Proposal
-
Upload
wayan-mustika -
Category
Documents
-
view
220 -
download
2
description
Transcript of Proposal
-
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sulawesi Tenggara khususnya Kabupaten Konawe memiliki banyak sumber
material yang dapat digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan khususnya sebagai
material campuran beton seperti batu pecah dan pasir. Diantara sedemikian banyak
sumber material tersebut adalah batu pecah Pudonggala yang terletak di desa
Pudonggala kecamatan Lasolo, batu pecah Tanggobu yang terletak di desa Tanggobu
kecamatan Lambuya, pasir Pohara yang terletak di desa Pohara kecamatan Sampara,
dan pasir Konawe yang terletak di desa Konawe kecamatan Wawotobi.
Material-material tersebut telah banyak dan sering dimanfaatkan oleh penduduk
sekitarnya sebagai bahan bangunan khususnya rumah tinggal, selain itu pula material-
material tersebut telah banyak digunakan sebagai bahan campuran beton pada
berbagai proyek pemerintah maupun swasta di sekitar kabupaten Konawe.
Sebagai bahan campuran beton, kualitas dari masing-masing material yang
digunakan dalam campuran tersebut sangat menentukan kuat tekan beton yang akan
dihasilkan, gabungan antara batu pecah dan pasir yang digunakan memerlukan
komposisi campuran (mix desain) yang tepat dan benar sehingga material-material
tersebut di atas akan memberikan nilai kuat tekan yang optimum jika digabungkan
satu dengan yang lainnya.
Dalam menentukan komposisi campuran yang tepat antara material-material
tersebut di atas, diperlukan adanya pemeriksaan dan uji laboratorium terhadap
-
2
karakteristik masing-masing material yang digunakan untuk selanjutnya dibuatkan
analisa komposisi campuran yang tepat dan pencampuran sesuai komposisi campuran
tersebut sebelum dilakukan uji kuat tekan di laboratorium.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang komposisi dan kuat tekan beton dengan menggunakan material
batu pecah Pudonggala, batu pecah Tanggobu, pasir Pohara dan pasir Konawe yang
digabungkan secara silang diantara keempat material tersebut dengan mengambil
judul penelitian Analisis Komposisi dan Kuat Tekan Beton Dengan
Menggunakan Material Dari Beberapa Tempat Di Kabupaten Konawe.
1.2. RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH
Material batu pecah Pudonggala, batu pecah Tanggobu, pasir Pohara dan pasir
Konawe akan dicampur secara silang sebagai berikut :
- Campuran antara batu pecah Pudonggala dan pasir Pohara
- Campuran antara batu pecah Pudonggala dan pasir Konawe
- Campuran antara batu pecah Tanggobu dan pasir Pohara
- Campuran antara batu pecah Tanggobu dan pasir Konawe
Keempat macam campuran di atas di duga akan menghasilkan komposisi
campuran dan nilai kuat tekan yang berbeda-beda.
Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap ruang lingkup dalam penelitian ini,
maka penulis membatasi pokok bahasan sebagai berikut :
-
3
- Pemeriksaan material dibatasi pada kebutuhan pemeriksaan untuk
perencanaan campuran beton.
- Metode perancangan campuran adukan beton menggunakan metode adukan
beton cara Inggris atau cara DOE (Departement of Environment) yang
merupakan standar perencanaan yang di gunakan di Indonesia.
- Mutu beton yang digunakan dalam perencanaan adalah mutu beton K.225
dan beton K.300.
- Umur beton yang digunakan untuk uji kuat tekan adalah umur beton 7 hari
dan 28 hari.
1.3. TUJUAN DAN KEGUNAAN
Penelitian dan penulisan tugas akhir ini dilaksanakan dalam rangka untuk
memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana
teknik pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lakidende.
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan informasi
bagi masyarakat dan pihak lain yang memerlukan khususnya masyarakat di
kabupaten Konawe tentang komposisi campuran yang baik yang dapat memberikan
kuat tekan yang tinggi pada campuran beton dengan menggunakan material-material
tersebut di atas.
Secara khusus penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk mengetahui hasil-
hasil berikut :
- Komposisi campuran dan nilai kuat tekan yang dihasilkan dari campuran batu
pecah Pudonggala dan pasir Pohara.
-
4
- Komposisi campuran dan nilai kuat tekan yang dihasilkan dari campuran batu
pecah Pudonggala dan pasir Konawe.
- Komposisi campuran dan nilai kuat tekan yang dihasilkan dari campuran batu
pecah Tanggobu dan pasir Pohara.
- Komposisi campuran dan nilai kuat tekan yang dihasilkan dari campuran batu
pecah Tanggobu dan pasir Konawe.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Semen Portland
Semen portland ialah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat
hidrolis dengan gips sebagai bahan tambahan. Semen portland merupakan bahan ikat
yang penting dan banyak dipakai dalam pembangunan fisik. Di dunia sebenarnya
terdapat berbagai macam semen, dan tiap macamnya digunakan untuk kondisi-
kondisi tertentu sesuai dengan sifat-sifatnya yang khusus.
Suatu semen jika diaduk dengan air akan terbentuk adukan pasta semen,
sedangkan jika diaduk dengan air kemudian ditambah pasir menjadi mortar semen
dan jika ditambah lagi dengan kerikil/batu pecah disebut beton. Bahan-bahan tersebut
dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu bahan aktif dan bahan pasif.
Kelompok aktif yaitu semen dan air, sedangkan yang pasif yaitu kerikil dan pasir
(disebut agregat, agregat kasar dan agregat halus). Kelompok yang pasif disebut
bahan pengisi sedangkan yang aktif disebut perekat/pengikat.
-
5
Fungsi semen ialah untuk merekatkan butir-butir agregat agar menjadi suatu
massa yang kompak/padat. Selain itu juga untuk mengisi rongga-rongga diantara
butiran agregat. Walaupun semen hanya mengisi kira-kira 10% saja dari volume
beton, namun karena merupakan bahan yang aktif maka perlu dipelajari maupun
dikontrol secara ilmiah.
2.1.1 Sifat-Sifat Semen Portland
a. Susunan Kimia
Karena bahan dasarnya terdiri dari bahan-bahan yang terutama mengandung
kapur, silika, alumina, dan oksida besi, maka bahan-bahan ini menjadi unsur-unsur
pokok semennya. Sebagai hasil perubahan susunan kimia yang terjadi diperoleh
susunan kimia yang kompleks, namun pada semen biasa dapat dilihat sebagaimana
pada tabel 2.1. oksida-oksida tersebut berinteraksi satu sama lain untuk membentuk
serangkaian produk yang lebih kompleks selama proses peleburan.
Tabel 2.1. Susunan unsur semen biasa Oksida Persen
Kapur, CaO Silika, SiO2
Alumina, Al2O3
Besi, Fe2O3
Magnesia, MgO
Sulfur, SO3
Soda/Potash Na2O+K2O
60 65 17 25
3 8
0.5 6 0.5 4 1 2
0.1 1
Sumber : Teknologi Beton, Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996 - Hal. 06
-
6
Walaupun demikian, pada dasarnya dapat disebutkan 4 unsur yang paling
penting. Keempat unsur itu ialah :
- Trikalsium silikat (C3S) atau 3CaO.SiO2
- Dikalsium silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2
- Trikalsium aluminat (C3A) atau 3CaO.Al2O3
- Tetrakalsium aluminoferit (C4 AF) atau 4CaO.Al2O3.Fe2O3
Dua unsur pertama (C3S dan C2S) biasanya merupakan 70 sampai 80 persen
dari semen sehingga merupakan bagian yang paing dominan dalam memberikan sifat
semen. Bila semen terkena air, C3S segera mulai berhidrasi, dan menghasilkan panas.
Selain itu juga berpengaruh besar terhadap pengerasan semen., terutama sebelum
mencapai umur 14 hari, sebaliknya C2S bereaksi dengan air lebih lambat sehingga
hanya berpengaruh terhadap pengerasan semen setelah berumur lebih dari 7 hari, dan
memberikan kekuatan akhir. Unsur C2S ini juga membuat semen tahan terhadap
serangan kimia (chemical attack) dan juga mengurangi besar susutan pengeringan.
Kedua unsur pertama ini membutuhkan air berturut-turut sekitar 24 dan 21 persen
beratnya untuk terjadinya reaksi kimia, namun C3S, namun C3S
Perubahan komposisi kimia semen yang dilakukan dengan cara mengubah
persentase 4 komponen utama semen dapat menghasilkan beberapa jenis semen
sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen portland di Indonesia dibagi
menjadi 5 jenis, yaitu :
-
7
Jenis I : Semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan-persyaratan khusus seperti yang diisyaratkan pada jenis-
jenis lain.
Jenis II : Semen porland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
Jenis III : Semen portland yang dalam penggunaanya menuntut persyaratan
kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan terjadi.
Jenis IV : Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan panas
hidrasi yang rendah.
Jenis V : Semen porland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan sangat
tahan terhadap sulfat.
2.2. Agregat
Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini menempati kira-kira sebanyak 70%
volume mortar atau beton. Walaupun namanya hanya sebagai bahan pengisi, akan
tetapi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat terhadap sifat-sifat
mortar/betonnya, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam
pembuatan mortar/beton.
Dalam praktek agregat umumnya digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu :
a. Batu, untuk besar butiran lebih dari 40 mm.
b. Kerikil, untuk butiran antara 5 mm dan 40 mm
-
8
c. Pasir untuk butiran antara 0,15 mm dan 5 mm.
Agregat harus mempunyai bentuk yang baik (bulat atau mendekati kubus).
Bersih, keras, kuat dan gradasinya baik. Agregat harus pula mempunyai kestabilan
kimiawi, dan dalam hal-hal tertentu harus tahan aus dan tahan cuaca.
2.2.1. Berat Jenis Agregat
Agregat dapat dibedakan berdasarkan berat jenisnya, yaitu agregat normal,
agregat berat dan agregat ringan.
Agregat normal ialah agregat yang berat jenisnya antara 2,5 sampai 2,7. agregat
ini biasanya berasal dari agregat granit, basalt, kuarsa, dan sebagainya. Beton yang
dihasilkan berberat jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan antara 15 Mpa (150 Kg/cm2)
sampai 40 Mpa (400 Kg/cm2). Betonnyapun disebut beton normal.
Agregat berat berberat jenis lebih dari 2,8 misalnya magnetik (Fe3 O4), barytes
(BaSO4), atau serbuk besi. Beton yang dihasilkan juga berat jenisnya tinggi (sampai
5), yang efektif sebagai dinding pelindung radiasi sinar X.
Agregat ringan mempunyai berat jenis kurang dari 2,0 yang biasanya dibaut
untuk nonstruktural, akan tetapi dapat pula untuk beton struktural atau blok dinding
tembok. Kebaikannya ialah berat sendiri yang rendah sehingga strukturnya ringan dan
fondasinya lebih kecil.
Bila suatu agregat kering beratnya W, maka diperoleh berat jenisnya adalah :
b.j. = W / Vb
dimana Vb = Volume butiran agregat.
(Teknologi Beton, Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996 - Hal. 17)
-
9
2.2.2. Ukuran Maksimum Butir Agregat
Adukan beton dengan tingkat kemudahan pengerjaan yang sama atau beton
dengan kekuatan yang sama, akan membutuhkan semen yang lebih sedikit apabila
dipakai butir kerikil yang besar-besar. Oleh karena itu, untuk mengurangi jumlah
semen (sehingga biaya pembuatan beton berkurang) dibutuhkan ukuran butir-butir
maksimum agregat yang sebesar-besarnya. Pengurangan jumlah semen juga berarti
pengurangan panas hidrasi, dan ini berarti mengurangi kemungkinan beton untuk
retak akibat susut atau perbedaan panas yang besa. Walaupun demikian, besar butir
maksimum agregat (dapat juga diartikan ukuran maksimum butir kerikil/batu pecah)
tidak dapat terlalu besar, karena ada faktor-faktor lain yang membatasi. Faktor-faktor
yang membatasi besar butir maksimum agregat adalah :
a. Ukuran maksimum butir agregat tidak boleh lebih besar dari kali jarak bersih
antar baja tulangan atau antara baja tulangan dengan cetakan.
b. Ukuran maksimum butir agregat tidak boleh lebih besar dari 1/3 kali tebal plat.
c. Ukuran maksimum butir agregat tidak boleh lebih besar dari 1/5 kali jarak
terkecil antara bidang samping cetakan.
Dengan pertimbangan tersebut di atas, maka ukuran maksimum butir agregat
umumnya dipakai 10 mm, 20mm, 30 mm, atau 40 mm. Jika tidak dipakai baja
tulangan, misalnya beton untuk pondasi sumuran, ukuran maksimum agregat dapat
sebesar 150 mm.
2.2.3. Gradasi Agregat
-
10
Gradasi agregat ialah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butir butir
agregat mempunyai ukuran yang sama (seragam) volume pori akan besar. Sebaliknya
bila ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini
karena butiran yang kecil mengisi pori di antara butiran yang lebih besar, sehingga
pori-porinya menjadi sedikit , dengan kata lain kepampatannya tinggi.
Sebagai pernyataan gradasi dipakai nilai persentase dari berat butiran yang
tertinggal atau lewat di dalam suatu susunan ayakan. Susunan ayakan itu ialah ayakan
dengan lubang : 76 mm (3), 38 mm (11/2), 19 mm (3/4), 9,6 mm (3/8) , 4,80 mm
(No. 4), 2,40 mm (No. 8), 1,20 mm (No. 16), 0,60 mm (No. 30), 0,30 mm (No. 50),
dan 0, 15 mm (No. 100).
Menurut peraturan di inggris (British Standard)yang juga dipakai di Indonesia
saat ini (dalam SK - SNI- T - 15 1990 03) kekasaran pasir dapat dibagi menjadi
empat kelompok menurut gradasinya, yaitu pasir halus, agak halus, agak kasar, dan
kasar, sebagaimana tampak pada tabel 2.1 dan Gambar 2.1. adapun gradasi kerikil
yang baik sebaiknya masuk di dalam batas-batas yang tercantum dalam Tabel 2.2 dan
Gambar 2.2.
Tabel 2.1. Gradasi Pasir
(mm) ASTM10 3/8" 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 1004,8 No.4 90 - 100 90 - 100 90 - 100 95 - 1002,4 No.8 60 - 95 75 - 100 85 - 100 95 - 1001,2 No.16 30 - 70 55 - 90 75 - 100 90 - 1000,6 No.30 15 - 34 35 - 59 60 - 79 80 - 1000,3 No.50 5 - 20 8 - 30 12 - 40 15 - 50
0,15 No.100 0 - 10 0 - 10 0 - 10 0 - 15
Daerah I Daerah II Daerah IIILubang Ayakan Persen berat butir yang lewat ayakan
Daerah IV
-
11
Sumber : Teknologi Beton, Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996 - Hal. 21
Gambar 2.1. Kurva Gradasi Pasir
Tabel 2.2. Gradasi Kerikil
Sumber : Teknologi Beton, Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996 - Hal. 22
Gambar 2.2. Kurva Gradasi Kerikil
40 1 1/2" 95 - 100 100 100 10020 3/4" 30 - 70 95 - 10010 3/8" 10 - 35 25 - 554,8 No.4 0 - 5 0 - 10
20 mm
Persen butir yang lewat ayakanBesar butir maksimum :
Lubang Ayakan
(mm) ASTM 40 mm
40
60
80
100
120
Butir
Lo
los
Aya
kan
(%
)
I
II
III
IV
0
20
40
60
80
100
120
104,82,41,20,60,30,15Lubang Ayakan (mm)
Bu
tir Lo
los
A
yaka
n (%
)Sumber : Teknologi Beton, Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996 - Hal. 41
-
12
Sumber : Teknologi Beton, Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996 - Hal. 41
Oleh peraturan tersebut (yang dibuat berdasarkan hasil-hasil penelitian
sebelumnya) telah ditetapkan bahwa untuk campuran beton dengan diameter
maksimum agregat sebesar 40 mm, 30mm, 20mm, 10mm, gradasi agregatnya
(campuran pasir dan kerikil/batu pecah) harus berada di dalam batas-batas yang
tertera dalam tabel 2.3, 2.4, 2.5, dan 2.6 atau kurva yang tampak pada Gb. 2.3,
Gb.2.4, Gb,2.5, dan 2.6. Pada gambar tersebut, bila gradasi agregat campuran masuk
dalam kurva 1 dan kurva 2 akan diperoleh adukan beton yang kasar, cocok untuk
faktor air semen rendah, mudah dikerjakan namun mudah terjadi pemisahan kerikil.
Bila gradasi campuran masuk dalam kurva 3 dan kurva 4 akan diperoleh adukan
beton yang halus, tampak lebih kohesif, lebih sulit dikerjakan sehingga perlu faktor
40 mm 20 mm
-
13
air semen agak tinggi. Gradasi campuran yang ideal ialah yang masuk dalam kurva 2
dan kurva 3.
Tabel 2.3. Persen butir yang lewat ayakan, (%) untuk agregat dengan butir maksimum 40 mm
Lubang Ayakan Kurva 1 Kurva 2 Kurva 3 Kurva 4 (mm) ASTM
38 1 1/2 100 100 100 100 19 3/4 50 59 67 75 9,6 3/8" 36 44 52 60 4,8 No.4 24 32 40 47 2,4 No.8 18 25 31 38 1,2 No.16 12 17 24 30 0,6 No.30 7 12 17 23 0,3 No.50 3 7 11 15 0,15 No.100 0 0 2 5
Sumber : Teknologi Beton, Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996 - Hal. 22
Gambar 2.3. Kurva Gradasi Standar Agregat Dengan Butir Maksimum 40 mm
100
50
36
2418
127
30
100
59
44
3225
1712
70
100
67
52
4031
2417
11
2
100
75
60
4738
3023
15
50102030405060708090100
38199,64,82,41,20,60,30,15Lubang Ayakan (m m )
Pers
en Lo
los
Aya
kan
(%
)
Kurva 1Kurva 2Kurva 3Kurva 4
-
14
Sumber : Teknologi Beton, Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996 - Hal. 42
Tabel 2.4. Persen butir yang lewat ayakan, (%) untuk agregat dengan butir maksimum 30 mm
Lubang Ayakan Kurva 1 Kurva 2 Kurva 3 (mm) ASTM
38 1 1/2 100 100 100 19 3/4 74 86 93 9,6 3/8" 47 70 82 4,8 No.4 28 52 70 2,4 No.8 18 40 57 1,2 No.16 10 30 46 0,6 No.30 6 21 32 0,3 No.50 4 11 19
0,15 No.100 0 1 4 Sumber : Teknologi Beton, Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996 - Hal. 23
Gambar 2.4. Kurva Gradasi Standar Agregat Dengan Butir Maksimum 30 mm
100
74
47
28
1810
640
100
86
70
52
40
3021
11
1
10093
82
70
57
46
32
19
40102030405060708090100
38199,64,82,41,20,60,30,15Lubang Ayakan (mm )
Pers
en Lo
los
Aya
kan
(%
)
Kurva 1Kurva 2Kurva 3
-
15
Sumber : Teknologi Beton, Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996 - Hal. 42
Tabel 2.5. Persen butir yang lewat ayakan, (%) untuk agregat dengan butir maksimum 20 mm
Lubang Ayakan Kurva 1 Kurva 2 Kurva 3 Kurva 4 (mm) ASTM
19 3/4 100 100 100 100 9,6 3/8" 45 55 65 75 4,8 No.4 30 35 42 48 2,4 No.8 23 28 35 42 1,2 No.16 16 21 28 34 0,6 No.30 9 14 21 27 0,3 No.50 2 3 5 12
0,15 No.100 0 0 0 2 Sumber : Teknologi Beton, Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996 - Hal. 23
Gambar 2.5. Kurva Gradasi Standar Agregat Dengan Butir Maksimum 20 mm
100
45
3023
169
20
100
55
3528
2114
30
100
65
4235
2821
50
100
75
4842
3427
12
2 0102030405060708090100
199,64,82,41,20,60,30,15Lubang Ayakan (m m )
Pers
en Lo
los
Aya
kan
(%
)
Kurva 1Kurva 2Kurva 3Kurva 4
-
16
Sumber : Teknologi Beton, Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996 - Hal. 43
Tabel 2.6. Persen butir yang lewat ayakan, (%) untuk agregat dengan butir maksimum 10 mm
Lubang Ayakan Kurva 1 Kurva 2 Kurva 3 Kurva 4 (mm) ASTM
9,6 3/8" 100 100 100 100 4,8 No.4 30 45 60 75 2,4 No.8 20 33 46 60 1,2 No.16 16 26 37 46 0,6 No.30 12 19 28 34 0,3 No.50 4 8 14 20
0,15 No.100 0 1 3 6 Sumber : Teknologi Beton, Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996 - Hal. 23
Gambar 2.6. Kurva Gradasi Standar Agregat Dengan Butir Maksimum 10 mm
100
30
2016
124
0
100
45
3326
19
81
100
60
4637
28
14
3
100
75
60
46
34
20
60102030405060708090100
9,64,82,41,20,60,30,15Lubang Ayakan (m m )
Pers
en Lo
los
Aya
kan
(%
)
Kurva 1Kurva 2Kurva 3Kurva 4
-
17
Sumber : Teknologi Beton, Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996 - Hal. 43
Dalam praktek diperlukan suatu campuran pasir dan kerikil dengan
perbandingan tertentu agar gradasi campuran dapat masuk di dalam kurva standar di
atas.
2.2.4. Modulus Halus Butir
Modulus- halus butir (fineness modulus) ialah suatu indek yang dipakai
untuk menjadi ukuran kehalusan atau kekasaran butir-butir agregat. Modulushalus
butir (mhb) ini didefinisikan sebagai jumlah persen kumulatif dari butir-butir agregat
yang tertinggal di atas suatu set ayakan dan kemudian di bagi seratus. Susunan lubang
ayakan itu ialah sebagi berikut : 40 mm, 20 mm, 10 mm, 4,80 mm, 2,40 mm, 1,20
mm, 0, 60 mm, 0,30 mm, dan 0,15 mm.
Makin besar nilai modulus halus menunjukan bahwa makin besar butir-butir
agregatnya. Pada umumnya pasir mempunyai modulus halus butir antara 1,5 sampai
3,8. Adapun mhb kerikil biasanya di antara 5 dan 8.
Modulus halus butir selain untuk menjadi ukuran kehalusan butir juga dapat
dipakai untuk mencari nilai perbandingan berat antara pasir dan kerikil, bila kita akan
membuat campuran beton. Modulus halus butir agregat dari campuran pasir dan
kerikil untuk bahan pembuat beton berkisar antara 5,0 dan 6,5.
Hubungan antara mhb pasir, mhb kerikil, dan mhb campurannya dapat
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
W = %100xPCCK
-
18
Dimana : W = Persentase berat pasir terhadap berat kerikil
K = Modulus halus butir kerikil
P = Modulus halus butir pasir
C = Modulus halus butir campuran
(Teknologi Beton, Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996 - Hal. 26)
2.2.5. Serapan dan Kadar Air Dalam Agregat
Pori-pori mungkin menjadi reservoar air bebas di dalam agregat. Persentase
berat air yang mampu diserap oleh suatu agregat jika di rendam dalam air disebut
serapan air.
Jika agregat basah ditimbang beratnya W, kemudian dikeringkan dalam tungku
(oven) pada suhu 1050C sampai beratnya tetap (Wk), maka kadar air agregat basah itu
adalah :
K = %100xWk
WkW ,
(Teknologi Beton, Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996 - Hal. 26)
Agregat yang jenuh air (pori-porinya terisi penuh oleh air), namun
permukaannya kering sehingga tidak mengganggu air bebas di permukaannya disebut
agregat jenuh kering muka.
Jika agregat yang jenuh kering muka ini kemudian dimasukkan ke dalam
tungku pada 1050C sampai beratnya tetap, yaitu Wk, maka kadar air agregat jenuh
kering muka itu sebesar :
-
19
Kjkm = %100xWk
WkWjkm
(Teknologi Beton, Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996 - Hal. 26)
2.2.6. Persyaratan Agregat
Agregat untuk bahan bangunan sebaiknya dipilih yang memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. Butir-butirnya tajam, kuat dan bersudut. Ukuran kekuatan agregat dapat
dilakukan dengan pengujian ketahanan aus dengan mesin Los Angeles, atau
dengan bejana Rudeloff. Persyaratan menurut Standar Bidang Pekerjaan Umum
seperti pada tabel 2.7.
Tabel 2.7. Persyaratan kekerasan agregat kasar untuk beton.
Kekuatan Beton Mesin Los Angeles Maksimum bagian
yang hancur, menembus ayakan 1,7 mm (No. 12) %
Kelas I (sampai 100 Kg/cm2) 50 Kelas II (sampai 100 Kg/cm2 200 Kg/cm2 ) 40 Kelas III (di atas 200 Kg/cm2) 27 Sumber : Teknologi Beton, Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996 - Hal. 39
b. Tidak mengandung tanah atau kotoran lain yang lewat ayakan 0,075 mm (No.
200). Pada agregat halus jumlah kandungan kotoran ini harus tidak lebih dari 5%
untuk beton sampai 10 MPa (100 Kg/cm2), dan 2,5% untuk beton mutu yang
lebih tinggi. Pada agregat kasar kandungan kotoran ini dibatasi sampai
-
20
maksimum 1 persen. Jika agregat mengandung kotoran lebih dari batas-batas
maksimum tersebut maka harus dicuci dengan air bersih.
2.3. Air
Air yang memenuhi syarat sebagai air minum memenuhi syarat pula untuk
bahan campuran beton (tetapi tidak berarti air pencampur beton harus memenuhi
standar persyaratan air minum).
Secara umum, air yang dapat dipakai untuk bahan pencampur beton ialah air
yang bila dipakai akan dapat menghasilkan beton dengan kekuatan lebih dari 90%
kekuatan beton yang memakai air suling.
Dalam hal terdapat kesulitan air di daerah terpencil misalnya yang tidak
terdapat air minum atau air untuk penggunaan umum, dan kualitas air yang ada di
khawatirkan, maka perlu dilakukan pengujian kualitas air.
Kekuatan beton dan daya tahannya berkurang jika air mengandung kotoran.
Pengaruh pada beton diantaranya pada lamanya waktu ikatan awal adukan beton,
serta kekuatan betonnya setelah mengeras.
Air laut umumnya mengandung 3,5% larutan garam, sekitar 78 persennya
adalah sodium klorida dan 15 persennya adalah magnesium sulfat. Adanya garam-
garam dalam air dapat mengurangi kekuatan beton samapai 20%. Air laut tidak boleh
digunakan untuk campuran beton pada beton bertulang atau beton prategang karena
resiko terhadap korosi tulangan lebih besar.
Dalam pemakaian air untuk beton itu sebaiknya air memenuhi syarat sebagai
berikut :
-
21
a. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gram/liter.
b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik,
dan sebagainya lebih dari 15 gram/liter.
c. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih 0,5 gram/liter.
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilakukan mulai bulan April 2005 yang bertempat di
Laboratorium Pengujian dan Konstruksi Sipil Fakultas Teknik Universitas Haluoleo
Kendari.
3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian di laboratorium disesuaikan dengan
jenis-jenis pemeriksaan yang akan dilaksanakan terhadap karakteristik material yang
akan digunakan yang meliputi :
3.2.1. Pemeriksaan analisa saringan
Peralatan :
- Timbangan / neraca dengan ketelitian 0,2 % dari benda uji.
-
22
- Satu set saringan dengan ukuran 76 mm (3), 38 mm (11/2), 19 mm (3/4), 9,6 mm (3/8) , 4,80 mm (No. 4), 2,40 mm (No. 8), 1,20 mm (No. 16), 0,60 mm (No. 30), 0,30 mm (No. 50), dan 0, 15 mm (No. 100).
- Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110 5)0C. - Alat pemisah contoh.
- Mesin pengguncang saringan.
- Talam.
- Kuas, sikat kuningan, sendok dan lain-lain.
Bahan :
Benda uji yang digunakan berupa agregat kasar batu pecah Pudonggala dan Tanggobu, agregat halus pasir Pohara dan Konawe dengan berat minimum sebagau berikut : - Agregat halus
Ukuran maksimum No.4 ; berat minimum 500 gram. Ukuran maksimum No.8 ; berat minimum 100 gram.
- Agregat kasar
Ukuran maksimum 3,5 ; berat minimum 35 kg. Ukuran maksimum 3 ; berat minimum 30 kg.
Ukuran maksimum 2,5 ; berat minimum 25 kg. Ukuran maksimum 2 ; berat minimum 20 kg.
Ukuran maksimum 1,5 ; berat minimum 15 kg. Ukuran maksimum 1 ; berat minimum 10 kg. Ukuran maksimum 3/4 ; berat minimum 5 kg.
-
23
Ukuran maksimum 1/2 ; berat minimum 2,5 kg. Ukuran maksimum 3/8 ; berat minimum 1 kg.
3.2.2. Pemeriksaan kadar air agregat
Peralatan :
- Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
- Oven pengering yang suhunya dapat diatur konstan ( 110 5 )0 C - Cawan Bahan :
Benda uji yang digunakan berupa agregat kasar batu pecah Pudonggala dan
Tanggobu, agregat halus pasir Pohara dan Konawe.
3.2.3. Pemeriksaan kadar lumpur agregat
Peralatan :
- Saringan No. 16 dan No. 200.
- Bejana gelas dan pengaduk.
- Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu ( 110 5 ) 0 C.
- Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
- Container / wadah.
- Penjepit.
- Desikator.
Bahan :
-
24
Benda uji yang digunakan berupa agregat kasar batu pecah Pudonggala dan
Tanggobu, agregat halus pasir Pohara dan Konawe.
3.2.4. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar
Peralatan :
- Keranjang kawat ukuran 3,35mm atau 2,36 mm (no.6 atau no.8) dengan
kapasitas kira-kira 5 kg.
- Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan.
Tempat ini harus dilengkapi degan pipa sehingga permukaan air selalu
tetap.
- Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1% dari berat contah
yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.
- Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110 5 )0C.
- Alat pemisah contoh.
- Saringan no. 4.
Bahan :
Benda uji yang digunakan berupa agregat kasar batu pecah Pudonggala dan
batu pecah Tanggobu.
3.2.5. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat halus
Peralatan :
- Timbangan kapasitas 1kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram.
-
25
- Piknometer dengan kapasitas 500ml.
- Kerucut terpancung (cone) diameter bagian atas (40 3) mm, diameter
bagian bawah (90 3)mm dan tinggi (75 3)mm dibuat dari logam
tebal minimum 0,8mm.
- Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat (340
15) gram, diameter permukaan penumbuk (25 3)mm.
- Saringan no. 4.
- Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110 15 )0C.
- Pengukur suhu dengan ketelitian pembacaan 10C.
- Bejana tempat air.
- Pompa hampa udara (Vacum Pump) atau tungku.
- Air suling.
- Desikator.
Bahan :
Benda uji yang digunakan berupa agregat halus pasir Pohara dan pasir
Konawe.
3.2.6. Pemeriksaan berat isi
Peralatan :
- Timbangan yang memiliki ketelitian 0,1 % berat contoh.
-
26
- Talang yang berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh
agregat.
- Tongkat pemadat diameter 15mm panjang 60cm yang ujungnya bulat.
- Mistar perata ( straight edge ).
- Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang.
Bahan :
Benda uji yang digunakan berupa agregat kasar batu pecah Pudonggala dan
Tanggobu, agregat halus pasir Pohara dan Konawe.
3.2.7. Pemeriksaan keausan agregat kasar dengan mesin Los Angeless
Peralatan :
- Mesin Los Angeles.
Mesin ini terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter 71cm (28) panjang dalam 50cm (20). Silinder bertumpu pada dua poros pendek terus menerus berputar pada poros mendatar. Silinder berlubang untuk memasukkan benda uji. Penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak terganggu. Dibagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 8,9cm (3,56).
- Saringan no.12 dan saringan lainnya.
- Timbang dengan ketelitian 5 gram.
- Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,6cm (1 7/8) dan berat
masing-masing antara 390 gram sampai 445 gram.
-
27
- Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 5)0C.
Bahan :
Benda uji yang digunakan berupa agregat kasar batu pecah Pudonggala dan
batu pecah Tanggobu.
3.2.8. Mix desain beton
Peralatan :
- Kubus/silinder beton
- Concrete Vibrator
- Sendok-sendok
- Concrete Mixer
- Talam-talam
- Bak perendam
- Kunci-kunci baut
Bahan-bahan :
- Batu pecah Pudonggala
- Pasir Konawe
- Batu pecah Tanggobu
- Pasir Konawe
- Semen Bosowa
- Air
-
28
3.2.9. Pemeriksaan kuat tekan beton
Peralatan :
- Mesin Kuat Tekan (Compression Machine).
Bahan :
Benda uji kubus beton yang telah di rendam selama 7 dan 28 hari.
3.3. Benda Uji
Benda uji dibuat berdasarkan kebutuhan pengujian kuat tekan beton, untuk
masing-masing mix desain dibuatkan 3 buah benda uji. Benda uji yang dibuat berupa
kubus beton dengan ukuran tinggi 15 cm, lebar 15 cm dan panjang 15 cm. Rincian
dan jumlah total kebutuhan benda uji dapat dilihat pada tanel 3.1. di bawah ini :
Tabel 3.1. Rincian kebutuhan benda uji kubus beton
No. Gabungan Material Mutu Beton
Kebutuhan Benda Uji Menurut Total
Umur Kubus Beton (Buah) (Buah) 7 Hari 28 Hari
1. Batu Pecah Pudonggala - K.225 3 3 6 dan Pasir Pohara - K.300 3 3 6
2. Batu Pecah - K.225 3 3 6
-
29
Pudonggala dan Pasir Konawe - K.300 3 3 6
3. Batu Pecah Tanggobu - K.225 3 3 6 dan Pasir Pohara - K.300 3 3 6
4. Batu Pecah Tanggobu - K.225 3 3 6 dan Pasir Konawe - K.300 3 3 6
Total Kebutuhan Benda Uji Keseluruhan 48
3.4. Prosedur Penelitian
3.4.1. Penyiapan Bahan Penelitian
Bahan penelitian di ambil dilokasi pengambilan material berupa batu pecah
hasil olahan mesin pemecah batu (stone crusher) dan pasir yang berada di pinggir
sungai, benda uji diambil secara acak, untuk batu pecah yang dimabil dari timbunan
material diambil secara acak dari tiap tumpukan yang ada sehingga dapat mewakili
keseluruhan material batu pecah yang ada, sedangkan untuk pasir yang berupa pasir
kali pengambilannya dilakukan dari tumpukan material yang telah dikumpulkan oleh
para pekerja pengumpul pasir secara acak pula yaitu dengan cara diagonal, sebagian
sampel diambil dari sisi kiri sungai, sebagianya lagi diambil dari sisi kanan sungai
dari beberapa tumpukan material yang ada sehingga dapat mewakili keseluruhan
material. Alat-alat yang digunakan dalam pengambilan dan penyiapan material
adalah sebagai berikut :
- Sekop
- Cangkul
-
30
- Karung
- Sendok-sendok
- Kendaraan angkut untuk mobilisasi material dari lokasi pengambilan
sampel ke laboratorium (motor/mobil angkutan).
Penyiapan bahan penelitian disesuaikan dengan rencana kebutuhan benda uji
untuk mix desain beton, jumlah dan banyaknya benda uji yang disiapkan dapat
dihitung sebagai berikut :
Tabel 3.2. Perkiraan kebutuhan material
No. Gabungan Material Perkiraan Komposisi Campuran Kebutuhan material Kebutuhan masing- Total Mutu K.225
(6 bh) Mutu K.300
(6 bh) benda uji total (M3)
masing material (M3) (M3) (1 : 1,5 : 2,5) (1 : 1,25 : 2) K.225 K.300 K.225 K.300
1. Batu Pecah Pudonggala dan Pasir Pohara - Semen Bosowa 1 0,2 1 0,2353 0,00405 0,00476 0,00881 - Pasir Pohara 1,5 0,3 1,25 0,2941 0,02025 0,02025 0,006075 0,00596 0,01203 - Batu Pecah Pudonggala 2,5 0,5 2 0,4706 0,010125 0,00476 0,01489
-
31
5 4,25 2. Batu Pecah Pudonggala dan Pasir Konawe - Semen Bosowa 1 0,2 1 0,2353 0,00405 0,00476 0,00881 - Pasir Konawe 1,5 0,3 1,25 0,2941 0,02025 0,02025 0,006075 0,00596 0,01203 - Batu Pecah Pudonggala 2,5 0,5 2 0,4706 0,010125 0,00476 0,01489 5 4,25
3. Batu Pecah Tanggobu dan Pasir Pohara - Semen Bosowa 1 0,2 1 0,2353 0,00405 0,00476 0,00881 - Pasir Pohara 1,5 0,3 1,25 0,2941 0,02025 0,02025 0,006075 0,00596 0,01203 - Batu Pecah Tanggobu 2,5 0,5 2 0,4706 0,010125 0,00476 0,01489 5 4,25
4. Batu Pecah Tanggobu dan Pasir Konawe - Semen Bosowa 1 0,2 1 0,2353 0,00405 0,00476 0,00881 - Pasir Konawe 1,5 0,3 1,25 0,2941 0,02025 0,02025 0,006075 0,00596 0,01203 - Batu Pecah Tanggobu 2,5 0,5 2 0,4706 0,010125 0,00476 0,01489 5 4,25 Catatan : Kebutuhan satu buah benda uji (0,15x0,15x0,15) M3 = 0,00338 M3
Perkiraan Total Kebutuhan Material : - Semen Bosowa = 0,03526 M3 disediakan 2 zak semen - Pasir Pohara = 0,02406 M3 disediakan 2 karung - Pasir Konawe = 0,02406 M3 disediakan 2 karung - Batu Pecah Pudonggala = 0,02978 M3 disediakan 2 karung - Batu Pecah Tanggobu = 0,02978 M3 disediakan 2 karung
3.4.2. Pemeriksaan Awal Bahan Penelitian
b. Agregat Kasar (batu pecah Pudonggala dan batu pecah Tanggobu)
Pemeriksaan terhadap agregat kasar meliputi pemeriksaan :
- Pemeriksaan Analisa saringan
Prosedur Pemeriksaan :
-
32
Benda uji dikeringkan didalam oven dengan suhu (110 5)0C, sampai berat tetap.
Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan diatas. Saringan diguncang dengan tangan
atau dengan mesin pengguncang selama 15 menit.
- Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
Prosedur Pemeriksaan : Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain
yamg melekat pada permukaan. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu 1050C sampai berat
tetap.
Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam kemudian timbang dengan ketelitian 0,5 gram ( BK).
Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 jam. Keluarkan benda uji dari dalam air, kemudian dilap dengan kain
penyerap sampai selapt air pada permukaan agregat hilang (agregat ini dinyatakan dalam keadaan jenuh air kering permukaan atau SSD).
Dalam keadaan SSD tersebut benda uji ditimbang (Bj). Letakkan benda uji didalam keranjang, goncangkan batumya untuk
mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya didalam air (Ba).
Ukur suhu air untuk penyelesaian perhitungan kepada suhu standar (250C).
- Pemeriksaan berat isi
Persiapan benda uji.
-
33
Masukkan contoh agregat kedalam talam sekurang kurangnya sebanyak kapasitas wadah sesuai daftar. Keringkan dalam
oven dengan suhu ( 110 5 )0 C sampai berat tetap, baru kemudian digunakan sebagai benda uji. Pelaksanaan pemeriksaan. Berat isi lepas :
Timbang dan catat berat wadah uji ( W1 ). Masukkan benda uji kedalam wadah, lakukan hal ini dengan
hati hati agar tidak terjadi pemisahan butir, untuk ini dapat digunakan sendok atau skop dengan ketinggian jatuh maksimum 5cm.
Ratakan permukaan benda uji dengan mistar perata. Timbang berat benda uji beserta wadah ( W2 ). Hitung berat benda uji ( W3 = W2 W1 )
Berat isi agregat ukuran butir maksimum 38,1mm ( 1 ) dengan cara penusukan : Timbang dan catat berat wadah uji (W1). Isilah wadah dengan benda uji dalam 3 lapis yang sama
tebal, setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata. Pada pemadatan tongkat harus tepat masuk sampai lapisan bagian bawah tiap tiap lapisan.
Ratakan permukaan benda uji dengan mistar perata. Timbang berat benda uji beserta wadah (W2 ). Hitung berat benda uji ( W3 = W2 W1 ).
Berat isi padat ukuran butir antara 38,1mm ( 1) sampai 101,6mm ( 4) dengan cara penggoyangan : Timbang dan catat berat wadah uji (W1).
-
34
Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal.
Padatkan setiap lapisan dengan cara menggoyang-goyangkan wadah seperti berikut : Letakkan wadah diatas tempat yang kokoh dan datar,
angkatlah salah satu sisinya kira-kira setinggi 5cm kemudian lepaskan.
Ulangi hal ini pada sisi yang berlawanan. Padatkan
setiap lapisan sebanyak 25 kali untuk lapisan. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar
perata.
Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2). Hitung berat benda uji ( W3 = W4 W5 ).
- Pemeriksaan kadar air
Prosedur Pemeriksaan :
Catat dan timbang berat kontainer / wadah kosong ( W1 ) Masukkan benda uji kedalam kontainer / wadah, kemudian timbang
dan catat beratnya ( W2 ). Hitung berat benda uji ( W3 = W2 W1 ). Keringkan benda uji beserta wadah dalam oven dengan suhu ( 110
5 )0 C sampai beratnya tetap. Setelah kering, timbang dan catatlah berat benda uji beserta wadah (
W4). Hitunglah berat benda uji kering oven ( W5 = W4 W1 ). Hitunglah nilai kadar air agregat tersebut.
- Pemeriksaan kadar lumpur
-
35
Prosedur Pemeriksaan : Masukkan contoh agregat kurang lebih 1,25 kali berat benda uji
kedalam cawan dan keringkan dalam oven dengan suhu ( 110 5 )0 C sampai beratnya tetap.
Timbang benda uji dengan berat ( W1 ) Masukkan benda uji kedalam bejana, tuangkan air bersih kedalam
bejana tersebut sehingga benda uj terendam. Aduk contoh benda uji, sehingga terpisah dari bagian halus. Tuangkan suspensi yang kelihatan keruh dengan perlahan lahan
kedalam susunan ayakan. Ulangi langkah 3,4 dan 5 diatas beberapa kali, sehingga air cucian
didalam bejana kelihatan jernih. Bilas butiran butiran yang tertinggal diatas ayakan dan didalam
bejana. Tampung butiran butiran yang tertinggal diatas ayakan dan didalam
bejana. Keringkan butiran tersebut didalam oven dengan suhu ( 110 5 )0 C
sampai beratnya tetap. Timbang dan catat beratnya ( W2 ). Lakukan percobaan ini ganda ( duplo ).
- Pemeriksaan keausan agregat kasar dengan mesin Los Angeless
Prosedur Pemeriksaan : benda uji dan bola-bola baja dimasukkan kedalam mesin los angeles. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian
saring dengan saringan no.12. butiran yang tertahan diatasnya dicuci
-
36
bersih, selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu (110 5)0C sampai berat tetap.
c. Agregat halus (pasir Pohara dan pasir Konawe)
Pemeriksaan terhadap agregat halus meliputi pemeriksaan :
- Pemeriksaan Analisa saringan
Prosedur Pemeriksaan : Sama dengan agregat kasar
- Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
Prosedur Pemeriksaan :
Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 5)0C sampai berat tetap. Yang dimaksud dengan berat tetap adalah keadaan berat benda
uji selama 3 kali proses penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2 jam berturut-turut, tidak akan mengalami perubahan kadar air lebih besar daripada 0,1 %.
Dinginkan pada suhu ruang, kemudian rendam dalam air selama 24 jam.
Buang air perendam hati-hati, jangan ada butiran yang hilang, tebarkan agregat diatas talam, keringkan diudara panas dengan cara membalik-balikkan benda uji. Lakukan pengeringan sampai tercapai keadaan kering permukaan jenuh.
Periksa keadaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda uji kedalam kerucut terpancung, padatkan dengan batang pengaduk sebanyak 25 kali, angkat kerucut terpancung. Keadaan kering permukaan jenuh tercapai bila benda uji runtuh akan tetapi masih dalam keadaan tercetak.
-
37
Segera setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh masukkan 500 gram benda uji kedalam piknometer. Masukkan air suling sampai mencapai 90% isi piknometer, putar sambil diguncang sampai tidak terlihat gelembung udara didalamnya. Untuk mempercepat proses ini dapat dipergunakan pompa hampa udara, tetapi harus diperhatikan jangan sampai ada air yang ikut terisap, dapat juga dilakukan dengan merebus piknometer.
Rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian
perhitungan kepada suhu standar 250C. Tambahkan air sampai mencapai tanda batas. Timbang piknometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1
gram (Bt). Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (110
10)0C sampai berat tetap, kemudian dinginkan benda uj dalam desikator.
Setelah benda uji dingin kemudian timbanglah (Bk). Tentukanberat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air guna
penyesuaian dengan suhu standar 250C (B).
- Pemeriksaan berat isi
Prosedur Pemeriksaan : Sama dengan agregat kasar
- Pemeriksaan kadar air
Prosedur Pemeriksaan : Sama dengan agregat kasar
-
38
- Pemeriksaan kadar lumpur
Prosedur Pemeriksaan : Sama dengan agregat kasar
3.4.3. Metode Pengerjaan Mix Desain yang digunakan
Rencana campuran (mix desain beton) yaitu menggunakan cara inggris yang
lebih dikenal dengan cara DOE sebagai berikut :
Prosedur Mix Desain Beton Cara DOE
1. Penentuan batas kekuatan tekan, dalam hal ini deviasi standar digunakan untuk perhitungan batas kekuatan beton.
2. Nilai batas kekuatan beton (tekan), dapat dihitung dengan mengalikan deviasi standar rencana dengan faktor 1,64 (untuk kemungkinan gagal 5%)
3. Seleksi dari faktor air dan semen dapat dilakukan dengan menggunakan
tabel. 4. Seleksi mengenai sifat pengerjaan beton.
Beton yang harus dibuat harus memenuhi persyaratan : a. Tidak boleh terlalu basah. b. Harus tetap dipadatkan dengan baik atau yang diisyaratkan oleh PBI
1971.
5. Seleksi mengenai ukuran maksimum agregat kasar. Ukuran maksimum agregat kasar tidak boleh melebihi :
a. 1/5 jarak terkecil antara bidangbidang samping cetekan. b. 1/3 dari tinggi plat
c. dari jarak bersih minimum antara batang-batang atau berkas tulangan.
-
39
6. Seleksi kadar air bebas ditentukan dengan menggunakan tabel. 7. Penentuan kadar air semen.
Kadar air semen = nbebas/seme air faktor
bebas air kadar
8. Seleksi kadar agregat halus dan kasar. a). Kadar agregat halus = kadar agregat total dikali proporsi agregat halus. b). Kadar agregat kasar = kadar agregat total dikurang kadar agregat halus.
9. Perbandingan bahan-bahan campuran beton dengan cara DOE. Jumlah bahan halus ditentukan dengan cara penimbangan.
(Laporan Praktikum Uji Bahan Universitas Haluoleo, Martinus R, dkk., 2002)
Perhitungan Mix Desain Beton Cara DOE
- M = K S
Dimana : M = Strength margin
S
= Standar deviasi k = koefisien yang diambil : k = 2,33 jika kemungkinan gagal 1 % k = 1,96 jika kemungkinan gagal 2,5 % k = 1,64 jika kemungkinan gagal 5 % k = 1,28 jika kemungkinan gagal 10 %
- fm = Fc + (k s) dimana : fm = rencana tegangan rata-rata. Fc = tegangan karateristik.
- berat agregat kasar = berat total agregat berat pasir.
- Kadar semen = semen dan bebas air anperbanding
bebas air kebutuhan
- berat agregat total = D We Ww dimana : D = berat jenis beton basah.
-
40
We = kadar semen Ww = jumlah air bebas.
- Berat agregat halus = % pasir berat total agregat.
- Berat jenis agregat gabungan SSD = a BJ SSD pasir + b BJ SSD kerikil.
dimana : a = prosentase pasir b = prosentase kerikil
(Laporan Praktikum Uji Bahan Universitas Haluoleo, Martinus R, dkk., 2002)
3.4.4. Pelaksanaan Pencampuran
Pencampuran dilaksanakan dengan mencampurkan agregat kasar, halus, semen
dan air dengan menggunakan concrete mixer (alat pencampur beton) sesuai dengan
hasil rancangan mix desain yang diperoleh sesuai dengan cara DOE di atas,
selanjutnya material yang sudah tercampur dimasukkan ke dalam cetakan kubus
beton dengan dilakukan penusukan secara merata dan menggunakan concrete vibrator
(alat penggetar campuran beton) untuk memadatkan dan memampatkan pori-pori
campuran dalam cetakan kubus beton.
DAFTAR PUSTAKA
-
41
Anonimous ; Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I. 2. Yayasan Dana
Normalisasi Indonesia, Bandung, 1971.
Harold N. Atkins, PE. ; Highway Materials, Soils, and Concretes, Four Edition.
Pearson Education Inc. Upper Saddle River, New Jersey 07458, 2003.
Kardiyono Tjokrodimuljo. ; Teknologi Beton. Nafiri, Yogyakarta, 1996.
Martinus R, dkk. ; Laporan Praktikum Uji Bahan. Universitas Haluoleo., 2002
Silvia Sukirman ; Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung, Januari 1995.
Stephanus Hindarko, Ir. ; Bahan dan Praktek Beton. Erlangga. Jakarta, 1999.
PROPOSAL TUGAS AKHIR
-
42
ANALISIS KOMPOSISI DAN KUAT TEKAN BETON DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL DARI BEBERAPA TEMPAT DI
KABUPATEN KONAWE
OLEH:
ASHLI WAHIDAH I NYOMAN WINANTRA 200 201 001 202 201 007
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAKIDENDE 2005