Proposal

42
PROPOSAL PENELITIAN BIDANG STUDI/ILMU/KEAHLIAN TAHUN ANGGARAN 2013 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS DISCOVERY INQUIRY UNTUK MENUMBUHAKN KETRAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA / MA OLEH : YUSMAN WIYATMO, M. Si. PUJIANTO, M. Pd. Mahasiswa Yang Dilibatkan: MUAMALAH (10302241004) NOVITA INDRIYANI (10302241020) YUDI GUNTARA (10302241025) JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

description

Proposal KKN

Transcript of Proposal

Page 1: Proposal

PROPOSAL PENELITIAN BIDANG STUDI/ILMU/KEAHLIAN

TAHUN ANGGARAN 2013

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS

DISCOVERY INQUIRY UNTUK MENUMBUHAKN KETRAMPILAN

PROSES SAINS SISWA SMA / MA

OLEH :

YUSMAN WIYATMO, M. Si.

PUJIANTO, M. Pd.

Mahasiswa Yang Dilibatkan:

MUAMALAH (10302241004)

NOVITA INDRIYANI (10302241020)

YUDI GUNTARA (10302241025)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: Proposal

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berikan gambaran realnya yg melatarbelakangi.

Mutu pendidikan dipengaruhi banyak faktor yang meliputi siswa, guru,

lingkungan, kualitas pembelajaran, sistem pengajaran perangkat-perangkat

tes, dan kurikulum, (Dimyati dan Mujiono 2009: 157). Faktor guru ini sangat

berpengaruh terhadap proses belajar mengajar. Seorang guru diharuskan

mampu menyampaikan pesan akademik yang terkandung dalam silabus

dengan baik dan juga membuka kesadaran siswa untuk terus belajar,

mengasah kreativitas siswa, menggunakan berbagai media, mengevaluasi

hasil belajar, serta mampu menyusun alat evaluasi.

Evaluasi pembelajaran merupakan hal terpenting dalam proses

pendidikan. Proses evaluasi dilakukan sebagai upaya mengukur dan menilai

keberhasilan pengajaran peserta didik. Dengan melakukan kegiatan evaluasi

pembelajaran ini, seorang guru dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki

siswa-siswanya. Tes kemampuan dasar dan kelulusan siswa diperoleh melalui

kegiatan evaluasi hasil belajar yang berupa ulangan harian, ulangan semester,

dan ujian akhir nasional.

Kemampuan guru dalam menyelenggarakan evaluasi hasil belajar yang

baik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap keberhasilan

kegiatan evaluasi di sekolah. Evaluasi hasil belajar yang baik harus benar-

benar dapat mengukur tingkat kemampuan siswa. Syarat-syarat evaluasi tes

hasil belajar sebagai pengukur hasil belajar yaitu apabila memenuhi prasyarat

tes yaitu memiliki validitas, reliabilitas, objektivitas, kepraktisan, dan

ekonomis (Suharsimi Arikunto, 2006: 56)

Penelitian ini difokuskan dalam pengembangan perangkat pembelajaran

Fisika berbasis Discovery/Inquiry untuk menumbuhkan ketrampilan proses

sains siswa SMA/MA yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai kaidah yaitu

valid dan empiris. Agar penilaian dapat mencapai sasaran dalam

mengevaluasi, maka evaluasi memiliki prisnsip-prinsip seperti kontinyu,

Page 3: Proposal

komperhensif, obyektif, dan menggunkan alat ukur uang baik (Sugihartono

dkk, 2007: 136-137).

Menurut Anas Sudijo (1995: 93) setidak-tidaknya ada empat ciri atau

karakteristik yang harus dimiliki oleh tes hasil belajar, yaitu valid, reliabel,

obyektif, dan praktis. Deskripsikan maknanya!

Pentingnya evaluasi hasil belajar yang diselenggarakan di sekolah,

maka peneliti ingin mengembangkan perangkat pembelajaran Fisika berbasis

Discovery/Inquiry untuk menumbuhkan ketrampilan proses sains siswa

SMA/MA. Sajikan hasil penelitian yang telah dilakukan.

B. Identifikasi Masalah (ganti total)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan-

permasalahan pada penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Peningkatan mutu pendidikan pada semua jenjang menjadi tuntutan yang

mendesak seiring dengan perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi

serta tuntutan zaman yang semakin modern.

2. Guru diharuskan mampu menyampaikan pesan akademik yang

terkandung dalam silabus dengan baik.

3. Guru masih menggunakan instrument evaluasi dari buku panduan umum

sehingga belum menerapkan evaluasi pembelajaran fisika yang berbasis

keterampilan proses sains.

4. Alat evaluasi pembelajaran yang digunakan guru di sekolah pada

umumnya belum divalidasi.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka batasan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Ketrampilan proses sains dibatasi pada….

2. Jenis instrumen evaluasi pembelajaran dibatasi pada….

Page 4: Proposal

3. Materi yang digunakan pada pengembangan instrumen evaluasi

pembelajaran fisika yaitu listrik dinamis, suhu dan kalor, serta mekanika

fluida.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, maka

dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Seperti apakah karakteristik RPP berbasis Discovery Inquiry yang

dapat menumbuhkan ketrampilan proses siswa SMA/MA?

2. Seperti apakah karakteristik LKS berbasis Discovery Inquiry yang

dapat menumbuhkan ketrampilan proses siswa SMA/MA?

3. Seperti apakah karakteristik instrumen evaluasi pembelajaran fisika

berbasis Discovery Inquiry untuk menumbuhkan ketrampilan proses

siswa SMA/MA?

4. Seberapa besar tingkat keterpakaian instrumen evaluasi pembelajaran

fisika berbasis Discovery Inquiry untuk menumbuhkan ketrampilan

proses siswa SMA/MA?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah disebutkan, maka tujuan

penelitian ini adalah :

1. Mengetahui karakteristik RPP berbasis Discovery Inquiry yang dapat

menumbuhkan ketrampilan proses siswa SMA/MA.

2. Mengetahui karakteristik LKS berbasis Discovery Inquiry yang dapat

menumbuhkan ketrampilan proses siswa SMA/MA.

3. Mengetahui karakteristik instrumen evaluasi pembelajaran fisika berbasis

Discovery Inquiry untuk menumbuhkan ketrampilan proses siswa

SMA/MA.

4. Mengetahui tingkat ketercapaian instrumen evaluasi pembelajaran fisika

berbasis Discovery Inquiry untuk menumbuhkan ketrampilan proses siswa

SMA/MA.

Page 5: Proposal

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Bagi guru dan calon guru

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan guru dan

calon guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah dengan

mengembangkan perangkat pembelajaran Fisika berbasis

Discovery/Inquiry untuk menumbuhkan ketrampilan proses sains siswa

SMA/MA dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian

yang berhubungan dengan masalah ini, sehingga hasilnya dapat lebih luas

dan mendalam serta mendapatkan kejelasan tentang pengembangan

perangkat pembelajaran Fisika berbasis Discovery/Inquiry untuk

menumbuhkan ketrampilan proses sains siswa SMA/MA.

3. Bagi sekolah

Pengembangan perangkat pembelajaran Fisika berbasis

Discovery/Inquiry ini dapat digunakan oleh pihak sekolah untuk

meningkatkan kualitas peserta didik SMA terutama pada mata pelajaran

fisika.

Page 6: Proposal

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Fisika

Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam

yang dikenal dengan sains. Sains merupakan cabang pengetahuan yang

berawal dari fenomena alam. Sains sendiri didefinisikan sebagai

sekumpulan pengetahuan tentang obyek dan fenomena alam yang

diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan

dengan ketrampilan bereksperimen menggunakan metode ilmiah.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Fisika merupakan ilmu

tentang zat dan energi (seperti panas, cahaya dan bunyi), sedangkan

menurut Wospakrik dalam Mundilarto (2010:3) fisika adalah salah satu

cabang ilmu pengetahuan alam yang pada dasarnya bertujuan untuk

mempelajari dan memberi pemahaman baik secara kualitatif maupun

kuantitatif tentang berbagai gejala atau proses alam dan sifat zat serta

penerapannya. lebih lanjut diatakan bahwa semua proses fisika ternyata

dapat dipahami melalui sejumlah hukum alam yang bersifat dasar.

Dalam pembelajatan Fisika, suatu permasalah diharapkan

diselesaikan dengan metode ilmiah seperti : mengamati, mencatat dan

mengelola data, menhukur, mengenali variabel, mengendalikan variabel,

berhipotesa, merancang percobaan, melaksanakan percobaan,

menyimpulkan, mengomunikasikan dan berteori. Oleh karena itu, gru

diharapkan tidak hanya menyampaikan materi saja, tetapi juga harus bias

mengarahkan siswa untuk dapat merumuskan konsep. Jadi, pada dasarnya

pembelajaran fisika tidak hanya berorientasi pada penguasaan konsep saja

tetapi juga ketrampilan proses.

Page 7: Proposal

2. Pembelajaran Fisika di Sekolah

Belajar dan mengajar adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan

karena merupakan satu kegiatan ketika terjadi interaksi antara siswa

dengan guru dan antara siswa dengan siswa. Menurut Sugihartono, dkk

(2007: 74) belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku

sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Selain itu, dapat juga diartikan bahwa belajar

merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam

wujud perubahan tingkah laku dan kemampuas berinteraksi yang relative

permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan

lingkungannya. Menurut Nana Sudjana (1996 :7) mengajar adalah

kegiatan mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar

siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan

kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran Fisika di sekolah saat ini hanya menekaankan pada

kemampuan kognitif saja. Sebagian memang berhasil membuat anak

menjadi kritis,

3. Pembelajaran Fisika SMA

Pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik dengan

lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang

lebih baik dan bersifat tetap.Interaksi pembelajaran dipengaruhi oleh

banyak faktor baik internal maupun faktor eksternal.

Unsur-unsur pokok yang terkandung didalam belajar adalah : 1)

belajar sebagai proses, 2) perolehan pengetahuan dan ketrampilan, 3)

perubahan tingkah laku, 4) aktivitas diri (Mundilarto, 2002: 1) sehingga

dari uraian tersebut, pengertian belajar yaitu proses diperolehnya

pengetahuan dan keterampilan serta perubahan tingkah laku melalui

aktivitas diri.

Page 8: Proposal

Mengajar dan belajar adalah suatu proses yang tidak dapat

dipisahkan, suatu pengajaran akan berhasil apabila terjadi proses belajar

dan proses mengajar yang harmonis. Prinsip belajar mengajar fisika

penelitian hanya hanya menggunakana prinsip keterlibatan siswa secara

aktif, prinsip belajar berkesinambungan, prinsip multi saluran, dan prinsip

penemuan.

4. Keterampilan proses sains

Keterampilan-keterampilan proses sains adalah keterampilan

keterampilan yang dipelajari siswa pada saat mereka melakukan inquiri

ilmiah. Pada saat mereka terlibat aktif dalam penyelidikan ilmiah, mereka

menggunakan berbagai macam keterampilan proses, bukan hanya satu

metode ilmiah tunggal. Keterampilan-keterampilan proses sains

dikembangkan bersama-sama dengan fakta-fakta, konsep-konsep, dan

prinsip-prinsip sains (PLPG UNM : 160)

Menurut Nur (2003) PLPG UNM, dalam keterampilan proses

tersebut adalah pengamatan, pengklasifikasian, penginferensian,

peramalan, pengkomunikasian, pengukuran, penggunaan bilangan,

penginterpretasian data, melakukan eksperimen, pengontrolan variabel,

perumusan hipotesis, dan pendefinisian secara operasional.

Tabel 2.1. Indikator keterampilan poses sains

No.Indikator Keterampilan

Proses Sains

Indikator Keterampilan Proses

Sains

1 Pengamatan penggunaan indera-indera

tidak hanya penglihatan,

pengorganisasian obyek-

obyek menurut satu sifat

tertentu,

pengidentifikasian banyak

Page 9: Proposal

sifat,

pengidentifikasian

perubahan-perubahan dalam

suatu obyek,

melakukan pengamatan

kuantitatif,

melakukan pengamatan

kualitatif,

2 Penggunaan bilangan penghitungan,

pengurutan,

penyusunan bilangan dalam

pola-pola yang benar,

pengunaan keterampilan

matematika yang sesuai.

3 Pengklasifikasian pengidentifikasian suatu sifat

umum,

memilahmilahkan dengan

menggunakan dua sifat atau

lebih

4 Pengukuran pengukuran panjang,

volume, massa, temperatur,

dan waktu dalam satuan yang

sesuai,

memilih alat dan satuan yang

sesuai untuk tugas

pengukuran tertentu tersebut.

5

Pengkomunikasian

pemaparan pengamatan atau

dengan menggunakan

perbendaharaan kata yang

sesuai,

Page 10: Proposal

pengembangan grafik atau

gambar untuk menyajikan

pengamatan dan peragaan

data,

perancangan poster atau

diagram untuk menyajikan

orang lain.

6 Peramalan penggunaan data dan

pengamatan yang sesuai,

penafsiran generalisasi

tentang pola-pola,

pengujian kebenaran dari

ramalan-ramalan yang

sesuai.

7 Penginferensial mengkaitkan pengamatan

dengan pengalaman atau

pengetahuan terdahulu;

mengajukan penjelasan

penjelasan untuk

pengamatan-pengamatan.

8 Identifikasi dan

Pengontrolan Variabel

Pengidentifikasian variabel

yang mempengaruhi hasil

pengidentifikasian variabel

yang diubah dalam

percobaan,

pengidentifikasian variabel

yang dikontrol dalam suatu

percobaan.

9 Penafsiran Data penyusunan data,

pengenalan pola-pola atau

hubungan-hubungan,

Page 11: Proposal

merumuskan inferensi yang

sesuai dengan menggunakan

data,

pengikhtisaran secara benar.

10 Perumusan Hipotesis perumusan hipotesis

berdasarkan pengamatan dan

inferensi,

merancang cara-cara untuk

menguji hipotesis

merevisi hipotesis apabila

data tidak mendukung

hipotesis tersebut.

11 Pendefinisian Variabel

Secara Operasional

(PVSO)

memaparkan pengalaman-

pengalaman dengan

menggunakan obyek-obyek

kongkrit,

mengatakan apa yang

diperbuat obyek-obyek

tersebut,

memaparkan

perubahanperubahan atau

pengukuran-pengukuran

selama suatu kejadian.

12 Melakukan eksperimen merumuskan dan menguji

prediksi tentang kejadian-

kejadian,

mengajukan dan menguji

hipotesis,

mengidentifikasi dan

mengontrol variabel,

mengevalusai prediksi dan

Page 12: Proposal

hipotesis berdasarkan pada

hasil-hasil percobaan.

Sumber :PLPG Universitas Negeri Makassar

5. Evaluasi Hasil Belajar

a. Definisi evaluasi

Evaluasi merupakan tahap penting dalam suatu kegiatan

pembelajaran.evaluasi pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang

dilakukan guna memberi informasi secara berkesinambungan dan

menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai siswa.

Sebagian besar ahli berpendapat bahwa evaluasi merupakan

proses pengumpulan informasi untuk membuat penilaian yang mana

kemudian digunakan sebagai pertimbangan dalam membuat

keputusan. Banyak ilmuwan yang mengatakan evaluasi menurut sudut

pandang mereka.Beberapa definisi evaluasi menurut beberapa ahli

adalah sebagai berikut.

1) Bloom (Daryanto, 2008: 1) evaluasi adalah pengumpulan

pernyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam

kenyataannya terjadi perubahan dalam pribadi siswa.

2) Farida Yusuf (2008: 190). Evaluasi merupakan proses

pengumpulan informasi untuk membuat penilaian yang mana

kemudian digunakan sebagai pertimbangan dalam membuat

keputusan.

3) Maclcolm (Farida Yusuf, 2008: 3) evaluasi sebagai perbedaan apa

yang ada dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada

selisih.

4) Ralph Tyler (Farida Yusuf, 2008: 3) evaluasi ialah proses yang

menentuan sampai sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai.

Menyediaakan informasi untuk pembuat keputusan.

Page 13: Proposal

5) Stufflebeam et. al (Daryanto, 2008: 1) evaluasi merupakan proses

menggambarkan, memperoleh dan menyajikan infomasi yang

berguna untuk menialai alternatif keputusan.

Evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai

pembelajaran yang dilaksanakan dengan melalui kegiatan pengukuran

dan penilaian pembelajaran. Pengukuran yang dimaksud disini adalah

proses membandingkan tingkat pembelajaran dengan ukuran

keberhasilan pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif,

sedangkan penilaian yang di sini adalah proses pembuatan keputusan 

nilai keberhasilan pembelajaran kualitatif. Kegiatan evaluasi

memerlukan penggunaan informasi yang diperoleh melalui

pengukuran maupun dengan cara lain untuk menentukan pendapat dan

membuat keputusan-keputusan pendidikan. Pendapat dan membuat

keputusan tentu saja akan dipengaruhi oleh kesan pribadi dan sistem

nilai yang ada pada pembuat keputusan, (Sumardi Suryabrata, 1983:

33).

Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun

informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan,

perkembangan, dan pencapaian belajar siswa, serta keefektifan

pengajaran guru.Evaluasi pembelajaran mencakup kegiatan

pengukuran dan penilaian.Bila ditinjau dari tujuannya, evaluasi

pembelajaran dibedakan atas evaluasi diagnostik, selektif,

penempatan, formatif dan sumatif. Proses evaluasi dilakukan melalui

tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengolahan hasil dan

pelaporan.

Instrumen evaluasi yang digunakan yaitu tes objektif atau sering

kita kenal dengan istilah tes jawaban pendek adalah salah satu jenis

tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab

dengan memilih salah satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang

diberikan.

Page 14: Proposal

Terdapat lima macam penggolongan dari tes objektif (Anas,

1995: 107), yaitu:

1) Tes objektif bentuk Benar-Salah (True-False Test)

Tes objektif bentuk true-false adalah salah satu bentuk tes

dimana butir-butir soal yang diajukan dalam tes hasil belajar itu

berupa pernyataan. Pernyataan bisa bersifat benar atau salah.

2) Tes objektif bentuk Menjodohkan (Matching Test)

Tes obyektif bentuk memiliki ciri tes terdiri dari satu seri

pertanyaan dan satu seri jawaban. Tes bentuk ini diminta untuk

mencari dan menempatkan jawaban-jawaban yang telah tersedia,

sehingga soal cocok dengan jawaban.

3) Tes objektif bentuk Melengkapi (Completion Test)

Tes objektif bentuk melengkapi memiliki ciri-ciri terdiri atas

susunan kalimat yang bagian-bagiannya sudah dihilangkan.

4) Tes objektif bentuk Isian (Fill in Test)

Tes objektif bentuk isian biasanya berbentuk cerita atau

karangan.Kata-kata penting dalam cerita atau karangan beberapa

diantaranya dikosongkan, kemudian tugasnya yaitu mengisi

bagian-bagian yang dikosongkan tersebut. Tes ini hampir sama

dengan bentuk melengkapi, perbedaanya ialah, bahwa pada tes

bentuk melengkapi bahan yang diteskan itu merupakan satu

kesatuan cerita, sedangakan bentuk isian ini tidak harus demikian.

5) Tes objektif bentuk Pilihan ganda (Multiple Choise Item Test)

Tes objektif bentuk pilihan ganda, yaitu salah satu bentuk tes

obyektif yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang

sifatnya belum selesai, untuk menyelesaikannya itu siswa memilih

satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disiapkan

pada masing-masing soal.

6. Materi Pokok

a. Listrik Dinamis

Page 15: Proposal

b. Suhu dan Kalor

Materi pokok suhu dan kalor pada kurikulum standar kompetensi

diberikan kepada siswa kleas X xemester 2.

Standar Kompetensi: 4.  Menerapkan konsep kalor dan prinsip

konservasi energi pada berbagai perubahan energi.

Kompetensi Dasar Indikator

4.1 Menganalisis pengaruh

kalor terhadap suatu zat

Menganalisis pengaruh kalor

terhadap suhu dan wujud benda

Menjelaskan peristiwa

perubahan wujud dan

karakteristiknya serta

memberikan contohnya dalam

kehidupan sehari-hari

Meyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi peristiwa

perubahan wujud

Melakukan analisis kuantitatif

tentang peristiwa perubahan

wujud

Mengidentifikasi faktor-faktor

yang berpengaruh pada besar

pemuaian zat padat,cair dan

gas.

Membedakan besar pemuaian

(panjang,luas dan volume) pada

berbagai zat secara kuantitatif

4.2 Menganalisis cara

perpindahan kalor

Membedakan cara perpindahan

kalor secara konduksi,konveksi

dan radiasi

Menentukan faktor-faktor yang

berpengaruh pada peristiwa

Page 16: Proposal

perpindahan kalor melalui

konduksi,konveksi dan radiasi

Memberikan contoh melalui

percobaan peristiwa

perpindahan kalor secar

konduksi,konveksi dan radiasi

dalam kehidupan sehari-hari

Menjelaskan cara untuk

mengurangi/mencegah

perpindahan kalor secara

konduksi,konveksi dan radiasi

4.3 Menerapkan asas Black

dalam pemecahan masalah

Menerapkan asas Black secara

kuantitatif

c. Mekanika Fluida

Materi mekanika fluida terpadat pada mata pelajaran fisika SMA

kelas XI semester 2.

Standar Kompetensi :

2.Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu

dalam menyelesaikan masalah.

Kompetensi DasarIndikator Materi Pokok

Page 17: Proposal

1.2 Menganalisis

hukum-hukum

yang

berhubungan

dengan fluida

statik dan

dinamik serta

penerapannya

dalam kehidupan

sehari-hari.

Memformulasikan

hukum dasar

fluida statik

Menerapkan

hukum dasar

fluida statik pada

masalah fisika

sehari-hari

Memformulasikan

hukum dasar

fluida dinamik

Menerapkan

hukum dasar

fluida dinamik

pada masalah

fisika sehari-hari

Mekanika Fluida

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian keterampilan proses adalah:

1. Muhfahroyin dengan judul penelitian “PENGARUH STRATEGI

STAD PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI TERHADAP

KETERAMPILAN PROSES SAINSSISWA SMA DI KOTA

METRO” dengan hasil bahwa strategi STAD berpengaruh terhadap

keterampilan proses sains siswa.

2. Haryono dengan judul penelitian “MODEL PEMBELAJARAN

BERBASIS PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS”

dengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) keterampilan proses

sains siswa dan guru SD pada umumnya rendah (4,08% dan 65,79%), (2)

di SD keterampilan proses sains umumnya dikembangkan secara

terintegrasi dengan pembelajaran yang berpola deduktif, (3) model

Page 18: Proposal

pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains didefinisikan

sebagai proses pembelajaran yang menterjemahkan keterampilan proses

sains ke dalam rangkaian proses pembelajaran di kelas, (4) model

pembelajaran berbasis keterampilan proses sains secara signifikan efektif

untuk meningkatkan kemampuan proses sains siswa (dari 46,08% menjadi

67,27%).

3. Widayanto dengan judul penelitian “PENGEMBANGAN

KETERAMPILAN PROSES DAN PEMAHAMAN SISWA KELAS X

MELALUI KIT OPTIK” dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa

manfaat kit optic dalam pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman

dan keterampilan proses sains siswa.

4. Putu Nanci Riastini dengan judul penelitian “PENGEMBANGAN

PERANGKAT TES KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA

MATERI KONSEP DASAR IPA II S1 PGSD” dengan hasil Penelitian

ini berupa perangkat soal KPS untuk materi Konsep Dasar IPA II, yang

terdiri dari 30 butir soal pada paket A dan B.

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan pada kajian teori yang dikemukakan bahwa, penilaian

proses belajar sangat diperlukan untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Supaya hasil penilaian hasil belajar akurat, maka diperlukan alat penilaian

yang baik yaitu dalam proses pembuatannya dilakukan dengan memenuhi

kriteria soal yang baik. tes yang baik akan menunjukan kemampuan siswa.

Penilaian terhadap siswa berguna untuk memantau perkembangan mutu

pendidikan dari tahun ke tahun.

Instrumen evaluasi yang baik akan dapat menilai kemampuan siswa

secara optimal. Instrumen evaluasi yang dibuat ini berdasarkan keterampilan

proses sains yaitu mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan,

menerapkan, merencanakan penelitian dan mengkomunikasikan

Page 19: Proposal

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian research and

development, langkah-langkah dalam penelitian yaitu menggunakan 4D

(define, design, develop, dan disseminate). Studi pendahuluan untuk

menetapkan kebutuhan dalam proses pembelajaran. Tahap perencanaan

dilakukan untuk perencanaan pengembangan tes, tahap awal dengan membuat

kisi-kisi soal. Tahap pengembangan yaitu mengembangkan soal yang akan

dibuat berdasarkan keterampilan proses sains dan ujicobanya. Tahap

pendesimasian yaitu mengujicobakan hasil dari pengembangan tes pada kelas

yang lebih besar.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMA Negeri di Daerah

Istimewa Yogyakarta. Penelitian untuk pra uji coba dilaksanakan pada sampel

kecil dan untuk penelitian uji coba meluas dilaksanakan untuk jumlah sampel

yang lebih banyak. Waktu pelaksanaan penelitian diadakan pada tahun ajaran

2013-2014.

B. Subyek Penelitian

Page 20: Proposal

Pengembangan instrumen evaluasi ini, ujicoba dilaksanakan terhadap

siswa SMA Negeri.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian research and development.

Jenis penelitian research and development adalah jenis penelitian yang

mengungkapkan pola dan perurutan melalui tahapan perubahan sebagai

fungsi waktu. Alasan penggunaan jenis ini didasarkan pada pemikiran bahwa

research and development ditunjukkan untuk menentukan pola pembahasan

dalam meramalkan produk di masa yang akan datang. Kaitannya ini,

perolehan model lewat uji coba merupakan bagian penting dalam penelitian

pengembangan yang dilakukan. Tujuannya agar model tersebut dapat diuji

coba lagi dan digunakan di sekolah agar produknya menjadi lebih efektif.

Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah define, design, develop,

dan disseminate.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah:

Penelitian ini menggunakan tes dalam bentuk pilihan ganda, siswa

diminta untuk memilih jawaban dari lima alternatif yang tersedia.

1. Penulisan kisi-kisi soal

Kisi-kisi soal disusun berdasarkan pada kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP).Mata pelajaran fisika SMA. Bentuk evaluasi yang

dikembangkan dalam penelitian ini adalah bentuk tes objektif. Tes

objektif yang dikembangkan adalah bentuk pilihan ganda, dalam

penulisan soal berdasarkan indikator-indikator soal dan keterampilan

proses sains.

2. Telaah soal

Telaah soal dilakukan oleh orang yang berkompeten terhadap evaluasi

hasil belajar, misalnya dosen pembimbing atau guru.Kegiatan tersebut

dilakukan sebelum diujicobakan, untuk mengetahui kesesuain materi soal,

Page 21: Proposal

keterbacaan soal, konsentrasi antara materi dengan bahasa soal dan untuk

mengetahui kekurangan yang nyata pada butir soal.

Tabel 3.2. Telaah Butir Soal Bentuk Pilihan Ganda

PerangkatM

ater

i

1. Soal sesuai dengan indikator

2. Pengecoh sudah berfungsi

3. Hanya ada satu jawaban yang tepat

4. Kebenaran materi

Kon

stru

ksi

1. Pokok soal dirumuskan dengan jelas dan tegas

2. Pokok atau pilihan jawaban menggunakan rumusan yang

diperlukan saja

3. Pokok soal tidak memberi petunjuk kearah kunci jawaban

4. Pokok soal bebas dari pernyataan yang bersifat negatif

ganda

5. Gambar/grafik tabel/ diagram dan sejenisnya jelas dan

berfungsi

6. Panjang rumusan pilihan jawaban relatif sama

7. Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan yang

berbunyi “semua jawaban di atas benar “ atau “semua

jawaban di atas salah”

8. Pilihan jawaban yang berbentuk angka disusun

berdasarkan urutan besar kecilnya angka

9. Butir soal tidak tergantung pada jawaban sebelumnya

Bah

asa

1. Soal menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah

Bahasa Indonesia

2. Soal menggunakan bahasa yang komunikatif

3. Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat

4. Pilihan jawaban tidak menggulang-ulang kata atau frase

yang sama bukan suatu pengertian

Sumber : Depdiknas dan pedoman umum pengembangan nilai

Page 22: Proposal

3. Uji coba butir soal

Uji coba butir soal dilakukan dua kali yang pertama yaitu pra ujicoba

pada kelas kecil (sampel sedikit) dan ujicoba butir soal pada kelas besar

(sampel banyak)

E. Teknik analisis data

Beberapa hal yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu :

1. Analisis butir soal

Analisis butir soal secara kuantitatif meliputi : (a) taraf kesukaran

soal, (b) daya pembeda soal, (c) keefektifan pengecoh.

a. Taraf kesukaran soal

Taraf kesukaran soal digunakan untuk mengukur tingkat

kesukaran butir-butir soal tes. Soal yang baik adalah soal yang tidak

terlalu susah dan tidak terlalu mudah. Kriteria taraf kesukaran butir

yaitu :

Tabel 3.3. Kategori Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran (P) Kategori soal

0,00-0,30 Sukar

0,30- 0,70 Sedang

0,70 – 1,00 Mudah

Sumber: Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (suharsimi Arikunto, 2006:

210)

Berdasarkan kriteria tersebut maka suatu soal dikategorikan ke

dalam sukar dan mudahnya suatu soal ditunjukkan oleh besarnya

indeks kesukaran (P) yang besarnya dari 0,00 sampai 1,00. Rumus

mencari P adalah:

di mana: P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab betul

Page 23: Proposal

JS = jumlah seluruh siswa

Sumber: Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Suharsimi Arikunto, 2006:

208)

b. Daya pembeda

Daya pembeda digunakan untuk mengukur kesesuaian butir-

butir soal dengan keseluruhan tes dalam membedakan anatara siswa

yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan

rendah.Klasifikasi soal dilihat dari daya beda menurut Suharsimi

Arikunto (2006: 218) adalah:

Tabel 3.4. Kategori Daya Pembeda Soal

Daya Pembeda (D) Klasifikasi soal

0,00 – 0,20 jelek (poor)

0,20 – 0,40 cukup (satisfactory)

0,40 – 0,70 baik (good)

0,70 – 1,00 baik sekali (excellent)

negatif semua tidak baik

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa soal dengan indeks

diskriminasi negatif perlu dibuang, soal dengan indeks diskriminasi

< 0,4 perlu di revisi, dan soal dengan indeks diskriminasi ≥ 0,4 adalah

soal baik dan tidak perlu direvisi. Rumus untuk menentukan indeks

diskriminasi atau daya pembeda adalah:

dimana:

D= daya pembeda

J= jumlah peserta tes.

JA= banyaknya peserta kelompok atas.

JB= banyaknya peserta kelompok bawah.

Page 24: Proposal

BA= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu

dengan benar

BB= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu

dengan benar.

PA= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

c. Keefektifan pengecoh

Pengecoh dikatakan baik bila : (1) jumlah pemilih kunci

jawaban yang benar lebih banyak daripada pengecoh, (2) jumlah

kelompok bawah yang memilih pengecoh lebih banyak daripada

jumlah kelompok atas yang memilih pengecoh tersebut, (3) setiap

pengecoh dipilih oleh paling sedikit 5% dari seluruh responden

(Suharsimi Arikunto, 2006: 220).

2. Validitas

Validitas adalah ketepatan mengukur yang dimiliki sebuah butir

item, dalam mengukur yang seharusnya diukur lewat butir item

tersebut.Validitas merupakan sesuatu yang perlu diukur dengan tujuan

untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu soal.Soal dikatakan valid

apabila nilai validitasnya tinggi.Menurut Sumarna Surapranata

(2004:25) tes yang valid adalah tes yang hanya mengukur satu

dimensi (unidimensional). Sedangkan menurut Sugiyono (2009:121)

valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa

yang seharusnya diukur. Menurut Crocker dan Algina dalam Anang

Dermawan (2010: 43) mengatakan bahwa koefisien rpbis di atas 0,2

sudah dianggap memuaskan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka

untuk butir yang memiliki harga rpbis lebih besar atau sama dengan 0,2

dinyatakan valid, sedangkan jika harga rpbis lebih kecil daripada 0,2

maka butir dinyatakan gugur. Tingkat kesukaran soal yang baik yaitu

diatas 0,2.

Page 25: Proposal

Tinggi rendahnya nilai validitas butir soal dapat diukur dengan

menggunakan rumus korelasi pointbiserial (γpbi) (Suharsimi

Arikunto, 2006 : 79):

Keterangan:

γpbi = koefisien korelasi biserial

Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang

dicari validitasnya

Mt = rerata skor total

St = standar deviasi dari skor total

p = proporsi siswa yang menjawab benar

Q = proporsi siswa yang menjawab salah

3. Reliabilitas

Reliabilitas menunjukan bahwa sesuatu instrumen dapat digunakan

untuk alat pengumpul data.Suatu tes dapat dikatakan mempunyai tingkat

kepercayaan yang tinggi bila hasil tes tersebut memberikan hasil yang

tetap.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

konsistensi internal artinya didasarkan pada data dari sekali penggunaan

suatu bentuk alat ukur pada sekelompok subjek atau untuk mengetahui

keajegan instrumen artinya jika dilakukan pengukuran ulang dengan

instrumen tersebut maka seandainya hasilnya berubah, perubahan itu

dianggap tidak berarti.

Teknik kompetensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

formula Kuder-Richardson-20 atau KR-20, karena bentuk instrumen yang

Page 26: Proposal

dikembangkan berbentok dikotomi. Menurut Cronbach yang dikutip dari

Saifuddin Azwar (1997:187), bentuk tes yang dikotomi, koefisien

alphanya menggunakan KR-20, sedangkan interpretasi koefisien reabilitas

adalah semakin tinggi berarti semakin reliabel. Reliabilitas butir soal

menggunakan rumus alpha KR-20 adalah:

r11=( nn−1 )( S2−∑ pq

S2 )Sumber: Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Suharsimi Arikunto, 2006:

100)

Di mana :

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes

Besarnya reliabilitas diinterpretasikan sesuai dengan interpretasi

besarnya koefisien korelasi sebagai berikut:

1. 0,800 < r11< 1,00 : sangat tinggi

2. 0,600 < r11< 0,800 : tinggi

3. 0,400 < r11< 0,600 : cukup

4. 0,200 < r11< 0,400 : rendah

5. 0,000 < r11< 0,200 : sangat rendah

Sumber: Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Suharsimi Arikunto, 2006:

75).

Page 27: Proposal

DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono.(1995). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo

Persada

Dimyanti dan Mujiono.(2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Farida Yusuf. (2008). Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi (untuk program

pendidikan dan penelitian). Jakarta: Rineka Cipta

Page 28: Proposal

Mundilarto.(2002). Kapita Selekta Pendidikan Fisika (individual text

book).Yogyakarta : JICA

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru

Rayon 24 Universitas Negeri Makassar.Diakses dari http://sertifikasiguru.

unm.ac.id/Model%20Pembelajaran/32.%20Model%20Pembelajaran

%20Sains%20SMA.pdf pada 25 mei 2012 pukul 16.13 WIB

Suharsimi Arikunto. (1992). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta

Sumardi Suryabrata. (1987). Pengembangan Tes Hasil Belajar. Jakarta: Rajawali