Proposal

77
KOMPOSISI BAB BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan dan Batasan Masalah C. Pengertian Judul D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian E. Garis Besar Isi Skripsi BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Agama Islam B. Tujuan Pengajaran Agama Islam C. Metode Pembelajaran Agama Islam D. Faktor-faktor Pembentukan Kejiwaan dan Akhlak Siswa BAB III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel B. Instrumen Penelitian C. Prosedur Pengumpulan Data D. Teknik Analisis Data BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMA Negeri 2 Seram Utara Kec. Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah 1. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 2 Seram Utara 2. Struktur Organisasi SMA Negeri 2 Seram Utara 3. Sarana Dan Prasarana 4. Kurikulum SMA Negeri 2 Seram Utara

Transcript of Proposal

Page 1: Proposal

KOMPOSISI BAB

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan dan Batasan Masalah C. Pengertian Judul D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian E. Garis Besar Isi Skripsi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Agama IslamB. Tujuan Pengajaran Agama Islam C. Metode Pembelajaran Agama IslamD. Faktor-faktor Pembentukan Kejiwaan dan Akhlak Siswa

BAB III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan SampelB. Instrumen PenelitianC. Prosedur Pengumpulan DataD. Teknik Analisis Data

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMA Negeri 2 Seram Utara Kec. Seram Utara

Kabupaten Maluku Tengah1. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 2 Seram Utara2. Struktur Organisasi SMA Negeri 2 Seram Utara3. Sarana Dan Prasarana4. Kurikulum SMA Negeri 2 Seram Utara5. Keadaan Guru & Siswa SMA Negeri 2 Seram Utara

B. Metode Pembelajaran Agama Islam di SMA Negeri 2 Seram UtaraC. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

Siswa SMA Negeri 2 Seram Utara

BAB V. P E N U T U PA. KesimpulanB. Saran

Page 2: Proposal

1

DRAFT SKRIPSI

Nama : Maimuna PelupessyNim/Nimko : 07210064/8452107064Program Study : Pendidikan Agama IslamJudul Skripsi : “Pengaruh Metode Pembelajaran Agama Islam

Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa di SMA Negeri 2 Seram Utara”

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah

masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak

kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses

pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemapuan anak untuk

menghafal informs, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun

berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang

diingatnya kemudian dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran. Mata pelajaran

science tidak dapat mengembangkan kemampuan anak untuk berfikir kritis

dan sistematis, karena strategi pembelajaran berfikir tidak digunakan secara

baik dalam setiap proses pembelajaran di dalam kelas. Mata pelajaran

agama, tidak mampu mengembangkan sikap sesuai dengan norma-norma

Page 3: Proposal

2

agama, karena proses pembelajaran hanya diarahkan agar anak bisa

menguasai dan menghafal materi pelajaran.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.

Dari konsep pendidikan menurut undang-undang tersebut diatas,

mengandung beberapa pemahaman, sebagai berikut : Pertama, pendidikan

adalah usaha sadar yang terencana, hal ini berarti proses pendidikan di

sekolah bukanlah proses yang dilaksanakan secara asal-asalan dan untung-

untungan, melainkan dilaksanakan secara sadar dan bertujuan sehingga

segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan pada pencapaian

tujuan.

Kedua, proses pendidikan yang terencana itu diarahkan untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, hal ini berarti tidak

semata-mata berusaha untuk mencapai hasil belajar, melainkan bagaimana

memperoleh hasil atau proses belajar yang terjadi pada diri anak. Dengan

Page 4: Proposal

3

demikian, dalam pendidikan antara proses dan hasil belajar harus berjalan

secara seimbang. Pendidikan yang hanya mementingkan salah satu di

antaranya tidak akan dapat membentuk manusia yang berkembang secara

utuh.

Ketiga, suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta

didik dapat mengembangkan potensi dirinya, ini berarti proses pendidikan

harus berorientasi kepada siswa (student active learning). Pendidikan

adalah upaya pengembangan potensi anak didik. Dengan demikian, anak

harus dipandang sebagai individu yang sedang berkembang dan memiliki

potensi. Tugas pendidikan adalah mengembangkan potensi yang dimiliki

anak didik, bukan menjejalkan materi pelajaran atau memaksa agar anak

dapat menghafal data dan fakta.

Keempat, akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan anak

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara. Hal ini berarti proses pendidikan berujung

kepada pembentukan sikap,pengembangan kecerdasan atau intelektual serta

pengembangan keterampilan anak sesuai dengan kebutuhan.

Menurut Wina Sanjaya bahwa dalam proses pendidikan,

pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa. Artinya, system

Page 5: Proposal

4

pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan kata

lain, pembelajaran ditekan atau berorientasi pada aktivitas siswa. Ada

beberapa asumsi perlunya pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa.1

Pertama, asumsi filosofis tentang pendidikan. Pendidikan merupakan

usaha sadar mengembangkan manusia menuju kedewasaan, baik

kedewasaan intelektual saja, tetapi mencakup seluruh potensi yang dimiliki

anak didik. Dengan demikian, hakikat pendidikan pada dasarnya adalah :

(a) interaksi manusia; (b) pembinaan dan pengembangan potensi manusia,

(c) berlangsung sepanjang hayat, (d) kesesuaian dengan kemampuan dan

tingkat perkembangan siswa, (e) keseimbangan antara kebebasan subjek

didik dan kewibawaan guru dan (f) pengingkatan kualitas hidup.

Kedua, asumsi tentang siswa sebagai subjek pendidikan, yaitu (a)

siswa bukanlah manusia dalam ukuran mini, akan tetapi manusia yang

sedang dalam tahap perkembangan, (b) setiap manusia mempunyai

kemampuan yang berbeda, (c) anak didik pada dasarnya adalah insane yang

aktif, kreatif dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya, (d) anak didik

memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhannya. Asumsi tersebut

menggambarkan bahwa anak didik bukanlah objek yang harus dijejali

dengan informasi, tetapi mereka adalah subjek yang memiliki potensi dan

1 Dr. Wina Sanjaya, M.Pd. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Cet. VI : Jakarta, Kencana Predana Media Group, 2009) h. 135-136

Page 6: Proposal

5

proses pembelajaran seharusnya diarahkan untuk mengembangkan seluruh

potensi yang dimiliki anak didik.

Ketiga, asumsi tentang guru adalah : (a) guru bertanggungjawab atas

tercapainya hasil belajar peserta didik, (b) guru memiliki kemampuan

professional dalam mengajar, (c) guru mempunyai kode etik keguruan, (d)

guru memiliki peran sebagai sumber belajar, pemimpin (organisator) dalam

belajar yang memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi siswa

dalam belajar.

Keempat, asumsi yang berkaitan dengan proses pengajaran adalah

(a) bahwa proses pengajaran direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu

system, (b) peristiwa belajar akan terjadi manakala anak didik berinteraksi

dengan lingkungan yang diatur oleh guru, (c) proses pengajaran akan lebih

aktif apabila menggunakan metode dan teknik yang tepat dan berdaya guna,

(d) pengajaran member tekanan kepada proses dan produk secara seimbang,

(e) inti proses pengajaran adalah adanya kegiatan belajar siswa secara

optimal.

Pertumbuhan yang cepat dari teknologi di bidang kependidikan dan

tersedianya bermacam-macam alat pengajaran yang dapat membantu

menciptakan situasi belajar yang efektif, sekaligus telah memberikan

kesempatan dan tanggung jawab bagi guru. Kesempatan yang

Page 7: Proposal

6

memungkinkan para guru membangun dan menciptakan suasana

pengajaran yang menarik dengan menggunakan berbagai alat pengajaran,

seperti : gambar-gambar slide, film, radio, televise dan rekaman yang berisi

pengajaran. Tanggung jawab yang terpikul di pundak guru ialah memilih

metode dan menggunakan alat-alat tersebut denga cara yang tepat sehingga

memenuhi kepentingan, sikap serta bakat dan kebutuhan murid. Dengan

demikian bukan saja suasana pengajaran menjadi menyenangkan, tetapi

juga terarah kepada pencapaian tujuan-tujuan pengajaran yang telah

dirumuskan. Tanggung jawab ini menuntut kreativitas buru, bukan saja

dalam melatih diri untuk memiliki keterampilan yang memadai, melainkan

juga membuat berbagai metode dan alat yang praktis dan ekonomis sesuai

dengan tuntutan lingkungan sehingga komunikasi interaksi dapat berjalan

seefisien dan seefektif mungkin.

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh metode pembelajaran

Agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa, maka penulis merasa

perlu mengkajinya secara mendalam dengan mengajukan judul penelitian

“Pengaruh Metode Pembelajaran Agama Islam Terhadap Pembentukan

Akhlak Siswa di SMA Negeri 2 Seram Utara”.

Page 8: Proposal

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka yang

menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Bagaimana metode pembelajaran agama Islam di SMA Negeri 2 Seram

Utara?

2. Bagaimana pengaruh metode pembelajaran agama Islam terhadap

pembentukan akhlak siswa SMA Negeri 2 Seram Utara Masohi?

C. Pengertian Judul

Untuk mendapat gambaran konkrit sehingga tidak menimbulkan

kesimpulan yang berbeda-beda dan perluasan masalah dalam penulisan

skripsi ini, sekaligus untuk mempermudah pembahasan, maka perlu adanya

pembatasan pengertian judul sebagai berikut.

Pendidikan Agama adalah proses pewarisan dan pengembangan

budaya manusia yang bersumber dan berpedomankan ajaran Agama

sebagaimana termaktub dalam Kitab Suci masing-masing agama. Pakar lain

berpendapat bahwa pendidikan Agama merupakan pergaulan yang

mengandung rasa kemanusiaan terhadap anak dan mengarahkan kepada

kebaikan disertai dengan perasaan cinta kasih dengan menyediakan suasana

yang baik dimana bakat dan kemampuan anak dapat tumbuh berkembang

Page 9: Proposal

8

secara lurus. Dengan demikian prestasi belajar siswa adalah hasil yang

diperoleh akibat perbuatan belajarnya dari; membaca, menulis dan latihan.

Hasil dari belajar berupa Perubahan pada tiga aspek yaitu Kognitif,

Psikomotor dan Apektif. Perubahan yang diperoleh dari akibat belajar

adalah dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti.

Hasil dari belajar juga bisa berupa angka (nilai).

D. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Pendidikan Islam

Dari segi bahasa, pendidikan dapat diartikan sebagai perbuatan (hal,

cara dan sebagainya) mendidik dan berarti pula pengetahuan tentang

mendidik atau pemeliharaan (latihan-latihan dan sebagainya) badan, batin

dan sebagainya.2 Dalam bahasa Arab, para pakar pendidikan pada

umumnya menggunakan kata tarbiyah untuk arti pendidikan. Menurut

Abdurrahman An-Nahlawi, ada tiga akar kata untuk istilah tarbiyah.

Pertama, raba yarbu yang artinya bertambah dan berkembang. Kedua,

rabiya yarba yang dibandingkan dengan khayifa-yakhfa yang berarti

tumbuh dan berkembang. Ketiga, rabba-yarubbu yang dibandingkan

2 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Cet. II; Jakarta Balai Pustaka, 1991), h. 250

Page 10: Proposal

9

dengan madda yamuddu yang berarti memperbaiki, mengurusi

kepentingan, mengatur, menjaga dan memperhatikan.3

Sedangkan pengertian pendidikan dari segi istilah sebagaimana

dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 2

Th. 1989), bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta

didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi

peranannya di masa yang akan datang.4 Selain itu menurut Bapak

Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara, pendidikan berarti daya upaya

untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, karakter)

pikiran (intellect) dan tubuh anak yang antara satu dan lainnya saling

berhubungan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan

dan penghidupan anak-anak yang dididik selaras dengan dunianya.5

Dari beberapa defenisi tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan

adalah merupakan usaha atau proses yang ditujukan untuk membina

kualitas sumber daya manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan

peranannya dalam kehidupan secara fungsional dan optimal.

3 Abdurrahman An-Nahlawi, dalam Prof. DR. H. Abuddin Nata, M.A, Metodologi Studi Islam (Cet. IV; Jakarta PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 338.

4Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pelaksanaannya (UU RI No. 2 Thn. 1989) dalam Prof. DR. H. Abuddin Nata, M.A, Metodologi Studi Islam (Cet. IV; Jakarta PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 338

5 Ki Hajar Dewantara dalam Prof. DR. H. Abuddin Nata, M.A, Metodologi Studi Islam (Cet. IV; Jakarta PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 338

Page 11: Proposal

10

Adapun pengertian Islam secara bahasa, berasal dari bahasa Arab,

asalama, yuslimu, islaman yang berarti berserah diri, patuh dan tunduk.

Secara harfiah Islam dapat diartikan patuh, tunduk, berserah diri (kepada

Allah) untuk mencapai keselamatan. Sebagai agama yang bersumber pada

wahyu (Al Qur’an) dan As Sunnah, Islam memiliki ajaran yang

komprehensif, yaitu ajaran yang tidak hanya ditujukan untuk mencapai

kebahagiaan hidup di dunia, melainkan juga di akhirat nanti. Islam

memiliki ciri ajaran tauhid dan persatuan, memuliakan manusia,

memandang hukum alam sebagai ketentuan Tuhan, menghargai akal dan

ilmu, memberikan kebebasan, kemerdekaan, keadilan dan persatuan,

mengutamakan amal, mendorong terciptanya akhlaq yang mulia,

mengajarkan kehidupan sosial mengutamakan toleransi, mengutamakan

kepemimpinan yang beriman dan menghendaki ulama yang ahli dalam

bidangnya.

Dilihat dari segi tujuan Agama Islam diturunkan Allah kepada

manusia melalui utusan-Nya Rasulullah Muhammad saw, tidak lain adalah

untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam. Tujuan tersebut mengandung

implikasi bahwa Islam sebagai agama wahyu mengandung petunjuk yang

bersifat menyeluruh, dimana sekalian alam ini akan memperoleh rahmat

Page 12: Proposal

11

(bahagia dan sejahtera) secara menyeluruh, meliputi kehidupan duniawi

dan ukhrawi, lahiriah dan batiniah, jasmaniah dan rohaniah.

Sebagai agama yang mengandung tuntunan yang komprehensif,

Islam membawa system nilai-nilai yang dapat menjadikan pemeluknya

sebagai hamba Allah yang mampu menikmati hidupnya dalam situasi dan

kondisi serta dalam ruang dan waktu yang seceptif (tawakkal) terhadap

kehendak khaliknya, seperti tercermin dalam segala ketentuan syari’at

Islam serta aqidah yang mendasarinya. Suatu pola kehidupan yang ideal

yang akan dibentuk melalui proses pendidikan sesuai syari’at Islam.

Sehingga jika kata pendidikan dan Islam disatukan menjadi

Pendidikan Islam, artinya secara sederhana adalah pendidikan yang

berdasarkan ajaran Islam, namun dalan arti yang lebih luas pendidikan

Islam memiliki pengertian yang bermacam-macam. Sebagian ada yang

mengatakan bahwa pendidikan Islam adalah proses pewarisan dan

pengembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedomankan

ajaran Islam sebagaimana termaktub dalam Al Qur’an dan terjabar dalam

Sunnah Rasul.

Pakar lain berpendapat bahwa pendidikan Islam merupakan

pergaulan yang mengandung rasa kemanusiaan terhadap anak dan

mengarahkan kepada kebaikan disertai dengan perasaan cinta kasih dengan

Page 13: Proposal

12

menyediakan suasana yang baik dimana bakat dan kemampuan anak dapat

tumbuh berkembang secara lurus.

Menurut Ahmad D. Marimba, pengarang buku Pengantar Filsafat

Pendidikan Islam, bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan

rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada

terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.6 Dengan

demikian, proses kependidikan Islam memiliki tugas pokok, yakni

membentuk kepribadian Islam dalam diri manusia selaku makhluk individu

dan sosial.

2. Sasaran dan Tujuan Pendidikan Islam

Secara umum, tujuan pendidikan Islam terbagi kepada: tujuan

umum, tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional. Tujuan

umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan

baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan sementara adalah

tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman

tertentu yang direncanakan dalam sebuah kurikulum. Tujuan akhir adalah

tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi manusia-manusia

6Ahmad D. Marimba dalam Prof. DR. H. Abuddin Nata, M.A, Metodologi Studi Islam (Cet. IV; Jakarta PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 338

Page 14: Proposal

13

sempurnah (insan kamil) setelah ia menghabisi sisa umurnya. Sementara

tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah

kegiatan pendidikan tertentu.

Berikut ini uraian tujuan pendidikan Islam dalam perspektif para

ulama muslim. 7

a. Abdurrahman Saleh Abdullah mengatakan dalam bukunya

“Educational Theoy a Qur’anic Outlook”, bahwa pendidikan

Islam bertujuan untuk membentuk kepribadian manusia sebagai

khalifah Allah swt atau sekurang-kurangnya mempersiapkan ke

jalan yang mengacu kepada tujuan akhir. Tujuan utama khalifah

Allah adalah beriman kepada Allah dan tunduk serta patuh secara

total kepada-Nya. Tujuan pendidikan Islam menurutnya

dibangun atas tiga komponen sifat dasar manusia, yaitu :1)

Tubuh; 2) Ruh dan 3) akal, yang masing-masing harus dijaga.

b. Menurut Al Ghazali, tujuan pendidikan Islam dapat

diklasifikasikan kepada :

1) Membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat

mendekatkan diri kepada Allah swt.

7 Dr. Armai Arief, M.A, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta Ciputat Pers, 2002), h. 19-20

Page 15: Proposal

14

2) Membentuk insan purna untuk memperoleh kebahagiaan

hidup, baik di dunia maupun di akhirat.

c. Menurut M. Djunaidi Dhany, tujuan pendidikan adalah :

1) Pembinaan kepribadian anak didik yang sempurna

a) Pendidikan harus mampu membentuk kekuatan dan

kesehatan badan serta pikiran anak didik;

b) Sebagai individu, maka anak harus dapat mengembangkan

kemampuannya semaksimal mungkin;

c) Sebagai anggota masyarakat, anak harus dapat memiliki

tanggungjawa sebagai warga Negara;

d) Sebagai pekerja, anak harus bersifat efektif dan produktif

serta cinta akan kerja.

2) Peningkatan moral, tingkah laku yang baik dan menanamkan

rasa kepercayaan anak terhadap agama dan kepada Tuhan.

3) Mengembangkan intelegensi anak secara efektif agar mereka

siap untuk mewujudkan kebahagiaannya di masa mendatang.

d. Tujuan pendidikan menurut Hasan Langgulung, bahwa tujuan

pendidikan harus dikaitkan dengan tujuan hidup manusia, atau

lebih tegasnya adalah untuk menjawab persoalan”untuk apa kita

Page 16: Proposal

15

hidup?”, Islam secara tegas telah memberikan jawaban

sebagaimana firman Allah swt :

Terjemahannya :

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. 8 (QS. Adz-Dzariat :56)

Menyembah atau ibadah dalam pengertian luas berarti

mengembangkan sifat-sifat Tuhan pada diri manusia sesuai

dengan petunjuk Allah swt. Menurutnya tujuan hidup seorang

muslim sama artinya dengan do’a yang selalu dibaca dalam

shalat, yaitu :

Terjemahannya :

”Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". 9 (QS. Al-An’am: 162-163)

e. Menurut Omar Mohammad Al Toumy Al Ayaibany, tujuan

pendidikan mempunyai tahapan-tahapan sebagai berikut :

8 Departemen Agama RI, Ibid, h. 862

9 Departemen Agama RI, Ibid, h.216

Page 17: Proposal

16

1) Tujuan individual, tujuan ini berkaitan dengan masing-

masing individu dalam mewujudkan perubahan yang

diinginkan pada tingkah laku dan aktifitasnya, disamping

untuk mempersiapkan mereka dapat hidup bahagia baik di

dunia maupun di akhirat.

2) Tujuan sosial, tujuan ini berkaitan dengan kehidupan

masyarakat sebagai keseluruhan dan tingkah laku mereka

secara umu, disamping juga berkaitan dengan perubahan dan

pertumbuhan kehidupan yang diinginkan serta memperkaya

pengalaman dan kemajuan.

3) Tujuan professional, tujuan ini berkaitan dengan pendidikan

dan pengajaran sebagai sebuah ilmu, sebagai seni dan

sebagai profesi serta sebagai satu aktivitas masyarakat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa inti dari tujuan

pendidikan Islam tersebut terfokus kepada :

a. Terbentuknya kesadaran terhadap hakikat diri manusia sebagai hamba

Allah yang diwajibkan menyembah kepada-Nya. Melalui kesadaran

itulah manusia akan berusaha agar potensi dasar keagamaannya (fitrah)

yang ia miliki dapat tetap terjaga kesuciannya sampai akhir hayatnya,

Page 18: Proposal

17

sehingga ia hidup dalam keadan beriman dan meninggal juga dalam

keadaan beriman.

b. Terbentuknya kesadaran akan fungsi dan tugasnya sebagai khalifah

Allah di muka bumi dan selanjutnya dapat wujudkan dalam kehidupan

sehari-hari. Melalui kesadaran inilah seseorang akan termotivasi untuk

mengembangkan potensi yang ia miliki.

3. Metode Pembelajaran Agama Islam

Pendidik yang sadar harus memahami dan menggunakan metode

yang efektif, dan selalu berusaha mencari kaidah-kaidah pendidikan yang

influentif dalam mempersiapkan anak secara mental dan moral, saintikal,

spiritual dan sosial, sehingga anak dapat mencapai kematangan yang

sempurna.

Beberapa prinsip yang menjadi landasan manhaj pendidikan moral

Islam, dan seharusnya menjadi perhatian semua komponen pendidikan,

baik itu keluarga, sekolah ataupun seluruh masyarakat, yaitu10 :

10 Syaik M. Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim (Cet.III; Jakarta. Pustaka Al Kausar, 2004),h. 198

Page 19: Proposal

18

1. Pembinaan jiwa agamis

Sesungguhnya iman yang mendalam akan membangun hati seorang

muslim dan membuatnya memiliki hubungan yang kuat dengan apa

yang diimani, tanpa terpengaruh oleh apapun. Sebagaimana sabda

Rasulullah SAW:

”Ibadah ialah kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya dan apabila kamu tidak melihat-Nya, maka sesunggunya Dia melihatmu”.

”Hatilah-hatilah kamu, jangan sampai Dia melihatmu melakukan apa yang Dia larang”. (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Apabila seorang pemuda semenjak kecil membiasakan dirinya merasa

senantiasa diawasi oleh Allah dalam setiap gerak-gerik dan perbuatan

yang ia lakukan seraya yakin bahwa Allah akan membalas meridhai

setiap hamba yang taat kepada-Nya dan memurkai oarng yang durhaka

kepada-Nya. Hal itu akan memudahkannya melakukan apa yang

diperintahkan Allah serta menjauhi apa yang dilarang-Nya, sehingga

jika ada godaan nafsunya untuk berbuat maksiat, ia akan menolak dan

berpaling dari perbuatan tersebut. Jiwa seperti ini yakin bahwa Allah

kuasa menyiksanya, Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar,

sebagaiman Firman Allah SWT :

Page 20: Proposal

19

Terjemahannya :

”Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang Telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al Mujadilah: 7)11

Hati yang bersih dan sehat adalah cahaya yang menunjukan seseorang

pada langkah-langkah kehidupan yang benar dan yang memberikan rasa

ketenangan serta kepuasan pada jiwa. Sehingga jika pendidikan dan

kesadaran hati diberikan kepada anak sejak dini, akan menegakkan dan

menguatkan jiwa yang sehat dan bersih. Salah satu diantaranya adalah

dengan membiasakan anak melakukan ibadah shalat. Sesungguhnya

penopang hati yang paling kuat ialah keyakinan adanya Tuhan Yang

Maha Kuasa. Pendidikan dan pengajaran apapun tidak akan ada

gunanya bagi jiwa yang tidak memiliki keyakinan tersebut. Manusia

11 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya (Jakrata, CV Atlas, 1998)., h.

Page 21: Proposal

20

yang masih bodoh dan belum tersentuh oleh pendidikan, ternyata

dengan keyakinan yang kuat terhadap Allah SWT memiliki aklak yang

lebih baik dan lebih mulia.

Salah satu pola pendidikan yang baik untuk mendidik hati ialah

membiasakan seorang remaja agar mau introspeksi diri. Cara mendidik

seorang remaja agar mau introspeksi diri sendiri harus berdasarkan pada

kesadaran. Dengan cara seperti ini akan membuahkan beberapa hal

positif :

- Membuat hati remaja menjadi bersih

- Tertanam sifat keberanian moral yang tinggi

- Hasrat yang tinggi untuk berlaku lurus dan tidak akan mengulangi

kesalahan yang pernah dilakukannya

- Mau menerima nasehat dan pengarahan dengan lapang dada

- Mau menerima sanksi hukuman yang proporsional dan sesuai dengan

kesalahannya.

Satu hal yang sangt patut direnungkan bahwa para penyeru kekafiran

yang ingin merusak tradisi serta nilai-nilai Islam begitu antusias

menyebarkan racun ideologi dengan dalih kebebasan dan kemerdekaan

berpikir yang kebetulan memang sejalan dengan keinginan para remaja

muslim dan benar-benar sesuai dengan kebutuhan jiwanya. Karena

Page 22: Proposal

21

kematangan akal dan jiwa mereka yang belum sempurna, maka

merekapun dengan penuh antusias menyambutnya, sehingga sebagai

pendidik harus bersikap santun, lebih lapang dada dan menggunakan

kata-kata yang lembut dalam memberikan nasehat.

Terjemahannya :

”Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Al Iman : 159)12

[246] Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.

Oleh karena itu pendidikan yang benar terhadap remaja harus

berorientasi pada pengakuan kepribadiannya yang baru berkembang

12 Departemen Agama RI, Ibid, h.

Page 23: Proposal

22

dan upaya membantunya mewujudkan apa yang diharapkannya dengan

menggunakan pola-pola edukatif yang benar.

[

2. Pembinaan dengan dorongan dan kecaman.

Metode-metode pembinaan dengan dorongan dan kecaman adalah salah

satu metode yang sangat baik sebagaimana yang telah dicontohkan

Allah SWT dalam Al Qur’an :

Terjemahannya :

”Sesungguhnya Al Quran Ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,

Dan Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, kami sediakan bagi mereka azab yang pedih”. (QS. Al Isra’ : 9-10)13

Terhadap orang-orang yang taat dan selalu menjaga hukum-hukum

Allah Ta’ala dijanjikan kebajikan yang agung bahwa mereka akan

berada di tempat kembali yang baik. Dan terhadap orang-orang yang

melanggar hukum-hukum Allah, disampaikan ancaman yang keras

13 Departemen Agama RI, Ibid, h.

Page 24: Proposal

23

bahwa mereka akan ditimpa siksa yang pedih dan akan menerima akibat

yang buruk.

Bagi kebanyakan ahli pendidikan Islam, diantaranya Ibnu Sina, Al

Abdari dan Ibnu Khladun, melarang pendidik menggunakan metode

hukuman kecuali dalam keadaan sangat darurat. Dan hendaknya tidak

segera menggunakan pukulan, kecuali setelah mengeluarkan ancaman,

perinagatan dan memerintah orang-orang yang disegani untuk

mendekat, sehingga mampu merubah sikapnya. Dengan demikian,

dapat memberikan bekas yang diinginkan dalam upaya memperbaiki

anak dan membentuk moral serta spiritualnya.

Ibnu Khaldun menetapkan bahwa sikap keras yang berlebihan terhadap

anak, berarti membiasakan anak bersikap penakut, lemah dan lari dari

tugas-tugas kehidupan.

Metode yang diberikan Rasulullah dalam memberikan teguran untuk

memperbaiki penyimpangan anak, adalah dengan cara : (1)

menunjukkan kesalahan dengan pengarahan. Al Bukhari dan Muslim

meriwayatkan dari Umar bin Salmah ra, ia berkata : ” Ketika aku kecil,

berada dalam asuhan Rasulullah saw. Pada suatu hari ketika tanganku

bergerak kesana kemari di atas piring berisi makanan, berkatalah

Rasulullah saw, ”wahai anak, sebutlah nama Allah, makanlah dengan

Page 25: Proposal

24

tangan kananmu dan makanlah apa yang ada di dekatmu”. (2)

Menunjukkan kesalahan dengan keramahtamahan. Al Bukhari dan

Muslim meriwayatkan dari Sahal bin Sa’ad ra. Bahwa Rasulullah saw

diberi minuman dan beliau minum sebagaian, di sebelah kanannya

duduk seorang anak dan di sebelah kirinya beberapa orangtua,

Rasulullah saw berkata kepada anak itu ;”apakah engkau mengizinkan

aku untuk memberi kepada mereka?” maka anak itu menjawab ”tidak,

demi Allah, bagianku yang diberikan engkau tidak akan saya berikan

kepada siapapun.” Ini menggambarkan betapa Rasulullah telah

meminta izin kepada seorang anak dan mengajarkan

keramahtamahannya. (3) Menunjukan kesalahan dengan memberikan

isyarat sebagaimana yang pernah Rasulullah memalingkan wajah Al

Fadhal ketika memandang seorang wanita yang datang bertanya ke pada

Rasulullah, dengan demikian Rasulullah saw memperbaiki kesalahan Al

Fadhal melihat wanita yang bukan muhrim. (4) Menunjukan kesalahan

dengan kecamanan. Sebagaimana Rasulullah juga pernah mengecam

Abu Dzar ketika mencaci seseorang dengan menyebutnya ”anak wanita

hitam” dengan mengatakan, ”wahai Abu Dzar, sesungguhnya kamu

masih berperilaku jahiliyyah”. Kemudian memberinya nasihat yang

sesuai dengan tempat dan serasi dengan pengarahan. (5) Menunjukan

Page 26: Proposal

25

kesalahan dengan memutuskan hubungan (meninggalkan). Rasulullah

dan para sahabat pernah memberikan hukuman dengan meninggalkan

dan memutuskan hubungan dalam upaya memperbaiki kesalahan,

meluruskan yang bengkok, sehingga yang menyimpang kembali kepada

jalan yang benar. (6) Menunjukkan kesalahan dengan memukul.

Sebagaimana sabda Rasulullah : ”Suruhlah anak-anak kalian

mengerjakan shalat sejak mereka berusia tujuh tahun dan pukullah

mereka jika melalaikannya ketika mereka berusia sepuluh tahun dan

pisahkan mereka dari tempat tidurnya.” Persyaratan memberikan

hukuman pukulan adalah : Orang tua tidak melakukan pemukulan

setelah semua metode lain telah dilakukan, hukuman pukulan tidak

diberikan saat orang tua dalam keadaan sangat marah, dikhawatirkan

akan membahayakan anak dan ketika memukul, hendaknya

menghindari anggota badan yang peka, seperti kepala, muka, dada, dan

perut. (7) Menunjukan kesalahan dengan memberikan hukuman yang

menjerakan. Hukuman dilaksanakan di hadapan orang banyak, agar

menjadi pelajaran dan membuat anak menjadi jera, sehingga anak

benar-benar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

3. Perpaduan antara pendidikan akal dengan pendidikan agama

Page 27: Proposal

26

Perpaduan pendidikan spiritual dan pendidikan akal akan memunculkan

kepribadian yang tangguh, sebab akal yang terus berkembang akan

sangat bermanfaat bagi kehidupan dan kemampuan seseorang.

Spiritual yang juga terus berkembang dengan mantap akan dapat

menjaga diri dai kesalahan dan kekeliruan. Jika kita sebagai pendidik

mampu membuat seorang anak memahami segala sesuatu dengan

hatinya dan mencintai kehidupan dengan akalnya, maka ia akan menjadi

generasi pilihan yang bisa diandalkan. Dalam pandangan nilai-nilai

spiritual Islam, daya kepemimpinan seseorang itu ada pada kekuatan

akal yang dipadu dengan kelembutan perasaan.

4. Pendidikan dengan keteladanan

Dr. Abdullah Nashih Ulwan mengemukakan bahwa keteladanan dalam

pendidikan adalah metode influentif yang paling meyakinkan

keberhasilannya dalam padangan sosial. Karena pendidikan adalah

contoh terbaik dalam padangan anak, yang akan ditirunya dalam tindak-

tanduknya dan tata santunya, disadari ataupun tidak, bahkan tercetak

dalam jiwa dan perasaan suatu gambaran pendidik tersebut, baik dalam

ucapan atau perbuatan, baik material atau spiritual, diketahui atau tidak

diketahui.

Page 28: Proposal

27

Dengan demikian, para orang tua harus menyadari bahwa memberikan

teladan yang baik adalah penopang dalam upaya meluruskan

kebengkokan anak, bahkan merupakan dasar dalam meningkatkan

keutamaan, kemuliaan dan etika sosial yang terpuji. Tanpa memberikan

teladan yang baik, pendidikan terhadap anak-anak tidak akan berhasil

dan nasihat tidak akan membekas, sehingga mereka dapat menjadi buah

hati sebagi ”matahai perbaikan dan purnama petunjuk” yang anggota

masyarakat dapat menikmati sinarnya dan bercermin kepada akhlaq

mereka yang mulia, disamping membenarkan firman Allah :

Terjemahannya :

Mereka Itulah orang-orang yang Telah diberi petunjuk oleh Allah, Maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran)." Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh ummat.(QS. Al An’am ; 90).14

Terjemahannya :

14 Departemen Agama RI,Ibid., h.201

Page 29: Proposal

28

”Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan”.(QS. At Taubah ; 105).15

5. Pendidikan dengan Perhatian

Yang dimaksud dengan pendidikan dengan perhatian adalah

mencurahkan, memperhatikan dan senantiasa mengikuti perkembangan

anak dalam akidah dan moral, persiapan spiritual dan sosial, disamping

selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan daya hasil

ilmiahnya. Pendidikan ini dianggap sebagai asas terkuat dalam

pembentukan manusia secara utuh, yang menunaikan hak setiap orang

yang memiliki hak dalam kehidupan, kewajiban secara sempurna.

Islam, dengan universalitas prinsip dan peraturannya yang abadi,

memerintahkan para bapak, ibu dan para pendidik untuk memperhatikan

dan senantiasa mengikuti serta mengontrol anak-anaknya, dalam segala

segi kehidupan dan pendidikan yang universal. Sebagaimana

penjelasan Allah dalam Al Qur’an surat At Tahrim; 6, berikut :

15 Departemen Agama RI,Ibid., h.298

Page 30: Proposal

29

Terjemahannya :

”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.16

Sayyidina Ali ra. Menafsiran qu anfusakum, dengan ”didiklah dan

ajarilah mereka ”. Sayyidina Umar ra. Menafsirkan : ”melarang mereka

dari apa yang dilarang Allah dan memerintahkan kepada mereka apa

yang diperintahkna oleh Allah. Dengan demikian terciptalah

pemeliharaan mereka dari api neraka.

Memperhatikan anak dan mengontrol yang dilakukan orang tua

merupakan asas yang paling utama. Hal ini disebabkan anak selamanya

terletak di bawah proyeksi perhatian dan kontrol pendidikan terhadap

gerak-gerinya, ucapan, perbuatan dan orientasinya. Jika melihat sesuatu

yang baik, dihormati, maka doronglah sang anak untuk melakukannya.

Dan jika melihat sesuatu yang jahat, cegahlah mereka, berilah

peringatan dan jelaskan akibat yang membinasakan dan membahayakan.

Jika orang tua melalaikan anaknya, sudah barang tentu anak didik akan

menyeleweng dan terjerumus ke jurang kehancuran dan kebinasaan.

16 Departemen Agama RI, Ibid., h. 951

Page 31: Proposal

30

Perhatian yang diberikan meliputi : perhatian segi keimanan, moral,

mental dan intelektual, kondisi jasmani, psikologi, hubungan sosial

anak, dan spiritual anak.

C. Faktor-faktor Pembentukan Kejiwaan dan Akhlak Siswa

Manusia pada hakekatnya merupakan makhluk monodualis, artinya bahwa

di dalam jiwa manusia terdapat dua sifat yang bertentangan (ambivalensi) yaitu

manusia sebagai makhluk individual, sekaligus sebagai makhluk sosial ia

memiliki akunya yang berada dengan akunya orang lain, tetapi adalah suatu

kenyataan bahwa manusia itu tidak akan hidup tanpa bantuan individu lain. Hal

ini berarti, bahwa hidupnya seorang manusia sangat tergantung pada yang lain.

Ketergantungan hidup manusia yang tak terelakan seperti itu

menempatkan faktor-faktor yang di luar dirinya ikut mempengaruhi

perkembangan dirinya.

Atas dasar kerangka tersebut, sesungguhnya perkembangan jiwa

seseorang (anak) sangat dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam dirinya

sendiri (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor internal

berupa kemampuan dan bakat yang dialaminya, sedangkan faktor eksternal

berupa lingkungan. Faktor lingkungan ini dapat dibedakan menjadi lingkungan

manusia dan non manusia. Lingkungan manusia dapat dibedakan lagi menjadi

lingkungan alam dan lingkungan budaya.

Page 32: Proposal

31

Proses sosialisasi dan perkembangan jiwa, dipengaruhi oleh beberapa

faktor :

1. Bakat

Yang merupakan kemampuan kodrati sebagai karunia Tuhan atau yang juga

disebut sebagai faktor pemabawaan. Faktor ini bersifat genetik, artinya

bawaan diperoleh dari keturunan. Banyak kenyataan menunjukkan bahwa

faktor ini sering kita lihat pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa

kemampuan, pribadi sikap dan tingkah laku seseorang. Faktor ini pula

dipengaruhi oleh peranan keluarga dalam membimbing.

2. Faktor budaya

Pengaruh faktor ini akan nampak dengan jelas kita saksikan dalam perbedaan

budaya desa dan benturan-benturan budaya kota serta segala problematikanya,

menjadikan anak kota menjadi matang berfikir di dalam menghadapi dan

memecahkan problema hidup yang timbul.

Dari sudut negatif dan positifnya kerangka berfikir kedua kelompok anak dari

latar belakang yang berbeda tersebut, maka dapat dinilai bahwa kerangka

berfikir anak kota kurang begitu cepat dalam mengambil keputusan dan

tindakan karena sedikit faktor yang dipertimbangkan, maka kerangka berfikir

anak desa biasanya lebih cepat dalam mengambil keputusan. Oleh karena

itulah, maka sering kita lihat usia kawin anak desa relatif lebih awal dibanding

dengan anak kota.

Page 33: Proposal

32

3. Fakor Alam ( Natural)

Biasanya anak yang dilahirkan di daerah panas akan lebih cepat mencapai

kematangan jiwanya dibandingkan anak-anak yang dilahirkan dan dibesarkan

di daerah yang dingin. Hal ini menunjukkan bahwa geografi atau keadaan

alam ikut serta mempengaruhi perkembangan jiwa anak tersebut.

4. Faktor Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan masyarakat yang terkecil, namun lingkungan

tersebut justru banyak menentukan dalam proses perkembangan jiwa anak,

yang merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh anak.

5. Faktor Lingkungan Pergaulan Anak ( Peer Group)

Lingkungan ini merupakan pengembangan lebih lanjut bagi kancah

penjelajahan seorang anak dalam rangka mengenal dan mempelajari dunia

yang dijadikan tempa berpijak, ia akan mengembangkan kemampuan jiwanya

dan menggabungkan dirinya dengan masyarakat lain sebagai proses

sosialisasi, melalui interaksi dengan kawan sebayanya, peer group,

pengaruhnya cukup menentukan terhadap proses perkembangan jiwa anak.

6. Faktor Masyarakat

Setiap sistim sosial yang berlaku di masyarakat, ikut mempengaruhi kerangka

dan pola fikir, sikap dan tingakah laku anggota masyarakat. Faktor ini dapat

diklasifikasikan sesuai usia . Masa 13 – 19 tahun (masa odolensi atau

Page 34: Proposal

33

pubertas). Pada masa ini perkembangan jasmaninya mengalami perubahan

dan pertumbuhan yang begitu cepat menimbulkan kebingungan dan kelakuan

anak di dalam mengambil sikap atu tingakah laku. Masa ini juga ditandai

dengan matangnya alat kelamin dan mulai berfungsinya kelenjar-kelenjar

yang menimbulkan dorongan tertentu, pertumbuhan atau kemasakan ini lebih

cepat pada anak perempuan dari pada anak laki-laki. sedangkan jiwanya, di

samping perkembangan intelegensia (dan berfikir logis), fantasi mereka

menjadi sangat kuat, hingga sering terjadi pertentangan dengan pemikiran

kritis logis. Anak sering berfantasi, melamun, berkreasi dengan ide-ide baru

yang penuh dengan cita-cita, disamping itu juga ia mencari kebenaran dan

mencari tujuan hidup, adapun emosinya mengalami pergolakan hebat sebagai

akibat dari adanya perubahan-perubahan, baik pada aspek jasmani maupun

jiwanya. Ia juga beradaptasi dengan keadaan yang baru, tekanan-tekanan, dan

penekanan sering menimbulkan ketegangan, untuk itu dibutuhkan

kemampuan dan keberanian untuk menghadapi perubahan dan pergolakan ini,

perubahan ini sering menyebabkan anak kehilangan keseimbangan jiwa. Pada

masa ini, berbeda dengan masa sebelumnya, karena anak merasa tertarik pada

seks yang lain, juga rasa solidaritas yang kuat.

7. Faktor Integrasi Pengalaman Dalam Kepribadian

Page 35: Proposal

34

Tiap anak dibentuk juga oleh lingkungan dan pengalaman-pengalaman,

bagaimana lingkungan dan pengalaman mempengaruhi individu itu

tergantung pada dan merefleksikan faktor kedua, yaitu :

Faktor-faktor atau sifat yang khusus dan integrasi yang unik adalah cara bagaimana seorang anak melihat dan menghadapi lingkungan di sekitarnya, masalahnya dalam hasil dari kepribadiannya secara keseluruhan dan dari interaksi kepribadian dengan lingkungannya, rencananya, motivasinya, jawabannya adalah ciptaannya sendiri yang unik dan sebenarnya dalam bidang bimbingan apabila kita memakai istilah mengenal anak itu berarti kita lebih mementingkan hal-hal yang khusus dan bertujuan melihat kepribadian yang unik itu dibedakan dengan tingkah laku.17

Karena pengetahuan yang umum biasanya akan memberikan gamabaran

tentang kejiwaan anak, sehingga yang penting untuk diketahui adalah sebagai

berikut :

”konsep anak tentang diri sendiri, motif-motif kemauan, perasaan dan kebutuhan-kebutuhan yang khusus pada diri si anak”.18

Pengertian dan pengetahuan (pengalaman) pembimbing tentang anak

tergantung pada pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya dalam suatu

konteks atau situasi mengenal anak berarti mengenal respon dan tingkah

lakunya, mengenal tidak hanya berarti atau meliputi pengumpulan data-data

atau tingkah laku tentang anak. Dan untuk mengetahui secara mendalam

17 Lihat Wasty Soemanto, op.cit., h. 17118 Lihat ibid., h. 173

Page 36: Proposal

35

tentang faktor yang mempengaruhi perkembangan jiwa anak, menurut penulis

perlu dikenal pribadi si anak secara mendalam, yang aspeknya banyak sekali

dan cukup kompleks, misalnya :

a. Mengenai variasi dalam kecepatan perkembangan jasmani, jiwa dan

rohani,

b. Mengenal persepsi (penerimaan) dunia sekitar anak,

c. Mengenal tingkah laku yang hanya dimiliki karena harapan dan

kebudayaan,

d. Mengenal tingkah laku sebagai gejala saja,

e. Mengenal bahwa tingkah laku yang dipelajari juga dapat diubah dengan

proses belajar,

f. Mengenal jika anak tidak berhasil/mampu menyesuaikan diri dengan

faktor-faktor dalam lingkungannya ia akan mengambil sikap dan tingkah

laku tertentu untuk menutupi kegagalannya.

Dengan melihat masa perkembangan dan pertumbuhan anak, maka pada

prinsipnya orang tua dituntut untuk lebih memperhatikan sistem

perkembangannya, karena pentinnya perwujudan para orang tua terhadap

pertumbuhan dan perkembangan anak, menjadi hal yang sangat penting

menggerakkan dari awal managemen yang lebih baik dalam membina dan

pengasuhnya di samping itu pembinaan yang terarah dan terkendali terhadap si

anak sangat penting untuk ditumbuhkembangkan.

Page 37: Proposal

36

E. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang

maksudkan untuk memperoleh data tentang Metode Pembelajaran Agama

Islam di SMA Negeri 2 Seram Utara.

1. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh sumber data yang memunkinkan member

informasi yang berguna bagi masalah penelitian atau keseluruhan objek

penelitian.19

Menurut Herman Warsito, populasi adalah kumpulan unsur atau elemen

yang menjadi objek penelitian dan elemen populasi itu suatu analisis

atau kelompok objek, baik manusia, gejala, nilai tes, benda atau

peristiwa.20

Dari pengertian di atas, dapat diketahui bahwa populasi bukan hanya

objek penelitian yang terjadi di lokasi penelitian saja, akan tetapi

populasi itu menyangkut seluruh hal dari objek penelitian. Dengan

19 Nana Sudjana dan Ibrahim, Peneltian Pendidikan (Bandung; Sinar Baru, 1999), h. 4820 Herman Warsito, Pengantar Metode Penelitian (Cet. III, Jakarta; Gramedia Pustaka,

1992), h. 49

Page 38: Proposal

37

demikian dapat dikatakan bahwa populasi itu adalah keseluruhan

individu termasuk objek dan subjek penelitian.

Sehingga yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah kepala

seoklah, semua staf pengajar, karyawan/karyawati, dan siswa SMA

Negeri 2 Seram Utara.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi atau wakil yang diteliti.21 Pada setiap

penelitian yang memerlukan sejumlah responden yang harus berminat

menjadi data yang diteliti. Secara ideal harus diselidiki keseluruhan

populasi, namun karena populasi terlampau besar, maka diambil

sejumlah yang bersifat representatif, yang mewakili seluruh populasi

tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, penulis mengambil anggota sampel yang akan

diteliti terdiri dari : Kepala Sekolah, Guru Pendidikan Agama Islam dan

siswa Kelas I, II dan III.

21 Suharsimi Arikumto. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek (Cet. VIII; Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 104

Page 39: Proposal

38

b. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data.22 Sehubungan dengan itu maka penulis menggunakan

instrument sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang diteliti dan sistematis serta

dilakukan secara berulang-ulang.23

2. Interview

Interview atau wawancara adalah percakapan atau Tanya jawab lisan

antara dua orang atau lebih secara langsung.24 Dalam melakukan

penelitian ini penulis menggunakan pedoman wawancara.

Pedoman wawancara adalah salah satu bentuk instrument yang sering

digunakan dalam penelitian guna memperoleh data atau keterangan

secara langsung dari responden. Oleh karena itu, sebelum teknik ini

22 Cholid Narbako dan H. Abu. Ahmadi, Metodologi Penelitian (Memberikan Bekal Teoritis Pada Mahasiswa Tentang Metodologi Penelitian serta Diharapkan dapat Melaksanakan Penelitian dengan Langkah-Langkah Diharapkan dapat Melaksanakan Penelitian dengan Langkah-Langkah Yang Benar), (Jakarta;Bumi Aksara), h. 62

23 Nana Sudjana dan Ibrahim, op. cit., h. 84

24 Mas’ud Hasan Abdul Qahar, dkk, Kamus Ilmiah Populer (Bandung; Bintang Pelajar, t.th), h. 172

Page 40: Proposal

39

digunakan dalam penelitian maka perlu diketahui terlebih dahulu

sasaran, maksud dan masalah apa yang diperlukan.

3. Angket

Angket atau questionari adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan

melalui pos untuk diisi dan dikembalikan atau dapat juga dijawab

dibawah pengawasan peneliti.25 Angket merupakan alat pengumpulan

data berupa formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan kepada

responden untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi

yang diperlukan.

4. Dokumentasi

Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data sejarah berdirinya

SMA Negeri 2 Seram Utara Masohi, data guru, siswa, struktur

organisasi serta keadaan sarana dan prasarana yang ada di SMA Negeri

2 Seram Utara.

c. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ditempuh melalui dua tahap, yakni tahap

persiapan dan tahap pelaksanaan.

1. Tahap Persiapan

25 Nasution, Metode Penelitian (Cet. III, Jakarta; Bumi Aksara, 2009), h. 128

Page 41: Proposal

40

Tahap persiapan ini dilakukan dengan beberapa kegiatan, yaitu study

pustaka yang ada hubungannya dengan judul yang akan diteliti.

Disamping itu penulis juga melakukan penjajakan pada lokasi

penelitian, kemudian penulis menyusun rancangan serta instrument

penelitian berupa dokumen observasi/ interview, angket dan

dokumentasi.

Untuk penelitian lapangan terlebih dahulu penulis melengkapi surat ijin

penelitian ke sekolah tempat penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

a. Library Research adalah metode pengumpulan data dengan cara

riset kepustakaan, yaitu membaca dan mengkaji berbagai reverensi

baik buku-buku, majalah, surat kabar maupun karangan-karangan

ilmiah lainnya yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.

Dalam metode ini penulis menggunkan teknik sebagai berikut :

1. Kutipan langsung, yaitu penulis mengutip secara langsung dari

buku-buku atau reverensi lainnya yang reriable sesuai asli tanpa

mengubah reaksi dan tanda bacanya;

Page 42: Proposal

41

2. Kutipan tidak langsung, yaitu mengutip sebuah buku atau

reverensi lain dengan mengambil ide dari suatu pembahasan

kemudian merumuskannya dalam bentuk ulasan dan ikhtiar.

b. Field Research adalah metode yang digunakan dalam pengumpulan

data dengan mengadakan penelitian di SMA Negeri 2 Seram Utara.

Dalam hal ini penulis menggunakan cara observasi, interview,

angket dan dokumentasi.

d. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut :

1. Analisis kualitatif deskriptif, dimaksudkan untuk mengelola data yang

bersifat kualitatif, yakni data dianalisis secara kualitatif meliputi

kategorisasi dan yang selanjutnya diinterpretasikan dengan pola pikir

sebagai berikut :

a. Metode Induktif

Menurut Sutrisno Hadi, metode induktif adalah suatu metode

penelitian yang berdasarkan kepada hal-hal yang bersifat khusus dan

dari hasil tersebut dapat dipakai sebagai kesimpulan umum.26

26 Sutrisno Hadi, Metodolodi Research ( Cet. XX, Yogyakarta; Andi Offset, 1987), h. 42

Page 43: Proposal

42

Dengan demikian dapat dipahami bahwa metode induktif dapat

digunakan penulis untuk menarik kesimpulan berdasarkan teori yang

sudah ada tentang gejala-gejala yang akan diamati dari hasil-hasil

yang bersifat khusus kepada yang bersifat umum.

b. Metode Deduktif

Metode deduktif adalah suatu penulisan atau pengolahan data yang

bertolak dari pengetahuan yang bersifat umum, kemudian dari

padanya diambil kesimpulan yang bersifat khusus.27

Dari pengertian tersebut, dapatdipahami bahwa metode deduktif

digunakan untuk memberikan sarana penghubung antara teori dan

pengamatan, dimana hal tersebut memungkinkan penulis untuk

menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum kepada hal-hal

yang bersifat khusus.

2. Komparatif

Komparatif adalah suatu cara menganalisis data untuk membandingkan

beberapa pendapat, gagasan atau teori dari para ahli atau guru-guru

kemudian menarik kesimpulan generalisasinya.

3. Analisis kuantitatif deskriptif, dimaksudkan untuk mengolah data yang

berupa angka-angka. Dalam mengolah data tersebut digunakan statistic

27 Ibid, h. 24

Page 44: Proposal

43

deskriptif untuk memperoleh gambaran tentang nilai rata-rata,

persentase, skor maksimum dan minimum dan sebagainya.

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung persentase adalah :

F P = x 100%

NDimana :

P : Angka persentase

F : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N : Jumlah frekuensi/banyaknya individu

F. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai permasalahan skripsi ini, tujuan penulisan ini adalah sebagai

berikut :

a. Untuk memberikan kajian secara mendalam tentang bagaimana Metode

Pembelajaran Agama Islam di SMA Negeri 2 Seram Utara.

b. Mengetahui Pengaruh metode pembelajaran agama Islam terhadap

pembentukan akhlak siswa SMA Negeri 2 Seram Utara.

2. Kegunaan Penelitian

Page 45: Proposal

44

Dalam penelitian ini diharapkan bermanfaat dan berguna sebagai :

a. Bahan informasi pentingnya metode pembelajaran agama Islam

terhadap pembentukan akhlak siswa SMA Negeri 2 Seram Utara

b. Sebagai bahan bagi setiap pelaku pendidikan, khususnya guru

pendidikan agama Islam dan kepala sekolah tentang metode efektif dan

efisien dalam pembentukan akhlak siswa SMA Negeri 2 Seram Utara

c. Sebagai salah satu usaha untuk memenuhi dan melengkapi syarat yang

diperlukan dalam rangka penyelesaian study untuk memperoleh gelar

sarjana dalam bidang pendidikan Islam pada Sekolah Tinggi Islam

(STAIS) Said Perintah Masohi.

G. Garis-Garis Besar Isi Skripsi

Untuk memperoleh gambaran singkat dari keseluruhan isi skripsi,

maka penulis menguraikannya ke dalam garis-garis besar sebagai berikut.

Bab Pertama, merupakan bab pendahuluan, yang berfungsi untuk

mempermudah dalam mencari alternatif dari isi keseluruhan, sedangkan

pemabahasan dalam bab ini meliputi: latar belakang masalah, rumusan dan

batasan masalah, pengertian judul, tujuan dan kegunaan serta garis besar isi

skripsi.

Page 46: Proposal

45

Bab Kedua, tinjauan umum tentang pengertian pendidikan dan

berbagai permasalahannya, secara khusus mengemukakan tentang

pengertian pendidikan agama Islam, tujuan pendidikan agama Islam,

metode pembelajaran agama Islam serta faktor-faktor pembentukan akhlak

siswa.

Bab Ketiga, Metode Penelitian, yang menguraikan tentang

bagaimana cara menentukan populasi dan sampel, instrumen penelitian,

prosedur pengumpulan data serta teknik analisis data.

Bab Keempat, Hasil penelitian, merupakan bab inti dari skripsi ini,

berisikan uraian tentang gambaran umum SMA Negeri 2 Seram Utara

Kecamatan Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah, metode pembelajaran

Agama Islam di SMA Negeri 2 Seram Utara dan faktor-faktor yang

mempengaruhi pembentukan akhlak siswa SMA Negeri 2 Seram Utara.

Bab Kelima, Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran,

menyimpulkan secara keseluruhan pembahasan pada bab-bab sebelumnya

dilanjutkan dengan saran-saran.

Page 47: Proposal

46

DAFTAR PUSTAKA

Ambo Enre Abdullah, Pendidikan di Era Otonomi Daerah-Gagasan & Pengalaman. Cet.I;Yogyakarta: Pustaka Timur,2005

Aristo rahadi, Drs. Media Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan nasional, Dirjen dikdasmen,2003

Bedjo Sujanto, M.Pd., Dr. Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah (Model Pengelolaan Sekolah di Era Otonomi Daerah. Cet.I; Jakarta: CV. Sagung Seto,2007

Budi Raharjo, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta; Departemen Pendidikan Nasional, 2003

Burhanuddin Tola, MA., Dr. Standar Penilaian Kelas. Cet.II; Jakarta : Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum,2005

Cholid Narbako dan H. Abu. Ahmadi, Metodologi Penelitian (Memberikan Bekal Teoritis Pada Mahasiswa Tentang Metodologi Penelitian serta Diharapkan dapat Melaksanakan Penelitian dengan Langkah-Langkah Diharapkan dapat Melaksanakan Penelitian dengan Langkah-Langkah Yang Benar), (Jakarta;Bumi Aksara

Daryanto.H.M, Drs. Administrasi Pendidikan. Cet.II; Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2001

Dede Rosyada, MA., Dr. Paradigma Pendidikan Demokratis Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Cet. II; Jakarta : Predana Media,2004

Depdikbud. Pedoman Pengelolaan Administrasi Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Jakarta : Direktorat Sarana dan Prasarana Direktorat Jenderal Dikdasmen, 1973

Page 48: Proposal

47

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam departemen Agama RI. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Jakarta : Departemen Agama RI,2006

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Edisi Revisi). Cet.I; Jakarta : PT. RajaGrafindo,2006

Herman Warsito, Pengantar Metode Penelitian Cet. III, Jakarta; Gramedia Pustaka, 1992

Ibrahim Bafadal,M.Pd., Dr. Seri Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah “Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar” Dalam Kerangka Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah . Cet.I; Jakarta PT Bumi Aksara,2003

Mas’ud Hasan Abdul Qahar, dkk, Kamus Ilmiah Populer. Bandung; Bintang Pelajar

M. Chan dan Tuti T. Sam. Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. Cet. I; Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada,2005

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Cet IX edisi revisi, Bandung 2004

Mulyasa. E, M.Pd., Dr. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Cet.IX; Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2007

Nana Sujana. TuntunanPenyusunan Karya ilmiah. Cet. VIII; Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004

Nana Sudjana dan Ibrahim, Peneltian Pendidikan Bandung; Sinar Baru, 1999

Nasution, Metode Penelitian Cet. III, Jakarta; Bumi Aksara, 2009

Nur Kholis, Drs. M.Ed. Admin. Kiat Sukses Jadi Praktisi Pendidikan. Cet.I; Yogyakarta : Palem, 2004

Omar Hamalik, Dr., Prof. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompotensi. Cet.II; PT Bumi Aksara,2003

Page 49: Proposal

48

Omar Hamalik, Dr., Prof. Proses Belajar Mengajar. Cet.II; PT Bumi Aksara,2003

Permendiknas. Standar Kepala Sekolah/Madrasah, Standar Pengawas Sekola, Standar Kualifikasi Akademik dan Kompotensi Guru. Cet.I; Jakarta; Asah Mandiri, 2008

Soebagio Atmodiwirio. Manajemen Pendidikan di Indonesia. Cet.I; Jakarta : PT. Ardadizya Jaya, 2000

Soetjipto,Prof dan Raflis Kosasi, Drs., M.Sc. Profesi Keguruan. Cet. I; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999

Suharsimi Arikumto. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek Cet. VIII; Jakarta: Rineka Cipta, 1992

Sutrisno Hadi, Metodolodi Research Cet. XX, Yogyakarta; Andi Offset, 1987

Tilaar. H.A.R, M.Sc., Dr., Prof. Membenahi Pendidikan Nasional, Cet. I; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002

Tafsir Ahmad. Pendidikan Agama Dalam Keluarga. Cet.I; Bandung : Remaja Rosdakarya,1996

Tahido Yanggo Huzaemah,Hj. Fiqih Anak, Metode Islam dalam Mengasuh dan mendidik anak serta hokum-hukum yang berkaitan dengan aktifitas anak. Cet.I. Jakarta : Al Mawardi, 2004