proplas, imuno, pembekuan

29
BAB I PENDAHULUAN 2.1 Latar Belakang Peran mendasar darah dalam memelihara homeostasis dan mudahnya darah diperoleh memiliki arti bahwa penelitian terhadap konstituen-konstituen darah sangatlah penting dalam perkembangan biokimia dasar dan biokimia klinis. Sifat dasar sejumlah protein plasma,termasuk immunoglobulin (antibodi) akan dijelaskan dalam makalah ini. Perubahan jumlah berbagai protein plasma dan immunoglobulin terjadi pada banyak penyakit dan dapat dipantau dengan elektoforesis atau prosedur lainnya yang sesuai. Fungsi darah, kecuali untuk fungsi selular spesifik seperti mengangkut oksigen dan pertahanan imunologis sel, dilaksanakan oleh plasma dan berbagai konstituennya. Plasma terdiri dari air, elektrolit, metabolit, nutrien, protein, dan hormon. Komposisi air dan elektrolit plasma pada dasarnya sama dengan semua cairan ekstrasel lain. Pemeriksaan kadar Na, K, Ca, Cl, HCO, PaCO2 dan pH darah di laboratorium penting dalam penatalaksanaan banyak pasien. Protein total dalam plasma manusia memiliki kosentrasi sekitar 7,0-7,5 g/dL dan membentuk bagian terbesar dari bahan padat plasma. Protein plasma sebenarnya adalah campuran kompleks yang mencakup tidak

Transcript of proplas, imuno, pembekuan

Page 1: proplas, imuno, pembekuan

BAB I

PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang

Peran mendasar darah dalam memelihara homeostasis dan mudahnya

darah diperoleh memiliki arti bahwa penelitian terhadap konstituen-konstituen

darah sangatlah penting dalam perkembangan biokimia dasar dan biokimia klinis.

Sifat dasar sejumlah protein plasma,termasuk immunoglobulin (antibodi) akan

dijelaskan dalam makalah ini. Perubahan jumlah berbagai protein plasma dan

immunoglobulin terjadi pada banyak penyakit dan dapat dipantau dengan

elektoforesis atau prosedur lainnya yang sesuai.

Fungsi darah, kecuali untuk fungsi selular spesifik seperti mengangkut

oksigen dan pertahanan imunologis sel, dilaksanakan oleh plasma dan berbagai

konstituennya. Plasma terdiri dari air, elektrolit, metabolit, nutrien, protein, dan

hormon. Komposisi air dan elektrolit plasma pada dasarnya sama dengan semua

cairan ekstrasel lain. Pemeriksaan kadar Na, K, Ca, Cl, HCO, PaCO2 dan pH

darah di laboratorium penting dalam penatalaksanaan banyak pasien.

Protein total dalam plasma manusia memiliki kosentrasi sekitar 7,0-7,5

g/dL dan membentuk bagian terbesar dari bahan padat plasma. Protein plasma

sebenarnya adalah campuran kompleks yang mencakup tidak saja protein-protein

sederhana, tetapi juga protein terkonjugasi, misalnya glikoprotein dan berbagai

tipe lipoprotein. Pemakaian teknik-teknik proteomik memungkinkan kita

mengisolasi dan mengetahui karakter protein plasma yang sebelumnya tidak

diketahui yang sebagian terdapat dalam jumlah sangat sedikit sehingga proteom

bertambah.

Darah beredar dalam suatu sistem pembuluh darah yang pada hakekatnya

tertutup. Darah terdiri atas unsur-unsur padat, yaitu eritrosit, leukosit, serta

trombosit, yang tersuspensi di dalam media cair yang disebut plasma.

Sebagaimana yang akan ditunjukkan di bawah, darah khususnya plasma,

mempunyai banyak fungsi yang mutlak penting untuk mempertahankan kesehatan

tubuh.

Page 2: proplas, imuno, pembekuan

Begitu darah membeku (mengalami koagulasi), fase cair yang tertinggal

(serum) tidak lagi mengandung faktor pembekuan (termasuk fibrinogen) yang

normalnya terdapat di dalam plasma tetapi sudah terpakai dalam proses koagulasi.

Serum mengandung beberapa produk hasil penguraian faktor pembekuan, yaitu

produk yang dihasilkan selama proses koagulasi, dan karena itu dalam keadaan

normal tidak ditemukan di dalam plasma.

2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana terjadinya sintesis protein plasma ?

2. Apa saja komponen protein plasma dan waktu paruhnya dalam sirkulasi ?

3. Apa peran immunoglobulin ?

4. Apa penyakit yang disebabkan jika pembentukan imunoglobulin

berlebihan kekurangan?

5. Bagaimana proses pembekuan darah?

2.3 Tujuan

Tujuan dalam pembuatan makalah ini ialah :

1. Untuk mempelajari tentang dimana terjadinya sintesis protein plasma.

2. Untuk mengetahui komponen protein plasma dan waktu paruhnya dalam

sirkulasi.

3. Untuk memahami peran immunoglobulin.

4. Untuk mengetahui penyakit yang disebabkan jika pembentukan

imunoglobulin yang berlebihan dan kekurangan.

5. Untuk mengetahui proses pembekuan darah.

Page 3: proplas, imuno, pembekuan

2.4 Manfaat

Manfaat dalam pembuatan makalah ini sebagai berikut :

1. Agar mahasiswa mengetahui tentang dimana terjadinya sintesis protein

plasma.

2. Agar mahasiswa mampu mengetahui komponen protein plasma dan waktu

paruhnya dalam sirkulasi.

3. Agar mahasiswa bisa memahami peran immunoglobulin.

4. Agar mahasiswa mengetahui penyakit yang disebabkan jika pembentukan

imunoglobulin yang berlebihan dan kekurangan.

5. Agar mahasiswa dapat mengetahui proses pembekuan darah.

Page 4: proplas, imuno, pembekuan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Terjadinya sintesis protein plasma

2.1.1 Sebagian besar protein plasma disintesis di hati.

Hal ini sudah dibuktikan dengan eksperimen-eksperimen pada tingkat

hewan yang utuh (misal hepatektomi) dan oleh pemakaian perfusi preparat

hati ,potongan hati ,homogenat hati dan system translasi in vitro yang

menggunakan preparat mRNA yang di ekstraksi dari hati.namun, ɣ-globulin di

sintesis di sel plasma dan protein plasma tertentu di sintesis di tempat lain ,

misalnya sel endotel.

2.1.2 Protein plasma umumnya di sintesis di poliribosom yang terbungkus

membran.

Protein plasma selanjutnya menjalan rute sekretorik utamadi sel

(membrane reticulum endoplasma kasar membrane reticulum endoplasma

halus apparatus golgi vesikel sekretrolik) sebelum masuk ke plasma. Jadi,

sebagian besar rotein plasma di sintesis sebagai praprotein dan sebelumnya

mengandung peptida-peptida sinyal termal amino.protein plasma biasanya

menjalani berbagai modifikasi pasca translasi (proteolysis, glikosilasi, fosforilasi,

dan sebagainya) sewaktu mengalir di dalam sel.waktu transit dari tempat sintesis

di hepatosit ke plasma berfariasi dari 30 menit hingga beberapa jam atau lebih

untuk masing-masing protein.

2.2 Komponen protein plasma dan waktu paruhnya dalam sirkulasi

2.2.1 Sebagian besar protein plasma adalah glikoprotein.

Karena itu, protein-protein ini umumnya mengandung rantai oligosakarida

terkait-N atau –O nya. Albumin adalah salah satu pengecualian utama;protein ini

tidak mengandung residu gula.rantei oligo sakarida memiliki berbagai

fungsi.pengeluaran residu asam sialat terminal dari protein plasma tertentu (mis.

Serulo plasmin) dengan memanjankannya pada neuraminidase dapat sangat

memperpendek waktu paruh protein tersebut dalam plasma.

Page 5: proplas, imuno, pembekuan

2.2.2 Banyak protein plasma memperlihatkan polimerfisme.

Polimerfisme adalah sifat mendalian atau monogenik yang terdapat pada

populasi dalam paling sedikit dua fenotipe, yang keduanya tidak jarang di

temukan (kedunya tidak terdapat dalam frekuensi kurang dari 1=2%). Subtansi

golongan darah ABO adalah contoh terkenal polimorfisme manusia. Protein

plasma manusia yang memperlihatkan polimorfisme antara lain adalah α1,-

antitripsin, heptoglobin, transferin, seruloplasmin, dan imunogglobulin.bentuk

polimorfik protein-protein ini bisa di bedakan dengan berbagai prosedur (mis.

Berbagai jenis elektroforensis atau isoelektrik focusing),yang masing masing

dapat membentuk migrasi tersendiri. Analisis terhadap polimerfisme terbukti

penting bagi bidang genetika, antropologi, dan klinis.

2.2.3 Setiap protein plasma memiliki waktu paruh yang khas dalam sirkulasi.

Waktu paruh suatu protein plasma dapat ditentukan dengan memberi label

pada protein murni dengan 131 I dalam kondisi tenang yang tidak menyebabkan

denaturasi.waktu paruh yang diperoleh albumin dan haptoglobin pada orang

dewasa nomal masing-masing adalah sekitar 20 dan 5 hari. Pada penyakit tertentu

waktu paruh protein dapat berubah. Contohnya, pada beberapa penyakit saluran

cerna tertentu, misalnya ileitis regional (penyakit crohn), cukup bayak protein

plasma, termasuk albumin yang keluar ke usus melalui mukosa usus yang

meradang.

2.3 Peran immunoglobulin

System imun tubuh terdiri dari dua komponen utama : limfosit B dan

limfosit T. limfosit B terutama berasal dari sel sumsum tulang pada hewan tingkat

tinggi dan bursa Fabricius pada unggas. Limfosit T berasal dari timus. Sel B

bertanggung jawab membentuk antibody humoral dalam darah yang juga dikenal

sebagai immunoglobulin. Sel T berperan dalam berbagai respon imunologis

selular (cell/mediated imunulogic response), misalnya penolakan tandur, reaksi

hipersensitifitas, pertahanan terhadap sel ganas dan banyak virus. Bagian ini

hanya membahas immunoglobulin plasma yang di sintesis terutama di sel plasma.

Sel ini adalah sel khusus turunan sel B yang membentuk dan mengeluarkan

Page 6: proplas, imuno, pembekuan

immunoglobulin ke dalam plasma sebagai respon terhadap pajanan oleh beragam

antigen.

2.4 Penyakit yang disebabkan jika pembentukan imunoglobulin berlebihan

kekurangan

Penyakit immunoglobulin mencakup peningkatan produksi kelas tertentu

immunoglobulin atau bahkan molekul immunoglobulin spesifik (yang terakhir ini

oleh tumor klonal sel plasma yang disebut mieloma). Myeloma multiple adalah

suatu penyakit neoplastik : elektroforesis serum atau urin biasanya akan

memperlihatkan peningkatan besar satu immunoglobulin tertentu atau satu rantai

ringan tertentu (yang terakhir dinamai protein Bence Jones). Penurunan produksi

dapat tertbatas pada satu kelas molekul immunoglobulin (mis.IgA atau IgG) atau

dapat mengenai semua kelas immunoglobulin (IgA, IgD, Ige, IgG, dan IgM).

Penurunan hebat sintesis satu kelas immunoglobulin akibat kelainan genetic dapat

menyebabkan penyakit imunodefisiensi serius misalnya agammaglobulinemia

yang sangat mempengaruhi produksi IgG karena terganggunya pertahanan tubuh

terhadap mikroorganisme.

2.5 Proses pembekuan darah

2.5.1 Faktor Pembekuan darah

Di awal abad 20, Howell mengatakan bahwa ada 4 faktor penggumpal

darah, yaitu tromboblastin, protrombin, Ca 2+  dan fibrinogen. Dewasa ini telah

diketahui paling tidak ada 12 faktor yang diperlukan dalam penggumpalan darah,

seperti yang tampak pada table berikut ini.

Faktor Nama

I

II

III

IV

V

VII

Fibrinogen

Protrombin

Tromboplastin ( faktor jaringan)

Ca2+

Proakselerin = globulin akselerator (Ac-glob)

Prokonvertin

Page 7: proplas, imuno, pembekuan

VIII

IX

IX

X

XII

XIII

Faktor antihemofilia, globulin antihemofilia (AHG)

Komponen Tromboplastin plasma (faktor christmas)

Faktor stuart-power

Anteseden tromboplastin plasma (PTA)

Faktor hageman

Faktor Laki-Lorand

Faktor pembekuan darah

Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma

dan diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini

menyebabkan masalah pembekuan darah afibrinogenemia atau

hypofibrinogenemia.

Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan

diubah menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan

mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum dari pembekuan. Fibrinogen trombin

kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan faktor menyebabkan

hypoprothrombinemia.

Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber

yang berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin

penting dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di

Jalur koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan.

Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembekuan

darah.

Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan panas,

yang hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik

dan ekstrinsik koagulasi jalur. Proaccelerin mengkatalisis pembelahan

prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor ini, sifat resesif autosomal,

mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang disebut

parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga akselerator

globulin.

Proconvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabildan panas

dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh kontak

dengan kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X.

Page 8: proplas, imuno, pembekuan

Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin herediter (autosomal resesif) atau

diperoleh (yang berhubungan dengan kekurangan vitamin K), hasil dalam

kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum prothrombin konversi faktor

akselerator dan stabil.

Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil

dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam konser

dengan faktor von Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor X.

Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab hemofilia A. Disebut juga

antihemophilic globulin dan faktor antihemophilic A.

Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang

relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah aktivasi,

diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan

faktor antihemophilic B.

Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan

berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan

mereka untuk memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan,

membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor V, yang disebut

prothrombinase; hal ini dapat membelah dan mengaktifkan prothrombin untuk

trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan gangguan koagulasi sistemik.

Disebut juga Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan disebut juga

thrombokinase.

Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam

jalur intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX. Lihat

juga kekurangan faktor XI. Disebut juga faktor antihemophilic C.

Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan

kaca atau permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari koagulasi

dengan mengaktifkan faktor XI. Kekurangan faktor ini menghasilkan

kecenderungan trombosis.

Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi yang merubah fibrin

monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut dalam

urea, fibrin yang memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah.

Kekurangan faktor ini memberikan kecenderungan seseorang hemorrhagic.

Page 9: proplas, imuno, pembekuan

Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga

disebut transglutaminase.

2.5.2 Proses Pembekuan Darah ( Koagulasi )

Mekanisme pembekuan darah merupakan hal yang kompleks. Mekanisme

ini dimulai bila terjadi trauma pada dinding pembuluh darah dan jaringan yang

berdekatan, pada darah, atau berkontaknya darah dengan sel edotel yang rusak

atau dengan kolagen atau unsure jaringan lainnya di luar sel endotel pembuluh

darah. Pada setiap kejadian tersebut, mekanisme ini menyebabkan pembentukan

activator protrombin, yang selanjutnya akan mengubah protrombin menjadi

thrombin dan menimbulkan seluruh langkah berikutnya.

Mekanisme secara umum, pembekuan terjadi melalui tiga langkah utama:

1) Sebagai respon terhadap rupturnya pembuluh darah yang ruak, maka rangkaian

reaksi kimiawi yang kompleks terjadi dalam darah yang melibatkan lebih dari

selusin factor pembekuan dara. Hasil akhirnya adalah terbentuknya suatu

kompleks substansi teraktivasi yang disebut activator protrombin.

2) Aktivator protrombin mengkatalisis pengubahan protrombin menjadi thrombin.

3) Trombin bekerja sebagai enzim untuk mengubah fibrinogen menjadi benang

fibrin yang merangkai trombosit, sel darah, dan plasma untuk membentuk bekuan.

Mekanisme Koagulasi, terdiri dari dua jalur yaitu :

1) Melalui jalur Ekstrinsik yang dimulai dengan terjadinya trauma pada dinding

pembuluh dan jaringan sekitarnya

2) Melalui jalur Instrinsik yang berawal di dalam darah itu sendiri.

3) Pada kedua jalur ini, baik Ekstrinsik maupun Instrinsik, berbagai protein

plasma, terutama betaglobulin, memegang peranan utama. Bersama dengan

faktor-faktor lain yang telah diuraikan dan terlibat dalam proses pembekuan,

semuanya disebut factor-faktor pembekuan darah, dan pada umumnya, semua itu

dalam bentuk enzim-enzim proteolitik yang inaktif. Bila berubah menjadi aktif,

kerja enzimmatiknya akan menimbulkan proses pembekuan berupa reaksi-reaksi

yang beruntun dan bertingkat.

Page 10: proplas, imuno, pembekuan

2.5.3 Mekanisme Pembekuan darah

Sebagian besar factor pembekuan ditandai dengan angka Romawi. Bila kita ingin

mengatakan bentuk factor yang telah teraktivasi,maka kita harus menambah huruf

“a” setelah angka romawi,.

2.5.3.1 Mekanisme Ekstrinsik

Mekanisme ekstrinsik sebagai awal pembentukan activator protrombin

dimulai dengan dinding pembuluh luar yang rusak, dan berlangsung melalui

langkah-langkah, yaitu :

1. Pelepasan factor jaringan. Jaringan yang luka melepaskan beberapa factor

yang disebut factor jaringanatau tromboblastin jaringan. Faktor ini terutama terdiri

dari fosfolipid dari membrane jaringan dan kompleks lipoprotein yang

mengandung enzim preteolitik yang tinggi.

2. Aktivasi Faktor X- peranan factor VII dan factor jaringan. Kompleks

lipoprotein dari factor jaringan selanjutnya bergabung dengan factor VII dan

Page 11: proplas, imuno, pembekuan

bersamaan dengan hadirnya ion kalsium, factor ini bekerja sebagai enzim terhadap

factor X untuk membentuk factor X yang teraktivasi.

3. Efek dari factor X yang teraktivasi dalam membantu aktifator protrombin-

peranan factor V. Faktor X yang teraktivasi segera berikatan dengan fosfolipid

jaringan, atau dengan fosfolipidtambahan yang dilepaskan dari trombosi, juga

dengan factor V, yang membentuk senyawa yang disebut activator protrombin.

Kemudian senyawa ini memecah protrombin menjadi trombin, dan

berlangsunglah proses pembekuan darah. Pada tahap permulaan, factor V yang

terdapat dalam kompleks activator protrombin bersifat inaktif, tetapi sekali proses

pembekuan darah ini dimulai dan thrombin mulai terbentuk, kerja proteolitik dari

thrombin akan mengaktifkan akselerator tambahan yang kuat dalam mengaktifkan

protrombin. Pada akhirnya, factor X yang teaktivasilah yang menyebabkan

pemecahan protrombin menjadi thrombin.

2.5.3.2 Mekanisme Instrinsik

Mekanisme kedua untuk pembentukan activator protrombin, dan

dengan demikian juga merupakan awal dari proses pembekuan, dimulai dengan

terjadinya trauma terhadap darah itu sendiri atau berkontak dengan kolagen pada

dinding pembuluh darahyang rusak, dan kemudian berlangsunglah serangkaian

reaksi yang bertingkat.

1. Pengaktifan faktor XII dan pelepasan fosfolipid trombosit oleh darah yang

terkena trauma. Trauma terhadap darah atau berkontaknya darah dengan kolagen

pembuluh darahakan mengubah dua factor pembekuan penting dalam darah:

Faktor XII dan Trombosit. Bila factor XII terganggu, misalnya karena berkontak

dengan kolagen atau dengan permukaan yang basah seperti gelas, ia akan berubah

menjadi bentuk baru yaitu sebagai enzim proteolitik yang disebut factor XII yang

teraktivasi. Pada saat bersamaan,trauma terhadap darah juga akan merusak

trombosit akibat bersentuhan dengan kolagen atau dengan permukaan basah,dan

ini akan melepaskan fosfolipid trombosit yang mengandung lipoprotein, yang

disebut 3 faktor pembekuan selanjutnya.

Page 12: proplas, imuno, pembekuan

2. Pengaktifan factor XI, Faktor XII yang teraktivasi bekerja secara

enzimatik terhadap factor XI dan juga mengaktifkannya, ini merupakan langkah

kedua dalam jalur Instrinsik. Reaksi ini memerlukan Kininogen HMW( berat

molekul tinggi), dan dipercepat oleh prekalikrein.

3. Pengaktifan factor IX oleh factor XI yang teraktivasi bekerja secara

enzimatik terhadap factor XI dan mengaktifkannya.

4. Pengaktifan factor X-peranan Faktor VIII. Faktor IX yang teraktivasi,

yang bekerja sama dengan factor VIII teraktivasi dan dengan Fosfolipid trombosit

dan factor 3 dari trombosit yang rusak, mengaktifkan factor X.

5. Kerja factor X teraktivasi dalam pembentukan aktivastor protrombin-

peranan factor V. Langkah dalam jalur instrinsik ini pada prinsipnya sama dengan

langkah pada jalur ekstrinsik. Artinya, Faktor X yang teraktivasi berbentuk suatu

kompleks yang disebut activator protrombin.

Peranan ion kalsium dalam jalur instrinsik dan ekstrinsik

Ion kalsium diperlukan untuk mempermudah dan mempercepat semua reaksi.

Oleh karena itu, tanpa ion kalsium, pembekuan darah tidak terjadi. Kadar ion

kalsium dalam tubuh jarang sekali turun sedemikian rendah sehingga nyata

mempengaruhi kinetic pembekuan darah. Sebaliknya, bila darah di keluarkan dari

tubuh manusia, pembekuan dapat dicegah dengan menurunkan kadar ion kalsium

sampai di bawah ambang pembekuan, dengan cara deionisasi kalsium yaitu

mereaksikannya dengan zat-zat lain seperti ion sitrat atau dengan mengendapkan

kalsium dngan ion oksalat.

Interaksi antara jalur intrinsik dan ekstrinsik

Pembuluh darah rusak, pembekuan dimulai oleh kedua jalur secara bersamaan.

Factor jaringan mengawali jalur ekstrinsik, sedangkan berkontaknya factor XII

dan trombosit dengan kolagen di dinding pembuluh mengawali jalur instrinsik.

Suatu perbedaan yang sangat penting antara jalur ektrinsik dan jalur intrinsic ialah

bahwa jalur ektrinsiksipatnya dapat ekplosit, sekali dimulai, kecepatan prosesnya

hanya dibatasi oleh jumlah factor jaringan yang dilepaskan oleh jaringan yang

cidera, dan oleh jumlah factor X, VII, dan V yang terdapat dalam darah. Pada

cidera jaringan yang hebat, pembekuan dapat terjadi dalam 15 detik. Jalur intrinsic

Page 13: proplas, imuno, pembekuan

prosesnya jauh lebih lambat, biasanya memerlukan waktu 1-6 menit untuk

menghasilkan pembekuan.

Lintasan instrinsik dimulai dengan fase kontak dengan prekalikrein,

kininogen dengan berat molekul tinggi, faktor XII dan faktor XI terpajan pada

permukaan pengaktif yang bermuatan negatif. Kalau komponen dalam fase kontak

terkait pada permukaan pengaktif, faktor XII akan diaktifkan menjadi faktor XIIa

pada saat proteolisis oleh kalikrein. Begitu faktor XIIa mengaktifkan faktor XI

menjadi XIa dan juga melepaskan bradikinin dari kininogen dengan berat molekul

tinggi. Faktor XIa dengan adanya ion Ca2+ mengakitfkan faktor IX menjadi

enzim serin protease, yaitu faktor IXa. Faktor ini selanjutnya memutuskan ikatan

Arg-Ile dalam faktor X untuk menghaasilkan faktor Xa. Reaksi belakangan ini

memerlukan perakitan komponen, yang dinamakan komplek tenase, pada

permukaan trombosit aktif, yaitu : Ca2+ dan faktor VIIIa disamping faktor IXa

dan faktor X. Faktor VIII diaktifkan oleh trombin dengan jumlah yang sangat

kecil hingga terbentuk faktor VIIIa, yang selanjutnya diinaktifkan oleh trombin

dalam proses pemecahan selanjutnya.

Lintasan ekstrinsik melibatkan faktor jaringan, faktor VII, X serta Ca2+

dan meghasilkan faktor Xa. Faktor jaringan berinteraksi dengan faktor VII dan

mengaktifkannya. Faktor jaringan bekerja sebagai kofaktor untuk faktor VIIa

untuk mengaktifkan faktor X. Pada lintasan terakhir yang sama, faktor Xa yang

dihasilkan oleh lintasan intrinsik dan ekstrinsik, akan mengaktifkan protombin

menjadi trombin yang kemudian mengubah fibrinogen menjadi fibrin.

Pengaktifan protombin terjadi pada permukaan trombosit aktif dan memerlukan

perakitan kompleks proetombinase yang terdiri atas fosfolipid anionik platelet,

Ca2+, faktor Va, faktor Xa dan protombin. Selain mengubah fibrinogen menjadi

fibrin, trombin juga mengubah faktor XIII menjadi faktor XIIa. Faktor ini

merupakan transglutaminase yang sangat spesifik dan membentuk ikatan silang

secara kovalen antar molekul fibrin dengan membentuk ikatan peptida antara

gugus amida residu glutamin dan gugus ε mino residu lisin, sehingga

menghasilkan bekuan fibrin yang lebih stabil dengan peningkatan resistensi

terhadap proteolisis.

Page 14: proplas, imuno, pembekuan

Gambar pembekuan darah

Regulasi Thrombin

Thrombin yang aktif terbentuk dalam proses hemostasis atau thrombosis,

konsentrasinya harus dikontrol secara cermat untuk mencegah pembentukan

bekuan lebih lanjut atau pengaktifan trombosit.

Pengontrolan ini dilakukan melalui 2 cara yaitu:

1. Thrombin beredar dalam darah sebagai prekorsor inaktif, yaitu protrombin.

Pada setiap reaksinya, terdapat mekanisme umpan balik yang akan menghasilkan

keseimbangan antara aktivasi dan inhibisi.

2. Inaktivasi setiap thrombin yang terbentuk oleh zat inhibitor dalam darah.

2.5.4 Resorpsi Gumpalan Darah

Apabila pembekuan darah sudah terbentuk secara sempurna, massa

gumpalan itu sendiri akan akan menyumbat bagian pembuluh darah yang

mengalami cidera disekitarnya. Dalam penyembuhan luka, kesinambungan

pembuluh darah dapat dipulihkan, sehingga gumpalan darah kemudian terkurung

dalam suatu dalam pembuluh darah yang harus disingkirkan. Dalam hal ini massa

gumpalan harus dilenyapkan. Proses resorpsi massa gumpalan darah dinamai

fibrinolisis, yang juga memerlukan enzim, yaitu enzim proteolitik yang bernama

fibrinolisis atau plasmin.

Page 15: proplas, imuno, pembekuan

Serat fibrin sendiri mengaktifkan suatu factor yang terdapat didalam darah

dan berbagai jaringan, yaitu profibrinokinase (profibrinolisokinase) menjadi

bentuk aktif, yaitu fibrinokinase (fibrinolisokinase). Selanjutnya, fbrinokinase ini

akan mengaktifkan plasmin (fibrinolisin) yang didalam darah berada dalam

bentuk tidak aktif, yaitu plasminogen (profibrinolisis). Plasmin atau fibrinolisin

yang aktif ini adalah suatu enzim proteolitik yang sangat kuat, sehingga serat-serat

fibrin yang tidak larut dan selanjutnya dipecah menjadi peptida kecil-kecil.

Bakteri stafilokokus menghasilkan enzim stafilokinase, sedangkan bakteri

stertokokus menghasilkan stertokinase. Kedua enzim ini mampu mengaktifkan

plasminogen atau profibrinolisin menjadi plasmin atau fibrinolisin.

Dalam keadaan sehari-hari pristiwa resorpsi gumpalan darah ini dapat

dilihat dengan mudah pada luka yang terjadi dipermukaan tubuh. Biasanya luka

tersebut akan ditutupi oleh gumpalan darah, yang kemudian mengering dan

bercampur dengan lapisan tanduk dari kulit untuk menjadi keropeng (krusta). Bila

keropeng ini ditekan, akan kelihatan cairan serum yang tidak berwarna terperas

keluar. Keropeng ini dari hari ke hari makin mengecil dan akhirnya akan terlepas

dan di bawahnya digantikan oleh jaringan baru yang telah bertaut. Tindakan untuk

menjaga kebersihan luka di permukaan tubuh menjadi sangat penting, mengingat

adanya sejumlah kuman yang mampu mengaktifkan plasminogen atau

prifibrinolisin menjadi plasmin atau fibrinolisin dalaam jumlah yang berlebihan.

Akibatnya gumpalan darah penutup luka dan yang dimaksudkan juga untuk

menghalangi masuknya kuman, Menjadi rusak sehingga kuman dapat masuk.

2.5.5 Anti Koagulasi

Senyawa yang dapat menghambat penggumpalan darah dinamakan

antikoagulan. Antikoagulasi ada yang bekerja dengan cara mengganggu

pematangan protein factor penggumpalan yaitu antagonis vitamin K seperti

dikumorol, selain itu ada juga antikoagulan yang bekerja dengan mengaktifkan

antitrombin, yaitu Heparin, menghambat kerja thrombin yang sudah aktif dalam

mengkatalis proses penggumpalan darah. 3

Page 16: proplas, imuno, pembekuan

2.5.6 Gangguan Pembekuan Darah

Gangguan pada tingkat pembuluh darah. Hal ini disebabkan oleh adanya

kekurangan vitamin C dalam jumlah yang banyak dan dalam jangka waktu yang

agak lama, yang berujung pada kerapuhan pemmbuluh darah, terutama pembuluh

darah kapiler. Akibatnya, mudah terjadinya pendarahan bahkan oleh trauma

ringan sekalipun.

Gangguan pada tingkat trombosit. Hal ini disebabkan adanya penurunan

jumlah trombosit yang mengakibatkan gangguan pada penggumpalan darah.

Faktor penyabab berkurangnya trombosit ini, bisa disebabkan berkurangnya

jumlah megakaryosit yang mana merupakan pembentukan sel asalnya yang berada

di sumsum tulang. Hal ini dinamakan Amegakaryocyte thrombopenia purpura

(ATP). Selain disebabkan oleh Amegakaryocyte thrombopenia purpura,

penurunan jumlah tromosit juga dapat disebabkan karena beberapa penyakit virus

yang mengakibatkan penurunan jumlah trombosit dalam darah. Keadaan ini

disebut idiopathic thrombocytopenia purpura (ITP) . Salah satu contohnya adalah

pada penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Pada DBD terjadi penurunan

tajam dari jumlah trombosit di dalam darah tepi, sehingga peenderita tiap saat

terancam oleh bahaya pendarahan.

Pada penyakit pembuluh darah, termasuk aterosklerosis, trombosit

cenderung mudah beragregasi. Gerombolan trombosit ini akan mengendap dan

melekat di suatu tempat, menimbulkan trombus, yang mengganggu aliran darah

ke hilir. Trombus ini dapat terlepas menjadi embolus dapat menimbulkan akibat

yang parah.

Gangguan pada faktor penggumpalan. Kelainan ini dapat disebabkan oleh

3 faktor. Pertama, kelainan genetik. Kedua, kelainan karena kerusakan organ yang

membuatnya. Dan yang ketiga, kelainan yang disebabkan oleh adanya masalah

pada faktor pendukung proses sintesis.

Ada beberapa jenis penyakit kelainan penggumpalan darah yang

disebabkan oleh kelainan gen, yaitu hemofilia. Ada 2 jenis hemofilia yaitu

hemofilia A dan hemofilia B. Hemofilia A merupakan penyakit yang terkenal

dalam sejarah karena menyangkut anak keturunan dari Ratu Victoria yang

memerintah Inggris Raya di sebagian besar abad XIX. Penyakit ini disebabkan

Page 17: proplas, imuno, pembekuan

oleh kelainan gen tang menjadikan faktor VIII atau AHG. Meskipun gen ini

terdapat di kromosom x namun bersifat resesif sehingga laki – laki yang lebih

sering menjadi penderita dibandingkan perempuan.

Hemofilia B disebut juga penyakit christmas atau faktor XI. Gen ini juga

terdapat di kromosom x dan bersifat resesif. Pada penyakit Hemofilia A dan

Hemofilia B sama – sama menunjukkan ketidakmampuan darah untuk melakukan

penggumpalan. Hanya gen dari faktor inilah yang terdapat di kromosom x,

sedangkan faktor penggumpalan lain disebut otosom. Penyakit von willebrand

adalah salah satu contoh penyakit genetik otosom. Penyakit ini ditandai dengan

adanya gangguan pada kemampuan trombosit untuk melekat pada permukaan dan

juga gangguan pada faktor VIII. Darah si penderita masih dapat menggumpal,

hanya saja membutuhkan waktu yang lama. Kelainan penggumpalan lain yang

disebabkan oleh genetik otosom ialah kelainan pada faktor V yang dinamakan

parahemofilia, faktor VII dan faktor X (stuart). Selain itu, ada pula penyakit

afibrinogenemia yang juga merupak genetik otosom yang dicirikan dengan tidak

adanya fibrinogen dalam darah oleh karena penderita tidak mampu mensintesis

fibrinogen sendiri. Saat ia terancam bahaya pendarahan, ia harus diberikan

fibrinogen dari luar tiap 10 – 14 hari karena biasanya fibrinogen akan lenyap

dalam waktu 12 – 21 hari.

Page 18: proplas, imuno, pembekuan

BAB III

PENUTUPAN

3.1 Simpulan

Berdasarkan makalah yang kami buat, dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar protein plasma disintesis di hati. Protein plasma umumnya disintesis di

poliribosom yang terbungkus membran. Protein plasma selanjutnya menjalan rute

sekretorik utama di sel (membrane reticulum endoplasma kasar membrane

reticulum endoplasma halus apparatus golgi vesikel sekretrolik) sebelum

masuk ke plasma. Sebagian besar protein ini disintesis di hati dan mengalami

glikosilasi. Imunoglobulin plasma berperan besar dalam mekanisme pertahanan

tubuh dimana sistem imun terdiri dari limfosit B dan limfosit T. Limfosit B

membentuk antibodi humoral yang dikenal sebagai imunoglobulin. Limfosit T

berperan dalam reaksi hipersensivitas dan pertahanan sebagai sel ganas.

Pembentukan imunoglobulin yang berlebihan dan kekurangan dapat

menyebabkan penyakit mieloma multipel dan agammaglobulinemia. Faktor –

faktor pembekuan darah antara lain : Fibrinogen, Prothrombin, Jaringan

Tromboplastin, Kalsium, Proaccelerin, Proconvertin, Antihemophilic faktor,

Tromboplastin, Plasma komponen, Stuart faktor, Tromboplastin plasma,

Hageman faktor, Fibrin-faktor yang menstabilkan.

3.2 Saran

Dari makalah yang kami buat, kami membuat saran :

1. Perawat harus lebih memahami tentang plasma protein, imunoglobulin,

serta faktor pembekuan.

2. Mahasiswa lebih mempelajari materi plasma protein, imunoglobulin, dan

faktor pembekuan agar dapat menambah pengetahuan.

3. Mahasiswa lebih mengerti gangguan dalam imunoglobulin

Page 19: proplas, imuno, pembekuan

DAFTAR PUSTAKA

Murray, R. K.; Granner, D. K.; Mayes P. A.; Rodwell, V. W., 2002. Harper‘s Biochemistry, 25th edition, McGraw-Hill, International edition.

Murray, R. K.; Granner, D. K.; Rodwell, V. W., (2009). Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.