Proposal

63
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Undang-Undang Dasar 1945 menjamin setiap hak warga Negara Indonesia untuk mendapatkan pengajaran. Berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2001 Bab I, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Dalam menghadapi era globalisasi, bangsa bangsa yang memiliki kemampuan bersaing akan memperoleh keuntungan dan tidak akan tersingkir dari arena persaingan. Bangsa yang tidak memiliki

Transcript of Proposal

Page 1: Proposal

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia (SDM). Undang-Undang Dasar 1945

menjamin setiap hak warga Negara Indonesia untuk mendapatkan pengajaran.

Berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2001 Bab I, bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Dalam menghadapi era globalisasi, bangsa bangsa yang memiliki

kemampuan bersaing akan memperoleh keuntungan dan tidak akan tersingkir

dari arena persaingan. Bangsa yang tidak memiliki kemampuan bersaing akan

menuai kerugian dan mengalami ketertinggalan. Kemampuan bersaing sangat

ditentukan oleh faktor daya saing. Diantara berbagai faktor daya saing ada

tiga yang paling utama yaitu, manajemen, teknologi dan sumber daya

manusia. Manajemen yang tangguh akan mampu meningkatkan efisiensi

biaya dan efektivitas hasil. Keunggulan teknologi hanya akan dapat dicapai

melalui kepemilikan sumberdaya manusia yang kuat dalam penguasaan ilmu

yang mendasari tenologi, yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (Fisika, Kimia,

Biologi), Ilmu Sosial (Ekonomi, Geografi, Sosiologi, Sejarah) dan bahasa

Page 2: Proposal

global (Bahasa Inggris). Sumber daya manusia yang memiliki keunggulan

dalam Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Sosial dan Bahasa Inggris akan mampu

bersaing secara sehat dalam kehidupan globalisasi yang telah, sedang dan

akan berlangsung secara ketat.

Sejalan dengan usaha pemerintah mempersiapkan sumber daya

manusia (SDM) yang unggul, melalui Undang-undang Sisdiknas Pasal 50

Ayat 3 menyebutkan bahwa Pemerintah dan/ atau Pemerintah Daerah

menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua

jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang

bertaraf Internasional. Tujuannya adalah untuk menyiapkan lulusan SMA

yang berkompeten sesuai dengan SKL dan berdaya saing Internasional.

SMA Negeri 1 Batu merupakan satu-satunya SMA Negeri di Kota

Batu yang ditunjuk pemerintah sebagai sebagai pengembangan RSBI. Ada

berbagai macam tanggapan terkait status baru yang diemban oleh SMA

Negeri1 Batu, baik tanggapan itu bersifat positif dan negative. Namun, yang

paling sering dibahas oleh masyarakat adalah tentang biaya masuk dan

pendidikan yang mahal di SMA Negeri 1 Batu. Namun, sebenarnya menurut

Permendiknas 78/2009 bahwa sekolah RSBI menyediaan kuota sebesar 20%

untuk memfasilitasi siswa berprestasi dari keluarga miskin dan kurang

mampu.

Ada 2 SMA Negeri yang terdapat di Kota Batu, yaitu SMA Negeri 1

Batu dan SMA Negeri 2 Batu. SMA Negeri 1 merupakan sekolah negeri

favorit dan unggulan yang ada di Batu. Sekolah ini hampir selalu meluluskan

100% siswanya setiap tahun. Sekolah ini menjadi incaran siswa lulusan SMP

Page 3: Proposal

Negeri dan Swasta yang ada di Kota Batu. Tidak mengherankan jika SMA

Negeri 1 Batu ditunjuk oleh pemerintah sebagai RSBI pada tahun 2010.

Penetapan status SMA Negeri 1 Batu sebagai R-SMA-BI Negeri 1

Batu ini juga diharuskan merubah cara penyampaian pelajaran setiap harinya.

Bahasa pengantar yang harus digunakan dalam pelajaran harus terdapat

Bahasa Inggrisnya. Sehingga siswa di R-SMA-BI Negeri 1 Batu menjadi

familiar dan tidak asing dengan Bahasa Inggris, yang notabene adalah bahasa

Internasional tersebut.

Sarana dan prasarana di sekolah ini juga sangat memadai dan

menunjang semua proses pembelajaran. Setiap kelas sudah dilengkapi dengan

LCD, keberadaan perpustakaan yang menunjang semua kegiatan

pembelajaran, serta laboratorium-laboratorium yang sesuai standart untuk

praktikum.

Berangkat dari latar belakang tersebut peneliti mengambil judul

tentang “Status dan Prospek Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)

Dalam Kaitannya Meningkatkan Mutu Pendidikan Ekonomi di SMA Negeri

1 Batu.”

B. Fokus Penelitian

Berangkat dari latar belakang masalah di atas maka penulis banyak

timbul pertanyaan tentang Status dan Prospek Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional (RSBI) dalam kaitannya meningkatkan mutu pendidikan

ekonomi di SMA Negeri 1 Batu.

Page 4: Proposal

1. Bagaimana status Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMA

Negeri 1 Batu?

2. Bagaimanakah status Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)

mampu meningkatkan mutu pendidikan ekonomi di SMA Negeri 1 Batu?

3. Bagaimanakah prospek keberadaan dan keberhasilan Rintisan Sekolah

Bertaraf Internasional (RSBI) yang diharapkan mampu meningkatkan

mutu pendidikan ekonomi di SMA Negeri 1 Batu?

C. Asumsi Peneliti

Anggapan dasar merupakan titik tolak yang digunakan oleh peneliti dalam

penelitiannya yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Data yang diperoleh mencerminkan keadaan pada saat penelitian ini

dilaksanakan pada waktu dan tempat lain, dimana keadaan sudah banyak

berubah maka kemungkinan besar akan berbeda pula hasil yang

didapatkannya.

2. Status dan Prospek Sekolah RSBI terus diperjuangkan menjadi SBI.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap istilah-istilah yang

digunakan dalam penelitian ini diberikan definisi-definisi sebagai berikut:

1. RSBI adalah sekolah yang dirintis untuk mendidik peserta didik untuk

memiliki daya saing internasional dengan menerapkan standar nasional

pendidikan.

Page 5: Proposal

2. Pembelajaran di Sekolah berarti meningkatkan kemampuan yang dimiliki

oleh peserta didik yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan

keterampilan siswa.

3. Pendidik yang berkualitas adalah guru yang dapat menunaikan tugas dan

fungsinya secara professional. Untuk dapat melaksanakan tugas secara

professional, diperlukan berbagai persyaratan seperti: kompetensi

akademik, kompetensi metodologis, kematangan pribadi, sikap penuh

dedikasi, kesejahteraan yang memadai, pengembangan karir, budaya

kerja, dan suasana kerja yang kondusif

4. Mutu Pendidikan mencakup tentang pendidikan bermutu yang merupakan

pendidikan yang mampu menghasilkan manusia seutuhnya (manusia

paripurna) atau manusia dengan pribadi yang integral (integrated

personality) yaitu mereka yang mampu mengintegralkan iman, ilmu, dan

amal.

E. Kajian Pustaka

1. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)

a. Pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2009;10) RSBI

(Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) adalah SMA Nasional yang

telah memenuhi standar nasional pendidikan, menerapkan sistem kredit

semester dan dalam proses menuju SMA bertaraf internasional.

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional adalah Sekolah Standar

Nasional (SSN) yang menyiapkan peserta didik berdasarkan Standart

Page 6: Proposal

Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia dan bertaraf Internasional sehingga

diharapkan lulusannya memiliki kemampuan daya saing Internasional.

Dari pengertian di atas maka tujuan dari pengembangan RSBI

(Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) adalah bertujuan meningkatkan

kinerja sekolah dalam mewujudkan situasi belajar dan proses

pembelajaran untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

b. Tujuan Panduan Penyelenggaraan

Menurut Departemen Pendidikan tujuan panduan penyelenggaraan

Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pemahaman kepada semua stakeholder tentang konsep

pengembangan rintisan SMA bertaraf internasional.

2. Memberikan acuan kepada sekolah rintisan SMA bertaraf

internasional atau sekolah yang bermaksud untuk meningkatkan

kinerjanya menjadi sekolah bertaraf internasional dalam menyusun

rencana pengembangan sekolah atau school development and

investment plan (SDIP), sebagai landasan kegiatan pengembangan

SMA bertaraf internasional.

3. Memberikan acuan kepada sekolah rintisan SMA bertaraf

internasional. Dalam mengelola program pengembangan SMA

bertaraf internasional.

4. Sebagai bahan acuan untuk menyusun panduan bagi pemerintah

provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dalam membiayai

penyelenggaraan rintisan SMA bertaraf internasional.

Page 7: Proposal

c. Kriteria Rintisan SMA Bertaraf Internasional

Kriterian sekolah yang ditetapkan sebagai Rintisan Sekolah

Bertaraf Internasional adalah sebagai berikut:

1. Sekolah Menengah Atas Negeri atau Swasta yang telah memenuhi

Standar Nasional Pendidikan dan terakreditasi A.

2. Kepala sekolah memenuhi standar nasional pendidikan UU no 20 pasal

35, serta mampu mengoperasikan komputer, dan dapat berkomunikasi

dalam bahasa inggris.

3. Memiliki tenaga pengajar fisika, kimia, biologi, matematika dan mata

pelajaran lainnya yang berkompetensi dalam menggunakan ICT dan

pengantar bahasa inggris.

4. Tersedianya sarana prasarana yang memenuhi standar untuk menunjang

proses pembelajaran bertaraf internasional.

5. Memiliki dana yang cukup untuk membiayai pengembangan program

rintisan SMA bertaraf internasional.

6. Penyelenggaraan sekolah dalam satu shift (tidak double shift)

7. Jumlah rombongan belajar pada satu satuan pendidikan minimal 9 atau

setara dengan 288 siswa.

8. Memiliki akses jalan masuk yang mudah dilalui kendaraan roda empat.

d. Rencana Program RSBI

Dalam perencanaan program RSBI perlu dilakukan perencanaan

antara lain sebagai berikut:

a. Evaluasi Diri

Page 8: Proposal

Dalam tahap evaluasi diri setiap satuan pendidikan perlu menunjukkan

keunggulan.

b. Penyusunan dan Pengesahan RPS

e. Pelaksanaan Program RSBI

Pelaksanaan program RSBI menurut Departemen Pendidikan

Nasional meliputi sepuluh komponen sebagi berikut:

Akreditasi

Mutu setiap sekolah bertaraf internasional dijamin dengan

keberhasilan memperoleh akreditasi predikat A. Di samping itu

ditandai dengan pencapaian hasil akreditasi internasional dalam

bidang pendidikan dari salah satu lembaga di negara maju dengan

model keunggulan RSMABI.

Pengembangan Kurikulum (KTSP)

Perangkat kurikulum tingkat satuan pendidikan disusun berdasarkan

standar isi dan standar kompetensi lulusan yang ditulis dalam bahasa

Indonesia dan bahasa inggris.

Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran RSBI harus interaktif, inspiratif, menyenangkan

dan menantang sehingga dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi

aktif. Mutu proses pembelajaran ditingkatkan dengan menerapkan

model pembelajaran dengan didukung penerapan TIK pada semua

mata pelajaran baik IPA maupun IPS serta menggunakan bahasa

Inggris. Departemen Pendidikan Nasional mengembangkan proses

Page 9: Proposal

pembelajaran untuk mata pelajaran IPS khususnya ekonomi pada

RSBI.

Peningkatan Mutu Penilaian

Sekolah perlu mengembangkan instrument penilaian autentik yaitu

penilaian yang diperoleh dari proses pembelajaran yang mengukur

tiga ranah penilaian dan penilaian portofolio.

Peningkatan Mutu Kompetensi Lulusan

Penetapan kompetensi lulusan RSBI menerapakan standar kelulusan

yang lebih tinggi daripada stndar nasional pendidikan.

Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Dalam rangka meningkatkan mutu SM sekolah harus

mengembangkan program peningkatan kompetensi guru melalui

peningkatan kualifikasi pendidikan guru minimal 30% guru

berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya

terakreditasi A.

Penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)

dilakukan dengan cara:

a) Adaptasi yaitu penyesuaian unsur-unsur tertentu yang sudah ada

dalam SNP dengan mengacu pada standar salah satu negara anggota

OECD (Organization for Economic Co-operation and Development)

dan atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu

dalam bidang pendidikan.

b) Adopsi yaitu penambahan unsur-unsur tertentu yang belum ada dalam

SNP dengan mengacu pada standar salah satu negara anggota OECD

Page 10: Proposal

dan atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu

dalam bidang pendidikan.

2. Pembelajaran di Sekolah

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran berarti meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh

peserta didik yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan keterampilan

siswa. Kemampuan-kemampuan tersebut dikembangkan bersama dengan

perolehan seberapa banyak pengalaman belajar seseorang.

b. Jenis-Jenis Pendekatan Pembelajaran

Pembelajaran yang dilakukan oleh guru berbagai macam bentuk

dan cara yang digunakan. Ada beberapa pendekatan yang umum

dilakukan oleh guru, dimana pembelajaran tersebut memiliki tujuan,

prinsip, dan tekanan utama yang berbeda-beda.

1. Pembelajaran secara Individual

Pembelajaran secara individual adalah kegiatan mengajar guru

yang menitikberatkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada

masing-masing individu. Pada pembelajaran individual, guru memberi

bantuan kepada masing-masing pribadi. Ciri menonjol pada

pembelajaran individual dapat ditinjau dari segi tujuan pengajaran,

siswa sebagai subjek yang belajar, guru sebagai pembelajar, program

pembelajaran, serta orientasi dan tekanan utama dalam pelaksanaan

pembelajaran.

Page 11: Proposal

Tujuan pengajaran dalam pembelajaran individual

a. Pemberian kesempatan dan keleluasaan siswa untuk belajar

berdasarkan kemampuan sendiri.

b. Pengembangan kemampuan tiap individu secara optimal.

Siswa dalam pembelajaran individual

Kedudukan siswa dalam pembelajaran individual bersifat

sentral. Peserta didik merupakan pusat layanan pengajaran. Dalam

pembelajaran individual peserta didik memiliki keleluasaan berupa

a. Keleluasaan belajar berdasarkan kemampuan sendiri

b. Kebebasan menggunakan waktu belajar

c. Keleluasaan dalam mengontrol kegiatan, kecepatan, dan

intensitas belajar dalam rangka mencapai tujuan belajar yang

telah ditetapkan

d. Siswa melakukan penilaian sendiri atas hasil belajar

e. Siswa dapat mengetahui kemampuan dan hasil belajar sendiri

f. Siswa memiliki kesempatan untuk menyusun program

belajarnya sendiri

Guru dalam pembelajaran individual

Kedudukan guru dalam pembelajaran individual bersifat

membantu. Bantuan guru berkenaan dengan komponen

pembelajaran berupa perencanaan kegiatan belajar,

pengorganisasian kegiatan belajar, penciptaan pendekatan terbuka

antara guru dan siswa serta fasilitas yang mempermudah belajar.

Orientasi dan Tekanan Utama Pelaksanaan

Page 12: Proposal

Program pembelajaran individual berorientasi pada

pemberian bantuan kepada siswa agar ia dapat belajar secara

mandiri. Kemandirian belajar tersebut merupakan tuntutan

perkembangan individu. Dalam pelaksanaan guru berperan sebagai

fasilitator, pembimbing, pendiagnosis kesukaran belajar, dan rekan

diskusi. Guru berperan sebagai guru pendidik, bukan sebagai

instruktur.

2. Pembelajaran secara Kelompok

Tujuan Pembelajaran Kelompok

a. Memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk

mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara

rasional

b. Mengembangkan sikap sosial dan semangat bergotong royong

dalam kehidupan

c. Mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga tiap

anggota merasa dirinya sebagai bagian kelompok yang

bertanggung jawab

d. Mengembangkan kemampuan kepemimpinan-keterpimpinan

pada tiap anggota kelompok dalam pemecahan masalah

kelompok

Siswa dalam Pembelajaran Kelompok

Siswa dalam kelompok adalah anggota kelompok yang

belajar untuk memecahkan masalah kelompok. Kelompok

merupakan satuan kerja yang kompak dan kohesif. Dalam segi

Page 13: Proposal

individu, keanggotaan siswa dalam kelompok kecil merupakan

pemenuhan kebutuhan berasosiasi. Tiap siswa dalam kelompok

menyadari bahwa kehadiran kelompok diakui bila kelompok

berhasil memecahkan tugas yang dibebankan. Dalam hal ini

timbullah rasa bangga dan rasa memiliki kelompok pada tiap

anggota kelompok. Siswa berbagi tugas, tetapi merasa satu dalam

semangat kerja. Dalam berkelompok maka siswa dididik

mewujudkan cinta kemanusiaan secara objektif dan benar.

Guru dalam Pembelajaran Kelompok

Peranan guru dalam pembelajaran kelompok terdiri dari

a. Pembentukan kelompok

b. Perencanaan tugas kelompok

c. Pelaksanaan

d. Evaluasi hasil belajar kelompok

Orientasi dan Tekanan Utama Pelaksanaan

Program pembelajaran kelompok memberikan tekanan

utama pada peningkatan kemampuan individu sebagai anggota

kelompok. Pembelajaran kelompok merupakan strategi

pembelajaran untuk memperhatikan individu dalam kelas. Dalam

hal ini orientasi dan penekanan utama pelaksanaan adalah

peningkatan kemampuan kerja kelompok. Kerja kelompok berarti

belajar kepemimpinan dan keterpimpinan. Kedua keterampilan

tersebut, memimpin dan terpimpin, perlu dipelajari oleh tiap siswa.

Page 14: Proposal

Dalam masyarakat modern keterampilan memimpin dan terpimpin

diperlukan dalam kehidupan.

3. Pembelajaran secara Klasikal

Pembelajaran secara klasikal merupakan kemampuan guru yang

utama. Hal itu disebabkan karena pengajaran klasikal merupakan

kegiatan mengajar yang termasuk efisien. Pembelajaran klasikal

berarti melakukan dua kegiatan sekaligus, yaitu pengelolaan kelas dan

pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan kelas merupakan penciptaan

kondisi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan belajar dengan

baik. Dalam pengelolaan kelas dapat terjadi masalah yang bersumber

dari kondisi tempat belajar, dan siswa yang terlibat dalam belajar.

Pengelolaan pembelajaran bertujuan mencapai tujuan belajar.

Peran guru dalam pembelajaran secara individual dan kelompok

berlaku dalam pembelajaran secara klasikan. Tekanan utama dalam

pembelajaran adalah seluruh anggota kelas. Disamping penyusunan

desain instruksional yang dibuat, maka pembelajaran klasikan dapat

dilakukan dengan tindakan penciptaan tertib belajar di kelas,

penciptaan suasana senang dalam belajar, pemusatan perhatian dalam

bahan ajar, mengikutsertakan siswa belajar aktif, dan

pengorganisasian belajar sesuai dengan kondisi siswa.

Dalam pembelajaran klasikal, guru dapat mengajar seorang diri

atau bertindak sebagai tim pembelajar. Bila guru sebagai tim

pembelajar, maka atas tim pembelajar harus dipatuhi. Tim pembelajar

perlu menyusun desain pembelajaran kelas secara baik.

Page 15: Proposal

Table 1.1 : pengorganisasian siswa dalam pembelajaran

No

.

Org. siswa

Uraian

Pembelajaran

Individual

Pembelajaran

Kelompok

Pembelajaran

Klasikal

1. Penyusunan

program belajar

Ahli pengajaran

atau guru

guru Guru

2. Faedah program

belajar

Untuk individu Untuk

kelompok

Untuk kelas

3. Kegiatan belajar Individual Kelompok Kelas

4. Pelaku utama

belajar

Siswa secara

individual

Kelompok

siswa

Kelas dibawah

pimpinan guru

5. Disiplin belajar Individu dengan

tekanan

kemandirian

siswa

Disiplin

kelompok

Disiplin kelas

6. Waktu belajar Sesuai dengan

kemampuan

individual

Menyesuaikan

diri dengan

kegiatan kerja

kelompok

Siswa

menyesuaikan

diri dengan

program guru

7. Peranan guru Sebagai

fasilitator

pembimbing

belajar

Sebagai

pembimbing

belajar

Sebagai guru

pengajar yang

mendidik

8. Kebaikan Siswa belajar

mandiri sejak

dini

Siswa terampil

bekerja sama

Bahan

pembelajaran

terselesaikan

(Adaptasi Dimyati dan Mudjiono, 2006: 171)

c. Kemampuan yang Akan Dicapai dalam Pembelajaran

Siswa yang belajar akan mengalami perubahan. Bila sebelum

belajar kemampuannya hanya 25%, maka setelah belajar selama lima

buln diharapkan menjadi 100%. Hasil belajar tersebut meningkatkan

Page 16: Proposal

kemampuan mental. Pada umumnya hasil belajar tersebut meliputi

ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

Kemampuan yang akan dicapai dalam pembelajaran adalah

tujuan pembelajaran. Ada kesenjangan antara kemampuan pra-belajar

dengan kemampuan yang akan dicapai. Kesenjangan tersebut dapat

diatasi berkat belajar bahan ajar tertentu.

Bagi siswa, kegiatan belajar berarti menggunakan kemampuan

kognitif, afektif dan psikomotor untuk mencerna bahan ajar. Secara

umumkegiatan belajar tersebut meliputi fase-fase:

1. Motivasi, yang berarti siswa sadar mencapai tujuan dan bertindak

mencapai tujuan belajar.

2. Konsentrasi, yang berarti siswa memusatkan perhatian pada bahan

ajar.

3. Mengolah pesan, yang berarti siswa mengolah informasi dan

mengambil makna tentang apa yang dipelajari.

4. Menyimpan, yang berarti siswa menyimpan dalam ingatan,

perasaan dan kemampuan motoriknya.

5. Menggali, dalam arti menggunkan hal yang dipelajari yang akan

dipergunakan untuk suatu pemecahan-pemecahan.

6. Prestasi, dalam arti menggunakan bahan ajar untuk unjuk kerja.

7. Umpan balik, dalam arti siswa melakukan pembenaran tentang

hasil belajar atau prestasinya.

Page 17: Proposal

Tabel 1.2 : tujuan pembelajaran dengan didikan ranah

Kognitif, Afektif, dan Psikomotor

Tujuan pengajaran Isi Proses

Ranah kognitif Mata pelajaran

sekolah dan disiplin

pengetahuan.

Pendekatan pemerolehan

seperti pemecahan

masalah, penemuan, dan

sebagainya.

Ranah afektif Pendidikan nilai

dengan sengaja.

Kejelasan nilai

berkenaan dengan

perasaan dan sikap.

Ranah psikomotor Pendidikan

keterampilan dengan

sengaja.

Kejelasan kecekatan

psikomotorik dengan

gerak.

(Adaptasi Dimyati dan Mudjiono, 2006: 177)

3. Pendidik Yang Berkualitas

a. Definisi Guru

Dalam bahasa Indonesia, terdapat istilah guru, disamping istilah

pengajar dan pendidik. Dua istilah terkhir merupakan bagian tugas

terpenting dari guru, yaitu mengajar dan sekaligus mendidik siswanya.

Dalam wacana yang lebih luas, istilah guru bukan hanya terbatas pada

lembaga persekolahan atau lembaga keguruan semata. Istilah guru sering

dikaitkan dengan istilah bangsa sehingga menjadi guru bangsa. Guru

bangsa itu sendiri adalah orang yang dengan keluasan pengetahuan,

keteguhan komitmen, kebesaran jiwa dan pengaruh, serta keteladanannya

dapat mencerahkan bangsa dari kegelapan.

Page 18: Proposal

b. Tugas Guru

Daoed Joesop, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

1978-1983, mengemukakan tiga misi atau fungsi guru: fungsi

professional, fungsi kemanusiaan, dan fungsi civic mission. Fungsi

professional berarti guru meneruskan ilmu/ keterampilan/ pengalaman

yang dimiliki atau dipelajarinya kepada anak didiknya. Fungsi

kemanusiaan berarti berusaha mengembangkan/ membina segala potensi

bakat/ pembawaan yang ada pada diri si anak. Fungsi civic mission berarti

guru wajib menjadikan anak didiknya menjadi warga negara yang baik,

yaitu yang berjiwa patriotic, mempunyai semangat kebangsaan nasional,

dan disiplin atau taat terhadap semua peraturan perundang-undangan yang

berlaku atas dasar pancasila dan UUD 1945.

Sedangkan tugas guru sebagai penjabaran dari fungsi dan misi

yang diembannya, menurut Darji Darmodiharjo, minimal ada tiga, yaitu:

mendidik, mengajar dan melatih. Tugas mendidik lebih menekankan pada

pembentukan jiwa, karakter dan kepribadian berdasarkan nilai-nilai.

Tugas mengajar lebih menekankan pada pengembangan kemampuan

penalaran dan tugas melatih menekankan pada pengembangan

kemampuan penerapan teknologi dengan cara melatih berbagai

keterampilan.

Dalam lembaga persekolahan, tugas utama guru adalah mendidik

dan mengajar. Dan agar tugas utama tersebut dapat dilaksanakan dengan

baik, ia perlu memiliki kualifikasi tertentu, yaitu profesionalisme:

memiliki kompetensi dalam ilmu pengetahuan, kredibilitas moral,

Page 19: Proposal

dedikasi dalam menjalankan tugas, kematangan jiwa (kedewasaan), dan

memiliki keterampilan teknis mengajar serta mampu membangkitkan etos

dan motivasi anak didik dalam belajar dan meraih kesuksesan. Dengan

kualifikasi tersebut, diharapkan guru dapat menjalankan tugasnya sebagai

pendidik dan pengajar mulai dari perencanaan program pembelajaran,

mampu memberikan keteladanan dalam banyak hal, kemampuan untuk

menggerakkan etos anak didik, sampai pada evaluasi.

c. Guru Yang Efektif

Guru yang efektif adalah yang dapat menunaikan tugas dan

fungsinya secara professional. Untuk dapat melaksanakan tugas secara

professional, diperlukan berbagai persyaratan seperti: kompetensi

akademik, kompetensi metodologis, kematangan pribadi, sikap penuh

dedikasi, kesejahteraan yang memadai, pengembangan karir, budaya

kerja, dan suasana kerja yang kondusif.

Karakteristik guru yang efektif sebenarnya mengandung banyak

pertanyaan, mengingat tidak ada kesepakatan diantara para guru, murid,

orang tua dan administrator tentang peran yang harus dimainkan oleh

guru. Dilingkungan perguruan tinggi, ruang lingkup tugas guru (dosen)

tercantum dalam “Tri Dharma Perguruan Tinggi”, yaitu: pendidikan dan

pengajaran, penelitian serta pengabdian pada masyarakat. Guru pada

jenjang yang lebih rendah memiliki tugas yang tidak jauh berbeda dengan

dosendi perguruan tinggi, bahkan menurut Supriadi, sebenarnya tidak ada

Page 20: Proposal

perbedaan yang asasi. Perbedaannya bukan terletak pada peran yang

dimainkan, melainkan pada intensitas peran yang dimainkan.

Menurut survey yang dilakukan oleh UNESCO, bahwa guru

yang efektif itu memiliki karakteristik:

1. Hubungan guru murid: bersahabat, menjadi mitra belajar sambil

menghibur murid, menyayangi murid seperti anaknya sendiri, adil,

memahami kebutuhan setiap anak serta berusaha memberikan yang

terbaik untuk muridnya, dan mampu membimbing anak didik menuju

kedewasaan.

2. Berkaitan dengan tugasnya sebagai guru: mencintai pekerjaannya,

cakap secara akademik, mampu menerangkan dengan jelas, mampu

merangsang siswa untuk belajar, mampu memberikan kepada siswa

sesuatu yang sangat berharga, dan mampu menjadikan kelas sebagai

lingkungan yang menyenangkan.

3. Berkaitan dengan sikap dan kepribadian: berpenampilan menarik,

tidak terlalu kaku, dan bisa menjadi teladan bagi siswanya.

Sementara itu, menurut Davis dan Thomas mengemukakan

karakteristik guru dan pengajaran yang efektif ditinjau dari berbagai

aspek seperti iklim kelas (climate classroom), manajemen (management),

umpan balik dan penguatan (feedback and reinforcement), pembaruan

diri, dan pengembangan staf (self-renewal and staff-development)

a. Beberapa hal berdasarkan penelitian berkorelasi dengan keefektifan

guru dalam hal iklim situasi kelas yang mencakup hal-hal di bawah

ini:

Page 21: Proposal

1) Mempunyai interpersonal yang kuat, khususnya empati, respek,

dan kesungguhan.

2) Mempunyai hubungan yang baik dengan siswa.

3) Kesungguhan dalam menerima dan peduli terhadap anak didik/

siswa.

4) Mengekspresikan ketertarikan dan antusiasme.

5) Menciptakan suatu atmosfer kebersamaan dan kepaduan

kelompok.

6) Mengikutsertakan siswa dalam pengaturan dan perencanaan.

7) Mendengarkan siswa dan menghormati hak mereka untuk

berbicara dalam resitasi dan diskusi.

8) Meminimalkan perselisihan dalam setiap hal.

b. Beberapa strategi pengaturan manajemen dari guru yang efektif

meliputi:

1) Mengadakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan

ketidakperhatian.

2) Bertanya atau mengajukan tugas-tugas yang membutuhkan tingkat

pemikiran yang berbeda.

c. Yang termasuk dalam area feedback dan reinforcement (penguatan):

1) Memberikan feedback yang positif terhadap respon-respon siswa.

2) Memberikan respon yang sifatnya mendukung terhadap siswa

yang berkemampuan rendah.

3) Berusaha untuk meningkatkan jawaban-jawaban memuaskan

(dengan memberikan follow up questions)

Page 22: Proposal

4) Memberikan bantuan apabila diperlukan.

d. Beberapa ciri pembaruan dan pengembangan staf meliputi:

1) Menggunakan kurikulum dan metode pengajaran yang inovatif.

2) Secara berkelanjutan mengembangkan kecakapan seseorang dalam

metode mengajar.

3) Menggunakan perencanaa kelompok guru untuk menciptakan atau

mencari metode pengajaran alternative.

4. Mutu Pendidikan

a. Pengertian Mutu Pendidikan

Definisi mutu memiliki konotasi yang bermacam-macam

bergantung orang yang memakainya. Mutu berasal dari bahasa latin yakni

“Qualis” yang berarti what kind of (tergantung kata apa yang

mengikutinya). Mutu menurut Deming ialah kesesuaian dengan

kebutuhan.Mutu menurut Juran ialah kecocokan dengan kebutuhan. 

(Usman, 2006 : 407).

Masih dalam buku yang sama (406) petikan dari Sallis (2003)

mengemukakan mutu adalah konsep yang absolut dan relatif. Mutu yang

absolut ialah mutu yang idealismenya tinggi dan harus dipenuhi,

berstandar tinggi, dengan sifat produk bergengsi tinggi. Mutu yang relatif

bukanlah sebuah akhir, namun sebagai sebuah alat yang telah ditetapkan

atau jasa dinilai, yaitu apakah telah memenuhi standar yang telah

ditetapkan (Usman, 2006 : 408).

Page 23: Proposal

Ditinjau dari sudut hukum, dipinisi pendidikan berdasarkan

undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Sisdiknas), pasal 1 (1 dan 4),yaitu “pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” “Peserta didik adalah

anggota masyarakat yang berusaha mengambangkan potensi diri melalui

proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis

pendidikan”(Husaini Usman:2006:7). Menurut Sunario seperti dikutip

Usman (2006:7) potensi otak manusia yang digunakan untuk berpikir

baru 4% .Jadi masih 96% dari otak manusia yang belum digunakan untuk

berpikir. 

Mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output,

dan outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berperoses.

Proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan suasana yang

PAKEM (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan).

Output dinyatakan bermutu apabila hasil belajar akademik dan

non-akademik siswa tinggi. Output dinyatakan bermutu apabila lulusan

cepat terserap di dunia kerja, gaji wajar, semua pihak mengakui

kehebatannya lulusannya dan merasa puas (Usman, 2006 : 410). Mutu

dalam konteks manajemen  mutu terpadu atau Total Quality Management

(TQM) bukan hanya merupakan suatu gagasan, melainkan suatu filosofi

Page 24: Proposal

dan metodologi dalam membantu lembaga untuk mengelola perubahan

secara totalitas dan sistematik, melalui perubahan nilai, visi, misi, dan

tujuan. Karena dalam dunia pendidikan mutu lulusan suatu sekolah dinilai

berdasarkan kesesuaian kemampuan yang dimilikinya dengan tujuan yang

ditetapkan dalam kurikulum.

Sedangkan menurut Hari Sudradjad (2005 : 17) pendidikan yang

bermutu adalah pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang

memiliki kemampuan atau kompotensi, baik kompetensi akademik

maupun kompetensi kejuruan, yang dilandasi oleh kompetensi personal

dan sosial, serta nilai-nilai akhlak mulia, yang keseluruhannya merupakan

kecakapan hidup (life skill), lebih lanjut Sudradjat mengemukakan

pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mampu menghasilkan

manusia seutuhnya (manusia paripurna) atau manusia dengan pribadi

yang integral (integrated personality) yaitu mereka yang mampu

mengintegralkan iman, ilmu, dan amal.

b. Karakteristik Mutu Pendidikan

Husaini Usman (2006 : 411) mengemukakan 13 (tiga) belas

karakteristik yang dimiliki oleh mutu pendidikan yaitu :

1. Kinerja (performa) yakni berkaitan dengan aspek fungsional sekolah

meliputi : kinerja guru dalam mengajar baik dalam memberikan

penjelasan meyakinkan, sehat dan rajin mengajar, dan menyiapkan

bahan pelajaran lengkap, pelayanan administratif dan edukatif sekolah

baik dengan kinerja yang baik setelah menjadi sekolah favorit.

Page 25: Proposal

2. Waktu wajar (timelines) yakni sesuai dengan waktu yang wajar

meliputi memulai dan mengakhiri pelajaran tepat waktu, waktu

ulangan tepat.

3. Handal (reliability) yakni usia pelayanan bertahan lama. Meliputi

pelayanan prima yang diberikan sekolah bertahan lama dari tahun ke

tahun, mutu sekolah tetap bertahan dan cenderung meningkat dari

tahun ke tahun.

4. Data tahan (durability) yakni tahan banting, misalnya meskipun krisis 

moneter, sekolah masih tetap bertahan

5. Indah (aesteties) misalnya eksterior dan interior sekolah ditata

menarik, guru membuat media-media pendidikan yang menarik.

6. Hubungan manusiawi (personal interface) yakni menunjung tinggi 

nilai-nilai moral dan profesionalisme. Misalnya warga sekolah saling

menghormati, demokrasi, dan menghargai profesionalisme.

7. Mudah penggunaanya (easy of use) yakni sarana dan prasarana

dipakai. Misalnya aturan-aturan sekolah mudah diterapkan, buku-buku

perpustakaan mudah dipinjam di kembalikan tepat waktu.

8. Bentuk khusus (feature) yakni keuggulan tertentu misalnya sekolah

unggul dalam hal penguasaan teknologi informasi (komputerisasi).

9. Standar tertentu (comformence to specification) yakniu memenuhi

standar tertentu. Misalnya sekolah tetlah memenuhi standar pelayanan

minimal.  

Page 26: Proposal

10. Konsistensi (concistency) yakni keajengan,  konstan dan stabil,

misalnya mutu sekolah tidak menurun dari dulu hingga sekarang,

warga sekolah konsisten dengan perkataanya.

11. Seragam (uniformity) yakni tanpa variasi, tidak tercampur. Misalnya

sekolah melaksanakan aturan, tidak pandang bulu, seragam dal

berpakaian.

12. Mampu melayani (serviceability) yakni mampu memberikan

pelayanan prima. Misalnya sekolah menyediakan kotak saran dan

saran-saran yang  masuk mampu dipenuhi dengan baik sehingga

pelanggan merasa puas. 

13. Ketepatan (acuracy) yakni ketepatan dalam pelayanan misalnya

sekolah mampu memberikan pelayanan sesuai dengan yang

diinginkan pelanggan sekolah.

Lebih lanjut Usman (2006 : 413) mengemukakan secara sederhana

mutu memiliki 4 (empat) karakteristik sebagai berikut : 

1. Spesifikasi, 

2. Jumlah, 

3. Harga dan 

4. Ketepatan waktu penyerahan. 

Sedangkan ruang lingkup mutu meliputi : 

1. Mutu produk, 

2. Mutu biaya, 

3. Mutu penyerahan  dan 

4. Mutu keselamatan.

Page 27: Proposal

F. Kegunaan Penelitian

Besar harapan peneliti agar dapat memberikan manfaat bagi:

1. Peneliti

Yaitu menambah pengalaman dan informasi tentang perkembangan

pendidikan di Indonesia, khususnya tentang keberadaan Rintisan Sekolah

Bertaraf Internasional (RSBI).

2. Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Yaitu sebagai bahan pertimbangan sebelum memulai penelitian dan

diharapkan bisa melanjutkan penelitian ini lebih mendalam lagi.

3. Masyarakat umum

Yaitu dapat memberikan sumbangan informasi mengenai perkembangan

pendidikan nasional tentang status dan prospek Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional (RSBI).

4. Bagi guru

Sebagai bahan acuan bagi para dewan guru dalam menumbuhkan

kreatifitas dan profesionalisme dalam proses belajar mengajar yang

nantinya mampu mencetak siswa yang mampu bersaing dalam era

globalisasi.

G. Model Pralapangan

Dari konsep berpikir diatas dapat dijabarkan bahwa berangkat dari situasi/

keadaan yang ada di Kota Batu dalam bidang pendidikan. Pada hakikatnya,

pendidikan bagi masyarakat Batu sangatlah penting. Namun, kenyataannya

hanya ada 2 SMA Negeri di Kota Batu, yaitu SMA Negeri 1 Batu dan SMA

Page 28: Proposal

Negeri 2 Batu. Sedangkan program pengembangan RSBI hanya terdapat di

SMA Negeri 1 Batu. Peneliti ingin mengetahui sejauh mana status penerapan

RSBI di SMA Negeri 1 Batu dan bagaimana prospek ke depannya keberadaan

R-SMA-BI 1 Batu.

Page 29: Proposal

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian pada hakikatnya adalah wahana untuk menemukan

kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaranJenis penelitian

Penelitian yang berjudul “Status dan Prospek Sekolah RSBI Dalam

Kaitannya Meningkatkan Mutu Pendidikan Ekonomi di SMA Negeri 1 Batu”

adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dalam penelitian ini adalah

explanatory research, artinya penelitian yang memilikitujuan untuk

mengungkap atau mengexplore serta menerangkan dan menjelaskan secara

mendalam tentang variabel tertentu karena penelitian ini bersifat deskriptif.

Sehingga penelitian ini digunakan untuk mengkaji secara mendalam tentang

Status dan Prospek Sekolah RSBI di SMA Negeri 1 Batu.

Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2004:4) mengemukakan

bahwa metode kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis/ lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati. Maka dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif

adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis/ lisan yang pelaksanaannya terjadi secara alamiah/ natural.

B. Kehadiran Peneliti

Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai

perencana, pengumpul data, analisis data, penafsir data dan pada akhirnya

Page 30: Proposal

menjadi pelapor hasil penelitian. Dalam hal ini tepat katena peneliti menjadi

segalanya dari keseluruhan proses penelitian. Instrument sebagai manusia

dapat pula digunakan, tetapi fungsinya terbatas sebagai pendukung tugas

peneliti. Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lapangan dalam penelitian

kualitatif mutlak diperlukan.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian sendiri secara

langsung dengan hadir ke lokasi penelitian yaitu di SMA Negeri 1 Batu.

Penelitian ini akan dilakukan selama 1 bulan, yang akan mulai dilakukan

sekitar bulan November. Sehingga, pada bulan Desember, data yang

diperlukan peneliti sudah bisa dikumpulkan dan siap membuat laporannya.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Batu yang

terletak di Jalan KH. Agus Salim No. 57 Kota Batu. Pemilihan sekolah ini

dilakukan katena status dari SMA Negeri 1 Batu telah menjadi Rintisan

Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Dimana peneliti merasa yakin sekolah

tersebut sangat mendukung penelitian ini.

D. Sumber Data

Suharsimi (2002:107) menyatakan, yang dimaksud dengan sumber

data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.

Suharsimi mengemukakan bahwa sumber data utama dalam penelitian

kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lain-lain.

Page 31: Proposal

Sumber data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Batu

2. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

3. Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana Prasarana

4. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan

5. Guru Mata Pelajaran Ekonomi

E. Prosedur Pengumpulan Data

Suharsimi (2002:197-198), menyatakan bahwa pengumpulan data

merupakan pekerjaan yang sangat penting dalam penelitian. Semakin

kurangnya pengalaman pengumpulan data, semakin mudah dipengaruhi oleh

keinginan pribadinya, semakin condong (bias) data yang terkumpul.

Alat dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

1. Metode Wawancara/interview, dilakukan untuk mendapatkan data primer

dari sumber data pada penelitian ini.

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus wawancara adalah:

a. Kepala Sekolah

b. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

c. Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana Prasarana

d. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan

e. Guru Mata Pelajaran Ekonomi

2. Pengamatan/observasi, dilakukan untuk mendapatkan data tambahan

sehingga diperoleh deskripsi variabel yang komprehensif.

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus observasi adalah:

Page 32: Proposal

a. sarana dan prasarana

b. media dan alat pembelajaran

c. pelaksanaan pembelajaran

3. Metode Dokumentasi, dilakukan untuk mendapatkan data tambahan

sehingga diperoleh deskripsi variabel yang komprehensif. Dalam

penelitian ini, metode dokumentasi dilakukan dengan cara

mengumpulkan data-data tertulis yang ada di SMA Negeri 1 Batu yang

berkaitan dengan penelitian. Adapun data-data tersebut bisa diperoleh

dari wakasek dan guru yang bersangkutan serta sejarah berdirinya SMA

Negeri 1 Batu.

F. Analisis Data

Proses analisis data dalam penelitian ini meliputi:

1. Pengumpulan data, yaitu mencari dan mengumpulkan data yang

diperlukan yang dilakukan terhadap berbagai jenis dan bentuk data yang

ada dilapangan dengan menggunakan berbagai metode.

2. Reduksi data, yaitu prosrs pemilahan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan-catatan tertulis lapangan.

3. Sajian data, yaitu penyusunan sekumpulan informasi (data) yang diperoleh

yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan.

4. Verifikasi data, yaitu proses tinjauan ulang atas catatan-catatan yang

diperoleh sehingga dapat diperoleh makna yang lebih luas.

Page 33: Proposal

G. Pengecekan Keabsahan Temuan

Untuk mendapatkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan

teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas kriteria

tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan

(credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability),

dan kepastian (confirmability) (Moleong, 2004:173).

Teknik yang digunakan untuk menguji objektivitas dan keabsahan

data pada penelitian ini adalah triangulasi. Moleong (2004:178)

mengemukakan bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Denzim (1978) dalam Moleong (2004:178) membedakan empat

macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan data, yaitu:

1. Triangulasi dengan memanfaatkan sumber berarti membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui waktu dan alat yang berbeda. HaL ini dicapai dengan jalan:

a. membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan

apa yang dikatakan secara pribadi.

c. membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d. membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang lain.

Page 34: Proposal

e. membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

terkait.

2. Triangulasi dengan dua metode, terdapat dua strategi, yaitu: pengecekan

derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik

pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber

data dan metode yang sama.

3. Triangulasi dengan menggunakan penyidik, yaitu memanfaatkan peneliti

atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat

kepercayaan data.

4. Triangulasi dengan teori, yaitu berdasarkan bahwa fakta tertentu tidak

dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori.

Dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi yang memanfaatkan

penggunaan sumber. Pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan

sumber dilakukan dengan membandingkan data hasil wawancara dengan data

hasil pengamatan serta dengan isi dokumen yang terkait, dan dengan

membandingkan data hasil wawancara yang diperoleh dari berbagai sumber.

H. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian kualitatif dengan salah satu ciri pokoknya

peneliti sebagai alat penelitian, menjadi berbeda dengan tahap-tahap

penelitian non-kualitatif. Tahap prosedur penelitian ini meliputi empat

tahapan, yaitu: tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis

data, dan tahap penulisan laporan.

1. Tahap Pralapangan

Page 35: Proposal

Ada enam tahap kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam tahapan ini

meliputi: penyusunan rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian,

mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilih

dan memanfaatkan informan, serta menyiapkan perlengkapan lapangan.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi: memahami latar

penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperanserta

sambil mengumpulkan data.

3. Tahap Analisis Data

Kegiatan dalam tahap ini meliputi proses pemaknaan data yang diperoleh

di lapangan

4. Tahap penulisan laporan

Dalam tahap ini hasil penelitian disusun dan ditulis secara sistematis

sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan agar hasilnya dapat

diketahui oleh orang lain.

Page 36: Proposal

DAFTAR RUJUKAN

Alenmarlis. 2011. Pengertian tentang Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. (Online). (http://alenmarlis.wordpress.com/2011/02/24/ pengertian-tentang-rintisan-sekolah-berbasis-internasionalrsbi/), akses 31 Juli 2012.

Anang. 2009. Sekolah Standar Naional. (Online). (http:anangtm.wordpress.com), diakses 31 Juli 2012.

Baharudin, dan Esa Nur Wahyuni. 2012. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Buhari, Bustang. 2011. Konsep dan Karakteristik Sekolah RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) di Indonesia. (Online). (http://bustanghuri.wordpress.com/2011/08/25/ konsep-dan-karakteristik-rsbi-rintisan-sekolah-bertaraf-internasional-di-indonesia/), akses 3 Agustus 2012.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.

Depdiknas. 2009. Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (R-SMA-BI). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Efendi, Mohammad. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran: Pengantar Kearah Pemahaman KBK, KTSP dan SBI. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

Hartuti, Sri. 2011. Manajemen Pembiayaaan Pendidikan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Jurnal Ilmiah Manajemen Pendidikan, (Online), 5 (7): 44-50, (http://www.pii.go.id/url?sa=t&rct=j&q=jurnal%20manajemen%20sekolah%20rsbi&source=web&cd=10&cad=rja&ved=0CFEQFjAJ&url=http%3A%2F%), diakses 11 September 2012.

Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Page 37: Proposal

Marno dan Idris. 2010. Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Moleong, J, Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Patilima, Hamid. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Saidin. 2009. Pedoman Penjamin Mutu. (Online). (http://www.scribd.com/doc/3005439/Pedoman Penjamin-Mutu), diakses 31 Juli 2012.

Sidi, I. D. 2001. Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta: Paramadina.

Sudrajad, Ahmad. 2009. Sekolah Bertaraf Internasional. (Online). (http://www.wonosari.com/t4262-sma-bi-sekolah-bertaraf-internasional), diakses 30 Juli 2012.

Suprawoto. Sekolah Standar Nasional. (Online). (http://www.slideshare.net/NASuprawoto/sekolah-standar-nasional), diakses 30 Juli 2012.

Universitas Negeri Malang. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang

Usman, Husaini. 2006. Manajemen Teori, Praktek Dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Wuradji. 2011. Implementasi program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di Kota Yogyakarta. Laporan Penelitian. Yogyakarta: PPs UNY (Online). (http://www. staff.uny.ac.id/ PENEL.RSBI.pdf), diakses tanggal 11 September 2012.

Zulkarnain. 2009. (Online). (http://zkarnain.-tripod.com/DIKNAS.HTM), diakses tanggal 30 Juli 2012.

2011. Mutu Pendidikan (Karakteristik, Pengertian, dan Teori). (Online). (http://www.sarjanaku.com/2011/09/mutu-pendidikan-pengertian.htm/), diakses tanggal 3 Agustus 2012.

Page 38: Proposal

PANDUAN WAWANCARA

Kepala sekolah1. Menurut Anda, apa RSBI itu?2. Bagaimana asal mula SMA Negeri 1 Batu bisa menjadi RSBI?3. Menurut Anda, mengapa SMA Negeri 1 Batu bisa ditetapkan sebagai

RSBI, sedangkan ada SMA Negeri lain di Kota Batu, yaitu SMA Negeri 2 Batu?

4. Pada awalnya usaha apa yang anda lakukan sebagai Kepala sekolah untuk memperjuangkan status RSBI di SMA Negeri 1 Batu ini?

5. Apakan ada perubahan yang terjadi dalam sekolah ini, setelah ditetapkan sebagai R-SMA-BI Negeri 1 Batu?

6. Perubahan tersebut dalam bidang apa saja?7. Apakah perubahan tersebut disambut baik oleh guru, orang tua siswa dan

siswa disini?8. Untuk status RSBI sendiri, bagaimana bentuk apresiasi masyarakat

terhadap perubahan status tersebut?9. Penetapan status RSBI itu sendiri seperti apa? Bukti perubahan status itu

sendiri seperti apa dari pemerintah?10. Apakah penetapan status RSBI ini merubah kegiatan belajar mengajar di

SMA ini?11. Perubahan seperti apa yang terjadi?12. Apakah guru tidak mengalami kesulitan terhadap perubahan tersebut?13. Apakah status RSBI ini bisa meningkatkan mutu pendidikan secara umum

di Kota Batu dan secara khusus di SMA Negeri 1 Batu?14. Lalu untuk kedepannya, bagaimana prospek RSBI ini? Apakah akan tetap

menjadi RSBI atau akan diperjuangkan ke tingkat yang lebih tinggi lagi, yaitu SBI?

15. Jika statusnya akan diubah menjadi SBI, apa usaha yang akan Anda lakukan?

Wakil Kelapa Sekolah bidang Kurikulum1. Menurut Anda, apa RSBI itu?2. Bagaimana asal mula SMA Negeri 1 Batu bisa menjadi RSBI?3. Mnurut Anda, mengapa SMA Negeri 1 Batu bisa ditetapkan sebagai RSBI,

sedangkan ada SMA Negeri lain di Kota Batu, yaitu SMA Negeri 2 Batu?4. Apakan ada perubahan yang terjadi dalam sekolah ini, setelah ditetapkan

sebagai R-SMA-BI Negeri 1 Batu, khususnya dalam bidang Kurikulum?5. Apakah perubahan tersebut disambut baik oleh guru, orang dan siswa

disini?6. Penetapan status RSBI itu sendiri seperti apa? Bukti perubahan status itu

sendiri dalam bidang kurikulum seperti apa?

Page 39: Proposal

7. Dalam bidang kurikulum sendiri, apakah Anda rasa perubahan status ini menjadikan kurikulum SMA Negeri 1 Batu menjadi lebih baik atau lebih buruk? Alasannya apa?

8. Apakah siswa dan guru bisa menyesuaikan dengan kurikulum dalam RSBI?

9. Lalu untuk kedepannya, bagaimana prospek RSBI ini? Apakah akan tetap menjadi RSBI atau akan diperjuangkan ke tingkat yang lebih tinggi lagi, yaitu SBI?

10. Jika statusnya akan diubah menjadi SBI, apakah akan ada perubahan lagi dalam bidang kurikulum?

Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana dan prasarana1. Menurut Anda, apa RSBI itu?2. Bagaimana asal mula SMA Negeri 1 Batu bisa menjadi RSBI?3. Mnurut Anda, mengapa SMA Negeri 1 Batu bisa ditetapkan sebagai RSBI,

sedangkan ada SMA Negeri lain di Kota Batu, yaitu SMA Negeri 2 Batu?4. Apakan ada perubahan yang terjadi dalam sekolah ini, setelah ditetapkan

sebagai R-SMA-BI Negeri 1 Batu, khususnya dalam bidang Sarana dan Prasarana?

5. Apakah perubahan tersebut disambut baik oleh guru, orang dan siswa disini?

6. Penetapan status RSBI itu sendiri seperti apa? Bukti perubahan status itu sendiri dalam bidang sarana prasarana seperti apa?

7. Dalam bidang sarana prasarana sendiri, apakah Anda rasa perubahan status ini menjadikan sarana dan prasarana SMA Negeri 1 Batu menjadi lebih baik atau lebih buruk? Alasannya apa?

8. Apakah ada anggaran tersendiri untuk peningkatan sarana dan prasarana?9. Anggaran tersebut dari sekolah atau langsung turun dari pemerintah?10. Apakah siswa dan guru bisa menyesuaikan dengan sarana dan prasarana

baru di RSBI?11. Lalu untuk kedepannya, bagaimana prospek RSBI ini? Apakah akan tetap

menjadi RSBI atau akan diperjuangkan ke tingkat yang lebih tinggi lagi, yaitu SBI?

12. Jika statusnya akan diubah menjadi SBI, apakah akan ada perubahan lagi dalam bidang sarana dan prasarana?

Wakil Kelapa Sekolah bidang bidang Kesiswaan1. Menurut Anda, apa RSBI itu?2. Bagaimana asal mula SMA Negeri 1 Batu bisa menjadi RSBI?3. Mnurut Anda, mengapa SMA Negeri 1 Batu bisa ditetapkan sebagai RSBI,

sedangkan ada SMA Negeri lain di Kota Batu, yaitu SMA Negeri 2 Batu?

Page 40: Proposal

4. Apakan ada perubahan yang terjadi dalam sekolah ini, setelah ditetapkan sebagai R-SMA-BI Negeri 1 Batu, khususnya dalam bidang Kesiswaan?

5. Apakah perubahan tersebut disambut baik oleh guru, orang dan siswa disini?

6. Penetapan status RSBI itu sendiri seperti apa? Bukti perubahan status itu sendiri dalam bidang kesiswaan seperti apa?

7. Dalam bidang kesiswaan sendiri, apakah Anda rasa perubahan status ini menjadikan kesiswaan SMA Negeri 1 Batu menjadi lebih baik atau lebih buruk? Alasannya apa?

8. Apakah siswa dan guru bisa menyesuaikan dengan peraturan kesiswaan dalam RSBI?

9. Lalu untuk kedepannya, bagaimana prospek RSBI ini? Apakah akan tetap menjadi RSBI atau akan diperjuangkan ke tingkat yang lebih tinggi lagi, yaitu SBI?

10. Jika statusnya akan diubah menjadi SBI, apakah akan ada perubahan lagi dalam bidang kesiswaan?

Guru Mata Pelajaran Ekonomi1. Menurut Anda, apa RSBI itu?2. Bagaimana asal mula SMA Negeri 1 Batu bisa menjadi RSBI?3. Mnurut Anda, mengapa SMA Negeri 1 Batu bisa ditetapkan sebagai RSBI,

sedangkan ada SMA Negeri lain di Kota Batu, yaitu SMA Negeri 2 Batu?4. Apakan ada perubahan yang terjadi dalam sekolah ini, setelah ditetapkan

sebagai R-SMA-BI Negeri 1 Batu, khususnya dalam pembelajaran Ekonomi?

5. Apakah perubahan tersebut disambut baik oleh Anda sebagai Guru Bidang Studi Ekonomi?

6. Penetapan status RSBI itu sendiri seperti apa? Bukti perubahan status itu sendiri dalam bidang mata pelajaran Ekonomi seperti apa?

7. Dalam pembelajaran ekonomi sendiri, apakah Anda rasa perubahan status ini menjadikan pembelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Batu menjadi lebih baik atau lebih buruk? Alasannya apa?

8. Apakan perubahan status menjadi RSBI ini bisa meningkatkan mutu pendidikan ekonomi?

9. Lalu untuk kedepannya, bagaimana prospek RSBI ini? Apakah akan tetap menjadi RSBI atau akan diperjuangkan ke tingkat yang lebih tinggi lagi, yaitu SBI?

10. Jika statusnya akan diubah menjadi SBI, apakah akan ada perubahan lagi dalam bidang kurikulum?

Page 41: Proposal

PANDUAN OBSERVASI

Sarana dan prasarana

Komponen Ada Tidak CatatanLaboratorium FisikaLaboratorium BiologiLaboratorium KomputerLaboratorium BahasaKoperasi SekolahAula MusholaRuang KonselingPerpustakaanWifiUKSRuang kelasKursi dan meja di tiap kelasRuang InformasiATK

Media dan alat pembelajaran

Komponen Ada Tidak Catatan LCDProyektor Remote LCDPapan tulis

Pelaksanaan pembelajaran

Komponen Ada Tidak Catatan RPPMediaMenggunakan bahasa inggrisMeningkatkan keaktivan siswa