Proposal
-
Upload
zulkifli-zainuddin -
Category
Documents
-
view
288 -
download
0
Transcript of Proposal
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini kebutuhan informasi menjadi kebutuhan yang sangat penting di
negara negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia ini khususnya.
Kebutuhan akan informasi dapat diperoleh melalui berbagai cara, antara lain
melalui TV, radio, surat kabar, handphone maupun Internet. Masing-masing cara
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, tetapi mempunyai satu kesamaan
yaitu memberikan informasi sekaligus sebagai sarana untuk mengiklankan satu
produk maupun jasa.
Seiring pertumbuhan ekonomi, iklan menjadi sangat penting karena
konsumen potensial akan memperhatikan iklan dari produk yang ia akan beli.
Iklan mempengaruhi minat beli konsumen dalam tindakannya dan
keyakinannya akan merek produk yang ditawarkan perusahaan.
Peran iklan dalam mempengaruhi penjualan seperti yang terlihat dari
berbagai teknik periklanan televisi dengan tingkat eksposur iklan memberikan
image tersendiri bagi konsumen. Perusahaan berharap konsumen potensial
akan berperilaku seperti yang diharapkan melalui iklan komersialnya. Iklan
yang di tayangkan media televisi membentuk pernyataan sikap konsumen yang
mempengaruhi minat beli konsumen. Pembentukan sikap terhadap iklan
dipengaruhi oleh persepsi konsumen terhadap iklan. Sikap terhadap iklan ini
diawali cara konsumen berfikir mengenai sebuah Iklan. Sikap terhadap iklan
(afektif) merupakan cara konsumen merasakan hal tersebut. Dalam penelitian
ini selain dipengaruhi secara langsung oleh sikap terhadap iklan, minat beli
konsumen dipengaruhi langsung oleh sikap terhadap merek. Pembentukan sikap
terhadap merek dipengaruhi secara langsung oleh persepsi konsumen terhadap
produk atau pesan. Sikap terhadap merek diawali oleh proses kognitif yang
bekerja terhadap rangsangan. Kemudian akan mempengaruhi minat beli
konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Sikap terhadap merek yaitu
merupakan pernyataan mental yang menilai positif atau negatif, bagus tidak
bagus, suka tidak suka suatu produk.
1
Dengan adanya beberapa beberapa mall, department store, dan pasar
swalayan (supermarket) yang lokasinya berada dalam satu kawasan yang sama,
maka dengan sendirinya akan melahirkan persaingan yang ketat untuk merebut
pengunjung dan pembeli. Selain itu persaingan juga datang dari beberapa
pedagang eceran di pasar-pasar tradisional dan toko toko yang tersebar pada
wilayah yang sama.
Manajemen pemasaran memainkan peranan yang penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan suatu perusahaan sehingga suatu produk yang di
hasilkan dapat terjual atau di beli oleh pelanggan sehingga akan memperoleh
keuntungan bagi perusahaan.
Hal ini merupakan sebahagian besar terlihat pada penduduk masyarakat
jakarta lebih memilih produk/barang yang mahal dan berkualitas tinggi dibanding
memilih barang yang murah dan tidak tahan lama. Kelompok anak muda atau
masyarakat sebagian besar memilih jenis pakaian yang terbuat dari bahan distro
atau toko/mall yang memiliki kosentrat kualitas bahan yang baik dan enak
(nyaman) dipakai, dibanding bahan yang kasar dan mudah panas.
Pilih pilihan dalam menggunakan berbagai macam busana sangat
mencerminkan pada perilaku pemilihan produk sampai pada pemakaian produk
tersebut. Semisal pada baju kaos, yang bercirikan keadaan fisik suatu pakaian
yang tipis (penglihatan transparan), bahan yang tidak mudah rusak, warna yang
tidak mudah luntur, lembut dikenakannya, keep/kecil dll, merupakan pakaian yang
begitu diidamkan-idamkan meski barang tersebut terkadang mahal dari kisaran Rp
50.000 hingga Rp 100.000 buat perpotong baju, Dibanding dengan harga tersebut
apabila sang konsumen membelinya dipasar akan mendapatkan beberapa potong
kain baju dengan harga tersebut.
Hal ini berlaku pada segala jenis pakaian, yang dimana minat beli
disesuaikan dengan tingkat keputusan pembelian terhadap pada atribut produk,
citra merek, dan sikap konsumen.
Dari latar belakang yang dikemukakan maka penelitian ini mencoba
untuk meneliti hal tersebut yaitu dengan mengambil topik yang berkaitan
dengan ” ANALISIS PENGARUH ATRIBUT PRODUK, MEREK, PERSEPSI
2
DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA
PRODUK PAKAIAN BERBAHAN DISTRO. (Studi kasus Mahasiswa FEB UIN
JAKARTA).
B. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan pada
penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat pengaruh Atribut Produk, Merek, Persepsi dan Sikap
Konsumen terhadap Keputusan Pembelian suatu barang?
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan anatara Atribut Produk,
Merek, Persepsi dan Sikap Konsumen terhadap Keputusan Pembelian?
C. Tujuan dan Manfaat Penelian
1. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini dapat di uraikan yaitu :
a. Untuk mengenali Atribut Produk, Merek, Persepsi dan Sikap Konsumen
terhadap Keputusan Pembelian dan merencanakan strategi pada masa yang
akan datang.
b. Untuk menganalisis pengaruh Atribut Produk, Citra Merek dan Sikap
Konsumen terhadap Keputusan Pembelian.
2. Manfaat
1. Bagi Praktisi/Perusahaan
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi atau sumbangan
pemikiran bagi pimpinan perusahaan dalam mengambil strategi di masa
yang akan datang sehingga tujuan perusahaan akan tercapai.
2. Bagi Akademisi
a. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
referensi atau kajian bagi penelitian-penelitian berikutnya, agar
mampu memperbaiki dan menyempurnakan kelemahan dalam penelitian.
b. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan konsumen dalam mengevaluasi Merek pakaian melalui
Persepsi Produk, Persepsi Terhadap Sumber, Persepsi Terhadap Iklan,
Sikap Terhadap Merek dan Sikap Terhadap Iklan.
3
3. Bagi Investasi
Adanya keuntungan baik dari produsen maupun konsumen semakin
tinggi keuntungan yang dihasilkan dari perusahaan tersebut sehingga
menambah jumlah modal untuk memproduksi barang tersebut.
4. Bagi Pemerintah
Pemerintah sangat diuntungkan dalam hai ini, karena produk yang
dihasilkan oleh pengusaha bisnis pakaian/UKM yang ada di negara tersebut
meningkat. Dalam berbagai perhitungan perekonomian suatu negara baik
dalam bentuk GNP, GDP, Pendapatan Nasional dan lain-lain meningkat.
Sehingga pihak perusahaan akan termotivasi kembali dalam menghasilkan
produk-produk lain yang berkualitas dan minat konsumen pun akan
meningkat terhadap produk tersebut.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Pemasaran dan Konsep Pemasaran
1. Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,
untuk berkembang dan mendapatkan laba. Berhasil tidaknya dalam pencapaian
tujuan bisnis tergantung dari keahlian mereka di bidang pemasaran, produksi,
keuangan, distribusi maupun bidang lain. Selain itu juga tergantung pada
kemampuan mereka untuk mengsinkronkan fungsi-fungsi pemasaran tersebut
agar organisasi berjalan dengan lancar.
Menurut John E Kennedy dan R Dermawan Soemanagara (2006 : 13)
mendefinisikan pemasaran ialah sekumpulan rancangan kegiatan yang saling
terkait untuk mengenali kebutuhan konsumen dan mengembangkan,
mendistribusikan, mempromosikan, serta menetapkan harga yang tepat dari
sebuah produk dan layanan untuk menghasilkan keuntungan
Menurut Basu Swastha (2009 : 179) pemasaran ialah sistem kesluruhan
dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan
kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun potensial.
Menurut Kotler dan Keller (2008 : 6) Pemasaran adalah satu fungsi
organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengomunikasikan dan
menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan
dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya.
Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung dari keahlian
mereka di bidang pemasaran, produksi, keuangan, distribusi maupun bidang lain.
Selain itu juga tergantung pada kemampuan mereka untuk mengsingkronkan
fungsi fungsi pemasaran tersebut agar organisasi berjalan dengan lancar.
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pemasaran meruakan kegiatan
perusahaan atau organisasi di dalam menyampaikan hasil produknya yang
merupakan satu kesatuan dari bentuk merencanakan, menentukan harga,
5
memepromosikan dan menawarkan barang dan jasa yang berorientasi pada
perolehan laba atau keuntungan sehingga konsumen akan merasa terpuaskan dan
terpenuhi kebutuhannya yang pada akhirnya dapat menjadi pembeli fanatik atau
pembeli potensial.
2. Konsep Pemasaran
Menurut Basu Swastha (2008 : 18) konsep pemasaran ialah sebuah
falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen
merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Konsep ini menyatakan bahwa pemasaran keinginan pembeli ialah syarat
utama bagi bagi kelangsungan hidup perusahaan. Segala kegiatan perusahaan
dibidang produksi, keuangan, dan pemasaran diarahkan pada usaha untuk
mengetahui keinginan pembeli dan kemudian memuaskan keinginan tersebut
dengan mendapatkan laba.
Menurut Kotler dan Keller (2008 : 19) konsep pemasaran menegaskan
bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan adalah suatu
perusahaanyang harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam
menciptakan, menyerahkan, dan mengomunikasikan nilai pelanggan kepada
pasar sasaran yang terpilih.
Para pemasar yang mengalami pencerahan mengklarifikasi isu-isu
dengan menempatkan pelanggan pada pusat perusahaan. Mereka mendukung
orientasi pelanggan dimana semua fungsi berjalan bersama untuk menanggapi,
melayani, dan memuaskan pelanggan.
B. Atribut Produk
1. Pengertian Atribut Produk
Suatu perusahaan dalam memproduksi sebuah produk akan memberikan
suatu atribut atribut yang dapat memberikan manfaat atau kegunaan pada
konsumen. Dari atribut atribut inilah, suatu produk dapat dibedakan dengan
produk sejenis lainnya dan setiap perusahaan akan memberikan produk
terbaik bagikonsumennya.
6
Menurut Tjiptono (1997 : 103) atribut produk ialah unsur-unsur produk
yang dianggap penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan
keputusan.
Menurut Siswanto Sutojo (2009 : 134) atribut produk ialah suatu hal
yang memiliki peran terbesar dalam menciptakan persepsi konsumen ialah
mutu, corak, dan pernak pernik produk dan desain produk, hal ini disebabkan
karena fisik atribut produk membawa berbagai macam manfaat yang
dibutuhkan dan diinginkan konsumen dalam melakukan keputusan
pembelian.
Atribut produk merupakan suatu karakteristik spesifik dari produk yang
memberikan manfaat penting bagi konsumen dan dijadikan dasar
pengambilan keputusan.
Jika perusahaan dapat memenuhi keinginan konsumen dengan
memberikan atribut atribut yang terbaik pada produknya, diharapkan
konsumen akan memandang produk tersebut berbeda dan lebih baik dari
produk para pesaingnya, dan perusahaan akan dapat menempatkan posisi
produknya ke arah yang lebih baik.
2. Komponen Atribut Produk
Setelah diketahui pasar mana yang hendak dituju, maka yang harus
diketahui oleh produsen dalam menyusun strategi produk ialah mengenai
preferensi atribut produk yang menjadi pertimbangan konsumen dalam
memilih produk. Dari atribut atribut produk yang ada, sehingga dapat
membedakan produk yang satu dengan yang lainnya.
Menurut Ahmad Zikri dalam Tjiptono (1997 : 103) komponen-
komponen yang terdapat dalam atribut produk meliputi merek, harga,
kemasan, pemberian label, jaminan pelayanan, dsb.
Menurut Heru Agus Sunandar dalam Simora (2003 : 147) menyatakan
bahwa atribut produk ialah faktor faktor yang dipertimbangkan oleh pembeli
pada saat membeli produk seperti kualitas atau mutu produk, kelengkapan,
fungsi, desain, dll.
7
Pengembangan produk dan jasa memerlukan pendefinisian manfaat-
manfaat yang akan ditawarkan. Manfaat-manfaat tersebut kemudian
dikomunikasikan dan disampaikan melalui atribut-atribut produk seperti
kualitas, fitur, serta gaya dan desain.
1. Kualitas Produk
Kualitas adalah salah satu alat pemasaran yang penting. Kualitas
produk mempunyai dua dimensi yaitu tingkatan dan konsistensi. Dalam
mengembangkan produk, pemasar lebih dahulu harus memilih tingkatan
kualitas yang dapat mendukung posisi produk di pasar sasarannya. Dalam
dimensi tersebut kualitas produk berarti kualitas kinerja yaitu kemampuan
produk untuk melakukan fungsi-fungsinya.
2. Fitur
Sebuah produk dapat ditawarkan dengan berbagai fitur. Sebuah
model awal tanpa tambahan yang menyertai produk tersebut menjadi titik
awalnya. Perusahaan dapat menciptakan model tingkatan yang lebih
tinggi dengan menambahkan berbagai fitur.
Fitur merupakan alat persaingan untuk mendiferensiasikan produk
perusahaan terhadap produk sejenis yang menjadi pesaingnya. Menjadi
produsen awal yang mengenalkan fitur baru yang dibutuhkan dan
dianggap bernilai menjadi salah satu cara yang efektif untuk bersaing.
3. Gaya dan Desain Produk
Cara lain untuk menambahkan nilai bagi pelanggan adalah melalui
gaya dan desain produk yang khas. Desain dapat menjadi alat persaingan
yang sangat baik bagi armada pemasaran perusahaan. Desain yang baik
dapat memberikan kontribusi dalam hal kegunaan produk dan juga
penampilannya.
Gaya dan desain yang baik dapat menarik perhatian, meningkatkan
kinerja produk, memotong biaya produksi dan memberikan keunggulan
bersaing di pasar sasaran.
8
Berdasarkan kedua pendapat tersebut maka yang dijadikan dasar
dalam meneliti atribut produk dan disesuaikan dengan produk yang
hendak diteliti yakni berupa produk yang diinginkan.
C. Merek (brand)
1. Pengertian Merek
Pengertian merek (brand) menurut American Marketing Association,
didefinisikan sebagai berikut:
Menurut Kotler dan Keller (2007 : 332) merek adalah nama, istilah,
tanda, simbol atau rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut. Tujuan
pemberian merek adalah untuk mengidentifikasikan produk atau jasa yang
dihasilkan sehingga berbeda dari produk atau jasa yang dihasilkan oleh
pesaing.
Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten
memberikan feature, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek-
merek terbaik memberikan jaminan kualitas. Merek menjadi sangat penting
saat ini, karena beberapa faktor seperti :
1. Emosi konsumen terkadang turun naik, merek mampu membuat janji
emosi konsisten dan stabil.
2. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar, bila dilihat
bahwa suatu merek yang kuat mampu diterima di seluruh dunia dan budi
daya.
3. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen.
Semakin kuat suatu merek makin kuat pula interaksinya dengan konsumen
dan makin banyak asosiasi merek yang terbentuk dalam merek tersebut.
Jika asosiasi merek yang terbentuk memiliki kualitas dan kuantitas yang
kuat, potensi ini akan menigkatkan brand image (Citra merek).
4. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen, merek
yang kuat akan sanggup merubah perilaku konsumen.
5. Merek memudahkan proses penggambilan keputusan pembelian oleh
konsumen, dengan adanya merek, konsumen dengan mudah membedakan
produk yang akan dibelinya dengan produk lain sehuibungan dengan
9
kualitasnya, kepuasan, kebanggaan, atau pun atribut lain yang melekat
pada merek tersebut.
6. Merek berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaan.
Merek mempunyai peranan yang penting dan merupakan ”Aset
prestisius” bagi perusahaan. Dalam kondisi pasar yang kompetitif, preferensi,
dan loyalitas pelanggan adalah kunci kesuksesan. Terlebih lagi pada kondisi
sekarang, nilai suatu merek yang mapan sebanding dengan realitas makin
sulitnya menciptakan suatu merek. Pemasaran dewasa ini merupakan
pertempuran persepsi konsumen, tidak sekedar pertempuran produk.
Beberapa kualitas, modal, features (karakteristik tambahan dari produk), serta
kualitas yang relative sama. Dapat memiliki kinerja, yang berbeda – beda di
pasar karena perbedaan persepsi dari produk tersebut dibenak konsumen.
2. Keputusan Merek
Penetapan merek telah lama popular di kalangan barang konsumen.
Beberapa merek menjadi semakin demikian kuat hingga dipakai sebagai
nama generik produk itu sendiri.
Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain atau kombinasi dari
unsur-unsur ini, yang dimaksudkan sebagai pengenal barang atau jasa dari
penjual dan sebagai pembeda dengan pesaing. Nama merek adalah bagian
dari merek yang dapat diucapkan. Tanda merek adalah bagian dari merek
yang dapat dikenali namun tidak dapat diucapkan, seperti simbol, desain,
warna atau huruf yang khas.
Merek dagang adalah merek yang diberi perlindungan hukum untuk
melindungi hak eklusif penjual dalam menggunakan nama merek dan tanda
merek.
3. Perangkapan Merek
Kekuatan pendorong di balik pembuatan merek adalah penerimaan
tambahan dan daya tarik tambahan bagi suatu perusahaan dengan melalui
nama merek tersebut sehingga memungkinkan dapat terkenal buat perusahaan
oleh karenanya diharapkan menarik minat pelangan baru atau mengajak
10
pelanggan lama untuk lebih sering kembali dan lebih banyak berbelanja
dalam setiap kunjungan.
4. Kondisi Pendukung Penetapan Merek
Lima kondisi di bawah ini mendorong pengambilan keputusan
penetapan merek.
1. Produk akan mudah dikenali jika menggunakan merek atau tanda merek.
2. Produk dipersepsikan mempunyai nilai tertinggi untuk harganya.
3. Kualitas dan standar mudah dipertahankan.
4. Permintaan atas kelas produk umum cukup besar sehingga dapat
mendukung rantai regional, nasional maupun internasional. Pengembangan
masa yang sangat menentukan keberhasilan merek untuk mendukung biaya
overhead iklan dan administrasi itu penting.
5. Terdapat ekonomi skala.
5. Produk akan Mudah Dikenali dengan Merek atau Tanda Merek
Umumnya papan reklame di jalan bebas hambatan adalah petunjuk arah
mengandalkan pengenalan merek. Disitu hanya terpampang nama merek atau
tanda merek serta arah tempat penjualannya.
Pengembangan nama merek merupakan unsur kunci pengembangan
identitas merek. Karakteristik yang dikehendaki dari nama merek antara lain
adalah:
1. Nama merek harus menggambarkan manfaat dan kualitas produk. Nama
merek harus mudah diucapkan, dikenali dan diingat. Lebih membantu bila
nama itu pendek.
2. Nama merek harus khas.
3. Untuk perusahaan besar di masa mendatang ingin memperluas pasar ke
luar negeri, nama itu harus mudah diterjemahkan kedalam bahasa asing.
4. Nama merek harus dapat terdaftar dan terlindungi hukum.
11
D. Sikap Konsumen
Sikap konsumen disebut juga sebagai konsep yang paling khusus dan
sangat dibutuhkan dalam psikologis sosial kontemporer. Sikap juga
merupakan salah satu konsep yang paling penting yang digunakan pemasar
untuk memahami konsumen. Definisi sikap menurut Allport
dalam Setiadi adalah suatu mental dan syaraf sehubungan dengan kesiapan
untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman dan memiliki pengaruh
yang mengarahkan dan atau dinamis terhadap perilaku. Sehingga dalam sikap,
kita diajarkan untuk mengenal tentang pandangan kita terhadap pembagian
sikap, yakni :
1. Sikap terhadap Iklan
Sikap terhadap iklan adalah cara konsumen mengenai sebuah iklan :
sikap terhadap iklan (afektif) merupakan cara konsumen merasakan hal
tersebut. Suatu hal yang menunjukan tingkat kecenderungan konsumen
menjawab dengan baik atau tidak baik iklan tertentu. Hal ini akan
memperlihatkan/menunjukan sikap positif konsumen terhadap iklan. Sikap
yang lain akan memperlihatkan sikap yang dimana seorang konsumen dalam
memilih barang yang ia ingini, yakni sikap seperti baik-tidak baik, suka-
tidak suka, menarik-tidak menarik, kreatif-tidak kreatif, dan informatif-
tidak informatif.
2. Sikap terhadap Merek
Sikap terhadap merek ialah tingkat kecenderungan yang dipelajari oleh
konsumen untuk mengevaluasi merek dengan cara mendukung atau tidak
mendukung secara konsisten. Sikap ini, konsumen diajak untuk berperilaku
secara tidak langsung terhadap keputusan merek mulai dari sangat jelek
sampai sangat bagus. Sikap terhadap merek didasarkan pada skema tentang
merek tersebut yang telah tertanam dibenak konsumen. seperti
diungkapkan oleh Kotler dan keller (2007 : 376) telah disebutkan diatas
bahwa komponen sikap ada 3 yaitu: Kognitif, Afektif dan Konatif maka
ketiga komponen sikap ini juga terdapat dalam sikap konsumen terhadap
produk :
12
a. Brand believe adalah komponen kognitif (pemikiran).
b. Brand evaluation adalah komponen afektif yang mewakili semua
evaluasi terhadap merek oleh konsumen. Kepercayaan terhadap suatu
merek adalah multi dimensional karena mereka mewakili atribut merek
yang dipersepsikan oleh konsumen.
c. Kecenderungan untuk bertindak adalah komponen konatif (tindakan)
dan pada umumnya komponen ini dengan melihat ”maksud untuk
membeli” dari seorang konsumen adalah penting dalam
mengembangkan strategi pemasaran.
E. Keputusan Pembelian
Dalam memahami perilaku konsumen, terdapat banyak pengaruh yang
mendasari seseorang dalam mengambil keputusan pembelian suatu produk
atau merek. Rangsangan tersebut kemudian diproses (diolah) dalam diri,
sesuai dengan karakteristik pribadinya, sebelum akhirnya diambil keputusan
pembelian.
Menurut Kotler dan Keller (2007 : 234) terdapat lima tahap metode proses
pengambilan keputusan pembelian :
1. Pengenalan Keputusan
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau
kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal
atau eksternal. Dalam kasus pertama, salah satu kebutuhan umum seseorang
akan mencapai ambang batas tertentu dan mulai menjadi pendorong. Kasus
kedua, kebutuhan ditimbulkan oleh rangsangan eksternal.
2. Pencarian informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk
mencari informasi yang lebih banyak. Kita dapat membaginya ke dalam dua
level rangsangan. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan
penguatan perhatian. Pada level ini, orang hanya sekadar lebih peka terhadap
informasi produk. Pada level selanjutnya, memungkinkan akan lebih aktif
mencari informasi. Hal yang menjadi perhatian pemasar adalah sumber
sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relatif
13
tiap sumber terhadap keputusan pembelian selanjutnya. Sumber informasi
konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok yakni:
1. Sumber pribadi : keluarga, teman,
tetangga dan kenalan.
2. Sumber komersial : iklan, wiraniaga,
penyalur, kemasan, pajangan ditoko.
3. Sumber publik : media massa,
organisasi penentu pringkat konsumen
4. Sumber pengalaman : penanganan,
pengkajian, dan pemakaian produk.
3. Evaluasi alteranif
Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan model-model terbaru
yang memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi
kognitif. Yaitu, model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian
atas produk dengan sangat sadar dan rasional. Beberapa konsep dasar dalam
memahami evaluasi alternatif :
a. Konsumen berusaha memenuhi kebutuhan
b. Konsumen berusaha mencari manfaat tertentu dari solusi produk
c. Konsumen memandang masing masing produk sebagai sekumpulan atribut
dengan kemampuan berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang
digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu.
4. Keputusan pembelian
Dalam beberapa kasus, konsumen bisa mengambil keputusan untuk tidak
secara formal mengevaluasi setiap merek. Dalam kasus lain, faktor-faktor yang
menintervensi bisa memengaruhi keputusan final. Ada beberapa faktor dalam
keputusan pembelian :
a. Model pilihan konsumen yang non-kompensasi
Model harapan nilai adalah model kompensasi dimana hal yang
dianggap baik pada sebuah produk dapat membantu mengatasi hal-hal lain
yang dirasa buruk.
14
Dengan model non-kompensasi pada pilihan konsumen, pertimbangan
atribut positif dan negatif tidak perlu disaring. Mengevaluasi atribut lebih
dalam mebuat keputusan menjadi lebih mudah bagi seorang konsumen, tapi
juga meningkatkan kemungkinan orang untuk melakukan pilihan yang
berbeda jika ia lebih leluasa menghadapi rincian yang lebih besar, yakni :
1. Pengalaman konjungtif,
konsumen menetapkan satu tingkat minimum yang dapat diterima untuk
setiap atribut dan memilih alternatif pertama yang memenuhi standar
minimum untuk semua atribut.
2. Pengalaman leksikografi,
konsumen memilih merek terbaik berdasarkan atribut yang dirasakan
paling penting.
3. Pengalaman eliminasi
berdasarkan aspek, konsumen membandingkan merek pada sebuah atribut
yang diseleksi dengan memerhatikan tingkat probabilitas.
b. Faktor-faktor yang mengganggu
Adapun faktor yang yang mempengaruhi tingkat niat pembelian dan
keputusan pembelian, yakni. Faktor pertama ialah sikap orang lain. Yang
dimana, sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan
bergantung pada dua hal.
1. Intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai
konsumen
2. Motivasi konsumen untuk menuruti keiginan orang lain.
Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat
muncul dan mengubah niat pembelian. Keputusan konsumen untuk
memodifikasi, menunda atau menghindari keputusan pembelian sangat
dipengaruhi oleh resiko yang dipikirkan. Ada berbagai macam jenis resiko
yang bisa dirasakan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sebuah
produk.
1. Resiko fungsional : produk tidak berkinerja sesuai harapan
15
2. Resiko fisik : produk memberikan ancaman tetap terhadap kesejahtraan
atau kesehatan fisik dari pengguna atau orang lain
3. Risiko fungsional : produk tidak bernilai sesuai harga yang dibayar
4. Risiko sosial : produk menimbulkan rasa malu terhadap orang lain
5. Risiko psikologis : produk memengaruhi kesejahtraan mental dari
pengguna
6. Risiko waktu : kegagalan produk mengakibatkan biaya peluang karena
menemukan produk lain yang memuaskan
5. Perilaku pasca pembelian
Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami ketidaksesuaian karena
memerhatikan fitur-fitur tertentu yang mengganggu atau mendengar hal-hal yang
menyenangkan tentang merek lain, dan akan selalu siaga terhadap informasi
yang mendukung keputusannya.
Tugas pemasar tidak berakhir begitu saja ketika produk dibeli. Para
pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian,
dan pemakaian produk pasca pembelian.
1. Kepuasan pasca pembelian : Kepuasan pembeli adalah fungsi dari seberapa
sesuainya harapan pembeli produk dengan kinerja yang dipikirkan pembeli
atas produk tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah dari harapan, pelanggan
akan kecewa; jika ternyata sesuai harapan, pelanggan akan puas: jika
melebihi harapan, pembeli akan sangat puas. Perasaan-perasaan itu akan
membedakan apakah pembeli akan membeli kembali produk tersebut dan
membicarakan hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan
tentang produk tersebut dengan orang lain.
2. Tindakan pasca pembelian : Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk
akan memengaruhi perilaku konsumen selanjutnya. Jika puas, ia akan
menunjukan kemungkinan yang lebih tinggi untuk kembali membeli produk
tersebut.pelanggan yang puas tersebut juga cenderung menceritakan hal-hal
yang baik tentang merek tersebut kepada orang lain.
3. Pemakaian dan pembuangan pasca pembelian : Para pemasar juga harus
memantau cara pembeli memakai dan membuang produk tertentu. Pendorong
16
utama frekuensi penjualan adalah tingkat konsumsi produk-semakin cepat
membeli mengosumsi produk, semakin cepat merekambisa kembali ke pasar
untuk membelinya lagi. Satu peluang potensial untuk meningkatkan frequensi
penggunaan produk adalah ketika persepsi konsumen atas penggunaan
mereka berbeda dari realitas.
F. Persepsi
Menurut kotler (2007 : 228) persepsi adalah proses yang digunakan oleh
individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan
informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti.
Persepsi tidak hanya tergantung pada rangsangan fisik, tapi juga pada
rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu
yang bersangkutan. Hal yang dirasa amat penting pada persepsi adalah persepsi
dapat sangat beragam antara individusatu dengan yang lain mengalami realitas
yang sama.
Dalam pemasaran, persepsi itu lebih penting daripada realitas, karena
persepsi itulah yang akan mempengaruhi perilaku aktual konsumen. Orang dapat
memiliki persepsi yang berbeda atas objek yang sama karena tiga proses persepsi
: perhatian selektif, distorsi selektif, dan ingatan selektif.
1. Perhatian selektif
Orang mengalami sangat banyak rangsangan setiap hari yang
menyebabkan para pemasar harus bekerja keras dalam rangka menarik
perhatian konsumen.
Tantangan yang membahas mendalam tentang berbagai rangsangan,
akan dibahas pada penjelasan berikut:
a. Orang cenderung memerhatikan rangsangan yang berhubungan dengan
kebutuhannya saat ini.
b. Orang cenderung memerhatikan rangsangan yang mereka antisipasi.
17
c. Orang cenderung memerhatikan rangsangan yang berdeviasi besar
terhadap ukuran rangsangan normal.
Walaupun menyarin banyak rangsangan disekelilingnya, mereka
dipengaruhi oleh rangsangan yang tidak diduga, seperti tawaran tiba-tiba
malalui surat, telepon, atau wiraniga. Para pemasar berusaha mempromosikan
tawaran mereka secara halus supaya bisa melewati perhatian selektif.
2. Distorsi selektif
Rangsangan yang telah mendapatkan perhatian bahkan tidak selalu
muncul di pikiran orang persis seperti yang diinginkan oleh pengirimnya.
Distorsi selektif adalah kecenderungan menafsirkan informasi sehingga sesuai
dengan pra-konsepsi kita. Konsumen akan sering memelintir informasi
sehingga menjadi konsisten dengan keyakinan awal mereka atas merek dan
produk.
Distorsi selektif dapat berfungsi bagi keuntungan pemasar dengan
merek yang kuat ketika konsumen mengganggu informasi merek yang netral
atau ambigu untuk membuatnya lebih positif.
3. Ingatan selektif
Orang akan melupakan banyak hal yang mereka pelajari, tapi
kecenderungan mengingat informasi yang mendukung pandangan dan
keyakinan mereka. Karena adanya ingatan selektif, kita cenderung mengingat
hal-hal baik yang disebutkan tentang produk yang kita sukai dan melupakan
hal-hal baik yang disebutkan tentang proses pesaing. Ingatan selektif
menjelaskan mengapa para pemasar menggunakan drama dan pengulangan
dalam mengirimkan pesan kepasar sasaran mereka-untuk memastikan pesan
mereka tidak diremehkan.
4. Persepsi subminal
Mekanisme persepsi selektif menuntut keterlibatan dan pemikiran aktif
pihak konsumen. Sebuah topik yang telah mendorong pemasar kursi roda
18
untuk orang tua adalah persepsi subminal. Argumennya adalah pemasar diam-
diam menamakan pesan subminal dalam iklan dan kemasan. Konsumen
tanpan sengaja menyadari pesan ini, tapi pesan ini memengaruhi perilaku
mereka. Walaupun jalas banyak efek bawah sadar yang subtil bisa saja ada
pada pengolahan konsumen, tidak ada bukti yang mendukung pengertian
bahwa pemasar dapat secara sistematik mengontrol konsumen pada level itu.
G. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan Armen Elyonsa (2008)
& Pilianto (2009), menyatakan bahwa semua variabel predictor yaitu persepsi
terhadap produk, persepsi terhadap model, persepsi terhadap iklan, serta
sikap terhadap merek dan sikap terhadap iklan secara bersama-sama
mempunyai pengaruh signifikan dalam pembentukan atribut produk, merek,
persepsi dan sikap pada keputusan pembelian. Terdapat sebuah penemuan
bahwa keterlibatan perilaku konsumen dan keterlibatan persepsi, aspek
peripheral dari atribut dan merek bekerja lebih dominan. Dalam kondisi ini,
sikap terhadap keputusan pembelian menjadi dominan mempengaruhi sikap
terhadap iklan dan pengaruh hal-hal yang berhubungan dengan pesan menjadi
minimal.
H. Kerangka Pemikiran
19
I. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diatas hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah :
a. Ho : βi = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Atribut, Citra
Produk, dan Sikap Konsumen terhadap Keputusan
Pembelian.
Ha : βi ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara Atribut, Citra
Produk, dan Sikap Konsumen terhadap keputusan pembelian
b. Ho : Tidak terdapat Atribut, Citra Produk, dan Sikap Konsumen yang
mempengaruhi Keputusan Pembelian.
Ha : Terdapat Atribut, Citra Produk, dan Sikap Konsumen yang
mempengaruhi Keputusan Pembelian.
20
Atribut Produk
Persepsi-persepsi Terhadap
Keputusan Produk
Citra Produk
Sikap Terhadap Merek
Sikap Terhadap Iklan
Keputusan Pembelian Konsumen
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Peneliti
Target populasi dari penelitian ini adalah masyarakat di kalangan,
khususnya daerah Jakarta Selatan yang pernah berbelanja dan melihat-lihat di
distro Blok M dari produk pakaian atau celana. Karena baik merek produk
maupun iklan, produk yang diteliti dalam penelitian ini sudah sering
dilihat dan diketahui. Dengan asumsi jumlah dalam penlitian ini bahwa
jumlah populasi terbatas.
B. Metode Penentuan Sample
Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai
sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Jadi Metode penarikan
21
sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
Acciedental Sampling. Mengingat sulitnya penelitian mengetahui alamat
setiap pengguna pakaian berbahan Distro.
Beberapa hal yang memberikan gambaran tentang pedoman ukuran
sampel yang diambil, yaitu :
a. 100-200 sampel untuk teknik Maximum Likelihood Estimation.
b. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya
adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.
c. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh
variabel laten.
d. Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat memilih teknik
estimasi.
Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 100 sampel
dengan pertimbangan bahwa jumlah tersebut sudah melebihi jumlah
sampel minimal dalam penelitian (n=30).
C. Metode Pengumpulan Data
Menurut (M. Noor Fauzan dan Tri Gunarsih : 6) untuk mendapatkan
data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka peneliti mengumpulkan
data dengan menggunakan beberapa metode antara lain.
a) Observasi yaitu peneliti melakukan pengamatan l;angsung pada konsumen
yang berbelanja ditempat tersebut.
b) Interview yaitu penulis melakukan serangkaina tanya jawab kepada
konsumen, pimpinan atau karyawan yang ditunjuk atau pihak lain yang ada
relevansinya dengan objek penulisan.
c) Kuesioner yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
menyebarkan daftar pertanyaan (kuesioner) kepada konsumen dalam hal ini
yang melakukan pembelian atau telah berbelanja didistro, yang penulis teliti
yang terpilih sebagai responden penelitian.
22
d) Kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan dan membaca buku-buku atau
literatur serta hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan judul
proposal skripsi guna memperkuat argumen dalam penulisan ini.
D. Metode Analisis Data
Menurut (M Noor Fauzan dan Tri Gunarsih : 8) metode analisis data
terbagi menjadi dua, yakni metode kualitatif dan kuantitatif.
a. Metode Kualitatif
Metode Kualitatif adalah metode pemecahan masalah yang didasari
oleh fakta. Fakta atau data-data kualitatif dalam proses analisis, dan
didukung oleh teori-teori yang relevan dengan permasalahan.
b. Metode Kuantitatif
Metode Kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis
permasalahan dengan menggunakan angka–angka sebagai dasar analisis,
yang dirumuskan berdasarkan model matematis tertentu, berdasarkan
permasalahan dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya, maka
metode kauntitatif yang digunakan adalah regresi liner berganda (Multiple
Regsescion).
Model statistik Regresi Liner Berganda digunakan untuk menganalisis
pengaruh faktor Independent (Xi) terhadap faktor dependent (Y). Setelah
itu hipotesis penelitian ini diuji dengan menggunakan Uji – f dan Uji – t
model umum Regresi Liner Berganda Menurut Umar (2008 : 126) adalah
sebagai berikut :
Y = a0 + a1 x2 + a2 x2 + a3 x3 ............ + an xn + e
Dimana :
Y = Faktor dependent
ao = Kostanta
a1 – an = Koofisien Regresi
x1 – xn = Faktor Independent
e = kesalahan pengganggu (error)
Apabila model umum Regresi Linear berganda tersebut
ditransformasikan dalam penelitian ini menjadi :
23
Y = a0 + a1 x2 + a2 x2 + a3 x3 ............ + an xn + e
Dimana :
Y = Keputusan konsumen
ao = Kostanta
a1 – an = Koefisien Regresi
x1 = Loyalitas merek
x2 = Kesadaran merek
x3 = Persepsi kualitas merek
x4 = Asosiasi merek
x5 = Aset-aset merek lainnya
e = kesalahan pengganggu (error)
Tahap selanjutnya adalah melakukan Uji F yaitu untuk mengetahui
apakah variabel independent/bebas (Xi) secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap faktor dependent (Y). Penggunaan uji F melalui
bantuan SPSS versi 11,5 dalam penelitian ini menggunakan pedoman
Santoso yaitu perbandingan antara nilai probabilita (FSig) dengan taraf
signifikansi 0,05 (Santoso, 2001 : 204) :
a. Bila nilai FSig < α 0,05 maka terbukti secara simultan seluruh variabel
bebas yang diteliti berpengaruh signifikan/nyata antara Atribut, Citra
dan Sikan Konsumen terhadap Keputusan Pembelian sehingga H1
diterima dan H0 ditolak.
b. Bila nilai FSig > α 0,05 maka terbukti secara simultan seluruh variabel
bebas yang diteliti tidak berpengaruh signifikan/nyata antara Atribut,
Citra dan Sikan Konsumen terhadap Keputusan Pembelian sehingga
H1 ditolak dan H0 diterima..
Adapun untuk mengetahui signifikansi pengaruh secara parsial juga
menggunakan pedoman Singgih Santoso yaitu dengan membandingkan
nilai-nilai probabilita koefisien regresi parsial (tsig) dengan taraf
signifikansi 0,05 (Santoso, 2001:203).
24
a. Bila nilai tSig < α 0,05 maka terbukti secara parsial variabel bebas
berpengaruh signifikan antara Atribut, Citra dan Sikan Konsumen
terhadap Keputusan Pembelian sehingga H1 ditolak dan H0 diterima.
b. Bila nilai t Sig > α 0,05 maka terbukti secara parsial variabel bebas
tidak berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian
sehingga H1 ditolak dan H0 diterima.
E. Definisi Opersaional Variabel
Definisi operasional variabel ini merupakan penjelasan variable yang
akan diteliti. Dengan kata lain definisi operasional ini adalah petunjuik
mengenai bagaiman variable penelitian diukur secara operasional.
Ada dua variabel uatama dalam penelitian ini, yaitu kepuasan
pelanggan dan merek pakaian yang dibeli oleh pelanggan. Agar dapat diukur
kedua variabel diberi definisi operasioonal.
i. Kepuasan pelanggan terhadap pengkonsumsi pakaian berbahan Distro di
Jakarta. Untuk mengukur variable tersebut maka akan diajukan dalam
kalimat pernyataan. Selanjutnya para responden akan memilih salah satu
dari kelima alternative yang disediakan.Kalimat alternative jawaban sera
skornya adalah sebagai berikut :
a. Sangat puas dengan skor 5
b. Puas dengan skor 4
c. Netral dengan skor 3
d. Tidak puas dengan skor 2
e. Sangat tidak puas dengan skor 1
b. Dalam penelitian ini merek pakaian pelanggan dibedakan menjadi 5 merk
yaitu :
a. Black-id
b. Pro Shop
c. Demochis
d. Cardinar
e. Lainnya
25
DAFTAR PUSTAKA
http://www.docstoc.com/docs/12738795/SISTEMATIKA-PENULISAN-
PROPOSAL-PENELITIAN
Noor, M Fauzan dan Tri Gunarsih, Pengaruh atribut produk dan minat konsumen
terhadap loyalitas konsumen, pasca sarjana UMS, Surakarta
Kennedy E John, R Dermawan Soemanagara, “Marketing Comunication” Taktik dan
Strategi, Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta Barat.
Kotler, Philip & Keller, Kevin Lane (2007 dan 2008) Manajemen Pemasaran Jilid 1
dan 2. PT. Indeks. Indonesia.
Sekaran, Uman. (2006). Research Methods for Business. Salemba Empat. Jakarta
Swastha Basu, Ibnu Sukotjo, “Pengantar Bisnis Modern” edisi 3, Penerbit Liberty
Yogyakarta, Cetkan Ke 8, juli 2000.
26
Sutojo, siswanto, “Manajemen pemasaran”, edisi 2, PT Damar Mulya Pustaka,
Jakarta, 2003.
Tjiptono, Fandy, “Marketing Scale”, Andi, Yogyakarta, 2008.
Tjiptono, Fandy, “Strategi Pemasaran”, jilid 3, penerbit Andi, Jakarta, 2003.
27