Proposal

40
PROPOSAL PENELITIAN PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI MA NW AIK AMPAT DESA SUNTALANGU KECAMATAN SELONG KABUPATEN LOMBOK TIMUR SAUFI ASRI NPM: 07350127 JURUSAN PENDIDIKAN IPS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Transcript of Proposal

Page 1: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 1/40

PROPOSAL PENELITIAN

PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR PADA MATA

PELAJARAN SEJARAH DI MA NW AIK AMPAT DESA

SUNTALANGU KECAMATAN SELONG

KABUPATEN LOMBOK TIMUR 

SAUFI ASRI

NPM: 07350127

JURUSAN PENDIDIKAN IPS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Page 2: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 2/40

(STKIP) HAMZANWADI SELONG

2012

ii

Page 3: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 3/40

LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN

1. Judul : Pengembangan Model Bahan Ajar Pada Mata

Pelajaran Sejarah di MA NW Aik Ampat Desa

Suntalangu Kecamatan Selong Kabupaten Lombok 

Timur.

2. Jenis Penelitian : Penelitian Kualitatif 

3. Identitas Penelitian :

a. Nama : SAUFI ASRI

 b. Jenis Kelamin : Perempuan

c. Npm : 07350127

d. Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

e. Prodi : Pendidikan Sejarah

f. PTS : STKIP HAMZANWADI Selong

4. Jumlah Penelitian : 1 Orang

5. Lokasi Penelitian : MA NW Aik Ampat

6. Lama Penelitian : 3 Bulan7. Biaya Penelitian : 2.000.000,-

Selong, 10 Desember 2011

Proposal ini disetujui oleh

Pembimbing I

M. NURMAN, M.Pd NIS: 330 2911 200

Pembimbing II

MAHRUP, M.Pd NIS : 330 3121 550

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

MUHTASAR, M.Pd

NIS : 330 2911 087

iii

Page 4: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 4/40

KATA PENGANTAR 

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang

telah memberikan Taufik, Hidayah dan Inayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal ini dengan judul “Pengembangan Model Bahan Ajar pada

Mata Pelajaran Sejarah di MA NW Aik Ampat Desa Suntalangu Kecamatan Selong

Kabupaten Lombok Timur”

Terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu

 penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini, terutama:1. Bapak Drs. H. Muh. Suruji, selaku Ketua STKIP Hamzanwadi Selong.

2. Bapak Dr. Khirjan Nahdi, M.Hum, selaku Pembantu Ketua I.

3. Ibu Umi Dukha, selaku Pembantu Ketua II.

4. Bapak Musipudin, M.Pd, selaku Pembantu Ketua III.

5. Bapak Muhtasar, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah.

6. Bapak Syahrul Amar, M.Pd, selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan

Sejarah.

7. Bapak Muh. Nurman, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I.

8. Bapak Mahrup, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II.

9. Bapak dan Ibu Dosen Sejarah STKIP Hamzanwadi Selong yang telah

memberikan sejumlah ilmu pengetahuannya kepada penulis sampai

terselesaikannya proposal penelitian ini.

Hanya ucapakan terimakasih ini yang penulis bisa sampaikan. Semoga bantuan

dari semua pihak mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari

 bahwa proposal ini masih sangat sederhana dan jauh dari sempurna, oleh karena itu

kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi

 penyempurnaan proposal ini. Akhir kata semoga proposal ini bermanfaat bagi semua

 pihak. Amin.

Selong, 17 Oktober 2011

Penulis

iv

Page 5: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 5/40

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................... ii

KATA PENGANTAR................................................................................................. iii

DAFTAR ISI................................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1

A. Latar Belakang.............................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah...................................................................................... 6C. Rumusan Masalah......................................................................................... 6

D. Tujuan Penelitian.......................................................................................... 7

E. Manfaat Penelitian......................................................................................... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA....................................................................................... 9

A. Pengembangan.............................................................................................. 9

B. Bahan Ajar..................................................................................................... 11

C. Pelajaran Sejarah di Sekolah......................................................................... 24

D. Kerangka Berpikir......................................................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................. 27

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian................................................................... 27

B. Tempat Penelitian.......................................................................................... 27

C. Teknik Pengumpulan Data............................................................................ 28

D. Analisis Data................................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 33

v

Page 6: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 6/40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan di Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang-undang RI

 No. 2 tahun 1989 dan “Rancangan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional”

yang sah menjadi Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional 2003, ditetapkan

 pada tanggal 11 Juni 2003 (Depdiknas, 2003), bertujuan mencerdaskan kehidupan

 bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan

 bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki

 pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang

mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebagnsaan.

Dengan demikian pendidikan merupakan komponen penting dalam pembangunan

sumber daya manusia (SDM). Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas

hidup manusia pada intinya bertujuan untuk memanusiakan manusia,

mendewasakan, mengubah perilaku serta meningkatkan kualitas menjadi lebih baik 

dan dapat meningkatkan mutu pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam

 penyelenggaraan sistem pendidikan nasional. Hal ini disebabkan karena mutu

 pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan sumber 

daya manusia sehingga dapat dikatakan bahwa masa depan bangsa terletak pada

 bagaimana kualitas pendidikan kita masa kini, oleh seba bitu maka peningkatan

mutu sekolah merupakan titik sentral yang strategis untuk menciptakan mutu

 pendidikan yang berkualitas, dinamis dan mandiri.

1

Page 7: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 7/40

Pedidikan adalah proses interaksi bertujuan, interaksi ini terjadi antara

guru dan siswa yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan mental

sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

merupakan satuan tindakan yang memungkinkan terjadinya belajar dan

 perkembangan (Dimyati, 1996 : 6).

Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik tergantung pada dua unsur 

yang saling mempengaruhi, yakni bakat yang dimiliki oleh peserta didik sejak 

lahir, dan lingkungan yang mempengaruhi hingga bakat itu tumbuh dan

 berkembang (Hamalik, 2003 : 3).

Pendidikan mencakup kegiatan mendidik, mengajar dan melatih kegiatan

tersebut dilaksanakan sebagai suatu usaha untuk mentransformasikan nilai-nilai.

Dalam pelaksanaannya ketiga kegiatan tadi harus berjalan secara serempak dan

terpadu, berkelanjutan, serta serasi dengan perkembangan anak didik serta

lingkungan hidupnya (Munib, 2004 : 29).

Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia. Seorang guru dalam pendidikan memegang peranan

 penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dalam pengalaman

teoritis tapi juga harus memiliki kemampuan praktis.

Kedua hal ini sangat penting, karena seorang guru dalam pembelajaran

 bukanlah sekedar menyampaikan materi semata, tetapi juga harus berusaha agar 

mata pelajaran yang sedang disampaikan menjadi kegiatan agar mata pelajaran

yang sedang disampaikan menjadi kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan

mudah dipahami bagi siswa.

Tujuan pendidikan nasional adalah mempunyai perluasan dan pemerataan

kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat

2

Page 8: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 8/40

Indonesia sendiri secara optimal disertai dengan hak dukungan dan lindungan

sesuai dengan potensinya. Sebagai perwujudan pencapaian tujuan tersebut maka

 belajar merupakan suatu proses aktif memerlukan dorongan dan bimbingan kearah

tercapainya tujuan yang dikehendaki (GBHN, 1999: 20). Melalui pendidikan

diharapkan mampu dikembangkan sikap, nilai, moral dan seperangkat

keterampilan hidup bermasyarakat dalam rangkat mempersiapkan warga negara

yang baik dan mampu bermasyarakat. Untuk mendukung tercapainya tujuan

 pendidikan harus didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif. Iklim

 pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat

 besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar siswa.

Secara teoritis adalah mudah untuk mempelajari semua metode atau model

yang disarankan oleh para pakar pendidikan dan pakar pembelajaran, akan tetapi

dalam praktek sangat sulit menerapkannya, jika akan dikaitkan dengan kekhususan

mata pelajaran atau mata pelajaran yang masing-masing telah memiliki standar 

materi dan tujuan kognitif, afektif, maupun psikomotorik khususnya dalam mata

 pelajaran sejarah, masih sedikit sekali tersedia buku panduan untuk bahan ajar di

kelas. Mata pelajaran sejarah merupakan bagian dari ilmu sosial yang mempunyai

 peranan yang sangat penting dalam rangka menumbuhkan rasa nasionalisme,

dalam hal ini sejarah merupakan kajian yang menjelaskan tentang peristiwa pada

masa lampau yang disertai dengan fakta-fakta yang jelas.

Pelajaran sejarah menurut siswa adalah hanyalah mengulang hal yang

sama dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat menengah. Model dan teknik 

 pembelajarannya juga kurang menarik, biasanya guru memulai pelajarannya

dengan cerita atau membacakan yang telah tertulis didalam buku ajar (Soewarso,

2002 : 2).

3

Page 9: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 9/40

Salah satu pembelajaran yang biasa diterapkan oleh guru dalam kelas

adalah pembelajaran konvensional, yang bila tidak kemas dengan tidak akan

menarik perhatian siswa, karena cenderung menghapal huruf, nama tokoh, dan

rentetan peristiwa, akibatnya partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran

sangatlah kurang. Pembelajaran konvensional cenderung meminimalkan

keterlibatan siswa sehingga guru nampak lebih aktif. Kebiasaan bersikap pasif oleh

siswa dalam proses pembelajaran dapat mengakibatkan sebagian besar siswa takut

dan malu bertanya pada guru mengenai materi yang kurang dipahami. Suasana

 belajar di kelas menjadi sangat monoton dan kurang menari.

Sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman,

ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, disinilah tugas guru sejarah

untuk senantiasa meningkatkan keterampilan dan kualitas intelektual didalam

kegiatan pembelajaran, bahkan guru pelajaran sejarah peru tampil disetiap

kesempatan baik sebagai pendidik, pengajar, pelatih, inovator, fasilitator maupun

sebagai dinamisator dengan cara menerapkan model pembelajaran sejarah yang

 berkompeten.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu model

 pembelajaran yang lebih tepat dan menarik, dimana siswa dapat belajar secara

kooperatif, dapat bertanya meskipun tidak pada guru secara langsung, dan

mengemukakan pendapat.

Kondisi fisik MA NW Aik Ampat sudah baik dan memenuhi syarat atau

layak sebagai lembaga pendidikan. Sarana dan prasarana pada umumnya sudah

lengkap, sehingga kegiatan belajar mengajar di atas berjalan lancar. Hal ini

didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana untuk proses pembelajaran

seperti komputer, TV/audio dan lain-lain.

4

Page 10: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 10/40

Mata pelajaran sejarah MA NW Aik Ampat masih belum bisa

menumbuhkan minat siswa untuk belajar secara aktif khususnya mata pelajaran

sejarah. Minimnya jam pelajaran sejarah membuat siswa bertambah malas dan

 bosan karena harus dipaksa belajar dengan sistem cepat. Berdasarkan observasi

yang dilakukan peneliti, realitas yang terjadi dalam penyelenggaraan kegiatan

 belajar mengajar mata pelajaran sejarah, guru memegang kendali penuh di dalam

kelas. Siswa menjadi pendengar yang baik dan pencatat yang tekun tetapi kurang

aktif dalam merespon materi pelajaran yang disampaikan guru.

Dalam kenyataan di sekolah, terdapat kecenderungan daripada pendidik 

menggunakan metode ceramah yang lebih menitik beratkan pada peran guru,

sehingga memungkinkan terjadinya bahaya verbalisme yaitu siswa hafal dengan

kata-katanya tanpa memahami makna yang terkandung di dalamnya.

Melihat kenyataan tersebut maka peran guru sebagai pendidik perlu

mendapatkan perhatian khusus dalam menyikapi penomena tersebut. Salah satunya

dengan mengembangkan model bahan ajar yang tepat dalam proses pembelajaran

khususnya mata pelajaran sejarah. Model bahan ajar yang dimaksud adalah bahan

ajar dengan menggunakan lembar kegiatan siswa (LKS) dimana bahan ajar LKS

adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.

Lembar kegaitan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan

suatu tugas, suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas

kompetisi dasar yang akan dicapainya. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak 

akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi

dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya. Tugas-

tugas yang diberikan keapda peserta didik dapat berupa teoritis dan praktis. Tugas

teoritis misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat

5

Page 11: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 11/40

resume untuk dipersentasikan, sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja

laboratorium atau kerja lapangan.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

yang berjudul Pengembangan Model Bahan Ajar Pada Mata pelajaran Sejarah di

MA NW Aik Ampat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, beberapa permasalahan yang dapat

teridentifikasi antara lain:

1. Pada pelaksanaan kegiatan belajar siswa kurang aktif dalam merespon

materi pelajaran.

2. Guru masih menggunakan metode ceramah.

3. Minat siswa untuk belajar mata pelajaran sejarah masih rendah.

4. Bahan ajar yang digunakan guru mata pelajaran sejarah di MA NW Aik 

Ampat masih menggunakan model tradisional seperti pemberian catatan,

sehingga membuat siswa jenuh, bosan dan sering mengantuk.

C. Rumusan Masalah

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti,

maka rumusan masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengembangan model bahan ajar pada mata pelajaran

sejarah di MA NW Aik Ampat Desa Suntalangu Kecamatan Selong Kabupaten

Lombok Timur?

2. Apakah jenis bahan ajar yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran

sejarah MA NW Aik Ampat?

6

Page 12: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 12/40

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan pengembangan model bahan ajar pada mata

 pelajaran sejarah di MA NW Aik Ampat.

2. Untuk mengetahui jensi bahan ajar yang dikembangkan oleh guru mata

 pelajaran sejarah MA NW Aik Ampat.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian tentang pengembangan model bahan ajar pada mata

 pelajaran sejarah di MA NW Aik Ampat :

1. Manfaat Teoritis

a. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam

 pengembangan model bahan ajar pada mata pelajaran sejarah.

 b. Dijadikan sebagai bahan kajian bagi kepala sekolah dalam pelaksanaan

 pengembangan bahan ajar pada mata pelajaran sejarah.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi siswa

1) Melatih siswa untuk aktif dan kreatif 

2) Dengan mengembangkan bahan ajar diharapkan dapat

memotivasi siswa untuk lebih semangat dalam belajar.

3) Siswa berkesempatan untuk belajar secara mandiri dan

mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru.

4) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.

5) Siswa mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap

kompetensi yang harus dikuasainya.

 b. Manfaat bagi guru

7

Page 13: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 13/40

1) Sebagai motivasi guru untuk meningkatkan keterampilan

memilih strategi pembelajaran yang sesuai dan bervariasi.

2) Dengan mengembangkan bahan ajar dapat meningkatkan

 profesionalisme guru.

3) Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru

dengan peserta didik.

c. Manfaat bagi sekolah

Dengan mengembangkan model bahan ajar diharapkan dapat melaksanakan

 pembelajaran dengan memanfaatkan bahan ajar sebagai sumber belajar 

 pada mata pelajaran sejarah.

d. Manfaat bagi lembaga/institusi

Diharapkan dapat berguna bagi lembaga atau institusi terkait dalam rangka

mengembangkan model bahan ajar pada mata pelajaran sejarah.

8

Page 14: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 14/40

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengembangan

Pengembangan merupakan salah satu cara untuk mengubah potensi

seseorang menjadi kemampuan menjadi nyata. Pengembangan juga diartikan

sebagai proses mendesain untuk pengembangan keterampilan yang perlu demi

aktivitas di masa datang (Siagian, 2002).

Untuk menciptakan guru dan staf yang profesional perlu upaya-upaya

 pemberdayaan untuk peningkatan mutu, misalnya dengan pemerataan kesempatan

kepada guru untuk mengikuti pelatihan dan penyetaraan pendidikan guru baik 

melalui lembaga-lembaga diklat maupun pendidikan yang diselenggarakan di

universitas atau lembaga-lembaga pendidikan formal lainnya.

Sekolah (madrasah) yang merupakan organisasi yang terus tumbuh akan

terus pula membutuhkan perhatian yang tertuju pada usaha mempertahankan

kelangsungan hidup. Peningkatan dan sebagai agen perubahan. Salah satu aktivitas

untuk mencapai usaha itu ialah dengan jalan melakukan pengembangan bahan ajar.

Pengembangan ini terutama untuk mencegah pemakaian pengetahuan yang sudah

usang dan pelaksanaan tugas yang ketinggalan zaman (Pidarta, 2004). Sedangkan

tujuan utama program pengembangan menurut Handoko (2001), ada dua, yaitu :

 pertama, untuk menutup gap antara kecakapan atau kemampuan guru dengan

 permintaan jabatan. Kedua, program-program tersebut diharapkan dapat

9

Page 15: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 15/40

meningkatkan efesiensi dan efektifitas guru dalam mencapai sasaran pembelajaran

yang telah ditetapkan.

Kedua pendapat ahli tersebut pada intinya sama tentang tujuan

 pengembangan bahan ajar, yaitu : pertama, untuk meningkatkan keahlian guru

yang disesuaikan dengan kebutuhan aktual sehingga tidak ada lagi gap antara

kecakapan atau kemampuan guru dengan tuntutan jabatan yang disebabkan oleh

 penggunaan atau pemakaian pengetahuan yang sudah usang. Kedua, dengan

keahlian yang terus meningkat setelah dikembangkan akan melahirkan guru yang

memiliki kompetensi yang tinggi sehingga kegagalan dalam melaksanakan tugas

 pembelajaran dapat dikurangi.

Jenis pengembangan menurut Malayu, (2001) dapat dikelompokkan

menjadi dua, yaitu : pengembangan informal dan pengembangan formal.

Pengembangan secara informal, yaitu guru atas keinginan dan usaha sendiri

melatih dan mengembangkan dirinya dengan mempelajari buku-buku literature

yang ada hubungannya dengan pembelajaran. Pengembangan secara informal

menunjukkan bahwa guru tersebut berkeinginan keras untuk maju dengan cara

meningkatkan kemampuannya. Guru sebagai tenaga profesional di tuntut untuk 

terus menerus belajar, membaca informasi yang paling baru dan mengembangkan

ide-ide yang kreatif dan mengembangkan bahan ajar, bila hal itu tidak 

dilaksanakan, maka mustahil bagi guru untuk dapat mengajar dengan baik. Gairah

dan semangat yang tinggi yang muncul atas inisiatif sendiri dari guru akan

menunjang pada peningkatan kompetensi dan dapat berdampak pada penciptaan

situasi pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Sedangkan

10

Page 16: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 16/40

 pengembangan secara formal adalah guru ditugaskan untuk mengikuti pendidikan

 baik yang dilakukan oleh organisasi maupun yang dilaksanakan oleh lembaga

 pendidikan.

Akhirnya kitapun dapat mengambil kesimpulan bahwa pengembangan

 bahan ajar merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mencegah pemakaian

 pengetahuan yang sudah usang dan pelaksanaan tugas yang sudah ketinggalan

zaman.

B. Bahan Ajar

Bahan ajar memiliki peran penting dalam pembelajaran termasuk dalam

 pembelajaran sejarah, karena pelajaran sejarah menurut siswa merupakan pelajaran

yang membosankan dan hanya mengulangi hal yang sama dari tingkat sekolah

dasar sampai tingkat pendidikan menengah, maka dalam pembelajaran ini

memerlukan bahan ajar yang lebih lengkap dan komprehensi dibandingkan dengan

 pembelajaran monolitik. Dalam satu topik pembelajaran diperlukan sejumlah

sumber belajar yang sesuai dengan jumlah standar kompetensi yang tercakup di

dalamnya.

Sumber belajar yang utama yang dapat digunakan dalam pembelajaran

sejarah dapat berbentuk teks tertulis seperti buku, informasi lepas, atau lingkungan

sekitar seperti lingkungan alam dan lain-lain. Seorang guru yang akan menyusun

materi perlu mengumpulkan dan mempersiapkan bahan kepustakaan atau rujukan

(buku dan pedoman yang berkaitan dan sesuai) untuk menyusun dan

mengembangkan bahan ajar. Sebagai bahan penunjang, dapat juga digunakan

disket, kaset, atau CD yang berisi cerita atau tayangan yang berkaitan dengan

11

Page 17: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 17/40

 bahan yang akan diajarkan. Guru dalam hal ini dituntut untuk rajin dan kreatif 

mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembelajaran.

Keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran tergantung pada

wawan, pengetahuan, pemahaman dan tingkat kreatifitasnya dalam mengelola dan

mengembangkan bahan ajar.

Sebelum mengelola dan mengembangkan bahan ajar. Seorang guru terlebih

dahulu perlu mengetahui beberapa hal, diantaranya:

1. Bahan Ajar (Materi Pembelajaran)

Bahan ajar atau materi pembelajaran (instruksional materialis) adalah

 pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka

mencapai standar kompetensi yang telah di tentukan. Secara terperinci jenis-

 jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip,

 prosedur), keterampilan dan sikap atau nilai.

2. Jenis-Jenis Bahan Ajar 

Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat

dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu bahan ajar ( printed ) seperti

antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart,

foto/gambar, model/maket. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio,

 piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio

visual ) seprti vide compact disk, film. Bahan ajar multimedia interaktif 

(interactive teaching material ) seperti CAI (computer assisted instruction),

compact disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis

web (web based learning materials).

12

Page 18: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 18/40

a. Bahan ajar cetak ( printed )

Bahan ajar cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika

 bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan

 beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Steffen Peter 

Ballstaedt, 1994 yaitu:

1) Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga

memudahkan bagi seorang guru untuk menunjukkan kepada peserta

didik bagian mana yang sedang dipelajari.

2) Biaya untuk pengadaannya realtif sedikit.

3) Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindahkan

secara mudah.

4) Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas

 bagi individu.

5) Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca dimana saja.

6) Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk 

melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa dll.

7) Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang

 bernilai besar.

8) Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri.

Berbagai jenis bahan ajar cetak, antara lain handout, buku, modul,

 poster, brosur dan leaflet.

1) Handout

13

Page 19: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 19/40

Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru

untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout biasa diambil

dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan mtaeri yang

diajarkan/KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserat didik.

2) Buku

Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan

 buah pikiran dari pengarangnya. Menurut kamus Oxford halaman 94,

 buku diartikan sebagai: book is number of sheet of paper, either printed 

or blank, fastened together in a cover , (buku adalah sejumlah lembara

kertas baik cetakan maupun kosong yang dijilit dan diberi kulit). Buku

sebagai bahan merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan

hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis.

3) Modul

Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar 

 peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau degan bimbingan

guru, sehingga modul berisi tentang:

- Petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru)

- Kompetensi yang akan dicapia

- Content atau isi materi

- Informasi pendukung

- Latihan-latihan

- Petunjuk kerja, dapat beruap lembar kerja (LK)

- Evaluasi

14

Page 20: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 20/40

- Balikan terhadap hasil evaluasi

4) Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegiatan siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas

yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya

 berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyleesaikan suatu tugas.

5) Brosur  

Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah

yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas

 beberapa halaman dan lipat tanpa dijilid.

6) Leaflet

Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat

tapi tidak dimatikan atau dijahit. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus

memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai

satu atau lebih KD.

7) Wallchart

Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/

 proses atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Agar 

wallchart terlihat lebih menarik bagi siswa maupun guru, maka

wallchart didesain dengan menggunakan tata warna dan pengaturan

 proporsi yang baik. Wallchart biasanay masuk dalam kategori alat

 bantu melaksanakan pembelajaran, namun di dalam hal ini wallchart di

desain sebagai bahan ajar.

8) Foto/gambar  

15

Page 21: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 21/40

Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan

dengan tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan

satu rancangan yang baik agar setelah selesai melihat serangkaian

foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya

menguasai satu atau lebih KD.

 b. Bahan ajar audio visual

Berbagai jenis bahan ajar audio visual seperti video/film, VCD.

c. Bahan ajar audio diantaranya, radio, kaset, CD audio, PH.

d. Bahan ajar visual seperti foto, gambar, modle/maket.

e. Bahan ajar multimedia seperti CD interaktif, computer based, dan

internet.

3. Prinsip-Prinsip Dalam Memilih Bahan Ajar 

Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi : (1)

 prinsip relevansi, (2) konsisten, dan (3) kecukupan. Prinsip relevansi artinya

materi pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan

 pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip kompetensi

artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus

dikuasai siswa. Misalnya : kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat

macam, maka bahan yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.

Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai

dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi

tidak boleh terlalu sedikit dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit

akan kurang membantu dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi

16

Page 22: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 22/40

dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga

yang tidak perlu untuk mempelajarinya.

4. Langkah-Langkah Dalam Memilih Bahan Ajar 

Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus

dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar 

menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis

 besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi: (1) mengidentifikasi

aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar 

yang menjadi acuan atau rujukan dalam pemilihan bahan ajar, (2)

mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar, (3) memilih bahan ajar yang

sesuai dan relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah

teridentifikasi, (4) memilih sumber bahan ajar.

Secara lengkap langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan

kompetensi dasar. Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih

dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi

dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu

ditentukan karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar 

memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.

Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi

 pembealajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara

17

Page 23: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 23/40

terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu : fakta, konsep, prinsip

dan prosedur (Reigeluth, 1987). Materi jenis fakta adalah materi berupa

nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lembaga, peristiwa sejarah,

nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya. Materi

 pembelajaran aspek afektif meliputi : pemberian respon, penerimaan

(apresiasi), internalisasi dan penilaian. Materi pembelajaran aspek motorik 

terdiri dari gerakan awal, semi rutin dan rutin.

 b. Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan

kompetensi dasar. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah

termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif atau gabungan lebih

dari satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang

akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara

mengajarnya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah

 berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar 

kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.

c. Memilih sumber bahan ajar, setelah jenis materi ditentukan langkah

 berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran

atau bahan ajar dapat ditemukan dari berbagai sumber seperti buku

 pelajaran, internet, majalah dan sebagainya.

5. Langkah-langkah Pembuatan Bahan Ajar 

Langkah-langkah pembuatan bahan ajar yaitu menetapkan bentuk 

 penyajian. Bentuk penyajian dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan. Bentuk-

18

Page 24: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 24/40

 bentuk tersebut seperti buku teks, modul, diktat, lembar informasi, atau bahan

ajar sederhana. Masing-masing bentuk penyajian ini dapat dilihat dari berbagai

sisi, diantaranya dilihat dari berbagai sisi kekomplekan struktur dan

 pekerjaannya. Bentuk buku teks tentu lebih kompleks dibandingkan dengan

yang lain, begitu pula halnya modul dengan yang lain. Yang paling kurang

kompleksitasnya adalah bahan ajar sederhana sesuai dengan namanya

“sederhana” tentu wujudnya juga sederhana.

Jika bentuk penyajian sudah ditetapkan. Penyusunan bahan ajar 

menyusun struktur atau kerangka penyajian. Kerangka-kerangka itu diisi

dengan materi yang telah ditetapkan, kegiatan ini sudah termasuk menderap

(membahasakan, membuat ilustrasi, gambar) bahan ajar. Drap itu (finalisasi)

selanjutnya, guru telah dapat menggunakan bahan ajar tersebut untuk 

membelajarkan siswanya.

6. Tujuan Pembuatan Bahan Ajar 

a. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar 

disamping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh

 b. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

7. Manfaat Bahan Ajar 

Ada sejumlah manfaat yang diperoleh apabila seorang guru

mengembangkan bahan ajar diantaranya: (1) diperoleh bahan ajar yang sesuai

dengan tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, (2)

tidak lagi tergantung pada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh, (3)

 bahan ajar menjadi lebih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan

19

Page 25: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 25/40

 berbagai referensi, (4) menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru

dlama menulis bahan ajar, (5) bahan ajar akan mampu membangun komunikasi

 pembelajaran yang efektif antara guru dengan siswa karena siswa akan lebih

 percaya kepada gurunya.

Disamping itu juga, selain kelima manfaat di atas, guru juga dapat

memperoleh manfaat lain, seperti tulisan tersebut dapat diajukan untuk 

menambah angka kredit ataupun dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.

8. Strategi Dalam Memanfaatkan Bahan Ajar 

Secara garis besarnya, dalam memanfaatkan bahan ajar terdapat dua

strategi, yaitu :

a. Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru

Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru diantaranya :

1) Strategi urutan penyampaian simultan, yaitu jika guru

menyampaikan materi pembelajaran lebih dari satu, maka menurut

strategi urutan penyampaian simultan, materi keseluruhan disajikan

secara serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu.

2) Strategi penyampaian suksesif, jika guru harus menyampaikan

materi pembelajaran lebih dari satu, maka menurut strategi urutan

 penyampaian suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara

mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi

 berikutnya secara mendalam pula.

3) Strategi penyampaian fakta, jika guru harus menyajikan materi

 pembelajaran termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat,

20

Page 26: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 26/40

 peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol dan

sebagainya).

4) Strategi penyampaian konsep, materi pembelajaran jenis konsep

adalah materi berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari

konsep adalah agar siswa paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur,

membedakan, membandingkan, dan lain-lain. Langkah-langkah

mengajarkan mengajarkan konsep adalah : pertama, sajikan konsep,

kedua, berikan bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan

 bukan contoh), ketiga, berikan latihan, misalnya berupa tugas untuk 

mencari contoh lain, keempat, berikan umpan balik, dan kelima,

 berikan tes.

5) Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip, yang

termasuk materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum,

dan lain-lain.

6) Strategi penyampaian prosedur. Tujuan mempelajari prosedur 

adalah agar siswa dapat melakukan atau mempraktekkan prosedur 

tersebut, bukan sekedar paham atau hafal. Termasuk materi

 pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-langkah mengerjakan suatu

tugas secara urut.

 b. Strategi mempelajari bahan ajar oleh siswa

Ditinjau dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran

 berupa kegiatan guru menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa.

Sebaliknya ditinjau dari siswa, perlakuan terhadap materi pembelajaran

21

Page 27: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 27/40

 berupa mempelajari atau berinteraksi dengan materi pembelajaran. Secara

khusus dalam mempelajari materi pembelajaran. Kegiatan siswa dapat

dikelompokkan menjadi empat, diantaranya :

1) Menghapal (verbal parafrase). Ada dua jenis menghafal, yaitu

menghafal verbal (remember verbatim) dan menghafal parafrase persis

apa adanya. Terdapat materi pembelajaran yang memang harus di hafal

 persis apa adanya. Terdapat materi pembelajaran yang memang harus

di hafal apa adanya. Sebalik nya ada juga materi pembelajaran yang

tidak harus di hafal persis seperti apa adanya tetapi dapat diungkapkan

dengan bahasa atau kalimat sendiri (hafal parafrase). Yang penting

siswa paham atau mengerti.

2) Menggunakan / mengaplikasikan. Materi pembelajaran setelah

dihafal atau dipahami, kemudian digunakan atau diaplikasikan. Jadi

dalam proses pembelajaran, siswa perlu memiliki kemampuan untuk 

menggunakan, menerapkan atau mengaplikasikan materi yang telah

dipelajari.

3) Menemukan, yang dimaksud penemuan adalah menemukan

cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta,

konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari. Menemukan

merupakan hasil tingkat belajar tingkat tinggi.

4) Memilih, menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksud

dengan memilih adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat

22

Page 28: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 28/40

sesuatu. Misalnya memilih untuk membaca novel dari pada membaca

tulisan ilmiah.

9. Menentukan Cakupan dan Urutan Bahan Ajar 

a. Menentukan cakupan bahan ajar 

Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran

harus diperhatikan apakah jenis materinya berupa aspek kognitif (fakta,

konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif ataukah aspek psikomotorik. Selain

itu perlu diperhatikan pula prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam

menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan

kedalaman materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan

 beberapa banyak materi-materi yang dimasukkan kedalam suatu materi

 pembelajaran. Sedangkan kedalaman materi menyangkut beberapa detail

konsep-konsep yang terkandung didalamnya harus dipelajari dan dikuasai

oleh siswa. Prinsip berikutnya adalah prinsip kecukupan (adequacy).

Kecukupan (adequacy) atau memadainya cakupan materi juga perlu

diperhatikan dalam pengertian. Cukup tidaknya aspek materi dari suatu

materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan

kompetensi dasar yang telah ditentukan. Cakupan atau ruang lingkup

materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang harus

dipelajari oleh murid terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai

sehingga sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.

 b. Menentukan cakupan bahan ajar 

23

Page 29: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 29/40

Urutan penyajian (Sequencing) bahan ajar sangat penting untuk 

menentukan urutan, mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang

tepat, jika diantara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan

yang bersifat prasyarat akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya.

C. Pembelajaran Sejarah di Sekolah

Sejarah adalah biografi, setiap manusia mempunyai biografi, begitu pula

manusia pada masa lampau, tetapi yang dipelajari hanya biografi manusia yang

mempunyai peran penting yang tercatat dalam sejarah. Kehidupan orang-orang

yang memegang peranan penting dalam sejarah itulah yang akan ditiru oleh

generasi muda sekarang (Soewarso, 2000 : 26).

Tujuan diajarkannya sejarah di sekolah adalah untuk memperkenalkan

 pelajar kepada riwayat perjuangan manusia untuk mencapai kehidupan yang bebas,

 bahagia, adil dan makmur, serta menyadarkan pelajar tentang dasar dan tujuan

kehidupan manusia berjuang pada umumnya (Soewarso, 2000 : 31).

Tujuan pelajaran sejarah itulah yang menjadi tujuan bagi setiap manusia di

dunia. Setiap manusia selalu menginginkan kehidupan yang bahagia, adil dan

makmur. Dan manusia sadar bahwa kehidupan itu tidak akan tercapai kalau tidak 

diperjuangkan sekuat tenaga, seperti yang telah diketahui oleh manusia pada masa

lampau.

Tujuan pembelajaran sejarah yang ingin dicapai menurut I Gde Widja

adalah untuk mengembangkan tiga aspek (ranah) kemampuan, yaitu : aspek 

kognitif, afektif, dan psikomotorik (Widja, 1989 : 27 – 28). Ketiga aspek 

kemampuan tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan

24

Page 30: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 30/40

seperti dalam tujuan akhir pembelajaran sejarah. Konsekuensinya adalah

 pengembangan konse-konsep sejarah (aspek kognitif) tidak dilepas dari

 pengembangan sikap dan nilai (aspek afektif). Agar konsep dan nilai sejarah

tersebut berkembang secara optimal maka subjek didik memiliki keterampilan

intelektual (aspek psikomotorik) serta terlihat aktif secara fisik, mental dan

emosional dalam pembelajarannya (Semiawan, 1987 : VII).

Pada hakekatnya tujuan pembelajaran sejarah, yaitu untuk 

mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Tujuan tersebut

disesuaikan dengan dasar negara dan kurikulum pendidikan sejarah yang

dilaksanakannya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan

 pembelajaran sejarah di sekolah adalah untuk meningkatkan dan menyadarkan

generasi muda untuk mengembang dan memahami pengetahuan, sikap dan

keterampilan yang sesuai dengan keperibadian bangsa Indonesia yang berdasarkan

 pancasila.

D. Kerangka Berpikir

Sebelum peneliti terjun ke lapangan untuk mencari data, terlebih dahulu

 peneliti melakukan observasi, kajian kepustakaan, dokumentasi dan hasil

 peneltiain terdahulu yang berkaitan dengan bidang ini, dimana sebelum terjun ke

lapangan terlebih dahulu peneliti mengkaji bahan-bahan kepustakaan dan hasil

 penelitian terdahulu agar peneliti tidak kesulitan mengumpulkan data. Setelah

melakukan kajian pustaka maka peneliti mendapatkan gambaran tentang

 bagaimana kerangka berpikir dari penelitian ini dan selanjutnya tersusunlah

kerangka berikir sebagai berikut:

25

Page 31: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 31/40

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir 

Pengembangan

• Pengembangan model

 bahan ajar pada mata

 pelajaran sejarah.

Bahan Ajar 

• Jenis-jenis bahan ajar 

Tujuan

• Untuk mendeskripsikan

 pengembangan model

 bahan ajar pada mata

 pelajaran sejarah MA

 NW Aik Ampat.

• Untuk mengetahui jenis

 bahan ajar yang

dikembangkan oleh

guru mata pelajaran

sejarah MA NW Aik Ampat.

26

Page 32: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 32/40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, rumusan masalah dan tujuan

 penelitian yang diajukan di dalam penelitian ini, pendekatan yang paling sesuai

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan

yang berorientasi pada gejala-gejala yang bersifat wajar dan alamiah. Karena

orientasi demikian itulah, maka sifatnya naturalistik dan mendasar atau bersifat

kealamiahan. Sehingga pendekatan ini seringkali disebut sebagai pendekatan

naturalistik (Nasution, 1998).

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan yaitu penelitian

yang berusaha untuk mengungkapkan keadaan riil pada saat tertentu, sehingga

menjadi keadaan yang lebih lengkap dan lebih baik. Penelitian ini merupakan

 penelitian pengembangan biasa yang dilakukan dengan cara mengukur keadaan

nyata pada saat studi awal, kemudian dikembangkan dan dilakukan pengukuran

akhir.

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan Aik Ampat

Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur. Adapun alasan penulis memilih

27

Page 33: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 33/40

Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan Aik Ampat sebagai obyek dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Adanya kesediaan pihak sekolah untuk bekerjasama dalam kegiatan

 penelitian ini baik dalam memberikan izin peneltiian maupu ndalam

memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh penulis.

2. Belum adanya penelitian mengenai pengembangan model bahan ajar 

 pada mata pelajaran di MA NW Aik Ampat.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah:

1. Observasi

Menurut pendapat para ahli, bahwa observasi menurut Patton (1980:

138) dalam bukunya Lexy J. Moleong menyatakan bahwa hal itu tergantugn

 pada jenis dan variasi pendekatan pengamatan yag ndiperankan oleh pengamat

itu sendiri. Menurut Kartono (1980: 142) pengertian observasi diberi batasan

sebagai berikut: “studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial

dan gejala-gejala psikis degnan jalan pengamatan dan pencatatan”. Sedangkan

menurut Arikunto (2006: 156) mengatakan bahwa observasi adalah suatu

aktivitas yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan

mata.

Adapun macam-macam observasi menurut Moleong (2001: 126-127)

dapat dibedakan menjadi: observasi berperan serta dan observasi tidak 

 berperan serta.

28

Page 34: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 34/40

Observasi berperan serta adalah pengamatan secara cermat yang

melibatkan peneliti dengan objek yang diteliti. Jenis-jenis observasi yang

digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu observasi partisipatif (Participant

Observation), observasi yang secara terang-terangan atau secara tidak terang-

terangan (Overt Observation dan Covert Observation) dan obsevasi yang tak 

 berstruktur (Anstructured Observation) (Arikunto, 2000).

Dari pengamatan berperan serta tersebut diharapkan akan diperoleh

temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian. Selain itu pengamatan

 berperan tersebut akan diperoleh informasi yang mendukung menolak 

informasi yang ditemukan lewat teknik wawancara.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam observasi adalah:

a. Menentukan dahulu apa yang akan diobservasi.

 b. Menyelidiki tujuan penelitian.

c. Menentukan cara untuk mencatat hasil observasi harus memilih cara

mana yang dipandang efektif.

d. Membatasi macam tingkat kategori secara tegas.

e. Berlaku sangat cermat dan sangat tertib.

f. Mencatat tiap-tiap gejala yang dicatat dan tidak dipengaruhi oleh situasi

 pencatatan karean keadaan atau kondisi waktu pencatatan dapat

 berpengaruh pada observer.

g. Mengetahui sebaik-baiknya alat-alat pencatat dan cara penggunaannya

sebelum observasi dilakukan.

29

Page 35: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 35/40

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi

 berperan serta, dimana observasi berperan serta adalah pengamatna secara

cermat yang melibatkan peneliti dengan objek yang diteliti.

2. Wawancara

Menurut Prabowo (1996) wawancara atau interview adalah metode

 pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang

responden dengan cara bercakap-cakap secara tatap muka. Menurut Kartono

(1980: 171) interview atau wawancara adalah suatu percakapan aygn diarahkan

 pada suatu masalah tertentu. Menurut Denzin dan Linchon (1994: 353)

interview merupakan suatu percakapan, seni tanya jawab dan mendengarkan.

Sedangkan menurut Banister, dkk (1994 dalam Poerwandari, 1998: 72-73)

wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai

tujuan tertentu.

Adapun macam-macam wawancara dapat dibedakan menjadi:

wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Terstruktur apabila

 pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pewawancara dilakukan secara ketat

sesuai daftar pertanyaan yang telah disisipkan, sedangkan tidak terstruktur 

apabila pertanyaan yang diajukan bersifat fleksibel tetapi tidak menyimpang

dari tujuan wawancara yang telah ditetapkan.

Dalam penelitian ini wawancara yang digunakan adalah wawancara

mendalam, dimana wawancara mendalam adalah percakapan antara dua orang

yaitu antara peneliti dengan informan dengan maksud tertentu.

30

Page 36: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 36/40

Wawancara mendalam adalah percakapan adalah percakapan antara

dua orang yaitu antara peneliti dengan informasi dengan maksud tertentu.

Tujuan wawancara adalah untuk memperoleh kontruksi yang terjadi tentang

orang, kejadian, aktivitas organisasi, perasaan, motivasi serta pengetahuan

seseorang (Sonhadji dalam Arifin, 1994). Menurut Nasution (1998), teknik 

wawancara terutama dilakukan terhadap pejabat, persepsi, perasaan,

 pengetahuan dan pengalaman serta penginderaan seseorang.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam interview (wawancara)

adalah:

a. Menyiapkan daftar pertanyaan yang sesuai dengan pokok masalah yang

akan ditanyakan dalam wawancara, dan mempersiapkan daftar pertanyaan

secara baik dengan memperhatikan enam unsur berita, yaitu 5W+1H.

 b. Menuliskan butir-butir pertanyaan yang akan dicari jawabannya,

mungkin secara detail atau secara garis besar sesuai dengan bentuk 

interview yang akan dilakukan.

c. Memikirkan ulang atua membahasnya bersama teman berkenaan

dengan butir pertanyaan yang dipersiapkan.

d. Menentukan tema interview dan antisipasi kemungkinan informasi

yang ingin atau dapat diperoleh.

e. Memahami dengan benar partisipan dalam kegiatan interview, sehingga

dapat dijadikan pemandu dalam membuat penafsiran maupun kesimpulan

 berkenaan dengan informasi yang diberikan.

31

Page 37: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 37/40

f. Tidak mengarahkan peratnyaan pada pemberian jawaban (setuju atau

tidak setuju) secara sugestif.

g. Jangan membiarkan partisipan memberikan jawaban secara panjang

lebar yang melampaui batas informasi ataupun topik permasalahan yang

seharusnya dibicarakan.

h. Tidak mengintrupsi jawaban dengan pertanyaan yang berbau

 penafsiran, penggalian pendapat secara subjektif, ataupun klarifikasi atas

suatu kesimpulan yang memancing munculnya opini.

i. Menjaga skuensi pembicaraan sesuai dengan urutan permasalahan

ataupun skuensi informasi yang ingin diperoleh.

 j. Melaksanakan interview dengan memanfaatkan bahan rekaman,

menciptakan suasana dialogis yang segar, menjauhkan suasana

 pembicaraan dari suasana emosional, sehingga mempengaruhi karakteristik 

informasi yang seharusnya disampaikan.

D. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik 

deskriptif yang dilakukan melalui tiga alur kegiatan sebagaimana yang

dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992), yaitu : (1) reduksi data, (2)

 penyajian data, (3) penarikan kesimpulan atau ferifikasi. Ketiga cara tersebut

saling berkaitan dan merupakan alat kegiatan analisis yang memungkinkan data

menjadi bermakna.

32

Page 38: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 38/40

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian,

 penyederhanaan-pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari

catatan-catatan yang tertulis di lapangan (Miles dan Huberman, 1992).

2. Penyajian Data

Berhubung data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif terdiri dari

kata-kata, kalimat-kalimat atau paragraf-paragraf, maka penyajian data yang

 paling sering digunakan adalah dalam bentuk uraian (teks) naratif yang

 panjang. Dengan demikian bisa jadi uraian tersebut terpencar-pencar bagian

demi bagian, tersusun kurang sistematis dan mungkin berlebihan, sehingga

dapat menyebabkan kekeliruan dan kecerobohan dalam mengambil

kesimpulan. Untuk menghindari hal yang demikian, maka informasi yang

 bersifat kompleks tersebut harus disusun dalam satu kesatuan bentuk yang

lebih sederhana dan selektif, sehingga mudah dipahami.

3. Membuat Kesimpulan

Kegiatan penting yang ketiga dari analisis data adalah menarik suatu

kesimpulan dan ferifikasi, sejak permulaan pengumpulan data, peneliti

 berusaha mencari makna dari data yang diperoleh untuk maksud tersebut.

Peneliti mencari pola-pola penjelasan, proposisi dan sebagainya. Dari data

yang didapat itu, peneliti mencoba mengambil kesimpulan. Mula-mula

kesimpulan tersebut belum jelas, tetapi akhirnya menjadi semakin jelas, lebih

rinci dan mengakar dengan kokoh karena data yang diperoleh semakin banyak 

dan mendukung.

33

Page 39: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 39/40

DAFTAR PUSTAKA

Ali, H. 2004. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar . Bandung: Sinar Baru.

Algensindo.

Arikunto, Suharsimi, 1986.  Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Sukarta :

Bumi Aksara.

Dimyati M. 1998. Landasan Kependidikan. Jakarta: Dirjen DIKTI, P2LPTK.

Dimyati dan Mudjiono, 2002. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud.

Hamalik, Oemar, 2003. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

http://AkhmadSudrajat. Wordpress.com/2008/03/04/  Konsep Pengembangan Bahan

 Ajar 

Moleong, Lexy, J, 1997.  Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Mukhtar dan Yamin, M, 2002. Sepuluh Kiat Sukses Mengajar di Kelas. Jakarta : PT.

 Nimas Multima.

Munib, Achmad, dkk, 2004. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang : UNNES Press.

Marbuko, Cholid dan Ahmadi. Abu, H, 1997.  Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi

Aksara.

 Nasukron. 1990. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar . Jakarta: PT.

Bina Aksara.

 Nazir, Muh. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Cekas Grapindo.

Rianto, Y, 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : SIC, 2003.  Penelitian

 Kualitatif . Surabaya : SIC.

Soetjipto dan Kosasi, R. 2004. Profesi Keguruan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sudjana, N, 2004.  Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar . Bandung : Sinar Baru

Algensindo.

Surahman, Winarno. 1982.  Metode Pengajaran Nasional . Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya.

Suryo Subroto, B. 2002.  Prosedur Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: CV. Cekas

Gravita.

34

Page 40: Proposal

5/17/2018 Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-55b07dfad976d 40/40

Usman, M. U. 2002. Menjadi Guru Profesional . Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Yatim Rianto. 2007.  Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif .Unesa Unversitas (UUS)

35