Proposal

9
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang. Karsinoma hepatoselular merupakan kanker tersering nomor enam sedunia dan merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak pada pasien kanker. Diperkirakan ti empat dari seluruh kasus karsinoma hepatoseluler di dunia terjadi di negara-nega karena tingginya prevalensi infeksi Hepatitis B Virus (HBV di negara-negara merupakan penyebab tersering terjadinya karsinoma hepatoseluler di negara-negara dan Asia! ke"uali #epang ($mata % et al, &' '. Karsinoma hepatoselular! HBV dan hepatits lainnya dapat menyebabkan terjadinya kerusakan hepar! selain itu kerusa bisa juga terjadi akibat dari bahan kimia seperti alkohol dan karbon * . +erlemakan hati alkoholik juga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan ha teregang oleh vakuola lunak dalam sitoplasma berbentuk makrovesikel yang mendoro hepatosit ke menbran sel. Karbon tetraklorida menyebabkan terjadinya nekrosis hepatosit! inflamasi d yang menyebar ke hepatosit sekitarnya. Hal ini menyebabkan teraktivasinya H,) ( Stellate Cell yang akhirnya menyebabkan apoptosis sel hati dan nekrosis ona +aparan ))l * yang terus menerus dapat menyebabkan terjadinya kerusakan hati yang progresif. Kerusakan yang progresif ini dapat terjadi karena adanya ko radang! produksi radikal bebas yang berlebih! dan keluarnya en im yang bersifat dari sel-sel yang mati akibat adanya kerusakan sel hati. ,el Kupffer dan neutrof adalah agen yang merusak sel-sel sehat disekitar sel yang mengalami ke akhirnya menyebabkan kerusakan hati semakin bertambah parah (%ar/ues 01 et al ! &' &. Bayam merah ( Amaranthus tricolor/ Amaranthus gangeti"us diketahui memili hepatoprotektif! sehingga dapat digunakan untuk mengurangi kerusakan pada hati. ,ani HA (&''* menyatakan bah2a bayam merah ( Amaranthus gangeticus 3Amaranthus

Transcript of Proposal

BAB IPENDAHULUAN1. 1. Latar Belakang.Karsinoma hepatoselular merupakan kanker tersering nomor enam sedunia dan merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak pada pasien kanker. Diperkirakan tiga per empat dari seluruh kasus karsinoma hepatoseluler di dunia terjadi di negara-negara Asia oleh karena tingginya prevalensi infeksi Hepatitis B Virus (HBV) di negara-negara Asia. HBV merupakan penyebab tersering terjadinya karsinoma hepatoseluler di negara-negara Afrika dan Asia, kecuali Jepang (Omata M et al, 2010). Karsinoma hepatoselular, HBV dan virus hepatits lainnya dapat menyebabkan terjadinya kerusakan hepar, selain itu kerusakan hepar bisa juga terjadi akibat dari bahan kimia seperti alkohol dan karbon tetraklorida (CCl4). Perlemakan hati alkoholik juga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan hati, hepatosit teregang oleh vakuola lunak dalam sitoplasma berbentuk makrovesikel yang mendorong inti hepatosit ke menbran sel.Karbon tetraklorida menyebabkan terjadinya nekrosis hepatosit, inflamasi dan fibrosis yang menyebar ke hepatosit sekitarnya. Hal ini menyebabkan teraktivasinya HSC (Hepatic Stellate Cell) yang akhirnya menyebabkan apoptosis sel hati dan nekrosis zona III hati. Paparan CCl4 yang terus menerus dapat menyebabkan terjadinya kerusakan hati yang progresif. Kerusakan yang progresif ini dapat terjadi karena adanya kontribusi dari sel-sel radang, produksi radikal bebas yang berlebih, dan keluarnya enzim yang bersifat degradatif dari sel-sel yang mati akibat adanya kerusakan sel hati. Sel Kupffer dan neutrofil diduga adalah agen yang merusak sel-sel sehat disekitar sel yang mengalami kerusakan, hingga akhirnya menyebabkan kerusakan hati semakin bertambah parah (Marques TG et al, 2012). Bayam merah (Amaranthus tricolor/ Amaranthus gangeticus) diketahui memiliki efek hepatoprotektif, sehingga dapat digunakan untuk mengurangi kerusakan pada hati. Penelitian Sani HA (2004) menyatakan bahwa bayam merah (Amaranthus gangeticus /Amaranthus tricolor) memiliki potensi hepatoprotektif terhadap karsinogenesis kimiawi hepar, efek antioksidan dari Amaranthus tricolor dapat menghambat proliferasi sel HepG2 pada hepar. Menurut Aneja S (2013) akar dari Amaranthus tricolor juga memiliki efek hepatoprotektif, hal ini dibuktikan dengan terjadinya penurunan aktifitas SGOT, SGPT, ALP, dan bilirubin total serta didukung dengan temuan histopatologi pada tikus wistar albino yang diinduksi dengan parasetamol.Selain memiliki kandungan antioksidan yang poten, Amaranthus tricolor juga memiliki kadungan oksalat yang tinggi. Kandungan oksalat Amaranthus tricolor sekitar 131,4 mg/ 100 gram (Tsai JY et al, 2005). Oksalat dapat menyebabkan terbentuknya batu pada ginjal, dengan tingginya kandungan oksalat pada Amaranthus tricolor tentu saja dapat meingkatkan risiko terbentuknya batu pada ginjal. Batu kalsium dapat terbentuk apabila terjadi beberapa kondisi, salah satunya adalah hiperoksaluri. Hiperoksaluri, adalah eksresi oksalat urin yang melebihi 45 gram per hari (Purnomo BB, 2012). Intake oksalat yang berlebihan tentunya akan dapat menyebabkan hiperoksaluri, untuk itu jika ingin mengonsumsi bayam merah tentu harus mempertimbangkan efek samping terhadap terbentuknya batu kalsium pada ginjal.Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti akan melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian teh bayam merah terhadap kadar oksalat dalama urin pada tikus yang diinduksi karbon tetraklorida.

1. 2. Rumusan Masalah.Bagaimana pengaruh teh daun bayam merah (Amaranthus tricolor) terhadap kadar oksalat dalama urin pada tikus yang diinduksi karbon tetraklorida (CCl4) ?1. 3. Tujuan Penelitian.Untuk mengetahui pengaruh teh bayam merah (Amaranthus tricolor) terhadap kadar oksalat dalam urin pada tikus yang diinduksi karbon tetraklorida (CCl4).1. 4. Manfaat penelitian.Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah :Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi ilmiah mengenai efek samping daun bayam merah terhadap ginjal.Secara ilmiah hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mempertimbangkan penggunaan bayam merah terkait dengan adanya efek samping yang bisa ditimbulkan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Tinjauan tentang hati dan ginjal.2.1.1 Anatomi dan fisiologi hati.Organ terbesar dalam tubuh manusia adalah hati, berat hati sekitar dua persen dari total berat badan manusia, atau sekitar 1,5 kilogram pada rata-rata orang dewasa. Unit fungsional paling sederhana dari hati disebut dengan lobul hati, yang berbentuk silindris dan memiliki diameter sekitar 0,8-2 milimeter. Hati manusia berisi 50.000 sampai 100.000 lobul hati (Guyton AC & Hall JE, 2006). Hati terbagi menjadi dua lobus mayor yakni lobus kanan dan lobus kiri selain itu hati juga dibagi menjadi dua lobus minor yaitu caudate dan quadrate. Terdapat porta pada permukaan hati bagian inferior yang merupakan tempat masuk dan keluarnya berbagai pembuluh, nervus dan duktus. Vena portal hepatika, arteri hepatika dan nervus hepatik kecil memasuki hati melalui porta. Pembuluh limfe dan dua duktus hepatikus, masing-masing dari lobus kanan dan kiri keluar dari hati melalui porta. Duktus hepatikus kiri dan kanan menyatu membentuk duktus hepatikus comunis (common bile duct), duktus ini akan menyatu dengan duktus pakreatikus pada ampula hepatopankreas. Ampula ini nantinya akan berujung pada doudenum (Seeley, Stephens, dan Tate, 2004).Secara umum hati memiliki beberapa fungsi, yaitu memproduksi empedu, sebagai tempat penyimpanan, tempat konversi berbagai nutrien, detoksifikasi, fagositosis, dan sintesis. Hati memproduksi sekitar 600-1000 mL empedu setiap hari. Empedu tidak mengandung enzim digestif namun empedu berfungsi untuk menetralisir dan mencairkan asam lambung dan mengemulsikan lemak. Hepatosit dapat menyimpan gula dalam bentuk glikogen. Selain itu hepatosit juga dapat menyimpan lemak, vitamin (A, B12, D, E dan K) dan zat besi. Fungsi penyimpanan hepar ini biasanya bersifat sementara (Seeley, Stephens, dan Tate, 2004). Mengubah atau mengonversi nutrien menjadi bentuk lain merupakan salah satu fungsi hati yang penting. Misalnya seseorang mengonsumsi makanan tinggi protein, kelebihan asam amino dan kekurangan lemak dan karbohidrat akan dibawa ke hati. Hepatosit akan memecah asam amino dan merubahnya melalui berbagai macam metabolic pathway yang pada akhirnya akan menghasilkan adenosin trifosfat, lemak, dan glukosa. Di hati terdapat sel fagosit yakni sel kupffer. Sel kupffer terdapat diantara dinding sinusoid hati, sel ini memfagosit sel darah merah, sel darah putih, beberapa bakteri dan debris-debris lain yang memasuki hati (Seeley, Stephens, dan Tate, 2004). Hati juga memiliki fungsi sintesis, yakni sintesis albumin, fibrinogen, globulin, heparin, faktor pembekuan, dan kreatin. Selain itu hati juga memiliki fungsi untuk detoksifikasi. Banyak zat-zat berbahaya bagi sel-sel tubuh manusia yang dapat didetoksifikasi oleh hati. Hati merupakan salah satu pertahanan utama untuk mendetoksifikasi zat-zat berbahaya tersebut. Salah satu contohnya adalah amonia. Hepatosit mengeluarkan amonia dari sirkulasi darah dan mengonversinya menjado urea dan kemudian sekresi ke sirkulasi darah dan akhirnya keluar dari tubuh melalui ginjal, dalam urin (Seeley, Stephens, dan Tate, 2004).2.1.2 Anatomi dan fisiologi ginjal.Ginjal terletak posterior dari dinding abdomen antara vertebra T12 sampai L3. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri, karena terdapat hepar di superior ginjal kanan. Berat ginjal masing-masing sekitar 160 gram dan memiliki panjang kurang lebih 12 cm, lebar 5 cm dan ketebalan ginjal kira-kira 2,5 cm. Bagian lateral berbentuk konvex sedangkan bagian medial berbentuk konkaf, pada bagian medial terdapat hilus, tempat masuknya pembuluh darah, saraf, pembuluh limfe dan ureter. Kelenjar adrenal kiri terletak pada ujung superior dari ginjal kiri, sedangkan kelenjar adrenal kanan terletak lebih medial, diantara hilus dan ujung superior ginjal kanan. Ginjal, kelenjar adrenal, dan ureter terletak di retroperitoneal (Saladin et al, 2003). Ginjal terlindungi oleh tiga lapisan jaringan ikat, fascia renal fibrosa yang merekatkan ginjal dengan organ sekitarnya, kapsula adiposa, dan kapsul renal. Parenkim ginjal berbentuk seperti huruf C apabila dipotong secara frontal yang mengitari ruang medial ginjal. Parenkim ginjal terbagi menjadi dua zona, cortex renal yang memiliki ketebalan kira-kira 1 cm dan medula renal yang menghadap ke sinus. Extensi dari korteks renal disebut colom renal yang mengarah ke sinus membagi medula menjadi 6-10 piramida renal. Setiap piramida ginjal berbentuk cone bagian lebar terdapat pada cortex dan bagian tumpul yang disebut dengan papila renal menghadap ke sinus ginjal. Setiap papila dari piramida renal berujung pada calix minor, tempat urin dikumpulkan. Dua atau tiga calix minor menyatu membentuk calix mayor dan dua atau tiga calix mayor menyatu membentuk pelvis renalis. Dibagian calix inilah batu ginjal sering ditemukan, baik calix minor maupun mayor (Saladin et al, 2003). 2.1.3 Tes oksalat dalam urin.2.2 Tinjauan tentang terbentuknya batu ginjal.2.3 Tinjauan tentang carbon tetraklorida (CCl4).2.3.1 Identitas.Rumus kimia: CCl4Nama umum: karbon tetrakloridaStruktur kimia :

2.3.2 Sifat fisik dan kimia.Sifat fisik CCl4yang penting dapat dilihat pada tabel berikutTabel. Sifat fisik karbon tetraklorida (CCl4) (EHC 208, 1999)WarnaBening

Massa molekul relatif153.8

Titik didih pada 101.3 kPa, 20C76.72 C

Titik beku pada 101.3 kPa, 20C-22.92 C

Densitas (25C) 1.594 g/ml

Karbon tetraklorida (CCl4) berupa cairan bening dan kental dengan karakteristik bau manis non-iritan. CCl4 kerap digunakan sebagai pelarut untuk resin benzyl, bitumen, penghapus karet, minyak dan lemak. Senyawanya stabil bila terpapar udara dan cahaya serta tidak mudah terbakar. Reaksi berbahaya akan timbul bila dicampur dengan logam, seperti barium, magnesium dan zinc, boran dan silan, serta bila adanya peroksida maupun cahaya, dengan senyawa tidak jenuh (EHC 208, 1999).2.3.3 Mekanisme hepatotoksiksisitas karbon tetraklorida.Dalam endoplasmik retikulum hati CCl4 dimetabolisme oleh sitokrom P450 2E1 (CYP2E1) menjadi radikal bebas triklorometil (CCl3*). Triklorometil dengan oksigen akan membentuk radikal triklorometilperoxi yang dapat menyerang lipid membran endoplasmik retikulum dengan kecepatan yang melebihi radikal bebas triklorometil. Selanjutnya triklorometilperoxi menyebabkan peroksidasi lipid sehingga mengganggu homeostasis ion Ca2+, dan akhirnya menyebabkan kematian sel (Jeon TI et al, 2003).Penyusun utama membran sel adalah lipid, protein, dan karbohidrat. Lipid yang menyusun membran adalah fosfolipid. Fosfolipid merupakan molekul yang bersifat amfipatik, artinya memiliki daerah hidrofilik dan hidrofobik. Asam lemak penyusun membran sel khususnya asam lemak rantai panjang tak jenuh (PUFAs) amat rentan terhadap radikal bebas (Svingen BA et al, 1979). Dalam Jeon TI et al.(2003), jumlah PUFAs dalam fosfolipid membran endoplasmik retikulum akan berkurang sebanding dengan jumlah CCl4 yang diinduksikan. Pemberian CCl4 dalam dosis tinggi dapat merusak endoplasmik retikulum, mengakumulasi lipid, dan pemberian jangka panjang dapat menyebabkan nekrosis sentrilobular serta degenerasi lemak di hati (Jeon TI et al, 2003).

2.4 Tinjauan tentang bayam merah (Amaranthus tricolor).Bayam merah memiliki nama latin Amaranthus tricolor atau Amaranthus gangeticus. Di daerah Jakarta dikenal dengan bayam glatik, bayam putih, dan bayam merah. Masyarakat Maluku mengenal bayam merah dengan nama tona ma gaahu, hohoru itoka tokara, baya roriha dan loda kohori. Bayam berasal dari Amerika, terutama daerha yang memiliki iklim topis. Hingga kini bayam telah tersebar di daerah tropis dan subtropis seluruh dunia. Di Indonesia bayam merah dapat tumbuh sepanjang tahun. Bayam merah terutama ditemukan pada derah dengan ketinggian 5-2.000 meter diatas permukaan laut. Bayam merah dapat tumbuh di daerah panas maupun dingin, tetapi tumbuh lebih subur pada lahan terbuka di dataran rendah dengan suhu agak panas (Dalimartha S, 2006).Tumbuhan bayam tumbuh tegak atau agak condong, tinggi sekitar 0,4-1 meter, dan bercabang. Batang tumbuhan ini lemah dan berair. Daun bertangkai, berbentuk oval atau bulat seperti telur, lemas, panjang 5-8 cm, ujung tumpul, pangkal runcing, serta warnanya hijau, merah atau hijau keputihan. Bunga dalam tukal yang rapat, bagian bawah duduk di ketiak, bagian atas berkumpul menjadi karangan bunga di ujung tangkai dan ketiak percabangan, bunga berbentuk bulir (Dalimartha S, 2006).Secara umum, tanaman bayam dapat meningkatkan kerja ginjal (Rumimper ES, Posangi J dan Wuisan, 2014) dan melancarkan pencernaan. Akar bayam merah dapat digunakan sebagai alternatif obat untuk disentri. Bayam termasuk sayuran berserat yang dapat digunakan untuk memperlancar proses buang air besar. Makanan berserat sangat dianjurkan untuk dikonsumsi oleh penderita kanker usus besar, penderita DM, kolesterol darah tinggi, dan menurunkan berat badan (Dalimartha S, 2006).Bayam mengandung beberapa nutrien seperti lemak, protein, karbohidrat, kalium, zat besi, amarantin, rutin, purin, dan vitamin (A, B dan C). Amaranthus tricolor mengandung oksalat yang tinggi yakni sekitar 131,4 mg/100 gram (Tsai JY, 2005)2.5 Kerangka konsep.

2.6 Hipotesis.Intake oksalat yang tinggi dari bayam merah (Amaranthus tricolor) menyebabkan meningkatnya kadar oksalat dalam urin.