PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS...

71
PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS GIZI OBESITAS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI PADA TAHUN 2015 - 2016 Laporan Penelitian Ini Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sarjana Kedokteran OLEH : REGI AZISTHA AMRI NIM: 11141030000098 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2017 M

Transcript of PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS...

Page 1: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

i

PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN

STATUS GIZI OBESITAS DI RUMAH SAKIT UMUM

PUSAT FATMAWATI PADA TAHUN 2015 - 2016

Laporan Penelitian Ini Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Sarjana Kedokteran

OLEH :

REGI AZISTHA AMRI

NIM: 11141030000098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H / 2017 M

Page 2: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian
Page 3: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian
Page 4: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian
Page 5: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

v

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan rasa syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah

SWT, tuhan semesta alam, karena atas rahmat, berkah dan kasih sayangnya

penulis dapat menyelesaikan penelitian judul “PROPORSI PENDERITA BATU

EMPEDU DENGAN STATUS GIZI OBESITAS DI RUMAH SAKIT

UMUM PUSAT FATMAWATI PADA TAHUN 2015 - 2016” tepat pada

waktunya

Penulis menyadari bahwa dengan selesainya pengerjaan laporan penelitian

ini, semua tidak luput dari dukungan, doa, bantuan dan juga semangat yang

diberikan selama proses pembuatan penelitian ini. Oleh karena itu, penulis ingin

mengucapkan rasa terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M. Kes, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS, selaku Ketua Program Studi

Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. dr. Femmy Nurul Akbar, SpPD, K-GEH, FINASIM, selaku pembimbing I

kami, yang atas dengan bimbingan, arahan, tenaga, dan waktunya untuk

peneliti, sehingga terselesaikannya penelitian ini hingga akhir

4. Dr.dr. Mukhtar Ichsan, SpP (K), MARS,FIRS, selaku dosen pembimbing

II kami yang selalu meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam

membimbing dari awal penelitian hingga terselesaikannya laporan

penelitian ini

Page 6: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

vi

5. dr. Hari Hendarto SpPD-KEMD PhD FINASIM, selaku dosen penguji I

kami yang telah meluangkan waktu berkesempatan dalam menguji dan

mengoreksi skripsi ini

6. Dr. dr. Francisca A, Tjakadidjaja MS,SpGK, selaku dosen penguji II kami

yang telah berkesempatan menyediakan waktu, tenaga dan memberi

masukan dalam mengoreksi skripsi ini, sehingga skripsi ini selesai

7. Pak Chris Adhiyanto, M.Biomed, selaku penanggung jawab riset

mahasiswa Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2014

8. Kedua orang tua penulis, Amri dan Tasmarni yang selalu mendoakan,

menyemangati, mendukung peneliti baik dalam moril ataupun materiil

serta kakak dan adik yang tercinta atas pengertian waktu dan kondisi

lingkungan rumah sehingga penelitian ini terselasikan

9. Para pengajar dan staf Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

10. Sahabat seperjuangan riset, Jewaqa Brako Muzakki yang dengan penuh

kesabaran, motivasi, dan berbaik hati kepada peneliti, serta melewati suka

dan duka bersama sehingga penelitian ini terselesaikan

11. Teman teman Penulis,Devina Rahmadewi, Alissa Rifa, Fheby Syabrina

Gebry Nadira, Nadira, Asiah Mutia, M. Abdurrahman Faris, Pandu Nur

Akbar serta teman teman Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter

Angkatan 2014 lainnya

12. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu pada

kata pengantar ini

Demikian yang bisa saya sampaikan, besar harapan penulis semoga

penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua

Jakarta, 24 Oktober 2016

Regi Azistha Amri

Page 7: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

vii

ABSTRAK

Regi Azistha Amri. Program Studi Pendidikan Dokter. Proporsi Batu

Empedu terhadap Status Gizi (Obesitas) di RSUP Fatmawati Tahun 2015 –

2016.

Latar Belakang: Batu empedu adalah partikel keras yang berkembang di dalam

kandung atau saluran empedu.Terbentuknya batu tersebut dipengaruhi oleh

beberapa faktor tertentu, seperti jenis kelamin, usia, dislipidemia, diabetes

miletus dan obesitas. Obesitas merupakan faktor pendukung utama dari

terbentuknya batu di kandung empedu. Tujuan: untuk mengetahui proporsi batu

empedu dengan faktor resiko obesitas, usia dan jenis kelamin. Metode: Penelitian

menggunakan metode observasional dengan pendekatan cross sectional deskriptif.

Data diperoleh dari rekam medis pasien di RSUP Farmawati tahun 2015-2016

dengan diagnosis batu empedu dan disertakan dengan pemeriksaan USG

abdominal. Pengambilan sampel consecutive sampling dengan jumlah sampel

sebesar 93. Hasil: Proporsi pasien batu empedu dengan status gizi obesitas di

RSUP Fatmawati tahun 2015-2016 sebesar 47,3% dengan rincian obesitas I

31,2% dan obesitas II 16,1%. Berdasarkan jenis kelamin, frekuensi laki laki

adalah 28% dan perempuan 72%,serta usia diatas 40 tahun sebanyak 77,5% dan

dibawah 40 tahun sebesar 22,5%. Kesimpulan: Proporsi status gizi pada batu

empedu pada umumnya adalah obesitas dan dominan pada jenis kelamin

perempuan dengan frekuensi usia diatas 40 tahun

Kata kunci : Batu empedu, Obesitas, Usia, Jenis kelamin

ABSTRACT

Regi Azistha Amri. Medical Education Program. Proportion of Patient

Gallstone disease with Obesity in General Hospital Center Fatmawati from

2015 to 2016.

Background: Gallstones is a bile disease that contain blockage of hard particle in

the bile. The gallstone an by some certain factors, such as gender,age, metabolic

syndrome, diabetes milletus, and obesity. Obesity is one of the supporting factors

of the formation of stones in the gallbladder. Purpose: to know proportion of

gallstones with risk factors for obesity, age, and gender. Method: The study used

observational method with cross sectional descriptive approach. Data was

obtained from medical records of patients at RSUP Farmawati 2015 -2016 with

gallstone diagnosis and included with abdominal ultrasound examination. The

sample was taken by consecutive sampling with sample amount of 93. Result:

Proportion of gallstones patients with obesity at Fatmawati General Hospital

2015-2016 was 47.3%. Obesity I 31.2% and Obesity II 16.1%. Based on gender,

the frequency of male is 28% and female 72%, and sample with age above 40

years is 77,5% and below 40 years is 22,5% Conclusion: Proportion of gallstones

patient is dominated by females with age >40 years and obesity.

Keywords : Gallstones disease, Obesity, Age, Gender

Page 8: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

viii

DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................ i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................. iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................v

ABSTRAK ................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ..............................................................x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi

DAFTAR ISTILAH ..................................................................................... xii

BAB 1 : PENDAHULUAN .............................................................................1

1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................................1

1.2. Rumusan Masalah ...............................................................................3

1.3.Tujuan Penelitian ..................................................................................3

1.4.Manfaat Penelitian ................................................................................4

1.4.1 Bagi Peneliti .................................................................................4

1.4.2 Bagi Institusi ................................................................................4

1.4.3 Bagi Masyarakat ..........................................................................4

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................5

2.1 Batu Empedu .........................................................................................5

2.1.1 Definisi Batu Empedu ...............................................................5

2.1.2 Anatomi Kandung Empedu .......................................................6

2.1.3 Fisiologi Pembentukan Empedu ...............................................8

2.1.4 Epidemiologi Batu Empedu ....................................................11

2.1.5 Klasifikasi Batu Empedu.........................................................12

2.1.6 Faktor Risiko Batu Empedu ....................................................12

2.1.7 Patogenesis Batu Empedu ......................................................16

2.1.8 Gejala Klinis Batu Empedu .....................................................18

2.1.9 Diagnosis Batu Empedu ..........................................................21

2.1.10 Komplikasi Batu Empedu .......................................................22

2.1.11 Prognosis Batu Empedu .........................................................23

2.1.12 Tatalaksana Batu Empedu .......................................................23

2.2 Obesitas ...............................................................................................26

2.2.1 Definisi Obesitas .....................................................................26

2.2.2 Klasifikasi Obesitas .................................................................26

2.2.3 Epidemiologi Obesitas ............................................................27

2.2.4 Patofisiologi dan kompllikasi Obesitas ...................................28

2.2.5 Strategi penurunan dan pemeliharaan Berat Badan ................31

2.3 Hubungan Obesitas dan Batu Empedu ................................................33

2.4 Batu Empedu dan Jenis Kelamin ........................................................34

2.5 Batu Empedu dan Usia ........................................................................35

2.6 Pandangan dokter muslim pada penelitian .........................................36

2.7 Kerangka Teori....................................................................................38

Page 9: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

ix

2.8 Kerangka Konsep ...............................................................................38

2.9 Definisi Operasional ...........................................................................39

BAB 3 : METODE PENELITIAN ..............................................................41

3.1 Desain Penelitian .................................................................................41

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................41

3.3 Populasi dan Sampel ...........................................................................41

3.3.1 Populasi Target .......................................................................41

3.3.2 Populasi Terjangkau ................................................................41

3.3.3 Besar Sampel ...........................................................................41

3.3.4 Cara Pengambilan Sampel ......................................................42

3.4 Kriteria Inkluasi dan Eksklusi .............................................................42

3.5 Cara Kerja Penelitian ..........................................................................42

3.6 Analisis Data .......................................................................................43

3.7 Alur Penelitian ....................................................................................43

BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................44

4.1 Deskripsi Sampel ...............................................................................44

4.1.1 Berdasarkan jenis kelamin .......................................................44

4.1.2 Berdasarkan usia .....................................................................45

4.2 Proporsi pasien batu empedu dengan status gizi ................................46

4.3 Keterbatasan Penelitian ......................................................................48

BAB 5 :KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................49

5.1 Kesimpulan ........................................................................................49

5.2 Saran...................................................................................................49

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................50

LAMPIRAN .................................................................................................. 53

Page 10: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

x

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Daftar Tabel

Tabel 2.1 Klasifikasi batu empedu dan komposisi berdasarkan jenis batu ........ 11

Tabel 2.2 Klasifikasi berat badan dan obesitas berdasarkan IMT dan lingkar

perut menurut kriteria Asia Pasifik .................................................... 27

Tabel 2.3 Batu empedu dengan faktor risiko jenis kelamin dan usia .................. 35

Tabel 4.1 Distribusi sampel menurut jenis kelamin ........................................... 45

Tabel 4.2 Distribusi sampel berdasarkan kelompok usia ................................... 46

Tabel 4.3 Distribusi sampel berdasarkan usia .................................................... 47

Tabel 4.4 Distribusi sampel berdasarkan status gizi .......................................... 47

Tabel 4.4 Distribusi sampel status gizi obesitas dan rerata IMT serta usia

berdasarkan jenis kelamin ................................................................. 47

Daftar Gambar Gambar 2.1 Pola topografi 4 kuadran tubuh ........................................................ 6

Gambar 2.2 Pandangan Posterior area nuda pada hepar ...................................... 7

Gambar 2.3 Suplai arterial hepar dan Vesica biliaris ........................................... 7

Gambar 2.4 Anatomi Hati .................................................................................... 8

Gambar 2.5 Sirkulasi enterohepatik garam empedu ........................................... 10

Gambar 2.6 Major Factor in cholesterol gallstone formation are supersaturation

of bile with cholesterol .................................................................... 20

Gambar 2.7 Peran lipotoxicity dan inplamasi pada obesitas .............................. 30

Gambar 2.8 Prevalensi batu empedu pada wanita berdasarkan survey

pemeriksaan USG............................................................................ 35

Page 11: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penelitian dan Anggaran Penelitian........................................53

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dan Anggaran Penelitian...................................54

Lampiran 3 Hasil Analisis Data.............................................................................56

Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup.........................................................................59

Page 12: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

xii

DAFTAR ISTILAH

ACAT : Asyltransferase asil-CoA asiltransferase

BMI : Body Mass Index

CCK : Cholecystokinin

DISIDA : Disopropyl Iminodiacetic Acid

DM : Diabetes Mellitus

FDA : Food and Drug Administration

GLUT4 : Glucose transporter type 4

HDL : High Desinty Lipoprotein

HMG CoA : Hydroxymethylglutaryl Coenzim A

HIDA : Asam iminodiacetic

IMT : Indeks Masa Tubuh

IL : Inter Leukin

IRS-1 : Insulin receptor substrate 1

MCP-1 : Monocyte chemoattractant protein-1

MRI : Magnetic Resonance Imaging

NASH : Nonalcoholic steatohepatitis

NF-KB : Nuclear factor kappa-light-chain-enhancer of activated B cells

RAS : Renin Angiotensin Stimulation

TNF : Tumor Necrosis Factor

USG : Ultrasonografi

WAT : White Adiposa Tissue

WHO : Word Health Organization

Page 13: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease,

batu empedu merupakan partikel keras yang berkembang di dalam kantung

ataupun saluran empedu. Di Amerika, penyakit ini merupakan salah satu masalah

di masyarakat, dengan 10 – 15% orang dewasa atau 20 – 25 juta penduduk

Amerika memiliki batu empedu1. Prevalensi tertinggi ditemukan pada kota Chili,

Amerika Selatan, dengan angka kejadian 1,2/100 wanita/tahun. Prevalensi

terendah ditemukan di negara Asia dan Afrika. Prevalensi yang dilaporkan di Asia

berkisar antara 4,35%-10,7%2. Sementara di Indonesia, prevalensi batu empedu

belum tersedia.

Batu empedu sendiri secara garis besar terdiri dari tiga jenis, yakni batu

kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian menyebutkan, di

beberapa negara berkembang, temasuk Indonesia, lebih dari 85% batu empedu

merupakan jenis batu kolesterol. Pola makan tinggi lemak dan gaya hidup

mempengaruhi pembentukan batu kolesterol tersebut. Adapun faktor risiko batu

empedu mencakup fat (obesitas), forty (umur), female (jenis kelamin), fertile

(estrogen) dan fair (etnik), yang disingkat menjadi 5F. Etnis, usia, dan jenis

kelamin merupakan faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi. Sedangkan

obesitas, penurunan berat badan yang ekstrim dan juga gaya hidup merupakan

faktor resiko yang dapat dimodifikasi1

Obesitas merupakan salah satu faktor utama dari terbentuknya batu di

empedu. Obesitas merupakan suatu kondisi tubuh dengan komposisi lemak yang

berlebih dan terakumulasi pada jaringan adiposa sehingga menyebabkan masalah

kesehatan. Jumlah kelebihan lemak yang terdistribusi di dalam tubuh baik pada

sekitar pinggang atau perut tubuh memiliki implikasi kesehatan yang penting.

Seseorang di katakan atau mengalami permasalahan tersebut bila hasil indeks

masa tubuh (IMT) lebih dari 24,9kg/m2 yang berdasarkan klasifikasi kriteria berat

badan Asia-pasifik. IMT merupakan pengukuran dari pembagian berat badan

dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter. 3

Page 14: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

2

Obesitas mempengaruhi sebagian besar penduduk, di seluruh dunia. Namun,

perkiraan prevalensi tidak tersedia untuk semua negara, dan akurasi data yang

tersedia tidak sama rata atau sebanding dikarekan keberagaman etnik pada setiap

daerah sehingga sulit untuk menyamaratakan hal tersebut. Menurut National

Health and Nutrition Examination Surveys (NHANES) dalam 50 tahun terakhir

telah memberikan pemantauan terus menerus dari prevalensi dan kejadian obesitas

dari perwakilan nasional setiap individu. Data ini menunjukkan bahwa prevalensi

obesitas dikalangan orang dewasa mulai meningkat tajam setelah tahun 1980 (4-6)

.

Obesitas dibedakan menjadi obesitas abdominal/sentral (apple shaped) dan

obesitas perifer (pear shaped). Individu dikatakan obesitas sentral, jika lingkar

perut untuk laki laki >90cm dan perempuan >80cm. Prevalensi di Indonesia,

obesitas tipe apple shaped sebesar 26,6%, lebih tinggi dari prevalensi pada tahun

2007 (18,8%) dan berada dalam rentan usia 40-54 tahun sebanyak 27,4%.

Sedangkan pada obesitas tipe pear shaped sebesar 19,1% ,dengan overweight

sebesar 8,8% dan obesitas sebesar 10,3%. Pada penelitian epidemiologi di daerah

Abadijaya, Depok pada tahun 2001 didapatkan 48,6%, tahun 2002 didapat 45%

dan tahun 2003 didapat 44% orang dengan obesitas7.

Obesitas dianggap sebagai salah satu faktor resiko paling penting yang terkait

dalam penyakit batu empedu, dikarenakan meningkatnya prevalensi penyakit

tersebut pada obesitas8. Beberapa perubahan metabolisme kolesterol cenderung

meningkatkan sekresi kolesterol kandung empedu yang berhubungan dengan

gangguan motilitas sehingga membantu pertumbuhan batu tersebut. Dan juga

fakta yang tidak diketahui bahwa resiko penyakit batu empedu berhubungan

dengan obesitas seperti peningkatan aktivitas reduktase HMG-CoA dapat

menyebabkan peningkatan sekresi empedu kolesterol(9-11)

. Penelitian di suatu kota

di negara Iran,yang diambil dari 1.494 individu berdasarkan pengukuran

antropometri dan USG abdominal pada tahun 2011 di temukan prevalensi batu

empedu adalah 17,8 %, dimana dari prevalensi tersebut didapatkan hasil berupa

pria dengan IMT>23 memiliki rata rata sebesar 27,31 kg/m2 dan wanita dengan

IMT>23 memiliki rata rata sebesar 31,06 kg/m2 dan proporsi sampel batu empedu

dengan obesitas sebesar 59,2%.12

.

Page 15: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

3

Selain obesitas, pembentukan batu meningkat seiring bertambahnya usia

terkhusus pada usia diatas 40 tahun, kejadian tersebut akan meningkatkan 4 – 10

kali lipat. Hal ini dibuktikan pada penelitian di kota Iran, dari 1.552 sampel

dengan rentan umur 30 – 88 tahun, didapati rata rata usia adalah 48.05 ± 11.75

tahun13

. Jenis kelamin juga memiliki peran dalam pembentukan batu empedu,

wanita memiliki resiko dua kali lebih besar dengan penyakit batu empedu dari

pada laki laki, terutama ketika wanita tersebut dalam kondisi fertil9. Di Indonesia

sendiri, penelitian tentang obesitas, usia dan jenis kelamin menunjukkan tingginya

insiden batu empedu juga masih minim

Dari penjelasan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penilitan

mengenai gambaran proporsi pasien batu empedu terhadap status gizi obesitas dan

frekuensi terhadap usia dan jenis kelamin. Peneliti berharap dengan penelitian ini

dapat memberikan data mengenai gambaran batu empedu di Indonesia dan

membantu masyarakat mengenal faktor risiko atau mengetahui secara dini tentang

penyakit batu empedu, supaya tidak terjadi peningkatan prevalensi batu empedu

diwaktu mendatang.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran status gizi obesitas, umur dan jenis kelamin pada

pasien penderita batu empedu?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah,

1. Tujuan Umum

a. Mengetahui gambaran frekuensi batu empedu berdasarkan usia dan

jenis kelamin di RSUP Fatmawati tahun 2015 - 2016

b. Mengetahui gambaran proporsi batu empedu dengan status gizi

obesitas di RSUP Fatmawati tahun 2015 - 2016

c. Mengetahui nilai rerata usia dan IMT pasien batu empedu di RSUP

Fatmawati tahun 2015 – 2016

Page 16: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

4

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

1. Mendapatkan pengalaman juga ilmu tambahan mengenai penelitian

dibidang saluran cerna dan hati

2. Sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana kedokteran di

fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

1.4.2 Bagi Institusi

Sebagai tambahan untuk pengembahan ilmu pengetahuan di FKIK

UIN Jakarta

1.4.3 Bagi Masyarakat

Sebagai penambah pengetahuan akan faktor resiko penyakit batu

empedu pada status gizi obesitas dan dapat menjaga kondisi

kesehatan, agar tidak terkena penyakit tersebut.

Page 17: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batu Empedu

2.1.1 Definisi Batu Empedu

Batu empedu adalah endapan yang menumpuk dari komposisi

cairan dalam sistem pencernaan yang bisa terbentuk di dalam kantung

ataupun saluran empedu. Penempatan pembentukan batu, bisa terletak

dimana saja, yang dapat di bagi beberapa istilah, yaitu : (1) kolelitiasis,

yang merupakan batu empedu secara umum, (2) kolesistolitiasis, yang

berarti batu berlokasi di kandung empedu, (3) koledokolitiasis, yaitu batu

yang berada di duktus koledokus, dan (4) kolangiolitisis, yang berarti batu

berada pada cabang duktus hepatikus dan pembuluh kecil lain di hati17

.

Batu empedu dapat terjadi bila ada nya ketidakseimbangan unsur

kimia empedu yang menghasilkan pengendapan satu atau lebih komponen.

Pembentukan batu bervariasi dalam ukurannya, dari yang kecil <1mm

sampai 50mm

2.1.2 Anatomi Kandung Empedu

a. Anatomi regional

Regiones abdominales/perut/abdomen adalah bagian batang badan

di sebelah inferior terhadap thorax. Dindingnya terdiri dari jaringan

musculomembranosum yang mengelilingi suatu cavitas besar (cavitas

abdominalis), yang di superiornya di batasi oleh diafragma dan inferiornya

oleh pelvic inlet/ pintu masuk pelvis. Divisi topografi abdomen digunakan

untuk menggambarkan lokasi organ organ abdomen dan rasa nyeri yang

terkait dengan keluhan di abdomen. Pada skema pola 4 regio empedu

berada pada kuadran kanan atas14

.

Page 18: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

6

Gambar 2.1 pola topografi 4 kuadran(13)

b. Definisi dan struktur Vesica biliaris

Vesica biliaris (fellea) adalah suatu kantung yang berbentuk seperti

buah pir yang terletak pada facies visceralis lobus dexter hepatis di dalam

suatu fossa di antara lobus dexter hepatis dan lobus quadratus. Dengan

memiliki panjang sekitar 7 – 10cm dan diameter 4cm dengan kapsitas

berkisar 30 – 60 ml.(13)

Pada minggu ke-4 gestasi, perkembangan embrio pada struktur

forgut berkembang menjadi vesica biliaris dan juga saluran biliaris

extrahepatic(35)

Struktur ini memiliki(13)

:

Fundus vesicae biliaris, suatu ujung yang membulat, yang terletak

pada margo inferior hepar

Corpus vesicae : suatu bagian besar di dalam fossa, yang dapat

terletak di depan colon transversum dan pars superior duodeni, dan

Collum vesicae biliaris : suatu bagian yang sempit, dengan tunika

mukosa vesicae biliaris yang membentuk lipatan spiral.

Page 19: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

7

Gambar 2.2 pandangan posterior area nuda(13)

c. Perdarahan Vesica biliaris

Suplai arterial untuk vesica biliaris adalah arteria cystica cabang

dari arteria hepatica dextra (ramus dexter arteri hepatica propia). Vesica

biliaris menerima, mengkonsentrasikan, dan menyimpan empedu dari

hepar14

Gambar 2.3 Suplai arterial hepar dan vesica biliaris14

Page 20: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

8

2.1.3 Fisiologi pembentukan Empedu

Sewaktu makanan mengalir ke dalam usus halus,sebelumnya isi

lambung tidak hanya bercampur dengan getah yang disekresikan oleh

mukosa usus halus saja, tetapi juga bercampur dengan sekresi pankreas

eksokrin dan hati yang akan mengalir ke dalam lumen duodenum. Sistem

empedu mencakup hati, kandung empedu dan saluran emepedu16

.

Hati adalah organ metabolik terbesar dan terpenting di tubuh.

Organ ini penting bagi sistem pencernaan untuk mensekresikan garam

empedu. Sel hati atau hepatosit merupakan sel yang berfungsi untuk

melaksanakan berbagai tugas metabolik. Sekresi empedu bergantung pada

sistem transport di membran hepatosit, cholangiocytes dan integritas

struktural dan fungsional saluran empedu. Hepatosit merupakan sel hati

yang dominan sebesar 65%. Cholangiocytes yang merupakan 3 – 5% dari

sel hati akan memodifikasi empedu melalui proses sekresi dan absorbsi

saat empedu melewati saluran empedu, dan bertanggung jawab sekitar

30% pada kapasitas empedu16

.

Hati tersusun menjadi unit unit fungsional yang dikenal sebagai

lobulus, yaitu susunan heksagonal jaringan yang mengelilingi sebuah vena

sentral bebentuk segi enam. Di tepi luar setiap potongan lobulus terdapat

tiga pembuluh yaitu cabang a. Hepatika, cabang vena porta, dan duktus

biliaris. Cabang dari pembuluh tersebut mengalir dari perifer lobulus ke

dalam ruang kapiler yang melebar yang disebut sinusoid. Pada sela lobulus

tersebut juga terdapat kanalikulus biliaris, yang akan dilewati empedu

menuju duktus biliaris yang berakhir pada duodenum. Lubang duktus

biliaris ke duodenum dijaga oleh sfingter Oddi, yang mencegah empedu

memasuki duodenum, kecuali selama dalam proses makan16

.

Page 21: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

9

Gambar 2.4 Anatomi Hati 16

Apabila sfingter tertutup, sebagian besar empedu yang disekresikan

oleh hati akan dialirkan ke dalam kandung empedu. Empedu kemudian

disimpan dan diemulsikan di dalam kandung empedu di antara waktu

makan. Setelah makan, empedu akan masuk ke duodenum, empedu yang

disekresikan per hari berkisar dari 250ml sampai 1 liter, bergantung pada

jenis makanan yang dikonsumsi. Keberadaan makanan, terutama produk

produk lemak akan memicu pengeluaran cholecystokinin (CCK). Hormon

ini merangsang kontraksi kandung empedu dan relaksasi sfingter Oddi,

sehingga empedu dikeluarkan ke dalam duodenum16

.

Empedu mengandung beberapa konstituen organik, yaitu garam

empedu, kolesterol, lesitin dan bilirubin, dalam suatu cairan encer alkalis.

Garam empedu adalah turunan kolesterol, yang secara aktif disekresikan

ke dalam empedu dan akhirnya masuk ke duodenum bersama dengan

konstituen empedu lainnya. Setelah ikut serta dalam pencernaan, garam

empedu sebagian besar akan direabsorpsi ke dalam darah oleh mekanisme

transportasi aktif khusus yang terdapat di ileum terminal, yang disebut

sebagai sirkulasi enterohepatik16

.

Jumlah total garam empedu di dalam tubuh rata rata adalah 3

sampai 4 gram, namun dalam satu kali makan garam empedu yang

Page 22: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

10

disalurkan ke duodenum dapat mencapai 3 sampai 15 gram. Biasanya

hanya 5% dari garam empedu yang disekresikan oleh hati yang lolos

melalui tinja setiap harinya16

.

Garam empedu membantu pencernaan lemak melalui emulsifikasi

dan mempermudah penyerapan lemak melalui partisipasi mereka dalam

pembentukan misel. Kedua fungsi ini terkait dengan struktur garam

empedu16

.

Gambar 2.5 Sirkulasi enterohepatik garam empedu16

Zat lainnya dalam empedu adalah bilirubin. Bilirubin merupakan

konstituen utama empedu, dan sama sekali tidak berperan dalam

pencernaan, tetapi merupakan salah satu dari beberapa produk sisa yang

diekskresikan dalam empedu. Bilirubin adalah pigmen empedu utama

yang berasal dari penguraian sel darah merah yang usang, yang

menyebabkan empedu berwarna kuning dan menjadi warna coklat pada

tinja yang disebabkan enzim enzim bakteri usus16

.

Sekresi empedu dapat ditingkatkan oleh beberapa mekanisme16

:

1. Mekanisme kimiawi (garam empedu), terjadi ketika makan, dimana

garam empedu yang dibutuhkan berperan sebagai koleretik yang

meningkatkan sekresi empedu oleh hati

Page 23: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

11

2. Mekanisme hormon, hormon sekretin akan merangsang

peningkatan sekresi empedu alkalis cair oleh duktus biliaris

3. Mekanisme saraf (saraf vagus), mendorong peningkatan aliran

empedu hati selama fase sefalik pencernaan

2.1.4 Epidemiologi Batu Empedu

Penyakit batu empedu sering dianggap sebagai masalah besar

dalam masyarakat modern. Namun, penyakit batu empedu ini sudah

diketahui manusia selama bertahun-tahun dahulu, karena mulai ditemukan

tumpukan batu empedu pada di dalam mumi Mesir yang berasal dari tahun

1000 SM. Penyakit ini merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia,

walaupun memiliki variasi prevalensi yang berbeda pada setiap

daerah(14,17,38)

. Batu empedu menjadi semakin umum dikarenakan penyakit

ini dapat ditemukan pada semua kelompok usia, namun kejadian

meningkat seiring bertambahnya usia dan sekitar seperempat wanita

berusia di atas 60 tahun akan meningkatkan pembentukan batu empedu.

Dalam kebanyakan kasus penyakit ini asimptomatik, dan hanya 10% dan

20% yang pada akhirnya akan menjadi simtomatik dalam kurun waktu 5 -

20 tahun. Dengan demikian, rata-rata risiko pengembangan penyakit

simtomatik rendah yaitu mendekati 2,0-2,6 %/tahun18,19,20

.

Di negara barat 10 -15% pasien dengan batu kandung empedu juga

di sertai batu pada saluran empedu. Pada beberapa keadaan, batu saluran

empedu dapat terbentuk primer di dalam saluran empedu intra atau ekstra

hepatik tanpa melibatkan kandung empedu. Batu saluran empedu primer

lebih banyak ditemukan pada pasien di wilayah Asia dibandingkan dengan

di negara barat. Di Asia sendiri, prevalensi batu kolesterol semakin

meningkat seiringan dengan pola makan yang buruk di masyarakat8.

Tetapi di Indonesia sendiri, belum ada data prevalensinya, dikarenakan

masih sedikitnya penelitian batu empedu di Indonesia

Page 24: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

12

2.1.5 Klasifikasi Batu Empedu

Menurut gambaran makroskopik dan komposisi kimianya, batu

saluran empedu dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori besar, yaitu3 :

1. Batu kolesterol, dimana komposisi kolesterol melebihi 70%

2. Batu pigmen coklat atau batu calcium bilirubinate yang

mengandung Ca-Bilirubinate sebagai komponen utama

3. Batu pigmen hitam yang kaya akan residu hitam tak

terekstrasi. Biasanya terjadi pada pasien yang memiliki

penyakit hemolitik kronik, sirosis hepar, Gilbert‟s Syndrome

atau cystic fibrosis.

Tabel 2.1 Klasifikasi batu empedu dan komposisi berdasarkan jenis batu21

Kolesterol Bilirubin Karbonat Palmitat Fosfat

Cholesterol uinque >70% - 5% - -

Combination Nucleus Perifer Perifer Perifer -

Cholesterol >70% - - - -

Multiple mixed faceted >60% 5-10% 5% 5% -

Black pigmented - >70% 5-10% >5-10% Yes

Brown pigmented <15% >50% - - -

Composite stones variable - - - -

2.1.6 Faktor Resiko Batu Empedu

a. Usia

Semua studi epidemiologi menunjukkan bahwa bertambahnya usia

dikaitkan dengan peningkatan prevalensi batu empedu. Batu empedu

menyerang 4-10 kali lebih sering pada usia yang lebih tua daripada usia

muda9.

Page 25: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

13

b. Jenis kelamin

Di semua populasi dunia, terlepas dari prevalensi batu empedu

secara keseluruhan, wanita selama masa subur mereka hampir dua kali

lebih mungkin mengalami pembentukan batu empedu dari pada pria.

Keadaan ini berlanjut sampai tingkat yang lebih rendah diperiode saat

sudah menopause, namun perbedaan jenis kelamin akan menyempit

seiring bertambahnya usia9,20

c. Genetika

Baik penelitian nekropsi maupun populasi telah menunjukkan

dengan jelas adanya perbedaan rasial yang tidak dapat sepenuhnya

dijelaskan oleh faktor lingkungan. Prevalensi batu empedu kolesterol

sangat bervariasi, dari populasi Asia dan Afrika yang sangat rendah

(<5%), menjadi menengah (10-30%) Suku Pima dari Arizona memiliki

prevalensi batu empedu tertinggi di dunia. Lebih dari 70% wanita Pima

yang berusia lebih dari 25 tahun memiliki batu empedu atau riwayat

kolesistektomi. Tingkat prevalensi batu empedu yang tinggi juga

dilaporkan terjadi di suku Indian Amerika Utara lainnya, termasuk

Chippewas, Navajo, Micmacs, dan Cree-Ojibwas. Populasi Hispanik

tertentu di AS berada di atas risiko rata-rata penyakit kandung empedu.

Beberapa penelitian sangat mendukung adanya gen lithogen Amerindian

di Meksiko-Amerika. Riwayat keluarga yang terkena batu empedu, dapat

meningkatkan 5 kali faktor terhadap keturunannya20,21

.

d. Obesitas dan distribusi lemak tubuh

Obesitas merupakan faktor risiko yang penting untuk penyakit batu

empedu, dan lebih banyak terkena pada wanita dari pada pria. Studi

epidemiologi telah menemukan bahwa risiko lithogenic obesitas terkuat

pada wanita muda, dan status gizi yang normal dapat melindungi terkena

batu empedu. Sedikitnya, 25% individu dengan obesitas memiliki bukti

adanya penyakit bantu empedu. Wanita dengan obesitas memiliki

peningkatan risiko pembentukan batu20

.

Page 26: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

14

e. Penurunan berat badan yang cepat

Penurunan berat badan yang cepat dikaitkan dengan terjadinya

endapan batu empedu pada 10-25% pasien dalam beberapa minggu setelah

memulai prosedur penurunan berat badan. Jika seseorang kehilangan berat

badan terlalu cepat, hati akan mengeluarkan kolesterol ekstra. Selain itu

ada mobilisasi kolesterol yang cepat dari jaringan adiposa. Dalam puasa

yang berhubungan dengan diet rendah lemak, kontraksi kandung empedu

berkurang, dan stasis kandung empedu menyertai pembentukan batu

empedu. Meningkatkan pengosongan kandung empedu dengan

mengkonsumsi sejumlah kecil lemak dapat menghambat pembentukan

batu empedu pada pasien yang mengalami penurunan berat badan yang

cepat. Puasa dalam jangka pendek meningkatkan saturasi kolesterol

empedu dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan stasis kandung

empedu yang bisa menyebabkan endapan, dan akhirnya terbentuk batu

empedu20

.

f. Diet

Pajanan nutrisi pada pola diet barat, yaitu asupan tinggi lemak,

karbohidrat dan penurunan kadar serat merupakan faktor risiko potensial

untuk pengembangan batu empedu. Asupan kalsium tampaknya

berbanding terbalik dengan prevalensi batu empedu. Diet Kalsium

menurunkan saturasi kolesterol empedu dengan mencegah reabsorpsi asam

empedu sekunder di usus besar. Vitamin C mempengaruhi aktivitas 7α

hydroxylase dalam empedu dan ditunjukkan bahwa asam askorbat dapat

mengurangi risiko lithogenic pada orang dewasa. Konsumsi kopi

nampaknya berkorelasi terbalik dengan prevalensi batu empedu, karena

peningkatan sirkulasi asam empedu enterohepatik. Komponen kopi

merangsang pelepasan CCK, yang meningkatkan motilitas kandung

empedu, menghambat penyerapan cairan kandung empedu, menurunkan

kristalisasi kolesterol dalam empedu dan mungkin meningkatkan motilitas

usus20

.

Page 27: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

15

g. Aktivitas fisik dan gaya hidup

Olahraga yang teratur dan pola makan yang baik, selain

memfasilitasi pengendalian berat badan, dapat memperbaiki beberapa

kelainan metabolik yang terkait dengan obesitas dan batu empedu

kolesterol. Sebaliknya, buruknya aktivitas fisik ada kaitannya dengan

syndrome metabolik dan berhubungan dengan kondisi obesitas, DM tipe 2

dan dislipidemia. Dalam keadaan ini berkaitan dengan resistensi insulin ke

hipersekresi kolesterol bilier dan sintesis asam empedu yang berkurang20

.

h. Obat - obatan

Semua turunan asam fibrat meningkatkan saturasi kolesterol

biliaris dan menurunkan kolesterol serum. Clofibrate adalah inhibitor

ampuh Asyltransferase asil-CoA asiltransferase hati (ACAT).

Penghambatan ACAT menyebabkan peningkatan ketersediaan kolesterol

bebas atau tidak teresterifikasi untuk sekresi empedu, mendukung

pembentukan batu empedu. Selain itu, penggunaan jangka panjang

inhibitor pompa proton telah terbukti mengurangi fungsi kandung empedu,

yang berpotensi menyebabkan pembentukan batu empedu. Peran

lithogenic dari ceftriaxone tidak bisa di metabolisme pada empedu,

sehingga meningkatkan konsentrasi20

.

i. Diabetes, dislipidemia dan sindrom metabolik

Penderita diabetes umumnya memiliki kadar asam lemak tinggi

yang disebut trigliserida. Asam lemak ini dapat meningkatkan risiko batu

empedu. Fungsi kandung empedu terganggu pada adanya neuropati

diabetes, dan regulasi hiperglikemia dengan resistensi insulin yang

meningkatkan kejadian pembentukan batu1,20

.

\

Page 28: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

16

Pada penderita batu empedu kolesterol, akan berhubungan dengan

masalah metabolik, yang berkolerasi dengan kelainan lipid, diabetes

miletus dan adipositas. High Desity Lipoprotein (HDL) yang rendah dan

trigliserida yang tinggi dapat membawa peningkatan resiko pembentukan

batu1.

2.1.7 Patogenesi Batu Empedu

Ada tiga faktor penting yang berperan dalam patogenesis batu

kolesterol13

:

1. Hipersaturasi kolesterol dalam kandung empedu,

2. Percepatan terjadinya kristalisasi kolesterol, dan

3. Gangguan motilitas kandung empedu dan usus.

Adanya pigmen di dalam inti batu kolesterol berhubungan dengan endapan

kandung empedu pada stadium awal pembentukan batu.

Meskipun kelarutan kolesterol dalam larutan berair sangat terbatas,

pada empedu, jumlah yang relatif besar (20 × 10-3

M) dapat disimpan

dalam larutan tersebut, karena penggabungan sterol dalam campuran

misel, bersama dengan garam empedu dan fosfolipid (terutama

fosfatidilkolin). Pandangan tradisional adalah bahwa kristalisasi

supersaturasi dan kolesterol (langkah awal pembentukan batu empedu)

terjadi bila kolesterol terlalu banyak atau tidak cukup melarutkan garam

empedu dan molekul fosfatidilkolin yang disekresikan untuk

memungkinkan pelarut kolesterol pelarut micellar lengkap. Kolesterol

berlebihan dapat disimpan dalam vesikula (yaitu bilayer spheris kolesterol

dan fosfolipid) dan pembentukan vesikula dipromosikan oleh fosfolipid

berlebih di atas garam empedu. Sebenarnya, dalam patogenesis batu

empedu manusia, kristal kolesterol diperkirakan nukleasi secara eksklusif

dari vesikel jenuh super dan bukan dari misel jenuh. Informasi penting

tentang proses nukleasi kristal kolesterol diperoleh dari sistem empedu

model23

.

Page 29: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

17

Korelasi patofisiologis dengan pembentukan batu empedu manusia

secara in vivo yaitu penyerapan air bersih yang signifikan terjadi selama

transfer empedu melalui saluran empedu dan selama penyimpanan

berkepanjangan di kantong empedu. Serat garam campuran fosfolipid-

empedu semakin terbentuk, karena konsentrasi garam empedu sekarang

semakin melampaui konsentrasi micellar yang diperlukan untuk

pembentukan mikel. Karena melarutkan kapasitas misel untuk fosfolipid

jauh lebih tinggi daripada kolesterol, ada transfer fosfolipid istimewa, dan

vesikula yang tersisa bisa menjadi kolesterol yang jenuh (rasio kolesterol-

fosfolipid> 1) dengan nukleasi kristal kolesterol. Urutan kejadian ini

menjelaskan mengapa batu empedu umumnya terbentuk di kantong

empedu dan bukan di saluran empedu. Pada empedu pasien batu empedu

kolesterol, peningkatan jumlah deoxycholate empedu hidrofobik dikaitkan

dengan proses kristalisasi yang cepat. Pada pasien tertentu dengan batu

empedu kolesterol, pengobatan dengan garam ellodeoxycholate empedu

hidrofilik dapat mendeaturasi empedu dan melarutkan batu. Dalam

penelitian in vitro dengan model bile, kelas fosfolipid dan komposisi rantai

asil fosfolipid memberikan efek mendalam pada kristalisasi kolesterol.

Komposisi fosfolipid bilier manusia diatur dengan ketat, dan hampir

seluruhnya terdiri dari fosfatidilkolin dengan rantai asil tak jenuh, yang

berkontribusi pada kerentanan manusia untuk pembentukan batu empedu.

Meskipun modifikasi fosfolipid empedu terhadap komposisi rantai asil

yang lebih jenuh akan sangat menarik, modifikasi pola hidup seperti diet

untuk mencapai hal ini belum berhasil sejauh ini23

.

Pengosongan kandung empedu postprandial yang terganggu, sering

hadir pada pasien batu empedu kolesterol, dan dapat memperpanjang

waktu empedu di kantong empedu, sehingga memungkinkan lebih banyak

waktu untuk nukleasi kristal kolesterol dari empedu jenuh dan

pertumbuhan / agregasinya akan menjadi batu makroskopik. Penyerapan

kolesterol yang signifikan tampaknya terjadi dari empedu yang mengalami

supersaturasi di kantong empedu. Kelebihan kolesterol kemudian

dimasukkan ke dalam membran plasma sarcolemmal dari sel otot polos

Page 30: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

18

kandung empedu, dengan penurunan fluiditas membran, kontraktilitas

terganggu dan relaksasi yang terganggu akibatnya. Data in vitro terbaru

menunjukkan bahwa berkurangnya kontraksi disebabkan oleh

kolesistokinin yang lebih rendah yang mengikat reseptor CCK-1 karena

serapan ekstraksi dari reseptor. Peradangan dinding kandung empedu

mungkin juga penting dalam pembentukan batu empedu. Dinding kandung

empedu terkena garam empedu detergen, kolesterol dan bakteri yang tidak

berenergi, yang semuanya bisa menyebabkan peradangan. Meskipun

motilitas kandung empedu yang terganggu umumnya faktor sekunder

akibat supersaturasi kolesterol biliaris, namun tetap dapat mempermudah

proses pembentukan batu empedu. Motilitas kandung empedu sering

terganggu pada situasi berisiko tinggi untuk pembentukan batu empedu

seperti pada kehamilan, obesitas, diabetes melitus, operasi lambung,

pengobatan dengan oktreotida analog somatostatin, diet rendah kalori dan

nutrisi parenteral total23

.

2.1.8 Gejala Klinis Batu Empedu

Batu empedu dibagi menjadi tiga kelompok menurut gejala klinis

nya, yaitu batu empedu asimtomatik, simptomatik dan batu empedu

dengan komplikasi. Kelompok batu empedu asimptomatik dialami pada 60

– 80% penderita batu empedu, dan membuat penegakan diagnosis akan

penyakit ini terlambat21

.

Pasien dengan batu simtomatik paling sering hadir dengan episode

berulang dari kuadran kanan-atas atau nyeri epigastrik, mungkin ini terkait

dengan impaksi batu di saluran yang kistik. Penderita mungkin mengalami

rasa sakit yang hebat di sisi kanan atas perut, dan sering disertai mual

muntah, yang terus meningkat selama kurang lebih 30 menit sampai

beberapa jam setelah mengkonsumsi makanan berlemak(17)

. Seorang

pasien mungkin juga mengalami nyeri yang terlokalisir di antara tulang

belikat atau di bawah daerah bahu kanan (tanda Boas). Seringkali,

serangan terjadi setelah makan makanan berlemak dan hampir selalu

terjadi pada malam hari21

.

Page 31: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

19

Beberapa pasien dengan batu empedu hadir dengan kolesistitis

akut. Peradangan dinding empedu menyebabkan sakit perut yang parah,

terutama di kuadran kanan atas, disertai mual, muntah, demam, dan

leukositosis. Kondisi ini mungkin akan berhenti sementara tanpa operasi,

namun terkadang terjadi gangren dan perforasi bila tidak di atasi. Pada

kasus yang jarang, batu empedu dapat tersangkut di duktus umum empedu

(choledocholithiasis), terkadang dengan penyumbatan saluran empedu

umum dan gejala kolestasis21

.

Obstruksi yang menyebabkan penyakit kuning umumnya

disebabkan oleh batu yang bermigrasi ke duktus empedu umum,yang dapat

disebabkan oleh kompresi saluran hepatik umum dengan batu di leher

kandung empedu atau saluran kistik (sindrom Mirrizi). Infeksi pada

saluran empedu (kolangitis) dapat terjadi bahkan dengan tingkat hambatan

yang agak kecil terhadap aliran empedu. Batu-batu di saluran empedu

umum biasanya menyebabkan nyeri pada epigastrium atau kuadran kanan

atas, namun mungkin tidak menimbulkan rasa sakit. Bagian dari batu

empedu biasa dapat memicu pankreatitis akut, mungkin dikarenakan

menghalangi saluran utama pankreas di mana ia melewati saluran empedu

umum di ampula Vater. Batu empedu dapat dipompa langsung ke

duodenum dari kantong empedu selama periode peradangan yang diam.

Batu ini bisa berdampak pada duodenum yang menyebabkan obstruksi

duodenum (sindroma Bouveret). Batu empedu juga dapat berdampak pada

bagian sempit di usus kecil, yang menyebabkan obstruksi disebut ileus

batu empedu24

.

Page 32: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

20

Gambar 2.6. Major Factor in cholesterol gallstone formation are

supersaturation of the bile with cholesterol (6)

Penyakit batu empedu memiliki 4 tahapan berikut21

:

1. Keadaan Lithogenic, di mana kondisi mendukung pembentukan batu

empedu

2. Batu empedu asimtomatik

3. Batu empedu simtomatik, ditandai dengan episode kolik empedu

4. Komplikasi cholelithiasis.

Karakteristik kolik bilier meliputi21

:

Episode sporadis dan tak terduga

Nyeri yang dilokalisasi ke epigastrium atau kuadran kanan atas,

kadang-kadang memancar ke ujung scapular kanan

Nyeri yang terasa setelah makan, sering digambarkan sebagai intens

dan kusam, biasanya berlangsung 1-5 jam, meningkat dengan mantap

selama 10-20 menit, dan kemudian secara bertahap berkurang.

Nyeri yang konstan, tidak terbebas dari emesis, antasida, buang air

besar, flatus, atau perubahan posisi, dan kadang disertai dengan

diaphoresis, mual, dan muntah

Gejala nonspesifik (misalnya, gangguan pencernaan, dispepsia,

bersendawa, atau kembung)

Page 33: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

21

Pasien dengan keadaan lithogenic atau batu empedu asimtomatik tidak

memiliki temuan abnormal pada pemeriksaan fisik.Membedakan kolik empedu

yang tidak rumit dari kolesistitis akut atau komplikasi lainnya adalah penting.

Temuan utama yang dapat dicatat meliputi21

:

Kolik bilier tanpa komplikasi - Nyeri yang tidak terlokalisir dan

viseral. Pemeriksaan perut pada dasarnya jinak tanpa rebound atau

pengawetan, tidak ada demam

Kolesistitis akut

Nyeri lokal pada kuadran kanan atas, biasanya dengan rebound dan

pengawetan. Tanda Murphy positif (nonspesifik). Sering terjadi

demam; Tidak adanya tanda peritoneal; Sering terjadi takikardia dan

diaphoresis. Pada kasus yang parah, suara usus yang tidak ada atau

hipoaktif

Adanya demam, takikardia, hipotensi, atau ikterus yang terus-menerus

memerlukan pencarian komplikasi, yang mungkin meliputi21

:

Cholecystitis

Cholangitis

Pankreatitis

Penyebab sistemik lainnya

2.1.9 Diagnosis Batu Empedu

Batu empedu didiagnosis dengan riwayat episode berulang dari

kuadran kanan-atas atau nyeri epigastrik, yang mengindikasikan tanda

bilier empedu dan tanda Boas. Demam,dan adanya Murphy sign pada

kuadran kanan atas , dan disertai tanda Ortner.

Tiga metode utama yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit

kandung empedu adalah ultrasonografi (USG), pemindaian nuklir

cholescintigraphy (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI).

Endoscopi Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP) merupakan

prosedur enndoskopi yang menggunakan x-rays dan untuk melihat saluran

Page 34: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

22

empedu dan juga saluran pankreas25

. Saat ini, USG adalah metode yang

paling sering digunakan untuk mendeteksi cholelithiasis dan cholecystitis.

Kadang-kadang batu empedu didiagnosis dengan sinar-X polos. USG

memiliki spesifisitas dan sensitivitas 90-95%, dan dapat mendeteksi batu

setebal 2 mm diameternya. Pemeriksaan ini sangat efektif karena dapat

menunjukkan adanya batu empedu pada saluran empedu, menunjukkan

dilatasi saluran empedu dan mendeteksi penebalan dinding kantong

empedu. CT dan MRI, merupakan satu satunya pencitraan yang dapat

menunjukan batu di dalam kandung empedu24

.

Dalam cholescintigraphy, seorang pasien disuntik dengan sejumlah

kecil bahan radioaktif non-berbahaya yang diserap oleh kantong empedu,

yang dirangsang untuk berkontraksi jika suntikan cholecystokinin

intravena diberikan sebagai tambahan. Isotop berteknologi berumur

pendek teknetium-99 m, yang terikat pada salah satu dari beberapa

radioaktif HIDA (asam iminodiacetic acid) atau DISIDA (disopropyl

iminodiacetic acid,) yang diekskresikan ke dalam saluran empedu, dapat

memberikan informasi fungsional tentang kontraksi kandung empedu,

dapat mendeteksi obstruksi total saluran empedu, namun tidak dapat

memberikan informasi anatomis, dan tidak dapat mengidentifikasi batu

empedu. Cholescintigraphy memiliki sensitivitas dan spesifisitas sekitar

95% untuk kolesistitis akut, dalam keadaan nyeri pada kuadran atas atau

sedang terjadinya peradangan20

.

2.1.10 Komplikasi Batu Empedu

Kolesititis akut

Kurang lebih 15% pasien dengan batu simtomatik megalami

kolesititis akut. Gejalanya meliputi nyeri perut kanan atas dengan

kombinasi mual, muntah dan panas7. dan seringkali merupakan infeksi

sekunder oleh mikroorganisme usus, terutama spesies Escherichia coli dan

Bacteroides5. Pada pemeriksaan fisis ditemukan nyeri tekan pada perut

kanan atas dan sering teraba kandung empedu yang membesar dan tanda

Page 35: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

23

tanda peritonitis. Pemeriksaan laboratorium akan menunjukkan selain

lekositosis kadang kadang juga terdapat kenaikan ringan bilirubin dan faal

hati kemungkinan akibat kompresi lokal pada saluran empedu7.

Patogenesis kolesititis akut akibat tertutupnya duktus sistikus oleh

batu. Kemudian terjadi hidrops dari kandung empedu. Penambahan

volume kandung empedu dan edema kandung empedu menyebabkan

iskemi dari dinding kandung empedu yang dapat berkembang ke proses

nekrosis dan perforasi. Jadi pada permulaannya terjadi peradangan steril

dan baru pada tahap kemudian terjadi superinfeksi bakteri. Kolesititis akut

juga dapat disebabkan lumpur batu empedu (kolesistitis akalkulus).

Komplikasi lain seperti ikterus, kolangitis, dan pankreatitis juga dapat

terjadi26

.

2.1.11 Prognosis Batu Empedu

Kesembuhan dari penyakit batu empedu dengan pengobatan adalah

baik. Angka kematian penyakit ini seringkali terjadi setelah terapi bedah

dan kurang dari 0,1%. Setelah di lakukan pembedahan atau kolesistektomi

pasien akan mengalami rasa nyeri yang persisten ataupun rekurens, atau

disebut juga “post kolesistektomi syndrome”. Namun, apabila telah timbul

komplikasi kolesititis akut, maka angka kesembuhan bisa menjadi dubia

atau malam, bahkan tingkat kematian bisa lebih dari >50%. Kolesititis

tanpa dilakukan operasi bedah meningkatkan kekambuhan sekitar 50%

selama 6 tahun18

.

2.1.12 Tatalaksana Batu Empedu

Pengobatan batu empedu sebagian bergantung pada apakah itu

menyebabkan gejala atau tidak. Episode berulang nyeri perut bagian atas

yang berkaitan dengan batu empedu adalah indikasi paling umum untuk

pengobatan batu empedu. Menunda kolesistektomi elektif sampai episode

nyeri berulang terjadi menghasilkan sedikit penurunan harapan hidup20

.

Page 36: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

24

Kolesistektomi profilaksis untuk batu empedu telah

direkomendasikan pada kelompok tertentu, seperti anak-anak, karena

gejala berkembang pada hampir semua pasien. Ini juga direkomendasikan

pada pasien penyakit sel sabit dengan batu empedu, karena gejala batu

empedu dapat meniru krisis sel sabit, dan kolesistektomi elektif jauh lebih

aman daripada kolesistektomi darurat pada kelompok ini. Kolesistektomi

insidentil untuk batu empedu sering dilakukan bersamaan dengan

pembedahan untuk obesitas yang tidak sehat, mengingat tingginya

kejadian batu empedu simtomatik selama penurunan berat badan yang

cepat. Beberapa ahli bedah merekomendasikan kolesistektomi insidentil

untuk batu empedu pada pasien yang menjalani operasi perut lainnya20

.

Kolesistektomi profilaksis juga dianjurkan pada kelompok berisiko

tinggi tertentu untuk mencegah kanker kandung empedu. Pasien pada

populasi umum dengan batu atau batu yang sudah berlangsung lebih dari 3

cm dan pasien dengan dinding kandung empedu yang kalsifikasi, atau

kantung empedu "porselen"20.

Kolesistektomi profilaksis direkomendasikan untuk pasien diabetes

dengan batu empedu karena peningkatan risiko kolesistitis akut dan

peningkatan mortalitas dengan kolesistektomi darurat. Studi terbaru

menunjukkan bahwa pasien diabetes telah meningkatkan risiko operasi

dengan operasi kantung empedu dan selektif darurat terkait dengan risiko

penyakit kardiovaskular dan kondisi lain yang berdampingan daripada

diabetes melitus itu sendiri. Sebagian besar pihak berwenang tidak

merekomendasikan kolesistektomi pada pasien diabetes tanpa gejala batu

empedu20

.

Kolesistektomi terbuka sebelumnya adalah standar pengobatan

emas untuk batu empedu, sampai munculnya kolesistektomi laparoskopi.

Kolesistektomi terbuka pada individu sehat berisiko tinggi memerlukan

rawat inap di rumah sakit selama beberapa hari. Kelemahan terbesar untuk

kolesistektomi terbuka adalah menimbulkan rasa sakit yang lama dan juga

jejas pasca operasi. Kolesistektomi laparoskopi telah banyak digunakan

Page 37: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

25

sejak pertama kali dilakukan pada tahun 1988 dengan tingkat komplikasi

mungkin setidaknya sama baiknya dengan prosedur terbuka. Namun

seorang pasien yang telah menjalani operasi perut beberapa kali mungkin

bukan kandidat yang cocok untuk kolesistektomi laparoskopi karena

adhesi yang luas di sekitar kantong empedu. Seorang pasien yang secara

medis terlalu tidak stabil untuk menjalani kolesistektomi terbuka juga

bukan kandidat yang baik untuk kolesistektomi laparoskopi. Evaluasi dan

penanganan dugaan batu di saluran empedu umum dapat dilakukan dengan

kolangiopagreatografi retrograd endoskopik sebelum kolesistektomi

laparoskopi. Jika batu empedu-empedu secara tak terduga ditemukan

dengan kolangiografi selama kolesistektomi laparoskopi, diperlukan

eksplorasi terbuka dari saluran empedu yang umum20

.

Prosedur laparoskopi membutuhkan waktu operasi lebih banyak

daripada prosedur terbuka, tapi biasanya hanya satu malam di rumah sakit

pasca operasi. Nyeri pasca operasi sangat berkurang, dan pasien biasanya

dapat kembali bekerja lebih awal, yaitu dalam satu sampai 2 minggu,

dibandingkan dengan 4-6 minggu setelah kolesistektomi terbuka20

.

Upaya untuk menggunakan garam empedu oral untuk melarutkan

batu empedu dimulai lebih dari 30 tahun yang lalu karena mereka yang

menolak atau berisiko buruk dalam operasi. Asam biroodeolikamat

(chenodiol) dan asam ursodeoksikolat (ursodiol) diketahui melarutkan

batu empedu, namun chenodiol menyebabkan diare dan kadar

aminotransferase menjadi abnormal, sedangkan ursodiol tidak. Terapi

dengan garam empedu sangat sesuai untuk sebagian kecil pasien dengan

batu empedu kolesterol simtomatik. Hal ini tidak sesuai untuk pasien

dengan kolesistitis akut atau batu di saluran empedu umum, yang

memerlukan tindakan segera. Pemilihan untuk pengobatan dengan garam

empedu harus memiliki saluran sistik paten dan batu empedu kolesterol

yang tidak terkalsifikasi. Batu empedu sering kambuh setelah pemberian

garam empedu oral dihentikan20

.

Page 38: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

26

2.2 Obesitas

2.2.1 Definisi Obesitas

Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu

makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor

biologik dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor

biologik spesifik27

. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu

keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di

jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan. Batas kegemukan

umumnya adalah 20% melebihi standar normal. Obesitas terjadi jika,

selama periode waktu tertentu, jumlah kalori yang masuk melalui makanan

lebih banyak daripada yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energi

tubuh, dan kelebihan energi tersebut disimpan sebagai trigliserida di

jaringan lemak16

.

2.2.2 Klasifikasi Obesitas

Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai

pengukur pengganti dipakai body mass index (BMI) atau indeks masa

tubuh (IMT) untuk menentukan berat badan lebih dan obesitas pada orang

dewasa. Saat ini IMT merupakan indikator yang paling bermanfaat untuk

menentukan berat badan lebh atau obes. Orang yang lebih besar-tinggi dan

gemuk, akan lebih berat dari orang yang lebih kecil28

.

Karena IMT menggunakan ukuran tinggi badan, maka

pengukurannya harus dilakukan dengan teliti. IMT dapat memberikan

kesan yang umum mengenai derajat kegemukan (kelebihan jumlah lemak)

pada populasi, terutama pada kelmpok usia lanjut dan pada atlit dengan

banyak otot. IMT dapat memberikan gambaran yang tidak sesuai

mengenai keadaan obesitas karena variasi lean body mass.

Rumus menghitung IMT/BMI

Page 39: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

27

Tabel 2.2. Klasifikasi berat badan lebih dan obesitas berdasarkan IMT

danlingkar perut menurut kriteria Asia Pasifik7

Risiko ko Morbiditas

Klasifikasi IMT (kg/m2)

Lingkar perut

<90cm (laki-laki)

<80cm (perempuan)

>90cm (laki-laki)

>80cm (perempuan)

Berat badan

kurang

<18,5 Rendah (risiko

meningkat pada

masalah klinis

Sedang

Kisaran normal 18,5 – 22,9 Sedang Meningkat

Berisiko 23,0 – 24,9 Meningkat Moderat

Obes I 25,0 – 29,9 Moderat Berat

Obes II >30,0 Berat Sangat berat

2.2.3 Epidemiologi Obesitas

Pada tahun 1995, diperkirakan ada 200 juta orang dewasa obesitas

di seluruh dunia. Pada tahun 2000, jumlah orang dewasa obesitas

meningkat menjadi lebih dari 300 juta.. Di negara-negara berkembang,

diperkirakan lebih dari 115 juta orang menderita masalah terkait

obesitas28

. Pada bulan November 2004, database telah mengumpulkan data

yang mencakup 86% populasi orang dewasa di seluruh dunia. Dan

didapatkan pada tahun 2005, sekitar 1,6 miliar orang diseluruh dunia

memiliki kelebihan berat badan dengan 400 juta orang dewasa obesitas 29

.

Di Amerika, obesitas merupakan suatu masalah yang diakui, angka

kejadian obesitas terakhir sekitar 34% orang dewasa dan 15-20% anak

anak dan remaja30. Epidemi obesitas saat ini telah dilaporkan di beberapa

wilayah di seluruh dunia. Tingkat obesitas tertinggi telah dilaporkan di

kepulauan pasifik dan tingkat terendah telah terlihat di Asia. Angka di

Eropa dan Amerika Utara umumnya tinggi, sementara kejadian di Afrika

dan negara-negara Timur Tengah bervariasi. Pada bulan November 2004,

database telah mengumpulkan data yang mencakup sekitar 86% populasi

Page 40: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

28

orang dewasa di seluruh dunia. 1,6 miliar orang di dunia memiliki berat

badan yang berlebih dan 400 juta merupakan orang dewasa dengan

obesitas29

Urbanisasi dan perubahan status ekonomi yang teradi di negara-

negara yang sedang berkembang berdampak pada peningkatan prevalensi

khusus nya pada kota kota besar. Prevalensi nasional pada obesitas tipe

pear shaped (usia >15 tahun) di Indonesia sebesar 19,1% (8,8%

overweight dan 10,3% obesitas) dan prevalensi obesitas tipe apple shaped

sebesar 26,6%, lebih tinggi dari prevalensi pada tahun 2007 (18,8%).

Kelompok dengan karakteristik obesitas tipe apple shaped tertinggi di

Indonesia berada dalam rentang umur 40-54 tahun sebanyak 27,4%.

Penelitian epidemiologi yang di lakukan di daerah sub urban di daerah

kota Jakarta Utara, pada tahun 1982, mendapatkan prevalensi obesitas

sebesar 4,2% di daerah Kayu Putih, Jakarta pusat. Sepuluh tahun

kemudian, yaitu pada tahun 1992, prevalensi obesitas sudah mencapai

17,1%, dimana ditemukan prevalensi obesitas pada laki-laki dan

perempuan masing masing 10,9% dan 24,4%. Pada penelitian

epidemiologi di daerah Abadijaya, Depok pada tahun 2001 didapatkan

48,6%, pada tahun 2002 didapat 45% dan 2003 didapat 44% orang dengan

berat badan lebih dan obesitas7

2.2.4 Patofisiologi dan Komplikasi Obesitas

a. Fungsi Adipokin

Adiposit, yang terdiri lebih dari satu miliar sel, tidak hanya

menyimpan triasilgliserol di depot lemak di berbagai tempat tubuh untuk

menyediakan cadangan energi, namun secara keseluruhan merupakan

jaringan endokrin terbesar yang terus berkomunikasi dengan jaringan lain

oleh sekretagog yang dikeluarkan oleh adiposit, seperti proteohormon

lectin, adiponektin, dan visfatin. Insulin dan proteohormon membantu

mengatur massa lemak tubuh. Kelompok gen lainnya yang berkontribusi

terhadap adipokin adiposit meliputi sitokin, faktor pertumbuhan, dan

Page 41: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

29

protein komplementer. Tumor nekrosis faktor (TNF) -a, interleukin (IL) -

1, dan IL-6 yang menyebabkan steatonekrosis lokal, namun juga

didistribusikan oleh sistem vaskular dan menyebabkan peradangan di

tempat lain. Kandungan lemak yang ditingkatkan pada otot menjadi sangat

signifikan pada obesitas berat sehingga pencitraan resonansi magnetik

seluruh tubuh menunjukkan kumulatif 31

.

Depot lemak di lokasi otot yang serupa dengan jaringan adiposa

viseral total. Lemak perifer pada bagian pinggul tampaknya berhubungan

dengan fungsi endokrin, karena lemak ini banyak digunakan sebagai

cadangan energi jangka-panjang. Depot lemak viscial melepaskan

adipokin inflamasi., yang bersamaan dengan asam lemak bebas, ini

memberikan dasar patofisiologis untuk kondisi komorbid yang terkait

dengan obesitas seperti resistensi insulin dan diabetes mellitus. Adipokin

viseral akan diangkut oleh sistem vaskular portal ke hati, meningkatkan

steatohepatitis nonalkohol (NASH), dan juga oleh sirkulasi sistemik ke

berbagai bagian lainnya. Seiring dengan lipotoksisitas asam lemak,

adipokin viseral juga berkontribusi terhadap peradangan inflamasi

adipokine yang menyebabkan disfungsi sel beta pankreas, yang

menyebabkan mengurangi sintesis dan sekresi insulin31

.

b. Peran Adipokin Spesifik

Dislipidemia, hipertensi, dan aterogenesis adalah kondisi

komorbiditas, di samping resistensi insulin, yang terkait dengan obesitas

dan sangat dipengaruhi oleh sekresi adipokin inflamasi yang beragam,

terutama dari jaringan adipose putih (WAT) di depot lemak visceral.

Adenokin spesifik meningkatkan endotel pada vasomotor dengan

mengeluarkan renin, angiotensinogen, dan angiotensin II, yang serupa

dengan sistem renin-angiotensin ginjal (RAS), tetapi bila disekresikan dari

adiposit dapat meningkatkan hipertensi pada pasien obesitas. Sekresi TNF-

α meningkat sebanding dengan peningkatan total massa lemak tubuh dan

meningkatkan peradangan pada hati berlemak dan depot lemak di tempat

lain, terutama di pankreas, mesenterium, dan situs visceral usus. Tanda

Page 42: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

30

inflamasi yang meningkat pada obesitas umumnya berkontribusi pada

kondisi inflamasi seperti NASH dan di bronkus pasien dengan apnea

obstruktif. Penanda ini tidak hanya mencakup TNF-α dan IL-6, tetapi juga

reaktan fase imun seperti protein C-reaktif, glikoprotein asam α1, dan

antigen amiloid spesifik, terutama pada hati berlemak31

.

Reaktan fase-akut adalah penanda peradangan penting yang juga

diregulasi dalam keadaan tahan insulin yang terkait dengan diabetes.

Adiposit juga merangsang makrofag terkait lemak yang juga

mengeluarkan protein kemoattractant monosit (MCP-1), faktor

penghambat migrasi makrofag (MMIF), dan resistin, yang semuanya

mengurangi sensitivitas insulin yaitu meningkatkan resistensi insulin.

Makrofag ini berkontribusi pada keadaan inflamasi yang disempurnakan

dan sebagai stimulator imun, meningkatkan kumpulan kinase protein

mitogenaktivasi (C-Jun N-terminal kinase, penghambat faktor inti kappa

beta Kinase b (NF-KB), dan phosphatidylinositol 3-kinase), menginduksi

faktor transkripsi NF-KB yang memungkinkan defosforilasi protein

docking IRS-1 dan -2, yang dapat menghambat transport glukogen

GLUT4, yang mengakibatkan resistensi insulin31

.

Gambar 2.7 . Peran lopotoxic dan inflamasi pada obesitas(29)

Page 43: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

31

c. Anti-inflamasi secretagogues

Untuk mengatasi pembekuan dari efek nflamasi yang merugikan , sel

adiposa juga mengeluarkan hormon anti-inflamasi, seperti adiponektin,

visfatin, dan protein penguat asilasi yang berhubungan dengan pelengkap,

yang memberikan efek menguntungkan yang dapat menghambat adipokin

inflamasi. Dengan cara ini, hormon pelindung dan protein pelengkap

menjadi anti-inflamasi dan anti ateroskogenik dalam tindakan, karena

secara bersamaan meningkatkan sensitivitas insulin dan memperbaiki

disfungsi endotel vaskular. Efek ini paling jelas ketika adipokin anti-

inflamasi ini menjadi kurang, seperti pada saat tingkat adiponektin

menurun seiring dengan meningkatnya obesitas. Kemungkinan defisiensi

reseptor adiponektin, adipokin inflamasi, serta asam lemak berlebih,

semuanya berkontribusi terhadap resistensi insulin dan komorbiditas

lainnya. Menariknya, leptin dapat bertindak baik sebagai secretagogue

anti-inflamasi dan pro-inflamasi, karena meningkatkan sensitivitas insulin

untuk pengambilan glukosa dalam otot namun mendorong inflamasi dan

angiogenesis pada tempat lain31

.

2.2.5 Strategi penurunan dan pemeliharaan Berat Badan

a. Terapi diet

Pada program manajemen berat badan, terapi diet direncanakan

berdasarkan individu. Terapi diet harus dimasukkan ke dalam status pasien

overweight. Hal ini bertujuan untuk membuat defisit 500 hingga 1000

kcal/hari, sebaiknya kebutuhan energi basal pasien diukur terlebih dahulu.

Pengukuran kebutuhan energi dapat menggunakan rumus dari Harris-

Benedict7 :

Laki laki B.E.E = 66,5+(13,75 x kg) + (5,003 x cm) – (6,775 x age)

Wanita B.E.E = 655.1 + (9.563) + (1850 x cm) – (4.676 x age)

Page 44: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

32

b. Aktivitas fisik

Peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen penting dari

program penurunan berat badan. Aktivitas fisik yang lama sangat

membantu pada pencegahan peningkatan berat badan. Pasien dapat

memulai aktivitas fisik dengan berjalan selama 30 menit dengan jangka

waktu 3 kali seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45

menit dengan jangka waktu kali seminggu. Dengan regimen ini,

pengeluaran energi tambahan sebanyak 100 sampai 200 kalori per hari

dapat dicapai7.

c. Terapi perilaku

Stategi yang spesifik meliputi pengawasan mandiri terhadap

kebiasaan makan dan aktivitas fisik, manajemen stress, stimulus kontrol,

pemecahan masalah, contigency management, cognitive estructuring dan

dukungan sosial 7.

d. Farmakoterapi

Sibutramine dan Orlisat merupakan obat obatan penurun berat

badan yang telah disetujui oleh FDA di Amerika Serikat. Sibutramine

ditambah diet rendah kalori dan aktivitas fisik terbukti efektif menurunkan

berat badan dan mempertahanannya. Sibutramine sebaiknya tidak

diberikan pada pasien riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner gagal

jantung kongestif, aritmia atau riwayat strok.

Orlistat menghambat absorpsi lemak sebanyak 30%. Dengan

pemberian orlistat, dibutuhkan pengantian vitamin larut lemak karena

terjadi malabsorpsi parsial7.

e. Terapi bedah

Terapi ini hanya diberikan kepada pasien obesitas berat secara

klinis dengan BMI >40 atau >35 dengan kondisi kormobid. Terapi bedah

Page 45: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

33

ini harus dilakukan sebagai alternatif terakhir untuk pasien yang gagal

dengan farmakoterapi dan menderita komplikasi obesitas ekstrem7.

2.3 Hubungan Obesitas dan Batu empedu

Penyakit batu empedu kolesterol juga terkait dengan obesitas,

terutama pada wanita dengan berat badan berlebih pada usia subur. Selama

puasa, ada peningkatan mobilisasi kolesterol dari depot lemak, yang

melewati hati ke saluran empedu. Hal ini memungkinkan peningkatan

sekresi kolesterol biliaris dan supersaturasi empedu di kantong empedu,

dan mendorong pembentukan batu empedu. Batu empedu semacam itu

memunculkan keadaan inflamasi lokal, yang ketika kronis menjadi faktor

risiko kanker kandung empedu

Pada individu dengan obesitas dan mengkonsumsi makanan tinggi

kalori, dapat membuat terganggunya pengosongan kandung empedu. Yang

membuat motilitas kandung empedu terhambat, sehingga empedu yang

disimpan di kandung empedu, pada normalnya dialirkan ke usus, namun

dikarenakan motilitas tersebut terganggu sehingga terjadi pengendapan.

Dimana pada orang obesitas, kadar kolesterol meningkat yang dapat

mendukung terbentuknya batu empedu dikarenakan oleh supersaturasi dan

motilitas yang buruk pada kandung empedu. Obesitas akan meningkatkan

risiko batu empedu kolesterol dengan meningkatnya sekresi kolesterol

empedu, sebagai hasil peningkatan aktivitas reduktase koenzim A-2-

hidroksi-3-mthilglutaryl (HMGCoA)32

.

Pada sebuah survey di Amerika dan Meksiko, menyelidiki kejadian

penyakit kandung empedu dengan penilaian distribusi lemak yang

menggunakan pengukuran ketebalan lipatan kulit, menunjukan adanya

peningkatan risiko batu empedu dengan endapan lemak utama (pada

perut). Patogenesis batu empedu dapat dikolerasikan dengan pola

distribusi lemak pada regio tertentu, pola ini menjadi indikator gangguan

metabolisme yang mungkin terjadi. Peningkatan kerja hepar terhadap

akumulasi lemak pada individu yang obesitas juga merupakan penyebab

Page 46: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

34

terbentuknya batu empedu. Empedu pada individu obesitas biasanya

bagaikan lumpur dari pada cairan. Hal tersebut membuat tingginya

terbentuk batu kandung empedu8,12

.

Beberapa teori mengatakan, penyebaran lemak viceral lebih

bepengaruh dalam pembentukan batu empedu. Sebab, lemak viseral

memiliki akses hepatik langsung melalui sistem vena porta, sehingga

memberikan asam yang tidak teresterifikasi ke hati. Selain itu, lemak

viseral akan melepaskan beberapa zat vasoaktif langsung ke sistem vena

porta, yang akan memicu respon pro-inflamasi melalui aktivasi makrofag

dan pelepasan sitokin inflamasi seperti TNF-α dan IL-6. Sitokin ini

memiliki efek penghambatan pada ekspresi adiponektin. Adiponektin yang

dilepaskan dari adiposit meningkatkan sensitivitas insulin dan meng-

oksidasi asam lemak, sehingga memiliki efek anti-diabetes dan anti-

atrogenik. Akibatnya, proses ini menghasilkan resistensi insulin dan

manifestasi berupa sindrom metabolik. Hiperinsulinemia dikaitkan dengan

penyakit batu empedu melalui pelepasan kolesterol yang berlebihan dari

hati dan efek penghambatan pada motilitas kandung empedu 22

.

2.4 Batu empedu dan jenis kelamin

Kadar hormon estrogen yang meningkat, akibat kehamilan atau

terapi hormon, atau penggunaan kombinasi hormon kontrasepsi kombinasi

(estrogen-mengandung), dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam

empedu dan juga dapat mengurangi gerakan kandung empedu, dan

menghasilkan pembentukan batu empedu(38)

Pada suatu penelitian, di dapatkan penderita batu empedu tertinggi

pada negara Amerika serikat bagian utara. Dari data yang dilaporkan,

64,1% penderita bejenis kelamin wanita, dan 29,5% adalah pria1

Page 47: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

35

Gambar 2.8. Prevalensi baru empedu pada wanita berdasarkan survei pemeriksaan

USG 1

2.5 Batu empedu dan Usia

Saturasi kolesterol biliary meningkat seiring bertambahnya usia,

akibat penurunan aktivitas kolesterol 7α hydroxylase yang merupakan

enzim pembatas laju sintesis asam empedu. Proporsi asam deoxycholic

dalam empedu meningkat seiring bertambahnya usia dengan peningkatan

7α dehydroxylation dari asam empedu primer oleh bakteri usus1.

Tabel 2.3 Batu empedu dengan faktor resiko jenis kelamin, usia dan status

pernikahan

Variable No. (%) Screened Gallstone No.

(%)

OR (95% CI)

Gender

Male 756 (52.3) 11 (1.4) 1.00

Female 726 (47.7) 29 (4.0) 2.97 (1.47 – 5.99)

Age

30-44 years 685 (45) 9 (1.3) 1.00

Over 45 years 837 (55) 31 (3.7) 2.89 (1.37 – 6.11)

Page 48: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

36

2.6 Pandangan dokter muslim pada penelitian

Dalam Islam, semua tentang kehidupan makhluk di dunia maupun

di akhirat telah diatur. Petunjuk bagi seluruh makhluk tertulis dalam Al –

Qur‟an dan juga hadis hadis yang merupakan perkataan langsung dari

tuhan semesesta alam yang diwahyukan kepada kekasihnya. Tak luput

pula tentang kesehatan. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu „anhu , beliau

berkata :

هىص للا رسول قال ه للا : وسهى عه ؤي ز انقـوي انـ للا إنـى وأحة خـ ي ؤي ف، انـ ع انض

ـز كـم وفـ ـفـعـك يا عـهـى احـزص ، خـ ـ ، تـعجـز ول تالل واستع ء أصاتك وإ :تقم فـل شـ

نو فعهت أـ ، وكـذا كذا كا فعم، شاء ويا للا قـدر :قم ونـك م تـفـتـح نو فئ ع طا انش

“Rasûlullâh Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, Mukmin yang

kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada Mukmin

yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah

untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah

pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-

kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah

engkau berkata, Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini

dan begitu, tetapi katakanlah, Ini telah ditakdirkan Allâh, dan Allâh

berbuat apa saja yang Dia kehendaki, karena ucapan seandainya akan

membuka (pintu) perbuatan syaitan.”

Hadits ini shahîh. Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2664). Dishahihkan oleh

Syaikh al-Bani rahimahullah dalam Hidâyatur Ruwât ila Takhrîji Ahâdîtsil

Mashâbîh wal Misykât (no. 5228)33

Page 49: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

37

Pola makan merupakan faktor terpenting yang dapat menyebabkan

masalah kesehatan, karena perut merupakan sumber utama dari penyakit,

oleh karenanya penting bagi kita untuk dapat mengatur porsi makan dan

gizi seimbang agar tubuh tetap sehat dan kuat sehingga kita dapat

melaksanakan aktivitas kehidupan dengan baik. Seperti hadist di bawah

ini :

قداو ان هع للا رض يعدكزب ت عت قول رسول س يل يا» قول -وسهى عهه للا صهى- للا

ا وعاء آديى شز ي ات اديى حسة تط نق صهثه ق نهطعاو فثهث فسه اديى غهثت فئ

ياجه ات .«نهفس وثهث نهشزاب وثهث

“Al Miqdam bin Ma‟dikarib radhiyallahu „anhu berkata: “Aku

telah mendengar Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

“Tidaklah seorang manusia mengisi sebuah tempat yang lebih buruk

daripada perut, cukuplah bagi seorang manusia beberapa suapan yang

menegakkan punggungngya, dan jika hawa nafsunya mengalahkan

manusia, maka 1/3 untuk makan dan 1/3 untuk minum dan 1/3 untuk

bernafas.” HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam

kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 226534

InsyaAllah, dengan mengikuti sunnah Nabi SAW, akan terhindar

dari penyakit penyakit yang dapat mengganggu aktivitas kita dan hidup

akan terasa nyaman dan tenang serta dilindungi oleh sang maha pencipta.

Page 50: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

38

2.7 Kerangka Teori

2.8 Kerangka Konsep

Obesitas

Batu Empedu

Jenis kelamin Usia

Page 51: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

39

2.9 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara pengukuran Skala

1 Batu

Empedu

partikel keras yang

berkembang di

dalam kandung atau

saluran empedu

Rekam

Medis

Data dari rekam medis

mulai dari anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan

juga dari hasil

radiologi USG

Abdominal

Nominal

(Ya, atau tidak)

2 Obesitas kondisi medis yang

merupakan

kelebihan komposisi

lemak dalam tubuh

yang terakumulasi

sedemikian rupa

sehingga dapat

menimbulkan

dampak yang

merugikan bagi

kesehatan tubuh

Rekam

Medis

Berdasarkan

pemeriksaan fisik

antropometri berupa

Berat badan dan tinggi

badan yang kemudian

di hitung IMT nya

Normal : 18,5 – 22,9

Overweight : 23 24,9

Obesitas 1 : 25 – 29,9

Obesitas II : >30

Nominal

(under-

weigt,

normo –

weight, obes

1, obes 2 )

3 Jenis

Kelamin

Karakteristik

reproduksi yang

membedakan

manusia dalam

psikologi, anatomik,

maupun peran dalam

kehidupan

Rekam

Medis Laki laki dan

Perempuan

Ordinal

(laki-laki,

perempuan)

Page 52: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

40

4 Usia Satuan waktu untuk

mengukur lamanya

seseorang ditinjau

dari segi kronologik,

dengan derajat

perkembangan

anatomis dan

fisiologik yang

sesuai

Rekam

Medis

Berdasarkan sebaran

populasi menurut

WHO, usia di bagi

dalam setiap 5 tahun :

15 – 19

20 – 24

25 – 29

30 – 34

35 – 39

40 – 44

45 – 49

50 – 54

55 – 59

60 – 64

65 – 69

Etc.

Nominal

(kategori

1,2,3,4,5,6,

7,8,9,10

dan 11)

Page 53: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

41

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kategorik dengan pendekatan

cross-sectional untuk mengetahui proporsi status gizi obesitas pada penderita batu

empedu di RSUP Fatmawati tahun 2015 -2016

3.2 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian dan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Mei – Juli 2017.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Target

Pasien yang didiagnosis batu empedu di RSUP Fatmawati tahun 2015

- 2016

3.3.2 Populasi Terjangkau

Pasien yang didiagnosis penderita batu empedu RSUP Fatmawati,

yang disertai status gizi obesitas dari tahun 2015 – 2016 berdasarkan

pemeriksaan fisik berupa antopometri yaitu BB, TB dan penghitungan IMT.

3.3.3 Besar Sampel

Berdasarkan perhitungan sampel dengan rumus dibawah ini

Keterangan :

n = Jumlah sampel

Zα = nilai Z pada derajat kemaknaan

P = prevalensi obesitas pada batu empedu di Iran tahun 2011

Q = 1-P

D = derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan

Page 54: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

42

3.3.4 Cara pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling.

Peneliti mengambil data rekam medis pasien batu empedu yang di sediakan

pihak RSUP Fatmawati sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak

sampel yang dibutuhkan.

3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

3.4.1 Inklusi

1. Pasien dewasa dengan usia 18 – 65 tahun yang menderita batu

empedu dengan atau tanpa komplikasi

2. Pasien batu empedu yang menjalani rawat jalan ataupun rawat inap

3.4.2 Eksklusi

1. Pasien batu empedu dengan dislipidemia pada data laboratorium

RSUP Fatmawati

2. Pasien batu empedu dengan riwayat diabetes milletus di RSUP

Fatmawati

3.5 Cara kerja penelitian

1. Melakukan persiapan penelitian (menentukan dosen pembimbing,

menentukan judul, proposal, dll) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Jakarta

2. Melakukan survey tempat penelitian di RSUP Fatmawati

3. Mengurus perizinan penelitian di RSUP Fatmawati

4. Melakukan pengolahan data penelitian dengan menggunakan SPSS 2.4

5. Menampilkan hasil dari pengolahan data dalam diagram

Page 55: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

43

3.6 Analisis Data

Data dalam penelitian ini di gambarkan dengan metode deskiriptif

kategorik menggunakan aplikasi SPSS 2.4 dengan melihat data rekam medik dari

RSUD Fatmawati pasien batu empedu dengan obesitas.

3.7 Alur Penelitian

Populasi target : pasien yang

didiagnosis batu empedu di

RSUP Fatmawati tahun 2015

-2016

Consecutive sampling dengan

memperhatikan kriteria inklusi

dan eksklusi

SAMPEL

Indeks Masa Tubuh (IMT)

Status gizi

Overweight Obesitas

Berat badan Tinggi badan Jenis kelamin Usia

18 – 65 tahun

Page 56: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

44

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi sampel

Selama periode penelitian, peneliti mengambil populasi penderita batu

empedu yang berobat di RSUP Fatmawati pada tahun 2015 – 2016. Peneliti

mengambil sampel pasien dewasa usia 18 tahun hingga 65 tahun dengan

komplikasi ataupun tidak dan dilakukan secara consecutive sampling. Dari jumlah

pasien batu empedu yang berobat di RSUP Fatmawati, disediakan 200 data

rekam medis pasien dengan batu empedu. Setelah melakukan seleksi data sesuai

dengan kriteria eksklusi yaitu penderita yang juga memiliki penyakit DM dan

dislipidemia dan juga yang memiliki variabel yang memenuhi, maka jumlah

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berjumlah 93 sampel

4.1.1 Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.1 merupakan distribusi sampel menurut jenis kelaminnya, didapat

bahwa dari 93 data sampel, frekuensi laki laki sebanyak 25 pasien (26,9%) dan

perempuan sebanyak 68 pasien (73,1%). Hal ini menyimpulkan bahwa penderita

batu empedu di RSUP Fatmawati pada tahun 2015 – 2016 dua pertiganya berjenis

kelamin perempuan. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian di kota Iran

tahun 2015,yang menunjukan frekuensi perempuan sebesar 72,5% dan laki laki

27,5%. Dan juga penelitian Bikha Ram di Pakistan tahun 2010 dan juga penelitian

di India pada tahun 2014 yang menyebutkan frekuensi perempuan pada pasien

batu empedu adalah sekitar 67% Bila ditelaah, perempuan memiliki faktor

tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu empedu, yaitu faktor hormonal.

Dimana perempuan memiliki hormon esterogen dalam tubuhnya. Hormon

esterogen ini dapat berperan dalam pembentukan kolesterol dalam kandung

empedu. Peningkatan kolesterol tersebut, dalam kurun waktu yang lama dapat

menyebabkan endapan pada kandung embedu, dan terbentuklah batu empedu.

Pernyataan tersebut diperkuat juga dalam sebuah penelitian di India yang

menyebutkan 65,38% pasien batu empedu berjenis kelamin perempuan.

Page 57: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

45

Tabel 4.1 Distribusi Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Proporsi (%)

Laki – laki 25 26,9

Perempuan 68 73,1

Total Sampel 93 100

4.1.2 Berdasarkan Usia

Dapat dilihat dari tabel 4.3, sampel pasien batu empedu di RSUP

Fatmawati tahun 2015 – 2016, memiiki sebaran usia yang beragam. Setelah

dilakukan pengelempokan menggunakan standar sebaran usia menurut WHO,

didapati usia terbanyak pada sebaran 45 – 49 tahun sebesar 21,5% ,usia 40 – 44

tahun sebesar 15,1% dan usia 60 – 64 tahun 14%. Berdasarkan teori akan faktor

resiko batu empedu adalah individu dengan usia di atas 40 tahun akan lebih

beresiko terbentuknya batu empedu, pada penelitian ini frekuensi usia diatas 40

tahun sebesar 74,2%, dibandingkan dengan frekuensi usia di bawah 40 tahun yaitu

25,8%. Pada penelitian di kota Iran tahun 2015, dari 40 pasien dengan batu

empedu, di dapati pasien berusia diatas 45 tahun sebesar 77,5%. Hal ini

disebabkan, semakin bertambahnya usia, saturasi kolesterol pada empedu terus

meningkat karena menurunnya fungsi enzim 7α hidroxylase yang berperan dalam

pembatas laju sintesis asam empedu

Pada tabel 4.5,rerata usia pasien batu empedu di RSUP Fatmawati pada

tahun 2015 -2016, untuk laki laki adalah 45,28 tahun dan perempuan adalah 47,5.

Hasil ini berkolerasi dengan teori, bahwa pada usia diatas 40 tahun akan

meningkatkan kejadian pembentukan batu empedu. Hal ini juga didapati pada

penelitian di India pada tahun 2014, dengan rerata 59,76 tahun pada perempuan

dan 62,19 tahun pada laki laki.

Page 58: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

46

Tabel 4.3 Distribusi berdasarkan usia

4.2 Proporsi Pasien Batu Empedu dengan Status Gizi

Berdasarkan dari tabel 4.4, status gizi terbanyak pada penderita batu

empedu di RSUP Fatmwati pada tahun 2015 – 2016 adalah obesitas 1 (25-29,9

kg/m2) 31,2%. . Bila dilihat, pasien batu empedu dalam status gizi terbanyak pada

obesitas tipe I. Bila dileburkan antara kategori obesitas tipe I dan II maka

didapatkan hasil pasien batu empedu dengan status gizi obesitas sebesar 47,3%.

Jumlah ini tidak terpaut jauh dari hasil penelitian di suatu kota Iran, yang

menunjukkan angka kejadian batu empedu terhadap obesitas sebanyak 59,2%.

Pada individu dengan obesitas, akan membuat sekresi kolesterol intra hepatik

meningkat. Peningkatan sekresi tersebut mendukung dalam pembentukan batu

empedu. Selain itu, penyebaran lemak tubuh dapat mempengaruhi pembentukan

batu empedu. Penyebaran lemak ini terdiri dua jenis, yaitu viseral dan juga

subkutan. Dalam penyebaran masing masing tersebut memiliki perbedaan dalam

fungsi fisiologi.

Usia Frekuensi Proporsi (%)

15 – 19 1 1,1

20 – 24 3 3,2

25 – 29 2 2,2

30 – 34 5 5,4

35 – 39 13 14,0

40 – 44 14 15,1

45 – 49 20 21,5

50 – 54 8 8,6

55 – 59 11 11,8

60 – 64 13 14

65 – 69 3 3,2

Total 93 100

Page 59: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

47

Tabel 4.4 Distribusi berdasarkan Status gizi

Status Gizi Frekuensi Proporsi

Under weight 8 8,6

Normo weight 17 18,3

Overweight 24 25,8

Obesitas 1 29 31,2

Obesitas 2 15 16,1

Total sampel 93 100

Pada tabel 4.5, dapat dilihat jenis kelamin laki laki sebesar 23%

overweight, 34,6% obesitas I, dan 11,5% obesitas II. Dan perempuan, didapati

overweight sebesar 26,8% obesitas tipe I 29,8%, dan obesitas tipe II sebanyak

17,9%. Obesitas tipe I memiliki proporsi yang paling banyak pada kedua jenis

kelamin. Akumulasi lemak pada jaringan adiposa tersebut akan meningkatkan

sekresi kolesterol biliaris dan supersaturasi empedu di kantong empedu, dan

mendorong pembentukan batu empedu. Untuk rerata IMT, masing masing pada

keduanya mendapat hasil, yaitu ±25,17kg/m2

untuk laki laki dan ±25,8kg/m2

untuk perempuan. Pada penelitian di India tahun 2014, rerata IMT dengan jenis

kelamin tidak bermakna pada laki laki (p=0,287) namun bermakna pada

perempuan (p=0,001)12

.

Tabel 4.5 Distribusi status gizi obesitas dan Mean IMT serta usia berdasarkan

jenis kelamin

Laki laki (%) N = 25

Perempuan (%) n=68

Overweight 6 (23) 18 (26,8)

Obesitas 1 9 (34,6) 20 (29,8)

Obesitas 2 3 (11,5) 12 (17,9)

Mean IMT 25,17 25,8

Mean Usia 45,28 47,5

Page 60: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

48

4.3Keterbatasan penelitian

Penilitian ini berdasarkan dari data sekunder, yaitu dari rekam medis

pasien, maka dalam hal ini menyebabkan data rekam medik yang tersedia pada

beberapa variable ada yang tidak lengkap ataupun hasil pemeriksaan yang tidak

terlampir, sehingga membuat keterbatasan pada sampel peneliti. Keterbatasan

waktu dalam penelitian juga dialami, sehingga dalam penelitian ini tidak dapat

menggambarkan prevalensi batu empedu dengan obesitas dalam kurun waktu satu

tahun.

Page 61: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

49

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

diambil kesimpulan berupa :

5.1.1 Proporsi pasien batu empedu dengan obesitas di RSUP Fatmawati

pada tahun 2015 dan 2016 sebesar 47,3%

5.1.2 Karakteristik pasien batu empedu di RSUP Fatmawati pada tahun

2015-2016 berdasarkan jenis kelamin didapatkan frekuensi

perempuan sebesar 73,1% dan laki laki 26,9%

5.1.3 Frekuensi pasien batu empedu di RSUP Fatmawati pada tahun

2015 - 2016 berdasarkan usia, didapatkan pada usia diatas 40

tahun sebesar 74,2% dari seluruh jumlah sampel yang diambil

5.2 Saran

5.2.1 Untuk penelitian selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam untuk melihat

hubungan antara batu empedu dengan faktor 4F (Fourty,

Female,Fertile Fat)

Melakukan penelitian dalam sebaran lebih luas lagi, dengan

pengambilan sampel lebih banyak sehingga dapat menggambarkan

faktor resiko batu empedu di Indonesia

5.2.2 Untuk RSUP Fatmawati

Agar meningkatkan perhatian khusus pada pasien wanita, usia

diatas 40 yang memiliki perawakan gemuk terhadap kejadian

penyakit batu empedu

Page 62: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

50

DAFTAR PUSTAKA

1. Stinton LM, Shaffer EA. Epidemiology of gallbladder disease: Cholelithiasis

and Cancer. Gut Liver. 2012;6(2):172–87. [PMC free article] [PubMed]

2. Berghofer A, Pischon T, Reinhold T, Apovian CM, Sharma AM, Willich SN.

Obesity prevalence from a European perspective: a systematic review. BMC

Public Health 2008; 8:200.

3. Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi

V.Jakarta: EGC

4. Berghofer A, Pischon T, Reinhold T, Apovian CM, Sharma AM, Willich SN.

Obesity prevalence from a European perspective: a systematic review. BMC

Public Health 2008; 8:200.

5. Cetta, Francesco. 2014. Classification, Composition and Structure of

Gallstones. Relevance of these Parameters for Clinical Presentation and

Treatment. Biliary Lithiasis pp 51-65

6. Flegal KM, Carroll MD, Ogden CL, Curtin LR. Prevalence and trends in

obesity among US adults, 1999-2008. JAMA 2010; 303(3):235-41.

7. Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi V.

Jakarta: EGC

8. Heshka.S, Heymsfield.S. 2001. Obesity and gallstones. Roosevelt Hospital

Center, New York, USA

9. Getachew,Assefa. 2008. Epidemiology of gallstone disease in Gondar

University

Hospital, as seen in the department of radiology. Ethiop.J.Health Dev. ;22(2)

10. Bertomeu A, Ros E, Zambon D, Vela M, Pérez-Ayuso RM, Targarona E, et

al. Apolipoprotein E polymorphism and gallstones. Gastroenterology.

1996;111:1603–10. [PubMed]

11. Redinger, Richard N. MD. 2007. The Pathophysilogy of Obesity and Its

Clinical Manifestasion. Vol.3, Issues 11. Department of Medicine at the

University of Louisville [PubMed]

Page 63: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

51

12. Radmard, Amir Reza dkk. 2015. Gallstone disease and obesity : a population

based study on abdominal fat distribution and gender differences. Annals

Hepatology

13. Moghaddam, Alireza Ansari, Khorram,Alireza dkk.2015. The prevalence and

Risk Factors of Gallstone Among Adults in South-East of Iran: A Population-

Based Study. Vol.8, No.4. Global Journal of Health Science

14. Gray‟s Anatomy : Anatomy of the Human Body. Elsevier :2014. 18. Putz,

Reinhard.

15. Sjamsuhidajat, R., dkk. 2016. Buku Ajar Ilmu Bedah-de Jong. Jakarta: EGC

16. Sherwood, Lauralee.2011. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem, Edisi VI.

Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

17. Dooley JS. Sherlock‟s Disease of the Liver and Biliary System. 12th ed.

British: Wiley-Blackwell Publishing; 2011

18. [7] Acalovschi M. Cholesterol gallstones: From epidemiology to prevention.

Postgrad Med J. 2001;77:221–9. [PMC free article] [PubMed]

19. Everson GT, McKinley C, Kern F., Jr. 1991. Mechanisms of gallstone

formation in women. Effects of exogenous estrogen (Premarin) and dietary

cholesterol on hepatic lipid metabolism. J Clin Invest.

20. Njeze, Gabriel E. 2013. Gallstones [PubMed] 19(2): 49-55

21. Cetta, Francesco. 2014. Classification, Composition and Structure of

Gallstones. Relevance of these Parameters for Clinical Presentation and

Treatment. Biliary Lithiasis pp 51-65

22. Lammert F, Matern S. The genetic background of cholesterol gallstone

formation: an inventory of human lithogenic genes. Curr Drug Targets

Immune Endocr Metabol Disord.

23. Epercum, Karel Johannes Van. 2011. Pathogenesis of cholesterol and

pigment gallstones: An update. 35,281-287. Elsevier Masson.

24. Dooley JS. Sherlock‟s Disease of the Liver and Biliary System. 12th ed.

British: Wiley-Blackwell Publishing; 2011

25. Hassler, Kenneth R., Jones, W. Mark. 2017. Gallbladder, Chocystectomy,

Laparoscopic. 20/10/2017 [PubMed]

Page 64: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

52

26. Halldestam I, Enell EL, Kullman E, Borch K. Development of symptoms and

complications in individuals with asymptomatic gallstones. Br J Surg.

2004;91:734–8. [PubMed]

27. Parigi, Angelo Del, M.D. 2010. Definitions and Classification of Obesity.

[PubMed]

28. Offei.F. 2005. Obesity – A preventable Diesease. Volume 39, number 3.

Graha Medical Journal

29. Nguyen, Dang M. , El-serag, Hashem B. 2010. The Epidemiology of Obesity.

39(1): 1-7. National Institute of Health (NIH)

30. Mitchell, Nia MD,Catenacci, Vicki MD, dkk. 2011. Obesity : Overview of

An Epidemic. 34(4):717-732. National Institutes of Health (NIH)

31. Redinger, Richard N. MD. 2007. The Pathophysilogy of Obesity and Its

Clinical Manifestasion. Vol.3, Issues 11. Department of Medicine at the

University of Louisville [PubMed]

32. Kharga,Bikram, Sharma,Barun Kumar, dkk. 2016. Obesity Not Necessary,

Risk of Symptomatic Cholelithiasis Increase as a Function of BMI. [PubMed]

33. Artikel Khazanah Islam. 2015. 10 hadist tentang kesehatan dan kebersihan.

www.muslimdaily.net 03/11/17

34. Tuasikal, Muhammad Abduh,Msc. 2012. Hidup Sehat dengan Mengamalkan

Sunnah. Muslim.or.id 03/11/17

Page 65: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

53

LAMPIRAN 1

a. Jadwal Penelitian

No Kegiatan BULAN KE-

1 2 3 4 5 6 7

1 Pengajuan Izin √ √ √ 2 Pembuatan Proposal

Penelitian √ √ √

3 Presentasi Persiapan

Penelitian di RSUP

Fatmawati

4 Pengambilan Data √ 5 Pengolahan dan

Analisis Data √

6 Pembuatan Laporan √ 7 Publikasi Laporan

penelitian √

b. Anggaran Penelitian

No Keterangan Total Biaya

1 Biaya Adminstratif RS 1.000.000

2 Biaya Pengambilan Rekam

Medis

90.000

3 Biaya tak terduga (transport,

fotokopi/print, dan lainnya)

1.000.000

Total Biaya 2.090.000

Page 66: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

54

LAMPIRAN 2

Page 67: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

55

(lanjutan)

Page 68: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

56

LAMPIRAN 3

Hasil Analisis Data

1. Grafik gambaran pasien batu empedu di RSUP Fatmawati 2015-2016

Usia

LAKI LAKI 28%

PEREMPUAN 72%

Jenis Kelamin

15 - 19 1% 20 - 24

3%

25 - 29 2%

30 - 34 5%

35 - 39 14%

40 - 44 15%

45 - 49 22%

50 - 54 9%

55 - 59 12%

60 - 64 14%

65 - 69 3%

Page 69: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

57

2. Gambaran status gizi dan tabel mean IMT pada penderita batu empedu

Normoweight 18%

Overweight 26%

Underweight 9%

Obes I 31%

Obes II 16%

STATUS GIZI

Gender * StatusGizi Crosstabulation

StatusGizi

Total under normo over obes 1 obes 2

Gender laki laki 2 6 6 9 2 25

perempuan 6 11 18 20 13 68

Total 8 17 24 29 15 93

Mean IMT,BB, TB

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic

IMT 93 23,28 15,78 39,06 25,6166 ,53896 5,19758 27,015

BB 93 72,00 38,00 110,00 64,8548 1,43107 13,80071 190,460

TB 93 47,00 140,00 187,00 159,2043 ,86846 8,37512 70,143

Valid N (listwise) 93

Page 70: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

58

Mean IMT dan Usia Perempuan

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic

IMT 68 22,53 16,53 39,06 25,9635 ,64946 5,35561 28,683

usia 68 46,00 19,00 65,00 47,5000 1,34395 11,08246 122,821

Valid N (listwise) 68

Mean IMT dan Usia Laki - laki

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic

IMT 25 21,41 15,78 37,19 24,6976 ,94876 4,74379 22,504

usia 25 37,00 28,00 65,00 45,2800 2,14982 10,74911 115,543

Valid N (listwise) 25

Page 71: PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37486/1/REGI... · kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran. Sebuah penelitian

59

LAMPIRAN 4

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Regi Azistha Amri

Jenis Kelamin : Laki Laki

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Juni 1996

Status : Belum menikah

Agama : Islam

Alamat : Jalan Taman AA, No. 7AA RT 10/05 Pos

pongumben Kebon Jeruk Jakarta Barat 11560

Nomor Telepon : 082298091559

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1) Tahun 2002 – 2008 : SD Islam Al Azhar 5 Kemandoran

2) Tahun 2008 – 2011 : SMPN 75 Jakarta

3) Tahun 2011 – 2014 : SMAN 47 Jakarta

4) Tahun 2014 – Sekarang : Program studi Kedokteran dan Profesi Dokter UIN

Syarif Hidayatulla Jakarta