proposal

49
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi. Slogan tersebut selalu tercantum pada setiap kemasan susu formula karena memang pada dasarnya hal tersbut adalah benar adanya. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan karena mengandung unsur gizi yang dibutuhkan guna perlindungan, pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan- lain sampai bayi berusia 6 bulan, kemudian pemberian ASI harus tetap dilanjutkan sampai bayi berusia 2 tahun walaupun bayi sudah makan. Sampai dengan usia 4 bulan, ASI yang diberikan sudah cukup memenuhi kebutuhan bayi tanpa 1

description

proposal

Transcript of proposal

Page 1: proposal

BAB 1PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi.

Slogan tersebut selalu tercantum pada setiap kemasan susu

formula karena memang pada dasarnya hal tersbut adalah benar

adanya. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman

terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan karena mengandung unsur gizi

yang dibutuhkan guna perlindungan, pertumbuhan dan

perkembangan bayi. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja

tanpa makanan- lain sampai bayi berusia 6 bulan,

kemudian pemberian ASI harus tetap dilanjutkan sampai

bayi berusia 2 tahun walaupun bayi sudah makan. Sampai dengan

usia 4 bulan, ASI yang diberikan sudah cukup memenuhi

kebutuhan bayi tanpa harus ditambah dengan makanan lain

(Prawirohardjo, 2008).

Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

menunjukkan, tahun 2002 pemberian ASI masih 40% dan pada

2007 turun menjadi 32%. Bahkan, pada tahun 2010, cakupan

pemberian ASI eksklusif bayi 0-5 bulan sebesar 27,2 persen. Jika

dilihat lebih detail, pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 5

bulan bahkan hanya 15,3 persen (Riskesdas, 2010). Berdasarkan

data dari Kabupaten/Kota diketahui bahwa cakupan bayi yang

1

Page 2: proposal

2

mendapat ASI Eksklusif di Jawa Timur sebesar 30,72%.

Cakupan tersebut menurun dibandingkan tahun 2009 dan

belum dapat mencapai target yang ditetapkan sebesar 80%

(Dinkes Jatim, 2010). Di Kabupaten Situbondo, cakupan

pemberian ASI eksklusif pada tahun 2004 adalah sebesar 53,16%

(www.jatimprov.go.id), sedangkan pada tahun 2006 menurun

menjadi 38,73% (www.docstoc.com). Sementara itu melalui studi

pendahuluan yang dilakukan di Posyandu Melati, Desa Balung,

Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, dari 39 ibu yang

memiliki balita pada tahun 2011, hanya sebanyak 12 ibu (30,8%)

yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

Rendahnya cakupan ASI Eksklusif disebabkan oleh

banyak hal, salah satunya karena kurangnya pemahaman petugas

terhadap ASI-Eksklusif 0-6 bln, sehingga masih banyak

bayi dengan ASI-Eksklusif yang belum tercatat dan tidak

terlaporkan. Selain itu juga karena masih adanya kebiasaan di

masyarakat kurang mendukung pemberian ASI ekslusif tersebut

antara lain pemberian nasi atau pisang sebelum berumur 6 bulan

ataupun karena ibu bekerja di luar rumah (Dinkes Jatim, 2010).

Beberapa faktor lain yang berpengaruh terhadap pemberian ASI

eksklusif adalah struktur masyarakat dan keluarga, kemudahan

yang didapat sebagai hasil kemajuan, iklan produksi makanan

Page 3: proposal

3

bayi, aktifitas atau kesibukan ibu, status sosial ekonomi, dan

pengetahuan ibu (superbidanhapsari.wordpress.com).

Menurut Judarwanto (2006), faktor-faktor yang

mempengaruhi kegagalan ASI adalah (1) (32%) disebabkan

kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif, (2) 28%

disebabkan oleh ibu bekerja sehingga ibu-ibu menghentikan

pemberian ASI Eksklusif karena harus kembali bekerja, (3) (16%)

disebabkan oleh gencarnya promosi susu formula, dimana ibu-ibu

menghentikan pemberian ASI karena pengaruh iklan susu

formula. Sedangkan lainnya (24%) disebabkan oleh (4) faktor

sosial budaya yang meliputi nilai-nilai dan kebiasaan masyarakat

yang menghambat keberhasilan ibu dalam pemberian ASI

Eksklusif, (5) faktor dukungan dari petugas kesehatan dimana

kegagalan pemberian ASI Eksklusif disebabkan kurangnya

dukungan dari petugas kesehatan yang dianggap paling

bertanggung jawab dalam keberhasilan keberhasilan penggalakan

ASI dan (6) faktor dari keluarga dimana banyak ibu yang gagal

memberikan ASI Eksklusif karena orang tua, nenek atau Ibu

mertua mendesak ibu untuk memberikan susu tambahan formula

(bangnesdotcom.bulanogspot.com). Di sisi lain, pemberian ASI

eksklusif sangat bermanfaat bagi bayi. Anak yang tidak diberi

ASI ekslusif lebih cepat terserang penyakit kronis seperti kanker,

jantung, hipertensi, dan diabetes setelah dewasa,.kemungkinan

Page 4: proposal

4

anak menderita kekurangan gizi dan obesitas (Amiruddin, 2007).

Selain itu, ASI sebagai makanan bayi yang mengandung laktosa

didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat yang

bermanfaat sebagai zat antibodi, menghambat pertumbuhan

bakteri yang bersifat pathogen, ASI tidak mengandung beta

lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi. Oleh karena itu,

bayi yang diberi susu selain ASI, mempunyai 17 kali lebih besar

mengalami diare, dan 3 sampai 4 kali lebih besar kemungkinan

terkena infeksi saluran pernafasan (ISPA) salah satu faktor adalah

karena buruknya pemberian ASI (Dep.Kes,RI, 2005).

Agar bayi terhindar dari berbagai penyakit sebagaimana

tersebut di atas, perlu digalakkan kembali program pemberian

ASI eksklusif sebagaimana pernah dicanangkan oleh Presiden

pada hari Ibu tanggal 22 Desember 1990. Upaya untuk

peningkatan cakupan harus terus dilakukan dengan

peningkatan penyuluhan dan upaya promosi kesehatan yang

lebih intensif, baik kepada perorangan maupun institusi

pemberi pelayanan kesehatan tentang keunggulan ASI Eksklusif

(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur). Untuk mendukung

tercapainya tujuan tersebut, harus dikaji kembali faktor-faktor

yang menjadikan ibu gagal dalam memberikan ASI eksklusif

sehingga dapat dicari solusinya.

Page 5: proposal

5

Atas dasar pertimbangan tersebut, penulis bermaksud

meneliti hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI

eksklusif di Posyandu Melati, Desa Balung, Kecamatan Kendit,

Kabupaten Situbondo.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Adakah hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI

eksklusif di Posyandu Melati, Desa Balung, Kecamatan Kendit,

Kabupaten Situbondo?

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan

pemberian ASI eksklusif di Posyandu Melati, Desa Balung,

Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu di Posyandu Melati,

Desa Balung, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo.

b. Mengidentifikasi tingkat pemberian ASI eksklusif di

Posyandu Melati, Desa Balung,, Kecamatan Kendit,

Kabupaten Situbondo.

c. Menganalisa hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian

ASI eksklusif di Posyandu Melati, Desa Balung,

Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo.

Page 6: proposal

6

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan akan membuka wawasan

masyarakat akan pentingnya pemberian ASI eksklusif.

2. Manfaat Teoritis

Menambah khazanah dan pustaka materi-materi yang

dapat diteliti oleh peneliti selanjutnya.

3. Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini mampu menggerakkan

kembali petugas kesehatan untuk melakukan kunjungan

rumah, terutama untuk melakukan asuhan bayi baru lahir

karena penyuluhan saja kadang belum cukup untuk

mempertahankan perilaku kesehatan yang baik oleh ibu balita.

Page 7: proposal

BAB 2KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

obyek tertentu melalui indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, raba, dan rasa (Notoatmojo,2003).

Pengetahuan atau kognitif merupakan unsur yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over

behaviour). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa

perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Notoatmojo,2003).

b. Tingkat Pengetahuan

Dalam bukunya, Notoatmojo,2003 merumuskan

tingkatan penegtahuan sebagai berikut :

1) Tahu atau Know

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi

yang diterima sebelumnya. Yang termasuk dalam

tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan pelajaran atau

7

Page 8: proposal

8

rangsangan yang diterima. Tahu merupakan tingkatan

pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami atau Comprehension

Memahami berarti suatu kemampuan

menjelaskan tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi, dapat menjelaskan,

mengumpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap

obyek yang dipelajari.

3) Aplikasi atau Aplication

Aplikasi sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yan telah dipelajari pada situasi

atau kondisi yang sebenarnya.Dengan kata lain, aplikasi

dapat diartikan sebgai pengguanaan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsip sebagaimana dalam konteks atau

situasi yang lain.

4) Analisis atau Analyse

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu obyek ke dalam komponen, tetapi

masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih

ada kaitan dengan yang lain.

5) Sintesis atau Synthesis

Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau mrnghubungkan bagian-bagian ke

Page 9: proposal

9

dalam suatu eseluruhan yang baru. Sintesis adalah

kemampuan untuk menyususn formulasi yang baru dari

formulasi yang ada.

6) Evaluasi atau Evaluation

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

obyek pengkuran berdasarkan kriteria yang sudah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menyatakan suatu hal

materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau

responden yang disesuaikan dengan tingkatan di atas.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1) Faktor Internal

a) Usia

Usia adalah umur individu yang terhitung

mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir

dan lebih baik pengetahuannya. Dari segi

kepercayaan, seseorang yang lebih dewasa akan lebih

dipercaya masyarakat daripada orang yang belum

cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat

Page 10: proposal

10

dari pengalaman dan kematangan jiwanya (Nursalam

dan Pariani,2001).

Suratun, 2008 membagi kelompok usia

menjadi 3 (tiga), yaitu:

(1) Masa menunda kehamilan, yaitu < 20 tahun

(2) Masa reproduktif atau masa subur, yaitu usia 20

tahun sampai dengan 35 tahun

(3) Masa mengakhiri kehamilan, yaitu usia > 35

tahun.

b) Paritas

Menurut IBG Manuaba,1998, paritas dibagi

menjadi tiga, yaitu:

(1) Primipara

Adalah wanita yang telah melahirkan bayi

aterm sebanyak satu kali.

(2) Multipara

Adalah wanita yang telah pernah

melahirkan anak hidup beberapa kali dimana

persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali.

(3) Grandemultipara

Adalah wanita yang telah melahirkan

janin aterm lebih dari lima kali.

Page 11: proposal

11

Notoatmojo, 2003 menjelaskan bahwa apabila

seseorang sudah pernah hamil sebelumnya, dalam

hamil anak kedua kalinya dan seterusnya, umumnya

mempunyai pengetahuan yang baik karena mereka

telah memperolah pengalaman dan informasi.

c) Intelegensi

Istilah intelegensi atau dalm bahasa inggris

“intelligence” berasal dari kata “inteliligere” yang

artinya menghubungkan atau menyatukan satu sama

lain.

Merupakan kemampuan seseorang untuk

berpikir abstrak (Sukardi, 1997). Menurut Binet,

sebagaimana dikutip oleh Winkel (1987)

menyebuntukan bahwa “intelegensi adalah

kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan

suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam

rangka mencapai tujuan itu dan untuk bersikap kritis

terhadap diri sendiri” (Sukardi, 1997).

Thorndike mengatakan bahwa “intelegensi

adalah hal yang dapat dinilai sebagai kemampuan

untuk mennetukan ketidaklengkapan kemungkinan-

kemungkinan dalam perjuangan hidup individu”

(Notoatmodjo, 1997).

Page 12: proposal

12

Pendapat David Wechler yang dikutip oleh

Sarlito Wirawan Sarwono (2000) menyebuntukan

bahwa “intelegensi adalah kemampuan individu untuk

berpikir dan bertindak secara terarah, serta mengolah

dan menguasai lingkungan secara efektif”.

d) Motivasi

Menurut Nancy Stevenson (2001), “Motivasi

adalah semua hal verbal, fisik, atau psikologis yang

membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai

respons. Sedang menurut Sarwono, S.W. (2000), “

motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk

situasi yang mendorong yang timbul dalam diri

individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi

tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau

perbuatan”.

2) Faktor Eksternal

a) Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin

mudah menerima informasi sehingga semakin banyak

pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya,

pendidikan yang kurang akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang

baru diperkenalkan (Nursalam dan Pariani,2001).

Page 13: proposal

13

b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus

dilakukan untuk menunjang kehidupan dan kehidupan

keluarganya. Dengan bekerja, seseorang dapat berbuat

sesuatu yang bernilai, bermanfaat, dan memperoleh

berbagai pengalaman (Notoatmojo,2003).

c) Sumber Informasi

Mulyana,2000:7 mengatakan bahwa

pelaksanaan kegiatan komunikasi social yang menjadi

kunci dalam penyadaran dan ajakan kepada

masyarakat untuk terlibat dalam program

pembangunan tidak berlangsung dengan baik.

Kegiatan ini seringkali dilakukan tanpa

memperhatikan kondisi dan budaya masyarakat

setempat sehingga hasil yang dicapai puj kurang

maksimal. Fakta membuktikan bahwa kelompok

budaya atau subkultur-subkultur yang ada dalam suatu

budaya memiliki perangkat norma yang berlainan

(http://www.infeksi.com/data/newsin.xmi).

d) Sosial Budaya

Kebiasaan dari tradisi yang telah melekat

dalam suatu masyarakat akan sangat mempengaruhi

Page 14: proposal

14

seseorang dalam menerima sesuatu pengetahuan yang

baru.

d. Cara Mengukur Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi

materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan

tingkatan-tingkatan pengetahuan (Notoatmojo,2003).

Arikunto, 1998 mengklasifikasikan pengetahuan

menjadi tiga, yaitu:

1) Baik bila menjawab benar 10-12 pertanyaan. Jawaban

benar 10 adalah baik, sebesar 83% yang berarti > 76%,

2) Cukup bila menjawab benar 7-9 pertanyaan. Jawaban

benar 7 adalah cukup, sebesar 58% yang berarti > 56%,

3) Kurang bila menjawab benar 0-6 pertanyaan. Jawaban

benar 6 adalah kurang, sebesar 50% yang berarti ≤

55%.

2. ASI Eksklusif

a. Pengertian

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan

dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai

enam bulan (Depkes RI, 2004).

Page 15: proposal

15

b. Proses Terbentuknya ASI

Tahapan-tahapan yang terjadi dalam proses laktasi

mencakup :

1) Mammogenesis : Terjadi pertumbuhan payudara baik

dari ukuran maupun berat dari payudara mengalami

peningkatan.

2) Laktogenesis :

a) Tahap 1 (kehamilan akhir) : Sel alveolar berubah

menjadi sel sekretoris

b) Tahap 2 (hari ke-3 hingga ke-8 kelahiran) : Mulai

terjadi sekresi susu, payudara menjadi penuh dan

hangat. Kontrol endokrin beralih menjadi autokrin.

3) Galaktopoiesis

4) Involution

c. Komposisi ASI

1) Karbohidrat

2) Lemak

3) Protein

4) Viitamin & Mineral

5) Kalsium Fosfat

6) Zat Anti infeksi

Dalam kolostrum yang keluar pertama kali berwarna

jernih kekuningan sangat kaya akan zat antibodi, yaitu:

Page 16: proposal

16

1) Faktor bifidus, yaitu faktor pemicu pertumbuhan

laktobasilus bifidus ,bakteri yang dianggap dapat

mengganggu kolonisasi bakteri pathogen didalam saluran

cerna  

2) Secretori imonoglobulin A (sIgA) yang mengikat protein

asing bermolekul besar seperti virus ,bakteri dan zat

toksik yang bertujuan untuk penyerapan sehingga tidak

membahayakan bayi

3) Laktoferin, protein pengikat zat besi agar tidak dapat

digunakan oleh bakteri untuk bertumbuh kembang

4) Lizozim, enzim yang bekerja menghancurkan bakteri

dengan jalan merobek dinding sel yang secara langsung

meningkatkan keefektifan antibodi

5) Leokosit, mencegah Enterokolitis Nekrotikan ,penyakit

mematikan yang lazim menjangkiti bayi berberat badan

rendah

6) Makrofag, selain menyekresi sIgA dan Interferon juga

berfungsi untuk memangsa organisme lain

7) Komplemen ,Laktoferidase,Antistreptokokus, yaitu

faktor pertahanan yang membantu menurunkan insidensi

penyakit

8) Protein pengikat B12

(Arrisman, 2005)

Page 17: proposal

17

d. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya ASI

1) Makanan Ibu

Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang

dalam masa menyusui tidak secara langsung

mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang

dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat

gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu

diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus

tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu

pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam

buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan

sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap

produksi ASI.

Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur

gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir

telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah

kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter

ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan

makanan tambahan disamping untuk keperluan dirinya

sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir

telur.

Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak

mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi

Page 18: proposal

18

kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jikapada

masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi.

Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang

sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dan

walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam

jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan

makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-

kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga

diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin

dalam ASI.

2) Ketentraman Jiwa dan Pikiran

Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh

faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah,

kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk

ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam

menyusui bayinya.

e. Manfaat ASI Eksklusif

1) Untuk Bayi

a) Melindungi dari infeksi gastrointestinal

b) Bayi yang ASI ekslusif selama enam bulan tingkat

pertumbuhannya sama dengan yang ASI eksklusif

hanya empat bulan.

c) ASI eksklusif enam bulan ternyata tidak

menyebabkan kekurangan zat besi

Page 19: proposal

19

d) Saat bayi berumur 6 bulan keatas, sistem

pencernaannya sudah relatif sempurna dan siap

menerima MPASI. Beberapa enzim pemecah protein

seperti asam lambung, pepsin, lipase, enzim amilase,

dan sebagainya baru akan diproduksi sempurna pada

saat ia berumur 6 bulan.

e) Mengurangi resiko terkena alergi akibat pada

makanan. Saat bayi berumur < 6 bulan, sel-sel di

sekitar usus belum siap untuk kandungan dari

makanan. Sehingga makanan yang masuk dapat

menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi.

f) Menunda pemberian MPASI hingga 6 bulan

melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari.

Proses pemecahan sari-sari makanan yang belum

sempurna. Pada beberapa kasus yang ekstrem ada

juga yang perlu tindakan bedah akibat pemberian

MPASI terlalu dini. Dan banyak sekali alasan lainnya

mengapa MPASI baru boleh diperkenalkan pada anak

setelah ia berumur 6 bulan.

2) Untuk Ibu

a) Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca

melahirkan, sehingga

Page 20: proposal

20

b) Memberi jarak antar anak yang lebih panjang alias

menunda kehamilan berikutnya

c) Karena kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui

tidak membutuhkan zat besi sebanyak ketika

mengalami menstruasi

d) Ibu lebih cepat langsing. Penelitian membuktikan

bahwa ibu menyusui enam bulan lebih langsing

setengah kilogram dibanding ibu yang menyusui

empat bulan.

e) Lebih ekonomis

f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI

Eksklusif

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap

pemberian ASI eksklusif adalah:

1) Pengetahuan ibu

2) Struktur masyarakat dan keluarga,

3) Kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan,

4) Iklan produksi makanan bayi,

5) Aktifitas atau kesibukan ibu,

6) Status sosial ekonomi

7) Dukungan keluarga dan petugas kesehatan

8) Tradisi dan kepercayaan

(Baskoro, 2008).

Page 21: proposal

21

Menurut Judarwanto (2006), faktor-faktor yang

mempengaruhi kegagalan pemberian ASI eksklusif adalah:

1) Sebanyak 32% disebabkan kurangnya pengetahuan ibu

tentang ASI Eksklusif; ibu-ibu menghentikan pemberian

ASI karena produksi ASI kurang. Sebenarnya hal ini

tidak disebabkan karena ibu tidak memproduksi ASI

yang cukup melainkan karena kurangnya pengetahuan

ibu.

2) Sebanyak 28% disebabkan oleh ibu bekerja sehingga

ibu-ibu menghentikan pemberian ASI Eksklusif karena

harus kembali bekerja.

3) Sebanyak 16% disebabkan oleh gencarnya promosi susu

formula, dimana ibu-ibu menghentikan pemberian ASI

karena pengaruh iklan susu formula.

4) Sebanyak 24% disebabkan oleh faktor sosial budaya

yang meliputi nilai-nilai dan kebiasaan masyarakat yang

menghambat keberhasilan ibu dalam pemberian ASI

Eksklusif, faktor dukungan dari petugas kesehatan

dimana kegagalan pemberian ASI Eksklusif disebabkan

kurangnya dukungan dari petugas kesehatan yang

dianggap paling bertanggung jawab dalam keberhasilan

keberhasilan penggalakan ASI dan faktor dari keluarga

dimana banyak ibu yang gagal memberikan ASI

Page 22: proposal

22

Eksklusif karena orang tua, nenek atau Ibu mertua

mendesak ibu untuk memberikan susu tambahan formula

(dikutip dari bangnesdotcom.bulanogspot.com).

g. Cara-Cara Mencapai ASI Eksklusif

WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah-

langkah berikut untuk memulai dan mencapai ASI

eksklusif:

1) Menyusui dalam satu jam setelah kelahiran

2) Menyusui secara ekslusif: hanya ASI. Artinya, tidak

ditambah makanan atau minuman lain, bahkan air putih

sekalipun.

3) Menyusui kapanpun bayi meminta (on-demand),

sesering yang bayi mau, siang dan malam.

4) Tidak menggunakan botol susu maupun empeng.

5) Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah

dengan tangan, disaat tidak bersama anak.

6) Mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang

Page 23: proposal

23

B. Kerangka Konseptual

(Notoatmodjo, 2002 dan Baskoro, 2008)

Keterangan:

: diteliti

: tidak diteliti

Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah

usia, paritas, intelegensi, motivasi, pekerjaan, pendidikan, sosial

budaya, dan sumber informasi. Akan tetapi, factor-faktor tersebut

tidak diteliti oleh penulis. Penulis hanya meneliti pengetahuan ibu

sebagai faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI

Faktor yang berpengaruh:

1) Struktur masyarakat dan keluarga,

2) Kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan,

3) Iklan produksi makanan bayi,

4) Aktifitas atau kesibukan ibu,

5) Status sosial ekonomi

6) Dukungan keluarga dan petugas kesehatan

7) Tradisi dan kepercayaan

Pemberian ASI eksklusif

Faktor yang berpengaruh:1. Usia2. Paritas3. Intelegensi4. Motivasi5. Sosial budaya6. Pekerjaan7. Pendidikan8. Sumber

Informasi

1. Pengetahuan

Page 24: proposal

24

eksklusif. Namun, factor yang berhubungan pemberian ASI

eksklusif tidak hanya pengetahuan ibu, tetapi juga Struktur

masyarakat dan keluarga, kemudahan yang didapat sebagai hasil

kemajuan, iklan produksi makanan bayi, aktifitas atau kesibukan

ibu, status sosial ekonomi, dukungan keluarga dan petugas

kesehatan, tradisi dan kepercayaan.

Page 25: proposal

BAB 3METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancang-Bangun Penelitian

Rancang bangun penelitian merupakan rencana penelitian

yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat

memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Setiadi,

2007). Penelitian ini mempergunakan jenis penelitian

observasional analitik, dalam hal ini cross sectional study.

Penelitian observasional analitik adalah penelitian yang bertujuan

untuk mencari hubungan antar variabel tanpa memberikan

perlakuan apapun (Setiadi, 2007).

B. Framework

Kerangka kerja adalah langkah-langkah dari aktivitas ilmiah

yang digunakan dalam melakukan penelitian (Nursalam.2003).

Gambar 3.1. Kerangka Kerja hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif

25

Pengetahuan ibu

Variabel tergantung

Pemberian ASI eksklusif

Variabel Perancu

1. Aktifitas dan kesibukan ibu2. Media massa3. Social budaya4. Lingkungan (dukungan

keluarga dan petugas kesehatan)

Variable bebas

Page 26: proposal

26

C. Hipotesis Penelitian

Menurut La Biondo-Wood dan haber (1994) dalam

Nursalam (2003), hipotesis adalah suatu asumsi pernyataan

tentang hubungan antara dua atau lebih variabel yang diharapkan

bias menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian.

H0 : Tidak ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian

ASI eksklusif di Posyandu Melati, Desa Balung,

Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo

H1 : Ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI

eksklusif di Posyandu Melati, Desa Balung, Kecamatan

Kendit Kabupaten Situbondo

D. Variabel

Variabel adalah obyek penelitian, atas apa yang terjadi

titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002).

1. Jenis Variabel

Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) jenis variabel,

yaitu 1 (satu) variabel bebas dan 1 (satu) vaiabel tergantung.

Variabel bebas adalah variabel yang nilainya

menentukan variabel lain (Nursalam, 2003). Dalam penelitian

ini, variabel bebasnya adalah pengetahuan.

Variabel tergantung adalah variabel yang nilainya

ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2003). Variabel

Page 27: proposal

27

tergantung dalam penelitian ini adalah kegagalan pemberian

ASI eksklusif.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsure penelitian yang

menjelaskan bagaimana caranya menentukan variabel dan

mengukur suatu variabel (Setiadi, 2007).

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Posyandu Melati, Desa Balung, Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo Tahun 2012

Variabel DO Kriteria Skala

Bebas:Pengetahuan Tingkatan

pengetahuan yang dimiliki ibu balita tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan ASI eksklusif, dinilai berdasarkan jawaban yang diberikan ibu melalui kuesioner dengan pertanyaan meliputi:a. Pengertian

ASI eksklusif

b. Manfaat ASI eksklusif

1. Baik bila menjawab benar 10-12 pertanyaan. Jawaban benar 10 adalah baik, sebesar 83% yang berarti > 76%

2. Cukup bila menjawab benar 7-9 pertanyaan. Jawaban benar 7 adalah cukup, sebesar 58% yang berarti > 56%

3. Kurang bila menjawab benar 0-6 pertanyaan. Jawaban benar 6 adalah kurang, sebesar 50% yang berarti ≤ 55%

Ordinal

Page 28: proposal

28

Variabel DO Kriteria Skala

c. Proses terbentuknya ASI

d. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI

e. Cara menyusui yang benar

f. Cara mencapai ASI eksklusif

Tergantung:Pemberian ASI eksklusif

Pemberian cukup ASI saja pada saat bayi berusia 0 sampai dengan 6 bulan, dinilai berdasarkan pengakuan responden melalui kuesioner

1. Diberikan, apabila bayi diberi ASI saja sampai dengan usia 6 bulan

2. Tidak diberikan, apabila bayi sudah diberi MP-ASI pada saat usia < 6 bulan, termasuk di dalamnya susu formula

Nominal

E. Populasi

Populasi adalah kumpulan semua individu dalam suatu

batas tertentu (Budiarto, 2001). Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh ibu dari balita di Posyandu Melati, Desa Balung,

Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, yaitu 41 orang.

Page 29: proposal

29

F. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo,

1993). Obyek yang dapat dijadikan sample dalam penelitian ini

adalah yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu karakteristik umum

subyek penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau yang

akan diteliti (Nursalam dan Pariani, 2001). Kriteria inklusi yang

dimaksud adalah:

1. Pada saat dilakukan penelitian, bayi sudah melewati masa ASI

eksklusif (beruasia > 6 bulan sampai dengan 5 tahun)

2. Ibu bisa membaca dan menulis

3. Bersedia untuk diteliti dan menandatangani lembar informed

consent untuk menjadi responden.

Sebaliknya, populasi yang memiliki kriteria eksklusi tidak

dapat menjadi sampel penelitian. Kriteria eksklusi adalah

menghilangkan/mengeluarkan subyek yang memnuhi kriteria

inklusi dan studi karena pelbagai sebab (Nursalam dan Pariani,

2001: 66). Yang menjadi kriteria eksklusi adalah:

1. Ibu sedang dalam keadaan sakit

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan

tabel Krejcie dan Morgan bahwa dengan populasi 41 orang, besar

sampelnya adalah 36 orang. Sampel tersebut diambil dengan

menggunakan teknik non probability sampling, yaitu consecutive

Page 30: proposal

30

sampling, adalah pemilihan sampel dengan menetapkan subyek

yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian

sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang

diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro dan Ismail, 1995).

G. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan di

Posyandu Melati, Desa Balung, Kecamatan Kendit, Kabupaten

Situbondo.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini memerlukan waktu kira-kira 2 (dua)

bulan, dengan pertimbangan bahwa kegiatan posyandu

dilaksanakan sebulan sekali.

H. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan sesudah penulis mendapatkan ijin

dari Kepala Puskesmas Kendit. Semua data yang digunakan

adalah data primer karena dikumpulkan oleh penulis sendiri

melalui kuesioner yang diberikan langsung oleh penulis

kepada ibu. Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan

persetujuan dari ibu yang ditandai dengan penandatanganan

Informed Consent sebagai responden oleh ibu.

Page 31: proposal

31

2. Instrumen Pengumpulan Data

Untuk variabel pengetahuan, diberikan kuesioner yang

berisi 15 pertanyaan dengan pilihan ganda, meliputi:

g. Pengertian ASI eksklusif

h. Manfaat ASI eksklusif

i. Proses terbentuknya ASI

j. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI

k. Cara menyusui yang benar

l. Cara mencapai ASI eksklusif

Kuesioner untuk variabulane kegagalan pemberian ASI

eksklusif berisi dichotomy questions dan pilihan ganda yang

menunjukkan diberikannya MP-ASI atau tidak pada saat bayi

berusia 0-6 bulan.

I. Teknik Analisis Data

Karena data yang digunakan adalah data ordinal untuk

variabel pengetahuan dan data nominal untuk variabel kegagalan

pemberian ASI eksklusif, maka diputuskan untuk melakukan

analisa data dengan mempergunakan teknik Chi Square dengan

rumus:

Keterangan :

fo : frekuensi hasil observasi

fh : frekuensi yang diharapkan

Page 32: proposal

32

Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara

membandingkan harga χ 2 hitung dengan harga χ 2 berdasarkan

tabel chi square pada derajat kesalahan atau α yang sudah

ditentukan, yaitu 0,05. Apabila nilai χ 2 hitung ≤ χ 2 tabel, maka H0

diterima yang berarti tidak ada hubungan hubungan pengetahuan

ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Posyandu Melati, Desa

Balung, Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo. Namun

sebaliknya, apabila nilai χ2 hitung > nilai χ 2 tabel, maka H1

diterima dan H0 ditolak yang berarti ada hubungan hubungan

pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Posyandu

Melati, Desa Balung, Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo.

J. Etika Penelitian

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan diberikan dan dijelaskan kepada

responden yang akan diteliti dan telah memenuhi kriteria

inklusi. Lembar persetujuan harus disertai judul penelitian

serta manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat

mengerti maksud dan tujuan penelitian.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti

tidak akan mencantumkan pada lembar pengumpulan data

yang diisi subyek, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode

tertentu.

Page 33: proposal

33

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai

hasil penelitian.

(Hidayat,2003)

K. Keterbatasan

Penelitian ini menerapkan desain observasional analitik –

cross sectional study—dimana variabel bebas maupun tergantung

diukur dan dikumpulkan dalam satu kali waktu. Hal ini berarti

tidak ada follow up dalam penelitian ini.