Proposal
-
Upload
yudi-guntara -
Category
Documents
-
view
82 -
download
1
description
Transcript of Proposal
PROPOSAL PENELITIAN BIDANG STUDI/ILMU/KEAHLIAN
TAHUN ANGGARAN 2013
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS
DISCOVERY INQUIRY UNTUK MENUMBUHAKN KETRAMPILAN
PROSES SAINS SISWA SMA / MA
OLEH :
YUSMAN WIYATMO, M. Si.
PUJIANTO, M. Pd.
Mahasiswa Yang Dilibatkan:
MUAMALAH (10302241004)
NOVITA INDRIYANI (10302241020)
YUDI GUNTARA (10302241025)
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berikan gambaran realnya yg melatarbelakangi.
Mutu pendidikan dipengaruhi banyak faktor yang meliputi siswa, guru,
lingkungan, kualitas pembelajaran, sistem pengajaran perangkat-perangkat
tes, dan kurikulum, (Dimyati dan Mujiono 2009: 157). Faktor guru ini sangat
berpengaruh terhadap proses belajar mengajar. Seorang guru diharuskan
mampu menyampaikan pesan akademik yang terkandung dalam silabus
dengan baik dan juga membuka kesadaran siswa untuk terus belajar,
mengasah kreativitas siswa, menggunakan berbagai media, mengevaluasi
hasil belajar, serta mampu menyusun alat evaluasi.
Evaluasi pembelajaran merupakan hal terpenting dalam proses
pendidikan. Proses evaluasi dilakukan sebagai upaya mengukur dan menilai
keberhasilan pengajaran peserta didik. Dengan melakukan kegiatan evaluasi
pembelajaran ini, seorang guru dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki
siswa-siswanya. Tes kemampuan dasar dan kelulusan siswa diperoleh melalui
kegiatan evaluasi hasil belajar yang berupa ulangan harian, ulangan semester,
dan ujian akhir nasional.
Kemampuan guru dalam menyelenggarakan evaluasi hasil belajar yang
baik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap keberhasilan
kegiatan evaluasi di sekolah. Evaluasi hasil belajar yang baik harus benar-
benar dapat mengukur tingkat kemampuan siswa. Syarat-syarat evaluasi tes
hasil belajar sebagai pengukur hasil belajar yaitu apabila memenuhi prasyarat
tes yaitu memiliki validitas, reliabilitas, objektivitas, kepraktisan, dan
ekonomis (Suharsimi Arikunto, 2006: 56)
Penelitian ini difokuskan dalam pengembangan perangkat pembelajaran
Fisika berbasis Discovery/Inquiry untuk menumbuhkan ketrampilan proses
sains siswa SMA/MA yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai kaidah yaitu
valid dan empiris. Agar penilaian dapat mencapai sasaran dalam
mengevaluasi, maka evaluasi memiliki prisnsip-prinsip seperti kontinyu,
komperhensif, obyektif, dan menggunkan alat ukur uang baik (Sugihartono
dkk, 2007: 136-137).
Menurut Anas Sudijo (1995: 93) setidak-tidaknya ada empat ciri atau
karakteristik yang harus dimiliki oleh tes hasil belajar, yaitu valid, reliabel,
obyektif, dan praktis. Deskripsikan maknanya!
Pentingnya evaluasi hasil belajar yang diselenggarakan di sekolah,
maka peneliti ingin mengembangkan perangkat pembelajaran Fisika berbasis
Discovery/Inquiry untuk menumbuhkan ketrampilan proses sains siswa
SMA/MA. Sajikan hasil penelitian yang telah dilakukan.
B. Identifikasi Masalah (ganti total)
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan-
permasalahan pada penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Peningkatan mutu pendidikan pada semua jenjang menjadi tuntutan yang
mendesak seiring dengan perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi
serta tuntutan zaman yang semakin modern.
2. Guru diharuskan mampu menyampaikan pesan akademik yang
terkandung dalam silabus dengan baik.
3. Guru masih menggunakan instrument evaluasi dari buku panduan umum
sehingga belum menerapkan evaluasi pembelajaran fisika yang berbasis
keterampilan proses sains.
4. Alat evaluasi pembelajaran yang digunakan guru di sekolah pada
umumnya belum divalidasi.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka batasan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Ketrampilan proses sains dibatasi pada….
2. Jenis instrumen evaluasi pembelajaran dibatasi pada….
3. Materi yang digunakan pada pengembangan instrumen evaluasi
pembelajaran fisika yaitu listrik dinamis, suhu dan kalor, serta mekanika
fluida.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, maka
dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Seperti apakah karakteristik RPP berbasis Discovery Inquiry yang
dapat menumbuhkan ketrampilan proses siswa SMA/MA?
2. Seperti apakah karakteristik LKS berbasis Discovery Inquiry yang
dapat menumbuhkan ketrampilan proses siswa SMA/MA?
3. Seperti apakah karakteristik instrumen evaluasi pembelajaran fisika
berbasis Discovery Inquiry untuk menumbuhkan ketrampilan proses
siswa SMA/MA?
4. Seberapa besar tingkat keterpakaian instrumen evaluasi pembelajaran
fisika berbasis Discovery Inquiry untuk menumbuhkan ketrampilan
proses siswa SMA/MA?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah disebutkan, maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Mengetahui karakteristik RPP berbasis Discovery Inquiry yang dapat
menumbuhkan ketrampilan proses siswa SMA/MA.
2. Mengetahui karakteristik LKS berbasis Discovery Inquiry yang dapat
menumbuhkan ketrampilan proses siswa SMA/MA.
3. Mengetahui karakteristik instrumen evaluasi pembelajaran fisika berbasis
Discovery Inquiry untuk menumbuhkan ketrampilan proses siswa
SMA/MA.
4. Mengetahui tingkat ketercapaian instrumen evaluasi pembelajaran fisika
berbasis Discovery Inquiry untuk menumbuhkan ketrampilan proses siswa
SMA/MA.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Bagi guru dan calon guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan guru dan
calon guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah dengan
mengembangkan perangkat pembelajaran Fisika berbasis
Discovery/Inquiry untuk menumbuhkan ketrampilan proses sains siswa
SMA/MA dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian
yang berhubungan dengan masalah ini, sehingga hasilnya dapat lebih luas
dan mendalam serta mendapatkan kejelasan tentang pengembangan
perangkat pembelajaran Fisika berbasis Discovery/Inquiry untuk
menumbuhkan ketrampilan proses sains siswa SMA/MA.
3. Bagi sekolah
Pengembangan perangkat pembelajaran Fisika berbasis
Discovery/Inquiry ini dapat digunakan oleh pihak sekolah untuk
meningkatkan kualitas peserta didik SMA terutama pada mata pelajaran
fisika.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian Fisika
Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam
yang dikenal dengan sains. Sains merupakan cabang pengetahuan yang
berawal dari fenomena alam. Sains sendiri didefinisikan sebagai
sekumpulan pengetahuan tentang obyek dan fenomena alam yang
diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan
dengan ketrampilan bereksperimen menggunakan metode ilmiah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Fisika merupakan ilmu
tentang zat dan energi (seperti panas, cahaya dan bunyi), sedangkan
menurut Wospakrik dalam Mundilarto (2010:3) fisika adalah salah satu
cabang ilmu pengetahuan alam yang pada dasarnya bertujuan untuk
mempelajari dan memberi pemahaman baik secara kualitatif maupun
kuantitatif tentang berbagai gejala atau proses alam dan sifat zat serta
penerapannya. lebih lanjut diatakan bahwa semua proses fisika ternyata
dapat dipahami melalui sejumlah hukum alam yang bersifat dasar.
Dalam pembelajatan Fisika, suatu permasalah diharapkan
diselesaikan dengan metode ilmiah seperti : mengamati, mencatat dan
mengelola data, menhukur, mengenali variabel, mengendalikan variabel,
berhipotesa, merancang percobaan, melaksanakan percobaan,
menyimpulkan, mengomunikasikan dan berteori. Oleh karena itu, gru
diharapkan tidak hanya menyampaikan materi saja, tetapi juga harus bias
mengarahkan siswa untuk dapat merumuskan konsep. Jadi, pada dasarnya
pembelajaran fisika tidak hanya berorientasi pada penguasaan konsep saja
tetapi juga ketrampilan proses.
2. Pembelajaran Fisika di Sekolah
Belajar dan mengajar adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan
karena merupakan satu kegiatan ketika terjadi interaksi antara siswa
dengan guru dan antara siswa dengan siswa. Menurut Sugihartono, dkk
(2007: 74) belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Selain itu, dapat juga diartikan bahwa belajar
merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam
wujud perubahan tingkah laku dan kemampuas berinteraksi yang relative
permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan
lingkungannya. Menurut Nana Sudjana (1996 :7) mengajar adalah
kegiatan mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar
siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan
kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran Fisika di sekolah saat ini hanya menekaankan pada
kemampuan kognitif saja. Sebagian memang berhasil membuat anak
menjadi kritis,
3. Pembelajaran Fisika SMA
Pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang
lebih baik dan bersifat tetap.Interaksi pembelajaran dipengaruhi oleh
banyak faktor baik internal maupun faktor eksternal.
Unsur-unsur pokok yang terkandung didalam belajar adalah : 1)
belajar sebagai proses, 2) perolehan pengetahuan dan ketrampilan, 3)
perubahan tingkah laku, 4) aktivitas diri (Mundilarto, 2002: 1) sehingga
dari uraian tersebut, pengertian belajar yaitu proses diperolehnya
pengetahuan dan keterampilan serta perubahan tingkah laku melalui
aktivitas diri.
Mengajar dan belajar adalah suatu proses yang tidak dapat
dipisahkan, suatu pengajaran akan berhasil apabila terjadi proses belajar
dan proses mengajar yang harmonis. Prinsip belajar mengajar fisika
penelitian hanya hanya menggunakana prinsip keterlibatan siswa secara
aktif, prinsip belajar berkesinambungan, prinsip multi saluran, dan prinsip
penemuan.
4. Keterampilan proses sains
Keterampilan-keterampilan proses sains adalah keterampilan
keterampilan yang dipelajari siswa pada saat mereka melakukan inquiri
ilmiah. Pada saat mereka terlibat aktif dalam penyelidikan ilmiah, mereka
menggunakan berbagai macam keterampilan proses, bukan hanya satu
metode ilmiah tunggal. Keterampilan-keterampilan proses sains
dikembangkan bersama-sama dengan fakta-fakta, konsep-konsep, dan
prinsip-prinsip sains (PLPG UNM : 160)
Menurut Nur (2003) PLPG UNM, dalam keterampilan proses
tersebut adalah pengamatan, pengklasifikasian, penginferensian,
peramalan, pengkomunikasian, pengukuran, penggunaan bilangan,
penginterpretasian data, melakukan eksperimen, pengontrolan variabel,
perumusan hipotesis, dan pendefinisian secara operasional.
Tabel 2.1. Indikator keterampilan poses sains
No.Indikator Keterampilan
Proses Sains
Indikator Keterampilan Proses
Sains
1 Pengamatan penggunaan indera-indera
tidak hanya penglihatan,
pengorganisasian obyek-
obyek menurut satu sifat
tertentu,
pengidentifikasian banyak
sifat,
pengidentifikasian
perubahan-perubahan dalam
suatu obyek,
melakukan pengamatan
kuantitatif,
melakukan pengamatan
kualitatif,
2 Penggunaan bilangan penghitungan,
pengurutan,
penyusunan bilangan dalam
pola-pola yang benar,
pengunaan keterampilan
matematika yang sesuai.
3 Pengklasifikasian pengidentifikasian suatu sifat
umum,
memilahmilahkan dengan
menggunakan dua sifat atau
lebih
4 Pengukuran pengukuran panjang,
volume, massa, temperatur,
dan waktu dalam satuan yang
sesuai,
memilih alat dan satuan yang
sesuai untuk tugas
pengukuran tertentu tersebut.
5
Pengkomunikasian
pemaparan pengamatan atau
dengan menggunakan
perbendaharaan kata yang
sesuai,
pengembangan grafik atau
gambar untuk menyajikan
pengamatan dan peragaan
data,
perancangan poster atau
diagram untuk menyajikan
orang lain.
6 Peramalan penggunaan data dan
pengamatan yang sesuai,
penafsiran generalisasi
tentang pola-pola,
pengujian kebenaran dari
ramalan-ramalan yang
sesuai.
7 Penginferensial mengkaitkan pengamatan
dengan pengalaman atau
pengetahuan terdahulu;
mengajukan penjelasan
penjelasan untuk
pengamatan-pengamatan.
8 Identifikasi dan
Pengontrolan Variabel
Pengidentifikasian variabel
yang mempengaruhi hasil
pengidentifikasian variabel
yang diubah dalam
percobaan,
pengidentifikasian variabel
yang dikontrol dalam suatu
percobaan.
9 Penafsiran Data penyusunan data,
pengenalan pola-pola atau
hubungan-hubungan,
merumuskan inferensi yang
sesuai dengan menggunakan
data,
pengikhtisaran secara benar.
10 Perumusan Hipotesis perumusan hipotesis
berdasarkan pengamatan dan
inferensi,
merancang cara-cara untuk
menguji hipotesis
merevisi hipotesis apabila
data tidak mendukung
hipotesis tersebut.
11 Pendefinisian Variabel
Secara Operasional
(PVSO)
memaparkan pengalaman-
pengalaman dengan
menggunakan obyek-obyek
kongkrit,
mengatakan apa yang
diperbuat obyek-obyek
tersebut,
memaparkan
perubahanperubahan atau
pengukuran-pengukuran
selama suatu kejadian.
12 Melakukan eksperimen merumuskan dan menguji
prediksi tentang kejadian-
kejadian,
mengajukan dan menguji
hipotesis,
mengidentifikasi dan
mengontrol variabel,
mengevalusai prediksi dan
hipotesis berdasarkan pada
hasil-hasil percobaan.
Sumber :PLPG Universitas Negeri Makassar
5. Evaluasi Hasil Belajar
a. Definisi evaluasi
Evaluasi merupakan tahap penting dalam suatu kegiatan
pembelajaran.evaluasi pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan guna memberi informasi secara berkesinambungan dan
menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai siswa.
Sebagian besar ahli berpendapat bahwa evaluasi merupakan
proses pengumpulan informasi untuk membuat penilaian yang mana
kemudian digunakan sebagai pertimbangan dalam membuat
keputusan. Banyak ilmuwan yang mengatakan evaluasi menurut sudut
pandang mereka.Beberapa definisi evaluasi menurut beberapa ahli
adalah sebagai berikut.
1) Bloom (Daryanto, 2008: 1) evaluasi adalah pengumpulan
pernyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam
kenyataannya terjadi perubahan dalam pribadi siswa.
2) Farida Yusuf (2008: 190). Evaluasi merupakan proses
pengumpulan informasi untuk membuat penilaian yang mana
kemudian digunakan sebagai pertimbangan dalam membuat
keputusan.
3) Maclcolm (Farida Yusuf, 2008: 3) evaluasi sebagai perbedaan apa
yang ada dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada
selisih.
4) Ralph Tyler (Farida Yusuf, 2008: 3) evaluasi ialah proses yang
menentuan sampai sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai.
Menyediaakan informasi untuk pembuat keputusan.
5) Stufflebeam et. al (Daryanto, 2008: 1) evaluasi merupakan proses
menggambarkan, memperoleh dan menyajikan infomasi yang
berguna untuk menialai alternatif keputusan.
Evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai
pembelajaran yang dilaksanakan dengan melalui kegiatan pengukuran
dan penilaian pembelajaran. Pengukuran yang dimaksud disini adalah
proses membandingkan tingkat pembelajaran dengan ukuran
keberhasilan pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif,
sedangkan penilaian yang di sini adalah proses pembuatan keputusan
nilai keberhasilan pembelajaran kualitatif. Kegiatan evaluasi
memerlukan penggunaan informasi yang diperoleh melalui
pengukuran maupun dengan cara lain untuk menentukan pendapat dan
membuat keputusan-keputusan pendidikan. Pendapat dan membuat
keputusan tentu saja akan dipengaruhi oleh kesan pribadi dan sistem
nilai yang ada pada pembuat keputusan, (Sumardi Suryabrata, 1983:
33).
Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun
informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan,
perkembangan, dan pencapaian belajar siswa, serta keefektifan
pengajaran guru.Evaluasi pembelajaran mencakup kegiatan
pengukuran dan penilaian.Bila ditinjau dari tujuannya, evaluasi
pembelajaran dibedakan atas evaluasi diagnostik, selektif,
penempatan, formatif dan sumatif. Proses evaluasi dilakukan melalui
tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengolahan hasil dan
pelaporan.
Instrumen evaluasi yang digunakan yaitu tes objektif atau sering
kita kenal dengan istilah tes jawaban pendek adalah salah satu jenis
tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab
dengan memilih salah satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang
diberikan.
Terdapat lima macam penggolongan dari tes objektif (Anas,
1995: 107), yaitu:
1) Tes objektif bentuk Benar-Salah (True-False Test)
Tes objektif bentuk true-false adalah salah satu bentuk tes
dimana butir-butir soal yang diajukan dalam tes hasil belajar itu
berupa pernyataan. Pernyataan bisa bersifat benar atau salah.
2) Tes objektif bentuk Menjodohkan (Matching Test)
Tes obyektif bentuk memiliki ciri tes terdiri dari satu seri
pertanyaan dan satu seri jawaban. Tes bentuk ini diminta untuk
mencari dan menempatkan jawaban-jawaban yang telah tersedia,
sehingga soal cocok dengan jawaban.
3) Tes objektif bentuk Melengkapi (Completion Test)
Tes objektif bentuk melengkapi memiliki ciri-ciri terdiri atas
susunan kalimat yang bagian-bagiannya sudah dihilangkan.
4) Tes objektif bentuk Isian (Fill in Test)
Tes objektif bentuk isian biasanya berbentuk cerita atau
karangan.Kata-kata penting dalam cerita atau karangan beberapa
diantaranya dikosongkan, kemudian tugasnya yaitu mengisi
bagian-bagian yang dikosongkan tersebut. Tes ini hampir sama
dengan bentuk melengkapi, perbedaanya ialah, bahwa pada tes
bentuk melengkapi bahan yang diteskan itu merupakan satu
kesatuan cerita, sedangakan bentuk isian ini tidak harus demikian.
5) Tes objektif bentuk Pilihan ganda (Multiple Choise Item Test)
Tes objektif bentuk pilihan ganda, yaitu salah satu bentuk tes
obyektif yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang
sifatnya belum selesai, untuk menyelesaikannya itu siswa memilih
satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disiapkan
pada masing-masing soal.
6. Materi Pokok
a. Listrik Dinamis
b. Suhu dan Kalor
Materi pokok suhu dan kalor pada kurikulum standar kompetensi
diberikan kepada siswa kleas X xemester 2.
Standar Kompetensi: 4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip
konservasi energi pada berbagai perubahan energi.
Kompetensi Dasar Indikator
4.1 Menganalisis pengaruh
kalor terhadap suatu zat
Menganalisis pengaruh kalor
terhadap suhu dan wujud benda
Menjelaskan peristiwa
perubahan wujud dan
karakteristiknya serta
memberikan contohnya dalam
kehidupan sehari-hari
Meyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi peristiwa
perubahan wujud
Melakukan analisis kuantitatif
tentang peristiwa perubahan
wujud
Mengidentifikasi faktor-faktor
yang berpengaruh pada besar
pemuaian zat padat,cair dan
gas.
Membedakan besar pemuaian
(panjang,luas dan volume) pada
berbagai zat secara kuantitatif
4.2 Menganalisis cara
perpindahan kalor
Membedakan cara perpindahan
kalor secara konduksi,konveksi
dan radiasi
Menentukan faktor-faktor yang
berpengaruh pada peristiwa
perpindahan kalor melalui
konduksi,konveksi dan radiasi
Memberikan contoh melalui
percobaan peristiwa
perpindahan kalor secar
konduksi,konveksi dan radiasi
dalam kehidupan sehari-hari
Menjelaskan cara untuk
mengurangi/mencegah
perpindahan kalor secara
konduksi,konveksi dan radiasi
4.3 Menerapkan asas Black
dalam pemecahan masalah
Menerapkan asas Black secara
kuantitatif
c. Mekanika Fluida
Materi mekanika fluida terpadat pada mata pelajaran fisika SMA
kelas XI semester 2.
Standar Kompetensi :
2.Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu
dalam menyelesaikan masalah.
Kompetensi DasarIndikator Materi Pokok
1.2 Menganalisis
hukum-hukum
yang
berhubungan
dengan fluida
statik dan
dinamik serta
penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari.
Memformulasikan
hukum dasar
fluida statik
Menerapkan
hukum dasar
fluida statik pada
masalah fisika
sehari-hari
Memformulasikan
hukum dasar
fluida dinamik
Menerapkan
hukum dasar
fluida dinamik
pada masalah
fisika sehari-hari
Mekanika Fluida
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian keterampilan proses adalah:
1. Muhfahroyin dengan judul penelitian “PENGARUH STRATEGI
STAD PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI TERHADAP
KETERAMPILAN PROSES SAINSSISWA SMA DI KOTA
METRO” dengan hasil bahwa strategi STAD berpengaruh terhadap
keterampilan proses sains siswa.
2. Haryono dengan judul penelitian “MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS”
dengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) keterampilan proses
sains siswa dan guru SD pada umumnya rendah (4,08% dan 65,79%), (2)
di SD keterampilan proses sains umumnya dikembangkan secara
terintegrasi dengan pembelajaran yang berpola deduktif, (3) model
pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains didefinisikan
sebagai proses pembelajaran yang menterjemahkan keterampilan proses
sains ke dalam rangkaian proses pembelajaran di kelas, (4) model
pembelajaran berbasis keterampilan proses sains secara signifikan efektif
untuk meningkatkan kemampuan proses sains siswa (dari 46,08% menjadi
67,27%).
3. Widayanto dengan judul penelitian “PENGEMBANGAN
KETERAMPILAN PROSES DAN PEMAHAMAN SISWA KELAS X
MELALUI KIT OPTIK” dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa
manfaat kit optic dalam pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman
dan keterampilan proses sains siswa.
4. Putu Nanci Riastini dengan judul penelitian “PENGEMBANGAN
PERANGKAT TES KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA
MATERI KONSEP DASAR IPA II S1 PGSD” dengan hasil Penelitian
ini berupa perangkat soal KPS untuk materi Konsep Dasar IPA II, yang
terdiri dari 30 butir soal pada paket A dan B.
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan pada kajian teori yang dikemukakan bahwa, penilaian
proses belajar sangat diperlukan untuk mengetahui hasil belajar siswa.
Supaya hasil penilaian hasil belajar akurat, maka diperlukan alat penilaian
yang baik yaitu dalam proses pembuatannya dilakukan dengan memenuhi
kriteria soal yang baik. tes yang baik akan menunjukan kemampuan siswa.
Penilaian terhadap siswa berguna untuk memantau perkembangan mutu
pendidikan dari tahun ke tahun.
Instrumen evaluasi yang baik akan dapat menilai kemampuan siswa
secara optimal. Instrumen evaluasi yang dibuat ini berdasarkan keterampilan
proses sains yaitu mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan,
menerapkan, merencanakan penelitian dan mengkomunikasikan
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian research and
development, langkah-langkah dalam penelitian yaitu menggunakan 4D
(define, design, develop, dan disseminate). Studi pendahuluan untuk
menetapkan kebutuhan dalam proses pembelajaran. Tahap perencanaan
dilakukan untuk perencanaan pengembangan tes, tahap awal dengan membuat
kisi-kisi soal. Tahap pengembangan yaitu mengembangkan soal yang akan
dibuat berdasarkan keterampilan proses sains dan ujicobanya. Tahap
pendesimasian yaitu mengujicobakan hasil dari pengembangan tes pada kelas
yang lebih besar.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMA Negeri di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Penelitian untuk pra uji coba dilaksanakan pada sampel
kecil dan untuk penelitian uji coba meluas dilaksanakan untuk jumlah sampel
yang lebih banyak. Waktu pelaksanaan penelitian diadakan pada tahun ajaran
2013-2014.
B. Subyek Penelitian
Pengembangan instrumen evaluasi ini, ujicoba dilaksanakan terhadap
siswa SMA Negeri.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian research and development.
Jenis penelitian research and development adalah jenis penelitian yang
mengungkapkan pola dan perurutan melalui tahapan perubahan sebagai
fungsi waktu. Alasan penggunaan jenis ini didasarkan pada pemikiran bahwa
research and development ditunjukkan untuk menentukan pola pembahasan
dalam meramalkan produk di masa yang akan datang. Kaitannya ini,
perolehan model lewat uji coba merupakan bagian penting dalam penelitian
pengembangan yang dilakukan. Tujuannya agar model tersebut dapat diuji
coba lagi dan digunakan di sekolah agar produknya menjadi lebih efektif.
Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah define, design, develop,
dan disseminate.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah:
Penelitian ini menggunakan tes dalam bentuk pilihan ganda, siswa
diminta untuk memilih jawaban dari lima alternatif yang tersedia.
1. Penulisan kisi-kisi soal
Kisi-kisi soal disusun berdasarkan pada kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP).Mata pelajaran fisika SMA. Bentuk evaluasi yang
dikembangkan dalam penelitian ini adalah bentuk tes objektif. Tes
objektif yang dikembangkan adalah bentuk pilihan ganda, dalam
penulisan soal berdasarkan indikator-indikator soal dan keterampilan
proses sains.
2. Telaah soal
Telaah soal dilakukan oleh orang yang berkompeten terhadap evaluasi
hasil belajar, misalnya dosen pembimbing atau guru.Kegiatan tersebut
dilakukan sebelum diujicobakan, untuk mengetahui kesesuain materi soal,
keterbacaan soal, konsentrasi antara materi dengan bahasa soal dan untuk
mengetahui kekurangan yang nyata pada butir soal.
Tabel 3.2. Telaah Butir Soal Bentuk Pilihan Ganda
PerangkatM
ater
i
1. Soal sesuai dengan indikator
2. Pengecoh sudah berfungsi
3. Hanya ada satu jawaban yang tepat
4. Kebenaran materi
Kon
stru
ksi
1. Pokok soal dirumuskan dengan jelas dan tegas
2. Pokok atau pilihan jawaban menggunakan rumusan yang
diperlukan saja
3. Pokok soal tidak memberi petunjuk kearah kunci jawaban
4. Pokok soal bebas dari pernyataan yang bersifat negatif
ganda
5. Gambar/grafik tabel/ diagram dan sejenisnya jelas dan
berfungsi
6. Panjang rumusan pilihan jawaban relatif sama
7. Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan yang
berbunyi “semua jawaban di atas benar “ atau “semua
jawaban di atas salah”
8. Pilihan jawaban yang berbentuk angka disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya angka
9. Butir soal tidak tergantung pada jawaban sebelumnya
Bah
asa
1. Soal menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
Bahasa Indonesia
2. Soal menggunakan bahasa yang komunikatif
3. Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat
4. Pilihan jawaban tidak menggulang-ulang kata atau frase
yang sama bukan suatu pengertian
Sumber : Depdiknas dan pedoman umum pengembangan nilai
3. Uji coba butir soal
Uji coba butir soal dilakukan dua kali yang pertama yaitu pra ujicoba
pada kelas kecil (sampel sedikit) dan ujicoba butir soal pada kelas besar
(sampel banyak)
E. Teknik analisis data
Beberapa hal yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu :
1. Analisis butir soal
Analisis butir soal secara kuantitatif meliputi : (a) taraf kesukaran
soal, (b) daya pembeda soal, (c) keefektifan pengecoh.
a. Taraf kesukaran soal
Taraf kesukaran soal digunakan untuk mengukur tingkat
kesukaran butir-butir soal tes. Soal yang baik adalah soal yang tidak
terlalu susah dan tidak terlalu mudah. Kriteria taraf kesukaran butir
yaitu :
Tabel 3.3. Kategori Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran (P) Kategori soal
0,00-0,30 Sukar
0,30- 0,70 Sedang
0,70 – 1,00 Mudah
Sumber: Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (suharsimi Arikunto, 2006:
210)
Berdasarkan kriteria tersebut maka suatu soal dikategorikan ke
dalam sukar dan mudahnya suatu soal ditunjukkan oleh besarnya
indeks kesukaran (P) yang besarnya dari 0,00 sampai 1,00. Rumus
mencari P adalah:
di mana: P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab betul
JS = jumlah seluruh siswa
Sumber: Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Suharsimi Arikunto, 2006:
208)
b. Daya pembeda
Daya pembeda digunakan untuk mengukur kesesuaian butir-
butir soal dengan keseluruhan tes dalam membedakan anatara siswa
yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah.Klasifikasi soal dilihat dari daya beda menurut Suharsimi
Arikunto (2006: 218) adalah:
Tabel 3.4. Kategori Daya Pembeda Soal
Daya Pembeda (D) Klasifikasi soal
0,00 – 0,20 jelek (poor)
0,20 – 0,40 cukup (satisfactory)
0,40 – 0,70 baik (good)
0,70 – 1,00 baik sekali (excellent)
negatif semua tidak baik
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa soal dengan indeks
diskriminasi negatif perlu dibuang, soal dengan indeks diskriminasi
< 0,4 perlu di revisi, dan soal dengan indeks diskriminasi ≥ 0,4 adalah
soal baik dan tidak perlu direvisi. Rumus untuk menentukan indeks
diskriminasi atau daya pembeda adalah:
dimana:
D= daya pembeda
J= jumlah peserta tes.
JA= banyaknya peserta kelompok atas.
JB= banyaknya peserta kelompok bawah.
BA= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu
dengan benar
BB= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar.
PA= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.
c. Keefektifan pengecoh
Pengecoh dikatakan baik bila : (1) jumlah pemilih kunci
jawaban yang benar lebih banyak daripada pengecoh, (2) jumlah
kelompok bawah yang memilih pengecoh lebih banyak daripada
jumlah kelompok atas yang memilih pengecoh tersebut, (3) setiap
pengecoh dipilih oleh paling sedikit 5% dari seluruh responden
(Suharsimi Arikunto, 2006: 220).
2. Validitas
Validitas adalah ketepatan mengukur yang dimiliki sebuah butir
item, dalam mengukur yang seharusnya diukur lewat butir item
tersebut.Validitas merupakan sesuatu yang perlu diukur dengan tujuan
untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu soal.Soal dikatakan valid
apabila nilai validitasnya tinggi.Menurut Sumarna Surapranata
(2004:25) tes yang valid adalah tes yang hanya mengukur satu
dimensi (unidimensional). Sedangkan menurut Sugiyono (2009:121)
valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur. Menurut Crocker dan Algina dalam Anang
Dermawan (2010: 43) mengatakan bahwa koefisien rpbis di atas 0,2
sudah dianggap memuaskan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka
untuk butir yang memiliki harga rpbis lebih besar atau sama dengan 0,2
dinyatakan valid, sedangkan jika harga rpbis lebih kecil daripada 0,2
maka butir dinyatakan gugur. Tingkat kesukaran soal yang baik yaitu
diatas 0,2.
Tinggi rendahnya nilai validitas butir soal dapat diukur dengan
menggunakan rumus korelasi pointbiserial (γpbi) (Suharsimi
Arikunto, 2006 : 79):
Keterangan:
γpbi = koefisien korelasi biserial
Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang
dicari validitasnya
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi dari skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar
Q = proporsi siswa yang menjawab salah
3. Reliabilitas
Reliabilitas menunjukan bahwa sesuatu instrumen dapat digunakan
untuk alat pengumpul data.Suatu tes dapat dikatakan mempunyai tingkat
kepercayaan yang tinggi bila hasil tes tersebut memberikan hasil yang
tetap.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
konsistensi internal artinya didasarkan pada data dari sekali penggunaan
suatu bentuk alat ukur pada sekelompok subjek atau untuk mengetahui
keajegan instrumen artinya jika dilakukan pengukuran ulang dengan
instrumen tersebut maka seandainya hasilnya berubah, perubahan itu
dianggap tidak berarti.
Teknik kompetensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
formula Kuder-Richardson-20 atau KR-20, karena bentuk instrumen yang
dikembangkan berbentok dikotomi. Menurut Cronbach yang dikutip dari
Saifuddin Azwar (1997:187), bentuk tes yang dikotomi, koefisien
alphanya menggunakan KR-20, sedangkan interpretasi koefisien reabilitas
adalah semakin tinggi berarti semakin reliabel. Reliabilitas butir soal
menggunakan rumus alpha KR-20 adalah:
r11=( nn−1 )( S2−∑ pq
S2 )Sumber: Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Suharsimi Arikunto, 2006:
100)
Di mana :
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes
Besarnya reliabilitas diinterpretasikan sesuai dengan interpretasi
besarnya koefisien korelasi sebagai berikut:
1. 0,800 < r11< 1,00 : sangat tinggi
2. 0,600 < r11< 0,800 : tinggi
3. 0,400 < r11< 0,600 : cukup
4. 0,200 < r11< 0,400 : rendah
5. 0,000 < r11< 0,200 : sangat rendah
Sumber: Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Suharsimi Arikunto, 2006:
75).
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono.(1995). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Dimyanti dan Mujiono.(2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Farida Yusuf. (2008). Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi (untuk program
pendidikan dan penelitian). Jakarta: Rineka Cipta
Mundilarto.(2002). Kapita Selekta Pendidikan Fisika (individual text
book).Yogyakarta : JICA
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru
Rayon 24 Universitas Negeri Makassar.Diakses dari http://sertifikasiguru.
unm.ac.id/Model%20Pembelajaran/32.%20Model%20Pembelajaran
%20Sains%20SMA.pdf pada 25 mei 2012 pukul 16.13 WIB
Suharsimi Arikunto. (1992). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Sumardi Suryabrata. (1987). Pengembangan Tes Hasil Belajar. Jakarta: Rajawali