandungan oksigen, dan kesada-

hannya.

- Air Sungai. Pada umumnya, air sungai berpenampilan keruh sehingga se-

belum digunakan harus dijernihkan terlebih dahulu. Penjernihan air juga

berfungsi untuk menyaring zat-zat berbahaya.

- Air PAM. Air PAM banyak digunakan di kota-kota besar. Biasanya untuk

memelihara ikan dalam skala kecil di akuarium karena penggunaan air kolam

secara ekonomis kurang menguntungkan. Secara umum, kualitas air PAM

cukup baik, tetapi perlu diwaspadai adanya kandungan klorin (Cl) yang digu-

nakan oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sewaktu proses penjerni-

han air.

Hidroponik

Di zaman modern sekarang ini, bercocok tanam tidak lagi harus menggu-

nakan media tanah. Berbagai metode bercocok tanam bisa digunakan bagi yang

ingin menekuninya. Salah satunya adalah bercocok tanam secara hidroponik.

Hidroponik berasal dari bahasa Yunani, Hydroponic, yang artinya hydro berarti

air dan ponous berarti kerja. Sesuai dengan arti tersebut, bertanam secara hidro-

ponik merupakan bercocok tanam yang menggunakan air, nutrisi, dan oksigen.

Pada budidaya hidroponik, semua kebutuhan nutrisi diupayakan tersedia

dalam jumlah yang tepat dan mudah diserap oleh tanaman. Perbedaan yang paling

10

Page 11: Proposal Akuaponik

menonjol antara hidroponik dan budidaya konvensional adalah penyediaan nutrisi

tanaman. Pada budidaya konvensional, ketersediaan nutrisi untuk tanaman sangat

bergantung pada kemampuan tanah menyediakan unsur-unsur hara dalam jumlah

cukup dan lengkap.

Ada beberapa keuntungan yang diyakini bisa diperoleh dari bercocok

tanam secara hidroponik dibandingkan bercocok tanam secara konvensional. Ke-

untungannya adalah sebagai berikut.

1. Produksi per tanaman lebih besar dan kualitas lebih baik

2. Kehilangan setelah panen lebih kecil. Sementara harga lebih tinggi dan relatif

konstan, serta tidak mengenal musim.

3. Tanaman yang dibudidayakan dengan hidroponik juga lebih mudah terhindar

dari erosi dan kekeringan.

4. Panen dengan cara hidroponik lebih cepat dibandingkan dengan cara konven-

sional. Petani tidak memerlukan waktu yang lama untuk menunggu masa

tanam atau masa panen.

Teknologi Hidroponik

Terdapat dua teknik utama dalam bercocok tanam hidroponik, yaitu teknik

yang menggunakan larutan, dan teknik yang menggunakan media. Metode yang

menggunakan larutan tidak membutuhkan media yang keras untuk pertumbuhan

akar, hanya cukup dengan larutan mineral bernutrisi. Contoh cara dalam teknik

larutan yang umum dipakai adalah teknik larutan statis dan teknik larutan alir.

Sedangkan untuk teknik media adalah bergantung pada jenis media yang dipergu-

nakan, bisa berupa sabut kelapa, serat mineral, pasir, pecahan batu bata, serbuk

kayu, dan lain-lain sebagai pengganti media tanah.

11

Page 12: Proposal Akuaponik

1. Teknik Larutan Statis

Pada teknik statis telah dikenal sejak pertengahan abad ke-15 oleh bangsa

Aztec. Dalam teknik ini, tanaman disemai pada media tertentu bisa berupa ember

plastik, baskom, bak semen, atau tangki. Larutan biasanya dialirkan secara perla-

han atau tidak perlu dialirkan. Jika tidak dialirkan, maka ketinggian larutan dijaga

serendah mungkin sehingga akar tanaman berada di atas larutan, dan dengan

demikian tanaman akan cukup memperoleh oksigen.

Pada setiap tanaman terdapat lubang. Tempat bak dapat disesuaikan den-

gan pertumbuhan tanaman. Bak yang tembus pandang bisa ditutup dengan alu-

minium foil, kertas pembungkus makanan, plastik hitam atau bahan lainnya untuk

menghindari cahaya sehingga dapat menghindari tumbuhnya lumut di dalam bak.

Untuk menghasilkan gelembung oksigen dalam larutan, bisa menggunakan pompa

akuarium. Larutan bisa diganti secara teratur, misalnya setiap minggu, atau apa-

bila larutan turun di bawah ketingian tertentu bisa diisi kembali dengan air atau

larutan bernutrisi yang baru.

2. Teknik Larutan Alir

Teknik Larutan alir adalah suatu cara bertanam hidroponik yang dilakukan

dengan mengalirkan terus menerus larutan nutrisi dari tangki besar melewati akar

tanaman. Teknik ini lebih mudah untuk pengaturan karena suhu dan larutan

bernutrisi dapat diatur dari tangki besar yang bisa dipakai untuk ribuan tanaman.

Salah satu teknik yang banyak dipakai dalam cara teknik larutan ini adalah teknik

lapisan nutrisi (nutrient film techniquel) atau dikenal sebagai NFT, teknik ini

menggunakan parit buatan yang terbuat dari lempengan logam tipis antikarat, dan

tanaman disemai di parit tersebut.

12

Page 13: Proposal Akuaponik

Di sekitar saluran parit tersebut dialirkan air mineral bernutrisi sehingga

sekitar tanaman akan terbentuk lapisan tipis yang dipakai sebagai makanan tana-

man. Parit dibuat dengan aliran air yang sangat tipis lapisannya sehingga cukup

melewati akar dan menimbulkan lapisan nutrisi disekitar akar dan terdapat oksi-

gen yang cukup untuk tanaman.

3. Teknik Agregat Media

Teknik ini menggunakan media tanam berupa kerikil, pasir, arang sekam,

batu bata, dan media lainnya yang disterilkan terlebih dahulu sebelum dipergu-

nakan untuk mencegah adanya bakteri pada media tersebut. Pemberian nutrisi di-

lakukan dengan teknik mengairi media tersebut dengan pipa dari air larutan bernu-

trisi yang ditampung dalam tangki atau tong besar.

Faktor penting dalam teknik hidroponik

1. Larutan hara

Pemberian larutan hara yang teratur sangatlah penting pada hidroponik,

karena media hanya berfungsi sebagai penompang tanaman dan sarana

meneruskan larutan atau air yang berlebihan. Hara yang tersedia bagi tanaman

pada pH 5,5 - 7,5 tetapi yang terbaik adalah 6,5 karena pada kondisi ini unsur hara

dalam keadaan tersedia bagi tanaman.

Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda-beda menurut tingkat per-

tumbuhannya dan jenis tanaman. Larutan hara dibuat dengan cara melarutkan

garam-garam pupuk dalam air. Berbagai garam jenis pupuk dapat digunakan un-

tuk larutan hara, pemilihannya biasanya atas harga dan kelarutan garam pupuk

tersebut.

2. Media tanam

13

Page 14: Proposal Akuaponik

Jenis media tanam yang digunakan sangat berpengaruh terhadap pertum-

buhan dan perkembangan tanaman. Media yang baik membuat unsur hara tetap

tersedia, kelembaban terjamin dan drainase baik. Media yang digunakan harus da-

pat menyediakan air, zat hara dan oksigen serta tidak mengandung zat yang bera-

cun bagi tanaman. Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai media tanam dalam

hidroponik antara lain pasir, kerikil, pecahan batu bata, arang sekam, spons, dan

sebagainya. Bahan yang digunakan sebagai media tumbuh akan mempengaruhi

sifat lingkungan media. Tingkat suhu, aerasi dan kelembaban media akan

berlainan antara media yang satu dengan media yang lain, sesuai dengan bahan

yang digunakan sebagai media.

3. Kualitas air

Kualitas air yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman secara hidroponik

mempunyai tingkat salinitas yang tidak melebihi 2500 ppm dan tidak mengan-

dung logam-logam berat dalam jumlah besar karena dapat meracuni tanaman.

4. Oksigen

Keberadaan oksigen dalam sistem hidroponik sangat penting. Rendahnya

oksigen dapat menyebabkan permeabilitas membran sel menurun, sehingga dind-

ing sel semakin sukar ditembus. Akibatnya tanaman akan kekurangan air. Hal ini

dapat menjelaskan mengapa tanaman akan layu pada kondisi tanah yang terge-

nang. Tingkat oksigen di dalam pori-pori media mempengaruhi perkembangan

rambut akar.

Pemberian oksigen ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti mem-

berikan gelembung-gelembung udara pada larutan (kultur air), penggantian laru-

tan hara yang berulang-ulang, mencuci akar yang terekspose dalam larutan hara

14

Page 15: Proposal Akuaponik

dan memberikan lubang ventilasi pada tempat penanaman untuk kultur agregat

(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Sistem Irigasi

Hidroponik yang dilakukan di rumah tidak akan mengalami kesulitan

dalam penyiraman karena jumlah tanaman yang sedikit. Namun, untuk tanaman

hidroponik yang diusahakan di kebun dalam skala luas, pasti tidak efisien bila

harus menyiram tanaman satu per satu. Oleh karena itu, perlu dibuat suatu sistem

irigasi untuk memudahkan penyiraman.

Irigasi tetes (Drip Irigation) untuk hidroponik substrat

Irigasi tetes atau dikenal juga dengan nama irigasi mikro sangat cocok dit-

erapkan untuk tanaman hidroponik. Irigasi ini memiliki konsep yang kontinu dan

lamban sehingga mampu menghemat air. Dalam sistem ini air diberikan tetes

demi tetes sesuai dengan kebutuhan tanaman sehingga air yang terbuang sangat

kecil. Walaupun peralatan untuk sistem ini agak rumit dan mahal, tetapi hasil

yang diperoleh dan manfaatnya jauh lebih besar serta dapat dipakai berulang kali.

Irigasi tetes ada dua jenis, yaitu irigasi permukaan dan irigasi bawah tanah.

1. Irigasi permukaan (surface irrigation system)

Pada irigasi tetes jenis ini, pipa lateral terletak di permukaan tanah dan air

diteteskan di permukaan tanah. Umumnya, kapasitas emitter (pembahasan titik)

lebih kecil dari 8 liter/jam untuk keluaran tunggal dan lebih kecil dari 12 liter/jam

15

Page 16: Proposal Akuaponik

untuk line source emitter (pembahasan garis). Keuntungan pada sistem ini mudah

dipasang, dikontrol, dan dibersihkan.

2. Irigasi bawah tanah (subsurface irrigation)

Pipa lateral dikubur di bawah tanah dan irigasinya diteteskan di dalam

tanah pada zona perakaran. Sistem ini mulai diterima atau dijalankan setelah per-

masalahan mengenai emitter yang tersumbat terselesaikan. Sistem ini sering diter-

apkan pada kebun tanaman buah kecil atau sayuran.

Membangun sebuah sistem irigasi tidaklah mudah, dibutuhkan penggabun-

gan beberapa disiplin ilmu untuk memperhitungkan dan mempertimbangkan pen-

goperasiannya. Untuk proyek hidroponik yang besar diperlukan seorang ahli

mekanisasi pertanian, ahli pompa, dan ahli tanaman. Penggunaan irigasi ini dapat

dipertimbangkan bila air dan tenaga kerja mahal, keterbatasan suplai air, air terse-

dia, tetapi yang bersifat asam atau payau, topografi lahan yang ditanami sulit di-

jangkau, tidak rata, berbukit atau tandus, dalam skala luas dan di dalam rumah

plastik.

Berdasarkan laporan Norters Regional Agricultural Engineering Service

(NRAES) tahun 1980, sistem irigasi mempunyai beberapa keuntungan yaitu tana-

man dapat memperoleh air sesuai kebutuhan, daun tidak basah sehingga mengu-

rangi serangan cendawan, biaya operasi dan pemeliharaan relatif rendah karena

otomatisasi penuh, pengelolaan lahan atau tanaman dapat berlangsung selama iri-

gasi karena hanya sekitar tanaman yang memperoleh pembasmian, distribusi

pupuk berlangsung di sekitar zona tanaman saja sehingga penggunaannya efisien,

dan tidak terjadi kehilangan air akibat aliran permukaan maupun angin.

16

Page 17: Proposal Akuaponik

Sistem irigasi tetes ini memerlukan beberapa peralatan seperti emitter,

pipa lateral, pipa utama, dan bangunan utama.

1. Emitter

Emitter berguna untuk menurunkan tekanan air dan menyalurkan air

dalam jumlah tertentu. Emitter harus memiliki keseragaman dan konstan

menyalurkan air dalam jumlah terbatas. Selain itu, emitter harus murah, kompak/

kecil, dapat diandalkan, tahan cuaca, dan tidak mudah tersumbat. Emitter dapat

dikelompokkan menjadi point source emitter, long path, spiral grouved, single

vortex, capillary atau spaghetti, pressure compensating atau diapraghma, line

source emitter double chamber, sprayer, dan bubler. Diameter lubang pelepasan

dari point source emitter berkisar 0,2 – 2 mm. Adapun sprayer dan bubler

berdiameter di atas 5 mm.

2. Pipa Lateral

Pipa lateral merupakan komponen khas irigasi tetes. Umumnya, pipa ini

terbuat dari PE (polietilen) dan mengandung karbon untuk ketahanan cuaca. Di-

ameternya bervariasi dari 8 – 20 mm. Pipa lateral umumnya diletakkan 1 – 2 jalur

setiap tanaman dan jaraknya semakin lebar bila jumlah airnya semakin mengecil,

tetapi panjang pipa lateral jarang yang lebih dari 300 m. tekanan pada pipa lateral

terhitung rendah, yaitu antara 35 – 175 kPa.

3. Pipa Utama

Pipa utama membawa air dari bangunan utama ke pipa lateral. Pada

umumnya, pipa utama terbuat dari bahan PVC dan disambungkan dengan bagian

saluran lainnya memakai sistem sambungan air maupun lekatan (slip). Penggu-

17

Page 18: Proposal Akuaponik

naan cara lekatan lebih mudah karena selain cepat kering, lem PVC telah banyak

beredar di pasaran.

4. Bangunan Utama

Bangunan utama didirikan untuk tempat melakukan kegiatan mengukur,

menyaring, dan mengatur kandungan kimiawi air seta mengatur tekanan air dan

waktu penggunaannya. Dalam bangunan utama ini terdapat pompa, katup pen-

gatur tekanan debit, katup pengatur aliran, alat pengukur jumlah aliran, alat pen-

gukur tekanan, pengendalian pada waktu operasi, dan perangkat injeksi kimiawi/

nutrient.

5. Filter

Filter merupakan perangkat penting dalam sistem irigasi. Filter dibutuhkan

sebagai pengendali agar yang terbawa air tidak lebih besar dari ukuran lubang

emitter yang dipakai. Air dari bangunan utama dialirkan ke areal tanaman melalui

pipa primer. Jika tidak mencukupi, ditambah dengan pipa sekunder. Filter atau

saringan harus dicuci jika terjadi penurunan tekanan 5 – 10 psi. Cara member-

sihkan filter ialah dengan mengeluarkan screen (kassa) dan mencucinya atau

menyemprotnya. Saringan filter yang dianjurkan untuk irigasi tetes adalah 200

mesh atau 175 mikro (Lingga, 2002).

Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

1. Sejarah

Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh

memanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasal

18

Page 19: Proposal Akuaponik

dari Sungal Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke

negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan di

wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik. Ikan nila disukai

oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap

merah.

Bibit ikan didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian

Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adap-

tasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila

adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh Pemerintah melalui Direktur Jen-

deral Perikanan.

2. Jenis

Klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut:

Kelas : Osteichthyes

Sub-kelas : Acanthoptherigii

Crdo : Percomorphi

Sub-ordo : Percoidea

Famili : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus.

Terdapat tiga jenis ikan nila yang dikenal, yaitu: nila biasa, nila merah (nirah) dan

nila albino.

3. Habitat

Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan

lingkungan sekitarnya. Ikan memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan

19

Page 20: Proposal Akuaponik

hidupnya. Sehingga ia bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau

maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah. Ia mampu hidup pada suhu

14 – 38 oC. Dengan suhu terbaik adalah 25 –  300 oC . Hal yang paling berpen-

garuh dengan pertumbuhannya adalah salinitas atau kadar garam jumlah 0 – 29 %

sebagai kadar maksimal untuk tumbuh dengan baik. Meski ia bisa hidup di kadar

garam sampai 35% namun ia sudah tidak dapat tumbuh berkembang dengan baik.

4. Perkembangbiakan

Ikan nila dapat mencapai saat dewasa pada umur 4 – 5 bulan dan ia akan

mencapai pertumbuhan maksimal untuk melahirkan sampai berumur 1,5 – 2

tahun. Pada saat ia berumur lebih dari 1 tahun kira – kira beratnya mencapai 800

gram dan saat ini ia bisa mengeluarkan 1200 – 1500 larva setiap kali ia memijah.

Dan dapat berlangsung selama 6 – 7 kali dalam setahun. Sebelum memijah ikan

nila jantan selalu membuat sarang di dasar perairan dan daerahnya akan ia jaga

dan merupakan daerah teritorialnya sendiri. Ikan nila jantan menjadi agresif saat

musim ini

5. Kebiasaan makan

Ikan nila termasuk dalam ikan pemakan segala atau Omnivora. Ikan ini da-

pat berkembang biak dengan aneka makanan baik hewani maupun nabati. Ikan

nila saat ia masih benih, pakannya adalah plankton dan lumut sedangkan jika ia

sudah dewasa ia mampu diberi makanan tambahan seperti pelet dan berbagai

makanan lain yaitu daun talas.

Hal yang harus anda ketahui untuk memelihara ikan nila adalah pertum-

buhan dari ikan ini sangat bergantung dari pengaruh fisika dan kimia serta inter-

aksinya. Pada saat curah hujan yang tinggi misalnya pertumbuhan berbagai tana-

20

Page 21: Proposal Akuaponik

man air akan berkurang sehingga mengganggu pertumbuhan air dan secara tidak

langsung mengganggu pertumbuhan ikan nila. Ikan nila juga akan lebih cepat

tumbuhnya jika dipelihara di kolam yang dangkal airnya, karena di kolam dangkal

pertumbuhan tanaman dan ganggang lebih cepat dibandingkan di kolam yang

dalam. Ada yang lain yaitu kolam yang pada saat pembuatannya menggunakan

pupuk organik atau pupuk kandang juga akan membuat pertumbuhan tanaman air

lebih baik dan ikan nila juga akan lebih pesat pertumbuhannya (Amri dan Khairu-

man, 2008).

Ikan nila jantan juga memiliki keunggulan dibandingkan dengan yang

betina. Ikan jantan memiliki pertumbuhan 40% lebih cepat dibandingkan dengan 

yang betina. Terlebih jika dipelihara dalam kolam yang dibedakan. Atau

monoseks.

6. Hama

a. Bebeasan (Notonecta)

Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendaliannya dengan

menuangkan minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 m2.

b. Ucrit (Larva cyrbister)

Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendaliannya

dengan cara harus menghindari penumpukan bahan organik di sekitar kolam.

c. Kodok

Makan telur telur ikan. Pengendaliannya dengan sering membuang telur

yang mengapung, menangkap dan membuangnya hidup-hidup.

21

Page 22: Proposal Akuaponik

d. Ular

Menyerang benih dan ikan kecil. Pengendaliannya dengan melakukan

penangkapan dan pemagaran kolam.

e. Lingsang

Memakan ikan pada malam hari. Pengendaliannya dengan memasang

jebakan berumpun.

f. Burung

Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning.

Pengendaliannya dengan memberi penghalang bamboo supaya burung sulit

menerkam, dan diberi rumbai-rumbai atau tali penghalang.

Penyakit

a) Penyakit pada kulit

Gejalanya pada bagian tertentu berwarna merah, berubah warna dan tubuh

berlendir. Pengendalian:

1. direndam dalam larutan PK (kalium permanganat) selama 30-60 menit

dengan dosis 2 gram/10liter air, pengobatan dilakukan berulang tiga hari

kemudian.

2. direndam dalam Negovon (kaliumpermanganat) selama 3 menit dengan

dosis 2-3,5%.

b) Penyakit pada insang

Gejalanya terlihat pada tutup insang yang bengkak dan lembar insang

pucat/keputihan. Pengendalian yang dilakukan sama dengan pengendalian di atas.

c) Penyakit pada organ dalam

22

Page 23: Proposal Akuaponik

Gejalanya terlihat pada perut ikan bengkak, sisik berdiri, ikan tidak gesit.

Pengendalian yang dilakukan sama dengan pengendalian di atas.

Secara umum hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya

penyakit dan hama pada budidaya ikan nila:

a) Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.

b) Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.

c) Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.

d) Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi

satu pintu pemasukan air.

e) Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.

f) Penanganan saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan

secara hati-hati dan benar.

g) Binatang seperti burung, siput, ikan seribu (lebistus reticulatus

peters) sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal

perkolaman.

Tanaman Sawi (Brassica juncea)

Di Indonesia ini memungkinkan dikembangkan tanaman sayur-sayuran

yang banyak bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bagi manusia. Se-

hingga ditinjau dari aspek klimatologis Indonesia sangat tepat untuk dikem-

bangkan untuk bisnis sayuran. Di antara tanaman sayur-sayuran yang mudah

dibudidayakan adalah caisim. Karena caisim ini sangat mudah dikembangkan dan

banyak kalangan yang menyukai dan memanfaatkannya. Selain itu juga sangat

potensial untuk komersial dan prospek sangat baik.

23

Page 24: Proposal Akuaponik

Ditinjau dari aspek klimatologis, aspek teknis, aspek ekonomis dan aspek

sosialnya sangat mendukung, sehingga memiliki kelayakan untuk diusahakan di

Indonesia. Sebutan sawi orang asing adalah mustard. Perdagangan internasional

dengan sebutan green mustard, chinese mustard, indian mustard ataupun sarepta

mustard. Orang Jawa, Madura menyebutnya dengan sawi, sedang orang Sunda

menyebutnya dengan sasawi.

1. Klasifikasi botani

Divisi   : Spermatophyta.

Subdivisi : Angiospermae.

Kelas : Dicotyledonae.

Ordo : Rhoeadales (Brassicales).

Famili : Cruciferae (Brassicaceae).

Genus : Brassica.

Spesies : Brassica Juncea

Secara umum tanaman sawi biasanya mempunyai daun panjang, halus, tidak

berbulu, dan tidak berkrop.

2. Jenis-jenis sawi

Petani kita hanya mengenal 3 macam sawi yang biasa dibudidayakan yaitu

sawi putih (sawi jabung), sawi hijau, dan sawi huma.

a. Sawi putih (Brassica rugosa)

Sawi putih (Brassica rapa convar. pekinensis; suku sawi-sawian atau

Brassicaceae ) dikenal sebagai sayuran olahan dalam masakan Tionghoa; karena

itu disebut juga sawi cina. Disebut sawi putih karena daunnya yang cenderung

kuning pucat dan tangkai daunnya putih. Sawi putih dapat dilihat penggunaannya

24

Page 25: Proposal Akuaponik

pada asinan (diawetkan dalam cairan gula dan garam), pada capcay, atau pada sup

bening. Sawi putih beraroma khas namun netral.

b. Sawi hijau (Brassica juncca)

Varietas berdaun besar dan hidup di tanah kering dari tanaman yang sama

ini rasanya lebih tajam. Biasanya sawi hijau banyak dijadikan asinan untuk kon-

sumsi penduduk golongan Cina.

c. Sawi huma (Brassica juncea)

Ini adalah suatu varietas berbatang panjang dan berdaun sempit. Tanaman

ini tak tahan terhadap hujan, tak mudah diserang oleh ulat. Sawi ini berbulu dan

rasanya tajam. Biasanya banyak ditemukan  di sawah-sawah dan hanya dimakan

di pedalaman.

3. Syarat-syarat tumbuh

Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena In-

donesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga

dikembangkan di Indonesia ini.

a. Iklim

Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun

berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran

tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di

dataran tinggi.

b. Daerah

Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sam-

pai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan

pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl.

25

Page 26: Proposal Akuaponik

c. Tanah

Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah yang gembur, banyak

mengandung humus, subur, serta memiliki pembuangan air yang baik. Derajat ke-

masaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah an-

tara pH 6 - 7.

d. Cuaca

Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepan-

jang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman se-

cara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa

yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan

tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan

demikian, tanaman ini cocok bils di tanam pada akhir musim penghujan.

4. Bercocok tanam

Cara bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya

sayuran pada umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengola-

han lahan, penyiapan benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida,

serta pemeliharaan tanaman. Sawi dapat ditanam secara monokultur maupun tun-

mpang sari. Tanaman yang dapat ditumpangsarikan antara lain : bawang, wortel,

bayam, kangkung darat. Sedangkan menanam benih sawi ada yang secara lang-

sung tetapi ada juga melalui pembibitan terlebih dahulu. Berikut ini akan dibahas

mengenai teknik budidaya sawi secara konvensional di lahan.

a. Benih.

Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih

yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan

26

Page 27: Proposal Akuaponik

benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram.

Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak

keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus

mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama peny-

impanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga

harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah den-

gan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita

harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil se-

bagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan penanaman sawi yang akan di-

jadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan proses

yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, tempat penyimpanan dan di-

harapkan lama penggunaan.

b. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan

bedengan. Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki

struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki

fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gu-

nakan.

Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, re-

rumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi,

karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung. Sedangkan

kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk or-

ganik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kan-

27

Page 28: Proposal Akuaponik

dang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar

cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan.

Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya di-

lakukan pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam

tanah, pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-

kira 2 - 4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan

penggemburan tanah yaitu 2 – 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis ka-

pur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2).

c. Pembibitan

Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk

penanaman. Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap

lingkungannya. Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80 – 120 cm dan

panjangnya 1 – 3 meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan

20 – 30 cm. Dua minggu sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi

dengan pupuk kandang lalu di tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram

KCl.

Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditu-

tupi tanah setebal 1 – 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 – 5

hari benih akan tumbuh setelah berumur 3 – 4 minggu sejak disemaikan tanaman

dipindahkan ke bedengan.

d. Penanaman

Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran

petak tanah. Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, sem-

inggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk

28

Page 29: Proposal Akuaponik

kandang 10 ton/ha, TSP 100 kg/ha, KCl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam be-

dengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan 20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang baik, pindahkan

bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4 – 8 x 6 –10 cm.

e. Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh

terhadap hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah

penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa

berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya

bila musim kemarau tiba kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi

yang kita tanam. Bila tidak terlalu panas penyiraman dilakukan sehari cukup

sekali sore atau pagi hari. Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan di-

lakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang

tumbuh terlalu rapat.

Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah

tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah

yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tana-

man yang baru. Penyiangan biasanya dilakukan 2 – 4 kali selama masa pertana-

man sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penana-

man. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apa-

bila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyian-

gan.

Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan

urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok teh sekitar 25 gram dilarutkan

29

Page 30: Proposal Akuaponik

dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan benih tidak lebih dari 3

tahun.

f. Panen dan Penanganan Pasca Panen

Dalam hal pemanenan penting sekali diperhatikan umur panen dan cara

panennya. Umur panen sawi paling lama 70 hari. Paling pendek umur 40 hari.

Terlebih dahulu melihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun.

Cara panen ada 2 macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan

dengan memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah dengan pisau

tajam. Pascapanen sawi yang perlu diperhatikan adalah pencucian dan pembuan-

gan kotoran, sortasi, pengemasan, penympanan dan pengolahan.

5. Hama dan Penyakit

Hama pada tanaman sawi:

a. Ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.).

b. Ulat tritip (Plutella maculipennis).

c. Siput (Agriolimas sp.).

d. Ulat Thepa javanica.

e. Cacing bulu (cut worm).

Penyakit pada tanaman:

a. Penyakit akar pekuk.

b. Bercak daun alternaria.

c. Busuk basah (soft root).

d. Penyakit embun tepung (downy mildew).

e. Penyakit rebah semai (dumping off).

f. Busuk daun.

30

Page 31: Proposal Akuaponik

g. Busuk Rhizoctonia (bottom root).

h. Bercak daun.

i. Virus mosaik.

6. Manfaat Sawi

a. Biasanya menjadi sayuran pendamping mie atau pangsit

b. Mampu menangkal hipertensi, penyakit jantung, dan berbagai jenis

kanker.

c. Menghindarkan ibu hamil dari anemia.

d. Dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular seperti stroke, dan

jantung koroner.

e. Sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada

penderita batuk.

f. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah.

g. Memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar

pencernaan.

7. Kandungan Sawi

Sawi banyak mengandung vitamin dan mineral. Kadar vitamin K, A, C, E,

dan folat pada sawi tergolong dalam kategori unggul. Mineral pada sawi yang ter-

golong dalam kategori unggul adalah mangan dan kalsium. Sawi juga unggul

dalam hal asam amino triptofan dan serat pangan (dietaryfiber).

Vitamin K mempunyai potensi dalam mencegah penyakit-penyakit serius,

seperti penyakit jantung dan stroke, karena efeknya mengurangi pengerasan pem-

buluh darah oleh faktor timbunan plak kalsium. Vitamin K juga terkait dengan

31

Page 32: Proposal Akuaponik

pengaturan protein tulang dan kalsium di dalam tulang dan darah, sehingga dapat

menjaga tulang dari proses osteoporosis. Selain itu juga digunakan untuk menan-

gani kanker karena dapat bertindak sebagai racun bagi sel-sel kanker, tetapi tidak

membahayakan sel-sel yang sehat.

Vitamin A berperan menjaga kornea mata agar selalu sehat. Mata yang

normal biasanya mengeluarkan mukus, yaitu cairan lemak kental yang dikelu-

arkan sel epitel mukosa, sehingga membantu mencegah terjadinya infeksi. Keku-

rangan vitamin A membuat sel epitel akan mengeluarkan keratin, yaitu protein

yang tidak larut dalam air dan bukan mukus. Bila sel-sel epitel mengeluarkan ker-

atin, sel-sel membran akan kering dan mengeras, dan bila tidak segera diobati

akan menyebabkan kebutaan.

Peran utama vitamin C adalah dalam pembentukan kolagen interseluler.

Kolagen merupakan senyawa protein yang banyak terdapat dalam tulang rawan,

kulit bagian dalam tulang, dentin, dan vascular endothelium. Vitamin C sangat

penting perannya dalam proses hidroksilasi dua asam amino prolin dan lisin men-

jadi hidraksiprolin dan hidroksilisin. Kedua senyawa ini merupakan komponen

kolagen penting. Selain itu, vitamin C sangat berperan dalam penyembuhan luka

serta daya tahan tubuh melawan infeksi dan stres.

Peran Asam folat dalam proses sintesis nukleoprotein merupakan kunci

pembentukan dan produksi butir-butir darah merah normal dalam sumsum tulang.

Asam folat juga terlibat dalam proses oksidasi fenilalanin menjadi tirosin. Kan-

dungan Kalsium yang tinggi pada sawi dapat mengurangi hilangnya bobot tulang

yang biasa terjadi pada usia lanjut. Tekanan darah tinggi juga dapat disebabkan

oleh rendahnya kadar kalsium di dalam darah.

32

Page 33: Proposal Akuaponik

Kandungan Mangan pada sawi digunakan untuk proses metabolisme

tubuh, sedangkan triptotan merupakan protein utama penghubung antarsaraf dan

pengatur pola kebiasaan (neurobehaviour} yang berdampak kepada pola makan,

kesadaran, persepsi atas rasa sakit, dan pola tidur. Kandungan Vitamin E pada

sawi dapat berfungsi sebagai antioksidan utama di dalam sel.. Selain itu juga

berperan baik untuk mencegah penuaan.

Teknologi Akuaponik

Pada dasarnya, teknologi akuaponik terbagi atas dua bagian, yaitu

teknologi pemeliharaan ikan dan teknologi pemeliharaan tanaman. Pada teknologi

tersebut, air yang telah terpakai digunakan sebagai media penyubur pada bagian

lainnya yaitu berupa usaha penanaman sayuran.

Usaha penanaman sayuran tersebut bukan merupakan hal yang utama

dalam sistem teknologi akuaponik, tetapi bagian tersebut mempunyai peranan

yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan budidaya pemeliharaan ikan.

Hal ini mengingat bagian tanaman sayuran yang ternyata juga berfungsi sebagai

filter/ penyaring air yang menyediakan media untuk pertumbuhan ikan yang baik.

Kandungan racun yang sering kali dihasilkan dari suatu usaha budidaya

ikan umumnya dalam bentuk ammonia. Ternyata kandungan racun tersebut dapat

direduksi oleh tanaman hingga 90% dari kadar yang ada sehingga air tersebut

masih layak digunakan kembali sebagai media dalam pemeliharaan ikan.

33