Prinsip dasar dan imuno-patogenesis infeksi jamur virus (dr.Yeva).ppt
proplas, imuno, pembekuan
-
Upload
rifqi-fuadi -
Category
Documents
-
view
143 -
download
13
Transcript of proplas, imuno, pembekuan
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
Peran mendasar darah dalam memelihara homeostasis dan mudahnya
darah diperoleh memiliki arti bahwa penelitian terhadap konstituen-konstituen
darah sangatlah penting dalam perkembangan biokimia dasar dan biokimia klinis.
Sifat dasar sejumlah protein plasma,termasuk immunoglobulin (antibodi) akan
dijelaskan dalam makalah ini. Perubahan jumlah berbagai protein plasma dan
immunoglobulin terjadi pada banyak penyakit dan dapat dipantau dengan
elektoforesis atau prosedur lainnya yang sesuai.
Fungsi darah, kecuali untuk fungsi selular spesifik seperti mengangkut
oksigen dan pertahanan imunologis sel, dilaksanakan oleh plasma dan berbagai
konstituennya. Plasma terdiri dari air, elektrolit, metabolit, nutrien, protein, dan
hormon. Komposisi air dan elektrolit plasma pada dasarnya sama dengan semua
cairan ekstrasel lain. Pemeriksaan kadar Na, K, Ca, Cl, HCO, PaCO2 dan pH
darah di laboratorium penting dalam penatalaksanaan banyak pasien.
Protein total dalam plasma manusia memiliki kosentrasi sekitar 7,0-7,5
g/dL dan membentuk bagian terbesar dari bahan padat plasma. Protein plasma
sebenarnya adalah campuran kompleks yang mencakup tidak saja protein-protein
sederhana, tetapi juga protein terkonjugasi, misalnya glikoprotein dan berbagai
tipe lipoprotein. Pemakaian teknik-teknik proteomik memungkinkan kita
mengisolasi dan mengetahui karakter protein plasma yang sebelumnya tidak
diketahui yang sebagian terdapat dalam jumlah sangat sedikit sehingga proteom
bertambah.
Darah beredar dalam suatu sistem pembuluh darah yang pada hakekatnya
tertutup. Darah terdiri atas unsur-unsur padat, yaitu eritrosit, leukosit, serta
trombosit, yang tersuspensi di dalam media cair yang disebut plasma.
Sebagaimana yang akan ditunjukkan di bawah, darah khususnya plasma,
mempunyai banyak fungsi yang mutlak penting untuk mempertahankan kesehatan
tubuh.
Begitu darah membeku (mengalami koagulasi), fase cair yang tertinggal
(serum) tidak lagi mengandung faktor pembekuan (termasuk fibrinogen) yang
normalnya terdapat di dalam plasma tetapi sudah terpakai dalam proses koagulasi.
Serum mengandung beberapa produk hasil penguraian faktor pembekuan, yaitu
produk yang dihasilkan selama proses koagulasi, dan karena itu dalam keadaan
normal tidak ditemukan di dalam plasma.
2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana terjadinya sintesis protein plasma ?
2. Apa saja komponen protein plasma dan waktu paruhnya dalam sirkulasi ?
3. Apa peran immunoglobulin ?
4. Apa penyakit yang disebabkan jika pembentukan imunoglobulin
berlebihan kekurangan?
5. Bagaimana proses pembekuan darah?
2.3 Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini ialah :
1. Untuk mempelajari tentang dimana terjadinya sintesis protein plasma.
2. Untuk mengetahui komponen protein plasma dan waktu paruhnya dalam
sirkulasi.
3. Untuk memahami peran immunoglobulin.
4. Untuk mengetahui penyakit yang disebabkan jika pembentukan
imunoglobulin yang berlebihan dan kekurangan.
5. Untuk mengetahui proses pembekuan darah.
2.4 Manfaat
Manfaat dalam pembuatan makalah ini sebagai berikut :
1. Agar mahasiswa mengetahui tentang dimana terjadinya sintesis protein
plasma.
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui komponen protein plasma dan waktu
paruhnya dalam sirkulasi.
3. Agar mahasiswa bisa memahami peran immunoglobulin.
4. Agar mahasiswa mengetahui penyakit yang disebabkan jika pembentukan
imunoglobulin yang berlebihan dan kekurangan.
5. Agar mahasiswa dapat mengetahui proses pembekuan darah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Terjadinya sintesis protein plasma
2.1.1 Sebagian besar protein plasma disintesis di hati.
Hal ini sudah dibuktikan dengan eksperimen-eksperimen pada tingkat
hewan yang utuh (misal hepatektomi) dan oleh pemakaian perfusi preparat
hati ,potongan hati ,homogenat hati dan system translasi in vitro yang
menggunakan preparat mRNA yang di ekstraksi dari hati.namun, ɣ-globulin di
sintesis di sel plasma dan protein plasma tertentu di sintesis di tempat lain ,
misalnya sel endotel.
2.1.2 Protein plasma umumnya di sintesis di poliribosom yang terbungkus
membran.
Protein plasma selanjutnya menjalan rute sekretorik utamadi sel
(membrane reticulum endoplasma kasar membrane reticulum endoplasma
halus apparatus golgi vesikel sekretrolik) sebelum masuk ke plasma. Jadi,
sebagian besar rotein plasma di sintesis sebagai praprotein dan sebelumnya
mengandung peptida-peptida sinyal termal amino.protein plasma biasanya
menjalani berbagai modifikasi pasca translasi (proteolysis, glikosilasi, fosforilasi,
dan sebagainya) sewaktu mengalir di dalam sel.waktu transit dari tempat sintesis
di hepatosit ke plasma berfariasi dari 30 menit hingga beberapa jam atau lebih
untuk masing-masing protein.
2.2 Komponen protein plasma dan waktu paruhnya dalam sirkulasi
2.2.1 Sebagian besar protein plasma adalah glikoprotein.
Karena itu, protein-protein ini umumnya mengandung rantai oligosakarida
terkait-N atau –O nya. Albumin adalah salah satu pengecualian utama;protein ini
tidak mengandung residu gula.rantei oligo sakarida memiliki berbagai
fungsi.pengeluaran residu asam sialat terminal dari protein plasma tertentu (mis.
Serulo plasmin) dengan memanjankannya pada neuraminidase dapat sangat
memperpendek waktu paruh protein tersebut dalam plasma.
2.2.2 Banyak protein plasma memperlihatkan polimerfisme.
Polimerfisme adalah sifat mendalian atau monogenik yang terdapat pada
populasi dalam paling sedikit dua fenotipe, yang keduanya tidak jarang di
temukan (kedunya tidak terdapat dalam frekuensi kurang dari 1=2%). Subtansi
golongan darah ABO adalah contoh terkenal polimorfisme manusia. Protein
plasma manusia yang memperlihatkan polimorfisme antara lain adalah α1,-
antitripsin, heptoglobin, transferin, seruloplasmin, dan imunogglobulin.bentuk
polimorfik protein-protein ini bisa di bedakan dengan berbagai prosedur (mis.
Berbagai jenis elektroforensis atau isoelektrik focusing),yang masing masing
dapat membentuk migrasi tersendiri. Analisis terhadap polimerfisme terbukti
penting bagi bidang genetika, antropologi, dan klinis.
2.2.3 Setiap protein plasma memiliki waktu paruh yang khas dalam sirkulasi.
Waktu paruh suatu protein plasma dapat ditentukan dengan memberi label
pada protein murni dengan 131 I dalam kondisi tenang yang tidak menyebabkan
denaturasi.waktu paruh yang diperoleh albumin dan haptoglobin pada orang
dewasa nomal masing-masing adalah sekitar 20 dan 5 hari. Pada penyakit tertentu
waktu paruh protein dapat berubah. Contohnya, pada beberapa penyakit saluran
cerna tertentu, misalnya ileitis regional (penyakit crohn), cukup bayak protein
plasma, termasuk albumin yang keluar ke usus melalui mukosa usus yang
meradang.
2.3 Peran immunoglobulin
System imun tubuh terdiri dari dua komponen utama : limfosit B dan
limfosit T. limfosit B terutama berasal dari sel sumsum tulang pada hewan tingkat
tinggi dan bursa Fabricius pada unggas. Limfosit T berasal dari timus. Sel B
bertanggung jawab membentuk antibody humoral dalam darah yang juga dikenal
sebagai immunoglobulin. Sel T berperan dalam berbagai respon imunologis
selular (cell/mediated imunulogic response), misalnya penolakan tandur, reaksi
hipersensitifitas, pertahanan terhadap sel ganas dan banyak virus. Bagian ini
hanya membahas immunoglobulin plasma yang di sintesis terutama di sel plasma.
Sel ini adalah sel khusus turunan sel B yang membentuk dan mengeluarkan
immunoglobulin ke dalam plasma sebagai respon terhadap pajanan oleh beragam
antigen.
2.4 Penyakit yang disebabkan jika pembentukan imunoglobulin berlebihan
kekurangan
Penyakit immunoglobulin mencakup peningkatan produksi kelas tertentu
immunoglobulin atau bahkan molekul immunoglobulin spesifik (yang terakhir ini
oleh tumor klonal sel plasma yang disebut mieloma). Myeloma multiple adalah
suatu penyakit neoplastik : elektroforesis serum atau urin biasanya akan
memperlihatkan peningkatan besar satu immunoglobulin tertentu atau satu rantai
ringan tertentu (yang terakhir dinamai protein Bence Jones). Penurunan produksi
dapat tertbatas pada satu kelas molekul immunoglobulin (mis.IgA atau IgG) atau
dapat mengenai semua kelas immunoglobulin (IgA, IgD, Ige, IgG, dan IgM).
Penurunan hebat sintesis satu kelas immunoglobulin akibat kelainan genetic dapat
menyebabkan penyakit imunodefisiensi serius misalnya agammaglobulinemia
yang sangat mempengaruhi produksi IgG karena terganggunya pertahanan tubuh
terhadap mikroorganisme.
2.5 Proses pembekuan darah
2.5.1 Faktor Pembekuan darah
Di awal abad 20, Howell mengatakan bahwa ada 4 faktor penggumpal
darah, yaitu tromboblastin, protrombin, Ca 2+ dan fibrinogen. Dewasa ini telah
diketahui paling tidak ada 12 faktor yang diperlukan dalam penggumpalan darah,
seperti yang tampak pada table berikut ini.
Faktor Nama
I
II
III
IV
V
VII
Fibrinogen
Protrombin
Tromboplastin ( faktor jaringan)
Ca2+
Proakselerin = globulin akselerator (Ac-glob)
Prokonvertin
VIII
IX
IX
X
XII
XIII
Faktor antihemofilia, globulin antihemofilia (AHG)
Komponen Tromboplastin plasma (faktor christmas)
Faktor stuart-power
Anteseden tromboplastin plasma (PTA)
Faktor hageman
Faktor Laki-Lorand
Faktor pembekuan darah
Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma
dan diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini
menyebabkan masalah pembekuan darah afibrinogenemia atau
hypofibrinogenemia.
Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan
diubah menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan
mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum dari pembekuan. Fibrinogen trombin
kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan faktor menyebabkan
hypoprothrombinemia.
Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber
yang berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin
penting dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di
Jalur koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan.
Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembekuan
darah.
Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan panas,
yang hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik
dan ekstrinsik koagulasi jalur. Proaccelerin mengkatalisis pembelahan
prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor ini, sifat resesif autosomal,
mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang disebut
parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga akselerator
globulin.
Proconvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabildan panas
dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh kontak
dengan kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X.
Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin herediter (autosomal resesif) atau
diperoleh (yang berhubungan dengan kekurangan vitamin K), hasil dalam
kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum prothrombin konversi faktor
akselerator dan stabil.
Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil
dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam konser
dengan faktor von Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor X.
Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab hemofilia A. Disebut juga
antihemophilic globulin dan faktor antihemophilic A.
Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang
relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah aktivasi,
diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan
faktor antihemophilic B.
Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan
berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan
mereka untuk memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan,
membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor V, yang disebut
prothrombinase; hal ini dapat membelah dan mengaktifkan prothrombin untuk
trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan gangguan koagulasi sistemik.
Disebut juga Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan disebut juga
thrombokinase.
Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam
jalur intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX. Lihat
juga kekurangan faktor XI. Disebut juga faktor antihemophilic C.
Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan
kaca atau permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari koagulasi
dengan mengaktifkan faktor XI. Kekurangan faktor ini menghasilkan
kecenderungan trombosis.
Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi yang merubah fibrin
monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut dalam
urea, fibrin yang memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah.
Kekurangan faktor ini memberikan kecenderungan seseorang hemorrhagic.
Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga
disebut transglutaminase.
2.5.2 Proses Pembekuan Darah ( Koagulasi )
Mekanisme pembekuan darah merupakan hal yang kompleks. Mekanisme
ini dimulai bila terjadi trauma pada dinding pembuluh darah dan jaringan yang
berdekatan, pada darah, atau berkontaknya darah dengan sel edotel yang rusak
atau dengan kolagen atau unsure jaringan lainnya di luar sel endotel pembuluh
darah. Pada setiap kejadian tersebut, mekanisme ini menyebabkan pembentukan
activator protrombin, yang selanjutnya akan mengubah protrombin menjadi
thrombin dan menimbulkan seluruh langkah berikutnya.
Mekanisme secara umum, pembekuan terjadi melalui tiga langkah utama:
1) Sebagai respon terhadap rupturnya pembuluh darah yang ruak, maka rangkaian
reaksi kimiawi yang kompleks terjadi dalam darah yang melibatkan lebih dari
selusin factor pembekuan dara. Hasil akhirnya adalah terbentuknya suatu
kompleks substansi teraktivasi yang disebut activator protrombin.
2) Aktivator protrombin mengkatalisis pengubahan protrombin menjadi thrombin.
3) Trombin bekerja sebagai enzim untuk mengubah fibrinogen menjadi benang
fibrin yang merangkai trombosit, sel darah, dan plasma untuk membentuk bekuan.
Mekanisme Koagulasi, terdiri dari dua jalur yaitu :
1) Melalui jalur Ekstrinsik yang dimulai dengan terjadinya trauma pada dinding
pembuluh dan jaringan sekitarnya
2) Melalui jalur Instrinsik yang berawal di dalam darah itu sendiri.
3) Pada kedua jalur ini, baik Ekstrinsik maupun Instrinsik, berbagai protein
plasma, terutama betaglobulin, memegang peranan utama. Bersama dengan
faktor-faktor lain yang telah diuraikan dan terlibat dalam proses pembekuan,
semuanya disebut factor-faktor pembekuan darah, dan pada umumnya, semua itu
dalam bentuk enzim-enzim proteolitik yang inaktif. Bila berubah menjadi aktif,
kerja enzimmatiknya akan menimbulkan proses pembekuan berupa reaksi-reaksi
yang beruntun dan bertingkat.
2.5.3 Mekanisme Pembekuan darah
Sebagian besar factor pembekuan ditandai dengan angka Romawi. Bila kita ingin
mengatakan bentuk factor yang telah teraktivasi,maka kita harus menambah huruf
“a” setelah angka romawi,.
2.5.3.1 Mekanisme Ekstrinsik
Mekanisme ekstrinsik sebagai awal pembentukan activator protrombin
dimulai dengan dinding pembuluh luar yang rusak, dan berlangsung melalui
langkah-langkah, yaitu :
1. Pelepasan factor jaringan. Jaringan yang luka melepaskan beberapa factor
yang disebut factor jaringanatau tromboblastin jaringan. Faktor ini terutama terdiri
dari fosfolipid dari membrane jaringan dan kompleks lipoprotein yang
mengandung enzim preteolitik yang tinggi.
2. Aktivasi Faktor X- peranan factor VII dan factor jaringan. Kompleks
lipoprotein dari factor jaringan selanjutnya bergabung dengan factor VII dan
bersamaan dengan hadirnya ion kalsium, factor ini bekerja sebagai enzim terhadap
factor X untuk membentuk factor X yang teraktivasi.
3. Efek dari factor X yang teraktivasi dalam membantu aktifator protrombin-
peranan factor V. Faktor X yang teraktivasi segera berikatan dengan fosfolipid
jaringan, atau dengan fosfolipidtambahan yang dilepaskan dari trombosi, juga
dengan factor V, yang membentuk senyawa yang disebut activator protrombin.
Kemudian senyawa ini memecah protrombin menjadi trombin, dan
berlangsunglah proses pembekuan darah. Pada tahap permulaan, factor V yang
terdapat dalam kompleks activator protrombin bersifat inaktif, tetapi sekali proses
pembekuan darah ini dimulai dan thrombin mulai terbentuk, kerja proteolitik dari
thrombin akan mengaktifkan akselerator tambahan yang kuat dalam mengaktifkan
protrombin. Pada akhirnya, factor X yang teaktivasilah yang menyebabkan
pemecahan protrombin menjadi thrombin.
2.5.3.2 Mekanisme Instrinsik
Mekanisme kedua untuk pembentukan activator protrombin, dan
dengan demikian juga merupakan awal dari proses pembekuan, dimulai dengan
terjadinya trauma terhadap darah itu sendiri atau berkontak dengan kolagen pada
dinding pembuluh darahyang rusak, dan kemudian berlangsunglah serangkaian
reaksi yang bertingkat.
1. Pengaktifan faktor XII dan pelepasan fosfolipid trombosit oleh darah yang
terkena trauma. Trauma terhadap darah atau berkontaknya darah dengan kolagen
pembuluh darahakan mengubah dua factor pembekuan penting dalam darah:
Faktor XII dan Trombosit. Bila factor XII terganggu, misalnya karena berkontak
dengan kolagen atau dengan permukaan yang basah seperti gelas, ia akan berubah
menjadi bentuk baru yaitu sebagai enzim proteolitik yang disebut factor XII yang
teraktivasi. Pada saat bersamaan,trauma terhadap darah juga akan merusak
trombosit akibat bersentuhan dengan kolagen atau dengan permukaan basah,dan
ini akan melepaskan fosfolipid trombosit yang mengandung lipoprotein, yang
disebut 3 faktor pembekuan selanjutnya.
2. Pengaktifan factor XI, Faktor XII yang teraktivasi bekerja secara
enzimatik terhadap factor XI dan juga mengaktifkannya, ini merupakan langkah
kedua dalam jalur Instrinsik. Reaksi ini memerlukan Kininogen HMW( berat
molekul tinggi), dan dipercepat oleh prekalikrein.
3. Pengaktifan factor IX oleh factor XI yang teraktivasi bekerja secara
enzimatik terhadap factor XI dan mengaktifkannya.
4. Pengaktifan factor X-peranan Faktor VIII. Faktor IX yang teraktivasi,
yang bekerja sama dengan factor VIII teraktivasi dan dengan Fosfolipid trombosit
dan factor 3 dari trombosit yang rusak, mengaktifkan factor X.
5. Kerja factor X teraktivasi dalam pembentukan aktivastor protrombin-
peranan factor V. Langkah dalam jalur instrinsik ini pada prinsipnya sama dengan
langkah pada jalur ekstrinsik. Artinya, Faktor X yang teraktivasi berbentuk suatu
kompleks yang disebut activator protrombin.
Peranan ion kalsium dalam jalur instrinsik dan ekstrinsik
Ion kalsium diperlukan untuk mempermudah dan mempercepat semua reaksi.
Oleh karena itu, tanpa ion kalsium, pembekuan darah tidak terjadi. Kadar ion
kalsium dalam tubuh jarang sekali turun sedemikian rendah sehingga nyata
mempengaruhi kinetic pembekuan darah. Sebaliknya, bila darah di keluarkan dari
tubuh manusia, pembekuan dapat dicegah dengan menurunkan kadar ion kalsium
sampai di bawah ambang pembekuan, dengan cara deionisasi kalsium yaitu
mereaksikannya dengan zat-zat lain seperti ion sitrat atau dengan mengendapkan
kalsium dngan ion oksalat.
Interaksi antara jalur intrinsik dan ekstrinsik
Pembuluh darah rusak, pembekuan dimulai oleh kedua jalur secara bersamaan.
Factor jaringan mengawali jalur ekstrinsik, sedangkan berkontaknya factor XII
dan trombosit dengan kolagen di dinding pembuluh mengawali jalur instrinsik.
Suatu perbedaan yang sangat penting antara jalur ektrinsik dan jalur intrinsic ialah
bahwa jalur ektrinsiksipatnya dapat ekplosit, sekali dimulai, kecepatan prosesnya
hanya dibatasi oleh jumlah factor jaringan yang dilepaskan oleh jaringan yang
cidera, dan oleh jumlah factor X, VII, dan V yang terdapat dalam darah. Pada
cidera jaringan yang hebat, pembekuan dapat terjadi dalam 15 detik. Jalur intrinsic
prosesnya jauh lebih lambat, biasanya memerlukan waktu 1-6 menit untuk
menghasilkan pembekuan.
Lintasan instrinsik dimulai dengan fase kontak dengan prekalikrein,
kininogen dengan berat molekul tinggi, faktor XII dan faktor XI terpajan pada
permukaan pengaktif yang bermuatan negatif. Kalau komponen dalam fase kontak
terkait pada permukaan pengaktif, faktor XII akan diaktifkan menjadi faktor XIIa
pada saat proteolisis oleh kalikrein. Begitu faktor XIIa mengaktifkan faktor XI
menjadi XIa dan juga melepaskan bradikinin dari kininogen dengan berat molekul
tinggi. Faktor XIa dengan adanya ion Ca2+ mengakitfkan faktor IX menjadi
enzim serin protease, yaitu faktor IXa. Faktor ini selanjutnya memutuskan ikatan
Arg-Ile dalam faktor X untuk menghaasilkan faktor Xa. Reaksi belakangan ini
memerlukan perakitan komponen, yang dinamakan komplek tenase, pada
permukaan trombosit aktif, yaitu : Ca2+ dan faktor VIIIa disamping faktor IXa
dan faktor X. Faktor VIII diaktifkan oleh trombin dengan jumlah yang sangat
kecil hingga terbentuk faktor VIIIa, yang selanjutnya diinaktifkan oleh trombin
dalam proses pemecahan selanjutnya.
Lintasan ekstrinsik melibatkan faktor jaringan, faktor VII, X serta Ca2+
dan meghasilkan faktor Xa. Faktor jaringan berinteraksi dengan faktor VII dan
mengaktifkannya. Faktor jaringan bekerja sebagai kofaktor untuk faktor VIIa
untuk mengaktifkan faktor X. Pada lintasan terakhir yang sama, faktor Xa yang
dihasilkan oleh lintasan intrinsik dan ekstrinsik, akan mengaktifkan protombin
menjadi trombin yang kemudian mengubah fibrinogen menjadi fibrin.
Pengaktifan protombin terjadi pada permukaan trombosit aktif dan memerlukan
perakitan kompleks proetombinase yang terdiri atas fosfolipid anionik platelet,
Ca2+, faktor Va, faktor Xa dan protombin. Selain mengubah fibrinogen menjadi
fibrin, trombin juga mengubah faktor XIII menjadi faktor XIIa. Faktor ini
merupakan transglutaminase yang sangat spesifik dan membentuk ikatan silang
secara kovalen antar molekul fibrin dengan membentuk ikatan peptida antara
gugus amida residu glutamin dan gugus ε mino residu lisin, sehingga
menghasilkan bekuan fibrin yang lebih stabil dengan peningkatan resistensi
terhadap proteolisis.
Gambar pembekuan darah
Regulasi Thrombin
Thrombin yang aktif terbentuk dalam proses hemostasis atau thrombosis,
konsentrasinya harus dikontrol secara cermat untuk mencegah pembentukan
bekuan lebih lanjut atau pengaktifan trombosit.
Pengontrolan ini dilakukan melalui 2 cara yaitu:
1. Thrombin beredar dalam darah sebagai prekorsor inaktif, yaitu protrombin.
Pada setiap reaksinya, terdapat mekanisme umpan balik yang akan menghasilkan
keseimbangan antara aktivasi dan inhibisi.
2. Inaktivasi setiap thrombin yang terbentuk oleh zat inhibitor dalam darah.
2.5.4 Resorpsi Gumpalan Darah
Apabila pembekuan darah sudah terbentuk secara sempurna, massa
gumpalan itu sendiri akan akan menyumbat bagian pembuluh darah yang
mengalami cidera disekitarnya. Dalam penyembuhan luka, kesinambungan
pembuluh darah dapat dipulihkan, sehingga gumpalan darah kemudian terkurung
dalam suatu dalam pembuluh darah yang harus disingkirkan. Dalam hal ini massa
gumpalan harus dilenyapkan. Proses resorpsi massa gumpalan darah dinamai
fibrinolisis, yang juga memerlukan enzim, yaitu enzim proteolitik yang bernama
fibrinolisis atau plasmin.
Serat fibrin sendiri mengaktifkan suatu factor yang terdapat didalam darah
dan berbagai jaringan, yaitu profibrinokinase (profibrinolisokinase) menjadi
bentuk aktif, yaitu fibrinokinase (fibrinolisokinase). Selanjutnya, fbrinokinase ini
akan mengaktifkan plasmin (fibrinolisin) yang didalam darah berada dalam
bentuk tidak aktif, yaitu plasminogen (profibrinolisis). Plasmin atau fibrinolisin
yang aktif ini adalah suatu enzim proteolitik yang sangat kuat, sehingga serat-serat
fibrin yang tidak larut dan selanjutnya dipecah menjadi peptida kecil-kecil.
Bakteri stafilokokus menghasilkan enzim stafilokinase, sedangkan bakteri
stertokokus menghasilkan stertokinase. Kedua enzim ini mampu mengaktifkan
plasminogen atau profibrinolisin menjadi plasmin atau fibrinolisin.
Dalam keadaan sehari-hari pristiwa resorpsi gumpalan darah ini dapat
dilihat dengan mudah pada luka yang terjadi dipermukaan tubuh. Biasanya luka
tersebut akan ditutupi oleh gumpalan darah, yang kemudian mengering dan
bercampur dengan lapisan tanduk dari kulit untuk menjadi keropeng (krusta). Bila
keropeng ini ditekan, akan kelihatan cairan serum yang tidak berwarna terperas
keluar. Keropeng ini dari hari ke hari makin mengecil dan akhirnya akan terlepas
dan di bawahnya digantikan oleh jaringan baru yang telah bertaut. Tindakan untuk
menjaga kebersihan luka di permukaan tubuh menjadi sangat penting, mengingat
adanya sejumlah kuman yang mampu mengaktifkan plasminogen atau
prifibrinolisin menjadi plasmin atau fibrinolisin dalaam jumlah yang berlebihan.
Akibatnya gumpalan darah penutup luka dan yang dimaksudkan juga untuk
menghalangi masuknya kuman, Menjadi rusak sehingga kuman dapat masuk.
2.5.5 Anti Koagulasi
Senyawa yang dapat menghambat penggumpalan darah dinamakan
antikoagulan. Antikoagulasi ada yang bekerja dengan cara mengganggu
pematangan protein factor penggumpalan yaitu antagonis vitamin K seperti
dikumorol, selain itu ada juga antikoagulan yang bekerja dengan mengaktifkan
antitrombin, yaitu Heparin, menghambat kerja thrombin yang sudah aktif dalam
mengkatalis proses penggumpalan darah. 3
2.5.6 Gangguan Pembekuan Darah
Gangguan pada tingkat pembuluh darah. Hal ini disebabkan oleh adanya
kekurangan vitamin C dalam jumlah yang banyak dan dalam jangka waktu yang
agak lama, yang berujung pada kerapuhan pemmbuluh darah, terutama pembuluh
darah kapiler. Akibatnya, mudah terjadinya pendarahan bahkan oleh trauma
ringan sekalipun.
Gangguan pada tingkat trombosit. Hal ini disebabkan adanya penurunan
jumlah trombosit yang mengakibatkan gangguan pada penggumpalan darah.
Faktor penyabab berkurangnya trombosit ini, bisa disebabkan berkurangnya
jumlah megakaryosit yang mana merupakan pembentukan sel asalnya yang berada
di sumsum tulang. Hal ini dinamakan Amegakaryocyte thrombopenia purpura
(ATP). Selain disebabkan oleh Amegakaryocyte thrombopenia purpura,
penurunan jumlah tromosit juga dapat disebabkan karena beberapa penyakit virus
yang mengakibatkan penurunan jumlah trombosit dalam darah. Keadaan ini
disebut idiopathic thrombocytopenia purpura (ITP) . Salah satu contohnya adalah
pada penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Pada DBD terjadi penurunan
tajam dari jumlah trombosit di dalam darah tepi, sehingga peenderita tiap saat
terancam oleh bahaya pendarahan.
Pada penyakit pembuluh darah, termasuk aterosklerosis, trombosit
cenderung mudah beragregasi. Gerombolan trombosit ini akan mengendap dan
melekat di suatu tempat, menimbulkan trombus, yang mengganggu aliran darah
ke hilir. Trombus ini dapat terlepas menjadi embolus dapat menimbulkan akibat
yang parah.
Gangguan pada faktor penggumpalan. Kelainan ini dapat disebabkan oleh
3 faktor. Pertama, kelainan genetik. Kedua, kelainan karena kerusakan organ yang
membuatnya. Dan yang ketiga, kelainan yang disebabkan oleh adanya masalah
pada faktor pendukung proses sintesis.
Ada beberapa jenis penyakit kelainan penggumpalan darah yang
disebabkan oleh kelainan gen, yaitu hemofilia. Ada 2 jenis hemofilia yaitu
hemofilia A dan hemofilia B. Hemofilia A merupakan penyakit yang terkenal
dalam sejarah karena menyangkut anak keturunan dari Ratu Victoria yang
memerintah Inggris Raya di sebagian besar abad XIX. Penyakit ini disebabkan
oleh kelainan gen tang menjadikan faktor VIII atau AHG. Meskipun gen ini
terdapat di kromosom x namun bersifat resesif sehingga laki – laki yang lebih
sering menjadi penderita dibandingkan perempuan.
Hemofilia B disebut juga penyakit christmas atau faktor XI. Gen ini juga
terdapat di kromosom x dan bersifat resesif. Pada penyakit Hemofilia A dan
Hemofilia B sama – sama menunjukkan ketidakmampuan darah untuk melakukan
penggumpalan. Hanya gen dari faktor inilah yang terdapat di kromosom x,
sedangkan faktor penggumpalan lain disebut otosom. Penyakit von willebrand
adalah salah satu contoh penyakit genetik otosom. Penyakit ini ditandai dengan
adanya gangguan pada kemampuan trombosit untuk melekat pada permukaan dan
juga gangguan pada faktor VIII. Darah si penderita masih dapat menggumpal,
hanya saja membutuhkan waktu yang lama. Kelainan penggumpalan lain yang
disebabkan oleh genetik otosom ialah kelainan pada faktor V yang dinamakan
parahemofilia, faktor VII dan faktor X (stuart). Selain itu, ada pula penyakit
afibrinogenemia yang juga merupak genetik otosom yang dicirikan dengan tidak
adanya fibrinogen dalam darah oleh karena penderita tidak mampu mensintesis
fibrinogen sendiri. Saat ia terancam bahaya pendarahan, ia harus diberikan
fibrinogen dari luar tiap 10 – 14 hari karena biasanya fibrinogen akan lenyap
dalam waktu 12 – 21 hari.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Simpulan
Berdasarkan makalah yang kami buat, dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar protein plasma disintesis di hati. Protein plasma umumnya disintesis di
poliribosom yang terbungkus membran. Protein plasma selanjutnya menjalan rute
sekretorik utama di sel (membrane reticulum endoplasma kasar membrane
reticulum endoplasma halus apparatus golgi vesikel sekretrolik) sebelum
masuk ke plasma. Sebagian besar protein ini disintesis di hati dan mengalami
glikosilasi. Imunoglobulin plasma berperan besar dalam mekanisme pertahanan
tubuh dimana sistem imun terdiri dari limfosit B dan limfosit T. Limfosit B
membentuk antibodi humoral yang dikenal sebagai imunoglobulin. Limfosit T
berperan dalam reaksi hipersensivitas dan pertahanan sebagai sel ganas.
Pembentukan imunoglobulin yang berlebihan dan kekurangan dapat
menyebabkan penyakit mieloma multipel dan agammaglobulinemia. Faktor –
faktor pembekuan darah antara lain : Fibrinogen, Prothrombin, Jaringan
Tromboplastin, Kalsium, Proaccelerin, Proconvertin, Antihemophilic faktor,
Tromboplastin, Plasma komponen, Stuart faktor, Tromboplastin plasma,
Hageman faktor, Fibrin-faktor yang menstabilkan.
3.2 Saran
Dari makalah yang kami buat, kami membuat saran :
1. Perawat harus lebih memahami tentang plasma protein, imunoglobulin,
serta faktor pembekuan.
2. Mahasiswa lebih mempelajari materi plasma protein, imunoglobulin, dan
faktor pembekuan agar dapat menambah pengetahuan.
3. Mahasiswa lebih mengerti gangguan dalam imunoglobulin
DAFTAR PUSTAKA
Murray, R. K.; Granner, D. K.; Mayes P. A.; Rodwell, V. W., 2002. Harper‘s Biochemistry, 25th edition, McGraw-Hill, International edition.
Murray, R. K.; Granner, D. K.; Rodwell, V. W., (2009). Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.