Proposal Ade

download Proposal Ade

of 24

description

PROPOSAL ADE

Transcript of Proposal Ade

KATA VERBA MAJEMUK DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

2

1VERBA MAJEMUK DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

PROPOSAL SKRIPSI PendahuluanLatar Belakang Masalah

Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa selain bersifat sistematis juga bersifat sistemis. Dengan sistematis maksudnya, bahasa itu tersusun menurut suatu pola tertentu, tidak tersusun secara acak atau sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya, sistem bahasa itu bukan merupakan sebuah sistem tunggal, melainkan terdiri dari sejumlah subsistem, yakni subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, dan subsistem leksikon. Kajian bahasa memang tidak pernah berhenti dibicarakan. Selalu ada permasalahan bahasa yang menarik untuk dikaji. Hal itu disebabkan bahasa merupakan bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi dan alat interaksi manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa dapat dipisahkan menjadi unit satuan-satuan, yakni kalimat, kata, morfem, dan fonem. Dalam studi gramatika, kategori kata merupakan hal yang tidak pernah lepas dari pembicaraan. Secara umum, ketegori gramatikal terbagi atas dua kelompok besar, yaitu (1) kelompok yang disebut kata penuh (full word) dan (2) kelompok yang disebut partikel atau kata tugas (function word) (Chaer, 1995: 147). Perbincangan mengenai pembentukan kata merupakan aspek yang menarik dalam bahasa Indonesia. Kata jadian sangat banyak dipakai dalam kalimat-kalimat bahasa Indonesia sehingga hal tersebut menjadi salah satu soal bahasa Indonesia, bahkan dapat dikatakan bahwa soal bahasa Indonesia yang terpenting dan tersulit ialah soal kejadian kata, yaitu bagaimana membentuk atau terbentuknya kata jadian dari kata dasar (Alisjahbana, 1974:3)Masalah pembentukan kata merupakan objek kajian morfologi. Proses morfologis membicarakan pembentukan kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Ada tiga proses morfologis dalam bahasa Indonesia, yaitu pengimbuhan, pengulangan, dan pemajemukan. Verba adalah salah satu kategori kata yang termasuk ke dalam kelompok pertama yaitu kata penuh. Verba adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau keadaan menyatakan bahwa bahasa Indonesia pada dasarnya mempunyai dua macam bentuk verba, yakni (1) verba asal: verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks sintaksis, dan (2) verba turunan: verba yang harus atau dapat memakai afiks, bergantung pada tingkat keformalan bahasa dan/atau pada posisi sintaksisnya. (KBBI, 2007: 1260). Alwi dkk. (2003:98)Verba turunan dibagi lagi menjadi tiga subkelompok, yakni (a) verba yang dasarnya adalah dasar bebas (misalnya, darat), tetapi memerlukan afiks supaya dapat berfungsi sebagai verba (mendarat), (b) verba yang dasarnya adalah dasar bebas (misalnya, baca) yang dapat pula memiliki afiks (membaca), dan (c) verba yang dasarnya adalah dasar terikat (misalnya, temu) yang memerlukan afiks (bertemu). Di samping ketiga subkelompok verba turunan itu, ada juga verba turunan yang berbentuk kata berulang (misalnya, makan-makan, berjalan-jalan) dan kata majemuk (misalnya, jual beli, bertanggung jawab). Pemajemukan adalah penggabungan atau pemaduan dua dasar atau lebih sehingga menjadi satu satuan makna. Contoh: Dasar Verba Turunanjual, beli jual beli salah, sangkasalah sangka hancur, lebur hancur lebur jatuh, bangun jatuh bangun Kata turunan yang terbentuk melalui pemajemukan disebut kata majemuk. Dengan demikian, verba turunan seperti di atas dapat juga disebut verba majemuk. Pengafiksasian dan reduplikasi dapat terjadi pada verba majemuk, misalnya memperjualbelikan, menghancurleburkan, dan jatuh-jatuh bangun. Verba majemuk adalah verba yang terbentuk melalui proses penggabungan satu kata dengan kata yang lain. Konsep verba majemuk sama halnya dengan kata majemuk, namun verba majemuk hanya kata majemuk yang termasuk ke dalam kategori verba (kata kerja).

Contoh: Jangan ikut campur dalam masalah itu! Ikut campur merupakan verba majemuk karena kata itu merupakan verba yang terbentuk melalui proses penggabungan kata ikut dengan kata campur. Gabungan kata tersebut membentuk makna yang relatif baru tetapi makna tersebut masih dapat ditelusuri dari makna komponennya. Dari ketiga proses morfologis bahasa Indonesia, pemajemukan dan kata majemuk merupakan bidang kajian yang paling rumit (Kridalaksana, 1988: 30). Hal tersebut dapat kita buktikan dengan melihat banyaknya ahli bahasa yang memberi tanggapan dan pendapat tentang apa dan bagaimana kata majemuk itu. Namun, dari berbagai pendapat, khususnya pendefenisian kata majemuk, belum ada suatu kesimpulan yang memadai. Pembicaraan tentang kata majemuk dan pemajemukan sampai sekarang belum pernah memuaskan semua pihak. Di antara penulis tata bahasa, ada yang mencoba menjelaskannya dari sudut arti yang dikandungnya, ada pula yang mencoba menjelaskan dari segi struktur dengan menentukan ciri-cirinya, bahkan ada pula yang menggabungkan kedua tinjauan tersebut. Jika kita membaca buku-buku tata bahasa, terlihat adanya pertentangan tentang pembahasan pemajemukan dan kata majemuk. Golongan pertama yang mengatakan bahwa kata majemuk itu ada dalam bahasa Indonesia seperti Slamet Mulyana, Sutan Takdir Alisjahbana, Gorys Keraf, dan Ramlan. Golongan kedua, seperti A.A. Fokker dan Jos Daniel Parera tidak mengakui adanya kata majemuk dalam bahasa Indonesia. Namun, mereka cenderung menggunakan istilah kelompok kata. Di sini, penulis tidak akan mempertentangkan dua golongan tersebut. Dewasa ini kata majemuk telah diakui sebagai salah satu bentuk kata dalam bahasa Indonesia yang dibuktikan oleh pembahasan bentuk kata ini di dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Verba majemuk mirip dengan idiom dan frasa verba sehingga banyak orang yang susah untuk membedakannya. Oleh karena itulah penulis tertarik untuk meneliti verba majemuk. Dalam karya sastra, verba majemuk tentu digunakan dalam kalimat-kalimatnya seperti pada Novel Ketika Cinta Bertasbih. Novel tersebut ditulis oleh Habiburrahman El Shirazy yang biasa dipanggil dengan Kang Abik. Beliau adalah seorang novelis, sarjana dari Universitas Al-Azhar Cairo, dan penulis adikarya fenomenal Ayat-Ayat Cinta. Novel ini diterbitkan pertama kali pada tahun 2007 oleh penerbit Republika-Basmala. Novel ini merupakan novel dwilogi, yaitu terdiri atas novel Ketika Cinta Bertasbih 1 (episode 1) dan novel Ketika Cinta Bertasbih 2 (episode 2). Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 (episode 1) terdiri dari 483 halaman dengan ukuran 20,5 cm x 13,5 cm, menceritakan tentang Azzam mahasiswa Al-Azhar Cairo yang sambil bekerja sebagai pedagang bakso dan tempe untuk menghidupi ibu dan adik-adiknya di Indonesia. Azzam sangat rajin bekerja, memasarkan tempe-tempenya ke kalangan ibu-ibu Indonesia yang tinggal di Mesir. Dia juga menerima pesanan bakso untuk acara-acara yang di selenggarakan oleh KBRI. Karena seluruh waktunya lebih banyak dia gunakan untuk membuat tempe dan berjualan bakso, kuliahnya agak terlantar. Oleh karena itu, dia sampai sembilan tahun mengambil S-1 di Al-Azhar. Sebenarnya Azzam adalah anak yang cerdas, terbukti pada tahun pertama dia lulus dengan predikat jayyid jidan atau sangat memuaskan. Novel episode 2 yang terdiri dari 412 halaman dengan ukuran 20,5 cm x 13,5 cm tentu saja merupakan lanjutan dari novel episode 1. Episode 1 lebih banyak menceritakan tokoh utama ketika di Mesir sedangkan episode 2 menceritakan tokoh utama setelah pulang ke Indonesia. Azzam kembali ke Indonesia dalam rangka mengabdikan ilmunya untuk kemajuan daerahnya. Karena ceritanya yang menarik dan sarat dengan pesan moral, seorang sutradara terkenal tertarik untuk mengadaptasi novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy menjadi sebuah film layar lebar. Film Ketika Cinta Bertasbih episode 1 berhasil ditayangkan pertama kali di bioskop pada tanggal 11 Juni 2009 dan episode 2 pada tanggal 17 September 2009. Bahasa dalam novel adalah bahasa tulis yang berwujud kalimat-kalimat. Kata verba majemuk banyak terdapat di dalam kalimat-kalimat pada Novel Ketika Cinta Bertasbih. Kata verba majemuk yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasnih ini lebih banyak jika dibandingkan dengan novel-novel yang lain. Oleh karena itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian Kata Verba Majemuk dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy ini.

Ruang Lingkup Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:Ketegori gramatikal kata penuh (full word)Ketegori gramatikal partikel atau kata tugas (function word)PemajemukanKata majemukJenis verba majemukProses pembentukan verba majemuk

Batasan Masalah

Suatu penelitian harus mempunyai batasan masalah. Dengan pembatasan masalah yang ada, penelitian yang dikaji dapat terarah dan tidak terjadi kesimpangsiuran masalah yang hendak diteliti sehingga tujuan yang dimaksudkan peneliti dapat tercapai. Penelitian mengenai verba majemuk ini dibatasi pada jenis verba majemuk berdasarkan bentuk morfologisnya.

Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, masalah yang akan dibicarakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah jenis verba majemuk yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy? Bagaimanakah persentase frekuensi penggunaaan tiap jenis verba majemuk dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy?

Tujuan Penelitian

Pada dasarnya sebuah penelitian mempunyai tujuan tertentu yang memberi arah pelaksanaan penelitian tersebut. Adapun tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan kata verba majemuk berdasarkan bentuk morfologisnya. Sedangkan tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:Mendeskripsikan jenis verba majemuk dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. mendeskripsikan persentase frekuensi penggunaan tiap jenis verba majemuk dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy.

Asumsi

Bedasarkan dengan judul penelitian maka maka dapat dirumuskan asumsi penelitian sebagai berikut: Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat vital untuk manusia. Bahasa yang digunakan manusia dapat berupa lisan maupun tulisan. bahasa adalah simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang digunakansebagai alat komunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.Verba merupakan salah satu jenis kata yang sangat penting dalam komunikasi, karena verba tidak pernah lepas dari bahasa yang digunakandalam berkomunikasi. Untuk memperkuat peran sebuah kata kerja, biasanya verba tersebut akan digabung dengan verba lain. Hal ini disebut dengan verba majemuk.

Kegunaan Penelitian

Suatu penelitian yang mendalam tentu saja mempunyai kegunaan. Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: Menambah pengetahuan pembaca terhadap studi tentang morfologi khususnya jenis-jenis dan proses pembentukan verba majemuk. Menambah wawasan kebahasaan pembaca mengenai frekuensi penggunaan tiap jenis verba majemuk dalam novel. Menambah referensi dalam penelitian lainnya yang sejenis.

Penegasan Istilah

Menurut Bloomfield (dalam Chaer, 1994:163), kata adalah satuan bebas terkecil (a minimal free form). Contoh kata, kumbang,hinggap, dan bunga. Wikipedia sendiri mengatakan bahwa kata, yang juga terdapat dalam bahasa melayu, diambil dari bahasa sansekerta katha. Dalam bahasa Sansekerta, katha artinya bahasa, konversasi, cerita atau dongeng. Semoga ulasan mengenai *pengertian kata* diatas dapat menjadi wacana bagi anda.Para pakar linguistik telah mencoba memberikan rumusan mengenai kata majemuk dan proses pemajemukan. Menurut Kridalaksana (1996: 104), yang dimaksud dengan perpaduan atau pemajemukan atau komposisi ialah proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata. Out put proses itu disebut paduan leksem atau kompositium yang menjadi calon kata majemuk. Muslich (1990: 54) menyatakan bahwa verba majemuk adalah verba yang dasarnya terbentuk melalui proses pemajemukan dua morfem asal atau lebih; atau verba yang berafiks yang digabungkan dengan kata atau morfem terikat sampai mencapai satu kesatuan makna. Alwi dkk. (2003: 151) menyatakan bahwa verba majemuk adalah verba yang terbentuk melalui proses penggabungan satu kata dengan kata lain.

Kajian PustakaUntuk memahami hal-hal yang ada dalam penelitian ini perlu dipaparkan beberapa konsep, yaitu konsep morfologi, verba, dan verba majemuk.

Morfologi

Secara harafiah, morfologi berarti 'pengetahuan tentang bentuk' (morphos).Morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari mengenai pembentukan kata (http://id.wikipedia.org/wiki/Morfologi). Dalam bahasa Indonesia, kata morfologi berasal dari kata morphology. Kata morphology merupakan kata asing yang mengalami pengondisian bahasa menjadi morfologi, bentukan kata ini berasal dari kata morf yang berarti bentuk dan logi yang berarti ilmu. Jadi, morfologi menurut asal katanya adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk kata dari suatu bahasa.Menurut Crystal morfologi adalah cabang tata bahasa yang menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya melalui penggunaan morfem (Badulu dan Herman, 2005:1). Morfologi pada umumnya dibagi ke dalam dua bidang: yakni telaah infleksi (inflectional morphology) dan telaah pembentukan kata (lexical or derivational morphology). Apabila penekanan pada teknik menganalisis kata menjadi morfem, khususnya seperti dipraktikkan oleh pada linguis strukturalis Amerika pada tahun 1940 dan 1950, maka istilah morfemik dipakai. Analisis morfemik dalam pengertian ini adalah bagian dari telaah linguistik sinkronis; analisis morfologis adalah istilah yang lebih umum, yang juga diterapkan terhadap telaah historis. Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata, serta fungsi perubahan bentuk kata itu. Baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan, 2001:19).Verba

Verba adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau keadaan (KBBI, 2007: 1260). Menurut Gorys Keraf, kata kerja (verba) adalah segala macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat. Kata kerja atau verba dibatasi sebagai berikut. Semua kata yang menyatakan perbuatan atau laku digolongkan dalam kata kerja (Keraf, 1984: 64). Sedangkan menurut Alisjahbana (dalam Muslich, 2008: 110) kata kerja (verba) adalah semua kata yang menyatakan perbuatan atau laku.Dalam Kamus Linguistik mendefinisikan verba adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat; dalam beberapa bahasa lain verba mempunyai ciri morfologis seperti ciri kala, aspek, persona, atau jumlah (Kridalaksana, 2001: 226). Sebagian besar verba mewakili unsur semantis perbuatan, keadaan, atau proses; kelas ini dalam Bahasa Indonesia ditandai dengan kemungkinan untuk diawali dengan kata tidak dan tidak mungkin diawali dengan kata seperti sangat, lebih, dan sebagainya; misalnya, datang naik, bekerja, dan sebagainya. Verba merupakan unsur yang sangat penting dalam kalimat karena dalam hal verba berpengaruh besar terhadap unsur-unsur lainyang harus atau boleh ada dalam kalimat tersebut. Verba mendekat, misalnya, mengharuskan adanya subjek sebagai pelaku, tetapi melarang munculnya nomina dibelakangnya. Sebaliknya, verba mendekati mengharuskan adanya nomina dibelakangnya. Perilaku sintaktis seperti ini berkaitan erat dengan makna dan sifat ketransitifan verba (Alwi, dkk., 2003: 90)Verba Majemuk

Para pakar linguistik telah mencoba memberikan rumusan mengenai kata majemuk dan proses pemajemukan. Menurut Kridalaksana (1996: 104), yang dimaksud dengan perpaduan atau pemajemukan atau komposisi ialah proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata. Out put proses itu disebut paduan leksem atau kompositium yang menjadi calon kata majemuk.Jenis Verba Majemuk

Jenis verba majemuk berdasarkan bentuk morfologisnya adalah sebagai berikut (Alwi Hasan, 2003:56-57). Verba majemuk dasar

Verba majemuk dasar ialah verba majemuk yang tidak berafiks dan tidak mengandung komponen berulang, serta dapat berdiri sendiri dalam frasa, klausa, atau kalimat, seperti yang terdapat dalam contoh berikut. Komisi II DPR akan temu wicara dengan wartawan. Kenapa kamu maju mundur terus?

Verba majemuk seperti temu wicara dan maju mundur adalah verba majemuk dasar. Contoh lain: i) mabuk laut ii) kurang makan iii) hancur lebur geger otak berani mati pulang pergi jumpa pers berani sumpah hilang lenyap terjun payung salah dengar ikut campur tatap muka salah hitung jual beli bunuh diri kurang pikir jatuh bangun Verba majemuk dasar pada umumnya terdiri atas leksikal bebas (bunuh diri, salah hitung, jual beli). Ada pula yang terdiri atas morfem asal bebas dan morfem leksikal terikat (lepas landas, simpang siur, lalu lalang). Sebagaimana dapat dilihat pada contoh di atas, ada tiga pola verba majemuk dasar yang paling umum, yaitu: komponen pertama berupa verba dasar dan komponen kedua berupa nomina dasar, seperti mabuk laut, dan gegar otak; komponen pertama berupa adjektiva dan komponen kedua berupa verba, seperti kurang makan dan berani mati; kedua komponen berupa verba dasar, seperti hancur lebur dan pulang pergi.

Verba majemuk berafiks

Verba majemuk berafiks ialah verba majemuk yang mengandung afiks tertentu, seperti yang terdapat pada kalimat berikut. Mereka menyebarluaskan berita itu ke seluruh desa. Belakangan ini dia lebih banyak berdiam diri. Anggota partai itu mengikutsertakan keluarganya. Dia telah mendarmabaktikan segalanya kepada bangsa. Orang yang berakal budi tidak akan bertindak demikian gegabah. Pemerintah mungkin akan mengambil alih perusahaan itu. Ejekan itu memerahpadamkan wajahnya

Verba majemuk seperti menyebarluaskan, berdiam diri, mengikutsertakan, berakal budi, mengambil alih, dan memerah padamkan adalah verba majemuk berafiks. Jika diperhatikan dasar afiksasi pada contoh di atas, akan terlihat bahwa ada verba seperti sebar luas yang tidak dapat berdiri sendiri dalam kalimat. Karena paduan morfem dasar seperti itu tidak dapat berdiri sendiri dalam kalimat, verba tadi harus selalu berafiks. Ada juga yang dapat berdiri sendiri dalam kalimat tanpa afiks, seperti ambil alih, tetapi lebih lazim dipakai dengan afiks terutama dalam bahasa baku. Ada pula yang dasarnya berupa nomina majemuk, seperti darma bakti dan akal budi, dan adjekt iva majemuk, seperti merah padam. Dengan kata lain, kata majemuk yang bukan verba dapat juga dibuat menjadi verba majemuk dengan menambahkan afiks verba tertentu. Berdasarkan uraian di atas, verba majemuk berafiks dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut. Verba majemuk berafiks yang pangkalnya berupa bentuk majemuk yang tidak dapat berdiri sendiri dalam kalimat disebut verba majemuk terikat.

Contoh: beriba hati berkembang biak bertolak pinggang bertutur sapa Verba majemuk berafiks yang pangkalnya berupa bentuk majemuk yang dapat berdiri sendiri disebut verba majemuk bebas. Dasar kata majemuk ini dapat berupa (i) verba, (ii) nomina, atau (iii) adjektiva.

Contoh: (i) melipatgandakan (ii) menganakt irikan (iii) menghitamlegamkan menaikturunkan berinduk semang mengawetmudakan membagi rata merataptangisi memerahpadamkan membalas budi menggarisbawahi memberi tahu mendarmabaktikan memukul mundur Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa berbagai afiks dapat ditambahkan untuk membentuk verba majemuk berafiks. Jika pangkal majemuk diapit prefiks dan sufiks (kombinasi afiks dan konfiks) maka komponen majemuk itu dirangkaikan menjadi satu, seperti babak belur membabakbelurkan. Tetapi, jika afiks itu hanya berupa prefiks atau sufiks, komponennya tetap dituliskan terpisah, seperti daya guna berdaya guna dan tanda tangan tanda tangani. Verba majemuk berafiks yang komponennya telah berafiks lebih dahulu. Di bawah ini diberikan beberapa contoh dari jenis tersebut.

Contoh: haus kekuasaan hilang ingatan hilang pikiran Verba majemuk berulang

Verba majemuk berulang adalah verba majemuk yang intinya adalah verba dan verba tersebut diulang (direduplikasi). Verba majemuk dalam bahasa Indonesia dapat direduplikasi jika kemajemukannya bertingkat dan jika intinya adalah bentuk verba yang dapat diredupikasikan pula. Contoh: naik pangkat naik-naik pangkat pulang kampung pulang-pulang kampung goyang kaki goyang-goyang kaki pindah tangan pindah-pindah tangan Dari contoh di atas tampaklah bahwa hanya komponen verba yang mengalami reduplikasi.

Metode PenelitianRancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data kualitatif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang perilaku yang diamati" (Moleong, 2010:2-3). Penelitian kualitatif berakar pada latar belakang alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, menempatkan pendekatan kualitatif, mengadakan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dasar-dasar bersifat deskriptif yaitu menggambarkan keadaan yang sedang berlangsung pada saat penelitian dilakukan berdasarkan fakta yang ada. Berdasarkan tujuan penelitian ini yaitu mendiskripsikan kata verba majemuk berdasarkan morfologisnya, maka penelitian ini dapat dikatakan penelitian yang bersifat deskriptif..Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti di lokasi mutlak diperlukan sebagai instrumen utama perencanaan, pengumpulan data, penafsir data, pemakna data dan pelapor hasil penelitian maka kehadiran peneliti adalah sebagai pengamat penuh. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tulisan. Adapun yang menjadi sumber data penelitian ini yaitu novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El ShirazyMetode Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menganalisis dan memilah teks yang mencerminkan adanya verba majemuk. Dalam proses penelitian ini, penulis mengumpulkan data-data yang ditemukan di dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy yang berhubungan dengan verba majemuk kemudian data akan dianalisis.Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah penelitian penelitian sebagai berikut:Mencari sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El ShirazyMembaca isi novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy

Setelah mengambil sumber data, penulis membaca isi novel dan mencoba mencari data tentang verba majemuk didalam novel tersebut. Memilih data yang mempunyai hubungan dengan verba majemuk.

Penulis mencatat paparan bahasa yang terdapat dalam dialog-dialog tokoh, prilaku tokoh, tuturan ekspresif maupun deskriptif dari peristiwa yang tersaji dalam novel. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

Instrumen Pengumpulan Data

Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai instrument pengumpul data. Kedudukan peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya (Moleong, 2010:168). Dalam hal ini, peneliti membaca, mempelajari, dan memeriksa data-data yang diperlukan, lalu mencatat data yang diperoleh ke dalam kartu data. Alat pengumpulan data yang dimaksud adalah sebagai berikut:NoVERBA MAJEMUKKEMUNCULAN DALAM NOVEL%1234

Keterangan:Kolom 1: nomor urutKolom 2: Kata verba majemuk yang di dataKolom 3: Frekuensi kata verba majemuk dalam novelKolom 4: Prosentase Frekuensi kata verba majemukAnalisis Data

Untuk menganalisis data yang telah diperoleh melalui dokumentasi, maka penulis menggunakan teknik analisis data kualitatif. Di dalam analisis data kualitatif data yang diperoleh dengan langkah-langkah sebagai berikut: Menganalisa data di lapangan, yaitu analisa yang dikerjakan selam pengumpulan data berlangsung dan dikerjakan terus menerus hingga penyusunan laporan penelitian selesai.Menganalisa data yang telah terkumpul atau data yang baru diperoleh, data ini di analisa dengan cara membandingkan dengan data-data yang terdahulu. Sebelum proses pengumpulan data selesai, maka peneliti membuat laporan penelitian dengan menggunakan metode deskriftif, yaitu jenis penelitian yang bertujuan membuat gambaran (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Hal ini sesuai dengan pernyataan Janice McDrury tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:

Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data.Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasl dari data.Menuliskan model yang ditemukanKoding yang telah dilakukan. (Moleong, 2010: 248).

Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbarui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas) menurut versi positivisme dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, criteria dan paradigmanya sendiri. (Moleong: 2010: 321).Menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik trianggulasi, yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut, dan teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan adalah dengan pemeriksaan melalui sumber yang lainnya. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2010:330). Di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Trianggulasi dilakukan melalui wawancara, observasi langsung dan observasi tidak langsung, observasi tidak langsung ini dimaksudkan dalam bentuk pengamatan atas beberapa kelakukan dan kejadian yang kemudian dari hasil pengamatan tersebut diambil benang merah yang menghubungkan diantara keduannya. Tahap-tahap dalam pengumpulan data dalam suatu penelitian, yaitu tahap orientasi, tahap ekplorasi dan tahap member chek. Tahap orientasi, dalam tahap ini yang dilakukan peneliti adalah melakukan prasurvey ke obyek yang akan diteliti, dalam penelitian ini, prasurvey dilakukan pada novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. Kemudian peneliti juga melakukan studi dokumentasi serta kepustakaan untuk melihat dan mencatat data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Tahap eksplorasi, tahap ini merupakan tahap pengumpulan data di lokasi penelitian, dengan mengadakan pengamatan langsung tentang verba majemuk dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. Tahap member chek, setelah data diperoleh di lapangan melalui studi dokumentasi, untuk melengkapi atau merevisi data yang baru, maka data yang ada tersebut diangkat dan dilakukan audit trail yaitu menchek keabsahan data sesuai dengan sumber aslinya.

DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

Alisjahbana, S. Takdir. 1974. Tata bahasa Baru Bahasa Indonesia Jilid II. Jakarta: Dian Rakyat. Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi). Jakarta:PT. Rineka Cipta.Badulu, Abdul Muis dan M.S Herman. (2005). Morfosintaksis. Jakarta: Rineka Cipta.Chaer, Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Kridalaksana, Harimurti. (2001). Kamus Linguistik. Jakarta: PT. GramediaKridalaksana, Harimurti. 1996. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Moleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:PT. Remaja Rosda Karya

DAFTAR RUJUKAN Alisjahbana, S. Takdir. 1974. Tata bahasa Baru Bahasa Indonesia Jilid II. Jakarta: Dian Rakyat. Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Angkat, Harrisson. 1996. Sistem Kata Kerja Bahasa Pakpak (skripsi). Medan: Fakultas Sastra USU. Chaer, Abdul. 1984. Kamus Idiom Bahasa Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah. Chaer, Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. El Shirazy, Habiburrahman. 2007. Ketika Cinta Bertasbih. Jakarta: Republika. Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah. Kridalaksana, Harimurti. 1988. Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. Kridalaksana, Harimurti. 1996. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Malo, Manase dkk. 1985. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Karunika Jakarta Universitas Terbuka. UtaraMuslich, Mansur. 1990. Garis-Garis Besar Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh Malang. Muslich, Mansur. 1993. Metode Kuantitatif. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI Muslich, Mansur. 2008. Tatabentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif. Jakarta: Bumi Aksara. Ramlan, M. 1978. Ilmu Bahasa Indonesia: Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: Karyono. Sihite, Rosdiana. 2007. Kata Majemuk dalam Bahasa Batak Toba (skripsi).Medan: Fakultas Sastra USU. Sirait, Tio H. Ida. 1995. Analisis Kata Gabung dan Kata Depan dalam Novel Lembah MembaraSudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.