Proposal Aan (1)

85
BAB 1 PENDAHULUAN A. Judul Penelitian PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Smp N 3 Ketapang Mengenai Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel) B. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu yang berkenaan dengan ide-ide atau konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalaran deduktif yang membutuhkan pemahaman secara bertahap dan berurutan. Dalam pembelajaran matematika di sekolah, aspek-aspek pemahaman suatu konsep termasuk pemahaman rumus dan aplikasinya merupakan hal yang sangat penting yang harus dimiliki siswa. Sehingga salah satu tujuan mata pelajaran matematika di sekolah yang dijelaskan dalam Standar Isi Mata Pelajaran Matematika untuk

description

contoh proposal matematika

Transcript of Proposal Aan (1)

BAB 1PENDAHULUAN

A. Judul PenelitianPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Smp N 3 Ketapang Mengenai Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel)

B. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu yang berkenaan dengan ide-ide atau konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalaran deduktif yang membutuhkan pemahaman secara bertahap dan berurutan. Dalam pembelajaran matematika di sekolah, aspek-aspek pemahaman suatu konsep termasuk pemahaman rumus dan aplikasinya merupakan hal yang sangat penting yang harus dimiliki siswa. Sehingga salah satu tujuan mata pelajaran matematika di sekolah yang dijelaskan dalam Standar Isi Mata Pelajaran Matematika untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah berbunyi agar siswa mampu memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2003: 2).Menurut Zulaiha (2006: 19), hasil belajar yang dinilai dalam mata pelajaran matematika ada tiga aspek. Ketiga aspek itu adalahpemahamankonsep, penalaran dan komunikasi, serta pemecahan masalah. Sedangkan menurut Skemp dan Pollatsek (Sumarmo, 1987: 24) terdapat dua jenis pemahaman konsep, yaitu pemahaman instrumental dan pemahaman rasional. Pemahaman instrumental dapat diartikan sebagai pemahaman atas konsep yang saling terpisah dan hanya rumus yang dihafal dalam melakukan perhitungan sederhana, sedangkan pemahaman rasional termuat satu skema atau strukstur yang dapat digunakan pada penyelesaian masalah yang lebih luas. Suatu ide, fakta, atau prosedur matematika dapat dipahami sepenuhnya jika dikaitkan dengan jaringan dari sejumlah kekuatan koneksi.Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang biasa kita lihat sehari-hari. Pada model ini guru mengajar sejumlah siswa, biasanya antara 30-40 siswa di dalam sebuah ruangan. Dalam kondisi seperti ini, kondisi belajar siswa secara individual baik menyangkut kecepatan, kesulitan dan minat belajar sukar untuk diperhatikan oleh guru. Karena Guru sangat mendominasi dalam menentukan semua kegiatan pembelajaran. Banyaknya materi yang akan diajarkan, urutan materi pelajaran, kecepatan guru mengajar dan lain-lain sepenuhnya ada ditangan guru.Dalam proses pembelajaran langsung yang digunakan cenderung metode ceramah dan tanya jawab bervariasi. Pembelajaran langsung akan memberi kemudahan bagi guru dalam mengorganisasi materi pelajaran, karena dalam pembelajaran langsung ini secara umum materi pelajarannya akan seragam diserap oleh siswa. Proses pembelajaran langsung ini dapat membentuk kemampuan siswa dalam menyimak atau mendengarkan, membentuk kemampuan dalam mendengarkan dan kemampuan dalam bertanya. Akan tetapi selama pembelajaran langsung itu berlangsung siswa harus mengerjakan dua hal yaitu mendengarkan dan membuat catatan, hal ini sangat menyulitkan siswa karena konsentrasi siswa akan terpecah sehingga siswa tersebut tidak fokus dengan apa yang disampaikan oleh guru, pemahaman konsep pada materi SPLDV ditandai dengan kemampuan siswa dalam menjelaskan definisi dan bentuk persamaan dari SPLDV. Melalui pemahaman konsep SPLDV sisw tidak hanya sekedar menghafal proses penggunaan metode formal seperti grafik, subsitusi, eliminasi bahkan campuran tetapi dapat mengaplikasikan konsep metode forml secara tepat dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan SPLDV. Rendahnya pemahaman siswa terhadap sebuah konsep diduga disebabkan oleh rendahnya motivasi belajar, perhatian terhadap matematika, gangguan kelas besar, partisipasi aktif siswa, dan kemandirian belajar siswa. Hal ini tentunya tidak terlepas dari masalah pengajaran yang dilakukan oleh guru. Salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan bekerja sama dengan siswa lainnya dalam kegiatan belajar mengajar adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Melalui pembelajaran kooperatif pula, seorang siswa akan menjadi sumber belajar bagi temannya yang lain. Lie (Wena, 2010: 189) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif dikembangkan dengan dasar asumsi bahwa proses belajar akan lebih bermakna jika peserta didik dapat saling mengajari. Walaupun dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat belajar dari dua sumber belajar utama, yaitu pengajar dan teman belajar lain.Model pembelajaran Think Pair Share yang dikembangkan oleh Anita Lie merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang memberikan siswa kesempatan untuk berbagi dengan yang lain, mengajar serta diajar oleh sesama siswa yang menjadi bagian penting dalam proses belajar dan sosial yang berkesinambungan. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share ini diharapkan dapat membuat siswa lebih aktif serta lebih terampil dalam mengembangkan kecakapan komunikasinya (Lie, 2002:56). Menurut Alhadi (Mayasari Fitra, 2006:41) model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan aktivitas belajar, sikap dan hasil belajar siswa. Cara ini merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Berdasarkan fakta-rakta yang telah dikemukakan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap pemahaman konsep matematika dalam sistem persamaan linear dua variabel pada siswa kelas VIII SMP N 3 Ketapang

C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi masalah umum dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share terhadap pemahaman konsep matematis dalam Sistem Persamaan Linear Dua Variabel pada Siswa Kelas VIII SMP N 3 Ketapang ?Adapun sub-sub masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Bagaimanakah pemahaman konsep matematis siswa pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel setelah diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share ?2. Bagaimanakah pemahaman konsep matematis siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel setelah diajar menggunakan model pembelajaran langsung?3. Apakah kemampuan pemahaman konsep matematis dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share lebih baik dari model pembelajaran langsung pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel ?4. Bagaimanakah respon siswa kelas VIII SMP N 3 Ketapang setelah diberikan pembelajar menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share ?

D. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share dan langsung terhadap pemahaman konsep matematis siswa pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Untuk mengetahui pemahaman konsep matematis siswa pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel setelah diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share.2. Untuk mengetahui pemahaman konsep matematis siswa pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel setelah diajar menggunakan model pembelajaran langsung.3. Untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematis dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share dan model pembelajaran langsung pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. 4. Untuk mengetahui Respon siswa kelas VIII SMP N 3 Ketapang saat pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share itu berlangsung.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat TeoritisSecara teoritis penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pembelajaran matematika yaitu dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share dan model pembelajaran langsung dapat membantu siswa dalam memahami konsep matematis pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.2. Manfaat Praktisa. Bagi siswa, pengajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share dan langsung diharapkan dapat membantu memahami konsep-konsep matematis yang sifatnya abstrak serta membuat suasana belajar yang menyenangkan.b. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pengalaman dalam melakukan analisis kebutuhan, mengembangkan instrumen dan strategi pembelajaran serta mempersiapkan diri dalam mengantisipasi masalah-masalah yang akan dihadapi nanti saat terjun kedunia pendidikan.c. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.d. Bagi peneliti berikutnya, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pembanding atau dikembangkan lebih lanjut serta sebagai referensi terhadap penelitian yang relevan dengan permasalahan yang sejenis.

F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Variabel Penelitian a. Variabel BebasVariabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat Sugiyono (2010: 61). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah 1) Penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share 2) Penggunaan model pembelajaran langsungb. Variabel TerikatVariabel yang muncul sebagai akibat dari penyebab disebut variabel terikat. Hadari Nawawi (2007: 61) mengatakan bahwa variabel terikat adalah sejumlah gejala atau unsur yang muncul karena dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas. Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep matematis siswa yang dilihat melalui skor tes setelah diberikan pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share dan model pembelajaran langsung. c. Variabel KontrolVariabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi faktor luar yang tidak diteliti, Sugiyono (2010: 64). Variabel kontrol dalam penelitian ini antara lain:1) Jumlah jam mengajar yaitu 2 x 40 menit dalam 2 kali pertemuan;2) Guru yang mengajar yaitu peneliti;3) Materi yang diajarkan yaitu Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. 2. Definisi Operasionala. PenerapanPenerapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perihal mempraktekkan penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dan model pembelajaran langsung.b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Penggunaan model pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran yang berlangsung dengan situasi pembelajaran yang dirancang dengan membentuk kelompok-kelompok kecil minimal berjumlah 2 siswa (teman sebangku) dengan kemampuan heterogen. Kemampuan anggota kelompok yang heterogen tersebut ditentukan berdasarkan nilai ulangan harian pada bab sebelumnya. Anggota kelompok akan saling berinteraksi dan bekerja sama dalam kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.c. Model Pembelajaran LangsungPenggunaan model pembelajaran langsung yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran yang melibatkan guru secara aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada siswa dengan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas. Model pembelajaran langsung ini biasa digunakan oleh guru matematika SMP N 3 Ketapang.d. Pemahaman Konsep MatematisPemahaman konsep matematis siswa ini diukur dengan tes kemampuan pemahaman konsep. Adapun indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis dalam penelitian ini adalah :1) Mengubah suatu bentuk representasi (verbal) ke bentuk representasi lain (simbol).2) Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.3) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.e. Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Konsep matematika yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah konsep-konsep pada materi sistem persamaan linear dua variabel yang dipelajari di SMP/Mts dikelas VIII semester I pada bab IV. Sub pokok bahasan yang meliputi penyelesaian dan penerapan sistem persamaan linear dua variabel.

f. Respon Siswa Yang dimaksud Respon dalam penelitian ini adalah tanggapan siswa kelas VIII SMP N 3 Ketapang terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.

G. HipotesisMenurut Sugiyono (2010: 96) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share lebih baik dari model pembelajaran langsung pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.

BAB IIKAJIAN TEORI

A. Model PembelajaranMills (Suprijono, 2010: 46) berpendapat bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem.Model pembelajaran adalah suatu rencana atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, kurikulum, dan lain-lain, Joyce (Trianto, 2007:5). Selanjutnya Joyce mengatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Menurut Arends (Suprijono, 2010: 46), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Menurut Sanjaya (2010: 242) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/ tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.Dikatakan pula oleh Sanjaya (2010: 246) bahwa terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, yaitu : prinsip ketergantungan (positive interdependence), tanggung jawab perseorangan (individual accountability), interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), serta partisipasi dan komunikasi (participation communication).Menurut Lie (2010: 38) ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas model pembelajaran kooperatif, yaitu pengelompokan, semangat pembelajaran kooperatif, dan penataan ruang kelas. Ketiga faktor tersebut harus diperhatikan dan dijadikan pijakan dasar oleh guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif dalam kelas.Tanpa memperhatikan masalah tersebut, tujuan-tujuan pembelajaran kooperatif sulit tercapai.ModelPembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk dari Universitas Maryland pada tahun 1985 sebagai salah satu struktur kegiatan cooperative learning. Think Pair Share memberikan waktu kepada para siswa untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Think pair share memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair ShareMenurut Spencer Kagan (Fitra Mayasari, 2008:12)Strategi Think Pair Share yang dikembangkan oleh Spencer Kagan terdiri dari tiga tahap yaitu:a. Tahap 1 : Thingking (Berpikir). Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri beberapa saat. b. Tahap 2 : Pairing (Berpasangan). Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk dapat mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4 sampai 5 menit untuk berpasangan. c. Tahap 3 : Sharing (Berbagi). Pada tahap akhir ini, guru meminta pasangan siswa untuk membentuk kelompok yang lebih besar untuk berbagi yang tentang apa yang telah mereka pelajari dan seterusnya sampai seluruh kelas.Howard (2006) mengemukakan terdapat lima langkah utama dalam pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, langkah-langkah tersebut ditunjukkan pada tabel berikut.Tabel 2.1Langkah-langkah Model Pembelajaran KooperatifTipe Think PairShare Langkah-langkahKegiatan Pembelajaran

Tahap 1Pendahuluan- Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu untuk tiap kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah- Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa

Tahap 2Think- Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui kegiatan demonstrasi- Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada seluruh siswa- Siswa mengerjakan LKS tersebut secara individu

Tahap 3Pair- Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya- Siswa berdiskusi dengan pasangannya mengenai jawaban tugas yang telah dikerjakan

Tahap4Share- Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat kepada seluruh siswa di kelas dengan dipandu oleh guru.

Tahap 5Penghargaan- Siswa dinilai secara individu dan kelompok

Sumber : Suprijono (2010:65)

2. Kelebihan dan KekuranganModel Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair ShareDalam setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dari pembelajaran kooperatif menurut Fogarty dan Robin (1996) menyatakan bahwa teknik belajar mengajar Think Pair Share mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut:a. Mudah dilaksanakan dalam kelas yang besar,b. Memberikan waktu kepada siswa untuk merefleksikan isi materi pelajaran,c. Memberikan waktu kepada siswa untuk melatih mengeluarkan pendapat sebelum berbagi dengan kelompok kecil atau kelas secara keseluruhan.Adapun kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak (Hartina, 2008: 12).Sedangkan menurut Lie (2010: 46), kekurangan dari kelompok berpasangan (kelompok yang terdiri dari 2 orang siswa) adalah: a. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitorb. Lebih sedikit ide yang muncul, danc. Tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok.C. Model Pembelajaran LangsungModel pembelajaran yang akan dibahas selanjutnya adalah model pembelajaran langsung. Pengajaran langsung yang juga dikenal dengan sebutan active teaching (pengajaran aktif) atau whole class teaching (pengajaran seluruh kelas) mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada murid-muridnya dengan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas (Muijs, 2008: 41). Sedangkan menurut Arends (2001:3) model pembelajaran langsung adalah sebuah model pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan yang dapat diajarkan langkah demi-langkah.Teori pendukung pembelajaran langsung adalah teori behaviorisme dan teori belajar social,Suprijono (2010: 47).Berdasarkan kedua teori tersebut, pembelajaran langsung menekankan belajar sebagai perubahan perilaku. Jika behaviorisme menekankan belajar sebagai proses stimulus-respons bersifat mekanis, maka teori belajar sosial beraksentuasi pada perubahan perilaku bersifat organis melalui peniruan.Modeling adalah pendekatan utama dalam pembelajaran langsung.Modeling berarti mendemonstrasikan suatu prosedur kepada peserta didik.Modeling mengikuti urut-urutan berikut.1. Guru mendemonstrasikan perilaku yang hendak dicapai sebagai hasil belajar.2. Perilaku itu dikaitkan dengan perilaku-perilaku lain yang sudah dimiliki peserta didik.3. Guru mendemonstrasikan berbagai bagian perilaku tersebut dengan cara yang jelas, terstruktur, dan berurutan disertai penjelasan mengenai apa yang dikerjakannya setelah setiap langkah selesai dikerjakan.4. Peserta didik perlu mengingat langkah-langkah yang dilihatnya dan kemudian menirukannya.Pembelajaran langsung dengan pendekatan modeling membutuhkan penguasaan sepenuhnya terhadap apa yang dibelajarkan (dimodelkan) dan memerlukan latihan sebelum menyampaikannya di kelas. Guru harus kompeten terhadap perilaku yang hendak dimodelkan dalam pembelajaran. Tanpa kompetensi itu modeling tidak akan efektif.Modeling efektif juga menuntut peserta didik mempunyai atensi dan motivasi terhadap perilaku yang dimodelkan. Tanpa hal tersebut proses observasional lainnya yang dibutuhkan dalam pembelajaran langsung dengan modeling tidak akan berjalan optimal. Proses yang dimaksud adalah retensi dan reproduksi.Atensi adalah peserta didik memperhatikan aspek-aspek kritis dari apa yang akan dipelajari. Atensi adalah mengonsentrasikan dan memfokuskan sumber daya mental.Salah satu keahlian penting dalam memperhatikan adalah seleksi.Atensi bersifat seleksi karena sumber daya otak terbatas.Pada umumnya peserta didik memusatkan perhatian pada objek materi atau perilaku model yang lebih menarik.Untuk menarik perhatian peserta didik, guru dapat mengekspresikan suara dengan intonasi khas ketika menyajikan pokok materi atau bergaya dengan gesture tersendiri ketika memberikan contoh perilaku tertentu.Retensi adalah peserta didik menyimpan atau mengingat perilaku yang dimodelkan. Retensi adalah mempertahankan atau menyimpan informasi terkait dengan kerangka waktu peserta didik lazimnya akan lebih baik dalam menyimpan segala informasi yang disampaikan atau perilaku yang dicontohkan apabila disertai penyebutan atau penulisan nama, istilah, dan label yang jelas serta contoh perbuatan yang akurat.Reproduksi merupakan upaya merekonstruksi citra mental dari informasi.Pengkonstruksian ini terjadi oada elaborasi informasi.Elaborasi adalah ekstensivitas pemrosesan informasi dalam penyandian.Reproduksi merupakan upaya peserta didik mereproduksi atau melakukan seperti yang dimodelkan.Pada tahap ini segala bayangan atau citra mental maupun kode-kode simbolis yang berisi informasi pengetahuan dan perilaku yang telah tersimpan dalam memori peserta didik itu diproduksi kembali.Untuk mengidentifikasi tingkat penguasaan peserta didik, guru dapat menyuruh peserta didik membuat atau melakukan kembali hal-hal yang telah mereka serap.Pembelajaran langsung dirancang untuk penguasaan pengetahuan prosedural, pengetahuan deklaratif (pengetahuan faktual) serta berbagai keterampilan.Pembelajaran langsung dimaksudkan untuk menuntaskan dua hasil belajar yaitu penguasaan pengetahuan yang distrukturkan dengan baik dan penguasaan keterampilan.Tujuan utama model pembelajaran langsung adalah memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa, Aunurrahman (Noermala Nova, 2011: 30). Sedangkan dampak pengajarannya adalah tercapainya ketuntasan muatan akademik dan keterampilan, meningkatnya kemampuan siswa.Sedangkan dampak pengiring (nurturant effect) meningkatnya percaya diri siswa.Widaningsih, Dedeh (2010:151) Ciri-ciri Pembelajaran Langsung adalah sebagai berikut :1. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.3. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran.1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran LangsungPembelajaran langsung memiliki pola urutan kegiatan yang sistematis untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh guru atau peserta didik, agar pembelajaran langsung tersebut terlaksana dengan baik. Adpun sintaks model pembelajaran langsung sebagai berikut.Tabel 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran LangsungFasePerilaku guru

Fase 1 : Establishing setMenyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didikMenjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, mempersiapkan peserta didik untuk belajar

Fase 2 : DemonstratingMendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilanMendemonstrasikan keterampilan yang benar, menyajikan informasi tahap demi tahap

Fase 3 : Guided practiceMembimbing pelatihanMerencanakan dan memberi pelatihan awal

Fase 4 : Feed backMengecek pemahaman dan memberikan umpan balikMengecek apakah peserta didik telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik

Fase 5 : Extended practiceMemberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan konsepMempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari

Sumber: Suprijono (2010: 50)Dalam modelpembelajaran langsung, yang terutama harus diingat oleh pengajar yaitu kemampuan, daya tangkap, dan pemahaman siswa berbeda-beda.Inilah yang menjadi masalah bagi pengajar dalam menentukan kecepatan mengajar ditentukan oleh pengajar sendiri tanpa memperhitungkan perbedaan kemampuan siswa.2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran LangsungAdapunkelebihandan kekurangan model pembelajaran Menurut Sanjaya (2007: 189) yaitu;a. Kelebihan model pembelajaran langsung1) Dengan model pembelajaran guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian guru dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.2) Model pembelajaran langsung dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.3) Melalui model pembelajaran langsung selain siswa dapat mendengar melalui (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa dapat melihat (melalui pelaksanaan demonstrasi)4) Keuntungan lain adalah model pembelajaran langsung bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas besar.b. Kekurangan Model Pengajaran LangsungMenurut Sanjaya (2007: 189) ada tiga hal kekurangan model pembelajaran langsung yaitu;1) Hanya untuk kemampuan mendengar dan menyimak yang baik. Maksudnya model pengajaran langsung hanya dapat berlangsung dengan baik apabila siswa memiliki kemampuan menyimak dan mendengar yang baik.2) Tidak dapat melayani perbedaan kemampuan siswa. Maksudnya tidak mungkin dapat melayani perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, bakat serta perbedaan gaya belajar.3) Hanya menekankan pada komunikasi satu arah (one-way communication).Maksudnya komunikasi model pengajaran langsung lebih banyak terjadi satu arah (one-way communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran sangat terbatas pula disamping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan.

D. Pemahaman Konsep MatematisPemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan peserta didik mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini, peserta didik tidak hanya hafal secara verbalistis, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan (Sukiman, 2012:57). Sedangkan, menurut Sudijono (2011:50) pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.Pemahaman konsep menurut Skemp (Afat, 2013:28) terbagi atas dua bagian pemahaman yaitu pemahaman instrumental dan pemahaman relasional. Pemahaman instrumental merupakan kemampuan seseorang menggunakan prosedur matematik untuk menyelesaikan suatu masalah tanpa mengetahui mengapa prosedur itu dapat digunakan, siswa tidak menyadari mengapa ia menggunakan suatu aturan tertentu dalam menyelesaikan suatu masalah (rules without reason). Kemampuan pemahaman instrumental belum dapat sepenuhnya dikatakan sebagai kemampuan pemahaman konsep. Pemahaman relasional merupakan kemampuan menggunakan suatu aturan dengan penuh kesadaran mengapa ia menggunakan aturan tersebut (knowing what to doand why). Jadi, pemahaman instrumental adalah pemahaman yang dihafal dan tanpa melalui proses berpikir, sedangkan pemahaman relasional adalah keterkaitan banyak ide yang sudah ada sebelumnya dalam diri seseorang yang membentuk jaringan berbagai konsep, sehingga siswa dapat menerapkan konsep yang diketahuinya pada situasi lain.Pemahaman relasional memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyesuaikan metode yang dipelajari dalam menyelesaikan tugas yang jarang dapat diselesaikan dengan pemahaman instrumental. Siswa yang memiliki kemampuan pemahaman relasional mereka dapat membangun pengetahuan dari pengalaman yang mereka miliki, interaksi sosial dan negosiasi dengan teman-temannya, hal ini akan lebih mudah bagi siswa untuk mengingat metode dan strategi yang digunakan untuk memecahkan masalah. Kelebihan dari pemahaman relasional sekurang-kurangnya ada empat yaitu, lebih mudah disesuaikan untuk meyelesaikan tugas yang baru, lebih mudah untuk mengingat kembali, dapat menjadi tujuan yang efektif dalam diri sendiri, dan memiliki skema yang dapat diperluas.Pemahaman instrumental dan pemahaman relasional keduanya tidak dapat dipisahkan, evaluasi yang dibuat oleh guru masih cukup banyak hanya mengukur kemampuan pemahaman instrumental saja, terlihat dari soal-soal yang diberikan kepada siswa lebih banyak dapat diselesaikan dengan rumus meski siswa itu sebenarnya tidak mengerti mengapa penyelesaian soal tersebut dapat dilakukan dengan rumus yang ia gunakan, yang lebih memprihatinkan adalah lembaga bimbingan belajar yang setiap harinya siswa diberikan rumus-rumus cepat yang mana siswa tidak tahu mengapa ia harus menggunakannya.Pemahaman terhadap konsep merupakan bagian yang sangat penting dalam proses belajar dan memecahkan masalah, baik dalam proses belajar itu sendiri maupun dalam kehidupan nyata. Kemampuan memahami konsep menjadi landasan untuk berpikir dalam menyelesaikan persoalan.Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Dahar (Suhidartinih, 2010:22).NCTM ( Febrianto, 2012:17) mengemukakan bahwa pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep matematis dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam :1. Mendefinisikan konsep secara verbal dan tertulis.2. Mengidentifikasi membuat contoh dan bukan contoh.3. Menggunakan model, diagram dan symbol-simbol untuk mempresentasikan suatu konsep.4. Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk representasi lain.5. Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep.6. Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep.7. Membandingkan dan membedakan konsep.

Menurut Ruseffendi(2005: 35) konsep dalam matematika adalah ide atau gagasan yang memungkinkan kita untuk mengelompokan tanda (objek) kedalam contoh. Atau dapat diartikan bahwa konsep matematika abstrak yang memungkinkan kita untuk mengelompokan (mengklasifikasikan) objek atau kejadian.Konsep dapat dipelajari definisi atau pengamatan langsung seperti melihat, mendengar, mendiskusikan, dan memikirkan tentang kebenaran contoh. Sedangkan, Jerome Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa dalam belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep atau struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan.Penguasaan konsep sangat Penting, karena dengan menguasai konsep akan memudahkan siswa dalam mempelajari matematika. Penguasaan konsep merupakan tingkatan hasil belajar siswa sehingga dapat mengidentifikasikan atau menjelaskan suatu bagian informasi dengan kata-kata sendiri. Sejalan dengan hal tersebut, pemahaman konsep menurut Patria (Febrianto, 2012:18) adalah :kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interpretasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya.

Pada peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 menguraikan bahwa indikator siswa memahami konsep matematis adalah mampu :1. Menyatakan ulang sebuah konsep2. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya.3. Member contoh dan bukan contoh dari suatu konsep.4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep.6. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu.7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.Wardhani (Febrianto, 2012 19).

Berdasarkan beberapa pendapat di atasdapat disimpulkan bahwa indikatoryang digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep dalam penelitian ini, adalah :4) Mengubah suatu bentuk representasi (verbal) ke bentuk representasilain (simbol).5) Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.6) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.Adapun penilaian pada pemahaman konsep ini bertujuan mengetahui sejauh mana siswa mampu menerima dan memahami konsep matematis yang telah diterima siswa dalam pembelajaran.E. Uraian Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)Satu di antara materi Matematika, materi SPLDV dapat juga diajarkan dengan menggunakan masalah yang berhubungan dengan keseharian siswa. Berikut adalah penjelasan mengenai SPLDV. Tetapi, sebelum memasuki tentang SPLDV, terlebih dahulu dijelaskan mengenai persamaan linear. Sebuah garis yang terletak pada bidang xy dapat dinyatakan secara aljabar dalam suatu persamaan berbentuk: a1x + a2y = b, dengan a1, a2, b merupakan konstanta real, serta a1 dan a2 tidak nol. Persamaan semacam ini disebut persamaan linear dengan variabel x dan y. Secara umum, persamaan linear (linear equation) didefinisikan dengan n variabel x1, x2, , xn sebagai persamaan yang dapat dinyatakan dalam bentuk a1x1 + a2x2 + + anxn = b, dimana a1, a2, , an dan b merupakan konstanta real. Variabel-variabel dalam persamaan linear sering kali disebut sebagai faktor-faktor yang tidak diketahui (unknows) (Rorres, 2004 : 2). Dalam penelitian ini, persamaan linear yang digunakan adalah persamaan linear dua variabel yaitu persamaan linear yang memuat dua variabel.1. Pengertian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)SPLDV adalah persamaan yang memiliki dua buah persamaan linear dua variabel.Penyelesaian SPLDV dapat ditentukan dengan mencari nilai variabel yang memenuhi kedua persamaan linear dua variabel.Dan Terdapat banyak jenis solusi dalam menjawab suatu permasalahan. Banyaknya jenis solusi dalam menjawab suatu permasalahan akan menunjukan tingkat pemahaman seseorang terhadap pemecahan masalah yang dihadapi. Siswa yang dapat menjawab atau menyelesaikan masalah secara benar dengan lebih dari satu cara, lebih memahami masalah tersebut dibandingkan siswa lain yang hanya dapat menjawab dengan satu cara. Secara logis, karena siswa yang dapat memecahkan dengan banyak cara memiliki kesempatan untuk menguji kebenaran suatu jawaban dengan cara yang lain. Meskipun demikian, kelaziman pengembangan banyak solusi pada siswa belum maksimal dikembangkan oleh Hudiono (Sri Muharni 2010:42). Berikut cara-cara penyelesaian permasalahan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)2. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)a. Metode grafikGrafik untuk persamaan linear dua variabel berbentuk garis lurus.Bagaimanadengan SPLDV?Ingat, SPLDV terdiri atas dua buah persamaan dua variabel,berarti SPLDV digambarkan berupa dua buah garis lurus.Penyelesaiandapat ditentukan dengan menentukan titik potong kedua garis lurus tersebut.Untuk lebih jelasnya, coba perhatikan dan pelajari Contoh berikut :Gunakan metode grafik, tentukanlah penyelesaian SPLDV berikut.x + y = 23x + y = 6Jawab:Langkah pertama, menentukan titik potong terhadap sumbu x dan sumbu y padamasing-masing persamaan linear dua variabel.a) Persamaan x + y = 2Titik potong dengan sumbu x, berarti y = 0.x + y = 2x + 0 = 2x = 2Diperoleh x + y = 2 dan y = 0, maka diperoleh titik potong dengan sumbu xdititik (2, 0). Titik potong dengan sumbu y, berarti x = 0.x + y = 20 + y = 2y = 2Diperoleh x = 0 dan y = 2, maka diperoleh titik potong dengan sumbu y (0, 2).b) Persamaan 3x + y = 6Titik potong dengan sumbu x, berarti y = 0.3x + y = 63x+ 0 = 63x = 6x = 2Diperoleh x = 2 dan y = 0 maka diperoleh titik potong dengan sumbu xdititik (2, 0).Titik potong dengan sumbu y, berarti x = 0.3x + y = 63(0) + y = 6y = 6Diperoleh x = 0 dan y = 6 maka diperoleh titik potong dengan sumbu ydititik (0, 6).Langkah kedua, gambarkan ke dalam bidang koordinat Cartesius.b) Persamaan x + y = 2 memiliki titik potong sumbu di (2, 0) dan (0,2)c) Persamaan 3x + y = 6 memiliki titik potong sumbu di (2, 0) dan (0,6)d) Perhatikan grafik berikut.

Langkah ketiga, tentukan himpunan penyelesaian SPLDV berikut.Perhatikan gambar tersebut, titik potong antara garis x + y = 2 dan 3x + y = 6 adalah (2, 0) Jadi, Hp = {(2, 0)}(Nuniek Avianti Agus, 2008: 77)

b. Metode subtitusiPenyelesaian SPLDV menggunakan metode substitusi dilakukan dengan cara menyatakan salah satu variabel dalam bentuk variabel yang lain kemudian nilai variabel tersebut menggantikan variabel yang sama dalam persamaan yang lain. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menentukan Contoh berikut :Gunakan metode substitusi untuk menentukan penyelesaian SPLDV berikut.x + 5y = 132x y = 4Jawab:1) Langkah pertama, tuliskan masing-masing persamaan dalam bentuk persamaan (1) dan (2).x + 5y = 13 (1)2x y = 4 (2)2) Langkah kedua, pilih salah satu persamaan, misalkan persamaan (2).Kemudian, nyatakan salah satu variabelnya dalam bentuk variabel yang lain.x + 5y = 13x = 13 5y (3)3) Langkah ketiga, nilai variabel x pada persamaan (3) menggantikan variabel x pada persamaan (2).2x y = 42 (13 5y) y = 426 10y y = 410 y= 4 2611y = 22y = 2 (4)4) Langkah keempat, nilai y pada persamaan (4) menggantikan variabel y pada salah satu persamaan awal, misalkan persamaan (2).2x y = 42x 2 = 42x = 4 + 22x = 6x = 3 (5)5) Langkah kelima, menentukan penyelesaian SPLDV tersebut. Dari persamaan (4) dan (5) diperoleh nilai x = 3 dan y = 2. Jadi, diperoleh Hp = {(3, 2)}(Nuniek Avianti Agus, 2008: 80)c. Metode eliminasiBerbeda dengan metode substitusi yang mengganti variabel, metode eliminasi justru menghilangkan salah satu variabel untuk dapat menentukan nilai variabel yang lain. Dengan demikian, koefisien salah satu variabel yangakan dihilangkan haruslah sama atau dibuat sama.Agar lebih jelas, perhatikanlah contoh berikut :Gunakan metode eliminasi untuk menentukan penyelesaian SPLDV berikut.x + y = 12x -y = 4Jawab:Langkah pertama, menghilangkan salah satu variabel dari SPLDV tersebut. Misalkan variabel xyang akan dihilangkan maka kedua persamaan harus dikurangkan.1) Mencari nilai y ;

x2 x1 2) Mencari nilai x;

3. Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) dalam kehidupan sehari-hari.Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali permasalahan-permasalahanyang dapat dipecahkan menggunakan SPLDV.Pada umumnya, permasalahan tersebut berkaitan dengan masalah aritmetika sosial.Misalnya, menentukanharga satuan barang, menentukan panjang atau lebar sebidang tanah, danlain sebagainya.Agar lebih jelas, perhatikan contoh berikut :1. Umur Sani 7 tahun lebih tua dari umur Ari. Sedangkan jumlah umur mereka adalah 43 tahun. Tentukanlah:a. model matematika dari soal tersebut,b. umur masing-masing.Jawab:1) Misalkan: umur Sani = x tahunumur Ari = y tahunmaka dapat dituliskan:x = 7 + yx y= 7x + y = 43Diperoleh model matematika:x y= 7x + y = 432) Untuk menghitung umur masing-masing, tentukan SPLDV tersebut.Dengan menggunakan metode eleminasi, diperoleh:Menghitung variabel x

Menghilangkan Variabel y

Menentukan nilai x dan yDari uraian tersebut, diperoleh: x = umur Sani = 25 tahuny = umur Ari = 18 tahun(Nuniek Avianti Agus, 2008: 84)2. Harga sebuah buku tulis dan sebuah buku gambar Rp8.000,00. Sedangkan harga dua buku tulis dan sebuah buku gambar Rp11.000,00. Tentukanlah:a. model matematika dari soal tersebut,b. harga satuan dari buku tulis dan buku gambar,c. harga dari 5 buku tulis dan 4 buku gambar.Jawab:1) Misalkan: harga buku tulis = xharga buku gambar = yDapat dituliskan:x + y = 8.000 dan 2x + y = 11.000Diperoleh model matematika:x + y = 8.0002x + y = 11.0002) Untuk menentukan harga satuan, tentukan penyelesaian dari SPLDV tersebut.Misalkan, dengan menggunakan metode grafik diperoleh:Ubah SPLDV dalam suatu bentuksederhana x + y = 8 dan 2x + y = 11 dalam ribuan rupiah.Menentukan titik potong dengan sumbu x dan sumbu y untuk masing-masingpersamaan.x + y = 8a) Titik potong dengan sumbu x, berarti y = 0.x + y = 8x + (0) = 8x = 8Diperoleh titik potong dengan sumbu x di titik (8, 0).b) Titik potong dengan sumbu y, berarti x = 0x + y = 80 + y = 8y = 8Diperoleh titik potong dengan sumbu y di titik (0, 8).2x + y = 11a) Titik potong dengan sumbu x, berarti y = 0.2x + y = 112x+ 0 = 112x = 11x = 5,5Diperoleh titik potong dengan sumbu x di titik (5, 5, 0).b) Titik potong dengan sumbu y, berarti x = 0.2x + y = 112 0 + y = 110 + y = 11y = 11Diperoleh titik potong dengan sumbu y dititik (0, 11)c) Gambarlah dalam bidang koordinat Cartesius Persamaan x + y = 8 memiliki titik potong dengan sumbu x dan y masing-masing di titik (8, 0) dan (0, 8). Persamaan 2x + y = 11 memiliki titik potong dengan sumbu x dan y masing-masing di titik (5,5, 0) dan (0, 11).

d) Menentukan penyelesaian SPLDV.Dari gambar terlihat bahwa titik potong kedua garis tersebut adalah (3, 5).Ini menunjukkan bahwa nilai x (dalam ribuan rupiah) adalah 3, sedangkannilai y (dalam ribuan rupiah) adalah Jadi, harga satuan buku tulis adalah Rp5.000,00 dan harga sebuah bukugambar adalah Rp5.000,00. Harga dari 5 buku tulis dan 4 buku gambar adalah:5x + 4y = 5 3.000 + 4 5.000= 15.000 + 20.000= 35.000Jadi, harga dari 5 buku tulis dan 4 buku gambar adalah Rp35.000,00(Nuniek Avianti Agus, 2008: 86)Dalam penelitian ini, dibatasi menggunakan cara Grafik, Subtitusi, dan eliminasi dan dilanjutkan dengan penyelesaian berbentuk simbolik yaitu menggunakan gabungan eliminasi dan substitusi dengan berdasarkan pertimbangan waktu dalam kegiatan pembelajaran. Ketiga cara tersebut memiliki kelebihan yaitu mempermudah dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Metode, Bentuk dan Rancangan Penelitian 1. Metode PenelitianSugiyono (2008:6), mengatakan bahwa metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu, sehingga pada gilirannya digunakan untuk memahami, memecahkan, mengantisipasi masalah dalam bidang penelitian.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Nawawi (2007: 88), metode eksperimen adalah prosedur penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dua variabel atau lebih, dengan mengendalikan pengaruh variabel lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan langsung terhadap pemahaman konsep matematis dalam Sistem Persamaan Linear Dua Variabel pada siswa kelas VIII SMP N 3 Ketapang.2. Bentuk dan Rancangan Penelitian Menurut Sugiyono (2010: 3) secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan bentuk quasi experimental design. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest only control design dengan rancangan sebagai berikut.Tabel 3.1Rancangan Penelitian

KelasPerlakuanPosttest

Eksperimen X1T

kontrolX2T

Keterangan :T=PosttestX1= Pengajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share X2= Pengajaran menggunakan model pembelajaran langsungSugiyono (2010:112)Penentuan kelas eksperimendan kelas kontrol dilakukan dengan cara dilihat dari nilai ulangan bab sebelumnya, dimana kemampuan awal kedua kelompok tersebut sama . Setelah diberikan perlakuan kedua kelompok tersebut diberikan posttest dengan instrumen yang sama. Jika antara kelas eksperimen dan kelas kontrol hasilnya berbeda, maka satu-satunya penyebab yang dapat menjelaskan perbedaan tersebut adalah perlakuan yang berbeda.B. Populasi dan Sampel 1. Populasi PenelitianPopulasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karekteristik tertentu didalam suatu penelitian.Nawawi (2005:141). Sugiyono berpendapat bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang akan menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Buchari Alma, 2009 : 54 )Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelasVIII SMP N 3 Ketapang pada tahun ajaran 2014/2015.2. Sampel PenelitianSampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi yang akan diteliti (Arikunto,1993:104).Sebelum memilih secara acak kelas dilakukan uji keseimbangan pada dua kelas.Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh.Sampling jenuh merupakan teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel dan dikenal juga dengan istilah sensus (Yudi, 2011:65). Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII A dan VIII B.

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Dataa. Teknik PengukuranTeknik pengukuran adalah cara pengumpulan data yang bersifat kuantitatif,untuk mengetahui tingkat atau derajat aspek tertentu dibandingkan dengan norma tertentu pula sebagai satuan ukur yang relevan.Pengukuran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman konsep matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan model pembelajaran langsung yang dilakukan dengan pemberian skor terhadap hasil posttest.

Adapun perhitungan nilai sebagai berikut :

(Asep dkk, 2009: 130)b. Teknik komunikasi tak langsungTeknik komunikasitak langsung adalah cara pengumpulan data dimana peneliti tidak melakukan kontak pembicaraan langsung dengan sumber data namun melalui suatu media atau perantara, Namawi (1987:22). Teknik komunikasi tak langsung dalam penelitian ini adalah pengumpulan data penelitian dengan menggunakan angket, dengan tujuan untuk mengetahui tanggapan atau respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dalam materi Persamaan Linear Dua Variabel.2. Alat Pengumpulan Dataa. Tes Hasil BelajarTest adalah cara atau prosedur yang dapat digunakan atau perlu ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas-tugas yang berupa pertanyaan atau perintah yang harus dikerjakan oleh testee (siswa), sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee (siswa) dan nilai tersebut akan dibandingkan dengan nilai testee yang lainnya atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu, Anas (2007:67).Alat yang digunakan untuk teknik pengukuran adalah tes hasil belajar dimana jenis tes yang digunakan adalah tes essay (uraian) sebanyak 5 soal.Dipilihnya tes essay karena tes essay memiliki kelebihan seperti apa yang dikemukakan Sudjana (1987:112) bahwa: 1) Dapat mengukur kesanggupan berpikir siswa sampai kelengkapan yang tinggi seperti yang diperlukan dalam merumuskan kesimpulan dari pergertian.2) Dapat mengukur kesangupan berpikir siswa untuk menjawab pertanyaan dengan kata mereka sendiri.3) Memberikan kemungkinan kepada guru untuk langsung menilai proses berpikir masing-masing siswa.Salah satu langkah yang ditempuh untuk menyusun tes hasil belajar dalam penelitian ini adalah :1) Membuat kisi-kisi soal dengan berpendoman pada kurikulum 20132) Penulisan butir soal3) Membuat kunci jawaban dan pendoman penskoranDalam tes hasil belajar untuk mendapatkan hasil yang baik harus memenuhi validitas dan reabilitas.1) Validitas TesValidasi adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen.Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.a) Validitas isi Suatu alat evaluasi, artinya ketetapan alat tersebut ditinjau dari segi materi yang dievaluasikan, yaitu materi yang dipakai sebagai alat evaluasi tersebut juga merupakan sampel representative dari pengetahuan yang harus dikuasai.Arikunto (2005: 65) menegaskan bahwa sebuah tes memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusustertentu yang sejajar dengan materi atau pelajaran yang diajarkan.Hal-hal yang divalidasi berkitan dengan instrumen penelitian, diantaranya adalah:(1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.(2) Kisi-kisi soal.(3) Kesesuaian soal tes dengan kisi-kisi soal.(4) Kesesuaian kunci jawaban dan pedoman penskoran dengan soal tes.(5) Penggunaan bahasa dalam soal tes.(6) Ketetapan soal tes dengan aspek yang hendak diukur.

b) Validitas empiricSebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memilki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium (Arikunto, 2007:69).Oleh karena itu proses pengujiannya dilakukan dengan cara mengkorelasikan nilai tes yang akan divalidasikan dengan nilai kemampuan siswa yang akan dijadikan kriterium. Semakin tinggi indeks korelasi yang didapatkan berarti semakin tinggi kesahihan tes tersebut.Untuk menghitung validitas butir soal dapat menggunakan teknik korelasi Product Moment dengan angka kasar sebagai berikut:Rumus koefisien korelasi:

Keterangan :N= Banyaknya siswa uji cobaX= Skor tiap butir soalY= Skor total tiap siswa uji coba = koefisien korelasi antara variabel X dan Y(Arikunto, 2009:75)Selanjutnya (Arikunto, 2009:75) mengemukakan bahwa interpretasi nilai dapat dikategorikan dalam tabel 3.3 berikut:Tabel 3.3Kriteria Validitas Instrumen

Koefisien ValiditasKriteria

0,80