Proposal

15
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memiliki paras cantik dan tampan serta menarik merupakan dambaan bagi setiap pria maupun wanita. Hampir semua baik wanita maupun pria di berbagai kelompok sosial masyarakat menginginkan hal tersebut. Dengan memiliki paras rupawan, seorang wanita ataupun pria tersebut bisa meningkatkan rasa percaya diri nya dan lebih diterima di masyarakat. Dalam dunia kesehatan, banyak penyakit yang bisa mengurangi paras rupawan seseorang, salah satunya adalah Melasma. Melasma (juga dikenal sebagai chloasma atau mask of pregnancy) berasal dari bahasa Yunani yakni melas yang berarti hitam. Melasma adalah hipermelanosis didapat yang umunya simetris berupa makula yang tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat tua, mengenai area yang terpajan sinar ultraviolet dengan tempat predileksi pada pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung dan dagu. 1-4

description

anggi

Transcript of Proposal

Page 1: Proposal

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Memiliki paras cantik dan tampan serta menarik merupakan dambaan bagi setiap pria

maupun wanita. Hampir semua baik wanita maupun pria di berbagai kelompok sosial

masyarakat menginginkan hal tersebut. Dengan memiliki paras rupawan, seorang wanita

ataupun pria tersebut bisa meningkatkan rasa percaya diri nya dan lebih diterima di

masyarakat. Dalam dunia kesehatan, banyak penyakit yang bisa mengurangi paras rupawan

seseorang, salah satunya adalah Melasma.

Melasma (juga dikenal sebagai chloasma atau mask of pregnancy) berasal dari bahasa

Yunani yakni melas yang berarti hitam. Melasma adalah hipermelanosis didapat yang

umunya simetris berupa makula yang tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat tua,

mengenai area yang terpajan sinar ultraviolet dengan tempat predileksi pada pipi, dahi,

daerah atas bibir, hidung dan dagu.1-4

Insidensi melasma belum diketahui secara pasti.1 Hasil penelitian Halder dkk, dari 2000

pasien kulit hitam yang datang ke sebuah klinik di Washington DC, USA menyatakan bahwa

kelainan kulit peringkat ketiga setelah vitiligo adalah masalah hiperpigmentasi.5

Melasma paling sering diderita wanita usia reproduksi, meskiput didapat pula pada pria

(10%) dari keseluruhan kasus.1 Melasma dapat terjadi pada semua ras terutama penduduk

yang tinggal di daerah tropis, akan tetapi paling sering mengenau individu yang berkulit

gelap (tipe kulit Fitzpatrick IV , V , VI), yaitu bangsa Hispanik, Asia Timur dan Selatan yang

merupakan daerah dengan radiasi sinar ultraviolet (UV) yang tinggi. Indonesia sendiri

Page 2: Proposal

merupakan negara tropis yang terletak di garis Khatulistiwa, dimana matahari bersinar

hampir sepanjang hari. Di negara kita ini, kebanyakan penduduknya belum terbiasa

menggunakan perlindungan terhadap sinar matahari, sehingga kasus melasma banyak

dijumpai. Di Indonesia, perbandingan kasus antara wanita dan pria adalah 24:1. Terutama

tampak pada wanita usia subur dengan riwayat langsung terkena pajanan sinar matahari.

Insidensi terbanyak pada usia 30-44 tahun. Kelainan ini dapat mengenai wanita hamil, wanita

pemakaipil kontrasepsi, pemakai kosmetik, pemakai obat, dan lain lain.1-4,12

Etiologi melasma sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Faktor kausatif yang

dianggap berperan pada patogenesis melasma diantaranya faktor endokrin, prediposisi

genetik, radiasi sinar ultraviolet (UV), ras dan faktor lainnya seperti pemakaian bahan

kosmetika tertentu, obat-obatan (bersifat fototoksik dan fotoalergik, antikonvulsi), defisiensi

nutrisi dan idiopatik.1,2,5

Ada 3 bentuk klinis berdasarkan distribusi pigmen dari pasien melasma yakni yang

pertama bentuk sentro-fasial meliputi daerah dahi, hidung, pipi bagian medial, bawah hidung,

serta dagu (63%), yang kedua bentuk malar meliputi hidung dan pipi bagian lateral (21%),

serta yang ketiga bentuk mandibular meliputi daerah mendibula (16%). Jumlah makula

hiperpigmentasi bervariasi mulai dari lesi tunggal sampai multipel.1,2,4,5

Walaupun resiko penyakit melasma dalam medis hanya kecil, namun penyakit ini dapat

menganggu penampilan wajah dan dapat mengurangi kepercayaan diri, secara emosional dan

psikis sangatlah menganggu penderita dan bisa menjadi masalah sosial di kelompok

masyarakat di berbagai negara.6 Melasma merupakan kelainan yang sulit diobati dengan

pengobatan-pengobatan yang telah ada, sekalipun itu memakai tabir surya untuk menghindari

paparan sinar matahari yang dimana itu merupakan kunci keberhasilan dari pengobatan-

pengobatan yang telah dilakukan.5,7,8 Saat ini belum da terapi spesifik untuk melasma yang

Page 3: Proposal

benar-benar efektif untuk pasien melasma secara holistik. Pengobatan yang ada hanya

memiliki efektitas dan bervariasi terhadap depigmentasi.1

Berbagai pengobatan-pengobatan terbaru telah digunakan untuk mengobati melasma

apalagi mengingat pentingnya mengobati kelainan satu ini. Sasaran pengobatan melasma

harus memiliki arah dan tujuan yakni memperlambat proliferasi melanosit, menghambat

pembentukan melanosom yang mengakibatkan penurunan atau degradasi jumlah

melanosom.1,9 Hal ini bisa digapai dengan cara inhibisi aktivitas melanosit, inhibisi sintesis

melanin, menghancurkan melanin dan mengganggu granula-granula melanin. Menghindari

paparan langsung sinar matahari dan pemakaian tabir surya berspektrum luas terhadap radiasi

sinar ultraviolet (UV) dan sinar tampak secara teratur, menghentikan pemakaian kontrasepsi

oral, intravena, serta susuk, atau bahan-bahan yang memiliki kandungan hormon estrogen-

progesteron serta juga menghindari produk-produk kosmetika wajah yang berbahaya, adalah

hal yang sangatlah penting untuk mencegah terbentuknya melanin baru dan bercak kehitaman

akibat melanin, selain itu penggunaan obat-obat depigmentasi seperti hidrokuinon, tretinoin,

kortikosteroid, asam azeleat, asam retinoat, vitamin C dan E, glutation, pigmen karotenoid

astaxanthin, dan pengelupasan secara kimia, dermabrasi, serta bedah laser yang dapat

digunakan sebagai monoterapi atau kombinasi.1,2,4,6,9,10

Memperhatikan kenyataan di atas, penulis sangat tertarik untuk mengevaluasi penyakit

melasma di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Kandou Manado.

Di Provinsi Sulawesi Utara belum ditemukan secara jelas prevalensi penyakit melasma

dalam beberapa tahun terakhir ini khususnya di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof

Kandou Manado. Oleh karena itu penulis ingin meneliti profil Melasma di Poliklinik Kulit

dan Kelamin RSUP Prof Kandou Manado, Sulawesi Utara dari tahun 2009 s.d 2011.

Page 4: Proposal

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana profil penderita Melasma yang berkunjung dan berobat ke Poliklinik Kulit dan

Kelamin RSUP Prof Kandou, Manado.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui profil Melasma pada penderita yang berkunjung dan berobat di

Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Kandou Manado

2. Untuk mengetahui jumlah penderita Melasma di Poliklinik Kulit dan Kelamin

RSUP Prof Kandou Manado dalam kurun waktu 3 tahun terakhir

3. Untuk mengetahui angka kejadian secara statistik dari Melasma di Poliklinik Kulit

dan Kelamin di RSUP Prof Kandou Manado.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Dapat memperoleh data-data mengenai penderita Melasma di Poliklinik Kulit dan

Kelamin RSUP Prof Kandou Manado.

2. Menambah wawasan dan pengetauan penulis mengenai Melasma

3. Sebagai referensi dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya

4. Melatih kemampuan dan keterampilan peneliti dalam melakukan penelitian

selanjutnya

Page 5: Proposal

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat retrospektif deskriptif

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Kandou Manado

2. Waktu penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 2 bulan yaitu bulan Oktober

2012 hingga bulan November 2012

3.3. Subjek Penelitian

Dengan meneliti semua status penderita Melasma yang berkunjung dan mendapatkan

pengobatan di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Kandou Manado dari tahun

2009 s/d tahun 2011.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Profil adalah gambaran atau ikthisar yang memberikan fakta-fakta tentang hal-hal yang

khusus.

Page 6: Proposal

Melasma adalah hipermelanosis didapat yang umunya simetris berupa makula yang

tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat tua, mengenai area yang terpajan

sinar ultraviolet dengan tempat predileksi pada pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung dan

dagu.

Perlu ditekankan bahwa dalam penelitian ini profil digambarkan atas beberapa variabel

penelitian yakni:

a. Angka kejadian

b. Total penderita Melasma

c. Umur

d. Kosmetik yang digunakan

e. Riwayat obat-obatan

f. Kontrasepsi Hormonal

g. Berapa kali mendatangi Rumah Sakit

3.5. Instrumen Penelitian

a. Alat tulis menulis

b. Catatan medik penderita (Buku Register dan dan status penderita)

c. Instrumen hitung

d. Bahan-Bahan referensi (Buku ajar, bahan kuliah, laporan penelitian, buku

elektronik, artikel dan jurnal-jurnal)

Page 7: Proposal

3.6. Cara Kerja

a. Pengumpulan Data

Semua data dikumpulkan sendiri oleh peneliti secara retrospektif. Yaitu peneliti

mendatangi Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof Kandou dengan melihat Buku

Register. Setelah itu mengambil status penderita Melasma di bagian Rekam Medik

berdasarkan data di buku Register tersebut. Melalui prosedur tersebut data yang

diperlukan dapat ditemukan.

b. Pengolahan dan Penyajian Data

Data yang telah diperoleh diolah dan cara di sortir dan dikelompokkan menurut

variabel penelitian kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi.

c. Penulisan Laporan Penelitian

Semua data disusun dalam bentuk tabel.

Page 8: Proposal

DAFTAR PUSTAKA

1. Rigopoulos D, Gregoriou S, Katsambas A. Hyperpigmentation and Melasma. J

Cosmet Dermatol 2007;6:195-202.

2. Soepadirman L. Melasma. Djuanda A, Hamzah M. Aisah S, ed. Dalam: Ilmu Penyakit

Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2010. h: 289-292

3. Rycroft RJG, Robertson SJ. Melasma. Color Handbook of Dermatology. Thieme

New York 2003. h: 172

4. Lapeere H, et al. Hypomelanoses and Hypermelanoses. Dalam: Fitzpatrick's

Dermatology in General Medicine (Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA,

Paller AS, Leffell DJ),Vol. 1. 7th edition. New York: McGraw-Hill; 2008.h.622-40

5. Grimes PE. Melasma: Etiologic and Therapeutic Considerations. Arch Dermatol

1995;131:1453-57

6. Tork HM. A Comprehensive Review of the Long-Term and Short-Term Treatment of

Melasma with a Triple Combination Cream. Am J Clin Dermatol 2006;7(4):223-30

7. Victor FC, Gelber J, Rao B. Melasma: A Review. J Cutan Med and Surg

2004;8(2):97-102

8. Balkrishnan, et al. Development and Validation of a Health-Related Quality of Life

Instrument for Women with Melasma. Br J Dermatol 2003;149:572-77

9. Menter A. Rational for the Use of Topical Coticosteroids in Melasma. J Drugs

Dermatol 2004; 3(2):169-174

10. Moertolo. Pengaruh Astaxanthin Topikal dan Sistemik terhadap Melasma Tipe

Epidermal. Makalah Simposium The Natural Astaxanthin Symposium 2009: An

Update on Clinic Research. 2009:1-14

Page 9: Proposal

11. Cestari T, Adjadji L, Hux M, Shimizu MR, Rives VP. Cost-Effectiveness of a Fixed

Combination of Hidroquinone/Tretinoin/Fluocinolone Cream Compared with

Hidroquinone Alone in the Treatment of Melasma. J Drugs Dermatol 2007;6(2):153-

60

12. Hadinoto RH. Studi perbandingan hasil terapi pada melasma dengan solusio TCA

25% dan 20%. Laporan penelitian akhir. Semarang: Lab/UPF Ilmu Penyekit Kulit dan

Kelamin FK UNDIP/RS Dr. Kariadi, 1994.

Page 10: Proposal

PROFIL PENDERITA MELASMA

POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF KANDOU

MANADO TAHUN 2009 – 2011

Oleh:

Silvestre Anggi Pangalinan

090 111 232

Dosen Pembimbing:

dr. Marlyn Grace Kapantow, SpKK (K)

Prof. Dr. Herry Pandaleke, Msc, SpKK (K)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2012