Proposal

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes adalah suatu kelompok dari penyakit metabolik yang dicirikan dengan adanya hiperglikemia sebagai akibat dari kurangnya ekskresi insulin, kinerja insulin yang berkurang, ataupun keduanya. Penyakit ini bersifat kronik dan banyak berkaitan dengan kerusakan jangka panjang pada organ-organ tubuh seperti mata, jantung, saraf, dan pembuluh darah (American Diabetes Assoiciation, 2013). Berdasarkan studi yang bertujuan untuk memperkirakan prevalensi diabetis dari tahun 2000 hingga 2030 didapatkan bahwa penderita diabetes di seluruh dunia pada tahun 2000 dengan usia ≥ 20 diperkirakan mencapai 171 juta jiwa. Angka ini akan terus meningkat menjadi dua kali lipatnya pada tahun 2030 dan diproyeksikan menjadi 366 juta jiwa yang berpusat pada daerah-daerah urban seperti daerah Timur Tengah, Afrika sub-Sahara, dan India. Sementara itu 1

description

Tidak Ada

Transcript of Proposal

BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangDiabetes adalah suatu kelompok dari penyakit metabolik yang dicirikan dengan adanya hiperglikemia sebagai akibat dari kurangnya ekskresi insulin, kinerja insulin yang berkurang, ataupun keduanya. Penyakit ini bersifat kronik dan banyak berkaitan dengan kerusakan jangka panjang pada organ-organ tubuh seperti mata, jantung, saraf, dan pembuluh darah (American Diabetes Assoiciation, 2013).Berdasarkan studi yang bertujuan untuk memperkirakan prevalensi diabetis dari tahun 2000 hingga 2030 didapatkan bahwa penderita diabetes di seluruh dunia pada tahun 2000 dengan usia 20 diperkirakan mencapai 171 juta jiwa. Angka ini akan terus meningkat menjadi dua kali lipatnya pada tahun 2030 dan diproyeksikan menjadi 366 juta jiwa yang berpusat pada daerah-daerah urban seperti daerah Timur Tengah, Afrika sub-Sahara, dan India. Sementara itu penderita diabetes akan lebih banyak pada pria dibandingkan wanita (Wild et al, 2014).Penyakit diabetes juga menimbulkan berbagai macam komplikasi. Komplikasi yang ditimbulkan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : mikrovaskular dan makrovaskular. Komplikasi mikrovaskular dibagi menjadi tiga, yang pertama adalah retinopati diabetik. Komplikasi ini paling sering terjadi dan bertanggung jawab untuk kurang lebih 10.000 kejadian hanya di Amerika Serikat saja. Komplikasi mikrovaskular kedua adalah nefropati diabetik yang sering mengarah pada gagal ginjal dan komplikasi terakhir adalah neuropati diabetik yang merupakan keadaan dimana terdapat gejala dan atau tanda disfungsi saraf perifer (Fowler, 2008).Sementara itu, komplikasi makrovaskular merupakan suatu keadaan patologis yang berpusat pada proses aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan hasil dari adanya peradangan yang bersifat kronik pada dinding arteri perifer atau sistem pembuluh darah koroner yang melalui beberapa proses sehingga menimbulkan lesi yang dapat mengarah pada infark vaskular akut (Fowler, 2008)Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi diabetes yang masuk ke dalam komplikasi mikrovaskular yaitu neuropati diabetik. Penderita diabetes memiliki kemungkinan 25% akan mendapatkan komplikasi ini. Saat penderita diabetik sudah terkena komplikasi ini maka ada persentasi 85% penderita harus melakukan amputasi (Clayton & Elasy, 2009). Komplikasi ini semakin ditakuti oleh karena pengelolaannya sering mengecewakan dan berakhir dengan amputasi, bahkan kematian. Namun hal ini dapat dicegah dengan melakukan skrining dini serta edukasi pada kelompok berisiko tinggi, dan penanganan penyebab dasar seperti neuropati, penyakit arteri perifer dan deformitas (Langi, 2011).Dalam penanganan ulkus diabetikum terdapat enam prinsip yang perlu diperhatikan sehingga dapat mencegah ulkus diabetikum mengarah pada tindakan amputasi. Prinsip-prinsip tersebut adalah :1. Kontrol metabolik : pengendalian keadaan metabolik sebaik mungkin seperti pengendalian pada kadar gula darah, pengendalian kolesterol, dan lain-lain2. Kontrol vaskular : perbaikan kecukupan aliran darah yang dapat dilakukan dengan operasi ataupun tindakan angioplasti3. Kontrol infeksi : pengobatan infeksi secara agresif jika terlihat tanda inferksi4. Kontrol luka : pembuangan jaringan infeksi dan yang rusak secara teratur5. Kontrol tekanan : mengurangi tekanan hal ini disebabkan tekanan yang berlebihan dapat memperluas permukaan6. Kontrol edukasi : penyuluhan yang baik untuk menjaga luka tetap terjaga(Salim, 2013)Edukasi merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan karena tanpa pengetahuan mengenai ulkus diabetikum dan perawatannya maka walaupun luka tersebut sudah diobati namun pada akhirnya tidak didapatkan kesembuhan yang berarti. Pengetahuan adalah fakta, informasi, dan atau kemampuan yang didapatkan melalui pengalaman atau edukasi dalam pembelajaran suatu subjek (Oxford, 2008).Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan adanya hubungan yangbermaknaantarapengetahuanterhadapkeberhasilandariperawatanulkusdiabetikumdenganp = 0,040. Hal lain sepertitingkatpendidikanataupuntingkatekonomijustrutidakmenunjukkanhubungan yang bermakna (Diani, 2013)Selainitupenelitian lain menyatakanhal yang menunjukkanadanyahubunganbermaknaantarapengetahuandanperawatanulkusdiabetikumdenganp = 0,001. Penelitiantersebutmenyatakanbahwadengandiberikannyapendidikankesehatanterhadapparapenderita diabetes mellitus dengankomplikasiulkusdiabetikummeningkatkankepatuhanpasiendalamperawatanulkusdiabetikum (Suliastari, 2013)

1.2 Perumusan MasalahPengetahuandalamperawatanulkusdiabetikumsangatlahpenting.Denganadanyacukuppengetahuanmakaperawatanlukadapatberjalandenganbaikdanmencegahterjadinyahal-hal yang tidakdiinginkansepertiamputasidanataukematian.Sudahbanyakpenelitian yang menyatakanbahwapengetahuanmengenaiperawatanulkusdiabetikumsangatlahpenting, namunhanyasedikitpenelitian yang menunjukkanapakahmasyarakatsudahmemilikipengetahuantersebutataubelum.

1.3 Pertanyaan PenelitianBerdasarkanpermasalahan di atasmakadapatdirumuskanpertanyaansebagaiberikut :Bagaimanakahgambarantingkatpengetahuanmasyarakattentangperawatanulkusdiabetikum?

1.4 Tujuan PenelitianPenelitianinibertujuanuntukmengetahuigambarantingkatpengetahuanmasyarakattentangperawatanulkusdiabetikum di DesaSarirejo.

1.5 Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran, terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelum ini: Tabel 1. Keaslian PenelitianPenelitiJudulMetodeHasil

Dwi Anis Sulistiari, 2013Pengaruh Pendidikan Kesehatan Perawatan Kaki Terhadap Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Dalam Melakukan Perawatan Kaki Di Wilayah Kerja Puskesmas Jenggawah Kabupaten Jember

Dari beberapahasilpenelitian yang telahdilakukanseperti yang tercantumdalamtabel di atas, penulisberanggapanbahwamasihterdapatbeberapaperbedaanantarapenelitiansebelumnyadenganpenelitian yang dilakukanolehpenulis.Tujuan penelitian yang dilakukan penulis berbeda dengan tujuan penelitian yang dilakukan oleh Sirimarcoet al(2011) yaitu menilai hubungan dislipidemia dengan TIA dimana TIA merupakan salah satu faktor terjadinya stroke berulang. Pada penelitian ini, penulis ingin langsung menghubungkan antara dislipidemia dengan kejadian stroke berulang dengan menggunakan metode potong lintang. Pada penelitiannya, Leoo et al(2008) mencari hubungan beberapa faktor risiko terhadap terjadinya stroke berulang sedangkan penulis hanya akan memfokuskan penelitian tentang hubungan dislipidemia terhadap terjadinya stroke berulang sebagai faktor risiko. Penelitian yang dilakukan Yalin et al(2008) dan Siswanto (2005) memiliki tujuan yang sama dengan penelitian Leoo et al (2008) namun memiliki metode penelitian yang berbeda, dimana Yalin et al(2008) menggunakan metode studi kohort retrospektif dan Siswanto (2005) menggunakan metode kasus kontrol. Penelitian yang dilakukan Moroney et al(1998) juga memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis dimana penelitian Moroney et al(1998) bertujuan untuk melihat faktor risiko stroke berulang setelah stroke iskemik yang pertama. Penulis ingin melihat faktor risiko stroke berulang khususnya dislipidemia setelah kejadian stroke iskemik atau stroke hemoragik. Selain metode dan tujuan penelitian yang berbeda, penelitian yang dilakukan penulis juga memiliki tempat, subjek dan demografi yang berbeda pula sehingga penelitian yang dilakukan penulis masih layak untuk diakukan. 1.6 Manfaat Penelitian1.6.1 Manfaat teoritisUntuk pengembangan ilmu khususnya di bidang neurologi yang berhubungan dengan dislipidemia dan stroke berulang

1.6.2 Manfaat praktis1. BagitenagakesehatanHasilpenelitianinidiharapkanmenjadibahanpertimbangandaninovasiuntukmeningkatkanmutupelayanankesehatandalammemberikanpendidikankesehatanpadapasien diabetes mellitus dengankomplikasiulkusdiabetikumuntukmencegahkomplikasilebihlanjut yang dapatmengarahpadainfeksi, amputasi, danataukematian.2. BagimasyarakatBagimasyarakat agar meningkatkanperawatanulkusdiabetikummelaluipencarianinformasimelaluisumber-sumber yang mudahdijangkaudandipahamiuntukmencegahterjadinyakomplikasilebihlanjut.3. BagipenelitiDiharapkanpenelitimampuuntukmengembangkansuatupenelitian lain secaralebihmendalamkaitannyadenganpendidikankesehatan, perawatan kaki dankepatuhanpadapasien diabetes mellitus.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.0 Dasar Teori

2.1 Diabetes MellitusDiabetes mellitus merupakan kelompok penyakit metabolisme yang memiliki karakteristik adanya hiperglikemi sebagai akibat dari kurangnya sekresi insulin, gangguan pada aksi insulin, ataupun keduanya. Penyakit ini dapat bersifat diturunkan maupun didapat yang jika tidak segera ditanggulangi maka dapat menimbulkan kerusakan pada sistem organ terutama pembuluh darah dan saraf. (WHO, 2013). Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengalirkan (siphon). Melitus berasal dari bahasa latin yang berarti manis atau madu. Diabetes melitus dikenal juga dengan nama kencing manis. Peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) menyebabkan pengeluaran glukosa melalui urin, sehingga urin menjadi manis. Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kelainan kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (Purnamasari, 2009). Klasifikasi diabetes melitus (PERKENI, 2011) yaitu DM tipe 1 (destruksi sel beta sehingga menyebabkan defisiensi insulin absolut), DM tipe 2 (defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin), DM tipe lain (genetik, infeksi, dan obat-obatan atau zat kimia), dan DM gestasional (muncul pada masa kehamilan yang umumnya bersifat sementara tetapi dapat menjadi faktor risiko DM 2).

Gambar 1. Klasifikasi Etiologi Diabetes Melitus (PERKENI, 2011)2.1.1 Kriteria Diabetes MellitusKriteria diagnosis diabetes melitus berdasarkan PERKENI pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel I. Tabel I. Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus (PERKENI, 2011)1. Gejala klasik DM + kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/dL (11,1 mmol/L). Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat tanpa memperhatikan waktu makan terakhir, atau

2. Gejala klasik DM + kadar glukosa darah puasa 126 mg/dL (7,0 mmol/L). Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam, atau

3. Kadar glukosa darah 2 jam pada TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral) 200 mg/dL (11,1 mmol/L)

Pemeriksaan HbA1c (>6.5%) oleh ADA 2011 menjadi salah satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah terstandardisasi dengan baik.

2.1.2 Gejala dan Tanda Diabetes MellitusPada awalnya pasien sering kali tidak menyadari bahwa dirinya mengidap diabetes mellitus bahkan sampai bertahun-tahun, terutama pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 yang memiliki perkembangan yang lambat. Oleh karena itu perlu diperhatikan mengenai keluhan-keluhan klasik diabetes mellitus, yaitu :a) Polyuria (banyak berkemih)b) Polydipsia (rasa haus sehingga menjadi banyak minum)c) Polifagia (banyak makan karena lapar yang terus menerus)d) Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnyaNamun untuk memperkuat diagnosis maka perlu diperhatikan mengenai beberapa keluhan tambahan diabetes melitus yaitu lemas, mudah lelah, kesemutan, gatal, penglihatan kabur, penyembuhan luka yang buruk, disfungsi ereksi pada pasien pria dan gatal pada kelamin pada pasien wanita (PERKENI, 2011).2.1.3 Komplikasi Diabetes MellitusKomplikasi pada diabetes mellitus dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu :a) Komplikasi Metabolik AkutKomplikasi metabolik akut dapat dibagi lagi menjadi dua bentuk, yaitu hiperglikemia dan hipoglikemia.Hiperglikemia dapat berupa Keto Asidosis Diabetik (KAD), Hiperosmolar Non Ketotik (HNK), dan Asidosis Laktat (AL) (Soewondo, 2006).Hipoglikemi adalah keadaan dimana kadar gula darah lebih rendah dari 60 mg% dan gejala yang timbul yaitu palpitasi, takikardi, mual,muntah, mudah lelah,lelah,dan terjadinya penurunan kesadaran hingga koma. Sementara itu hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah lebih dari 250 mg% dengan gejala yang muncul dapat berupa poliuri, polidipsi, mual, muntah, dan penurunan kesadaran hingga koma. (Soewondo, 2006).b) Komplikasi Metabolik KronikKomplikasi ini pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh bagian tubuh yang kemudian dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu komplikasi makrovaskuler dan komplikasi mikrovaskuler (American Diabetes Association, 2012). Komplikasi metabolik kronik yang sering terjadi adalah sebagai berikut :i. MikrovaskulerDiabetic nephropathy, komplikasi ini mengarah pada terjadinya kerusakan ginjal kronis, dimana angka kejadiannya sekitar 30 - 40% (Batuman, 2014). Diabetic neuropathy, merupakan komplikasi yang paling sering terjadi dengan persentasi 50% pada pasien yang menderita diabeters mellitus tipe 1 ataupun tipe 2. Penderita mengalami disfungsi saraf perifer yang pada akhirnya dapat mengarah kepada ulserasi pada ekstremitas bagian bawah (Quan, 2014). Diabetic retinopathy, dimana penderita diabetes dalam waktu yang cukup lama mengalami kebutaan, walaupun tidak jelas bagaimana diabetes dapat menyebabkan hal tersebut. (Bhavsar, 2014)ii. MakrovaskulerKomplikasi yang terjadi akibat terbentuknya aterosklerosis sehingga timbul gangguan pada pembuluh darah dalam tubuh yang dapat mengarah pada beberapa hal seperti stroke, hipertensi, dan lain-lain (Fowler, 2008).

2.1 Ulkus Diabetikum2.1.1 Definisi Ulkus diabetika merupakan salahsatu bentuk komplikasi kronik dari diabetes mellitus dimana permukaan kulit terjadi luka yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat ataupun infeksi akibat bakteri. Ulkus diabetikum merupakan luka terbuka pada permukaan kulit yang muncul akibat berbagai faktor seperti perubahan mekanik arsitektur tulang kaki, neuropati perifer, dan penyakit arterial perifer aterosklerosis. (Rowe, 2012).2.1.2 Klasifikasi Ulkus DiabetikumUlkus diabetikum menurut Wagner :0:Tidak ada luka terbuka / kulit utuh1:Ulkus superfisialis, terbatas pada kulit2:Ulkus lebih dalam melewati dermis. Tendon, ligamen, dan tulang mungkin terlihat3:Ulkus dalam yang melibatkan tulang, sendi dan formasi abses4:Gangren yang terlokalisir seperti pada telapak kaki5 :Gangren pada seluruh bagian kaki (Adam and Deitch, 2001).

2.1.3 Faktor Risiko Ulkus DiabetikumFaktor - faktor resiko terjadinya ulkus diabetikum pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :a) Faktor resiko yang tidak dapat diubahi. Umur 60 tahunMenurut penelitian di Swiss dinyatakan bahwa penderita ulkus diabetikum 6% pada usia < 55 tahun dan 74% pada usia 60 tahun. Sementara itu penelitian lainmenunjukkan bahwa umur penderita ulkus diabetikum pada usia tua dengan umur 60 tahun 3 kali lebih banyak dari usia muda < 55 tahun (Riyanto, 2007).ii. Lama DM 10 tahunUlkus diabetika terutama terjadi pada penderita diabetes mellitus yang telah menderita 10 tahun atau lebih, terutama apabila kadar glukosa darah tidak terkendali, karena akan munculkomplikasi yang berhubungan denganvaskuler sehingga mengalami makroangiopati-mikroangiopati (Riyanto, 2007).b) Faktor-Faktor Risiko yang dapat diubahNeuropati, obesitas, hipertensi, glikolisasi hemoglobin (HbA1C) tidak terkontrol, kadar glukosa darah tidak terkontrol, insusifiensi vaskuler karena adanya aterosklerosis, kebiasaan merokok, ketidakpatuhan dalam menjalankan diet diabetes mellitus, kurangnya aktivitas fisik, pengobatan tidak teratur, perawatan kaki tidak teratur, dan penggunaan alas kaki yang tidak tepat (Riyanto, 2007). 2.1.4 Pengolahan Ulkus DiabetikumPengelolaan ulkus diabetikum untuk mencegah komplikasi lebih lanjut adalah : a. Memperbaiki kelainan vaskuler. b. Memperbaiki sirkulasi. c. Pengelolaan pada masalah yang timbul d. Edukasi perawatan kakie. Pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi (menurut hasil laboratorium lengkap) dan obat vaskularisasi, obat untuk penurunan gula darah maupun menghilangkan keluhan/gejala dan penyulit diabetes mellitusf. Olah raga teratur dan menjaga berat badan ideal. g. Menghentikan kebiasaan merokok. h. Merawat kaki secara teratur setiap hari, dengan cara : 1) Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih2) Membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan air suam-suam kuku dengan memakai sabun lembut dan mengeringkan dengan sempurna dan hati-hati terutamadiantara jari-jari kaki3) Memakai krem kaki yang baik pada kulit yang kering atau tumit yang retak-retak, supaya kulit tetap mulus, dan jangan menggosok antara jari-jari kaki 4) Tidak memakai bedak, sebab ini akan menyebabkan kulit menjadi kering dan retak-retak5) Menggunting kuku hanya boleh digunakan untuk memotong kuku kakisecara lurus dan kemudian mengikir agar licin. Memotong kuku lebih mudah dilakukan sesudah mandi, sewaktu kuku lembut6) Kuku kaki yang menusuk daging dan kalus, hendaknya diobati. Jangan menggunakan pisau cukuratau pisau biasa, yang bisa tergelincir dan dapat menyebabkan luka pada kaki 7) Memeriksa kaki dan celah kaki setiap hari apakah terdapat kalus, bulla, luka dan lecet8) Menghindari penggunaan air panas atau bantal panas9) Memeriksakan diri secara rutin ke dokter dan memeriksa kaki setiap kontrol walaupun ulkus diabetik sudah sembuh(Misnadiarly, 2006).2.1.5 Patofisiologi Ulkus Diabetikum

BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang (cross sectional). Studi penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara faktor risiko degan subyek yang diteliti. Subyek diamati pada waktu tertentu terhadap faktor risiko kemudian diamati efek yang terjadi, dimana faktor risiko dan efek telah terjadi pada masa lalu (Sastroasmoro dan Ismael, 2002). Pada penelitian ini, penulisingin mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu dislipidemia dan variabel tergantung yaitu stroke berulang.

Populasi Stroke BerulangSampel PenelitianStroke berulang (+)Dislipidemia (+)Stroke berulang(+)Dislipidemia (-)Stroke berulang(-)Dislipidemia (+)Stroke berulang(-)Dislipidemia (-)

Gambar 3 Rancang Penelitian Potong Lintang3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat : Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta3.2.2 Waktu : Juni 2014 - Juli 2014

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian3.3.1 Populasi PenelitianPopulasi target penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap di RS Bethesda. Populasi terjangkau adalah bagian dari populasi target yang dapat dijangkau oleh peneliti, dibatasi oleh waktu dan tempat yaitu seluruh penderita stroke berulang yang menjalani rawat inap di RS Bethesda. Sampel penelitian ini adalah seluruh penderita stroke berulang yang menjalani rawat inap dari 1 Januari 2013 sampai dengan 31 Desember 2013 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subyek penelitian diambil berdasarkan rekam medis rawat inap RS Bethesda Yogyakarta, dari 1 Januari 2013 sampai dengan 31 Desember 2013. 3.3.1.1 Kriteria Inklusia. Pasien stroke berulang yang dilengkapi hasil pemeriksaan laboratorium terhadap profil lemak darah saat mulai dirawat, dan stroke yang menyerang orang dewasa tanpa memandang batasan gender.b. Umur lebih atau sama dengan 45 tahun

3.3.1.2 Kriteria Eksklusia. Pasien yang mengalami serangan stroke pertama kali.b. Pasien dengan data profil lipid yang tidak lengkap.Kelompok kontrol (non-stroke) yang dilibatkan dalam penelitian ini diambil secara acak dan dilakukan matchingdengan kelompok stroke berulang yang diteliti berdasarkan umur.3.3.1.3 Kriteria Inklusia. Semua pasien di poli saraf yang menderita penyakit non-serebrovaskular.b. Umur lebih atau sama dengan 45 tahun.3.3.1.4 Kriteria EksklusiPasien dengan data profil lipid yang tidak lengkap.

3.3.2 Besar Sampel Besar sampel untuk menilai antara kelompok dislipidemia dan tanpa dislipidemia terhadap kelompok stroke berulang dan stroke yang tidak berulang pada rancang rancangan analitik cross sectional yang menggunakan rumus besar sampel sebagai berikut: n1 = n2===N= 52Penjelasan : a. P:(P1 + P2)/2b. Z: Nilai pada distribusi normal standar untuk (1,96 untuk sebesar 5%)c. Z: Nilai pada distribusi normal standar untuk (0,8 untuk sebesar 20%)d. P1: Proporsiefek pada kelompok kasus (56%)e. P2: Proporsiefek pada kelompok kontrol (32%)Berdasarkan rumus besar sampel di atas jumlah sampel minimal 52, diperkirakan drop out 10% sehingga jumlah masing-masing kelompok adalah 57 pasien dan sampel keseluruhan adalah 114 pasien.

3.4 Identifikasi Variabel Penelitiana. Variabel tergantung pada penelitian ini adalah stroke berulangb. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dislipidemia yang mempunyai 4 aspek, yaitu : i. HDL plasma rendah ii. LDL plasma tinggiiii. Hiperkolesterolemia iv. Hipertrigliseridemia c. Variabel perancu pada penelitian ini adalah faktor risiko penyebab stroke berulang selain dislipidemia, di antaranya usia, jenis kelamin, hipertensi, dibetes melitus, riwayat penyakit jantung, merokok, dan konsumsi alkohol.

3.5 Definisi Operasional3.5.1 Stroke berulangStroke berulang didefinisikan sebagai kejadian serebrovaskular baru yang terjadi setelah stroke sebelumnya telah stabil(Demirci et al, 2010). Stroke berulang juga dapat didefinisikan menurut salah satu kondisi di bawah ini:a. merupakan suatu kejadian yang mengakibatkan defisit neurologi yang berbeda dengan stroke yang pertama. b. kejadian stroke ini melibatkan pembuluh darah dan bagian otak yang berbeda dari stroke yang pertama. c. merupakan kejadian dengan subtipe stroke yang berbeda dengan stroke yang pertama (Moroney et al, 1998).Skala pengukuran : nominal 3.5.2 DislipidemiaDislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserid, serta penurunan kolesterol HDL (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2012). Skala pengukuran : nominal 3.5.3 HDL plasma rendahApabila kadar HDL plasma kurang dari sama dengan 40 mg/dL (NCEP ATP III, 2002).Skala pengukuran : nominal 3.5.4 LDL plasma tinggiApabila kadar LDL plasma lebih dari sama dengan 190 mg/dL (NCEP ATP III, 2002).Skala pengukuran : nominal 3.5.5 HiperkolesterolemiaApabila kadar kolesterol totallebih dari sama dengan 240 mg/dL (NCEP ATP III, 2002).Skala pengukuran : nominal 3.5.6 Hipertrigliseridemia Apabila kadar trigliseridlebih dari sama dengan 200 mg/dL (NCEP ATP III, 2002).Skala pengukuran : nominal 3.5.7 Usia Batasan usia yang dipakai < 65 tahun sampai 85 tahun (Friday et al, 2002). Skala pengukuran : ordinal3.5.8 Jenis kelaminDibedakan laki-laki dan perempuan Skala pengukuran : nominal3.5.9 Hipertensi Keterangan yang didapat dari rekam medik bahwa pasien pernah didiagnosis sebagai penderita hipertensi atau pada pemeriksaan didapatkan data tekanan darah sistolik 140mmHg dan diastolik 90 mmHg, yang tercatat di rekam medik (Friday et al, 2002). 3.5.10 Diabetes melitus Keterangan yang didapat dari rekam medik bahwa pasien pernah didiagnosis sebagai penderita diabetes melitus atau pada pemeriksaan didapatkan data kadar gula darah sewaktu 200 mg/dl dan kadar gula darah puasa 126 mg/dl (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2006). 3.5.11 Riwayat penyakit jantungSubjek penelitian yang pernah terdiagnosis oleh dokter mempunyai riwayat penyakit jantung seperti gagal jantung dan atrial fibrilasi. Pengukuran data diperoleh dari data anamnesis rekam medik.Skala pengukuran : nominal 3.5.12 MerokokSubjek penelitian yang memiliki kebiasaan merokok. Pengukuran data diperoleh dari data anamnesis rekam medik. Skala pengukuran : nominal3.5.13 Konsumsi alkoholSubjek penelitian yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Pengukuran data diperoleh dari data anamnesis rekam medik. Skala pengukuran : nominal

3.6 Materi Penelitian Materi penelitian meliputi alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian, yaitu: a. Sumber data yang akan digunakan sebagai bahan adalah data rekam medik RS.Bethesda periode Januari 2013 Desember 2013.b. Alat yang digunakan untuk mengolah data rekam medik adalah program Minitab/ SPSS.3.7 Teknik Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah menggunakan rekam medis yang berisi data khususnya tentang penyakit stroke berulang dan dislipidemia. Data yang didapat akan dijamin kerahasiaannya dan hanya peneliti yang mengetahuinya. Kerahasiaan data subjek dilakukan dengan teknik koding yaitu pengkodean data subjek dengan menggunakan sistem penomoran pada tiap subjeknya.

3.8 Pelaksanaan Penelitian3.8.1 Alur PenelitianUntuk melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan prosedur yang sistematis dengan alur penelitian dan skema sebagai berikut :

Stroke berulang (+)n=...Stroke berulang (-)n=...Dislipidemia (-)n=...Pasien penderita stroke iskemik berulang 1 Januari 2013-Desember 2013 dan dirawat inap di RS BethesdaPopulasi penelitianStroke berulangn=...Kriteria inklusi Kriteria eksklusiQuota samplingStroke berulang (+)n=...Dislipidemia (+)n=...Stroke berulang (-)n=...HDLrendahLDLtinggihiperkolestrolemiahipertrigliseridemiaAnalisa statistik

Gambar 4 Skema Penelitian3.8.2 Jadwal Kegiatan Penelitian Tabel 4 Jadwal PenelitianNoTahapKegiatanWaktu

1PersiapanPembuatan proposalSeptember 2013 - Desember 2013

2PelaksanaanSeleksi subyek,pengumpulan dataJuni 2014

3PenyelesaianPengolahan data,penulisan laporanJuli 2014 Agustus 2014

3.9 Analisis Data Formula atau rumusan yang digunakan untuk hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel sebabagai berikut : Tabel 5 Variabel Skala Penelitian dan Analisis StatistikJenis VariabelVariabelSkala PengukuranUji Hipotesis

Variabel TergantungStroke berulangNominalChi-Square test

Variabel BebasDislipidemiaNominalChi-Square test

HDL rendahNominalChi-Square test

LDL tinggiNominalChi-Square test

HiperkolesterolemiaNominalChi-Square test

HipertrigliseridemiaNominalChi-Square test

Variabel PerancuUsia Ordinal Chi-Square test

Jenis kelaminNominalChi-Square test

Hipertensi NominalChi-Square test

Diabetes MelitusNominalChi-Square test

Riwayat penyakit jantungNominalChi-Square test

Merokok NominalChi-Square test

Konsumsi alkoholNominalChi-Square test

DAFTAR PUSTAKA

1