Proposal

56
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2005), antenatal care (  ANC ) adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi, dan  penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan serta persalinan yang aman dan memuaskan. Tujuan antenatal care adalah untuk menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat, memantau kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan, dan merencanakan  penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko tinggi sehingga menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal. Beberapa risiko kehamilan yang terjadi pada trimester I yaitu perdarahan pervaginam (abortus, mola hydatidosa, kehamilan ektopik), hiperemesis gravidarum, anemia, sakit kepala dan nyeri perut yang hebat, pada trimester II yaitu  bengkak pada wajah, kaki dan tangan, preeklamsia, eklamsia, hipertensi gestatisional, keluarnya air ketuban sebelumnya waktunya, pada trimester III yaitu penglihatan kabur, ruptur uteri, plasenta previa. (Prawirohardjo, 2010). Keteraturan  ANC  dapat ditunjukkan melalui frekuensi kunjungan, ternyata hal ini menjadi masalah karena tidak semua ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara rutin terutama ibu hamil normal sehingga kelainan yang timbul dalam kehamilan tidak dapat terdeteksi sedini mungkin. Ibu yang telah

Transcript of Proposal

56

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMenurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2005), antenatal care (ANC) adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan serta persalinan yang aman dan memuaskan. Tujuan antenatal care adalah untuk menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat, memantau kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan, dan merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko tinggi sehingga menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal. Beberapa risiko kehamilan yang terjadi pada trimester I yaitu perdarahan pervaginam (abortus, mola hydatidosa, kehamilan ektopik), hiperemesis gravidarum, anemia, sakit kepala dan nyeri perut yang hebat, pada trimester II yaitu bengkak pada wajah, kaki dan tangan, preeklamsia, eklamsia, hipertensi gestatisional, keluarnya air ketuban sebelumnya waktunya, pada trimester III yaitu penglihatan kabur, ruptur uteri, plasenta previa. (Prawirohardjo, 2010). Keteraturan ANC dapat ditunjukkan melalui frekuensi kunjungan, ternyata hal ini menjadi masalah karena tidak semua ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara rutin terutama ibu hamil normal sehingga kelainan yang timbul dalam kehamilan tidak dapat terdeteksi sedini mungkin. Ibu yang telah mempunyai pengalaman kehamilan sebelumnya, sering kali mengesampingkan pemeriksaan antenatal karena mereka merasa telah berhasil menjalani kehamilan yang lalu meskipun tidak dilandasi pemeriksaan antenatal padahal tanpa mereka ketahui bahaya akan kegawatdaruratan obstetri terus mengincar. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa ibu hamil kurang termotivasi dalam melakukan antenatal care secara teratur dan tepat waktu antara lain: kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care, kesibukan, tingkat sosial ekonomi yang rendah, dukungan suami yang kurang, kurangnya kemudahan untuk pelayanan maternal, asuhan medik yang kurang baik, kurangnya tenaga terlatih (Prawirohardjo, 2010). Berdasarkan Riskesdas (2010), ibu hamil yang melakukan antenatal care ke tenaga kesehatan sebesar 83,3%, 9,9% memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan dan dukun, 3,2% memeriksakan kehamilannya di dukun serta masih 3,0% yang tidak pernah memeriksakan kehamilannya. Akses ibu hamil tanpa memandang umur kandungan saat kontak pertama kali adalah 92,7%, sedangkan akses ibu hamil yang memeriksakan kehamilan dengan tenaga kesehatan pada trimester 1 adalah 72,3%. Adapun cakupan akses ibu hamil dengan pola 1-1-2 (K4) oleh tenaga kesehatan adalah 61,4% (Riskesdas, 2010).Sesuai kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya penurunan angka kematian ibu (AKI), adalah dengan mengacu intervensi strategi Empat Pilar Safe Motherhood. Pilar kedua adalah asuhan antenatal atau pelayanan kesehatan ibu hamil. Terkait dengan pilar kedua tersebut dan sasaran utama untuk mencapai Indonesia Sehat 2010 diharapkan cakupan ibu hamil meningkat menjadi 95%, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi 90% (Riskesdas, 2010).Berbagai kelainan yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) sebenarnya bisa dideteksi dan dicegah lebih awal, yaitu pada masa kehamilan. Asuhan antenatal yang baik dan teratur diharapkan dapat menjadi jawaban atas kebutuhan deteksi dini serta penurunan morbiditas dan mortalitas ibu. Data yang ada menunjukkan bahwa asuhan antenatal selama kehamilan dapat menurunkan mortalitas maternal sebesar 20-80% dari berbagai penyebab, seperti perdarahan, sepsis, preeklampsia/ eklampsia, persalinan terhambat, aborsi tidak aman, dan penyebab-penyebab lainnya (Bergsjo, 2011).Hasil penelitian sebelumnya Tungkup (2008) didapat bahwa faktor pengetahuan, sosial budaya, jarak layanan kesehatan adalah faktor yang mempengaruhi ibu melakukan kunjungan ANC. Dari penelitian tersebut, faktor pengetahuan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi ibu hamil melakukan kunjungan ANC di dapat hasil bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang baik justru bertolak belakang dengan jumlah kunjungannya (Tungkup, 2008).Keberhasilan upaya ANC selain tergantung pada petugas kesehatan juga perlu partisipasi ibu hamil itu sendiri. Oleh karena itu perlu adanya penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang perawatan kehamilannya, dengan demikian diharapkan dengan memperbaiki pengetahuan ibu terhadap perawatan kehamilan sehingga akan dapat merubah sikap serta kepatuhan melaksanakan antenatal care (Koblinsky et al, 2012).Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu multigravida terhadap kepatuhan antenatal care (ANC) di wilayah kerja Puskesmas Kejaksan.

1.2 Rumusan Masalaha. Apakah ada hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu multigravida terhadap kepatuhan kunjungan antenatal care (ANC) di Puskesmas Kejaksan kota Cirebon?

1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan umum Mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu multigravida terhadap kepatuhan antenatal care (ANC) di Puskesmas Kejaksan kota Cirebon.

1.3.2 Tujuan khususa. Untuk mencari bukti tingkat pendidikan ibu multigravida b. Untuk mencari bukti pengetahuan ibu multigravida tentang antenatal care (ANC)c. Untuk mencari bukti kepatuhan ibu multigravida dalam melaksanakan antenatal care (ANC) di Puskesmas Kejaksan kota Cirebon.d. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu multigravida terhadap kepatuhan antenatal care (ANC) di Puskesmas Kejaksan kota Cirebon.

1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Manfaat untuk ilmu pengetahuana. Penelitian ini bermanfaat sebagai dasar pertimbangan dan masukan bagi bidang ilmu untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu multigravida terhadap kepatuhan antenatal care (ANC).b. Untuk memberikan informasi sebagai referensi atau perbandingan bagi penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat untuk pelayanan kesehatanPenelitian ini bermanfaat untuk bahan masukan terhadap peningkatan pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak (KIA) khususnya antenatal care (ANC).

1.4.3 Manfaat untuk masyarakatPenelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan masyarakat umum, khususnya dalam proses membantu perbaikan kesehatan pada ibu hamil.

1.4.4 Manfaat untuk penelitianPenelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan secara umum tentang hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu multigravida terhadap kepatuhan antenatal care (ANC).

1.5 Orisinilitas Penelitian yang TerkaitPada penelitian ini, yang akan dikaji adalah hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu multigravida terhadap kepatuhan antenatal care (ANC), adapun penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dan berhubungan dengan penelitian ini adalah:

Tabel 1.1 Keaslian PenelitianNama/ JudulMetode PenelitianHasil Penelitian

Astini siringo-ringoPengetahuan ibu hamil dan motivasi keluarga dalam pelaksanaan antenatal care (ANC)Cross-sectionalBerdasarkan motivasi keluarga, responden mendapat motivasi keluarga pada kategori baik (94,7%). Berdasarkan pelaksanaan, mayoritas responden melaksanakan antenatal care dengan baik (80,9 %).

Irma listianingrumHubungan persepsi ibu hamil tentang risiko tinggi kehamilan dengan kepatuhan melakukan antenatal care din wilayah puskesmas sanden bantulDeskriptif korelasiResponden paling banyak mempunyai risiko tinggi kehamilan yaitu 19 responden (54,8%), responden paling sedikit mempunyai persepsi yang kurang baik mengenai risiko tinggi kehamilan yaitu 1 responden 3,2%

Iin musrianiHubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan dengan kepatuhan melakukan antenatal care

Cross-sectionalhasil penelitian menunjukan persentase kepatuhan (lebih dari 50%) lebih banyak pada subyek penelitian yang pengetahuanya memiliki skor lebih dari 5o yaitu 67,7% dibandingkan pada subyek penelitian yang memiliki skor pengetahuan kurang dari samadengan 50 sebesar 52,9%. Hasil uji Pearsoon correlation menunjukan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kepatuhan melakukan antenatal care (p=0,321)

Perbedaan penelitian:Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu variabel penelitian, tempat penelitian dan waktu penelitian penelitian sekarang ini variabelnya yaitu variabel dependent kepatuhan kunjungan antenatal care (ANC), variabel independent tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu multigravida sedangkan peneltian sebelumnya menilai hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan dengan kepatuhan melakukan antenatal care, Pengetahuan ibu hamil dan motivasi keluarga dalam pelaksanaan antenatal care (ANC).

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi Pendidikan FormalPendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang. Ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang membicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan. Sebagai mana setiap ilmu mempunyai sifatnya masing-masing begitu juga dengan ilmu pendidikan. Sifat ilmu pendidikan diantaranya teoritis, praktis dan normatif (Notoatmodjo, 2005).Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokan sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuannya dan program yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum, Pendidikan kejuruan dan pendidikan lainnya. Serta upaya pembaharuannya meliputi landasan yuridis, Kurikulum dan perangkat penunjangnya, struktur pendidikan dan tenaga kependidikan (Notoatmodjo, 2005).

2.2 Tujuan Pendidikan

8Tujuan pendidikan memberi gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan, karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan (Notoatmodjo, 2005).Didalam praktek pendidikan khususnya pada sistem persekolahan, di dalam rentangan antara tujuan umum dan tujuan yang sangat khusus terdapat sejumlah tujuan antara. Tujuan antara berfungsi untuk menjembatani pencapaian tujuan umum dari sejumlah tujuan rincian khusus. Umumnya ada empat jenjang tujuan di dalamnya terdapat tujuan antara, yaitu tujuan umum, tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional (Notoatmodjo, 2005).1. Tujuan umum pendidikan nasional Indonesia adalah Pancasila.2. Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga pendidikan tertentu untuk mencapainya.3. Tujuan kurikuler yaitu tujuan bidang studi atau tujuan mata pelajaran.4. Tujuan instruksional, tujuan pokok bahasan dan sub pokok bahasan disebut tujuan instruksional, yaitu penguasaan materi pokok bahasan/sub pokok bahasan (Notoatmodjo, 2005).

2.3 Fungsi PendidikanPendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks, karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak ada batasanpun yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. Dibawah ini dikemukakan beberapa batasan tentang pendidikan yang berbeda berdasarkan fungsinya (Notoatmodjo, 2005):

1. Pendidikan sebagai proses transformasi budayaSebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari suatu generasi ke generasi lainnya. Nilai-nilai kebudayaan tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggungjawab dan lain-lain, yang kurang cocok diperbaiki misalnya tata cara perkawinan, dan tidak cocok diganti misalnya pendidikan seks yang dahulu ditabuhkan diganti dengan pendidikan seks melalui pendidikan formal. Disini tampak bahwa proses pewarisan budaya tidak semata-mata mengekalkan budaya secara estafet. Pendidikan justru mempunyai tugas menyiapkan peserta didik untuk hari esok (Notoatmodjo, 2005).2. Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadiSebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi meliputi dua sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang belum dewasa, dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri. Yang terkhir disebut pendidikan diri sendiri (Notoatmodjo, 2005).

3. Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negaraPendidikan sebagai penyiapan warga negara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik (Notoatmodjo, 2005).4. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerjaPendidkan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai dasar peserta didik sehingga memilki bekal dasar untuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran (Notoatmodjo, 2005).

2.4 Pendidikan Formal di Indonesia Pendidikan formal dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal menurut Soedomo (dalam Suprijanto, 2007) yaitu kegiatan belajar yang disengaja, baik oleh warga belajar maupun pembelajarnya didalam suatu latar yang distruktur sekolah (Suprijanto, 2007).Ciri pendidikan formal yaitu merupakan sistem persekolahan, berstruktur, berjenjang, penyelenggaraannya disengaja (Suprijanto, 2007) Jenjang pendidikan formal terdiri atas: 1. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah, meliputi: Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan bentuk lain yang sederajat. 2. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar yang terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan, berbentuk Sekolah Menengah Umum (SMU) atau Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. 3. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka, dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas (Suprijanto, 2007).

2.5 Pengetahuan2.5.1 Definisi PengetahuanPengetahuan (Knowledge) diartikan sebagai hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, dan sebagainya), dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).

2.5.2 Tingkat Pengetahuan Pegetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi menjadi enam tingkat pengetahuan. Tahu (know) diartikan hanya sebagai recall yang merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, memahami (comprehension) bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetepai orang tesebut dapat menginterpretasikan dan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut, aplikasi (aplication) diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan prinsip yang telah diketahui pada situasi atau kondisi sebenarnya, analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan suatu objek dan mencari hubungan anatra komponen-komponen yang terdapat dalam satu masalah yang diketahui, sintesis (synthesis) adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada, evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilain terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007).

2.5.3 Faktor Yang Mempengaruhi PengetahuanMenurut Notoatmodjo (2007), faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan antara lain: 1. PendidikanTingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respons terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi sikap berperan serta dalam perkembangan kesehatan. Semakin tinggi tingkat kesehatan, seseorang makin menerima informasi sehingga makin banyak pola pengetahuan yang dimiliki.

2. Paparan Media MasaMelalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima masyarkat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (televisi, radio, majalah, dan pamflet) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti paparan media masa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.

3. EkonomiKebutuhan pokok (primer), kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder. Ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4. Hubungan SosialManusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar informasi. Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikasi untuk menerima pesan menurut model komunikasi media dengan demikian hubungan sosial dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang suatu hal.

5. PengalamanPengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa di peroleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya misalnya sering mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik misalnya seminar organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.

2.5.4 Cara Mengukur Tingkat PengetahuanPengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007). Arikunto (2006) menyatakan sebagian besar penelitian umumnya menggunakan kuesioner sebagai metode yang dipilih untuk menggumpulkan data. Kuesioner atau angket memang mempunyai banyak kebaikan sebagai instrument pengumpul data. Kuesioner dengan hasil yang mantap adalah dengan proses uji coba. Responden diberi kesempatan untuk membeikan saran-saran perbaikan bagi kuesioner yang diuji cobakan itu. Arikunto (2006) menyatakan hasil pengukuran tingkat pengetahuan dapat dikategorikan dalam beberapa kategori seperti, pengetahuan baik, pengetahuan cukup, pengetahuan kurang (Notoatmodjo, 2007).Tingkatan perilaku dapat dikategorikan berdasakan nilai sebagai berikut (Notoadmodjo 2007): 1. Pengetahuan baik, bilamana jawaban benar 80%100%2. Pengetahuan cukup, bilamana jawaban benar 65%79% 3. Pengetahuan kurang, bilamana jawaban benar 37 1 mgg 1 kali1

5

4

5

Total4915

Sumber: Depkes RI (2008)Bila ibu hamil mengalami masalah, tanda bahaya atau jika merasa khawatir dapat sewaktu-waktu melakukan kunjungan. Adanya perbedaan jumlah kunjungan di setiap semester karena semakin tua usia kehamilan, risiko pun semakin besar, antara lain makin banyaknya komplikasi sehingga pemeriksaan pun harus lebih sering dilakukan. Sebaliknya, waktu hamil muda, risiko lebih sedikit dan perkembangan janin pun masih lambat. Pemeriksaan empat minggu sekali dianggap sudah memadai, kecuali jika ada keluhan-keluhan dari ibu hamil sehingga petugas kesehatan akan melakukan pemeriksaan lebih sering. Ibu hamil sangat memerlukan tenaga kesehatan, tempat ia bisa bertanya tentang segala hal yang ingin dan harus diketahui. Sekedar bertemu dengan dokter atau bidan saja, secara psikis sudah membantu meringankan beban pikiran ibu (Kusmiyati, 2009).

2.8.5 Pelayanan Antenatal CareMenurut Depkes RI (2009), dalam penerapannya, pelayanan antenatal care (ANC) terdiri dari:1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan. 2. Ukur tekanan darah 3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas) 4. Ukur tinggi fundus uteri 5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ). 6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan. 7. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan. 8. Tes laboratorium (rutin dan khusus) 9. Tatalaksana kasus 10. Temu wicara (konseling), termasuk Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.Tabel 2.2 Pelayanan Antenatal CareNo.Jenis LayananTrimester ITrimester IITrimester III

1Timbang Badan

Tinggi badan Kenaikan BB 0,5-0,75 Kg setiap bulanTinggi badan minimal 150 cmKenaikan BB 0,25 Kg setiap mingguTinggi badan minimal 150 cmKenaikan BB 0,5 Kg setiap mingguTinggi badan minimal 150 cm

2Tekanan darahSistolik (110-120 mmHg)Diastolik (70-80 mmHg)Sistolik (110-120 mmHg)Diastolik (70-80 mmHg)Sistolik (110-120 mmHg)Diastolik (70-80 mmHg)

3LILALILA= 23,5 cm**

4Tinggi Fundus Uteri-TFU 25 cmTFU 30 cm

5Denyut jantung janin-120-160 denyuk per menit120-160 denyuk per menit

6Imunisasi TT*Imunisasi TT1*Imunisasi TT2*

7Tablet Besi*

*Fe= 45 tablet*Fe= 45 tablet

8Tes Laboratorium (Hb)Tes kehamilanPeriksa Hb=11gr%Periksa Hb=11gr%Periksa Hb=11gr%

9Tatalaksana kasus(jika terjadi kasus)(jika terjadi kasus)(jika terjadi kasus)

10KonselingGizi, gangguan kehamilanPemeliharaan kehamilanTanda-tanda persalinan dan KB

Keterangan: : pelaksanaan kegiatan di setiap trimester *: disesuaikan dengan kontak pertama ibu hamilSumber: Depkes RI (2009), Manuaba (2010), Saifuddin (2002).

2.8.6 Pelaksana dan Tempat Pelayanan Antenatal CarePelayanan kegiatan pelayanan antenatal terdapat dari tenaga medis yaitu dokter umum dan dokter spesialis dan tenaga paramedis yaitu bidan, perawat yang sudah mendapat pelatihan. Pelayanan antenatal dapat dilaksanakan di puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu, Bidan Praktik Swasta, polindes, rumah sakit bersalin dan rumah sakit umum (Depkes, 2009).

2.8.7 Peran Serta Ibu Dalam Pelayanan Antenatal CarePeran serta ibu dalam hal ini ibu-ibu hamil di dalam memanfaatkan pelayanan antenatal dipengaruhi perilaku individu dalam penggunaan pelayanan kesehatan, adanya pengetahuan tentang manfaat pelayanan antenatal selama kehamilan akan menyebabkan sikap yang positif. Selanjutnya sikap positif akan mempengaruhi niat untuk ikut serta dalam pemeriksaan kehamilan. Kegiatan yang sudah dilakukan inilah disebut perilaku (Mochtar R, 2008). Menurut Lewrence Green dengan modifikasi dalam Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan (Sukidjo Notoatmodjo) faktor yang mempengaruhi perilaku antara lain:1. Faktor yang mempermudah (Predisposing factor)Mencakup pengetahuan, sikap, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu (masyarakat). a) PengetahuanPengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Soekidjo Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan menurut HR Bloom adalah hasil tahu yang dimiliki individu atau dengan memperjelas fenomena sekitar. Sedangkan menurut Indra Jaya pengetahuan didefinisikan sebagai berikut:a) Sesuatu yang ada atau dianggap ada. Sesuatu hasil persesuaian subjek dan objek.b) Hasil kodrat manusia.c) Hasil persesuian antara induksi dengan deduksi.

Pengetahuan terdiri atas kepercayaan tentang kenyataan (reality). Salah satu cara untuk mendapatkan dan memeriksa pengetahuan adalah dari tradisi atau dari yang berwenang di masa lalu yang umumnya dikenal, seperti aristoteles. Pengetahuan juga mungkin diperoleh berdasarkan pengumuman sekuler atau kekuasaan agama, negara, atau gereja. Cara lain untuk mendapat pengetahuan dengan pengamatan dan eksperimen. Pengetahuan juga diturunkan dengan cara logika secara tradisional, otoratif atau ilmiah atau kombinasi dari mereka, dan dapat atau tidak dapat dibuktikan dengan pengamatan dan pengetesan. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengetahuan dan penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

b) SikapSikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Soekidjo, 2007).Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu, sedangkan dalam sikap negative terdapat kecenderungan menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu (Soekidjo, 2007). Sikap merupakan penentu penting dalam tingkah laku. Sikap yang ada pada seseorang yang memberikan gambaran corak tingkah laku seseorang. Berdasar pada sikap seseorang, orang akan dapat menduga bagaiman respon atau tindakan yang akan diambil tindakan oleh orang tersebut terhadap suatu masalah atau keadaan yang dihadapinya. Jadi dalam kondisi wajar gambaran kemungkinan tindakan atau tingkah laku yang diambil sebagai respons terhadap suatu masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya dapat diketahui dari sikapnya (Soekidjo, 2007). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Misalnya sikap ibu yang sudah positif terhadap imunisasi tersebut harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain (Soekidjo, 2007).

c) Tingkat PendidikanTingkat pendidikan yaitu segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.Dalam pengertian yang lebih luas, pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Soekidjo, 2007).

d) Tingkat Sosial Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi yaitu tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga dapat dilihat dengan jelas melalui besarnya pendapatan yang diterima rumah tangga (Soekidjo, 2007).

2. Faktor pendukung (enabling factor)a) Keterjangkauan FasilitasMasalah kesehatan masyarakat terjadi tidak terlepas dari faktor-faktor yang menjadi masa rantai terjadinya penyakit, yang kesemuanya itu tidak terlepas dari faktor lingkungan dimana masyarakat itu berada, perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan ataupun gaya hidup yang dapat merusak tatanan masyarakat dalam bidang kesehatan, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, disamping faktor-faktor yang sudah dibawa sejak lahir sehingga menjadi masalah tersendiri bila dilihat dari segi individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan (Nasrul Effendy, 2010).

b) Jarak ANCMenurut Deprtemen Pendidikan Nasional (2002) Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu jarak antara rumah dengan tempat pelayanan ANC. Faktor biaya dan jarak pelayanan kesehatan dengan rumah berpengaruh terhadap perilaku penggunaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan (Nasrul Effendy, 2010).

3. Faktor pendorong (reinforcing factor)Faktor pendorong yaitu faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang di karenakan adanya sikap dan perilaku yang lain seperti sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat, atau petugas kesehatan. Perilaku individu sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan, perilaku yang positif akan menunjang atau meningkatkan derajat kesehatan (Mulyono, 2011).

a) Perilaku MasyarakatPada hakikatnya bila sesuatu program pembangunan kesehatan dilaksanakan berlangsung satu proses interaksi antara provider dengan recipient, yang masing-masing memiliki latar belakang sosial budaya sendiri-sendiri. Provider memilki sistem kesehatan kedokteran, recipient memilki sistem kesehatan yang berlaku di komunitasnya. Program pembangunan kesehatan, termasuk di dalamnya upaya peningkatan kedudukan gizi, dapat mencapai tujuan program apabila dari kedua belah pihak saling berpartisipasi aktif. Pihaknya perlu memahami latar belakang sosial budaya dan psikologi recipient. Prinsip-prinsip pembangunan masyarakat pedesaan perlu diperhatikan prinsip-prinsip itu antara lain:a) Untuk memperlancar pelaksanaan program masyarakat target yang dapat menghambat, dan yang mendorong baik yang terdapat dalam masyarakat target maupun staf birokrasi inovasi.b) Berdasarkan pengalaman, suatu program pembangunan masyarakat terlaksana dengan lancar karena melibatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan-kegiatan, karena sesuai dengan feltneed, yang berdasarkan pertimbangan provider adalah need, menjadi feel-need bagi masyarakat yang bersangkutan.c) Dalam usaha memperbaiki kebiasaan makan anak balita dan ibu menyusui, provider hendaknya memahami faktor-faktor kebiasaan makan orang-orang dari masyarakat target. Ada konsep kebiasaaan makan yang dapat dijadikan pedoman, antara lain teori channel dari Kurt Lewin. Menurut teori ini pemilihan makanan didasari oleh nilai intelektual dan emosional dan dipengaruhi oleh rasa, status sosial, kesehatan dan harga. Nilai-nilai berinteraksi satu dengan yang lain. Makanan apa yang dipilih tergantung pada skala nilai yang diacu (Mulyono, 2011).

b) Partisipasi MasyarakatPartisipasi masyarakat adalah menumbuhkan dan meningkatkan tanggungjawab individu, keluarga, terhadap kesehatan atau kesejahteraan dirinya, keluarganya dan masyarakat (Depkes, 2008). Partisipasi masyarakat dibagi menjadi lima tingkatan, yaitu:1) Tingkat partisipasi masyarakat karena perintah atau karena paksaan.2) Tingkat partisipasi masyarakat karena imbalan.3) Tingkat partisipasi masyarakat karena identifikasi karena ingin meniru.4) Tingkat partisipasi masyarakat karena kesadaran.5) Tingkat partisipasi masyarakat karena tuntutan akan hak azasi dan tanggungjawab (Depkes, 2008).

Faktor penghambat dalam partisipasi masyarakat berasal dari masyarakat dan pihak provider. Dari masyarakat dapat terjadi karena kemiskinan, kesenjangan sosial, sistem pengambilan keputusan dari atas ke bawah, adanya kepentingan tetap, pengalaman pahit masyarakat tentang program sebelumnya, susunan masyarakat yang sangat heterogen, persepsi masyarakat yang sangat berbeda dengan persepsi provider tentang masalah kesehatan yang dihadapi. Sedangkan hambatan yang ada dalam pihak provider adalah terlalu mengejar target, persepsi yang berbede antara provider dan masyarakat, dan pelaporan yang tidak obyektif (Depkes, 2009).

Partisipasi masyarakat didorong oleh faktor yang berada dalam masyarakat dan pihak provider yang akan mempengaruhi perubahan perilaku yang merupakan faktor penting dan besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan (Depkes, 2009).

BAB IIIKERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka TeoriBerdasarkan uraian pada tinjauan pustaka maka dapat dirumuskan kerangka teori sebagai berikut:

Faktor Pengetahuan

Faktor Sikap

Kepatuhan antenatal care

Tingkat pendidikan

Faktor sosial ekonomi

Jarak ke tempat pelayanan

Skema 3.1 Kerangka Teori Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Antenatal Care

373.2 Kerangka KonsepPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah tingkat pendidikan dan pengetahuan seorang Ibu multigravida dapat mempengaruhi kepatuhan antenatal care. Berdasarkan kerangka teori dan adanya keterbatasan data maka dibuat kerangka konsep untuk penelitian ini sebagai berikut:

Tingkat pendidikan Ibu multigravidaSD/ MISMP/ SLTP/ MTsSMA/ SLTA/ MA/ SMKAkademi/ Perguruan tinggi

Kepatuhan antenatal care

Pengetahuan Ibu MultigravidaPengetahuan baikPengetahuan cukup Pengetahuan kurang

Skema 3.2 Kerangka Konsep Penelitian

3.3 Pertanyaan PenelitianPertanyaan pada penelitian ini adalah ada hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan Ibu multigravida terhadap kepatuhan antenatal care.

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Ruang Lingkup PenelitianRuang lingkup penelitian ini mencakup dua bidang keilmuan yaitu Ilmu kesehatan masyarakat dan Ilmu kesehatan kandungan.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kejaksan Kota Cirebon pada bulan maret tahun 2013 dengan responden adalah ibu-ibu multigravida.

4.3 Jenis dan Rancangan PenelitianJenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan studi cross sectional untuk menilai adakah hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu multigravida terhadap kepatuhan antenatal care.

4.4 Populasi dan Sampel4.4.1 Populasi target

39Pada penelitian ini populasi target yang digunakan adalah ibu multigravida di wilayah kerja Puskesmas Kejaksan Kota Cirebon.4.4.2 Populasi terjangkauPada penelitian ini populasi terjangkau yang digunakan adalah ibu multigravida di wilayah kerja Puskesmas Kejaksan Kota Cirebon pada periode bulan Maret-April.

4.4.3 Sampel penelitian4.4.3.1 Kriteria inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subjek penelitian yang layak untuk dilakukan penelitian atau dijadikan subjek. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: Ibu multigravida yang bersedia menjadi responden Ibu multigravida bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kejaksan Kota Cirebon Ibu multigravida Trimester I, II dan III Ibu multigravida dengan pendidikan minimal Sekolah dasar atau sederajat4.4.3.2 Kriteria eksklusiKriteria eksklusi merupakan subjek penelitian yang tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah: Ibu multigravida yang tidak bersedia menjadi responden Ibu multigravida yang tidak berada di tempat saat penelitian berlangsung Ibu primigravida Ibu multigravida yang tidak pernah mendapatkan pendidikan formal sama sekali

4.4.4 Cara samplingSampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Penelitian ini menggunakanteknik stratified random sampling yaitu mengidentifikasi karakteristik umum dari anggota populasi, kemudian menentukan strata atau lapisan dari jenis karakteristik unit-unit tersebut (Notoatmodjo, 2010).

Nn = 1 + N (d2)Cara menentukan ukuran sampelnya dengan rumus slovin sebagai berikut:

Keterangan :n = besar sampelN = besar populasid = tingkat kesalahan (0,05)

4.4.5 Besar sampelJumlah Ibu multigravida yang di pilih di bagian Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) puskesmas Kejaksan adalah 80 orang maka didapatkan:

80n = 1+ 80 (0,052)n = 67

4.5 Variabel penelitian4.5.1 Variabel bebas Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah tingkat pendidikan dan pengetahuan Ibu multigravida.

4.5.2 Variabel terikatVariabel terikat dari penelitian ini adalah kepatuhan antenatal care.

4.6 Definisi OperasionalDefinisi operasional pada penelitian ini adalah:

Tabel 4.1 Definisi operasionalNo.VariabelDefinisi OperasionalAlat Ukur Skala Kriteria

1Tingkat Pendidikan formal Ibu multigravidaJenjang pendidikan yang di tempuh oleh ibu multigravidaKuesionerOrdinal 1: SD/ MI2: SMP/SLTP/ MTs3: SMA/SLTA/ MA/ SMK4: Akademi/ Perguruan tinggi

2Pengetahuan ibu multigravidaInformasi yang sudah didapatkan responden mengenai kehamilan dan antenatal careKuesionerOrdinal1: pengetahuan kurang, jika jawaban benar 3x

4.7 Cara Pengumpulan Datajenis data dalam penelitian yang diambil adalah data primer. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah lembar kuesioner untuk kedua variabel penelitian. kuesioner tersebut berupa pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi tentang identitas responden, tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu multigravida serta kepatuhan antenatal care ibu multigravida.

4.8. Prosedur PenelitianProsedur penelitian dilaksanakan dalam 3 tahap, yang meliputi:1. Persiapan1. Menyiapkan proposal penelitian1. Konsultasi ke pembimbing1. Menyusun kuesioner1. Mengurus surat ijin dan melaporkan kegiatan penelitian pada instansi yang berwenang (Dinas Kesehatan Kota Cirebon, Puskesmas Kejaksan Cirebon).

1. Tahap pelaksanaan1) Memilih sampel sesuai kriteria inklusi2) Penyebaran kuesioner

1. Tahap penyelesaian1. Mengolah data dan menganalisis data1. Menyusun laporan penelitian

4.9 Alur Penelitian

Pengambilan sampel dengan cara stratified random sampling

Pengesahan Usulan ProposalMembuat Usulan Proposal

Melakukan Informed concent kepada responden

Pengolahan dan Analisis dataMembagikan kuesioner kepada responden

Gambar 4.1 Alur Penelitian

4.10 Analisis DataData yang telah terkumpul diolah dengan cara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010):1. EditingMelihat kembali apakah lembar kuesioner atau formulir sudah terisi denganbenar yang dapat segera diproses lebih lanjut.Editinglangsung dilakukan di tempat pengumpulan data di lapangan, sehingga jika terjadi kesalahan maka upaya pembetulan dapat segera dilakukan.

2. CodingSetiap lembar kuesioner yang memenuhi kriteria sampel dan telah terisisemua dilakukan pengkodean data. 3. Processing Processing adalah memproses data dengan menggunakan komputer atau secara manual agar dapat dianalisis.4. CleaningData (pembersihan data)Data yang sudah dimasukkan dilakukan pengecekan. Pembersihan dilakukan jika ditemukan kesalahan padaentrydata sehingga dapat diperbaiki dan dilakukan scoring terhadap pertanyaan yangberhubungan dengan masing-masing variabel.Data yang disajikan dengan mendistribusikan melalui analisis univariat yang bertujuan untuk menyajikan data dari semua variabel pada penelitian ini dan bivariat, yaitu untuk melihat hubungan variabel independen(tingkat pendidikan dan pengetahuan) dan variabel dependen (kepatuhan antenatal care) dengan menggunakan uji spearmens correlation.

4.11 Etika PenelitianSebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti perlu mendapatkan rekomendasi dari institusi dengan mengajukan permohonan ijin kepada institusi/ lembaga tempat penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan barulah melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian yang meliputi:1. Informed concentPeneliti memberikan penjelasan tentang tujuan serta maksud penelitian sebelum menyerahkan kuesioner penelitian, kemudian peneliti memberikan surat permohonan menjadi responden sebagai permintaan pasien untuk menjadi responden.

2. Confidentiality (kerahasiaan) Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya data tertentu sebagai hasil penelitian.

4.12 Jadwal PenelitianTabel 4.2 Jadwal PenelitianKegiatan PenelitianWaktu Penelitian

9101112010203

Pembuatan Judul Proposal

Penyusunan Proposal

Konsultasi

Ujian Proposal

Perbaikan

Pelaksanaan Penelitian

Pengolahan dan Analisis Data

Ujian Skripsi

Perbaikan

Penyusunan Laporan

DAFTAR PUSTAKA

Bergsjo P.2011. What Is The Evidence For The Role Of Antenatal Care Strategies In The Reduction Of Maternal Mortality And Morbidity. [online]. [cited 2011 Oct 12]; Available from: http:// www.jsieurope.org/safem/collect/safem/pdf/s2930e/s2930e.pdf.Carpenito, Lyndia.2009. Handbook of Nursing Diagnosis. The point. London. Lippincott williams & wilkins.DEPKES RI. 2008. Panduan Pelayanan Antenatal. Jakarta. Departemen Kesehatan.____________. 2009. Panduan Pelaksanaan Strategi Making Pregnacy Safer And Child Survival. Jakarta. Departemen Kesehatan.____________. 2009. Panduan Pelayanan Antenatal. Jakarta. Departemen Kesehatan.____________. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. Departemen Kesehatan.Departemen Pendidikan dan Budaya. 2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua. Jakarta. Balai Pustaka. Firman, F. 2010. Obstetri Fisiologi: Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta. EGC.Gant, Norman F. 2010. Dasar-Dasar Ginekologi & Obstetri. Jakarta. EGC.Juli Soemirat. 2011. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.

49Joyomartono, Mulyono. 2011. Pengantar Antropologi Kesehatan. Semarang. Unnes Press. Koblinsky M., Timyan J, dkk. 2012.Sebuah Perspektif Global Kesehatan Wanita. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Kusmiati, Y dkk. 2009. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Yogyakarta. fitramaya. Manuaba Ida Bagus. 2008. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta. EGC.Mochtar, Rustam. 2008. Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif, Obstetri Sosial. Jakarta. EGC.Nasrul Effendy. 1998. Dasar-Dasar Kesehatan Masyarakat. Jakarta. EGC.Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar). Jakarta. PT. Rineka Cipta.Notoatmodjo, S. 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. PT. Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta. Rineka Cipta.Perez, Bertha et al. 2009. Sociocultural Context Of Language And Literacy. London. Lawrence erlbaum associates.Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo.Saifudin, A.B. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.___________. 2005. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Pustaka Sarwono Prawirohardjo.Siswosudarmo, Risanto. 2008. Obstetri Fisiologis. Yogyakarta. Pustaka Cendikia.Soedijarto. 2010. Landasan Dan Arah Pendidikan Nasional Kita. Jakarta. Kompas. Suhartono, Suparlan. 2006. Filsafah Pendidikan. Yogyakarta. Ar-Riz.Suprijanto, H. 2007.Pendidikan Orang Dewasa; Dari Teori Hingga Aplikasi.Jakarta. Bumi Aksara. Suyanto. 2006. Dinamika Pendidikan Nasional Dalam Percaturan Dunia Global. Jakarta. PSAP muhammadiyah.Tirtarahardja, Umar. 2005.Pengantar Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta.Tungkup, Juliana. L. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil Melakukan Kunjungan ANC di Rumah Sakit Kota Medan. Available from: http://repository.usu.ac.id/jspuix1/handle/123456789/16572

Lampiran 1LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:Nama:Alamat:Umur:Pekerjaan:

Menyatakan bahwa saya bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden pada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa FK UNSWAGATI yang bernama Moh. Irwan Dharmansyah dengan judul penelitian Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu Multigravida Terhadap Kepatuhan Antenatal Care Di Puskesmas Kejaksan Kota Cirebon.Demikian persetujuan ini saya tanda tangani dengan sukarela tanpa adanya unsur pemaksaan dari berbagai pihak. Mengetahui, Cirebon, Maret 2014 Pelaksana Penelitian Responden

Moh. Irwan Dharmansyah ........................................

52Lampiran 2KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU MULTIGRAVIDA TERHADAP KEPATUHAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS KEJAKSAN KOTA CIREBON

Petunjuk pengisian:1. Bacalah dengan cermat semua pertanyaan yang ada dalam kuesioner ini.1. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang tersedia sesuai dengan pendapat dan keadaan yang sebenarnya.1. Mohon kesediaan ibu untuk menjawab seluruh pertanyaan yang tersedia.

1. Identitas Responden 1. Nama:...................................................1. Umur:...................................................1. Alamat:...................................................

1. Data Demografi1. Pendidikan terakhir yang ibu tempuh?1. SD/ MI1. SLTP/ SMP/ MTs1. SMA/ SLTA/ MA/ SMK1. Akademi/ Perguruan Tinggi

1. Apakah pekerjaan ibu?1. Tidak bekerja/ Ibu rumah tangga1. Petani1. Buruh/ wiraswasta1. 53PNS/ ABRI1. Berapa penghasilan keluarga ibu per bulan?1. < Rp.1.000.000.,1. Rp.1.000.000., Rp.3.000.000.,1. > Rp.3.000.000.,1. Dari manakah ibu mendapatkan informasi tentang kehamilan?1. Televisi1. Radio1. Koran/ majalah1. Penyuluhan oleh tenaga kesehatan

1. PengetahuanNoPERNYATAANYATIDAK

1Pemeriksaan kehamilan (ANC) adalah pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan.

2Dalam masa kehamilan ibu harus memeriksakan kehamilan paling sedikit 4 kali selama hamil.

3Memeriksakan kehamilan dapat mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil.

4Memeriksakan kehamilan dapat memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.

5Tujuan ANC adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat.

6Pada saat kehamilan perlu pemberian obat-obatan, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan tablet besi (fe).

7Pemeriksaan pertama kali yang ideal yaitu sedini mungkin ketika haid terlambat satu bulan.

8Dengan pemeriksaan kehamilan dapat meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu dan bayi.

9Memeriksakan kehamilan dapat mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya.

10Memeriksakan kehamilan dapat mempesiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal.

1. Kepatuhan1. Berapa usia kehamilan ibu saat ini?............................................1. Ibu kehamilan saat ini sudah yang keberapa?.............................................1. Apa ibu tahu jadwal periksa ibu hamil?.............................................1. Apakah selama kehamilan ibu datang ke pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan kehamilan? 1. Ya1. TidakAlasan:

1. Jika ya, berapa kali ibu datang memeriksakan kehamilan sampai usia kehamilan sekarang? 1. 1 kali 1. 2 kali 1. 3 kali 1. 4 kali 1. .. Alasan:

1. Pada umur kehamilan 0-3 bulan, berapa kali ibu melakukan pemeriksaan kehamilan? 1. Tidak pernah 1. 1 kali 1. 2 kali 1. 3 kali 1. 4 kali 1. . . Alasan:

1. Pada umur kehamilan 4-6 bulan, berapa kali ibu melakukan pemeriksaan kehamilan? 1. Tidak pernah1. 1 kali 1. 2 kali 1. 3 kali 1. 4 kali 1. . Alasan:

1. Pada umur kehamilan 7-9 bulan, berapa kali ibu melakukan pemeriksaan kehamilan? 1. Tidak pernah 1. 1 kali 1. 2 kali 1. 3 kali 1. 4 kali 1. .... Alasan:

1