Proposal

49
PERBANDINGAN EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT DAN KOMPRES DINGIN UNTUK MENGURANGI INTENSITAS NYERI PASCA OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PROPOSAL Disusun oleh: FANNI SATRIA YUWIGUNA NIM.1011112635 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2014

description

sadasdas

Transcript of Proposal

  • PERBANDINGAN EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT DAN KOMPRES DINGIN UNTUK MENGURANGI INTENSITAS NYERI PASCA OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU

    PROPOSALDisusun oleh:FANNI SATRIA YUWIGUNANIM.1011112635PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAUPEKANBARU2014

  • A. Latar belakangFraktur adalah retak atau patah pada tulang yang utuh (Helmi, 2011). Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, berupa trauma langsung & tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Mayoritas penyebab fraktur kecelakaan lalu lintas. Traumatrauma lain yang dapat menyebabkan fraktur adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja dan cedera olahraga (Utama, 2008).

  • WHO 2005 > 7 juta orang meninggal akibat kecelakaan 2 juta orang mengalami kecacatan fisik fraktur ekstremitas bawah, sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi . Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Depkes RI 2007 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8%), dari 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5%), dari 14.127 trauma benda tajam/tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7%).

  • Pembedahan salah satu penatalaksanaan fraktur, dengan insisi yang merupakan trauma bagi penderita menimbulkan keluhan yang sering ditemukakan adalah nyeri (Sjamsuhidajat & Jong, 2005).

    Nyeri yang dialami klien pasca pembedahan adalah nyeri akut, mengancam penyembuhan klien pasca operasi sehingga menghambat kemampuan klien untuk terlibat aktif dalam mobilisasi, rehabilitasi, dan hospitalisasi menjadi lama (Potter & Perry, 2005).

  • Tujuan dari manajemen nyeri pasca operasi adalah untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit dan ketidaknyamanan pasien dengan efek samping seminimal mungkin (Potter & Perry, 2005).

    Manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu farmakologi dan nonfarmakologi. Salah satu intervensi yang efek sampingnya minimal adalah penatalaksanaan nonfarmakologi seperti kompres dingin dan kompres hangat (Lukman & Ningsih, 2008).

  • Penelitian Khodijah (2011) di RSUP H. Adam Malik Medan diketahui kompres dingin dapat menurunkan intensitas nyeri pada pasien fraktur .

    Air dingin juga bermanfaat untuk mengurangi pembengkakan, memar dan menutup pori-pori (Potter & Perry, 2005).

  • Kompres hangat digunakan untuk mengurangi nyeri, misalnya pada keluhan nyeri/sakit kepala, kaki kram, nyeri pada leher yang kaku, serta dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada kaki yang terkilir.

    Kompres hangat bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat dan memberikan ketenangan pada klien (Lukman & Ningsih, 2009).

  • Studi pendahuluan di RSUD Arifin Achmad diperoleh data bulan Januari Desember 2013 80 kasus fraktur. Fraktur ekstremitas bawah (femur, pedis, tibia dan fibula) 60 kasus dan fraktur pada ekstremitas atas (humerus dan manus) 20 kasus. Wawancara peneliti pada pasien keluhan utama adalah nyeri, pasien merasakan nyeri pada fraktur pasca operasi saat efek analgetik telah habis. Informasi dari perawat ruangan, untuk mengatasi nyeri diberikan obat analgetik saja dan tidak pernah diberi kompres untuk mengatasi nyeri yang dirasakan pasien tersebut.

  • Beberapa penelitian telah membahas mengenai manfaat kompres hangat dan dingin dalam mengurangi intensitas nyeri pada pasien fraktur, namun belum adanya penelitian untuk membandingkan efektifitas kompres hangat dan dingin dalam satu penelitian untuk mengurangi nyeri pasca operasi.

    Hasil penelitian ini diharapkan diterapkan dalam tindakan mandiri perawat untuk mengurangi intensitas nyeri pada pasien fraktur pasca operasi

  • B. Rumusan masalahPada penelitian ini rumusan masalah yang dibuat adalah bagaimana perbandingan efektifitas kompres hangat dan kompres dingin untuk mengurangi intensitas nyeri pasca operasi pada pasien fraktur di RSUD Arifin Achmad?

  • C. Tujuan penelitian

    Tujuan UmumMengetahui perbandingan efektifitas kompres hangat dan kompres dingin untuk mengurangi intensitas nyeri pasca operasi pada pasien fraktur di RSUD Arifin Achmad

    Tujuan KhususMengidentifikasi nyeri fraktur sebelum dan sesudah intervensi kompres hangat dan kompres dingin.Mengidentifikasi penurunan intensitas nyeri fraktur sebelum dan sesudah intervensi kompres hangat dan kompres dingin.Membandingkan penurunan intensitas nyeri antara kompres hangat dan kompres

  • D. Manfaat penelitian

    Mahasiswa KeperawatanRSUD Arifin Achmad PekanbaruMasyarakatBagi PenelitiPeneliti lainPerkembangan ilmu keperawatan

  • A. Tinjauan TeoriFraktur (patah tulang): Terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer, 2009). Hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun parsial (Rasjad, 2009). Dapat di simpulkan bahwa Fraktur adalah terputusnya kontiunutas tulang, yang utuh yang biasanya disebabkan oleh ruda paksa atau trauma yang ditentukan oleh jenis dan luas trauma.

  • 2. Epidemiologi WHO (2000-2010) dekade tulang dan persendian. Dengan Kecelakaan lalu lintas , 2 juta pasien fraktur (WHO 2005)traumatrauma lain yang dapat menyebabkan fraktur adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja dan cedera olah raga (Utama, 2008). Depkes RI 200745.987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8%).

  • 3. Etiologi Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Smletzer, 2009). Tekanan berlebih dalam tulang, sering berhubungan dengan pekerjaan, olah raga, atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor (Rasjad, 2009). Trauma langsung benturan pada berupa trauma tidak langsung misalnya jatuh tertumpu pada tulang tibia (Lukman & Ningsih, 2009).

  • 4. Patofisiologi Fraktur tulang mengakibatkkan luka terbuka dilakukkan cara reduksi interna dengan pembedahan trauma pada jaringan kerusakan integritas kulit rasa nyeri Jika kerusakkan integritas tidak teratasi resiko infeksi. Apabila luka tertutup penurunan aktivitas sehingga terjadi kerusakkan mobilitas fisik. Setelah pembedahan selesai tulang mengadakan atau mengalami proses penyembuhan, memerlukan proses agak lambat, karena melibatkan pembentukan tulang baru. (Corwin, 2009).

  • 5. Manifestasi klinisPasien mengeluhan nyeri, deformitas, hematoma yang jelas, dan edema.

    Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus, pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera (Lukman & Ningsih, 2009).

  • Patah tulang terbuka dibagi menjadi tiga derajat yaitu : Derajat I, terdapat luka tembus kecil seujung jarum, Derajat II, luka lebih besar disertai dengan kerusakan kulit subkutis. Kadang- kadang ditemukan adanya benda-benda asing disekitar luka. Derajat III, luka lebih besar dibandingkan dengan lunak pada derajat II. Kerusakan lebih hebat karena sampai mengenai tendon dan otot-otot saraf tepi

  • Tipe fraktur (Rasjad, 2009)

  • 6. Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan secara UmumPenting untuk melakukan pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing) dan sirkulasi (circulation). Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru lakukan anamnesis , pemeriksaan fisik secara terperinci dan pemeriksaan penunjang(Sjamsuhidayat & Jong, 2005).

  • Penatalaksanaan KedaruratanImobilisasi bagian tubuh segara sebelum pasien dipindahkan. Bila pasien yang mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan sebelum dapat dilakukan pembidaian,. Gerakan fragmen patahan tulang dapat menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan lunak dan perdarahan lebih lanjut (Sjamsuhidayat & Jong, 2005).

    c. Prinsip-prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi (Sjamsuhidayat & Jong, 2005).

  • Nyeri pasca operasiNyeri yang dirasakan akibat dari hasil pembedahan. Aspek dari nyeri post operasi adalah untuk menyelidiki adanya pengalaman nyeri yang mencakup persepsi dan perilaku tentang nyeri (Sjamsuhidayat & Jong, 2005).

    Sensasi nyeri mulai terasa sebelum kesadaran klien kembali penuh, dan semakin meningkat seiring dengan berkurangnya pengaruh anestesi. Bentuk nyeri yang dialami oleh klien pasca pembedahan adalah nyeri akut karena adanya luka insisi bekas pembedahan (Potter & Perry, 2005).

  • Skala intensitas nyeri (Herr,2004)

  • Terapi kompres hangatTujuan dari kompres hangat adalah pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot tubuh lebih rileks, menurunkan rasa nyeri, dan mempelancar pasokan aliran darah dan memberikan ketenangan pada klien (Lukman & Ningsih 2010).

    Dampak fisiologis dari kompres hangat pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot tubuh lebih rileks, menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri, dan memperlancar pasokan aliran darah (Sigit, 2010).

  • Terapi kompres hangat dilakukan selama 20 menit dengan 1 kali pemberian pada suhu 45-50,50C. dan pengukuran intensitas nyeri dilakukan dari menit ke 15-20 selama tindakan (Lukman & Ningsih, 2009).

  • Terapi kompres dingin Tujuan kompres dingin adalah menghilangkan rasa nyeri akibat trauma atau edema, mencegah kongesti kepala, memperlambat denyut jantung, mempersempit pembuluh darah dan mengurangi arus darah lokal.

    Kompres dingin menimbulkan efek lokal analgesik, menurunkan aliran darah ke area yang mengalami cedera, menurunkan inflamasi, meningkatkan treshold atau ambang batas reseptor nyeri untuk kemudian menurunkan nyeri. (Potter & Perry, 2005).

  • Untuk memberikan efek terapetik suhu kompres dingin yang diberikan berkisar antara 0-50C. Jenis pengobatan ini memegang peranan yang tidak kalah pentingnya dengan pengobatan medikamentosa. Tindakan ini merupakan tindakan pencegahan terhadap kecacatan dan bila sudah terjadi cacat, digunakan untuk rehabilitasi (Arovah, 2010).

  • B.Kerangka Penelitian

    Skema : Perbandingan efektifitas kompres hangat dan kompres dingin terhadap penurunan intensitas nyeri pasca operasi pada pasien fraktur

    Pasien post op frakturnyerinyeriKompres hangatKompres dinginnyerinyeri

  • C. Hipotesa Penelitian

    Hipotesa nol (H0)Tidak ada perbedaan efektifitas kompres hangat dan kompres dingin untuk mengurangi intensitas nyeri pasca operasi pada pasien fraktur di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

    Hipotesa alternatif (Ha)Ada perbedaan efektifitas kompres hangat dan kompres dingin untuk mengurangi intensitas nyeri pasca operasi pada pasien fraktur di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

  • A. Desain penelitianJenis penelitian pada penelitian ini adalah quasy eksperiment dengan rancangan pretest and posttest design with two comparison treatments.

  • B. Tempat dan waktu penelitian

    Penelitian ini dilakukan di ruang rawat bedah RSUD Arifin AchmadKegiatan penelitian ini dimulai dari persiapan hingga seminar hasil penelitian, dimulai dari bulan Agustus sampai Oktober 2014.

  • C. Populasi dan sampelJumlah pasien post op fraktur di ruangan bedah tahun 2013 tercatat 80 kasus yang mengalami fraktur. Fraktur ekstremitas bawah (femur, pedis, tibia dan fibula) sebanyak 60 kasus dan fraktur pada ekstremitas atas (humerus dan manus) sebanyak 20 kasus.

    Sampel pada penelitian ini yaitu 30 orang pasien post op fraktur terdiri dari 15 orang dengan perlakuan kompres hangat dan 15 orang pasien post op fraktur dengan kompres dingin.

  • Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:Bersedia menjadi responden.Pasien post op hari ke 3Fraktur ekstremitas bawah(fibia,pedis,fibula,dan tibia)Pasien post op fraktur kecuali fraktur didaerah kepala.Pasien > 18 tahun dan < 60 tahunPasien sadar.Pasien tidak dalam pengaruh analgetik (24 jam post op atau setelah 24 jam pasien masih mendapatkan analgetik, waktu penelitian ditunda hingga 6-8 jam sampai tidak ada efek analgetik pada pasien).

  • D. Etika penelitianPenelitian ini dilakukan berdasarkan prosedur yang telah ditentukan oleh PSIK UR diawali dengan mengajukan surat permohonan izin kepada ketua prodi, direktur RSUD AA dan kepala ruangan.

    Peneliti meminta ketersediaan pasien untuk menjadi responden dengan memperhatikan:Informed consentAnonymity Confidentiality

  • E. Alat pengumpulan dataLembar observasi yang berisikan biodata responden dan skala intensitas nyeri numerik 0-10.

    Metode yang digunakan untuk mengetahui perubahan skala intensitas nyeri sebelum dan sesudah perlakuan adalah memilih skala intensitas nyeri 0-10 yang ada pada lembar observasi.

  • F. Prosedur pengumpulan dataProposal penelitian mendapat persetujuan dari pembimbing, mengurus surat izin penelitian ke PSIK UR.Surat diteruskan ke bidang pendidikan dan pelatihan RSUD Arifin Achmad untuk mendapatkan izin melakukan penelitian.Meminta izin kepada kepala ruangan perawatan bedah RSUD Arifin Achmad.Melakukan pengecekan kriteria inklusi pada pasien yang akan dijadikan responden.

  • Berkenalan dengan calon responden serta menjelaskan, tujuan, prosedur dan manfaat penelitian serta menjamin terhadap hak-hak responden dan penandatangan informed consent.

    Responden menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang diberikan kompres hangat dan diberikan kompres dingin. 15 orang pertama yang sesuai dengan kriteria inklusi pada kelompok kompres hangat dan 15 orang selanjutnya pada kelompok kompres dingin.

  • Pada kedua kelompok diukur skala intensitas nyeri numerik 0-10.

    Kompres hangat dilakukan tindakan dengan mengisi kantung karet dengan air hangat dengan suhu 45-50,50C, masukkan kantung karet kedalam kain, tempatkan kantung karet pada daerah fraktur pasca operasi, angkat kantung karet tersebut setelah 15 menit, kemudian ganti air yang berada di kantung karet dengan air hangat yang baru. Catat perubahan intensitas nyeri yang terjadi selama kompres dilakukan pada menit ke 15

  • Ukur kembali perubahan skala nyeri dengan intensitas nyeri numerik 0-10.

    Kompres dingin dilakukan tindakan pada pasien diantaranya siapkan semua peralatan yang diperlukan misalnya kantong es atau cold pack disposible dan termometer untuk memastikan suhu 0-50C. Cara melakukannya buka area yang akan dipasang kompres, atur posisi pasien sesuai kebutuhan, letakkan kantong es pada area yang dikehendaki selama 15 menit

  • Setelah diberikan kompres dingin ukur kembali perubahan skala nyeri dengan intensitas nyeri numerik 0-10.

    Setelah pengumpulan data selesai, maka dianalisa dengan menggunakan metode statistik.

  • G. Definisi operasional

  • H. Analisa data Editing (pemeriksaan)Coding (pengkodean)Entry data (memasukkan data)Cleaning data (merapikan)Processing (pengolahan data)Analyzing (penilaian)

  • Analisa univariat mendapatkan gambaran tentang karakteristik responden penyebaran dan distribusi skala nyeri sebelum dan sesudah diberi perlakuan antara kelompok yang diberi kompres hangat dan kompres dingin.

  • Analisa bivariat Uji dependen T test mengetahui apakah ada perbandingan rata-rata skala nyeri sebelum dan setelah diberi perlakuan pada kelompok yang diberi kompres hangat dan kelompok yang diberi kompres dingin.

    Uji independent sample T test melihat perbandingan rata-rata perubahan skala nyeri antara kelompok pemberian kompres hangat dan kelompok kompres dingin. Derajat kemaknaan () yang digunakan pada uji ini adalah 0,05.