Proposal

13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah suatu penyakit yang sering diderita oleh usia sekitar 40 tahun yang disebabkan oleh gangguan dengan gejala peningkatan tekanan sistol dan diastol darah secara tidak normal. (Sjaifoellah Noer, 1999). Kemudahan akses dan kemajuan teknologi yang mudah dapat menyebabkan perubahan pola hidup manusia. Hal ini merupakan dapat menyebabkan hipertensi karena sedikitnya gerak tubuh orang tersebut karenan kemudahan teknologi di jaman modern ini. Banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi, ini disebabkan oleh gejala yang tidak nyata pada stadium awal. Sehingga dirinya merasa terlihat normal karena belum adanya gangguan yang terlihat pada penderita hipertensi. Di Amerika 1 dari 4 orang dewasa mengalami gejala hipertensi, bila gejala ini tidak dikontrol maka akan menyebabkan serangan pada organ vital yang dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, ginjal, hingga kebutaan. Berdasrkan hasil survey kesehatan rumah tangga DepKes (1995) diperoleh data kematian yang disebabkan oleh jantung dan pembuluh darah (PKV) yang menduduki peringkat utama. Diantaranya yang tertinggi adalah penyakit koroner, stroke, dan hipertensi yang akhirnya menyebabkan komplikasi terjadinya penyakit stroke dan jantung koroner (Kalim, 1996). Berdasarkan studi Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian Kesehatan prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 32,2%, sedangkan prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan riwayat minum obat hanya 7,8% atau hanya 24,2% dari kasus hipertensi masyarakat. Ini berarti di Indonesia kasus hipertensi masih belum terdiagnosis dan masih belum terjangkau pelayanan masyarakat. Faktor pencetus terjadinya hipertensi adalah umur, pria, pendidikan rendah, merokok,

description

asdad

Transcript of Proposal

Page 1: Proposal

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu penyakit yang sering diderita oleh usia sekitar 40 tahun yang disebabkan oleh gangguan dengan gejala peningkatan tekanan sistol dan diastol darah secara tidak normal. (Sjaifoellah Noer, 1999). Kemudahan akses dan kemajuan teknologi yang mudah dapat menyebabkan perubahan pola hidup manusia. Hal ini merupakan dapat menyebabkan hipertensi karena sedikitnya gerak tubuh orang tersebut karenan kemudahan teknologi di jaman modern ini. Banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi, ini disebabkan oleh gejala yang tidak nyata pada stadium awal. Sehingga dirinya merasa terlihat normal karena belum adanya gangguan yang terlihat pada penderita hipertensi.

Di Amerika 1 dari 4 orang dewasa mengalami gejala hipertensi, bila gejala ini tidak dikontrol maka akan menyebabkan serangan pada organ vital yang dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, ginjal, hingga kebutaan. Berdasrkan hasil survey kesehatan rumah tangga DepKes (1995) diperoleh data kematian yang disebabkan oleh jantung dan pembuluh darah (PKV) yang menduduki peringkat utama. Diantaranya yang tertinggi adalah penyakit koroner, stroke, dan hipertensi yang akhirnya menyebabkan komplikasi terjadinya penyakit stroke dan jantung koroner (Kalim, 1996). Berdasarkan studi Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian Kesehatan prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 32,2%, sedangkan prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan riwayat minum obat hanya 7,8% atau hanya 24,2% dari kasus hipertensi masyarakat. Ini berarti di Indonesia kasus hipertensi masih belum terdiagnosis dan masih belum terjangkau pelayanan masyarakat. Faktor pencetus terjadinya hipertensi adalah umur, pria, pendidikan rendah, merokok, mengonsumsi kafein, dan paling utama mereka tidak melakukan aktivitas fisik atau exercise yang dapat membuat tekanan darah tidak terkontrol.

Olah raga merupakan peranan penting dalam mempengaruhi tekanan darah agar normal. Manfaat olahraga bagi jantung dan tubuh kita adalah sebagai menurunkan kadar lemak didalam darah agar tidak terjadi penyumbatan yang merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner, karena dengan latihan terus menerus dapat menyebabkan pembuluh darah jantung atau arteri koronaria melebar dan membesar dibanding dengan pembuluh darah orang yang jarang berolahraga.

1.2 Rumusan MasalahUntuk mencari tahu apakah ada pengaruh exercise dengan tekanan darah?

1.3 Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Exercise dengan Tekanan Darah2. Tujuan Khusus

Page 2: Proposal

1. Mengetahui apakah dengan exercise dapat mengontrol tekanan darah2. Mengidentifikasi tekanan darah pada orang yang sebelum dan sesudah

exercise3. Mengidentifikasi kebugaran jasmani dengan Havard step up test?

1.4 Manfaat penelitianHasil dari penelitian kami dapat memberi manfaat 1. Bagi Peneliti

Meningkatkan pengetahuan peneliti tentang status tekanan darah pada orang yang melakukan exercise

2. Bagi Tenaga KesehatanMeningkatkan pengetahuan bagi tenaga medis agar dapat merawat pasien yang mrmpunysi riwayat hipertensi dengan exercise

3. Bagi MasyarakatUntuk memberi pengetahuan tentang masyarakat akan pentingnya menjaga tekanan darah dengan sering berolahraga

Page 3: Proposal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Exercise

2.1.1 Definisi Latihan

Exercises adalah perangkat utama dalam proses latihan harian untuk meningkatkan kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia, sehingga mempermudah olahragawan dalam penyempurnaan geraknya. Latihan kondisi fisik adalah proses memperkembangkan kemampuan aktivitas gerak jasmani yang dilakukan secara sistematik dan ditingkatkan secara progresif untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kebugaran jasmani agar tercapai kemampuan kerja fisik yang optimal.

Istilah latihan berasal dalam bahasa inggris yang berarti: practice, exercise, dan training. Pengertian kata latihan berasal dari kata practise adalah suatu aktivitas yang dapat meningkatkan ketrampilan (kemahiran) berolahraga dengan cara mempergunakan berbagai alat sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya. (Sukadiyanto, 2002: 5-6)

Dengan menggunakan program yang mengikuti kaidah-kaidah yang benar dalam exercise, maka latihan akan berjalan sesuai tujuan. Program tersebut mencakup segala takar dalam latihan, frekuensi latihan, waktu latihan, dan prinsip-prinsip latihan lainnya. Program ini disusun dengan cara yang sistematis, terukur, dan sesuai rencana dengan tujuan yang dibutuhkan. Latihan fisik memerlukan waktu yang relatif lama untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hasil latihan fisik bukanlah sesuatu yang dapat diperoleh secara instan, tidak dapat diperoleh dalam satu atau dua minggu. Hasil latihan meningkat secara progresif, misalnya saja peningkatan kekuatan naik berkisar 1-5% perminggu. Latihan akan terlihat pengaruhnya setelah dilakukan selama 8 minggu, misal latihan beban dapat meningkatkan kekuatan otot sampai 50% dalam waktu 8 minggu (Dreger, dikutip oleh Suharjana 2007: 47). Selain itu faktor lain yang tidak boleh dilupakan agar mendapatkan hasil yang maksimal dalam latihan fisik adalah dengan keseriusan latihan seseorang, ketertiban latihan, dan kedisiplinan latihan.

Menurut Sadoso (1990: 23) dalam latihan harus meliputi empat macam, yaitu : (1) intensitas latihan, (2) lamanya latihan, (3) frekuensi latihan, dan (4) macam aktivitas latihan, yang masing-masing dapat diterangkan sebagai berikut:

a. Intensitas latihanKualitas yang menunjukkan berat ringannya latihan disebut sebagai intensitas.

Besarnya intensitas bergantung pada jenis dan tujuan latihan. Latihan aerobik menggunakan patokan kenaikan detak jantung seperti yang dikatakan Djoko Pekik (2004: 17) secara umum intensitas latihan kebugaran adalah 60% - 90% detak jantung maksimal dan secara khusus besarnya intensitas latihan bergantung pada tujuan latihan. Latihan untuk membakar lemak tubuh menggunakan intensitas 65% - 75% detak jantung maksimal yang dilakukan 20- 60 menit setiap latihan dan dilakukan 3-5 kali perminggu (Djoko Pekik, 2004: 83).

Page 4: Proposal

b. Lamanya latihanTakaran lamanya latihan untuk olahraga prestasi adalah 45-120 menit dalam training

zone, sedangkan untuk olahraga kesehatan seperti program latihan untuk menurunkan berat badan antara 20-30 menit dalam training zone. Maksudnya yaitu bahwa latihan-latihan tidak akan efisien, atau kurang membuahkan hasil jika takaran latihan di atas tidak terpenuhi. Menurut Djoko Pekik (2004:21) takaran lama latihan untuk meningkatkan kebugaran dan menurunkan berat badan dilakukan selama 20-60 menit.

c. Frekuensi latihanFrekuensi latihan berhubungan erat dengan intensitas latihan dan lama latihan. Dalam

melakukan latihan sebaiknya frekuensi latihan dilaksanakan paling sedikit tiga kali seminggu, baik untuk olahraga kesehatan maupun untuk olahraga prestasi. Untuk meningkatkan kebugaran perlu latihan 3-5 kali per minggu (Djoko Pekik, 2004: 17).

d. Macam aktivitas latihanSebuah latihan akan berhasil jika latihan tersebut memiliki metode latihan yang tepat.

Macam aktivitas fisik dipilih disesuaikan dengan tujuan latihan. Misalnya, bentuk latihan untuk mengembangkan kardiorespirasi ada bermacam-macam seperti: lari, sepeda, jogging, berenang, senam aerobik, atau jalan kaki

2.1.2 Tujuan Exercise

Latihan dapat dibagi berdasarkan sifat dan tujuannya dapat dibagi menjadi latihan prestasi, Latihan rekreasi, Latihan rehabilitasi dan Latihan kesehatan.

Latihan prestasi, untuk mencapai tujuan ini diperlukan usaha pembinaan yang serius ketekunan dan keuletan serta frekuensi dan intensitas latihan yang tinggi.

Latihan rekreasi, Latihan yang hanya bertujuan untuk mengisi kekosongan waktu untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan secara langsung dan dapat diperolehnya kepuasan dalam melakukan aktivitas tersebut.

Latihan rehabilitasi, Latihan yang bertujuan membantu proses rehabilitasi dari seorang penderita, misalnya pada penderita cacat fisik dan penderita-penderita penyakit jantung.

Latihan kesehatan, aktivitas gerak raga dengan intensitas yang setingkat di atas intensitas gerak raga yang biasa dilakukan untuk keperluan pelaksanaan tugas kehidupan sehari-hari. Olahraga kesehatan mempunyai manfaat dan juga tingkat keamanan tertentu, dengan intensitasnya sub maksimal dan homogen, bukan gerak-gerakkan maksimal atau gerakan eksplosif (Giriwijoyo, 2005).

Page 5: Proposal

2.1.3 Manfaat Exercise

Manfaat latihan dan olahraga yang cukup dan teratur, yaitu:1) Meningkatkan kerja dan fungsi jantung, paru dan pembuluh darah yang ditandai dengan :

a) Aerobik adalah olahraga yang dilakukan secara terus-menerus dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh.Misalnya: Jogging, senam, renang, bersepeda.

b) Anaerobik adalah olahraga dimana kebutuhan oksigen tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh tubuh. Misalnya : Angkat besi, lari sprint 100 M, tenis lapangan, bulu tangkis.

c) Denyut nadi istirahat menurun.d) Kapasitas bertambah.e) Penumpukan asam laktat berkurang.f) Meningkatkan pembuluh darah kolateral.g) Meningkatkan HDL Kolesterol.h) Mengurangi aterosklerosis.

2) Meningkatkan kekuatan otot dan kepadatan tulang yang ditandai pada :a) Pada anak : mengoptimalkan pertumbuhan.b) Pada orang dewasa : memperkuat masa tulang,menurunkan nyeri sendi kronis pada

pinggang, punggung dan lutut. Meningkatkan kelenturan (fleksibilitas) pada tubuh sehingga dapat mengurangi cedera. Meningkatkan metabolisme tubuh untuk mencegah kegemukan dan mempertahankan berat badan ideal. Mengurangi resiko terjadinya berbagai penyakit seperti Tekanan darah tinggi : mengurangi tekanan sistolik dan diastolik. Penyakit jantung koroner : menambah HDLkolesterol dan mengurangi lemak tubuh. Kencing manis : menambah sensitifitas insulin.Infeksi : meningkatkan sistem imunitas.

3) Meningkatkan sistem hormonal melalui peningkatan sensitifitas hormon terhadap jaringan tubuh.

4) Meningkatkan aktivitas sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit melalui peningkatan pengaturan kekebalan tubuh.

2.1.4 Takaran LatihanMenurut Sumosardjuno (1998), olahraga akan bermanfaat jika

memenuhi ketiga takaran, yaitu :1. Intensitas latihanIntensitas latihan adalah kerasnya latihan yang dilakukan, khususnya

latihan yang bersifat aerobik. Takaran intensitas latihan adalah yang paling penting harus dipenuhi. Intensitas latihan dapat dilakukan dengan menghitung denyut nadi. Saat melakukan latihan olahraga, denyut nadi sedikit demi sedikit naik. Jumlah denyut permenit dapat dipakai sebagai ukuran, apakah intensitas latihan yang dilakukan cukup atau belum, atau

Page 6: Proposal

melampaui batas kemampuan. Denyut nadi maksimal (DNM) yang boleh dicapai pada waktu melakukan olahraga adalah 220- umur (dalam tahun). Intensitas latihan pada olahraga kesehatan harus dapat mencapai denyut denyut nadi antara 60-80% dari DNM. Latihan dilakukan sampai berkeringat dan bernapas dalam, tanpa timbul sesak napas atau timbul keluhan seperti nyeri dada, pusing (Giam,Teh, 1992).

2. Lamanya latihanLamanya latihan merupakan hal yang perlu diperhatikan, Jika

intensitas latihan lebih tinggi maka waktu latihan dapat lebih pendek, Sebaliknya jika intensitas latihan lebih kecil maka waktu latihan harus lebih lama. Takaran lamanya latihan untuk olahraga kesehatan antara 20 30 menit dalam zone latihan, lebih lama lebih baik. Latihan-latihan tidak akan efisien, atau kurang membuahkan hasil, jika kurang dari takaran tersebut. Menurut Giam, Teh (1992) lama latihan yang dianjurkan adalah selama 15-60 menit.

3. Frekuensi latihanFrekuensi latihan berhubungan erat dengan intensitas latihan dan lama

latihan. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa latihan paling sedikit tiga hari perminggu, baik untuk olahraga kesehatan maupun olahraga prestasi. Hal ini disebabkan ketahanan seseorang akan menurun setelah 48 jam tidak melakukan latihan. Jadi, diusahakan sebelum ketahananmenurun harus sudah berlatih lagi. Bagi atlit-atlit yang tidak berkompetensi, olahraga melebihi takaran yang dianjurkan tidak akan banyak bermanfaat, bahkan memungkinkan terjadinya hal halyang tidak diinginkan seperti cedera (Giam,Teh, 1992).

2.2 Tekanan Darah

2.2.1 Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2001).

Tekanan darah dapat diartikan sebagai tekanan yang diberikan oleh darah pada dinding dalam pembuluh darah. Guyton (1996) mengartikan tekanan darah sebagai kekuatan yang dihasilkan darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh darah. Walaupun pengertian tekanan darah ini berlaku pada seluruh sistem vaskuler, namun yang sering kita sebut sebagai tekanan darah merupakan tekanan darah arteri yang merupakan cabang dari aorta.

Tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam pembuluh darah (Hayens, 2003),. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam proses ini dimana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan darah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat. Sementara itu Palmer (2007) menyatakan bahwa tekanan darah diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg).

Page 7: Proposal

2.2.2 Pengukuran Tekanan DarahPengukuran tekanan darah arteri selama siklus jantung dapat diukur

secara langsung dengan menghubungkan alat pengukur tekanan ke sebuah jarum yang dimasukkan ke dalam arteri. Pengukuran dapat dilakukan secara lebih nyaman dan akurat, yaitu secara tidak langsung dengan menggunakan sphygmomanometer ,suatu manset yang dapat dikembungkan dan dipakai secara eksternal lalu dihubungkan dengan pengukur tekanan. Apabila manset dilingkarkan mengelilingi lengan atas dan kemudian dikembungkan dengan udara, tekanan manset disalurkan melalui jaringan ke arteri brachialis di bawahnya, yaitu pembuluh utama yang mengangkut darah ke lengan bawah. Selama pengukuran tekanan darah, sebuah stetoskop diletakkan di atas arteri brachialis di lipat siku tepat di bawah manset. Bunyi tidak terdengar apabila tidak ada darah yg mengaliratau jika darah mengair secara normal, sedangkan aliran darah yang turbulen akan menimbulkan getaran yang dapat didengar. Pada permulaan pengukuran, manset dikembungkan hingga melebihi tekanan sistolik sehingga arteri kolaps. Tekanan manset yang besar menyebabkan arteri akan terjepit sehingga darah tidak akan mengalir pada arteri tersebut maka tidak terdengar bunyi. Tekanan manset secara perlahan diturunkan dan pada saat berada tepat di bawah tekanan sistolik puncak maka arteri akan terbuka sedikit dan akan menyebabkan darah mengalir secara turbulen sehingga dapat didengar melalui stetoskop sebagai bunyi. Bunyi yang pertama kali terdengar inilah yang menandakan tekanan darah sistolik. Sewaktu tekanan manset terus turun, darah secara intermiten akan mengalir kembali secara turbulen setiap tekanan arteri melebihi tekanan manset. Sewaktu tekanan manset pertama kali berada di bawah tekanan arteri, maka arteri brachialis tidak terjepit lagi sehingga darah dengan leluasa akan melewati arteri ini, karena aliran darah tidak lagi turbulen maka bunyi tidak akan terdengar. Tekanan tertinggi manset pada saat bunyi terakhir inilah yang kemudian kita sebut sebagai tekanan darah diastolik. (Sherwood,1996)

2.2.3 Regulasi Tekanan DarahTekanan darah merupakan gaaya utama yang mendorong darah dari jantung menuju

ke jaringan lain. Tekanan ini harus diatur melalui regulasi secara ketat yang kompleks karena terdapat dua alasan. Alasan pertama, karena tekanan harus cukup tinggi agar dapat memperoleh tekanan yang cukup untuk mendorong darah menuju ke darah perifer. Kedua, tekanan darah yang tinggi dapat mengakibatkan beban kerja jantung meningkat dan meningkatkan resiko pembuluh darah pecah dan juga rupturnya pembuluh-pembuluh perifer yang halus sehingga diperlukan tekanan yang tidak terlalu tinggi untuk menstabilkan kerja jantung. (Sherwood,1996)

Tekanan arteri diatur oleh beberapa sistem yang saling berhubungan, secara garis besar sistem ini terbagi atas dua sistem yaitu, (1) sistem mekanisme pengatur tekanan arteri yang bekerja secara cepat, dan (2) sistem pengatur tekanan arteri untuk jangka panjang. (Guyton,1996)

2.1 Mekanisme Pengatur Tekanan Arteri Secara Cepat

Page 8: Proposal

Mekanisme pengatur tekanan arteri yang bekerja cepat terdiri dari 3 komponen yaitu (1) mekanisme umpan balik saraf, (2) mekanisme hormonal, serta (3) pergeseran cairan melalui kapiler dari jaringan ke dalam atau keluar dari sirkulasi untuk mengatur kembali volume darah sesuai keperluan. Sistem umpan balik saraf merupakan mekanisme yang paling cepat bereaksi, termasuk ke dalam mekanisme ini adalah sistem baroreseptor dan mekanisme iskemia susunan saraf pusat. Sistem ini bereaksi hanya beberapa detik setelah tekanan yang abnormal. Kedua mekanisme yang lain akan menjadi aktif penuh setelah 30 sampai beberapa jam.

2.2.3.1.1 Mekanisme Umpan Balik SarafMekanisme baroreseptor merupakan salah satu mekanisme umpan

balik saraf. Baroreseptor merupakan ujung-ujung saraf yang terdapat di dalam dinding arteri yang akan tersensitasi apabila diregangkan. Baroreseptor dalam jumlah banyak terdapat di dalam: (1) dinding arteri karotis interna, dan (2) dinding arkus aorta. Impuls yang ditimbulkan dari reseptor ini akan dihantarkan melalui nervus vagus menuju ke medula oblongata. Efek yang ditimbulkan oleh impuls baroreseptor berupa naiknya tekanan darah terhadap medula oblongata adalah terhambatnya pusat vasokonstriktor dan merangsang pusat nervus vagus, sehingga terjadi vasodilatasi di seluruh sistem sirkulasi perifer serta penurunan frekuensi dan kekuatan kontraksi. Mekanisme ini akan berjalan berlawanan apabila impulsnya berupa penurunan tekanan darah.

Baroreseptor juga bereaksi terhadap perubahan sikap tubuh, terutama yang bersifat mendadak. Orang yang setelah duduk langsung berdiri akan mengalami penurunan tekanan darah yang tiba-tiba sehingga dapat mengakibatkan hilangnya kesadaran.Baroreseptor akan merangsang suatu reflek yang menimbulkan rangsang simpatis yang akan meminimalkan penurunan tekanan darah terutama bagian kepala.

2.2.3.1.2 Mekanisme HormonalMekanisme hormonal dibagi menjadi dua, yaitu mekanisme

vasokonstriktor epinefrin-norepinefrin serta mekanisme vasokonstriktor renin-angiostensin Mekanisme epinefrin noreepinefrin berakibat langsung terhadap jantung dan pembuluh darah. Kedua hormon ini beredar di dalam tubuh sebagai perangsangan simpatis secara langsung. Hormon-hormon ini akan merangsang jantung untuk bekerja, menyempitkan pembuluh darah serta vena-vena Mekanisme renin angiostensin merupakan suatu mekanisme pengaturan tekanan darah terutama arteri yang melibatkan enzim renin dari ginjal apabila tekanan darah menjadi rendah. Aliran darah melalui ginjal berkurang maka sel-sel jukstaglomerolus akan melepaskan enzim renin ke dalam darah. Renin ini akan menyebabkan terbentuknya angiostensin I, dalam beberapa detik angiostensin I akan pecah dan menjadi angiostensin II dengan bantuan suatu converting enzyme.

Angiostensin memiliki beberapa efek yang dapat meningkatkan tekanan darah, yaitu vasokonstriksi pembuluh darah terutama arteri,

Page 9: Proposal

penurunan ekskresi garam dan air oleh ginjal serta merangsang sekresi aldosteron yang nantinya juga akan menyebabkan penurunan ekskresi garam dan air.

2.2.3.1.3 Mekanisme Pergeseran Cairan KapilerMekanisme ini bekerja dengan sistem keseimbangan cairan antara

ruang interstisial dengan kapiler. Apabila tekanan arteri naik, maka cairan akan berpindah dari kapiler menuju ke dalam ruang interstisial sehingga volume darah turun dan mengakibatkan tekanan darah ikut turun, begitu pula sebaliknya.

2.2 Sistem Pengaturan Arteri Jangka PanjangMekanisme dalam pengaturan jangka panjang dilakukan oleh sistem yang terdapat

pada pengatur ginjal-volume dan carian-tekanan. Mekanisme ini melibatkan pengaturan volume darah dengan efek akibatnya pada tekanan darah dan sebagian mekanisme ini melibatkan pengaturan fungsi ginjal oleh beberapa sistem hormon berbeda, termasuk sistem renin- angiostensin dan hormon aldosteron yang disekresikan oleh korteks adrenal.

2.3 Hubungan Olahraga dengan Tekanan DarahOlahraga mempunyai banyak manfaat bagi tubuh kita diantara banyaknya manfaat salah

satunya dapat meningkatkan kerja jantung dan pembuluh darah agar sehat. Meningkatnya curah jantung yang disertai meningkatnya distribusi ke bagian tubu merupakan salah satu respon fisiologis dari olahraga. Pada bagian yang kurang memerlukan oksigen akan terjadi vasokonstriksi dari tubuh tersebut, misalnya traktus digestivus. Meningkatnya curah jantung akan berpengaruh secara langsung terhadap tekanan darah

Page 10: Proposal

BAB III