Proposal 12 mendorong praktek pengkayaan tanaman bulian (eusideroxylon zwageri t

23
Page 1 of 23 Mendorong Praktek Pengkayaan Tanaman Bulian (Eusideroxylon zwageri T.et B.) di Sekitar Kawasan Taman Hutan Raya Sultan Thaha Syaifuddin Melalui Inisiasi Pembangunan Kebun Pembibitan Tanaman Bulian Secara Partisipatif Di Desa Singkawang Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari Propinsi Jambi Dalam Rangka Mendorong Pengembangan Kota Lestari Project Proposal Diajukan Dalam Sayembara Prakarsa Kota Lestari Nama Organisasi Pengusul : Aliansi Masyarakat Peduli Hutan dan Lahan (Amphal) Kompleks Bulian Bisnis Center Blok B/11 Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari Propinsi Jambi Contact Person : 1. Adhietya Noegraha HP 08127408500 [email protected] 2. Yudha Priana HP 08127407736 [email protected] Durasi Proyek : 12 Bulan Lokasi Proyek : Desa Singkawang Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari, Propinsi Jambi

Transcript of Proposal 12 mendorong praktek pengkayaan tanaman bulian (eusideroxylon zwageri t

Page 1: Proposal 12 mendorong praktek pengkayaan  tanaman bulian (eusideroxylon zwageri t

Page 1 of 23

Mendorong Praktek Pengkayaan Tanaman Bulian (Eusideroxylon zwageri T.et B.) di Sekitar Kawasan Taman Hutan Raya Sultan Thaha Syaifuddin Melalui Inisiasi Pembangunan

Kebun Pembibitan Tanaman Bulian Secara Partisipatif Di Desa Singkawang Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari Propinsi Jambi

Dalam Rangka Mendorong Pengembangan Kota Lestari

Project Proposal Diajukan Dalam Sayembara Prakarsa Kota Lestari

Nama Organisasi Pengusul : Aliansi Masyarakat Peduli Hutan dan Lahan (Amphal) Kompleks Bulian Bisnis Center Blok B/11 Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari Propinsi Jambi Contact Person : 1. Adhietya Noegraha HP 08127408500 [email protected] 2. Yudha Priana HP 08127407736 [email protected] Durasi Proyek : 12 Bulan Lokasi Proyek : Desa Singkawang Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari, Propinsi Jambi

Page 2: Proposal 12 mendorong praktek pengkayaan  tanaman bulian (eusideroxylon zwageri t

Page 2 of 23

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pentingnya hutan dan manfaatnya dalam berbagai aspek kehidupan manusia merupakan hal yang tak terbantahkan oleh alasan apapun karena telah ada hasil dari ratusan bahkan mungkin ribuan penelitian yang dapat digunakan sebagai rujukan untuk mendukung argumentasi ini. Namun demikian banyak pihak tetap saja tidak dapat menerima itu dalam tindakan yang nyata, berbagai ekspose menunjukkkan bahwa dalam dua dekade terakhir perubahan yang drastis terjadi terhadap hutan di Indonesia. Hampir semua tipe hutan yang ada di Indonesia terutama hutan dataran rendah mengalami kerusakan yang cukup serius. Begitu banyak ancaman terhadap kelangsungan sumber daya hutan di Indonesia mulai dari berbagai kegiatan pembalakan skala besar sampai pembukaan lahan skala kecil oleh para keluarga petani. Sumber daya hutan sebagai salah satu asset bagi keseimbangan ekologis mengalami degradasi dan kerusakan yang semakin parah akibat eksploitasi secara besar-besaran untuk mendatangkan devisa Negara dari sektor non migas. Laporan World Bank (2002) menyebutkan bahwa rata-rata laju penyusutan hutan di Indonesia adalah 1,6 juta hektar per tahun. Dengan laju penyusutan terparah di kawasan hutan dataran rendah; yang justru merupakan lahan paling kaya akan keanekaragaman hayati. Jika laju penyusutan hutan tersebut tidak dihambat, hutan dataran rendah di Sumatera diperkirakan akan habis dalam waktu dekat. Departemen Kehutanan (2000) melaporkan terdapat sekitar 30 juta penduduk Indonesia secara langsung mengandalkan hidupnya pada sektor kehutanan. Sebagian besar masyarakat ini hidup dengan berbagai strategi ekonomi portofolio tradisional, yakni menggabungkan perladangan padi berpindah dan tanaman pangan lainnya dengan memancing, berburu, menebang dan menjual kayu serta mengumpulkan hasil-hasil hutan non kayu (NTFP) seperti rotan, madu dan resin. Budidaya tanaman perkebunan seperti kopi dan karet juga merupakan pendapatan yang sangat penting bagi masyarakat desa sekitar kawasan hutan. Sebagai bagian dari sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable), hutan merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional yang perlu dimanfaatkan secara optimal agar tercapai

Page 3: Proposal 12 mendorong praktek pengkayaan  tanaman bulian (eusideroxylon zwageri t

Page 3 of 23

kelestarian produksi, kelestarian sosial dan kelestarian ekonomi dan lingkungan. Berbagai persoalan yang ada juga semakin menguatkan pemikiran tentang diperlukannya suatu kawasan pelestarian alam, hutan lindung, suaka warga satwa, taman nasional, taman hutan raya dan lain sebagainya. Masalah berikutnya muncul ketika ada kebijakan yang dibangun dengan asumsi bahwa pengelolaan kawasan pelestarian hutan (termasuk pengelolaan TAHURA) dapat “Berjalan Sendiri” dan melindungi kawasan tersebut dari segala ancaman kerusakan yang tidak alami. Walaupun kebijakan semacam ini hanya merupakan suatu cara melindungi kawasan dari sudut ekosistem semata, kebijakan yang demikian adalah sesuatu yang mustahil akan memperoleh dukungan masyarakat disekitarnya. Fakta-fakta dari pengalaman empiris menunjukkan bahwa tanpa dukungan masyarakat, kawasan hutan tidak akan terjamin dalam jangka panjang. Karena itu pengelolaan kawasan hutan haruslah berada dalam suatu Kerangka Sosial Ekonomi dan Budaya masyarakat

sekitarnya. Permasalahan yang dihadapi saat ini terhadap pengelolaan kawasan pelestarian alam di Indonesia pada umumnya dan Propinsi Jambi pada khususnya adalah semakin meningkatnya tekanan masyarakat sekitar kawasan pelestarian. Tekanan tersebut dapat dikategorikan dua macam yaitu tekanan terhadap hasil hutan dan tekanan terhadap penguasaan lahan. Tekanan terhadap hasil hutan yaitu memanfaatkan hasil hutan seperti kayu, rotan dan satwa untuk memenuhi kebutuhan keluarga maupun kebutuhan pasar. Sedangkan tekanan terhadap lahan berupa kegiatan menjadikan lahan kawasan hutan untuk perkebunan atau menanam dengan jenis komoditi komersial ataupun jenis tananam semusim/palawija. Sebagai perbandingan, dari total luas Propinsi Jambi 5.100.000 ha (Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jambi) maka 2.179.440 hektar ditetapkan sebagai Kawasan Hutan Tetap berdasarkan SK Gubernur Nomor 108 Tahun 1999. Dengan rincian yaitu: Hutan Produksi Terbatas 340.700 ha (0,59%), Hutan Produksi Tetap 938.000 ha (18,39%), Hutan Lindung 181.130 ha (3,75%), Hutan Suaka Alam 30.400 ha (0,59%), Hutan Pelestarian Alam 648.720 ha (12,72%), dan Hutan Produksi Pola Partisipasi Masyarakat 30.490 ha (0,60%).

Page 4: Proposal 12 mendorong praktek pengkayaan  tanaman bulian (eusideroxylon zwageri t

Page 4 of 23

Potret wilayah Kabupaten Batanghari, berdasarkan revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batanghari Tahun 2003, dari total wilayah Kabupaten Batanghari seluas ± 518.035 ha maka seluas 118.411,50 ha ditetapkan sebagai hutan produksi (HP). Rinciannya adalah Kecamatan Batin XXIV seluas 22.747,50 ha, Kecamatan Muara Bulian seluas 8.713,00 ha, Kecamatan Mersam seluas 11.585,00 ha, Kecamatan Pemayung seluas 46.591,00 ha, dan Kecamatan Maro Sebo Ulu seluas 28.775,00 ha. Sedangkan kawasan hutan yang ditetapkan sebagai hutan produksi terbatas (HPT) adalah seluas 82.395,15 ha yang letaknya tersebar di setiap 8 kecamatan. Selain itu, untuk pelestarian Kayu Bulian telah ditetapkan Kawasan Hutan Senami dengan nama Taman Hutan Raya Sultan Thaha Syaifuddin seluas 15.830 ha dan batas-batasnya telah ditanami pohon pinang sepanjang 20 km. Pada kawasan ini juga telah dibangun pilot Proyek Hutan Kemasyarakatan seluas 30 ha, dengan sumber dana OECF yang salah satu tujuannya adalah perbaikan kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar kawasan hutan tersebut. Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar kawasan hutan yang ada di Propinsi Jambi masih cukup memprihatinkan, hal ini ditunjukan oleh kondisi pendapatan masyarakat yang relatif masih kecil, tingkat pendidikan yang rendah serta kondisi kesehatan yang memprihatinkan, hal ini harus diakui bahwa selama ini perencanaan pengelolaan sumberdaya hutan kurang memperhatikan sosial ekonomi dan masyarakat sekitar hutan. Hampir dapat dapat dipastikan kondisi itu ikut berkontribusi dengan cukup signifikan untuk dijadikan sebagai “kambing hitam” yang menyebabkan tingginya laju deforestasi hutan. Banyak cara dan pendekatan yang telah dikembangkan dan dapat ditempuh untuk menghambat laju penyusutan hutan diantaranya mendorong upaya rehabilitasi kawasan dengan penanaman tanaman hutan endemic kawasan. Upaya ini tentunya juga tidak terlepas dari adanya ketersediaan bibit untuk tanaman yang dimaksud.

1.2. Profile Taman Hutan Raya Sultan Thaha Syaifuddin Terbentuknya kawasan Taman Hutan Raya Sultan Thaha Syaifuddin di latar belakangi oleh Usulan Gubernur Jambi agar kawasan Hutan Senami dikelola menjadi Taman Hutan Raya mendapat sambutan baik dari Menteri Kehutanan dengan meneruskan usulan tersebut kepada Presiden

Page 5: Proposal 12 mendorong praktek pengkayaan  tanaman bulian (eusideroxylon zwageri t

Page 5 of 23

Repubik Indonesia melalui surat No.1520/Menhut-II/1996. Akhirnya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 94/Kpts-II/2001 tanggal 15 Maret 2001 maka Kawasan Hutan Produksi Tetap Senami seluas 15.830 hektar telah ditetapkan menjadi Taman Hutan Raya Sultan Thaha Syaifuddin. Secara geografis wilayah Taman Hutan Raya Sultan Thaha Syaifuddin terletak antara 01040’44”-2011’12” Lintang Selatan dan 103009’09”–103014’15” Bujur Timur. Secara administratif, kawasan Taman Hutan Raya Sultan Thaha Syaifuddin termasuk di wilayah Kecamatan Muara Bulian, Kecamatan Bajubang, Kecamatan Bathin XXIV dan Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batang Hari Propinsi Jambi. Taman Hutan Raya Sultan Thaha Syaifuddin dikelilingi oleh beberapa desa yaitu: Desa Bungku, Pompa Air, Mekar Jaya, Singkawang, Kelurahan Sridadi, Tenam, Jebak, Empelu, Muara Jangga, Bulian Baru, dan Desa Senami Baru. Bulian (Eusideroxylon zwageri T.et B.) merupakan tanaman endemik Indonesia yang hanya tumbuh dipulau Sumatera dan sebagian Kalimantan. Di Sumatera, bulian (Eusideroxylon zwageri T.et B.) hanya tumbuh di Jambi dan sebagian kecil di Palembang, Bengkulu, Siak dan Indragiri (Beekman, 1949). Di Jambi bulian tumbuh dan berkembang secara alami di Kabupaten Batanghari khususnya di sepanjang sungai Bulian yang sekarang menjadi situs TAHURA Sultan Thaha Syaifudin dan Cagar Alam Durian Luncuk II. Karena kebutuhan masyarakat yang tinggi akan bulian terutama sebagai bahan pembuatan furniture, rangka pintu dan jendela, serta untuk kebutuhan konstruksi termasuk jembatan karena bulian memiliki tingkat ketahanan yang tinggi terhadap jamur dan air menjadikan bulian terancam keberadaannya. Sebagai tumbuhan yang dilindungi oleh undang-undang, dan memiliki nilai konservasi yang tinggi, selain perlindungan situs tumbuhnya bulian (Eusideroxylon zwageri T.et B.) dibutuhkan juga upaya-upaya untuk memperbanyak tanaman ini melalui upaya pembibitan baik secara generatif maupun vegetatif. Jika dilihat dari luasan kebun karet yang ada di Kabupaten Batanghari menunjukkan angka yang cukup luas yakni 95.025 ha, maka kontribusi terhadap PDRB mayoritas dari sektor pertanian,

Page 6: Proposal 12 mendorong praktek pengkayaan  tanaman bulian (eusideroxylon zwageri t

Page 6 of 23

peternakan, kehutanan dan perikanan sebesar 28,67 % dirasa masih sangat kecil. Karena itu mengembangkan intensifikasi pengelolahan lahan yang berisi kebun karet dengan tanaman sela berupa tanaman kehutanan seperti bulian dll, sangat potensial untuk dikembangkan dalam rangka meningkatkan ekonomi masyarakat. Untuk itu upaya pengadaan kebun bibit bulian dapat menjadi sumber mata pencarian masyarakat desa Jangga Baru sekaligus sebagai penyedia bibit bagi upaya rehabilitasi kawasan lindung di Kabupaten Batanghari dan upaya intensifikasi kebun karet dengan tanaman sela berupa tanaman kehutanan. 1.3. Profile Desa Singkawang A. Sejarah Desa Wilayah desa Singkawang saat ini awalnya merupakan pusat pemukiman dari desa Kilangan yang telah ada sejak masa kolonial Belanda di sekitar tahun 1800-an. Sejalan dengan perkembangan zaman dan jumlah penduduk, maka sekitar tahun 1980-an desa Kilangan dimekarkan menjadi beberapa desa yang salah satunya adalah desa Singkawang. Nama Singkawang sendiri diambil dari nama sejenis pohon yang banyak terdapat di sekitar daerah itu di masa-masa awal terbentuknya pemukiman. Sedangkan penduduk asli yang menempati wilayah desa ini adalah suku Batin IX yang menetap dan secara perlahan membuka diri untuk menerima peradaban luar. B. Letak, Luas, Batas, Bentang Alam dan Aksesibilitas Desa Secara administratif desa Singkawang merupakan bagian dari kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari. Desa ini berada pada ketinggian 84 m dpl yang menunjukkan daerah ini berada dataran rendah dengan kondisi lahan yang cukup datar dan beberapa bagian yang sedikit bergelombang.

Page 7: Proposal 12 mendorong praktek pengkayaan  tanaman bulian (eusideroxylon zwageri t

Page 7 of 23

Tabel 1. Letak, Luas dan Batas Desa Singkawang Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari

Posisi Geografis: X : 0306270 Y : 9804242 Luas Wilayah : ± 4.900 ha (informasi desa) 2.921 ha (BPS, 2006) Tahun Definitif : Tidak Ada Data (terbentuk desa sekitar tahun 1700-an) Jumlah dan Nama Dusun : 1. Dusun Lamo (X: 0306270 / Y: 9804242) 2. Dusun Baru (X: 0305679 / Y: 9802607) Batas wilayah: - Sebelah Utara : Desa Kilangan dan Pompa Air/Bajubang - Sebelah Timur : Desa Mekar Jaya dan Desa Bungku - Sebelah Selatan : Desa Jebak dan Kelurahan Sridadi - Sebelah Barat : Desa Kilangan Jarak ke Kawasan Hutan : ± 2 km (Berbatasan langsung dengan Tahura) Nama/Status Kawasan Hutan : Tahura Sultan Thaha Syaifudin Nama Kepala Desa : Aswir

Sumber : Survei Studi Data Dasar dan Review Kelembagaan Desa Sekitar Tahura Sultan Thaha Syaifuddin, 2008 (Yudha Priana, Funded by Europe Commision-Indonesia FLEGT-SP) Perjalanan menuju desa ini dapat ditempuh dengan kendaraan beroda dua maupun beroda empat tanpa kendala berarti karena seluruh jalan yang dilewati mulai dari ibu kota kabupaten hingga ke desa telah diaspal. Jalan masuk menuju desa ini terletak di km 5 pada sisi kanan badan jalan Propinsi yang menghubungkan kota Muara Bulian–Palembang via Tempino. Jarak dari Desa Singkawang dengan pusat-pusat pemerintahan adalah sebagai berikut :

Dengan Ibu kota Kecamatan dan Ibu Kota Kabupaten kebetulan letaknya berimpit di Muara Bulian berjarak 7 Km dengan waktu tempuh lebih kurang 15 menit jalan darat.

Dengan Ibu Kota Provinsi Jambi berjarak 71 Km ditempuh sekitar 90 menit dari pusat desa.

Page 8: Proposal 12 mendorong praktek pengkayaan  tanaman bulian (eusideroxylon zwageri t

Page 8 of 23

C. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Demografi/Kependudukan Kepadatan penduduk yang mendiami desa ini menurut catatan dari BPS pada tahun 2006 adalah 27,18 jiwa tiap kilometer persegi. Jumlah penduduk sewaktu wawancara tercatat sebanyak 1117 jiwa yang terhimpun dalam 256 Kepala Keluarga. Perbandingan penduduk menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa jumlah laki-laki lebih banyak dari jumlah perempuan dengan sex ratio sebesar 97. Ini berarti bahwa dari setiap 100 jiwa penduduk laki-laki terdapat 97 jiwa penduduk perempuan. Informasi selengkapnya tentang jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini. Tabel 2. Komposisi Penduduk Desa Singkawang Menurut Jenis Kelamin.

Grafik 1. Perbandingan Jumlah Penduduk Desa Singkawang Menurut Jenis Kelamin.

Komposisi Jumlah (jiwa)

568 549

1117

256

0

200

400

600

800

1000

1200

Komposisi

Komposisi Penduduk Desa Singkawang Menurut Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Jumlah Jiw a Jumlah Kepala Keluarga

Laki-laki 568

Perempuan 549

Total 1117

KK 256

Sumber : Wawancara, Maret 2008 (Yudha Priana, Funded by Europe Commision-Indonesia FLEGT-SP Jambi)

Komponen kematian dan emigrasi menyebabkan pengurangan penduduk. Jumlah kelahiran yang melebihi kematian disebut pertambahan alamiah (natural increase), dan perbedaan antara jumlah imigrasi dan emigrasi disebut migrasi netto. Menurut catatan selama setahun terakhir telah terjadi 10 kelahiran, 6 orang meninggal dunia, 40 orang pendatang dengan tujuan untuk bekerja telah tercatat menjadi penduduk dan 3 orang pindah ke daerah lain untuk mengikuti keluarga.

Page 9: Proposal 12 mendorong praktek pengkayaan  tanaman bulian (eusideroxylon zwageri t

Page 9 of 23

Gambar 1 : Mesjid Nur Iman Desa Singkawang

Suku yang mendiami wilayah desa Singkawang tidaklah terlalu beragam, suku melayu (Batin IX) sebagai penduduk asli masih merupakan suku mayoritas. Sedangkan komposisi penduduk Desa Singkawang berdasarkan etnis dapat kita lihat pada tabel berikut. Tabel 3. Jumlah Etnis Pada Kepala Keluarga Desa Singkawang

Grafik 2. Komposisi Etnis Pada Kepala Keluarga Desa Singkawang.

Suku/Etnis ∑ KK Komposisi Kepala Keluarga Desa Singkawang Menurut Etnis

60%

40%

Melayu Jaw a

Melayu 154

Jawa 102

Jumlah 256

Sumber : Diolah dari wawancara, Maret 2008 (Yudha Priana, funded by Europe

Commision-Indonesia FLEGT-SP)

Bahasa Bahasa sehari-hari yang digunakan oleh masyarakat adalah bahasa daerah masing-masing untuk berkomunikasi sesama etnis sedangkan untuk berkomunikasi antar etnis penduduk yang ada menggunakan bahasa Melayu Jambi. Sementara itu Bahasa Indonesia juga digunakan oleh sebagain masyarakat untuk berurusan dengan pemerintahan atau pihak luar yang datang. Agama Agama yang di anut oleh penduduk Desa Singkawang adalah Islam. Ketaatan terhadap agama yang dianut tergolong baik, yang ditandai dengan tersedianya fasilitas tempat ibadah ritual di setiap dusun yang dibangun secara swadaya. Tempat-tempat ibadah ini juga menjadi media belajar dan tempat menyebarnya berbagai macam informasi.

Page 10: Proposal 12 mendorong praktek pengkayaan  tanaman bulian (eusideroxylon zwageri t

Page 10 of 23

Pertanahan dan Pemanfaatan Ruang Klasifikasi lahan yang terdapat dalam ruang desa dapat dikelompokkan atas lahan kering dan lahan basah (rawa-rawa). Lahan kering dimanfaatkan warga sebagai areal pemukiman dan areal budi daya pertanian/perkebunan. Sebaran dari kebun karet warga terletak mengelilingi areal perkebunan sawit milik perusahaan. Sebagian dari wilayah desa juga dikelola oleh perusahaan perkebunan sawit yakni PT BSP (800 ha) yang pola kegiatannya tidak melibatkan masyarakat (HGU). Lahan yang berupa belukar terdapat di belahan barat desa yang berbatasan dengan desa Pompa Air dan Kilangan dan umumnya terletak disekitar rawa-rawa. Sedangkan kawasan hutan (tahura) berada di belahan timur laut dari desa ini. Terdapat perbedaan data tentang luas wilayah desa, informan desa menyebutkan bahwa desa ini memiliki luas 4900 ha sedangkan BPS melalui kecamatan dalam angka tahun 2006 menuliskan desa ini memiliki wilayah seluas 2991 hektar. Pola dan sebaran pemanfaatan ruang oleh masyarakat desa Singkawang dapat disimak melalui sketsa desa berikut ini

Gambar 2. : Sketsa Desa Singkawang

Page 11: Proposal 12 mendorong praktek pengkayaan  tanaman bulian (eusideroxylon zwageri t

Page 11 of 23

Pola yang dianut dalam pewarisan tanah adalah bilateral dengan sistim kepemilikan pribadi yang telah mulai disadari sebagai sumber daya bernilai yang membutuhkan pengakuan atas hak milik dalam bentuk sertifikasi dari pemerintah.Trend ini dapat ditandai dengan dengan adanya tanah di desa yang telah disertifikatkan oleh pemiliknya. Konflik seputar isu tenurial mulai mengemuka di desa ini terutama terhadap PT BSP yang dianggap melanggar kesepakatan yang dibangun pada tahap awal kemitraan dijalankan. Lahan tidak hanya dipandang sebagai sebidang tanah namun juga sebagai sebidang sumber daya yang telah diapresiasi secara ekonomis (dengan nilai uang). Variasi dari nilai/harga tanah dan sumber daya (kebun) tergantung pada letak dari pusat pemukiman (jauh/dekat), jenis komoditas dan produktifitas yang biasa dilihat dari umur tanaman. Perkiraan harga tanah/lahan kering dan kebun di desa ini dapat dilihat pada Tabel 5. Rata-rata kepemilikan kebun oleh masyarakat desa Singkawang sekitar 3 ha, dengan distribusi kepemilikan dapat dilihat pada Tabel 4. dan Grafik 3 Tabel 4. Distribusi Kepemilikan Lahan Pada Kepala Keluarga di Desa Singkawang

Grafik 3. Komposisi Kepemilikan Lahan Pada Kepala Keluarga di Desa Singkawang

Distribusi kepemilikan tanah ∑ KK Komposisi Kepemilikan Lahan Oleh Kepala Keluarga di Desa Singkawang

20%

24%

20%

20%

11% 5%

Tidak memiliki lahan 0 – 1 ha 1 – 2 ha

2 – 5 ha 5 – 10 ha > 10 ha

Tidak memiliki lahan 50

0 – 1 ha 64

1 – 2 ha 51

2 – 5 ha 51

5 – 10 ha 27

> 10 ha 13 Sumber : Diolah dari wawancara, Maret 2008 (Yudha Priana, Funded by Europe Commision-Indonesia FLEGT-SP Jambi)

Page 12: Proposal 12 mendorong praktek pengkayaan  tanaman bulian (eusideroxylon zwageri t

Page 12 of 23

Tabel 5. Harga Tanah Menurut Letak dan Jenis Lahan di Desa Singkawang Jenis Lahan Harga/ha (Rp)

Lahan Kering Dekat Desa 10 juta

Jauh dari desa 5 juta

Kebun Karet Umur 0-5 tahun 15 juta

Umur 6 -25 Tahun 25 juta

Umur > 25 Tahun 30 juta

Kebun Sawit Umur 0-6 tahun 8 juta

Umur 7- 19 tahun 25 juta

Umur > 20 - Sumber : Wawancara , Maret 2008 (Yudha Priana, Funded by Europe Commision-Indonesia FLEGT-SP Jambi)

Mata Pencaharian Mata pencaharian utama masyarakat Desa Singkawang adalah berkebun yang didominasi oleh kebun karet dan sebagian belukar serta sawit. Namun ada juga sebagian yang bertani, berdagang, buruh perkebunan sawit, nelayan, wiraswasta dan mengambil hasil hutan serta bergerak dibidang jasa (tukang). Di desa ini juga kita temukan tinggal beberapa pegawai swasta dan PNS karena jaraknya relatif dekat dengan ibukota kabupaten sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi. Tutupan lahan di desa ini didominasi oleh tegakan karet dan sebagian kecil semak belukar. Kebun sawit telah mulai menjadi trend seiring dengan keberadaan PT BSP yang memiliki luasan kebun sawit sekitar 800 ha. Ketika menghadapi kesulitan keuangan diatasi oleh sebagian warga desa dengan cara meminjam ke warga lain yang lebih mampu, adapula yang mengajukan pinjaman ke lembaga keuangan desa (koperasi simpan pinjam) bahkan ada yang mengajukan pinjaman ke lembaga perbankan yang ada di ibu kota kabupaten. Pendidikan Pemerintah telah menyediakan 1 (satu) gedung SD untuk mendukung pelayanan pendidikan bagi masyarakat di desa Singkawang. Menyadari pentingnya arti pendidikan masyarakat desa ini telah pula berswadaya dan saat ini telah dibantu pemerintah untuk membangun gedung Madrasah setingkat SD (MIS) yang saat ini memiliki 6 orang tenaga pengajar dan 79 orang murid. Untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi masyarakat desa ini menyekolahkan anak-

Page 13: Proposal 12 mendorong praktek pengkayaan  tanaman bulian (eusideroxylon zwageri t

Page 13 of 23

anaknya keluar desa. Selain itu juga terdapat madrasah dan kelompok pengajian di mesjid atau mushalla. Baik yang berkegiatan setelah magrib ataupun isya untuk masyarakat terutama anak-anak desa tersebut. Kegiatan pendidikan informal ini memang lebih banyak membahas dan mendalami tentang agama lslam dan pengamalannya tetapi juga membahas norma umum lainnya.

Gambar 3. Gedung MIS Desa Singkawang Gambar 4. Gedung SD Desa Singkawang

Mayoritas penduduk desa singkawang berpendidikan setingkat SD, komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan secara lengkap dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut ini: Tabel 6. Jumlah Penduduk Desa Singkawang Menurut Tingkat Pendidikan

Grafik 4. Komposisi Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Singkawang

Tingkat Pendidikan Jumlah Komposisi Penduduk Desa Singkawang Menurut

Tingkat Pendidikan

2%

92%

4% 2%0%0%

Buta Huruf SD atau di baw ah Tamat SMP/MTS

Tamat SMU/MAN Tamat D3 Tamat PT

Buta Huruf 25

SD atau di bawah 1024

Tamat SMP/MTS 40

Tamat SMU/MAN 25

Tamat D3 1

Tamat PT 2

Total 1117

Sumber: Diolah dari wawancara, Maret 2008 (Yudha Priana, funded by Europe Commision-Indonesia FLEGT-SP)

Page 14: Proposal 12 mendorong praktek pengkayaan  tanaman bulian (eusideroxylon zwageri t

Page 14 of 23

Perumahan Sebaran pemukiman penduduk di desa ini agak terkosentrasi mengikuti badan jalan yang membelah desa. Sedangkan jumlah rumah yang ada di desa Singkawang tercatat sebanyak 235 rumah, dengan demikian jika dibandingkan dengan jumlah kepala keluarga maka, masih ditemukan beberapa rumah yang dihuni oleh lebih dari 1 (satu) kepala keluarga. Dijumpai pula beberapa kepala keluarga yang tidak memiliki rumah tetap di desa dan bermukim di pondok yang dibuat di kebun. Fasilitas penerangan di malam hari dimudahkan oleh adanya jaringan listrik milik PT PLN sehingga aktifitas untuk bersantai dengan menonton televisi dan kegiatan belajar anak-anak dimalam hari tak lagi menjadi sebuah persoalan. Kondisi dan komposisi jenis rumah yang ada di desa Singkawang dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini :

Tabel 7. Jumlah dan Jenis Rumah Penduduk Desa Singkawang

Grafik 5. Komposisi Jenis Rumah Penduduk Desa Singkawang

Jenis rumah Unit Komposisi Rumah di Desa Singkawang

20%

45%

35%

Permanen

Semi Permanen/Panggung Bagus

Gubuk/pondok tanah/pondok panggung

Permanen 47

Semi Permanen/Panggung Bagus 106

Gubuk/pondok tanah/ pondok panggung

82

Sumber: Diolah dari wawancara, Maret 2008 (Yudha Priana, funded by Europe Commision-Indonesia FLEGT-SP)

Kesehatan Sarana dan prasarana kesehatan yang dimiliki Desa Singkawang untuk melayani kesehatan masyarakatnya diperoleh melalui Poliklinik desa yang didukung oleh seorang bidan yang telah ada didesa sejak tahun 1993. Terhadap penyakit yang membutuhkan penanganan serius biasanya masyarakat desa langsung mengakses Rumah Sakit yang berada di pusat kota kabupaten.

Page 15: Proposal 12 mendorong praktek pengkayaan  tanaman bulian (eusideroxylon zwageri t

Page 15 of 23

Sementara untuk bantuan persalinan, selain melalui tenaga medis juga terdapat sekitar 3 (tiga) orang dukun bayi. Umumnya dukun bayi ini mengambil obat atau ramuan dari tanaman yang berada disekitar pekarangan rumah dan kebun sekitar. Tanaman obat yang biasa dipakai adalah tanaman obat keluarga seperti kumis kucing, jahe, temulawak dan sebagainya. Selain itu masyarakat juga bisa mendapatkan bantuan dari dua orang dukun kampung yang telah turun temurun menetap di desa tersebut. Secara umum kondisi sanitasi masyarakat relatif baik yang ditandai dengan penggunaan wc oleh sekitar setengah dari jumlah kepala keluarga yang ada di desa dan pengunaan air bersih yang bersumber dari sumur oleh sekitar 90 persen Kepala Keluarga. Kayu bakar masih digunakan oleh sekitar 90 persen penduduk sebagai sumber energi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masak memasak, sedangkan selebihnya menggunakan minyak tanah. Pasar Kebutuhan harian akan bahan pokok relatif tersedia di warung-warung yang ada di desa namun pada hari-hari tertentu masyarakat desa masih tetap ada yang mengunjungi pasar dengan alasan memberikan lebih banyak pilihan, baik jenis maupun harga. Pasar yang dikenal masyarakat adalah pasar Kramat Tinggi yang ada di Muara Bulian setiap hari Kamis. Pasar ini bisa diakses melalui kendaraan umum atau sepeda motor selama 30 menit. Informasi dan Komunikasi Berita dan perkembangan daerah lain akan sampai ke desa ini dalam waktu yang tidak terlalu lama karena disamping dukungan letak dan jalan yang strategis, berbagai sarana informasi dan komunikasi telah dimiliki oleh warga desa seperti televisi (70 % KK), Parabola (25 % KK) dan Ponsel (50 % KK). Cara yang dianggap paling efisien untuk menyebar luaskan informasi di desa ini adalah dengan membuat pengumuman dan menyebarkan undangan melalui para ketua RT untuk menghadiri sebuah pertemuan. Sedangkan tempat dan waktu yang tepat untuk mengabarkan sebuah informasi penting adalah melalui balai desa atau di mesjid saat usai sholat jumat.

Page 16: Proposal 12 mendorong praktek pengkayaan  tanaman bulian (eusideroxylon zwageri t

Page 16 of 23

D. Pemerintahan dan Kelembagaan Desa. Sesuai dengan undang-undang yang berlaku, lembaga pemerintahan formal yang ada di desa Singkawang terdiri Pemerintah Desa (7 Orang Perangkat personalia) dan Badan Perwakilan Desa/BPD (dengan 5 orang anggota). Fungsi kesekretariatan relatif telah dijalankan dengan baik di kantor/balai desa meskipun beberapa tugas masih ada yang dikerjakan dari rumah masing-masing perangkat desa

Gambar 5. Kantor Desa Singkawang Personalia yang menduduki jabatan pada Pemerintah Desa dan Badan Perwakilan Desa di Desa Singkawang adalah sebagai berikut : Pemerintah Desa

Kepala Desa : Aswir Sekretaris Desa : Syaiful Fikri Kaur Umum : Junaida Kaur Pemerintahan : Efendi Kaur Pembangunan : A. Syahroni Badan Perwakilan Desa/BPD

Ketua : Suleman Wakil Ketua : Leni Marlina Sekretaris : Solikin Anggota : 1. Sukardi 2. Arnizom

Page 17: Proposal 12 mendorong praktek pengkayaan  tanaman bulian (eusideroxylon zwageri t

Page 17 of 23

Sedangkan lembaga non formal yang ada di desa ini terdiri dari Kelompok Tani, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat/LPM, Karang Taruna, Kelompok Pengajian, Lembaga Adat. Besarnya peran masing-masing lembaga dan saling hubungan antar lembaga tersebut menurut beberapa warga desa dapat tergambar dari diagram dibawah ini

Gambar 6. Peran, Hubungan dan Kedekatan Antar Lembaga Desa Singkawang Ukuran dari diameter lingkaran pada gambar di atas di gunakan untuk merepresentasikan besarnya peran dari masing-masing lembaga yang ada di desa terhadap masyarakat dalam menjalankan fungsinya. Sedangkan susunan letaknya menunjukkan kedekatan hubungan lembaga dengan masyarakat maupun antar lembaga yang ada. Kelompok tani yang ada di desa Singkawang dianggap memiliki peran yang besar dan paling dekat dengan masyarakat karena dinilai berdasarkan upaya-upaya yang telah dilakukannya secara nyata akan berkontribusi langsung terhadap peningkatan ekonomi anggotanya yang nota bene adalah masyarakat Desa Singkawang sendiri. Kegiatan dari karang taruna yang dianggap tidak dapat

Page 18: Proposal 12 mendorong praktek pengkayaan  tanaman bulian (eusideroxylon zwageri t

Page 18 of 23

menjadi wadah pembinaan kaum muda menyebabkan lembaga ini dianggap memiliki peran yang sangat kecil dan terkesan jauh dari masyarakat. Besarnya peran dari Badan Perwakilan Desa dan Pemerintah Desa dianggap sama dalam menganyomi masyarakat, namun pada kedua lembaga ini terkesan ada jarak yang diduga sebagai dampak dari fungsinya masing-masing. Beberapa lembaga non formal yang ada di desa juga dinilai oleh peserta disikusi lebih mendekat ke BPD ketimbang ke Pemerintah Desa. Sebagian besar lembaga yang ada di desa selain institusi pemerintahan, umumnya bersifat cair dengan aturan yang dibangun berdasarkan asas saling percaya sesama anggota. Hampir tidak ada lembaga yang memiliki Akta Pendirian maupun Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga yang disusun sedemikian rupa, apa lagi hingga ketahap legalisasi oleh pejabat berwenang. Pertemuan/rapat anggota hanya dilaksanakan pada kasus-kasus tertentu semisal ada program/proyek dari pemerintah ataupun kegiatan-kegiatan yang bersifat insidentil, setelah kegiatan itu selesai maka aktifitas lembaga itu kembali vakum. Kecuali pada kelompok pengajian yang memiliki agenda rutin mingguan. Selain Kelompok Tani “Karang Enau Mulyo” tidak ditemukan lembaga yang berhubungan dengan pengelolaan sumber daya alam. Dari semua lembaga di desa Singkawang, hanya kelompok tani yang berdiri tahun 1996 ini yang memiliki akta notaris, namun dari segi kegiatan masih sangat tergantung dengan program dari pemerintah. 1.4. Interaksi Masyarakat ke Kawasan Tahura. Sebagian besar masyarakat desa Singkawang mengetahui letak dan keberadaan Tahura Sultan Thaha Syaifuddin di desanya. Namun demikian, ketergantungan sebagian warga desa Singkawang pada kawasan tersebut tergolong cukup tinggi, baik terhadap sumber daya hasil hutan maupun sumber daya lahannya. Kondisi ini di dukung oleh kedekatan jarak tahura dengan pusat desa yang hanya memakan waktu tempuh sekitar 30 menit berjalan kaki atau sekitar 3 km.

Page 19: Proposal 12 mendorong praktek pengkayaan  tanaman bulian (eusideroxylon zwageri t

Page 19 of 23

Ekstraksi kayu dari kawasan Tahura merupakan salah satu Interaksi dalam bentuk pemanfaatan hasil hutan yang telah jauh menurun seiring dengan upaya penegakkan hukum yang dijalankan oleh pemerintah. Saat ini untuk memenuhi kebutuhan kayu sebagai ramuan rumah diperoleh dengan cara membeli atau memanfaatkan tanaman kayu yang terdapat di sekitar kebun atau di kawasan tahura yang tentunya dilakukan secara diam-diam. Pemanfaatan sumber daya lahan di kawasan tahura untuk keperluan usaha pertanian (kebun karet) menjadi persoalan yang hingga saat ini belum ditemukan jalan keluarnya bahkan disinyalir telah ada yang sampai pada tahap jual beli lahan kebun karet di kawasan itu dengan nilai berkisar antara Rp 7 – 20 juta /ha tergantung dengan umur dan produktifitas hasil kebun. 1.5. Program Pembangunan Tidak banyak program pembangunan khusus yang telah berjalan selama lima tahun terakhir di desa ini, Program Gerakan Rehabilitasi Hutan Lahan (Gerhan) pernah dijalankan di desa ini pada tahun 2006 yang melibatkan sekitar 50 kepala keluarga dalam bentuk reboisasi hutan dan dianggap bermanfaat oleh masyarakat. Program pembangunan yang dijalankan oleh organisasi non pemerintah (Ornop) di desa ini adalah bentuk fasilitasi dan pendampingan. Pendampingan masyarakat desa yang dilaksanakan oleh (Aliansi Masyarakat Peduli Hutan dan Lahan) sejak tahun 2006 di desa dinilai cukup bermanfaat oleh masyarakat.

Page 20: Proposal 12 mendorong praktek pengkayaan  tanaman bulian (eusideroxylon zwageri t

Page 20 of 23

II. DESKRIPSI PROYEK

2.1. Justifikasi Proyek Bentuk usaha yang dikembangkan berupa pembuatan kebun bibit didasarkan pada potensi wilayah, kemampuan dan pengalaman masyarakat dalam mengelola program, serta didukung oleh budaya bertani masyarakat, sehingga tingkat keberhasilan dan keberlanjutannya akan lebih terjamin. Pendekatan yang akan dilakukan dalam proyek ini adalah :

1. Memotret keadaan lingkungan desa secara utuh, inventarisir potensi, masalah dan pengembangan komoditas andalan.

2. Penguatan kapasitas kelompok dampingan dalam pengelolaan kebun karet dan kebun pembimbitan yang mencakup ketrampilan teknis dan kapasitas kelembagaan

3. Mendorong pelibatan pihak kabupatan dan stakeholder kunci untuk mendukung pemanfaatan

lahan kebun karet secara intensif dengan tanaman sela tanaman kehutanan untuk peningkatan ekonomi masyarakat dan pelestarian kawasan lindung

2.2. Tujuan A. Tujuan Jangka Panjang : Pulihnya keanekaragaman hayati di kawasan Taman Hutan Raya Sultan Thaha Syaifuddin yang menjadi Penyangga kehidupan di kota Muara Bulian sebagai Ibukota Kabupaten yang menjadi pusat pengkoordinasian pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Batanghari. B. Tujuan Jangka Pendek Berkurangnya tekanan masyarakat desa Singkawang terhadap Kawasan Taman Hutan Raya Sultan Thaha Syaifuddin melalui kegiatan pembibitan bulian (Eusideroxylon zwageri T.et B.) dan pendistribusian bibit kepada masyarakat Desa Singkawang Kecamatan Muara Bulian, Kabupaten Batanghari untuk ditanam sela-sela tanaman karet rakyat.

Page 21: Proposal 12 mendorong praktek pengkayaan  tanaman bulian (eusideroxylon zwageri t

Page 21 of 23

2.3. Manfaat Bagi Masyarakat dan Lingkungan Proyek ini akan memberikan manfaat langsung bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat desa Singkawang melalui terpeliharanya kawasan TAHURA sebagai penyangga kehidupan kota Muara Bulian. Proyek ini juga akan mampu meningkatkan daya dukung lingkungan dan mencegah berbagai bencana yang diakibatkan oleh deforestasi seperti ; banjir, kekeringan, tanah longsor hingga merosotnya keanekaragaman hayati dan ekosistem. 2.4. Hasil dan Kegiatan (Rencana Kerja dan Strategi) : Hasil 1. Terbentuk dan Menguatnya Kelembagaan kelompok tani sebagai wadah

pengorganisasian petani dan pembelajaran bersama (share learning) dalam upaya mendukung Taman Hutan Raya Sultan Thaha Syaifuddin untuk melakukan perencanaan dan pengelolaan kebun bibit bulian di desa Singkawang dengan kegiatan :

a. Memfasilitasi terbentuknya kelompok tani yang terdiri dari pengurus dan anggotanya. b. Memfasilitasi mekanisme kepengurusan dan aturan-aturan kelompok tani/pemuda. c. Mendampingi organisasi kelompok tani/pemuda secara intensif. d. Memfasilitasi pelatihan peningkatan kapasitas local dalam pengelolaan dan

pemanfaatan lahan untuk pembibitan tanaman kehutanan secara berkelanjutan (Penanaman, pemeliharaan dan pemanenan hasil secara berkelanjutan).

e. Melakukan monitoring dan evaluasi partisipatif dengan mengundang pihak-pihak terkait. Hasil 2. Terbangunnya kebun pembibitan bulian milik kelompok tani sebagai pilot

pengembangan kegiatan sejenis di desa lain dengan kegiatan: a. Memfasilitasi pelatihan tekhnis terkait pengelolaan kebun pembibitan. b. Memfasilitasi pelatihan tekhnis perbanyakan tanaman bulian secara vegetatif c. Melakukan pendataan kebutuhan untuk terealisasinya kebun pembibitan oleh kelompok

tani d. Menginisiasi terealisasinya kebun pembibitan oleh kelompok tani untuk memenuhi

kebutuhan rehabilitasi kawasan konservasi dan intensifikasi pengelolaan kebun karet rakyat dengan tanaman sela bulian.

Page 22: Proposal 12 mendorong praktek pengkayaan  tanaman bulian (eusideroxylon zwageri t

Page 22 of 23

Hasil 3. Ada dukungan keberlanjutan dari pemerintah daerah untuk mendukung program pembangunan desa di sekitar Kawasan Lindung dengan kegiatan:

a. Mempromosikan dan mengkampanyekan program pembangunan kebun pembibitan tanaman kehutanan untuk menarik minat para pihak dalam pengembangan kegiatan sejenis di desa sekitar kawasan konservasi.

b. Membangun strategi kampanye bersama antara program dengan BKSDA/Dinas Kehutanan Kabupaten atau lembaga lainnya tentang pentingnya kelestarian Tahura Sultan Thaha Syaifuddin untuk dikampanyekan di tengah masyarakat desa Jangga Baru.

c. Melakukan serangkaian lobi dan advokasi ke instansi terkait untuk dapatkan dukungan akan pentingnya pemanfaatan lahan kebun karet secara intensif dengan tanaman sela tanaman kehutanan untuk peningkatan ekonomi masyarakat dan pelestarian kawasan lindung kepada pihak pemerintah daerah dan pihak lainnya.

2.5. Kelompok Sasaran Adapun kelompok sasaran yang akan terlibat dalam proyek ini adalah anggota kelompok tani hutan yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan masyarakat miskin di Desa Singkawang Kecamatan Muara Bulian yang berprofesi sebagai buruh tani dan atau yang memiliki kebun karet tidak produktif.. Diperkirakan dengan dukungan dana yang diusulkan, jumlah anggotan kelompok sasaran yang langsung didukung program adalah ini sekitar 30 KK. Kelompok sasaran sekunder adalah 12 Desa yang memiliki interaksi dengan TAHURA Sultan Thaha Syaifudin 2.6. Durasi Proyek Proyek akan dilaksanakan selama 12 bulan (1 tahun) 2.7. Manajemen Proyek Proyek akan dilaksanakan oleh manajeman Aliansi Masyarakat Peduli Hutan dan Lahan (AMPHAL) bersama kelompok tani hutan desa Singkawang. Dukungan tekhnis mengenai budidaya tanaman bulian akan diperoleh dari Lembaga Penelitian Universitas Jambi.

Page 23: Proposal 12 mendorong praktek pengkayaan  tanaman bulian (eusideroxylon zwageri t

Page 23 of 23

III. PENUTUP

3.1. Monitoring dan Evaluasi Monev akan dilakukan melalui 2 pendekatan : 1. Pendekatan logframe; bersifat internal dalam manajemen Amphal dengan indicator-indikator

yang tertuang dalam logframe. Evaluasi terhadap kinerja pelaksana program mengacu pada mekanisme evaluasi AMPHAL.

2. Monitoring partisipatif dengan pelibatan masyarakat dengan langkah-langkah pengembangan pemantauan partisipatif :

- Menyebarluaskan informasi proyek dan perlunya melakukan pemantauan - Memfasilitasi pertemuan untuk menyepakati hasil proyek, indicator yang mengkaji batasan hasil,

criteria spesifik untuk menilai indicator dan rencana mengenai informasi apa yang akan dikumpulkan , oleh siapa dan kapan.

- Membahas rencana pemantauan dengan wakil seluruh lapisan masyarakat dan membuat konsep akhir

- Memfasilitasi pertemuan akhir untuk menyepakati dan memformalisasi rencana tersebut, menyetujui pembagian tugas, waktu dan biaya.

3.2. Keberlanjutan dan Memperluas Dampak Proyek Proyek ini juga diarahkan untuk mendapatkan dukungan keberlanjutan proyek dari pemerintah daerah atau instansi teknis mau mendukung program serupa di desa lain yang berbatasan dengan kawasan konservasi yang menopang kehidupan di wilayah kota Muara Bulian Sedangkan keberlanjutan bagi kelompok sasaran semakin meningkatnya jaminan ekonomi jangka panjang serta dukungan terhadap kawasan konservasi khususnya Taman Hutan Raya Sultan Thaha Syaifuddin. 3.3. Anggaran Total anggaran yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan ini sebesar : Rp.239.500.000,-(Dua ratus tiga puluh sembilan juta lima ratus ribu rupiah) sedangkan yang diusulkan ke Panitia Sayembara Prakarsa Masyarakat Dalam Penataan Ruang Untuk Kota Lestari adalah Rp.196.000.000,- (Seratus sembilan puluh enam juta rupiah).