Proposal
-
Upload
vita-sari-putri -
Category
Documents
-
view
12 -
download
0
Transcript of Proposal
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia (SDM). Undang-Undang Dasar 1945
menjamin setiap hak warga Negara Indonesia untuk mendapatkan pengajaran.
Berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2001 Bab I, bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dalam menghadapi era globalisasi, bangsa bangsa yang memiliki
kemampuan bersaing akan memperoleh keuntungan dan tidak akan tersingkir
dari arena persaingan. Bangsa yang tidak memiliki kemampuan bersaing akan
menuai kerugian dan mengalami ketertinggalan. Kemampuan bersaing sangat
ditentukan oleh faktor daya saing. Diantara berbagai faktor daya saing ada
tiga yang paling utama yaitu, manajemen, teknologi dan sumber daya
manusia. Manajemen yang tangguh akan mampu meningkatkan efisiensi
biaya dan efektivitas hasil. Keunggulan teknologi hanya akan dapat dicapai
melalui kepemilikan sumberdaya manusia yang kuat dalam penguasaan ilmu
yang mendasari tenologi, yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (Fisika, Kimia,
Biologi), Ilmu Sosial (Ekonomi, Geografi, Sosiologi, Sejarah) dan bahasa
global (Bahasa Inggris). Sumber daya manusia yang memiliki keunggulan
dalam Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Sosial dan Bahasa Inggris akan mampu
bersaing secara sehat dalam kehidupan globalisasi yang telah, sedang dan
akan berlangsung secara ketat.
Sejalan dengan usaha pemerintah mempersiapkan sumber daya
manusia (SDM) yang unggul, melalui Undang-undang Sisdiknas Pasal 50
Ayat 3 menyebutkan bahwa Pemerintah dan/ atau Pemerintah Daerah
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua
jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang
bertaraf Internasional. Tujuannya adalah untuk menyiapkan lulusan SMA
yang berkompeten sesuai dengan SKL dan berdaya saing Internasional.
SMA Negeri 1 Batu merupakan satu-satunya SMA Negeri di Kota
Batu yang ditunjuk pemerintah sebagai sebagai pengembangan RSBI. Ada
berbagai macam tanggapan terkait status baru yang diemban oleh SMA
Negeri1 Batu, baik tanggapan itu bersifat positif dan negative. Namun, yang
paling sering dibahas oleh masyarakat adalah tentang biaya masuk dan
pendidikan yang mahal di SMA Negeri 1 Batu. Namun, sebenarnya menurut
Permendiknas 78/2009 bahwa sekolah RSBI menyediaan kuota sebesar 20%
untuk memfasilitasi siswa berprestasi dari keluarga miskin dan kurang
mampu.
Ada 2 SMA Negeri yang terdapat di Kota Batu, yaitu SMA Negeri 1
Batu dan SMA Negeri 2 Batu. SMA Negeri 1 merupakan sekolah negeri
favorit dan unggulan yang ada di Batu. Sekolah ini hampir selalu meluluskan
100% siswanya setiap tahun. Sekolah ini menjadi incaran siswa lulusan SMP
Negeri dan Swasta yang ada di Kota Batu. Tidak mengherankan jika SMA
Negeri 1 Batu ditunjuk oleh pemerintah sebagai RSBI pada tahun 2010.
Penetapan status SMA Negeri 1 Batu sebagai R-SMA-BI Negeri 1
Batu ini juga diharuskan merubah cara penyampaian pelajaran setiap harinya.
Bahasa pengantar yang harus digunakan dalam pelajaran harus terdapat
Bahasa Inggrisnya. Sehingga siswa di R-SMA-BI Negeri 1 Batu menjadi
familiar dan tidak asing dengan Bahasa Inggris, yang notabene adalah bahasa
Internasional tersebut.
Sarana dan prasarana di sekolah ini juga sangat memadai dan
menunjang semua proses pembelajaran. Setiap kelas sudah dilengkapi dengan
LCD, keberadaan perpustakaan yang menunjang semua kegiatan
pembelajaran, serta laboratorium-laboratorium yang sesuai standart untuk
praktikum.
Berangkat dari latar belakang tersebut peneliti mengambil judul
tentang “Status dan Prospek Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)
Dalam Kaitannya Meningkatkan Mutu Pendidikan Ekonomi di SMA Negeri
1 Batu.”
B. Fokus Penelitian
Berangkat dari latar belakang masalah di atas maka penulis banyak
timbul pertanyaan tentang Status dan Prospek Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) dalam kaitannya meningkatkan mutu pendidikan
ekonomi di SMA Negeri 1 Batu.
1. Bagaimana status Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMA
Negeri 1 Batu?
2. Bagaimanakah status Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)
mampu meningkatkan mutu pendidikan ekonomi di SMA Negeri 1 Batu?
3. Bagaimanakah prospek keberadaan dan keberhasilan Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI) yang diharapkan mampu meningkatkan
mutu pendidikan ekonomi di SMA Negeri 1 Batu?
C. Asumsi Peneliti
Anggapan dasar merupakan titik tolak yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitiannya yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Data yang diperoleh mencerminkan keadaan pada saat penelitian ini
dilaksanakan pada waktu dan tempat lain, dimana keadaan sudah banyak
berubah maka kemungkinan besar akan berbeda pula hasil yang
didapatkannya.
2. Status dan Prospek Sekolah RSBI terus diperjuangkan menjadi SBI.
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini diberikan definisi-definisi sebagai berikut:
1. RSBI adalah sekolah yang dirintis untuk mendidik peserta didik untuk
memiliki daya saing internasional dengan menerapkan standar nasional
pendidikan.
2. Pembelajaran di Sekolah berarti meningkatkan kemampuan yang dimiliki
oleh peserta didik yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan
keterampilan siswa.
3. Pendidik yang berkualitas adalah guru yang dapat menunaikan tugas dan
fungsinya secara professional. Untuk dapat melaksanakan tugas secara
professional, diperlukan berbagai persyaratan seperti: kompetensi
akademik, kompetensi metodologis, kematangan pribadi, sikap penuh
dedikasi, kesejahteraan yang memadai, pengembangan karir, budaya
kerja, dan suasana kerja yang kondusif
4. Mutu Pendidikan mencakup tentang pendidikan bermutu yang merupakan
pendidikan yang mampu menghasilkan manusia seutuhnya (manusia
paripurna) atau manusia dengan pribadi yang integral (integrated
personality) yaitu mereka yang mampu mengintegralkan iman, ilmu, dan
amal.
E. Kajian Pustaka
1. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)
a. Pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2009;10) RSBI
(Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) adalah SMA Nasional yang
telah memenuhi standar nasional pendidikan, menerapkan sistem kredit
semester dan dalam proses menuju SMA bertaraf internasional.
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional adalah Sekolah Standar
Nasional (SSN) yang menyiapkan peserta didik berdasarkan Standart
Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia dan bertaraf Internasional sehingga
diharapkan lulusannya memiliki kemampuan daya saing Internasional.
Dari pengertian di atas maka tujuan dari pengembangan RSBI
(Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) adalah bertujuan meningkatkan
kinerja sekolah dalam mewujudkan situasi belajar dan proses
pembelajaran untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b. Tujuan Panduan Penyelenggaraan
Menurut Departemen Pendidikan tujuan panduan penyelenggaraan
Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pemahaman kepada semua stakeholder tentang konsep
pengembangan rintisan SMA bertaraf internasional.
2. Memberikan acuan kepada sekolah rintisan SMA bertaraf
internasional atau sekolah yang bermaksud untuk meningkatkan
kinerjanya menjadi sekolah bertaraf internasional dalam menyusun
rencana pengembangan sekolah atau school development and
investment plan (SDIP), sebagai landasan kegiatan pengembangan
SMA bertaraf internasional.
3. Memberikan acuan kepada sekolah rintisan SMA bertaraf
internasional. Dalam mengelola program pengembangan SMA
bertaraf internasional.
4. Sebagai bahan acuan untuk menyusun panduan bagi pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dalam membiayai
penyelenggaraan rintisan SMA bertaraf internasional.
c. Kriteria Rintisan SMA Bertaraf Internasional
Kriterian sekolah yang ditetapkan sebagai Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional adalah sebagai berikut:
1. Sekolah Menengah Atas Negeri atau Swasta yang telah memenuhi
Standar Nasional Pendidikan dan terakreditasi A.
2. Kepala sekolah memenuhi standar nasional pendidikan UU no 20 pasal
35, serta mampu mengoperasikan komputer, dan dapat berkomunikasi
dalam bahasa inggris.
3. Memiliki tenaga pengajar fisika, kimia, biologi, matematika dan mata
pelajaran lainnya yang berkompetensi dalam menggunakan ICT dan
pengantar bahasa inggris.
4. Tersedianya sarana prasarana yang memenuhi standar untuk menunjang
proses pembelajaran bertaraf internasional.
5. Memiliki dana yang cukup untuk membiayai pengembangan program
rintisan SMA bertaraf internasional.
6. Penyelenggaraan sekolah dalam satu shift (tidak double shift)
7. Jumlah rombongan belajar pada satu satuan pendidikan minimal 9 atau
setara dengan 288 siswa.
8. Memiliki akses jalan masuk yang mudah dilalui kendaraan roda empat.
d. Rencana Program RSBI
Dalam perencanaan program RSBI perlu dilakukan perencanaan
antara lain sebagai berikut:
a. Evaluasi Diri
Dalam tahap evaluasi diri setiap satuan pendidikan perlu menunjukkan
keunggulan.
b. Penyusunan dan Pengesahan RPS
e. Pelaksanaan Program RSBI
Pelaksanaan program RSBI menurut Departemen Pendidikan
Nasional meliputi sepuluh komponen sebagi berikut:
Akreditasi
Mutu setiap sekolah bertaraf internasional dijamin dengan
keberhasilan memperoleh akreditasi predikat A. Di samping itu
ditandai dengan pencapaian hasil akreditasi internasional dalam
bidang pendidikan dari salah satu lembaga di negara maju dengan
model keunggulan RSMABI.
Pengembangan Kurikulum (KTSP)
Perangkat kurikulum tingkat satuan pendidikan disusun berdasarkan
standar isi dan standar kompetensi lulusan yang ditulis dalam bahasa
Indonesia dan bahasa inggris.
Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran RSBI harus interaktif, inspiratif, menyenangkan
dan menantang sehingga dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi
aktif. Mutu proses pembelajaran ditingkatkan dengan menerapkan
model pembelajaran dengan didukung penerapan TIK pada semua
mata pelajaran baik IPA maupun IPS serta menggunakan bahasa
Inggris. Departemen Pendidikan Nasional mengembangkan proses
pembelajaran untuk mata pelajaran IPS khususnya ekonomi pada
RSBI.
Peningkatan Mutu Penilaian
Sekolah perlu mengembangkan instrument penilaian autentik yaitu
penilaian yang diperoleh dari proses pembelajaran yang mengukur
tiga ranah penilaian dan penilaian portofolio.
Peningkatan Mutu Kompetensi Lulusan
Penetapan kompetensi lulusan RSBI menerapakan standar kelulusan
yang lebih tinggi daripada stndar nasional pendidikan.
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Dalam rangka meningkatkan mutu SM sekolah harus
mengembangkan program peningkatan kompetensi guru melalui
peningkatan kualifikasi pendidikan guru minimal 30% guru
berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya
terakreditasi A.
Penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)
dilakukan dengan cara:
a) Adaptasi yaitu penyesuaian unsur-unsur tertentu yang sudah ada
dalam SNP dengan mengacu pada standar salah satu negara anggota
OECD (Organization for Economic Co-operation and Development)
dan atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu
dalam bidang pendidikan.
b) Adopsi yaitu penambahan unsur-unsur tertentu yang belum ada dalam
SNP dengan mengacu pada standar salah satu negara anggota OECD
dan atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu
dalam bidang pendidikan.
2. Pembelajaran di Sekolah
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berarti meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh
peserta didik yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan keterampilan
siswa. Kemampuan-kemampuan tersebut dikembangkan bersama dengan
perolehan seberapa banyak pengalaman belajar seseorang.
b. Jenis-Jenis Pendekatan Pembelajaran
Pembelajaran yang dilakukan oleh guru berbagai macam bentuk
dan cara yang digunakan. Ada beberapa pendekatan yang umum
dilakukan oleh guru, dimana pembelajaran tersebut memiliki tujuan,
prinsip, dan tekanan utama yang berbeda-beda.
1. Pembelajaran secara Individual
Pembelajaran secara individual adalah kegiatan mengajar guru
yang menitikberatkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada
masing-masing individu. Pada pembelajaran individual, guru memberi
bantuan kepada masing-masing pribadi. Ciri menonjol pada
pembelajaran individual dapat ditinjau dari segi tujuan pengajaran,
siswa sebagai subjek yang belajar, guru sebagai pembelajar, program
pembelajaran, serta orientasi dan tekanan utama dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Tujuan pengajaran dalam pembelajaran individual
a. Pemberian kesempatan dan keleluasaan siswa untuk belajar
berdasarkan kemampuan sendiri.
b. Pengembangan kemampuan tiap individu secara optimal.
Siswa dalam pembelajaran individual
Kedudukan siswa dalam pembelajaran individual bersifat
sentral. Peserta didik merupakan pusat layanan pengajaran. Dalam
pembelajaran individual peserta didik memiliki keleluasaan berupa
a. Keleluasaan belajar berdasarkan kemampuan sendiri
b. Kebebasan menggunakan waktu belajar
c. Keleluasaan dalam mengontrol kegiatan, kecepatan, dan
intensitas belajar dalam rangka mencapai tujuan belajar yang
telah ditetapkan
d. Siswa melakukan penilaian sendiri atas hasil belajar
e. Siswa dapat mengetahui kemampuan dan hasil belajar sendiri
f. Siswa memiliki kesempatan untuk menyusun program
belajarnya sendiri
Guru dalam pembelajaran individual
Kedudukan guru dalam pembelajaran individual bersifat
membantu. Bantuan guru berkenaan dengan komponen
pembelajaran berupa perencanaan kegiatan belajar,
pengorganisasian kegiatan belajar, penciptaan pendekatan terbuka
antara guru dan siswa serta fasilitas yang mempermudah belajar.
Orientasi dan Tekanan Utama Pelaksanaan
Program pembelajaran individual berorientasi pada
pemberian bantuan kepada siswa agar ia dapat belajar secara
mandiri. Kemandirian belajar tersebut merupakan tuntutan
perkembangan individu. Dalam pelaksanaan guru berperan sebagai
fasilitator, pembimbing, pendiagnosis kesukaran belajar, dan rekan
diskusi. Guru berperan sebagai guru pendidik, bukan sebagai
instruktur.
2. Pembelajaran secara Kelompok
Tujuan Pembelajaran Kelompok
a. Memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara
rasional
b. Mengembangkan sikap sosial dan semangat bergotong royong
dalam kehidupan
c. Mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga tiap
anggota merasa dirinya sebagai bagian kelompok yang
bertanggung jawab
d. Mengembangkan kemampuan kepemimpinan-keterpimpinan
pada tiap anggota kelompok dalam pemecahan masalah
kelompok
Siswa dalam Pembelajaran Kelompok
Siswa dalam kelompok adalah anggota kelompok yang
belajar untuk memecahkan masalah kelompok. Kelompok
merupakan satuan kerja yang kompak dan kohesif. Dalam segi
individu, keanggotaan siswa dalam kelompok kecil merupakan
pemenuhan kebutuhan berasosiasi. Tiap siswa dalam kelompok
menyadari bahwa kehadiran kelompok diakui bila kelompok
berhasil memecahkan tugas yang dibebankan. Dalam hal ini
timbullah rasa bangga dan rasa memiliki kelompok pada tiap
anggota kelompok. Siswa berbagi tugas, tetapi merasa satu dalam
semangat kerja. Dalam berkelompok maka siswa dididik
mewujudkan cinta kemanusiaan secara objektif dan benar.
Guru dalam Pembelajaran Kelompok
Peranan guru dalam pembelajaran kelompok terdiri dari
a. Pembentukan kelompok
b. Perencanaan tugas kelompok
c. Pelaksanaan
d. Evaluasi hasil belajar kelompok
Orientasi dan Tekanan Utama Pelaksanaan
Program pembelajaran kelompok memberikan tekanan
utama pada peningkatan kemampuan individu sebagai anggota
kelompok. Pembelajaran kelompok merupakan strategi
pembelajaran untuk memperhatikan individu dalam kelas. Dalam
hal ini orientasi dan penekanan utama pelaksanaan adalah
peningkatan kemampuan kerja kelompok. Kerja kelompok berarti
belajar kepemimpinan dan keterpimpinan. Kedua keterampilan
tersebut, memimpin dan terpimpin, perlu dipelajari oleh tiap siswa.
Dalam masyarakat modern keterampilan memimpin dan terpimpin
diperlukan dalam kehidupan.
3. Pembelajaran secara Klasikal
Pembelajaran secara klasikal merupakan kemampuan guru yang
utama. Hal itu disebabkan karena pengajaran klasikal merupakan
kegiatan mengajar yang termasuk efisien. Pembelajaran klasikal
berarti melakukan dua kegiatan sekaligus, yaitu pengelolaan kelas dan
pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan kelas merupakan penciptaan
kondisi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan belajar dengan
baik. Dalam pengelolaan kelas dapat terjadi masalah yang bersumber
dari kondisi tempat belajar, dan siswa yang terlibat dalam belajar.
Pengelolaan pembelajaran bertujuan mencapai tujuan belajar.
Peran guru dalam pembelajaran secara individual dan kelompok
berlaku dalam pembelajaran secara klasikan. Tekanan utama dalam
pembelajaran adalah seluruh anggota kelas. Disamping penyusunan
desain instruksional yang dibuat, maka pembelajaran klasikan dapat
dilakukan dengan tindakan penciptaan tertib belajar di kelas,
penciptaan suasana senang dalam belajar, pemusatan perhatian dalam
bahan ajar, mengikutsertakan siswa belajar aktif, dan
pengorganisasian belajar sesuai dengan kondisi siswa.
Dalam pembelajaran klasikal, guru dapat mengajar seorang diri
atau bertindak sebagai tim pembelajar. Bila guru sebagai tim
pembelajar, maka atas tim pembelajar harus dipatuhi. Tim pembelajar
perlu menyusun desain pembelajaran kelas secara baik.
Table 1.1 : pengorganisasian siswa dalam pembelajaran
No
.
Org. siswa
Uraian
Pembelajaran
Individual
Pembelajaran
Kelompok
Pembelajaran
Klasikal
1. Penyusunan
program belajar
Ahli pengajaran
atau guru
guru Guru
2. Faedah program
belajar
Untuk individu Untuk
kelompok
Untuk kelas
3. Kegiatan belajar Individual Kelompok Kelas
4. Pelaku utama
belajar
Siswa secara
individual
Kelompok
siswa
Kelas dibawah
pimpinan guru
5. Disiplin belajar Individu dengan
tekanan
kemandirian
siswa
Disiplin
kelompok
Disiplin kelas
6. Waktu belajar Sesuai dengan
kemampuan
individual
Menyesuaikan
diri dengan
kegiatan kerja
kelompok
Siswa
menyesuaikan
diri dengan
program guru
7. Peranan guru Sebagai
fasilitator
pembimbing
belajar
Sebagai
pembimbing
belajar
Sebagai guru
pengajar yang
mendidik
8. Kebaikan Siswa belajar
mandiri sejak
dini
Siswa terampil
bekerja sama
Bahan
pembelajaran
terselesaikan
(Adaptasi Dimyati dan Mudjiono, 2006: 171)
c. Kemampuan yang Akan Dicapai dalam Pembelajaran
Siswa yang belajar akan mengalami perubahan. Bila sebelum
belajar kemampuannya hanya 25%, maka setelah belajar selama lima
buln diharapkan menjadi 100%. Hasil belajar tersebut meningkatkan
kemampuan mental. Pada umumnya hasil belajar tersebut meliputi
ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Kemampuan yang akan dicapai dalam pembelajaran adalah
tujuan pembelajaran. Ada kesenjangan antara kemampuan pra-belajar
dengan kemampuan yang akan dicapai. Kesenjangan tersebut dapat
diatasi berkat belajar bahan ajar tertentu.
Bagi siswa, kegiatan belajar berarti menggunakan kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotor untuk mencerna bahan ajar. Secara
umumkegiatan belajar tersebut meliputi fase-fase:
1. Motivasi, yang berarti siswa sadar mencapai tujuan dan bertindak
mencapai tujuan belajar.
2. Konsentrasi, yang berarti siswa memusatkan perhatian pada bahan
ajar.
3. Mengolah pesan, yang berarti siswa mengolah informasi dan
mengambil makna tentang apa yang dipelajari.
4. Menyimpan, yang berarti siswa menyimpan dalam ingatan,
perasaan dan kemampuan motoriknya.
5. Menggali, dalam arti menggunkan hal yang dipelajari yang akan
dipergunakan untuk suatu pemecahan-pemecahan.
6. Prestasi, dalam arti menggunakan bahan ajar untuk unjuk kerja.
7. Umpan balik, dalam arti siswa melakukan pembenaran tentang
hasil belajar atau prestasinya.
Tabel 1.2 : tujuan pembelajaran dengan didikan ranah
Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
Tujuan pengajaran Isi Proses
Ranah kognitif Mata pelajaran
sekolah dan disiplin
pengetahuan.
Pendekatan pemerolehan
seperti pemecahan
masalah, penemuan, dan
sebagainya.
Ranah afektif Pendidikan nilai
dengan sengaja.
Kejelasan nilai
berkenaan dengan
perasaan dan sikap.
Ranah psikomotor Pendidikan
keterampilan dengan
sengaja.
Kejelasan kecekatan
psikomotorik dengan
gerak.
(Adaptasi Dimyati dan Mudjiono, 2006: 177)
3. Pendidik Yang Berkualitas
a. Definisi Guru
Dalam bahasa Indonesia, terdapat istilah guru, disamping istilah
pengajar dan pendidik. Dua istilah terkhir merupakan bagian tugas
terpenting dari guru, yaitu mengajar dan sekaligus mendidik siswanya.
Dalam wacana yang lebih luas, istilah guru bukan hanya terbatas pada
lembaga persekolahan atau lembaga keguruan semata. Istilah guru sering
dikaitkan dengan istilah bangsa sehingga menjadi guru bangsa. Guru
bangsa itu sendiri adalah orang yang dengan keluasan pengetahuan,
keteguhan komitmen, kebesaran jiwa dan pengaruh, serta keteladanannya
dapat mencerahkan bangsa dari kegelapan.
b. Tugas Guru
Daoed Joesop, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
1978-1983, mengemukakan tiga misi atau fungsi guru: fungsi
professional, fungsi kemanusiaan, dan fungsi civic mission. Fungsi
professional berarti guru meneruskan ilmu/ keterampilan/ pengalaman
yang dimiliki atau dipelajarinya kepada anak didiknya. Fungsi
kemanusiaan berarti berusaha mengembangkan/ membina segala potensi
bakat/ pembawaan yang ada pada diri si anak. Fungsi civic mission berarti
guru wajib menjadikan anak didiknya menjadi warga negara yang baik,
yaitu yang berjiwa patriotic, mempunyai semangat kebangsaan nasional,
dan disiplin atau taat terhadap semua peraturan perundang-undangan yang
berlaku atas dasar pancasila dan UUD 1945.
Sedangkan tugas guru sebagai penjabaran dari fungsi dan misi
yang diembannya, menurut Darji Darmodiharjo, minimal ada tiga, yaitu:
mendidik, mengajar dan melatih. Tugas mendidik lebih menekankan pada
pembentukan jiwa, karakter dan kepribadian berdasarkan nilai-nilai.
Tugas mengajar lebih menekankan pada pengembangan kemampuan
penalaran dan tugas melatih menekankan pada pengembangan
kemampuan penerapan teknologi dengan cara melatih berbagai
keterampilan.
Dalam lembaga persekolahan, tugas utama guru adalah mendidik
dan mengajar. Dan agar tugas utama tersebut dapat dilaksanakan dengan
baik, ia perlu memiliki kualifikasi tertentu, yaitu profesionalisme:
memiliki kompetensi dalam ilmu pengetahuan, kredibilitas moral,
dedikasi dalam menjalankan tugas, kematangan jiwa (kedewasaan), dan
memiliki keterampilan teknis mengajar serta mampu membangkitkan etos
dan motivasi anak didik dalam belajar dan meraih kesuksesan. Dengan
kualifikasi tersebut, diharapkan guru dapat menjalankan tugasnya sebagai
pendidik dan pengajar mulai dari perencanaan program pembelajaran,
mampu memberikan keteladanan dalam banyak hal, kemampuan untuk
menggerakkan etos anak didik, sampai pada evaluasi.
c. Guru Yang Efektif
Guru yang efektif adalah yang dapat menunaikan tugas dan
fungsinya secara professional. Untuk dapat melaksanakan tugas secara
professional, diperlukan berbagai persyaratan seperti: kompetensi
akademik, kompetensi metodologis, kematangan pribadi, sikap penuh
dedikasi, kesejahteraan yang memadai, pengembangan karir, budaya
kerja, dan suasana kerja yang kondusif.
Karakteristik guru yang efektif sebenarnya mengandung banyak
pertanyaan, mengingat tidak ada kesepakatan diantara para guru, murid,
orang tua dan administrator tentang peran yang harus dimainkan oleh
guru. Dilingkungan perguruan tinggi, ruang lingkup tugas guru (dosen)
tercantum dalam “Tri Dharma Perguruan Tinggi”, yaitu: pendidikan dan
pengajaran, penelitian serta pengabdian pada masyarakat. Guru pada
jenjang yang lebih rendah memiliki tugas yang tidak jauh berbeda dengan
dosendi perguruan tinggi, bahkan menurut Supriadi, sebenarnya tidak ada
perbedaan yang asasi. Perbedaannya bukan terletak pada peran yang
dimainkan, melainkan pada intensitas peran yang dimainkan.
Menurut survey yang dilakukan oleh UNESCO, bahwa guru
yang efektif itu memiliki karakteristik:
1. Hubungan guru murid: bersahabat, menjadi mitra belajar sambil
menghibur murid, menyayangi murid seperti anaknya sendiri, adil,
memahami kebutuhan setiap anak serta berusaha memberikan yang
terbaik untuk muridnya, dan mampu membimbing anak didik menuju
kedewasaan.
2. Berkaitan dengan tugasnya sebagai guru: mencintai pekerjaannya,
cakap secara akademik, mampu menerangkan dengan jelas, mampu
merangsang siswa untuk belajar, mampu memberikan kepada siswa
sesuatu yang sangat berharga, dan mampu menjadikan kelas sebagai
lingkungan yang menyenangkan.
3. Berkaitan dengan sikap dan kepribadian: berpenampilan menarik,
tidak terlalu kaku, dan bisa menjadi teladan bagi siswanya.
Sementara itu, menurut Davis dan Thomas mengemukakan
karakteristik guru dan pengajaran yang efektif ditinjau dari berbagai
aspek seperti iklim kelas (climate classroom), manajemen (management),
umpan balik dan penguatan (feedback and reinforcement), pembaruan
diri, dan pengembangan staf (self-renewal and staff-development)
a. Beberapa hal berdasarkan penelitian berkorelasi dengan keefektifan
guru dalam hal iklim situasi kelas yang mencakup hal-hal di bawah
ini:
1) Mempunyai interpersonal yang kuat, khususnya empati, respek,
dan kesungguhan.
2) Mempunyai hubungan yang baik dengan siswa.
3) Kesungguhan dalam menerima dan peduli terhadap anak didik/
siswa.
4) Mengekspresikan ketertarikan dan antusiasme.
5) Menciptakan suatu atmosfer kebersamaan dan kepaduan
kelompok.
6) Mengikutsertakan siswa dalam pengaturan dan perencanaan.
7) Mendengarkan siswa dan menghormati hak mereka untuk
berbicara dalam resitasi dan diskusi.
8) Meminimalkan perselisihan dalam setiap hal.
b. Beberapa strategi pengaturan manajemen dari guru yang efektif
meliputi:
1) Mengadakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
ketidakperhatian.
2) Bertanya atau mengajukan tugas-tugas yang membutuhkan tingkat
pemikiran yang berbeda.
c. Yang termasuk dalam area feedback dan reinforcement (penguatan):
1) Memberikan feedback yang positif terhadap respon-respon siswa.
2) Memberikan respon yang sifatnya mendukung terhadap siswa
yang berkemampuan rendah.
3) Berusaha untuk meningkatkan jawaban-jawaban memuaskan
(dengan memberikan follow up questions)
4) Memberikan bantuan apabila diperlukan.
d. Beberapa ciri pembaruan dan pengembangan staf meliputi:
1) Menggunakan kurikulum dan metode pengajaran yang inovatif.
2) Secara berkelanjutan mengembangkan kecakapan seseorang dalam
metode mengajar.
3) Menggunakan perencanaa kelompok guru untuk menciptakan atau
mencari metode pengajaran alternative.
4. Mutu Pendidikan
a. Pengertian Mutu Pendidikan
Definisi mutu memiliki konotasi yang bermacam-macam
bergantung orang yang memakainya. Mutu berasal dari bahasa latin yakni
“Qualis” yang berarti what kind of (tergantung kata apa yang
mengikutinya). Mutu menurut Deming ialah kesesuaian dengan
kebutuhan.Mutu menurut Juran ialah kecocokan dengan kebutuhan.
(Usman, 2006 : 407).
Masih dalam buku yang sama (406) petikan dari Sallis (2003)
mengemukakan mutu adalah konsep yang absolut dan relatif. Mutu yang
absolut ialah mutu yang idealismenya tinggi dan harus dipenuhi,
berstandar tinggi, dengan sifat produk bergengsi tinggi. Mutu yang relatif
bukanlah sebuah akhir, namun sebagai sebuah alat yang telah ditetapkan
atau jasa dinilai, yaitu apakah telah memenuhi standar yang telah
ditetapkan (Usman, 2006 : 408).
Ditinjau dari sudut hukum, dipinisi pendidikan berdasarkan
undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas), pasal 1 (1 dan 4),yaitu “pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” “Peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengambangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan”(Husaini Usman:2006:7). Menurut Sunario seperti dikutip
Usman (2006:7) potensi otak manusia yang digunakan untuk berpikir
baru 4% .Jadi masih 96% dari otak manusia yang belum digunakan untuk
berpikir.
Mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output,
dan outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berperoses.
Proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan suasana yang
PAKEM (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan).
Output dinyatakan bermutu apabila hasil belajar akademik dan
non-akademik siswa tinggi. Output dinyatakan bermutu apabila lulusan
cepat terserap di dunia kerja, gaji wajar, semua pihak mengakui
kehebatannya lulusannya dan merasa puas (Usman, 2006 : 410). Mutu
dalam konteks manajemen mutu terpadu atau Total Quality Management
(TQM) bukan hanya merupakan suatu gagasan, melainkan suatu filosofi
dan metodologi dalam membantu lembaga untuk mengelola perubahan
secara totalitas dan sistematik, melalui perubahan nilai, visi, misi, dan
tujuan. Karena dalam dunia pendidikan mutu lulusan suatu sekolah dinilai
berdasarkan kesesuaian kemampuan yang dimilikinya dengan tujuan yang
ditetapkan dalam kurikulum.
Sedangkan menurut Hari Sudradjad (2005 : 17) pendidikan yang
bermutu adalah pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang
memiliki kemampuan atau kompotensi, baik kompetensi akademik
maupun kompetensi kejuruan, yang dilandasi oleh kompetensi personal
dan sosial, serta nilai-nilai akhlak mulia, yang keseluruhannya merupakan
kecakapan hidup (life skill), lebih lanjut Sudradjat mengemukakan
pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mampu menghasilkan
manusia seutuhnya (manusia paripurna) atau manusia dengan pribadi
yang integral (integrated personality) yaitu mereka yang mampu
mengintegralkan iman, ilmu, dan amal.
b. Karakteristik Mutu Pendidikan
Husaini Usman (2006 : 411) mengemukakan 13 (tiga) belas
karakteristik yang dimiliki oleh mutu pendidikan yaitu :
1. Kinerja (performa) yakni berkaitan dengan aspek fungsional sekolah
meliputi : kinerja guru dalam mengajar baik dalam memberikan
penjelasan meyakinkan, sehat dan rajin mengajar, dan menyiapkan
bahan pelajaran lengkap, pelayanan administratif dan edukatif sekolah
baik dengan kinerja yang baik setelah menjadi sekolah favorit.
2. Waktu wajar (timelines) yakni sesuai dengan waktu yang wajar
meliputi memulai dan mengakhiri pelajaran tepat waktu, waktu
ulangan tepat.
3. Handal (reliability) yakni usia pelayanan bertahan lama. Meliputi
pelayanan prima yang diberikan sekolah bertahan lama dari tahun ke
tahun, mutu sekolah tetap bertahan dan cenderung meningkat dari
tahun ke tahun.
4. Data tahan (durability) yakni tahan banting, misalnya meskipun krisis
moneter, sekolah masih tetap bertahan
5. Indah (aesteties) misalnya eksterior dan interior sekolah ditata
menarik, guru membuat media-media pendidikan yang menarik.
6. Hubungan manusiawi (personal interface) yakni menunjung tinggi
nilai-nilai moral dan profesionalisme. Misalnya warga sekolah saling
menghormati, demokrasi, dan menghargai profesionalisme.
7. Mudah penggunaanya (easy of use) yakni sarana dan prasarana
dipakai. Misalnya aturan-aturan sekolah mudah diterapkan, buku-buku
perpustakaan mudah dipinjam di kembalikan tepat waktu.
8. Bentuk khusus (feature) yakni keuggulan tertentu misalnya sekolah
unggul dalam hal penguasaan teknologi informasi (komputerisasi).
9. Standar tertentu (comformence to specification) yakniu memenuhi
standar tertentu. Misalnya sekolah tetlah memenuhi standar pelayanan
minimal.
10. Konsistensi (concistency) yakni keajengan, konstan dan stabil,
misalnya mutu sekolah tidak menurun dari dulu hingga sekarang,
warga sekolah konsisten dengan perkataanya.
11. Seragam (uniformity) yakni tanpa variasi, tidak tercampur. Misalnya
sekolah melaksanakan aturan, tidak pandang bulu, seragam dal
berpakaian.
12. Mampu melayani (serviceability) yakni mampu memberikan
pelayanan prima. Misalnya sekolah menyediakan kotak saran dan
saran-saran yang masuk mampu dipenuhi dengan baik sehingga
pelanggan merasa puas.
13. Ketepatan (acuracy) yakni ketepatan dalam pelayanan misalnya
sekolah mampu memberikan pelayanan sesuai dengan yang
diinginkan pelanggan sekolah.
Lebih lanjut Usman (2006 : 413) mengemukakan secara sederhana
mutu memiliki 4 (empat) karakteristik sebagai berikut :
1. Spesifikasi,
2. Jumlah,
3. Harga dan
4. Ketepatan waktu penyerahan.
Sedangkan ruang lingkup mutu meliputi :
1. Mutu produk,
2. Mutu biaya,
3. Mutu penyerahan dan
4. Mutu keselamatan.
F. Kegunaan Penelitian
Besar harapan peneliti agar dapat memberikan manfaat bagi:
1. Peneliti
Yaitu menambah pengalaman dan informasi tentang perkembangan
pendidikan di Indonesia, khususnya tentang keberadaan Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI).
2. Mahasiswa Universitas Negeri Malang
Yaitu sebagai bahan pertimbangan sebelum memulai penelitian dan
diharapkan bisa melanjutkan penelitian ini lebih mendalam lagi.
3. Masyarakat umum
Yaitu dapat memberikan sumbangan informasi mengenai perkembangan
pendidikan nasional tentang status dan prospek Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI).
4. Bagi guru
Sebagai bahan acuan bagi para dewan guru dalam menumbuhkan
kreatifitas dan profesionalisme dalam proses belajar mengajar yang
nantinya mampu mencetak siswa yang mampu bersaing dalam era
globalisasi.
G. Model Pralapangan
Dari konsep berpikir diatas dapat dijabarkan bahwa berangkat dari situasi/
keadaan yang ada di Kota Batu dalam bidang pendidikan. Pada hakikatnya,
pendidikan bagi masyarakat Batu sangatlah penting. Namun, kenyataannya
hanya ada 2 SMA Negeri di Kota Batu, yaitu SMA Negeri 1 Batu dan SMA
Negeri 2 Batu. Sedangkan program pengembangan RSBI hanya terdapat di
SMA Negeri 1 Batu. Peneliti ingin mengetahui sejauh mana status penerapan
RSBI di SMA Negeri 1 Batu dan bagaimana prospek ke depannya keberadaan
R-SMA-BI 1 Batu.
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian pada hakikatnya adalah wahana untuk menemukan
kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaranJenis penelitian
Penelitian yang berjudul “Status dan Prospek Sekolah RSBI Dalam
Kaitannya Meningkatkan Mutu Pendidikan Ekonomi di SMA Negeri 1 Batu”
adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dalam penelitian ini adalah
explanatory research, artinya penelitian yang memilikitujuan untuk
mengungkap atau mengexplore serta menerangkan dan menjelaskan secara
mendalam tentang variabel tertentu karena penelitian ini bersifat deskriptif.
Sehingga penelitian ini digunakan untuk mengkaji secara mendalam tentang
Status dan Prospek Sekolah RSBI di SMA Negeri 1 Batu.
Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2004:4) mengemukakan
bahwa metode kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis/ lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Maka dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis/ lisan yang pelaksanaannya terjadi secara alamiah/ natural.
B. Kehadiran Peneliti
Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai
perencana, pengumpul data, analisis data, penafsir data dan pada akhirnya
menjadi pelapor hasil penelitian. Dalam hal ini tepat katena peneliti menjadi
segalanya dari keseluruhan proses penelitian. Instrument sebagai manusia
dapat pula digunakan, tetapi fungsinya terbatas sebagai pendukung tugas
peneliti. Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lapangan dalam penelitian
kualitatif mutlak diperlukan.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian sendiri secara
langsung dengan hadir ke lokasi penelitian yaitu di SMA Negeri 1 Batu.
Penelitian ini akan dilakukan selama 1 bulan, yang akan mulai dilakukan
sekitar bulan November. Sehingga, pada bulan Desember, data yang
diperlukan peneliti sudah bisa dikumpulkan dan siap membuat laporannya.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Batu yang
terletak di Jalan KH. Agus Salim No. 57 Kota Batu. Pemilihan sekolah ini
dilakukan katena status dari SMA Negeri 1 Batu telah menjadi Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Dimana peneliti merasa yakin sekolah
tersebut sangat mendukung penelitian ini.
D. Sumber Data
Suharsimi (2002:107) menyatakan, yang dimaksud dengan sumber
data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.
Suharsimi mengemukakan bahwa sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain.
Sumber data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Batu
2. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
3. Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana Prasarana
4. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
5. Guru Mata Pelajaran Ekonomi
E. Prosedur Pengumpulan Data
Suharsimi (2002:197-198), menyatakan bahwa pengumpulan data
merupakan pekerjaan yang sangat penting dalam penelitian. Semakin
kurangnya pengalaman pengumpulan data, semakin mudah dipengaruhi oleh
keinginan pribadinya, semakin condong (bias) data yang terkumpul.
Alat dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:
1. Metode Wawancara/interview, dilakukan untuk mendapatkan data primer
dari sumber data pada penelitian ini.
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus wawancara adalah:
a. Kepala Sekolah
b. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
c. Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana Prasarana
d. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
e. Guru Mata Pelajaran Ekonomi
2. Pengamatan/observasi, dilakukan untuk mendapatkan data tambahan
sehingga diperoleh deskripsi variabel yang komprehensif.
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus observasi adalah:
a. sarana dan prasarana
b. media dan alat pembelajaran
c. pelaksanaan pembelajaran
3. Metode Dokumentasi, dilakukan untuk mendapatkan data tambahan
sehingga diperoleh deskripsi variabel yang komprehensif. Dalam
penelitian ini, metode dokumentasi dilakukan dengan cara
mengumpulkan data-data tertulis yang ada di SMA Negeri 1 Batu yang
berkaitan dengan penelitian. Adapun data-data tersebut bisa diperoleh
dari wakasek dan guru yang bersangkutan serta sejarah berdirinya SMA
Negeri 1 Batu.
F. Analisis Data
Proses analisis data dalam penelitian ini meliputi:
1. Pengumpulan data, yaitu mencari dan mengumpulkan data yang
diperlukan yang dilakukan terhadap berbagai jenis dan bentuk data yang
ada dilapangan dengan menggunakan berbagai metode.
2. Reduksi data, yaitu prosrs pemilahan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan tertulis lapangan.
3. Sajian data, yaitu penyusunan sekumpulan informasi (data) yang diperoleh
yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
4. Verifikasi data, yaitu proses tinjauan ulang atas catatan-catatan yang
diperoleh sehingga dapat diperoleh makna yang lebih luas.
G. Pengecekan Keabsahan Temuan
Untuk mendapatkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan
teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas kriteria
tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan
(credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability),
dan kepastian (confirmability) (Moleong, 2004:173).
Teknik yang digunakan untuk menguji objektivitas dan keabsahan
data pada penelitian ini adalah triangulasi. Moleong (2004:178)
mengemukakan bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Denzim (1978) dalam Moleong (2004:178) membedakan empat
macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan data, yaitu:
1. Triangulasi dengan memanfaatkan sumber berarti membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda. HaL ini dicapai dengan jalan:
a. membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan
apa yang dikatakan secara pribadi.
c. membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
d. membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang lain.
e. membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
terkait.
2. Triangulasi dengan dua metode, terdapat dua strategi, yaitu: pengecekan
derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber
data dan metode yang sama.
3. Triangulasi dengan menggunakan penyidik, yaitu memanfaatkan peneliti
atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat
kepercayaan data.
4. Triangulasi dengan teori, yaitu berdasarkan bahwa fakta tertentu tidak
dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori.
Dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi yang memanfaatkan
penggunaan sumber. Pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan
sumber dilakukan dengan membandingkan data hasil wawancara dengan data
hasil pengamatan serta dengan isi dokumen yang terkait, dan dengan
membandingkan data hasil wawancara yang diperoleh dari berbagai sumber.
H. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian kualitatif dengan salah satu ciri pokoknya
peneliti sebagai alat penelitian, menjadi berbeda dengan tahap-tahap
penelitian non-kualitatif. Tahap prosedur penelitian ini meliputi empat
tahapan, yaitu: tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis
data, dan tahap penulisan laporan.
1. Tahap Pralapangan
Ada enam tahap kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam tahapan ini
meliputi: penyusunan rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian,
mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilih
dan memanfaatkan informan, serta menyiapkan perlengkapan lapangan.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi: memahami latar
penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperanserta
sambil mengumpulkan data.
3. Tahap Analisis Data
Kegiatan dalam tahap ini meliputi proses pemaknaan data yang diperoleh
di lapangan
4. Tahap penulisan laporan
Dalam tahap ini hasil penelitian disusun dan ditulis secara sistematis
sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan agar hasilnya dapat
diketahui oleh orang lain.
DAFTAR RUJUKAN
Alenmarlis. 2011. Pengertian tentang Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. (Online). (http://alenmarlis.wordpress.com/2011/02/24/ pengertian-tentang-rintisan-sekolah-berbasis-internasionalrsbi/), akses 31 Juli 2012.
Anang. 2009. Sekolah Standar Naional. (Online). (http:anangtm.wordpress.com), diakses 31 Juli 2012.
Baharudin, dan Esa Nur Wahyuni. 2012. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Buhari, Bustang. 2011. Konsep dan Karakteristik Sekolah RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) di Indonesia. (Online). (http://bustanghuri.wordpress.com/2011/08/25/ konsep-dan-karakteristik-rsbi-rintisan-sekolah-bertaraf-internasional-di-indonesia/), akses 3 Agustus 2012.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas. 2009. Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (R-SMA-BI). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Efendi, Mohammad. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran: Pengantar Kearah Pemahaman KBK, KTSP dan SBI. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Hartuti, Sri. 2011. Manajemen Pembiayaaan Pendidikan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Jurnal Ilmiah Manajemen Pendidikan, (Online), 5 (7): 44-50, (http://www.pii.go.id/url?sa=t&rct=j&q=jurnal%20manajemen%20sekolah%20rsbi&source=web&cd=10&cad=rja&ved=0CFEQFjAJ&url=http%3A%2F%), diakses 11 September 2012.
Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Marno dan Idris. 2010. Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Moleong, J, Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Patilima, Hamid. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Saidin. 2009. Pedoman Penjamin Mutu. (Online). (http://www.scribd.com/doc/3005439/Pedoman Penjamin-Mutu), diakses 31 Juli 2012.
Sidi, I. D. 2001. Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta: Paramadina.
Sudrajad, Ahmad. 2009. Sekolah Bertaraf Internasional. (Online). (http://www.wonosari.com/t4262-sma-bi-sekolah-bertaraf-internasional), diakses 30 Juli 2012.
Suprawoto. Sekolah Standar Nasional. (Online). (http://www.slideshare.net/NASuprawoto/sekolah-standar-nasional), diakses 30 Juli 2012.
Universitas Negeri Malang. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang
Usman, Husaini. 2006. Manajemen Teori, Praktek Dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Wuradji. 2011. Implementasi program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di Kota Yogyakarta. Laporan Penelitian. Yogyakarta: PPs UNY (Online). (http://www. staff.uny.ac.id/ PENEL.RSBI.pdf), diakses tanggal 11 September 2012.
Zulkarnain. 2009. (Online). (http://zkarnain.-tripod.com/DIKNAS.HTM), diakses tanggal 30 Juli 2012.
2011. Mutu Pendidikan (Karakteristik, Pengertian, dan Teori). (Online). (http://www.sarjanaku.com/2011/09/mutu-pendidikan-pengertian.htm/), diakses tanggal 3 Agustus 2012.
PANDUAN WAWANCARA
Kepala sekolah1. Menurut Anda, apa RSBI itu?2. Bagaimana asal mula SMA Negeri 1 Batu bisa menjadi RSBI?3. Menurut Anda, mengapa SMA Negeri 1 Batu bisa ditetapkan sebagai
RSBI, sedangkan ada SMA Negeri lain di Kota Batu, yaitu SMA Negeri 2 Batu?
4. Pada awalnya usaha apa yang anda lakukan sebagai Kepala sekolah untuk memperjuangkan status RSBI di SMA Negeri 1 Batu ini?
5. Apakan ada perubahan yang terjadi dalam sekolah ini, setelah ditetapkan sebagai R-SMA-BI Negeri 1 Batu?
6. Perubahan tersebut dalam bidang apa saja?7. Apakah perubahan tersebut disambut baik oleh guru, orang tua siswa dan
siswa disini?8. Untuk status RSBI sendiri, bagaimana bentuk apresiasi masyarakat
terhadap perubahan status tersebut?9. Penetapan status RSBI itu sendiri seperti apa? Bukti perubahan status itu
sendiri seperti apa dari pemerintah?10. Apakah penetapan status RSBI ini merubah kegiatan belajar mengajar di
SMA ini?11. Perubahan seperti apa yang terjadi?12. Apakah guru tidak mengalami kesulitan terhadap perubahan tersebut?13. Apakah status RSBI ini bisa meningkatkan mutu pendidikan secara umum
di Kota Batu dan secara khusus di SMA Negeri 1 Batu?14. Lalu untuk kedepannya, bagaimana prospek RSBI ini? Apakah akan tetap
menjadi RSBI atau akan diperjuangkan ke tingkat yang lebih tinggi lagi, yaitu SBI?
15. Jika statusnya akan diubah menjadi SBI, apa usaha yang akan Anda lakukan?
Wakil Kelapa Sekolah bidang Kurikulum1. Menurut Anda, apa RSBI itu?2. Bagaimana asal mula SMA Negeri 1 Batu bisa menjadi RSBI?3. Mnurut Anda, mengapa SMA Negeri 1 Batu bisa ditetapkan sebagai RSBI,
sedangkan ada SMA Negeri lain di Kota Batu, yaitu SMA Negeri 2 Batu?4. Apakan ada perubahan yang terjadi dalam sekolah ini, setelah ditetapkan
sebagai R-SMA-BI Negeri 1 Batu, khususnya dalam bidang Kurikulum?5. Apakah perubahan tersebut disambut baik oleh guru, orang dan siswa
disini?6. Penetapan status RSBI itu sendiri seperti apa? Bukti perubahan status itu
sendiri dalam bidang kurikulum seperti apa?
7. Dalam bidang kurikulum sendiri, apakah Anda rasa perubahan status ini menjadikan kurikulum SMA Negeri 1 Batu menjadi lebih baik atau lebih buruk? Alasannya apa?
8. Apakah siswa dan guru bisa menyesuaikan dengan kurikulum dalam RSBI?
9. Lalu untuk kedepannya, bagaimana prospek RSBI ini? Apakah akan tetap menjadi RSBI atau akan diperjuangkan ke tingkat yang lebih tinggi lagi, yaitu SBI?
10. Jika statusnya akan diubah menjadi SBI, apakah akan ada perubahan lagi dalam bidang kurikulum?
Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana dan prasarana1. Menurut Anda, apa RSBI itu?2. Bagaimana asal mula SMA Negeri 1 Batu bisa menjadi RSBI?3. Mnurut Anda, mengapa SMA Negeri 1 Batu bisa ditetapkan sebagai RSBI,
sedangkan ada SMA Negeri lain di Kota Batu, yaitu SMA Negeri 2 Batu?4. Apakan ada perubahan yang terjadi dalam sekolah ini, setelah ditetapkan
sebagai R-SMA-BI Negeri 1 Batu, khususnya dalam bidang Sarana dan Prasarana?
5. Apakah perubahan tersebut disambut baik oleh guru, orang dan siswa disini?
6. Penetapan status RSBI itu sendiri seperti apa? Bukti perubahan status itu sendiri dalam bidang sarana prasarana seperti apa?
7. Dalam bidang sarana prasarana sendiri, apakah Anda rasa perubahan status ini menjadikan sarana dan prasarana SMA Negeri 1 Batu menjadi lebih baik atau lebih buruk? Alasannya apa?
8. Apakah ada anggaran tersendiri untuk peningkatan sarana dan prasarana?9. Anggaran tersebut dari sekolah atau langsung turun dari pemerintah?10. Apakah siswa dan guru bisa menyesuaikan dengan sarana dan prasarana
baru di RSBI?11. Lalu untuk kedepannya, bagaimana prospek RSBI ini? Apakah akan tetap
menjadi RSBI atau akan diperjuangkan ke tingkat yang lebih tinggi lagi, yaitu SBI?
12. Jika statusnya akan diubah menjadi SBI, apakah akan ada perubahan lagi dalam bidang sarana dan prasarana?
Wakil Kelapa Sekolah bidang bidang Kesiswaan1. Menurut Anda, apa RSBI itu?2. Bagaimana asal mula SMA Negeri 1 Batu bisa menjadi RSBI?3. Mnurut Anda, mengapa SMA Negeri 1 Batu bisa ditetapkan sebagai RSBI,
sedangkan ada SMA Negeri lain di Kota Batu, yaitu SMA Negeri 2 Batu?
4. Apakan ada perubahan yang terjadi dalam sekolah ini, setelah ditetapkan sebagai R-SMA-BI Negeri 1 Batu, khususnya dalam bidang Kesiswaan?
5. Apakah perubahan tersebut disambut baik oleh guru, orang dan siswa disini?
6. Penetapan status RSBI itu sendiri seperti apa? Bukti perubahan status itu sendiri dalam bidang kesiswaan seperti apa?
7. Dalam bidang kesiswaan sendiri, apakah Anda rasa perubahan status ini menjadikan kesiswaan SMA Negeri 1 Batu menjadi lebih baik atau lebih buruk? Alasannya apa?
8. Apakah siswa dan guru bisa menyesuaikan dengan peraturan kesiswaan dalam RSBI?
9. Lalu untuk kedepannya, bagaimana prospek RSBI ini? Apakah akan tetap menjadi RSBI atau akan diperjuangkan ke tingkat yang lebih tinggi lagi, yaitu SBI?
10. Jika statusnya akan diubah menjadi SBI, apakah akan ada perubahan lagi dalam bidang kesiswaan?
Guru Mata Pelajaran Ekonomi1. Menurut Anda, apa RSBI itu?2. Bagaimana asal mula SMA Negeri 1 Batu bisa menjadi RSBI?3. Mnurut Anda, mengapa SMA Negeri 1 Batu bisa ditetapkan sebagai RSBI,
sedangkan ada SMA Negeri lain di Kota Batu, yaitu SMA Negeri 2 Batu?4. Apakan ada perubahan yang terjadi dalam sekolah ini, setelah ditetapkan
sebagai R-SMA-BI Negeri 1 Batu, khususnya dalam pembelajaran Ekonomi?
5. Apakah perubahan tersebut disambut baik oleh Anda sebagai Guru Bidang Studi Ekonomi?
6. Penetapan status RSBI itu sendiri seperti apa? Bukti perubahan status itu sendiri dalam bidang mata pelajaran Ekonomi seperti apa?
7. Dalam pembelajaran ekonomi sendiri, apakah Anda rasa perubahan status ini menjadikan pembelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Batu menjadi lebih baik atau lebih buruk? Alasannya apa?
8. Apakan perubahan status menjadi RSBI ini bisa meningkatkan mutu pendidikan ekonomi?
9. Lalu untuk kedepannya, bagaimana prospek RSBI ini? Apakah akan tetap menjadi RSBI atau akan diperjuangkan ke tingkat yang lebih tinggi lagi, yaitu SBI?
10. Jika statusnya akan diubah menjadi SBI, apakah akan ada perubahan lagi dalam bidang kurikulum?
PANDUAN OBSERVASI
Sarana dan prasarana
Komponen Ada Tidak CatatanLaboratorium FisikaLaboratorium BiologiLaboratorium KomputerLaboratorium BahasaKoperasi SekolahAula MusholaRuang KonselingPerpustakaanWifiUKSRuang kelasKursi dan meja di tiap kelasRuang InformasiATK
Media dan alat pembelajaran
Komponen Ada Tidak Catatan LCDProyektor Remote LCDPapan tulis
Pelaksanaan pembelajaran
Komponen Ada Tidak Catatan RPPMediaMenggunakan bahasa inggrisMeningkatkan keaktivan siswa