Proposal

71
PROPOSAL PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING (PEMECAHAN MASALAH) DENGAN PENDEKATAN DEDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR POKOK BAHASAN BENTUK PANGKAT, AKAR, DAN LOGARITMA BAGI SISWA KELAS X SEMESTER I MA NAHDLATUL ULAMA MRANGGEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 SKRIPSI Di Susun Oleh : MUHAMMAD AFENDI 06310025

Transcript of Proposal

Page 1: Proposal

PROPOSAL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

(PEMECAHAN MASALAH) DENGAN PENDEKATAN DEDUKTIF

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR POKOK BAHASAN

BENTUK PANGKAT, AKAR, DAN LOGARITMA BAGI SISWA KELAS

X SEMESTER I MA NAHDLATUL ULAMA MRANGGEN DEMAK

TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013

SKRIPSI

Di Susun Oleh :

MUHAMMAD AFENDI

06310025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

IKIP PGRI SEMARANG

2012

Page 2: Proposal

BAB I

PENDAHULUAN

A. JUDUL SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

(PEMECAHAN MASALAH) DENGAN PENDEKATAN DEDUKTIF

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR POKOK BAHASAN

BENTUK PANGKAT, AKAR, DAN LOGARITMA BAGI SISWA KELAS

X SEMESTER I MA NAHDLATUL ULAMA MRANGGEN DEMAK

TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan

kehidupan manusia. Melalui pendidikan sumber daya manusia yang

berkualitas dicetak untuk menjadi motor penggerak kemajuan dan

kemakmuran bangsa. Indonesia sebagai negara yang berkembang terus

berupaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui

pendidikan nasional.

Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas

manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab

professional setiap guru. Pendidikan yang berorientasi pada kualitas ini

menghadapi berbagai tantangan yang tidak bisa ditanggulangi dengan

paradigma yang lama. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang

cepat tidak dapat dikejar dengan cara-cara lama yang sering dipakai dalam

sekolah-sekolah.

Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa belajar dan pembelajaran

adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Di

sekolah terjadi interaksi antara siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai

pendidik dalam suatu proses pembelajaran. Refleksi keseluruhan dari

pembelajaran ditunjukkan dengan adanya peningkatan prestasi belajar yang

dicapai oleh siswa.

Page 3: Proposal

Namun kenyataannya, untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran

yang sesuai dengan tujuan tidaklah mudah. Prestasi belajar yang dicapai

belum memuaskan mengingat masih banyak siswa yang memperoleh nilai di

bawah standar yang ditetapkan khususnya pada mata pelajaran matematika.

Sudah menjadi gejala umum bahwa mata pelajaran matematika kurang

disukai oleh kebanyakan siswa karena sukar dipahami. Bukan hanya siswa

yang mengeluhkan, seorang guru juga sering menghadapi kesulitan dalam

mengajarkan bagaimana cara menyajikan bahan ajar matematika dan

bagaimana cara menyelesaikan masalah dengan baik kepada para siswanya.

Belajar matematika akan berhasil bila proses belajarnya baik yaitu

melibatkan intelektual peserta didik secara optimal. Satu permasalahan yang

sering dihadapi yaitu kurangnya pendekatan yang benar dan efektif dalam

menjalankan proses pembelajaran. Kurikulum yang baik tidak akan

bermanfaat jika tidak ditunjang dengan model pembelajaran yang tepat. Pada

umumnya, seorang guru menggunakan model konvensional karena mudah

dilaksanakan, cepat, dan murah. Selain itu, banyak sekali guru matematika

yang menggunakan waktu pelajaran dengan kegiatan membahas tugas-tugas

lalu, memberikan pelajaran baru, kemudian memberikan tugas lagi kepada

siswa. Pembelajaran seperti di atas rutin dilakukan hampir setiap hari,

dikategorikan sebagai pembelajaran 3M, yaitu membosankan,

membahayakan dan merusak seluruh minat siswa. Apabila pembelajaran

seperti ini terus dilaksanakan maka kompetensi dasar dan indikator

pembelajaran tidak akan dapat tercapai secara maksimal.

Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam

kegiatan belajar mengajar. Untuk itu sebaiknya memilih model pembelajaran

yang dapat mendorong siswa untuk aktif dan kreatif dalam belajar. Apalagi

dalam melaksanakan pembelajaran matematika di sekolah, diharapkan siswa

dapat mengembangkan kemampuan dasar yang dimilikinya dalam berpikir

kritis, logis, rasional, efektif, efisien, cermat, kreatif serta inovatif. Hal ini,

jelas merupakan tuntutan yang sangat tinggi dan tidak mungkin bisa dicapai

Page 4: Proposal

hanya dengan melalui hafalan, latihan pengerjaan soal yang rutin, serta proses

pembelajaran biasa.

Berdasarkan teori belajar Gagne (dalam Suherman, 2001:83), bahwa

keterampilan intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui

pemecahan masalah (Problem Solving). Maka dalam pembelajaran

matematika salah satu upaya yang dilakukan oleh guru adalah dengan

menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah (Problem Solving).

Model pembelajaran Problem Solving adalah suatu model

pembelajaran yang memusatkan pada pembelajaran dan keterampilan

pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan (K.L.

Pepkin, 2004:1). Dengan menggunakan model pembelajaran ini diharapkan

dapat menimbulkan minat sekaligus kreatifitas dan motivasi siswa dalam

mempelajari matematika, sehingga siswa dapat memperoleh manfaat yang

maksimal baik dari proses maupun hasil belajarnya.

Tujuan umum dari pendidikan menengah yang mengacu pada tujuan

umum pendidikan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan

mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Guru dikatakan berhasil dalam mengajar jika tujuan – tujuan

pembelajaran sudah tercapai. Hasil kegiatan belajar mengajar tentu saja

diketahui setelah diadakan evaluasi dengan seperangkat item soal yang sesuai

dengan rumusan beberapa tujuan pembelajaran. Pemilihan model

pembelajaran harus yang dapat mengembangkan daya keaktifan dan kreatifitas

siswa. Salah satu model yang digunakan adalah model pembelajaran Problem

Solving (Pemecahan Masalan).

Menurut Ali Mashar, S.Pd selaku guru matematika MA NU Mranggen

Demak, prestasi belajar siswa masih di bawah KKM yaitu dengan nilai rata-

rata 6. Siswa masih beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah

pelajaran yang sulit khususnya yang berkaitan dengan Bentuk Pangkat, Akar

dan Logaritma. Karena, di dalam materi Bentuk Pangkat, Akar dan Logaritma

terdapat berbagai rumus yang saling berkaitan satu sama lain yang harus

Page 5: Proposal

dipahami. Hal ini membuat siswa jenuh dan sulit untuk mempelajarinya

sehingga siswa menghadapi kesulitan bagaimana menyelesaikan masalah yang

diberikan guru.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan

judul : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

(PEMECAHAN MASALAH ) DENGAN PENDEKATAN DEDUKTIF

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR POKOK BAHASAN

BENTUK PANGKAT, AKAR, DAN LOGARITMA BAGI SISWA KELAS

X SEMESTER I MA NAHDLATUL ULAMA MRANGGEN DEMAK

TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013

C. PENEGASAN ISTILAH

Untuk memperjelas permasalahan dan pencapaian hasil sesuai dengan

yang diharapkan dalam penelitian ini, maka penulis perlu memberikan

penjelasan tentang arti beberapa kata atau istilah yang tercantum dalam judul

skripsi. Dengan penjelasan ini diharapkan dapat menghindari adanya

perbedaan penafsiran atas istilah – istilah yang digunakan dalam skripsi ini.

Beberapa istilah yang perlu mendapatkan penjelasan antara lain :

1. Penerapan

Menurut Purwadaminta (1987:1059) dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia penerapan dapat diartikan menggunakan, mempraktikan.

Penerapan berarti penggunaan atau pemakaian. Hal ini berarti bahwa

penerapan merupakan suatu kegiatan yang mempraktekan sesuatu hal.

2. Model Pembelajaran

Menurut Soekamto (1996:78) model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran

dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar

mengajar.

Page 6: Proposal

3. Model Pembelajaran Problem Solving

Suatu model pembelajaran yang memusatkan pada pembelajaran

dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan

keterampilan. (K.L. Pepkin, 2004:1)

4. Pendekatan Deduktif

Pada dasarnya penalaran adalah proses berpikir yang dilakukan

dengan suatu cara untuk menarik kesimpulan. Penarikan kesimpulan dari

hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat khusus disebut

penarikan kesimpulan secara deduktif.

5. Meningkatkan

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, meningkatkan diartikan

sebagai menaikkan (derajat, taraf). Hal ini berarti meningkatkan adalah

menaikkan derajat atau taraf. (Purwadaminta, 1987:1078)

6. Prestasi Belajar Siswa

Prestasi yaitu hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan).

Sedangkan, belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut

kognitif, afektif, dan psikomotor. (M.Syah, 2002:68). Dari uraian diatas,

dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang

dicapai siswa dengan kemampuan maksimal yang akhirnya mangalami

perubahan tingkah laku secara tetap baik kognitif, afektif dan

psikomotorik.

7. Materi Bentuk Pangkat, Akar Dan Logaritma

Materi Pokok Bentuk Pangkat, Akar, dan Logaritma adalah materi

yang diajarkan pada siswa kelas X Semester I MA Nahdlatul Ulama

Mranggen Demak Tahun Pelajaran 2012/2013.

Berdasarkan uraian di atas maka arti keseluruhan dari ”Penerapan

Model Pembelajaran Problem Solving (Pemecahan Masalah) Dengan

Pendekatan Deduktif Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Pokok Bahasan

Bentuk Pangkat, Akar, dan Logaritma Bagi Siswa Kelas X Semester I MA

Page 7: Proposal

Nahdlatul Ulama Mranggen Demak Tahun Pelajaran 2012/2013” adalah

mempraktikkan suatu model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan

kelompok kecil siswa serta dengan pembagian tugas antar kelompok sehingga

siswa – siswi tersebut dapat bekerja sama saling membantu dan

menyelesaikan tugasnya masing – masing untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan.

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, penulis menarik

suatu rumusan masalah yang akan menjadi fokus dalam penelitian yaitu

“Apakah penerapan model pembelajaran Problem Solving (Pemecahan

Masalah) dengan Pendekatan Deduktif dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa pada materi pokok Bentuk Pangkat, Akar, dan Logaritma pada siswa

kelas X Semester I MA Nahdlatul Ulama Mranggen Demak Tahun Pelajaran

2012/2013.

E. STRATEGI PEMECAHAN MASALAH

Berdasarkan permasalahan di atas, maka pemecahan masalah yang

diajukan berupa penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model

pembelajaran Problem Solving dengan Pendekatan Deduktif untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok Bentuk Pangkat, Akar

dan Logaritma.

Penelitian tindakan kelas ini dirancang melalui tiga siklus yaitu siklus

I, siklus II dan siklus III. Setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan

tindakan, pengamatan, dan refleksi. Siklus III dilakukan apabila pada siklus I

dan siklus II belum terjadi peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa.

Selanjutnya data yang diperoleh melalui pengamatan dianalisis untuk dapat

menyimpulkan apakah penerapan model pembelajaran problem solving

dengan Pendekatan Deduktif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada

materi pokok Bentuk Pangkat, Akar, dan Logaritma pada siswa kelas X

Semester I MA Nahdlatul Ulama Mranggen Demak Tahun Pelajaran

Page 8: Proposal

2012/2013. Peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes /

evaluasi siswa sedangkan peningkatan keaktifan siswa dapat dilihat pada

lembar observasi dan tingkat keberhasilannya dibuat berdasarkan hasil dari

siklus I, siklus II, dan siklus III.

F. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam peneltian tindakan kelas ini

adalah untuk mengetahui bahwa pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran problem solving dengan Pendekatan Deduktif dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Bentuk Pangkat, Akar,

dan Logaritma pada siswa kelas X Semester I MA Nahdlatul Ulama

Mranggen Demak Tahun Pelajaran 2012/2013.

G. MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan pada tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka

penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat atau kegunaan dalam

pendidikan. Sebagai Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penelitian ini

memberikan manfaat utamanya kepada pembelajaran matematika. Adapun

manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

a. Dapat membangkitkan minat belajar sekaligus kreatifitas dan motivasi

siswa dalam mempelajari matematika.

b. Meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah

matematika dengan strateginya sendiri.

c. Kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab untuk

memecahkan masalah secara berkelompok sehingga dapat mempererat

hubungan antara sesama siswa untuk mempertebal perasaan sosial.

2. Bagi Guru

a. Menambah informasi bagi guru mengenai model pembelajaran yang

bervariasi sehingga dapat mengetahui strategi yang tepat digunakan

untuk proses pembelajaran.

Page 9: Proposal

b. Mendapatkan pengalaman langsung dalam melakukan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan

profesi guru.

3. Bagi Peneliti

a. Dapat menambah pengetahuan peneliti khususnya mengenai penerapan

model pembelajaran problem solving dengan Pendekatan Deduktif

pada pembelajaran matematika pokok bahasan Bentuk Pangkat, akar

dan Logaritma.

b. Peneliti mendapat pengalaman langsung dalam melakukan Penelitian

Tindakan Kelas ( PTK ) untuk menigkatkan kualitas pembelajaran.

c. Dapat mempersiapkan diri dalam mengantisipasi masalah-masalah yang

akan dihadapi nanti untuk terjun ke dunia pendidikan.

H. LANDASAN TEORI

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan,

keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sifat seseorang terbentuk,

dimodifikasi dan berkembang disebabkan karena belajar. Seseorang

dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu

proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku dalam

waktu yang relatif lama dan disertai dengan usaha. Tanpa usaha walaupun

terjadi perubahan tingkah laku bukanlah belajar. Kegiatan dan usaha untuk

mencapai perubahan tingkah laku itu merupakan hasil belajar. Dengan

demikian belajar akan menyangkut proses belajar dan hasil belajar.

(Hudoyo, 1990:1)

Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan

belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi tentang

belajar :

Page 10: Proposal

a. Gagne

Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu

organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. (Gagne

dalam Dahar, 1996:11)

b. Skinner

Belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku)

yang berlangsung secara progresif. (Skinner dalam M.Syah, 2002:64)

c. James O. Whittaker

Belajar dapat didefinisikan sebagai proses yang menimbulkan

atau merubah perilaku melalui latihan atau pengalaman. (James O.

Whittaker dalam Darsono, 2000:4)

d. W.S Winkel

Belajar adalah suatu aktivitas mental / psikis yang berlangsung

dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan

perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai-

sikap. (W.S Winkel dalam Darsono, 2000:4)

Timbulnya aneka ragam pendapat para ahli tersebut di atas adalah

fenomena yang wajar karena adanya perbedaan titik pandang. Namun

demikian, dalam beberapa hal tertentu yang mendasar mereka sepakat

dalam penggunaan istilah “berubah” dan “tingkah laku”.

Bertolak dari berbagai definisi yang telah diutarakan, secara umum

dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan

raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang

menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

2. Pengertian Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran tidak dapat dapat dipisahkan dari kegiatan

belajar dan mengajar. Karena, dalam pembelajaran terdapat proses

mengajar. Mengajar diartikan sebagai penciptaan suatu sistem lingkungan

yang memungkinkan terjadinya proses belajar. (Sudaryo, 1991:5)

Page 11: Proposal

Dengan mengetahui pengertian mengajar, maka pengertian

pembelajaran diartikan sebagai berikut :

a. Umum

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru

sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang

lebih baik. (Darsono, 2000:24).

b. Khusus

1) Behavioristik

Pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku

yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus). Agar

terjadi hubungan stimulus dan respon (tingkah laku yang

diinginkan) perlu latihan, dan setiap latihan yang berhasil harus

diberi hadiah dan atau reinforment (penguatan).

2) Kognitif

Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami

apa yang sedang dipelajari.

3) Gestalt

Pembelajaran adalah usaha guru untuk memberikan materi

pembelajaran sedemikian rupa, sehingga siswa lebih mudah

mengorganisirnya menjadi suatu pola yang bermakna.

4) Humanistik

Pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa

untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai

minat dan kemampuannya. (Darsono, 2000:24)

3. Ciri-Ciri Belajar

Ciri-ciri belajar adalah sifat atau keadaan yang khas yang dimiliki

oleh perbuatan belajar. Beberapa ciri belajar yang perlu dikemukakan

adalah :

Page 12: Proposal

a. Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan. Tujuan dipakai

sebagai arah kegiatan arah kegiatan dan sekaligus sebagai tolak ukur

keberhasilan belajar.

b. Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan pada

orang lain. Jadi, belajar bersifat individual.

c. Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan.

d. Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang

belajar. Perubahan tersebut bersifat integral, artinya perubahan dalam

aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang terpisahkan satu dengan

yang lain. (Darsono, 2000:30)

4. Masalah Belajar

Kegiatan belajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

Pelaksanaan belajar tidak selalu lancar dan berhasil di dalam belajar, baik

formal maupun non formal, pasti ada hambatan atau kesulitan yang kita

sebut masalah belajar. Adapun yang dimaksud dengan masalah belajar

adalah berbagai problema yang menghambat atau mengganggu proses

belajar atau pencapaian tujuan belajar.

Jenis-jenis masalah belajar adalah sebagai berikut :

a. Berbagai jenis masalah belajar yang dihadapi siswa mungkin berasal

dari faktor luar / ekstern atau faktor dalam / intern.

Faktor-faktor tersebut antara lain :

1) Kemampuan belajar rendah.

2) Sikap dan kebiasaan belajar tidak memadai.

3) Bakat dan minat tidak sesuai dengan bahan yang dipelajari.

4) Kondisi fisik tidak menunjang.

5) Sarana belajar tidak memadai.

6) Lingkungan belajar tidak mendukung dan lain-lain.

b. Kemungkinan pula masalah belajar tersebut dialami siswa ketika

proses belajar mengajar yaitu saat :

1) Sebelum belajar

Page 13: Proposal

Masalah-masalah yang timbul sebelum belajar misalnya

masalah-masalah yang berkaitan dengan ciri-ciri khas pribadi (acuh

tak acuh, ceroboh dan sebagainya), minat kurang menunjang,

kecakapan kurang, pengalaman dan keinginan belajar kurang

memadai.

2) Proses belajar

Masalah-masalah yang timbul pada saat proses belajar yaitu

kegiatan yang dialami dan dihayati oleh siswa berkaitan dengan

sikap, motivasi, konsentrasi, mengolah, menyimpan, menggali

materi belajar serta berprestasi.

3) Sesudah belajar

Masalah yang timbul pada saat sesudah belajar yaitu

masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan untuk prestasi

belajar seperti keterbatasan prestasi belajar dalam bidang studi

tertentu.

c. Masalah-masalah tersebut juga sering mengakibatkan kesulitan belajar

beragam dan kompleks seperti :

1) Learning Disorder

Mengandung makna suatu proses belajar yang terganggu

karena adanya respon-respon tertentu yang bertentangan atau tidak

sesuai, misalnya siswa kurang berminat terhadap suatu bidang

studi tertentu, tetapi harus tetap mempelajari juga.

2) Learning Disability

Siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar,

sehingga hasil yang dicapai berada di bawah potensi

intelektualnya.

3) Learning Disfunction

Gangguan belajar ini berupa gejala proses belajar yang

tidak berfungsi dengan baik karena adanya gangguan syaraf otak,

sehingga menyebabkan terjadinya gangguan pada salah satu tahap

dalam proses belajarnya.

Page 14: Proposal

4) Slow Learner atau siswa lamban

Siswa semacam ini memperlihatkan gejala belajar lambat

atau dapat juga dikatakan proses perkembangannya lambat.

5) Under Achiever

Siswa semacam ini memiliki hasil belajar rendah, di bawah

potensi yang ada padanya. Kecerdasan tergolong normal, bahkan di

atas normal, tetapi karena suatu hal mengakibatkan proses

belajarnya terganggu. Mereka sering disebut sebagai siswa yang

gagal. (Darsono, 2000: 40)

5. Prestasi Belajar

Prestasi adalah apa yang telah diciptakan (hasil pekerjaan, hasil

yang menyenangkan), hasil karya yang dicapai atau diperoleh. Belajar

adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam

interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan

psikomotor.

Prestasi belajar adalah hasil belajar seseorang yang dicapai dengan

kemampuan maksimal yang akhirnya mengalami perubahan tingkah laku

secara tetap baik kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan sebagai

hasil dari proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti

perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, kecakapan serta

perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Prestasi

belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,

karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan

hasil dari proses belajar.

Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran

terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan

psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan

menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Prestasi belajar

siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat

memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

Page 15: Proposal

Prestasi belajar merupakan suatu bukti keberhasilan belajar atau

kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai

dengan bobot yang dicapainya. Untuk mencapai prestasi belajar siswa

sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar. Secara garis besar faktor-faktor yang

mempengaruhi tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor Dalam (intern)

Faktor dalam adalah faktor yang dapat mempengaruhi

keberhasilan belajar yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri.

Faktor- faktor dalam meliputi hal- hal berikut :

b. Kondisi Fisiologi

Kondisi fisiologi pada umumnya sangat berpengaruh terhadap

belajarnya seseorang, orang yang dalam keadaan segar jasmaninya

akan berbeda belajarnya dari orang dalam keadaan lelah.

c. Kondisi Psikologis

Beberapa faktor psikologis yang utama antara lain sebagai

berikut:

1) Kecerdasan

2) Bakat

3) Minat

4) Motivasi

5) Emosi

6) Kemampuan Kognitif

d. Faktor Luar (ekstern)

Faktor luar adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yang

dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor-faktor itu adalah

sebagai berikut:

e. Faktor Lingkungan

1) Lingkungan alami, yaitu kondisi alam yang dapat berpengaruh

terhadap proses dan hasil belajar, misalnya suhu udara, musim, dan

lain- lain.

Page 16: Proposal

2) Lingkungan sosial, berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar.

Misalnya keadaan keluarga, sekolah maupun lingkungan

masyarakat.

f. Faktor Instrumental

adalah faktor- faktor yang adanya dan penggunaannya

dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor

itu meliputi hal-hal sebagai berikut :

1) Kurikulum

2) Program

3) Sarana dan fasilitas

4) Guru atau Tenaga Pengajar

6. Model Pembelajaran Problem Solving

Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan

siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan

masalah. Berdasarkan teori belajar yang dikemukakan Gagne (dalam

Suherman, 2001:83), bahwa keterampilan intelektual tingkat tinggi dapat

dikembangkan melalui pemecahan masalah.

a. Pengertian Model Pembelajaran Problem Solving

Problem solving adalah belajar memecahkan masalah. Model

pembelajaran problem solving adalah suatu model pembelajaran yang

memusatkan pada pembelajaran dan keterampilan pemecahan masalah

yang diikuti dengan penguatan keterampilan (K.L. Pepkin, 2004:1).

Dengan menggunakan model pembelajaran ini diharapkan dapat

menimbulkan minat sekaligus kreatifitas dan motivasi siswa dalam

mempelajari matematika, sehingga siswa dapat memperoleh manfaat

yang maksimal baik dari proses maupun hasil belajarnya.

Model pembelajaran melalui pemecahan masalah dipandang

sebagai model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan

siswa dalam berpikir tinggi. (Suyitno, 2004:36)

Menurut John Dewey, belajar memecahkan masalah itu

berlangsung sebagai berikut : Individu menyadari masalah bila dia

Page 17: Proposal

dihadapkan kepada situasi keraguan dan kekaburan sehingga

merasakan adanya semacam kesulitan. (Djamarah, 2006:18)

Suatu soal hanya dapat disebut sebagai masalah / problem bagi

siswa jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1) Siswa memiliki pengetahuan prasyarat untuk mengerjakan soal

tersebut.

2) Diperkirakan, siswa mampu menyelesaikan soal tersebut.

3) Siswa belum tahu algoritma / cara pemecahan soal tersebut.

4) Siswa mau dan berkehendak untuk menyelesaikan soal tersebut.

(Suyitno, 2004:36)

b. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah

Berbicara pemecahan masalah tidak bisa dilepaskan dari tokoh

utamanya yaitu George Polya. Menurut Polya (dalam Suherman,

2001:91), dalam pemecahan suatu masalah terdapat empat langkah

yang harus dilakukan yaitu :

1) Memahami Masalah

Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang

diberikan, siswa tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah

tersebut dengan benar.

2) Merencanakan Penyelesaian

Pada umumnya, semakin bervariasi pengalaman mereka,

ada kecenderungan siswa lebih kreatif dalam menyusun rencana

penyelesaian suatu masalah.

3) Menyelesaikan Masalah Sesuai Rencana

Jika rencana penyelesaian suatu masalah telah dibuat, baik

secara tertulis atau tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian

masalah sesuai dengan rencana yang dianggap paling tepat.

4) Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang

telah dikerjakan.

Dengan melakukan pengecekan kembali terhadap semua

langkah yang telah dikerjakan. maka berbagai kesalahan yang tidak

Page 18: Proposal

perlu dapat terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai pada

jawaban yang benar sesuai dengan masalah yang diberikan.

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem

Solving

Model pembelajaran Problem Solving mempunyai kelebihan

dan kekurangan sebagai berikut :

1) Kelebihan Model Problem Solving

a) Proses pembelajaran melalui pemecahan masalah dapat

membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan

masalah secara terampil.

b) Model ini merangsang perkembangan kemampuan berpikir

siswa secara kreatif dan menyeluruh untuk menyelesaikan

masalah yang dihadapi dengan tepat.

c) Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan,

mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan serta

menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan. (Djamarah,

2006:92)

2) Kekurangan Model Problem Solving

a) Proses belajar mengajar dengan menggunakan

model ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak.

b) Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan

mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi

belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan

sendiri atau kelompok, yang kadang memerlukan berbagai

sumber belajar merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

c) Kalau di dalam kelompok itu kemampuan

anggotanya heterogen, maka siswa yang pandai akan

mendominasi dalam diskusi sedang siswa yang kurang pandai

menjadi pasif sebagai pendengar saja.

7. Pendekatan Deduktif

Page 19: Proposal

Ruang kelas merupakan tempat yang baik untuk kegiatan belajar

mengajar. Di dalam kelas, para siswa dapat diberi kesempatan bekerja

dalam kelompok-kelompok kecil untuk mendiskusikan masalah dan

menentukan strategi pemecahan masalahnya. Pada dasarnya penalaran

adalah proses berpikir yang dilakukan dengan suatu cara untuk menarik

kesimpulan. Penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi

kasus yang bersifat khusus disebut penarikan kesimpulan secara deduktif.

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran

yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya

sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja

secara bersama-sama di antara sesama anggota kelompok akan

meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar (Solihatin,

2007:5).

Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil yang

bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,

menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai

tujuan bersama lainnya (Erman, dkk, 2001:218).

8. Kajian Materi Bentuk Pangkat, Akar dan Logaritma

Dalam buku Matematika SMA / MA Pokok Bahasan Bentuk

Pangkat, Akar, dan Logaritma.

a. Bentuk Pangkat

1) Definisi Pangkat Bulat Positif

Jika a adalah bilangan real dan n adalah bilangan bulat

positif, maka an didefinisikan sebagai perkalian n faktor yang

masing – masing faktornya adalah a.

Jadi, definisi dari pangkat bulat positif adalah :

notasi an dibaca ” a pangkat n ”

Dimana :

an =

Page 20: Proposal

a adalah bilangan pokok

n adalah pangkat dari a

2) Sifat – sifat Bilangan dengan Pangkat Bulat Positif

a) Sifat pekalian bilangan berpangkat

Jika m dan n adalah bulat positif dan a R, maka didapat :

b) Sifat pembagian bilangan berpangkat

Jika a R (a ≠ 0) dan m, n adalah bilangan bulat

positif, maka didapat :

c) Sifat perpangkatan bilangan berpangkat

Jika m dan n adalah bilangan bulat positif dan a R, maka :

d) Sifat Perpangkatan pada perkalian bilangan

Jika n adalah bilangan bulat positif dan a , b R, maka :

e) Sifat Perpangkatan dari hasil dua bilangan

Jika n adalah bilangan bulat positif dan a , b R, maka :

3) Pangkat Bulat Negatif dan Pangkat 0

a) Pangkat Bulat Negatif

am . an = am + n

(am)n = amn

(ab)n = an bn

Page 21: Proposal

Secara umum bentuk pangkat bulat negatif adalah jika a

adalah bilangan real a ≠ 0 dan n adalah bilangan bulat positif,

maka :

b) Pangkat Nol

Sifat penjumlahan pada bilangan berpangkat am x an =

am + n dapat digunakan untuk menjelaskan arti pangkat nol.

1) Jika m = 0 → a0 x an = a0 + n = an

c) Pada sifat pembagian bilangan berpangkat, untuk m = n dapat

dibuktikan :

dan

Berdasarkan a dan b, maka dapat disimpulkan bahwa :

Untuk setiap a bilangan real dan a ≠ 0, maka berlaku a0 = 1

b. Bentuk Akar

1. Pengertian Bilangan Rasional dan Irasional

Bilangan rasional merupakan dasar dari pembahasan

bilangan irasional terutama pada bentuk akar. Bilangan rasional

adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai pecahan dengan

a dan b adalah bilangan bulat dan b ≠ 0 dan dapat juga dinyatakan

dalam bentuk desimal berulang. Bilangan irasional adalah bilangan

yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan , a dan b

bilangan bulat dengan b ≠ 0 atau merupakan desimal tidak

berulang.

2. Pengertian Bentuk Akar

a0 = 1, untuk a ≠ 0

Page 22: Proposal

Bentuk akar adalah akar bilangan yang bukan bilangan

rasional. Kita dapat menentukan dengan tepat nilai akar kuadrat

dari suatu bilangan yang dinyatakan dengan , , dan

tetapi bilangan yang dinyatakan dengan , , dan

disebut bentuk akar, karena bilangan – bilangan tersebut tidak

dapat dinyatakan dengan , a dan b bilangan bulat dengan b ≠ 0.

3. Menyederhanakan Bentuk Akar

Bentuk akar dapat disederhanakan jika p dapat

dinyatakan dengan faktor – faktor yang memuat bilangan kuadrat

sempurna. Untuk menyederhanakan bentuk akar digunakan sifat

4. Operasi Hitung Bentuk Akar

a) Operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk akar hanya

dapat dilakukan jika bentuk akarnya sejenis.

b) Operasi perkalian dan pembagian bentuk akar hanya dapat

dilakukan jika bentuk akar tersebut sama. Apabila bentuk akar

belum sama, harus dibuat senama terlebih dahulu. Untuk

menemukan hasil kali dan hasil bagi dari bentuk – bentuk akar,

digunakan sifat – sifat :

Jika akarnya senama

Page 23: Proposal

Jika akarnya tidak senama

5. Merasionalkan Penyebut Pecahan Bentuk Akar

a) Pecahan Bentuk

Untuk merasionalkan pecahan bentuk adalah

dengan cara mengalikan pembilang dan penyebut oleh ,

sehingga diperoleh penyebut rasional.

b) Pecahan Bentuk

Cara merasionalkan pecahan bentuk adalah

dengan mengalikan penyebut dan pembilang dengan sekawan

dari penyebut.

c) Pecahan bentuk

Cara merasionalkan bentuk adalah dengan

mengalikan pembilang dan penyebut dengan sekawan dari

penyebutnya.

c. Pangkat Pecahan (Rsional)

1. Bentuk

Jika a adalah bilangan real dan n adalah bilangan asli n ≥ 2, maka :

Page 24: Proposal

2. Pangkat Pecahan

Jika a bilangan real, m bilangan bulat, n bilangan asli dan n

≥ 2, adalah bilangan real dan ≠ 0, maka

3. Sifat – sifat Pangkat Rasional

Sifat – sifat bilangan yang berlaku pada pangkat bulat juga

berlaku pada pangkat rasional. Untuk a, b bilangan real dengan a, b

≠ 0 dan m, n bilangan rasional, maka berlaku

d. Logaritma

1. Definisi Logaritma

Logaritma suatu bilangan b dengan bilangan pokok a

(ditulis alog b) adalah eksponen bilangan berpangkat yang

menghasilkan b jika a dipangkatkan dengan eksponen itu.

Logaritma merupakan invers dari perpangkatan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Page 25: Proposal

Dimana :

a = disebut bilangan pokok, a > 0 dan a ≠ 1

b = disebut numerus, b > 0

n = hasil logaritma

2. Sifat – sifat Logaritma

Sifat – sifat logaritma diantaranya sebagai berikut :

I. KERANGKA BERPIKIR

Pembelajaran matematika yang terjadi masih banyak didominasi oleh

adanya pembelajaran konvensional sehingga siswa cenderung pasif, monoton

dan kurang menarik bagi siswa. Pada saat guru menyampaikan materi

pelajaran, pada dasarnya siswa dapat mengikuti materi yang diberikan guru.

Namun pada saat guru memberikan soal atau latihan yang berbeda dari bentuk

soal yang sebelumnya mereka cenderung belum dapat menentukan strategi

penyelesaian. Selain itu, mengingat bahwa siswa adalah unsur pokok dalam

pembelajaran, maka siswalah yang harus menerima dan mencapai berbagai

informasi pengajaran yang pada akhirnya dapat mengubah tingkah lakunya

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Page 26: Proposal

sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, maka siswa harus dijadikan sebagai

sumber pertimbangan di dalam pemilihan sumber pengajaran

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok Bentuk

Pangkat, Akar, dan logaritma maka perlu dipilih model pembelajaran yang

tepat. Pemilihan model pembelajaran tersebut dapat menambah minat dan

motivasi siswa sekaligus menciptakan interaksi dan kerjasama yang cukup

baik antara siswa dengan siswa dalam materi pokok Bentuk Pangkat, Akar,

dan logaritma.

Berpangkal dari hal tersebut di atas, maka perlu diterapkan suatu

pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan siswa dalam

menyelesaikan masalah yaitu dengan model pembelajaran Problem Solving

(pemecahan masalah) dengan pendekatan Deduktif untuk meningkatkan hasil

belajar siswa.

J. HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis

tindakan yang diajukan adalah : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

PROBLEM SOLVING (PEMECAHAN MASALAH ) DENGAN

PENDEKATAN DEDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI

BELAJAR POKOK BAHASAN BENTUK PANGKAT , AKAR, DAN

LOGARITMA BAGI SISWA KELAS X SEMESTER I MA NAHDLATUL

ULAMA MRANGGEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013.

K. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya merupakan penelitian tindakan kelas.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action

research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik

pembelajaran di kelas.

2. Subyek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Madrasyah Aliyah

Nahdlatul Ulama Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Subyek

Page 27: Proposal

penelitian ini adalah siswa kelas X dan guru matetamika yang mengajar

dikelas tersebut.

3. Variabel Penelitian

Variabel merupakan faktor yang sangat penting dalam penelitian

untuk menjawab permasalahan yang ada. Dalam penelitian ini ada

beberapa faktor yang diteliti diantaranya :

a. Variabel Siswa : dari segi efektivnya yaitu kemampuan siswa dalam

belajar mandiri, kerjasama dengan orang lain, menyampaikan

pendapatnya dan berdiskusi, sedang dari segi kognitif yaitu

kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah.

b. Variabel Guru : melihat cara guru membauat rencana pembelajaran

dan bagaimana pelaksanaannya di dalam kelas.

4. Rencana Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan untuk tiga siklus yaitu

siklus I, siklus II, dan siklus III. Masing-masing siklus terdiri dari empat

tahap yaitu perencanaan, implementasi (tindakan), pengamatan

(observasi), dan refleksi.

Siklus I

a. Perencanaan

1) Membuat rencana pembelajaran yang berisi tentang materi bahan

ajar yang harus dipelajari siswa secara mandiri dirangkum,

kemudian didiskusikan dengan kelompok. Siswa sebagai wakil

kelompoknya menjelaskan / menyajikan materi pelajaran di depan

kelas. Siswa yang ditunjuk guru berdasarkan yang dilihat dari

keseharianya siswa ini dianggap pandai dan menguasai materi.

2) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah pokok bahasan

bentuk pangkat, akar, dan logaritma.

3) Membuat kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa

dengan memperhatikan penyebaran kemampuan siswa.

4) Menyusun soal tes Siklus I.

Page 28: Proposal

5) Menyusun angket untuk siswa dan lembar observasi. Angket

untuk siswa ini berisi tentang tanggapan siswa selama

pembelajaran. Lembar observasi berisi tentang lembar observasi

dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) dan lembar observasi

kinerja guru.

b. Tindakan

Rencana tindakan yang akan dilakukan pada siklus I adalah

sebagai berikut :

1) Pada pertemuan sebelumnya guru memberikan materi sub pokok

bahasan bentuk pangkat, akar, dan logaritma yang harus dipelajari

siswa secara mandiri, dirangkum kemudian membuat pertanyaan

yang berkaitan dengan materi secara kelompok dan di diskusikan

dengan kelompoknya.

2) Sehari sebelum pembelajaran di mulai guru mengoreksi hasil

pekerjaan siswa tentang tugas merangkum dan menjawab

pertanyaan / soal yang berkaitan dengan materi bentuk pangkat,

akar dan logaritma. Selanjutnya mencatat sejumlah kelompok yang

benar secara meyakinkan.

3) Pada saat pembelajaran berlangsung, guru menyampaikan tujuan

pembelajaran. Menyampaikan model pembelajaran yang

digunakan, tanya jawab guru kepada siswa mengarah pada materi.

4) Berdasarkan hasil koreksi yang diperoleh guru dan menentukan

kelompok siswa yang benar serta menentukan siswa untuk ditunjuk

di depan. Guru menyuruh salah satu siswa untuk menjelaskan

sebagai wakil dari kelompoknya.

5) Siswa yang ditunjuk sebagai wakil dari kelompoknya

menjelaskan materi didepan kelas.

6) Siswa penyaji melakukan diskusi, tanya jawab dan

menyelesaikan pemecahan masalah dengan kelompok lain tentang

materi yang disajikan didepan kelas.

Page 29: Proposal

7) Guru memberikan usulan / penegasan / penjelasan tentang materi

yang disajikan / dijelaskan oleh siswa penyaji.

8) Dengan tanya jawab dan menyelesaikan pemecahan masalah,

guru mengungkapkan kembali pemahaman siswa terhadap materi

pelajaran. Hal ini untuk melihat pemahaman siswa terntang materi

yang telah disajikan oleh temannya.

9) Guru memberikan soal untuk dikerjakan tentang materi yang

telah disajikan oleh temannya.

10) Guru memberikan materi pokok bentuk pangkat, akar, dan

logaritma yang harus dipelajari siswa secara mandiri dirangkum

kemudian membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi

secara kelompok dan pemecahan masalah yang didiskusikan

dengan kelompoknya yang harus disajikan siswa pada pertemuan

berikutnya.

c. Pengamatan

Pengamatan pada siklus I meliputi pengamatan selama

pembelajaran berupa lembar observasi dalam kegiatan belajar

mengajar (KBM) dan pengamatan berupa lembar observasi guru.

Adapun masing – masing pengamatan akan disajikan sebagai berikut :

1) Observasi Dalam Pembelajaran

Observasi yang dilakukan selama pembelajaran yang di

amati adalah keaktifan siswa dalam kelompoknya. Hubungan

antara siswa dengan kelompoknya, kemampuan siswa dalam

mengemukakan pendapat, kemampuan siswa dalam menyanggah

pendapat orang lain dan kemampuan siswa dalam menarik

kesimpulan. Selain itu juga pengamatan terhadap siswa yang

dikerjakan bersama kelompoknya. Pengamatan siswa penyaji di

depan kelas dalam menyajikan materi.

2) Observasi Kinerja Guru

Observasi Kinerja Guru berdasar atas kemampuan guru

dalam mengajar seperti memotivasi siswa, menciptakan suasana

Page 30: Proposal

aktif belajar, penguasaan materi, membimbing dan menanggapi

siswa dalam menyelesaian permasalahan saat diskusi, penekanan

pada materi penting. Pengamatan terhadap kegiatan siswa,

kesesuaian soal terhadap topik, membimbing siswa dalam menarik

kesimpulan.

d. Refleksi

Mendiskusikan hasil pengamatan untuk perbaikan pada

pelaksanaan Siklus II. Adapun yang perlu diperbaiki pada Siklus II

yaitu keaktifan siswa dalam pemecahan masalah dengan berdiskusi,

bertanya dan mengemukakan kemampuan siswa dalam menarik

kesimpulan.

Siklus II

a. Perencanaan

Kegiatan perencanaan ulang yaitu :

1) Permasalahan didefinisikan dan masalah dirumuskan kemudian

pokok bahasan pangkat, akar, dan logaritma.

2) Susunan kelompok tetap seperti siklus I. Berdasarkan

pertimbangan kemampuan siswa dan kelompoknya, kecocokan dan

kedekatan rumah maka tidak perlu diganti dan dirasakan masih

efektif.

3) Membuat rencana pembelajaran siklus II pada akhir kegiatan.

Rencana pembelajaran berisi tentang bahan ajar yang harus

dipelajari siswa secara mandiri, dirangkum kemudian di diskusikan

dengan kelompoknya. Siswa sebagai wakil kelompoknya

menjelaska / menyajikan materi pelajaran didepan kelas. Siswa

yang ditunjuk guru berdasarkan pengamatan yang dilihat dari

keseharian siswa serta dianggap menguasai materi.

4) Menyusun soal tes Siklus II

5) Menyusun angket untuk siswa dan lembar observasi. Angket untuk

siswa ini berisi tentang tanggapan siswa selama pembelajaran.

Page 31: Proposal

Lembar observasi berisi tentang lembar observasi dalam kegiatan

belajar mengajar (KBM) dan lembar observasi kinerja guru.

b. Tindakan

Tindakan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut :

1) Pada pertemuan sebelumnya guru memberikan materi sub pokok

bahasan bentuk pangkat, akar, dan logaritma yang harus dipelajari

siswa secara mandiri, dirangkum kemudian membuat pertanyaan

yang berkaitan dengan materi secara kelompok dan di diskusikan

dengan kelompoknya.

2) Sehari sebelum pembelajaran di mulai guru mengoreksi hasil

pekerjaan siswa tentang tugas merangkum dan menjawab

pertanyaan / soal yang berkaitan dengan materi bentuk pangkat,

akar dan logaritma. Selanjutnya mencatat sejumlah kelompok yang

benar secara meyakinkan.

3) Pada saat pembelajaran berlangsung, guru menyampaikan tujuan

pembelajaran. Menyampaikan model pembelajaran yang

digunakan, tanya jawab guru kepada siswa mengarah pada materi.

4) Berdasarkan hasil koreksi yang diperoleh guru dan menentukan

kelompok siswa yang benar serta menentukan siswa untuk ditunjuk

di depan. Guru menyuruh salah satu siswa untuk menjelaskan

sebagai wakil dari kelompoknya.

5) Siswa yang ditunjuk sebagai wakil dari kelompoknya menjelaskan

materi didepan kelas.

6) Siswa penyaji melakukan diskusi, tanya jawab dan menyelesaikan

pemecahan masalah dengan kelompok lain tentang materi yang

disajikan didepan kelas.

7) Guru memberikan usulan / penegasan / penjelasan tentang materi

yang disajikan / dijelaskan oleh siswa penyaji.

8) Dengan tanya jawab dan menyelesaikan pemecahan masalah, guru

mengungkapkan kembali pemahaman siswa terhadap materi

Page 32: Proposal

pelajaran. Hal ini untuk melihat pemahaman siswa terntang materi

yang telah disajikan oleh temannya.

9) Guru memberikan soal tes secara individual untuk dikerjakan,

tentang materi bentuk pangkat, akar, dan logaritma yang baru

dibahas.

c. Observasi

Observasi pada Siklus II meliputi selama pembelajaran dan

observasi kinerja guru. Adapun masing – masing observasi akan

dijelaskan sebagai berikut :

1) Observasi Dalam Pembelajaran

Observasi yang dilakukan selama pembelajaran yang di

amati adalah keaktifan siswa dalam kelompoknya. Hubungan

antara siswa dengan kelompoknya, kemampuan siswa dalam

mengemukakan pendapat, kemampuan siswa dalam menyanggah

pendapat orang lain dan kemampuan siswa dalam menarik

kesimpulan. Selain itu juga pengamatan terhadap siswa yang

dikerjakan bersama kelompoknya. Pengamatan siswa penyaji

didepan kelas dalam menyajikan materi.

2) Observasi Kinerja Guru

Observasi Kinerja Guru berdasar atas kemampuan guru

dalam mengajar seperti memotivasi siswa, menciptakan suasana

aktif belajar, penguasaan materi, membimbing dan menanggapi

siswa dalam menyelesaian permasalahan saat diskusi, penekanan

pada materi penting.pengamatan terhadap kegiatan siswa,

kesesuaian soal terhadap topik, membimbing siswa dalam menarik

kesimpulan.

d. Refleksi

Mendiskusikan hasil pengamatan untuk perbaikan pada

pelaksanaan Siklus III. Adapun yang perlu diperbaiki pada Siklus III

yaitu keaktifan siswa dalam pemecahan masalah dengan berdiskusi,

Page 33: Proposal

bertanya dan mengemukakan kemampuan siswa dalam menarik

kesimpulan.

Siklus III

Perencanaan, pelaksanan, tindakan, observasi refleksi Siklus III

ditentukan oleh hasil refleksi Siklus I dan II.

a. Perencanaan

Kegiatan perencanaan ulang yaitu :

1) Permasalahan didefinisikan dan masalah dirumuskan kemudian

pokok bahasan pangkat, akar, dan logaritma.

2) Susunan kelompok tetap seperti siklus I dan II. Berdasarkan

pertimbangan kemampuan siswa dan kelompoknya, kecocokan dan

kedekatan rumah maka tidak perlu diganti dan dirasakan masih

efektif.

3) Membuat rencana pembelajaran siklus III pada akhir kegiatan.

Rencana pembelajaran berisi tentang bahan ajar yang harus

dipelajari siswa secara mandiri, dirangkum kemudian didiskusikan

dengan kelompoknya. Siswa sebagai wakil kelompoknya

menjelaskan / menyajikan materi pelajaran didepan kelas.Siswa

yang ditunjuk guru berdasarkan pengamatan yang dilihat dari

keseharian siswa serta dianggap menguasai materi.

4) Menyusun soal tes Siklus III.

5) Menyusun angket untuk siswa dan lembar observasi. Angket untuk

siswa ini berisi tentang tanggapan siswa selama pembelajaran.

Lembar observasi berisi tentang lembar observasi dalam kegiatan

belajar mengajar (KBM) dan lembar observasi kinerja guru.

b. Tindakan

Tindakan yang dilakukan pada siklus III adalah sebagai berikut :

1) Pada pertemuan sebelumnya guru memberikan materi sub pokok

bahasan bentuk pangkat, akar dan logaritma yang harus dipelajari

siswa secara mandiri, dirangkum kemudian membuat pertanyaan

Page 34: Proposal

yang berkaitan dengan materi secara kelompok dan di diskusikan

dengan kelompoknya.

2) Sehari sebelum pembelajaran di mulai guru mengoreksi hasil

pekerjaan siswa tentang tugas merangkum dan menjawab

pertanyaan / soal yang berkaitan dengan materi bentuk

pangkat,akar dan logaritma. Selanjutnya mencatat sejumlah

kelompok yang benar secara meyakinkan.

3) Pada saat pembelajaran berlangsung, guru menyampaikan tujuan

pembelajaran. Menyampaikan model pembelajaran yang

digunakan, tanya jawab guru kepada siswa mengarah pada materi.

4) Berdasarkan hasil koreksi yang diperoleh guru dan menentukan

kelompok siswa yang benar serta menentukan siswa untuk ditunjuk

di depan. Guru menyuruh salah satu siswa untuk menjelaskan

sebagai wakil dari kelompoknya.

5) Siswa yang ditunjuk sebagai wakil dari kelompoknya menjelaskan

materi didepan kelas.

6) Siswa penyaji melakukan diskusi, tanya jawab dan menyelesaikan

pemecahan masalah dengan kelompok lain tentang materi yang

disajikan didepan kelas.

7) Guru memberikan usulan / penegasan / penjelasan tentang materi

yang disajikan / dijelaskan oleh siswa penyaji.

8) Dengan tanya jawab dan menyelesaikan pemecahan masalah, guru

mengungkapkan kembali pemahaman siswa terhadap materi

pelajaran. Hal ini untuk melihat pemahaman siswa terntang materi

yang telah disajikan oleh temannya.

9) Guru memberikan soal tes secara individual untuk dikerjakan,

tentang materi bentuk pangkat, akar, dan logaritma yang baru

dibahas.

c. Observasi

Page 35: Proposal

Observasi pada Siklus III meliputi selama pembelajaran dan

observasi kinerja guru. Adapun masing – masing observasi akan

dijelaskan sebagai berikut :

1) Observasi Dalam Pembelajaran

Observasi yang dilakukan selama pembelajaran yang di

amati adalah keaktifan siswa dalam kelompoknya. Hubungan

antara siswa dengan kelompoknya, kemampuan siswa dalam

mengemukakan pendapat, kemampuan siswa dalam menyanggah

pendapat orang lain dan kemampuan siswa dalam menarik

kesimpulan. Selain itu juga pengamatan terhadap siswa yang

dikerjakan bersama kelompoknya. Pengamatan siswa penyaji

didepan kelas dalam menyajikan materi.

2) Observasi Kinerja Guru

Observasi Kinerja Guru berdasar atas kemampuan guru

dalam mengajar seperti memotivasi siswa, menciptakan suasana

aktif belajar, penguasaan materi, membimbing dan menanggapi

siswa dalam menyelesaian permasalahan saat diskusi, penekanan

pada materi penting. Pengamatan terhadap kegiatan siswa,

kesesuaian soal terhadap topik, membimbing siswa dalam menarik

kesimpulan.

d. Refleksi

Refleksi Siklus III dilakukan dengan melihat catatan hasil

observasi dan hasil tes siswa dalam pembelajaran Siklus III.

L. DATA DAN CARA PENGAMBILANNYA

1. Sumber dan Jenis Data

a. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru, dan peneliti.

b. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.

2. Cara Pengambilan Data

Page 36: Proposal

a. Metode tes

Metode ini digunakan untuk mengambil data tentang prestasi

belajar siswa materi pokok bahasan Bentuk Pangkat, Akar, dan

Logaritma.

b. Metode observasi

Metode ini digunakan untuk mengambil data tentang situasi

pembelajaran pada saat dilaksanakannya tindakan yang diambil dengan

menggunakan lembar observasi yang telah dibuat oleh peneliti.

c. Metode dokumentasi

Metode ini digunakan untuk memperoleh data – data siswa

kelas X MA Nahdlatul Ulama Mranggen Demak yang berupa daftar

nama siswa yang akan diteliti serta data-data lain yang diperlukan.

3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data

adalah sebagai berikut :

a. Tes

Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

menyelesaikan masalah. (Arikunto, 2006:150)

b. Lembar Obsevasi

Observasi disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan

pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan

seluruh alat indera. (Arikunto, 2006:156)

4. Uji Instrumen

Instrumen dalam penelitian ini berupa soal tes berbentuk uraian.

Soal tes tersebut adalah tes yang diberikan setelah materi pokok bahasan

tersebut selesai. Prosedur yang akan ditempuh dalam pengadaan instrumen

adalah :

a. Perencanaan, pembuatan kisi-kisi soal.

b. Penulisan butir soal.

Page 37: Proposal

c. Penyulingan, yaitu melengkapi instrument dengan petunjuk dan kunci

jawaban.

d. Uji coba.

Soal tes diuji cobakan dahulu dengan melakukan try out di kelas lain.

e. Penganalisaan hasil yaitu menganalisa item soal yang diuji cobakan.

Penganalisaan hasil ini dilakukan dengan cara mengukur

validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembedanya.

1) Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-

tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu

instrument yang valid mempunyai validitas tinggi, sebaliknya

instrument yang kurang valid mempunyai validitas rendah.

(Arikunto, 2006:168)

Dalam penelitian ini, untuk menguji validitas butir soal

digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar,

sebagai berikut :

Keterangan :

= koefisien korelasi tiap item

N = banyaknya objek uji coba

= jumlah skor item

= jumlah skor total

= jumlah perkalian skor item dengan skor total

= jumlah kuadrat skor item

= jumlah kuadrat skor total

Page 38: Proposal

Hasil perhitungan kemudian dikonsultasikan dengan harga r

ktitis product moment dengan ketentuan rxy > maka soal

dikatakan valid dengan taraf signifikan 5%, dengan kriteria :

0,80 ≤ r11 < 1,00 = Sangat tinggi

0,60 ≤ r11 < 0,80 = Tinggi

0,40 ≤ r11 < 0,60 = Cukup

0,20 ≤ r11 < 0,40 = Rendah

0,00 ≤ r11 < 0,20 = Sangat rendah (Arikunto, 2007: 75)

2) Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen

yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data

yang dapat dipercaya juga. Reliabilitas menunjuk pada tingkat

keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat

diandalkan.(Arikunto, 2006:178)

Untuk keperluan mencari reliabilitas butir soal uraian, maka

rumus yang digunakan adalah rumus Alpha. Rumus tersebut

sebagai berikut :

Keterangan :

r1l = reliabilitas item

i2 = Jumlah varians skor tiap-tiap item

t2 = varians total

n = banyaknya item (Arikunto, 2007:109)

Dengan rumus varians dapat dicari 2 yaitu :

Page 39: Proposal

Keterangan :

x = skor tiap butir soal

N = jumlah peserta tes

Kriteria penjumlahan reliabilitas tes yaitu setelah didapat

harga r1l kemudian harga r1l dikonsultasikan dengan harga r product

moment pada tabel. Jika thit > ttab, maka tes yang diuji cobakan

reliabel.

Kriteria penafsiran reliabilitas:

0,800 ≤ r11 < 1,000 = Sangat tinggi

0,600 ≤ r11 < 0,800 = Tinggi

0,400 ≤ r11 < 0,600 = Cukup

0,200 ≤ r11 < 0,400 = Rendah

0,000 ≤ r11 < 0,200 = Sangat rendah

3) Taraf Kesukaran Soal

Soal yang baik adalah tidak terlalu mudah atau tidak terlalu

sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk

mempertinggi usaha memecahkannya, sedangkan soal yang terlalu

sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak

mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar

kemampuannya. (Arikunto, 2007:207)

Menganalisa kesukaran soal artinya mengkaji soal-soal tes

dari segi kesulitannya, sehingga diperoleh kategori mudah, sedang,

dan sukar. Untuk mencari tingkat kesukaran soal uraian, digunakan

rumus sebagai berikut :

Keterangan :

P = Taraf kesukaran

F = Jumlah siswa yang gagal

N = Jumlah seluruh siswa

Page 40: Proposal

Untuk menginterprestasikan nilai tingkat kesukaran

itemnya dapat digunakan tolok ukur sebagai berikut :

a) Jika jumlah testi yang gagal mencapai 27% termasuk

mudah.

b) Jika jumlah testi yang gagal antara 28% sampai dengan

72% termasuk sedang.

c) Jika jumlah testi yang gagal mencapai 72% termasuk

sukar.(Arifin, 1991:135)

4) Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi)

dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah)

berdasarkan kriteria tertentu. Semakin tinggi nilai daya pembeda

suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan

anak yang pandai dan yang kurang pandai.

Adapun langkah-langkah untuk menghitung daya pembeda

adalah sebagai berikut :

a) Mengurutkan hasil uji coba dari skor tertinggi sampai skor

terendah.

b) Menentukan kelompok atas dan kelompok bawah, yaitu 27 %

dari jumlah peserta tes.

c) Menghitung daya pembeda soal dengan menghitung perbedaan

antara rata-rata dari kelompok atas dengan rata- rata dari

kelompok bawah dari tiap-tiap butir soal.

Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda

soal tes yang berbentuk uraian yaitu sebagai berikut:

Keterangan :

Page 41: Proposal

MH = Rata-rata dari kelompok atas

ML = Rata-rata dari kelompok bawah

X12 = Jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas

X22 = Jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah

ni = 27% × N

t = rasio kritis (daya pembeda)

Harga thitung yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga

X12. Perangkat tes dikatakan signifikan jika harga thitung > ttabel

dengan taraf kepercayaan 5% dan dk = (n1 – 1).(n2 -1).

(Arifin, 1991:141)

5. Analisis Data

a. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui prestasi belajar dari

kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah materi pokok bahasan

Bentuk Pangkat, Akar, dan Logaritma dan dianalisis dengan cara

menghitung rata-rata nilai dan ketuntasan belajar klasikal. Adapun

rumus yang digunakan adalah :

b. Menghitung nilai rata-rata

Untuk menghitung nilai rata-rata hasil tes secara klasikal dengan

menggunakan rumus rata-rata nilai (Sudjana, 2005:67)

Keterangan :

= rata-rata nilai

= jumlah seluruh nilai

N = banyak siswa yang mengikuti tes

c. Menentukan ketuntasan belajar

Menentukan ketuntasan belajar setiap siswa terhadap materi,

baik secara individu maupun klasikal adalah sebagai berikut :

Page 42: Proposal

1) Ketuntasan Belajar Individu

Seorang siswa disebut tuntas belajar apabila ia mencapai

skor 85% atau mendapat nilai ≥85. Dapat dihitung dengan

menggunakan rumus :

Ketuntasan Belajar Individu

2) Ketuntasan Belajar Klasikal

Suatu kelas dikatakan tuntas apabila kelas tersebut telah

terdapat ≥85% yang mencapai daya serap ≥85%. Untuk

mengetahui ketuntasan belajar klasikal digunakan rumus :

Keterangan :

P = pencapaian prosentase

B = banyak siswa yang tuntas belajar

N = banyak siswa yang mengikuti tes

d. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa

dan kerjasama siswa dalam kelompok selama mengikuti pembelajaran

matematika. Lembar observasi berupa kolom check list.

1) Kinerja Guru

Untuk mengetahui seberapa kinerja guru dalam

melaksanakan pembelajaran matematika digunakan rumus :

(%) Kinerja Guru =

Keterangan :

n : Skor yang diperoleh guru

N : Jumlah seluruh skor maksimal

Page 43: Proposal

% : Tingkat prosentase yang ingin dicapai

Kriteria :

86% - 100% : Kinerja guru sangat baik

76% - 85% : Kinerja guru baik

66% - 75% : Kinerja guru cukup

≤65% : Kinerja guru kurang

2) Keaktifan Siswa

Untuk mengetahui data keaktifan siswa dapat digunakan rumus :

(%) Keaktifan Siswa =

Keterangan :

n : Jumlah skor yang diperoleh

N : Jumlah seluruh skor maksimal

% : Tingkat prosentase yang ingin dicapai

Kriteria :

86% - 100% : Keaktifan siswa sangat tinggi

76%-85% : Keaktifan siswa tinggi

66% - 75% : Keaktifan siswa sedang

≤65% : Keaktifan siswa kurang

6. Indikator Keberhasilan

Untuk mengetahui meningkatnya kemampuan siswa dalam

menyelesaikan masalah pada materi pokok bahasan bentuk pangkat, akar,

dan logaritma dengan penerapan model pembelajaran problem solving

dengan pendekatan dedukrif, maka ditetapkan indikator keberhasilan

sebagai berikut :

a. Kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas setelah

diterapkan model pembelajaran problem solving dengan pendekatan

Deduktif dapat meningkat. Dalam hal ini dapat dilihat dari perubahan

perbaikan yang dilakukan oleh guru pada setiap pembelajaran.

Page 44: Proposal

Sehingga kesalahan-kesalahan dalam proses pembelajaran dapat

diminimalkan. Guru dapat dikatakan dapat meningkatkan kinerjanya

dalam pembelajaran apabila mencapai persentase keberhasilan 85

%.

b. Keaktifan dan kerjasama siswa di dalam proses pembelajaran

meningkat, serta mampu mempresentasikan hasil diskusinya dengan

baik, dengan persentase keberhasilan 85 %.

c. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah pada materi pokok

bahasan bentuk pangkat, akar, dan logaritma dengan ketuntasan belajar

individu mencapai 85% dan ketuntasan belajar klasikal 85% dari

jumlah siswa yang ada di dalam kelas

M. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk mempermudah pembaca memahami pokok – pokok

permasalahan yang ada dalam skripsi ini, maka dalam penulisan skripsi ini

secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi,

dan bagian akhir.

Bagian awal skripsi berisi tentang: halaman judul, halaman

persetujuan, halaman pengesahan, abstraksi, halaman motto dan

persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran dan daftar tabel.

Bagian isi skripsi terdiri dari lima bab, yang masing – masing bab

terdiri dari sub bab. Adapun susunannya adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, penegasan

istilah, permasalahan, strategi pemecahan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II Landasan Teori dan Hipotesis, berisi tentang pengertian

belajar, pengertian pembelajaran, ciri – ciri belajar, masalah belajar, prestasi

belajar, faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, model

pembelajaran problem solving, pengertian model pembelajaran problem

solving, langkah-langkah pemecahan masalah, kelebihan dan kekurangan

Page 45: Proposal

model pembelajaran problem solving, Pendekatan Deduktif, kajian materi

Bentuk Pangkat, Akar, dan Logaritma, kerangka berpikir, dan hipotesis.

Bab III Metode Penelitian, meliputi jenis penelitian, subyek

penelitian, variabel penelitian, rencana tindakan, metode pengumpulan data,

instrumen penelitian, analisis data, uji instrumen dan indikator keberhasilan.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang tahap

persiapan pelaksanaan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, laporan data,

analisa data dan pembahasan.

Bab V Penutup, berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran

dari penulis.

Bagian akhir skripsi, berisi tentang daftar pustaka, lampiran-lampiran

dan tabel.

Page 46: Proposal

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal. 1991. Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedural. Bandung : Remaja Rosda.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Budiardjo, Setu, dkk. 2005. Matematika SMK Teknologi Industri Tingkat II. Semarang : PEMKOT Semarang.

Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV. IKIP Semarang Press.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Heryadi, Dedi. 2009. Modul Matematika Untuk SMK Teknologi, Kesehatan, dan Pertanian Kelas XI. Jakarta: Yudhistira.

Hudoyo, Herman. 1990. Strategi Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang.

Kartini, dkk. 2005. Matematika Kelas X untuk SMA dan MA. Klaten: PT. Intan Pariwara.

K.L. Pepkin. 2004. Dalam http://www.uh.edu/hti/cu/2004/v02/04.html

Purwadarminta. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Page 47: Proposal

Sudaryo, dkk. 1991. Strategi Belajar Mengajar I. Semarang: Tim Pengadaan Buku Pelajaran IKIP Semarang.

Soekamto, Toeti. 1996. Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud

Solihatin, Etin dkk,2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Suherman, Erman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA.

Suyitno, Amin. 2004. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika. Semarang: UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.

Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Belajar. Bandung: Rajawali Pers.

Tim MGMP MATEMATIKA SMK PROVINSI JAWA TENGAH. 2009. Modul Matematika Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kelompok Teknik, Pertanian, dan Kesehatan Kelas XI. Semarang: Tim MGMP.