Properti Dan Persediaan

27
Properti Investasi 1. Ruang Lingkup Properti Investasi Berdasarkan PSAK 13 Pembahasan Properti Investasi ini tidak mencakup sebagai berikut : a. hal-hal yang diatur dalam PSAK 30 tentang Sewa, antara lain: i. pengklasifikasian sewa sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi ii. pengakuan penghasilan sewa dari properti investasi iii. pengukuran hak atas properti dalam sewa yang dicatat sebagai sewa operasi dalam laporan keuangan lessee iv. pengukuran investasi neto lessor yang dicatat sebagai sewa pembiayaan dalam laporan keuangan lessor v. akuntansi untuk transaksi jual dan sewa-balik vi. pengungkapan tentang sewa pembiayaan dan sewa operasi b. juga tidak berlaku untuk : i. aset biologik yang terkait dengan aktivitas agrikultur ii. hak penambangan dan reservasi tambang seperti minyak, gas alam dan sumber daya alam sejenis yang tidak dapat diperbaharui. 2. Pengertian Properti Investasi Pengertian Properti Investasi menurut PSAK 13 adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee/penyewa melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya, dan tidak untuk: (a) digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif; atau (b) dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari Jadi dengan kata lain, Untuk dapat mengklasifikasikan suatu properti sebagai properti investasi, harus memenuhi kedua kriteria bahwa: a. Tujuan penggunaan property tersebut untuk rental dan/atau kenaikan nilai. Dengan demikian, properti investasi tersebut menghasilkan arus kas

description

PSAK 13 dan IAS 2

Transcript of Properti Dan Persediaan

Page 1: Properti Dan Persediaan

Properti Investasi

1. Ruang Lingkup Properti Investasi Berdasarkan PSAK 13

Pembahasan Properti Investasi ini tidak mencakup sebagai berikut :

a. hal-hal yang diatur dalam PSAK 30 tentang Sewa, antara lain:

i. pengklasifikasian sewa sebagai sewa pembiayaan atau sewa

operasi

ii. pengakuan penghasilan sewa dari properti investasi

iii. pengukuran hak atas properti dalam sewa yang dicatat sebagai

sewa operasi dalam laporan keuangan lessee

iv. pengukuran investasi neto lessor yang dicatat sebagai sewa

pembiayaan dalam laporan keuangan lessor

v. akuntansi untuk transaksi jual dan sewa-balik

vi. pengungkapan tentang sewa pembiayaan dan sewa operasi

b. juga tidak berlaku untuk :

i. aset biologik yang terkait dengan aktivitas agrikultur

ii. hak penambangan dan reservasi tambang seperti minyak, gas

alam dan sumber daya alam sejenis yang tidak dapat

diperbaharui.

2. Pengertian Properti Investasi

Pengertian Properti Investasi menurut PSAK 13 adalah properti (tanah atau

bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang

dikuasai (oleh pemilik atau lessee/penyewa melalui sewa pembiayaan) untuk

menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya, dan tidak

untuk:

(a) digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk

tujuan administratif; atau

(b) dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari

Jadi dengan kata lain, Untuk dapat mengklasifikasikan suatu properti sebagai

properti investasi, harus memenuhi kedua kriteria bahwa:

a. Tujuan penggunaan property tersebut untuk rental dan/atau kenaikan

nilai. Dengan demikian, properti investasi tersebut menghasilkan arus kas

Page 2: Properti Dan Persediaan

yang sebagian besar tidak bergantung pada aset lain yang dikuasai oleh

entitas.

b. Properti tersebut dikuasai oleh pemilik dan dikuasai oleh suatu entitas

dalam sewa pembiayaan

Contoh properti investasi adalah sebagai berikut :

a. tanah yang dikuasai dalam jangka panjang untuk kenaikan nilai dan

bukan untuk dijual jangka pendek dalam kegiatan usaha sehari-

hari;

b. tanah yang dikuasai saat ini yang penggunaannya di masa depan

belum ditentukan. (Jika entitas belum menentukan penggunaan

tanah sebagai properti yang digunakan sendiri atau akan dijual

jangka pendek dalam kegiatan usaha sehari-hari, tanah tersebut

diakui sebagai tanah yang dimiliki dalam rangka kenaikan nilai);

c. bangunan yang dimiliki oleh entitas (atau dikuasai oleh entitas

melalui sewa pembiayaan) dan disewakan kepada pihak lain melalui

satu atau lebih sewa operasi;

d. bangunan yang belum terpakai tetapi tersedia untuk disewakan

kepada pihak lain melalui satu atau lebih sewa operasi.

e. properti dalam proses pembangunan atau pengembangan yang di

masa depan digunakan sebagai properti investasi.

Sedangkan untuk contoh aset yang bukan merupakan properti investasi

adalah :

a. properti yang dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan usaha

sehari-hari atau sedang dalam proses pembangunan atau

pengembangan untuk dijual (lihat PSAK 14 (revisi 2008):

Persediaan), misalnya properti yang diperoleh secara eksklusif

dengan maksud untuk dijual dalam waktu dekat atau untuk

pengembangan dan dijual kembali.

b. properti dalam proses pembangunan atau pengembangan atas

nama pihak ketiga (lihat PSAK 34 (revisi 2010): Kontrak

Konstruksi).

Page 3: Properti Dan Persediaan

c. Properti yang digunakan sendiri adalah properti yang dikuasai (oleh

pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk digunakan

dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk

tujuan administratif.

properti yang digunakan sendiri (lihat PSAK 16 (revisi 2011): Aset

Tetap), termasuk (di antaranya) properti yang dikuasai untuk

digunakan di masa depan sebagai properti yang digunakan sendiri,

properti yang dimiliki untuk pengembangan di masa depan dan

penggunaan selanjutnya sebagai properti yang digunakan sendiri,

properti yang digunakan oleh karyawan (dengan atau tanpa

karyawan tersebut membayar rental sesuai harga pasar) dan

properti yang digunakan sendiri yang menunggu untuk dijual.

d. properti yang disewakan kepada entitas lain dengan cara sewa

pembiayaan.

Beberapa properti terdiri atas bagian yang dikuasai untuk

menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai dan bagian lain dari properti

tersebut dimiliki untuk digunakan dalam proses produksi atau untuk

menghasilkan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif. Jika bagian

properti tersebut dapat dijual secara terpisah (atau disewakan kepada pihak

lain secara terpisah melalui sewa pembiayaan), maka entitas harus

mencatatnya secara terpisah.

Jika bagian tersebut tidak dapat dijual secara terpisah, maka properti

ini masuk sebagai properti investasi hanya jika suatu bagian yang digunakan

dalam proses produksi atau persediaan barang atau jasa atau untuk tujuan

administratif jumlahnya tidak signifikan.Dalam beberapa kasus, entitas

menyediakan tambahan jasa kepada para penghuni properti yang dimilikinya.

Entitas memperlakukan properti tersebut sebagai properti investasi jika jasa

tersebut tidak signifikan terhadap keseluruhan perjanjian. Misalnya adalah

ketika pemilik bangunan kantor menyediakan jasa keamanan dan

pemeliharaan bangunan kepada penyewa yang menghuni bangunan. Dalam

kasus yang lain, jasa yang disediakan bernilai cukup signifikan. Misalnya, jika

suatu entitas memiliki dan mengelola hotel, maka jasa yang diberikan kepada

Page 4: Properti Dan Persediaan

para tamu adalah signifikan terhadap keseluruhan perjanjian. Oleh karena itu,

kepemilikan seperti ini termasuk sebagai properti yang digunakan sendiri dan

bukan sebagai properti investasi.

Hal yang sulit untuk menentukan apakah tambahan jasa yang

diberikan adalah sangat signifikan sehingga properti tidak memenuhi sebagai

properti investasi. Misalnya, pemilik hotel terkadang memindahkan beberapa

tanggung jawab kepada pihak ketiga berdasarkan suatu perjanjian

pengelolaan. Syarat-syarat atau klausula dalam perjanjian tersebut sangat

beragam. Pada satu sisi, secara substansi, posisi pemilik hotel adalah sebagai

investor pasif. Pada sisi yang lain, pemilik hotel telah menugaskan

(outsourced) pihak lain untuk mengelola operasi hotel sehari-hari dengan

tetap terkena dampak secara langsung dari variasi arus kas yang dihasilkan

dari operasi hotel tersebut.

Apabila diperlukan pertimbangan untuk menentukan apakah suatu

properti memenuhi kriteria sebagai properti investasi, Entitas dapat

mengembangkan kriteria tersebut sehingga kriteria tersebut dapat digunakan

sebagai kebijakan yang konsisten sesuai dengan definisi properti investasi.

Akan tetapi Entitas tersebut disyaratkan untuk mengungkapkan kriteria

tersebut ketika pengklasifikasian dianggap sulit.

Dalam beberapa kasus, entitas memiliki properti yang disewakan

kepada, dan yang digunakan oleh, induk atau anak perusahaan lainnya.

Properti tersebut tidak diklasilifikasikan sebagai properti investasi pada

laporan keuangan konsolidasian, karena properti seperti ini termasuk

digunakan sendiri apabila dilihat dari sudut pandang grup. Namun, jika dilihat

dari sudut pandang entitas yang memiliki properti tersebut, properti semacam

ini masuk kategori properti investasi sepanjang memenuhi definisi kriteria

sebagai properti investasi. Dengan demikian, lessor memperlakukan

kepemilikan seperti itu sebagai properti investasi pada laporan keuangan

individualnya.

3. Pengakuan

Page 5: Properti Dan Persediaan

Properti investasi diakui sebagai aset jika dan hanya jika:

(a) besar kemungkinan manfaat ekonomik di masa depan dari aset yang

tergolong properti investasi akan mengalir ke dalam entitas; dan

(b) biaya perolehan properti investasi dapat diukur dengan andal.

4. Pengukuran Pada Saat Pengakuan Awal

Properti investasi pada awalnya diukur sebesar biaya perolehan. Biaya

transaksi termasuk dalam pengukuran awal tersebut. Biaya perolehan dari

properti investasi yang dibeli meliputi harga pembelian dan setiap

pengeluaran yang dapat diatribusikan secara langsung. Pengeluaran yang

dapat diatribusikan secara langsung termasuk, misalnya, biaya jasa hukum,

pajak penjualan, dan biaya transaksi lainnya.

Yang tidak termasuk biaya perolehan adalah:

a. biaya perintisan (kecuali biaya-biaya yang diperlukan untuk

membawa properti ke kondisi yang diinginkan sehingga dapat

digunakan sesuai dengan maksud manajemen);

b. kerugian operasional yang terjadi sebelum properti investasi

mencapai tingkat hunian yang direncanakan; atau

c. pemborosan bahan baku, buruh atau sumber daya lain yang terjadi

selama masa pembangunan atau pengembangan properti.

Jika pembayaran atas properti investasi ditangguhkan, maka biaya

perolehan adalah setara harga tunai. Perbedaan antara jumlah tersebut dan

pembayaran diakui sebagai beban bunga selama periode kredit.

Biaya perolehan awal hak atas properti yang dikuasai dengan cara

sewa dan diklasifikasikan sebagai properti investasi yang dicatat sebagai sewa

pembiayaan, dalam hal ini aset diakui pada jumlah mana yang lebih rendah

antara nilai wajar dan nilai kini dari pembayaran sewa minimum. Jumlah yang

setara diakui sebagai liabilitas. Premium yang dibayarkan untuk sewa

diperlakukan sebagai bagian dari pembayaran sewa minimum untuk tujuan

ini, dan oleh karena itu dimasukkan dalam biaya perolehan aset, tetapi

dikeluarkan dari liabilitas.

Page 6: Properti Dan Persediaan

Jika properti investasi mungkin diperoleh dalam pertukaran dengan

aset moneter atau aset nonmoneter atau kombinasi aset moneter dan

nonmoneter. Maka biaya perolehan dari suatu properti investasi diukur pada

nilai wajar kecuali:

a. transaksi pertukaran tersebut tidak memiliki substansi komersial;

atau

b. nilai wajar aset yang diterima dan aset yang diserahkan tidak dapat

diukur secara andal.

Jika aset yang diperoleh tidak dapat diukur dengan nilai wajar, biaya

perolehannya diukur dengan jumlah tercatat aset yang diserahkan.

5. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal

Suatu entitas dapat :

a. memilih apakah model nilai wajar atau model biaya untuk seluruh properti

investasi yang menjadi agunan liabilitas yang menghasilkan imbalan yang

terkait langsung dengan nilai wajar dari, atau imbalan dari, aset tertentu

termasuk properti investasi; dan

b. memilih apakah model nilai wajar atau model biaya untuk seluruh properti

investasi lain, tanpa memerhatikan pilihan sebagaimana dimaksud dalam

huruf (a).

Jika suatu entitas memilih model-model yang berbeda untuk dua

kategori yang diuraikan diatas, penjualan properti investasi di antara

kelompok aset yang diukur dengan menggunakan model berbeda harus diakui

pada nilai wajar dan perubahan kumulatif dalam nilai wajar harus diakui

dalam laba rugi. Selaras dengan itu, jika suatu properti investasi ditransfer

dari sekelompok aset yang menggunakan model nilai wajar ke dalam

kelompok aset yang menggunakan model biaya, maka nilai wajar properti

pada saat penjualan dianggap menjadi biaya perolehannya.

5.1 Model Nilai Wajar

Setelah pengakuan awal, entitas yang memilih menggunakan model

nilai wajar mengukur seluruh properti investasi berdasarkan nilai wajar. Nilai

Page 7: Properti Dan Persediaan

wajar properti investasi merupakan harga yang mana properti dapat

dipertukarkan antara pihak-pihak yang memiliki pengetahuan memadai dan

berkeinginan dalam suatu transaksi yang wajar. Nilai wajar tidak mencakup

estimasi kenaikan atau penurunan harga karena kondisi atau keadaan khusus

seperti pembiayaan yang umum, perjanjian penjualan dan penyewaan

kembali, kondisi khusus atau konsesi yang diberikan oleh pihak yang terkait

dengan penjualan. Entitas menentukan nilai wajar tanpa dikurangi dengan

biaya transaksi yang mungkin timbul dari penjualan atau pelepasan lainnya.

Nilai wajar adalah nilai pada tanggal tertentu. Karena kondisi pasar dapat

berubah, jumlah yang dilaporkan berdasarkan nilai wajar mungkin salah atau

tidak tepat jika diestimasi pada waktu yang berbeda. Jadi Nilai wajar properti

investasi mencerminkan kondisi pasar pada tanggal pelaporan.

Definisi nilai wajar mengacu pada transaksi wajar. Transaksi wajar

adalah transaksi antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan tertentu

atau khusus, yang membuat harga transaksi tidak mencerminkan karateristik

dari kondisi pasar. Transaksi tersebut dianggap terjadi di antara pihak-pihak

yang tidak berelasi, yang masing-masing bertindak secara independen.

Pedoman nilai wajar terbaik mengacu pada harga kini dalam pasar aktif untuk

properti serupa dalam lokasi dan kondisi yang sama dan berdasarkan pada

sewa dan kontrak lain yang serupa. Entitas harus memerhatikan adanya

perbedaan dalam sifat, lokasi, atau kondisi properti, atau ketentuan yang

disepakati dalam sewa dan kontrak lain yang berhubungan dengan properti.

Jika hak atas properti yang dimiliki oleh lessee melalui sewa operasi

diklasifikasi sebagai properti investasi, model nilai wajar harus diterapkan.

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar atas

properti investasi diakui dalam laba rugi pada periode terjadinya.

Nilai wajar berbeda dengan nilai pakai, sebagaimana didefinisikan dalam PSAK

48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset. Nilai wajar mencerminkan

pengetahuan dan estimasi pihak pembeli dan penjual yang berkeinginan

bertransaksi dan memiliki pengetahuan memadai. Sedangkan nilai pakai

mencerminkan estimasi entitas, termasuk pengaruh faktor khusus yang ada

pada entitas tersebut dan tidak dapat diterapkan pada entitas lain pada

Page 8: Properti Dan Persediaan

umumnya. Misalnya, nilai wajar tidak mencerminkan faktor-faktor berikut

dalam artian bahwa faktor-faktor ini tidak secara umum tersedia bagi pihak

pembeli dan penjual yang berkeinginan bertransaksi dan memiliki

pengetahuan memadai:

a. nilai tambah dari pembentukan portofolio properti pada lokasi yang

berbeda;

b. sinergi antara properti investasi dan aset lain;

c. hak legal dan pembatasan legal yang khusus hanya untuk pemilik akhir

(terkini); dan

d. manfaat pajak atau beban pajak yang khusus untuk pemilik akhir (terkini).

Ada anggapan yang sulit dibantah bahwa entitas dapat menentukan

nilai wajar properti investasi secara andal atas dasar berkelanjutan. Namun

demikian dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, terdapat bukti yang jelas

ketika suatu entitas pertama kali memperoleh properti investasi (atau ketika

properti yang ada pertama kali menjadi properti investasi karena perubahan

penggunaan) bahwa nilai wajar properti investasi tidak dapat ditentukan

secara andal atas dasar berkelanjutan. Hal ini timbul jika, dan hanya jika,

transaksi pasar serupa jarang terjadi dan alternatif estimasi andal nilai wajar

(misalnya, berdasarkan proyeksi arus kas diskontoan) tidak tersedia. jika

entitas menentukan bahwa nilai wajar properti investasi dalam proses

pembangunan tidak dapat ditentukan secara andal tetapi mengharapkan nilai

wajar properti tersebut dapat ditentukan secara andal saat pembangunan

selesai, maka properti tersebut diukur dengan cara properti investasi dalam

proses pembangunan diukur berdasarkan biaya perolehan sampai nilai

wajarnya dapat ditentukan secara andal atau sampai pembangunannya

selesai (mana yang lebih dahulu). Jika entitas menetukan bahwa nilai wajar

dari properti investasi (selain properti investasi dalam proses pembangunan)

tidak dapat ditentukan secara andal pada dasar berkelanjutan, entitas

mengukur properti investasi tersebut menggunakan model biaya sesuai PSAK

16 (revisi 2011): Aset Tetap. Nilai residu dari properti investasi diasumsikan

nol. Entitas menerapkan PSAK 16 (revisi 2011) hingga pelepasan properti

investasi tersebut.

Page 9: Properti Dan Persediaan

5.2 Model Biaya

Setelah pengakuan awal, entitas yang memilih model biaya mengukur

seluruh properti investasinya sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam PSAK

16 (revisi 2011): Aset Tetap. Dimana menggunakan model biaya yang sama

seperti model biaya di Aset Tetap yaitu dicatat sebesar biaya perolehan

dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.

Sedangkan jika properti investasi tersebut memenuhi kriteria dimiliki untuk

dijual (atau termasuk dalam kelompok aset lepasan yang dikelompokkan

sebagai dimiliki untuk dijual) sesuai dengan PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak

Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan. Properti

investasi yang memenuhi kriteria dimiliki untuk dijual (atau termasuk dalam

kelompok aset lepasan yang dikelompokkan sebagai dimiliki untuk dijual)

diukur sesuai dengan PSAK 58 (revisi 2009).

6. Transfer

Transfer ke atau dari properti investasi dilakukan jika, dan hanya jika,

terdapat perubahan penggunaan yang ditunjukkan dengan:

a. dimulainya penggunaan oleh pemilik, ditransfer dari properti investasi

menjadi properti yang digunakan sendiri

b. dimulainya pengembangan untuk dijual, ditransfer dari properti investasi

menjadi persediaan;

entitas mentransfer properti dari properti investasi menjadi persediaan

jika, dan hanya jika, terdapat perubahan penggunaan, yang ditunjukkan

dengan dimulainya pengembangan dengan tujuan untuk dijual. Jika

entitas memutuskan untuk melepas properti investasi tanpa

dikembangkan, maka entitas tetap memperlakukan properti sebagai

properti investasi hingga dihentikan pengakuannya (dihapuskan dari

laporan posisi keuangan) dan tidak memperlakukannya sebagai

persediaan. Demikian pula jika entitas mulai mengembangkan kembali

properti investasi yang ada dan akan tetap menggunakannya di masa

depan sebagai properti investasi, maka properti tersebut tetap properti

Page 10: Properti Dan Persediaan

investasi dan tidak direklasifikasi sebagai properti yang digunakan sendiri

selama masa pengembangan kembali.

c. berakhirnya pemakaian oleh pemilik, ditransfer dari properti yang

digunakan sendiri menjadi properti investasi;

d. dimulainya sewa operasi ke pihak lain, ditransfer dari persediaan menjadi

properti investasi;

Jika entitas menggunakan model biaya, transfer antara properti

investasi, properti yang digunakan sendiri dan persediaan tidak mengubah

jumlah tercatat properti yang ditransfer serta tidak mengubah biaya properti

untuk tujuan pengukuran dan pengungkapan. Untuk properti investasi yang

dicatat dengan menggunakan nilai wajar dan kemudian ditransfer menjadi

properti yang digunakan sendiri atau sebagai persediaan, nilai properti untuk

akuntansi berikutnya sesuai dengan ketentuan dalam PSAK 16 (revisi 2011):

Aset Tetap atau PSAK 14 (revisi 2008): Persediaan adalah nilai wajar pada

tanggal perubahaan penggunaan.

Jika properti yang digunakan sendiri oleh pemilik berubah menjadi properti

investasi dan akan dicatat dengan menggunakan nilai wajar, entitas

menerapkan PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap sampai dengan saat tanggal

terakhir perubahaan penggunaannya. Entitas memperlakukan perbedaan

antara jumlah tercatat berdasarkan PSAK 16 (revisi 2011) dan nilai wajar

dengan cara yang sama seperti revaluasi menurut PSAK 16 (revisi 2011).

Sampai dengan tanggal di mana properti yang digunakan sendiri

menjadi properti investasi yang dicatat pada nilai wajar, entitas menyusutkan

properti dan mengakui rugi penurunan nilai yang telah terjadi. Entitas

memperlakukan perbedaan yang ada antara jumlah tercatat properti investasi

berdasarkan PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap dan nilai wajarnya pada

tanggal tersebut dengan cara yang sama seperti revaluasi menurut PSAK 16

(revisi 2011). Dengan kata lain:

a. terjadinya penurunan jumlah tercatat properti diakui dalam laba

rugi. Namun, jika terdapat surplus revaluasi yang terkait dengan

properti tersebut, penurunan tersebut diakui di pendapatan

komprehensif lain dan mengurangi surplus revaluasi di ekuitas.

Page 11: Properti Dan Persediaan

b. timbulnya kenaikan jumlah tercatat diperlakukan sebagai berikut:

i. jika kenaikan tersebut membalik rugi penurunan nilai yang telah

diakui sebelumnya atas properti tersebut, maka kenaikan diakui

dalam laba rugi. Jumlah yang diakui dalam laba rugi tidak dapat

melebihi jumlah yang diperlukan untuk mengembalikan nilai ke

jumlah tercatat (setelah penyusutan) jika tidak ada pengakuan

rugi penurunan nilai;

ii. sisa kenaikan yang ada diakui dalam pendapatan komprehensif

lain dan kenaikan surplus revaluasi di ekuitas. Selanjutnya, pada

saat properti investasi dilepas, surplus revaluasi di ekuitas dapat

ditransfer ke saldo laba. Transfer dari surplus revaluasi ke saldo

laba tidak melalui laba rugi.

Untuk transfer dari persediaan ke properti investasi yang akan dicatat

pada nilai wajar, perbedaan yang ada antara nilai wajar properti pada tanggal

tersebut dan jumlah tercatat diakui dalam laba rugi.Perlakuan transfer dari

persediaan ke properti investasi yang akan dicatat pada nilai wajar adalah

konsisten dengan perlakuan penjualan persediaan.Ketika entitas

menyelesaikan pembangunan atau pengembangan properti investasi yang

dibangun sendiri dan yang akan dicatat pada nilai wajar, perbedaan yang ada

antara nilai wajar properti pada tanggal tersebut dan jumlah tercatatnya

diakui dalam laba rugi.

7. Pelepasan

Properti investasi dihentikan pengakuannya (dikeluarkan dari laporan

posisi keuangan) pada saat pelepasan atau ketika properti investasi tersebut

tidak digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki manfaat ekonomik

di masa depan yang dapat diharapkan pada saat pelepasannya.

Pelepasan properti investasi dapat dilakukan dengan cara dijual atau

disewakan secara sewa pembiayaan. Untuk menentukan tanggal pelepasan

properti investasi, entitas menggunakan kriteria yang diatur dalam PSAK 23

(revisi 2010): Pendapatan pada pengakuan pendapatan dari penjualan barang

dan jasa dan mempertimbangkan pedoman terkait sesuai lampiran PSAK 23

Page 12: Properti Dan Persediaan

(revisi 2010). PSAK 30 (revisi 2011): Sewa berlaku untuk pelepasan yang

dilakukan dengan cara sewa pembiayaan dan dengan cara jual dan sewa-

balik.

Jika, sesuai dengan prinsip pengakuan dalam paragraf 16, entitas

mengakui biaya penggantian untuk bagian tertentu dari suatu properti

investasi di dalam jumlah tercatat suatu aset tersebut, maka jumlah tercatat

dari bagian aset yang diganti tidak diakui lagi. Suatu bagian yang diganti dari

properti investasi yang dicatat dengan menggunakan model biaya bisa saja

bukan merupakan bagian yang disusutkan secara terpisah. Jika penentuan

jumlah tercatat dari bagian yang diganti tersebut tidak dapat secara praktis

dilakukan, entitas dapat menggunakan biaya penggantian sebagai indikasi

untuk menentukan berapa jumlah biaya bagian yang diganti pada saat

diperoleh atau dibangun. Untuk properti investasi yang dicatat dengan

menggunakan model nilai wajar, nilai wajar dari properti investasi tersebut

bisa jadi telah mencerminkan keadaan bahwa bagian yang akan diganti sudah

tidak memiliki nilai lagi. Dalam kasus-kasus lain, mungkin saja merupakan hal

yang sulit untuk menentukan berapa nilai wajar yang harus dikurangi untuk

bagian yang diganti. Suatu alternatif yang dapat digunakan untuk

menentukan nilai wajar yang harus dikurangi sehubungan dengan bagian

yang diganti, jika tidak dapat dilakukan secara praktis, adalah dengan

memasukkan biaya pengganti ke dalam jumlah tercatat aset tersebut dan

kemudian menentukan kembali nilai wajar dari aset tersebut, sebagaimana

yang diharuskan dalam hal terjadi penambahan yang tidak memerlukan

penggantian.

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau

pelepasan properti investasi ditentukan dari selisih antara hasil neto dari

pelepasan dan jumlah tercatat aset, dan diakui dalam laba rugi (kecuali jika

PSAK 30 (revisi 2011): Sewa mensyaratkan lain dalam hal jual dan sewa-

balik) dalam periode terjadinya penghentian atau pelepasan tersebut.

Imbalan yang diterima atas pelepasan properti investasi pada awalnya

diakui sebesar nilai wajar. Jika pembayaran atas properti investasi

ditangguhkan, imbalan yang diterima pada awalnya diakui sebesar setara

Page 13: Properti Dan Persediaan

harga tunai. Selisih antara jumlah nominal dari imbalan dan nilai yang setara

dengan harga tunai diakui sebagai pendapatan bunga sesuai dengan PSAK 23

(revisi 2010): Pendapatan dengan menggunakan metode tingkat bunga

efektif.

Entitas menerapkan PSAK 57 (revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontijensi,

dan Aset Kontijensi atau Pernyataan lain yang sesuai, dalam mencatat

liabilitas yang masih ada sehubungan dengan properti investasi setelah

pelepasan tersebut.

Kompensasi dari pihak ketiga yang diberikan sehubungan dengan penurunan

nilai, kehilangan atau pengembalian properti investasi harus diakui dalam laba

rugi ketika kompensasi tersebut menjadi piutang.

Penurunan nilai atau rugi atas properti investasi, klaim, atau pembayaran

kompensasi dari pihak ketiga dan pembelian atau pembangunan kemudian

aset adalah peristiwa ekonomi terpisah dan dicatat secara terpisah, dengan

cara sebagai berikut:

i. penurunan nilai properti investasi diakui sesuai PSAK 48 (revisi 2009):

Penurunan Nilai Aset;

ii. penghentian atau pelepasan properti investasi diakui sesuai dengan

paragraf 70-75 dari Pernyataan ini;

iii. kompensasi dari pihak ketiga atas penurunan nilai, hilang atau diserah

diakui dalam laporan laba rugi ketika kompensasi tersebut telah

menjadi piutang; dan

iv. biaya dari aset yang direnovasi, dibeli atau dibangun sebagai

penggantian ditentukan berdasarkan paragraf 20-28 dari Pernyataan

ini.

8. Pengungkapan

8.1 Model Nilai Wajar dan Model Biaya

Entitas mengungkapkan:

a. apakah entitas tersebut menerapkan model nilai wajar atau model

biaya;

Page 14: Properti Dan Persediaan

b. jika menerapkan model nilai wajar, apakah, dan dalam keadaan

bagaimana, hak atas properti yang dikuasai dengan cara sewa operasi

diklasifikasikan dan dicatat sebagai properti investasi;

c. apabila pengklasifikasian ini sulit dilakukan (lihat paragraf 14), kriteria

yang digunakan untuk membedakan properti investasi dengan properti

yang digunakan sendiri dan dengan properti yang dimiliki untuk dijual

dalam kegiatan usaha sehari-hari;

d. metode dan asumsi signifikan yang diterapkan dalam menentukan nilai

wajar dari properti investasi, yang mencakup pernyataan apakah

penentuan nilai wajar tersebut didukung oleh bukti pasar atau lebih

banyak berdasarkan faktor lain (yang harus diungkapkan oleh entitas

tersebut) karena sifat properti tersebut dan keterbatasan data pasar

yang dapat diperbandingkan;

e. sejauhmana penentuan nilai wajar properti investasi (yang diukur atau

diungkapkan dalam laporan keuangan) didasarkan atas penilaian oleh

penilai independen yang diakui dan memiliki kualifikasi profesional

yang relevan serta memiliki pengalaman mutakhir di lokasi dan

kategori properti investasi yang dinilai. Apabila tidak ada penilaian

seperti itu, hal tersebut diungkapkan;

f. jumlah yang diakui dalam laba rugi untuk:

i. penghasilan rental dari properti investasi;

ii. beban operasi langsung (mencakup perbaikan dan

pemeliharaan) yang timbul dari properti investasi yang

menghasilkan penghasilan rental selama periode tersebut;

iii. beban operasi langsung (mencakup perbaikan dan

pemeliharaan) yang timbul dari properti investasi yang tidak

menghasilkan pendapatan rental selama periode tersebut; dan

iv. perubahan kumulatif dalam nilai wajar yang diakui dalam laba

rugi atas penjualan properti investasi dari sekelompok aset yang

mana model biaya digunakan ke kelompok yang menggunakan

model nilai wajar (lihat paragraf 34);

Page 15: Properti Dan Persediaan

g. eksistensi dan jumlah pembatasan atas realisasi dari properti investasi

atau pembayaran penghasilan dan hasil pelepasan;

h. kewajiban kontraktual untuk membeli, membangun atau

mengembangkan properti investasi atau untuk perbaikan,

pemeliharaan atau peningkatan.

8.2 Model Nilai Wajar

Di samping pengungkapan yang dijelaskan diatas, entitas yang

menerapkan model nilai wajar mengungkapkan rekonsiliasi antara jumlah

tercatat properti investasi pada awal dan akhir periode, yang

menunjukkan hal-hal berikut:

a. penambahan, pengungkapan terpisah untuk penambahan yang

dihasilkan dari akuisisi dan penambahan yang dihasilkan dari

pengeluaran setelah perolehan yang diakui dalam jumlah tercatat aset;

b. penambahan yang dihasilkan dari akuisisi melalui penggabungan

usaha;

c. aset yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual atau masuk

dalam kelompok aset lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki

untuk dijual sesuai PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang

Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan dan pelepasan lain;

d. keuntungan atau kerugian neto dari penyesuaian terhadap nilai wajar;

e. perbedaan nilai tukar neto yang timbul pada penjabaran laporan

keuangan dari mata uang fungsional menjadi mata uang penyajian

yang berbeda, termasuk penjabaran dari kegiatan usaha luar negeri

menjadi mata uang penyajian dari entitas pelapor;

f. transfer ke dan dari persediaan dan properti yang digunakan sendiri;

dan

g. perubahan lain.

Ketika suatu penilaian terhadap properti investasi disesuaikan

secara signifikan untuk tujuan pelaporan keuangan, misalnya untuk

menghindari penghitungan ganda atas aset atau liabilitas yang diakui

sebagai aset dan liabilitas terpisah, maka entitas tersebut mengungkapkan

Page 16: Properti Dan Persediaan

rekonsiliasi antara penilaian tersebut dan penilaian yang telah disesuaikan

yang dilaporkan dalam laporan keuangan, dengan menunjukkan secara

terpisah jumlah agregat dari pengakuan kewajiban sewa yang telah

ditambahkan kembali, dan penyesuaian signifikan lain.

Dalam kasus-kasus entitas tidak dapat menentukan nilai wajar

secara andal, jika suatu entitas mengukur properti investasi dengan model

biaya sesuai dengan PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap, rekonsiliasi yang

disyaratkan harus mengungkapkan jumlah yang terkait dengan properti

investasi tersebut secara terpisah dari jumlah yang terkait dengan properti

investasi lainnya. Sebagai tambahan, entitas mengungkapkan:

a. uraian mengenai properti investasi tersebut;

b. penjelasan mengapa nilai wajar tidak dapat ditentukan secara andal;

c. apabila mungkin, rentang estimasi di mana nilai wajar kemungkinan

besar berada; dan

d. untuk pelepasan properti investasi yang tidak dicatat dengan nilai

wajar:

i. fakta bahwa entitas tersebut telah melepaskan properti

investasi yang tidak dicatat dengan nilai wajar;

ii. jumlah tercatat properti investasi pada saat dijual; dan

iii. jumlah keuntungan atau kerugian yang diakui.

8.3 Model Biaya

Entitas yang menerapkan model biaya juga harus mengungkapkan:

a. metode penyusutan yang digunakan;

b. umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;

c. jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (agregat dengan

akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode;

d. rekonsiliasi jumlah tercatat properti investasi pada awal dan akhir

periode, yang menunjukkan:

i. penambahan, pengungkapan terpisah untuk penambahan yang

dihasilkan dari akuisisi dan penambahan pengeluaran setelah

perolehan yang diakui sebagai aset;

Page 17: Properti Dan Persediaan

ii. penambahan yang dihasilkan dari akuisisi melalui

penggabungan usaha;

iii. aset yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual atau

masuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasi sebagai

dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58 (revisi 2009): Aset

Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang

Dihentikan dan pelepasan lainnya ;

iv. penyusutan;

v. jumlah rugi penurunan nilai yang diakui, dan jumlah pemulihan

rugi penurunan nilai, selama satu periode sesuai PSAK 48

(2009): Penurunan Nilai Aset;

vi. perbedaan nilai tukar neto yang timbul pada penjabaran laporan

keuangan dari mata uang fungsional menjadi mata uang

penyajian yang berbeda, termasuk penjabaran dari kegiatan

usaha luar negeri menjadi mata uang penyajian dari entitas

pelapor;

vii. transfer ke dan dari persediaan dan properti yang digunakan

sendiri; dan

viii. perubahan lain.

e. nilai wajar properti investasi. Dalam kasus yang dikecualikan, jika

entitas tidak dapat menentukan nilai wajar properti investasi secara

andal, entitas mengungkapkan:

i. uraian properti investasi;

ii. penjelasan mengapa nilai wajar tidak dapat ditentukan secara

andal; dan

iii. apabila mungkin, rentang estimasi di mana nilai wajar

kemungkinan besar berada.

Page 18: Properti Dan Persediaan

Persediaan

1. Ruang Lingkup Persediaan Berdasarkan PSAK 14

Pembahasan persediaan ini tidak berlaku untuk :

i) Pekerjaan dalam proses yang timbul dalam kontrak konstruksi, termasuk

kontrak jasa yang terkait langsung. Hal ini dibahas didalam PSAK 34:

Akuntansi Kontrak Konstruksi

ii) Persediaan yang terkait dengan real estat. Hal ini dibahas didalam PSAK

44: Akuntansi Aktivitas Perkembangan Real Estat

iii) Instrumen keuangan. Hal ini dibahas didalam PSAK 50: Instrumen

Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan dan PSAK Instrumen Keuangan:

Pengakuan dan Pengukuran

iv) Aset biolojik terkait dengan aktivitas agrikultur dan produk agrikultur pada

saat panen

v) Aset biolojik terkait dengan hasil hutan. Hal ini dibahas didalam PSAK 32:

Akuntansi Kehutanan

vi) Hasil tambang umum dan hasil tambang minyak dan gas bumi. Hal ini

dibahas didalam PSAK 33: Akuntansi Pertambangan Umum dan PSAK 29:

Akuntansi Minyak dan Gas Bumi

vii) Untuk pengukuran persediaan bagi pialang-pedagang komoditi yang

mengukur persediaannya pada nilai wajar setelah dikurangi biaya untuk

menjual, sesuai dengan praktik yang berlaku pada industri.

2. Pengertian Persediaan

Pengertian Persediaan menurut PSAK 14 adalah :

a. asset tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa;

b. asset dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau

c. asset dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan

dalam proses produksi atau pemberian jasa.

Persediaan meliputi barang yang dibeli dan dimiliki untuk dijual

kembali, misalnya, barang dagangan yang dibeli oleh pengecer untuk dijual

kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali.

Page 19: Properti Dan Persediaan

Persediaan juga mencakupi barang jadi yang diproduksi, atau barang dalam

penyelesaian yang sedang diproduksi, oleh entitas serta termasuk bahan

serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Bagi

perusahaan jasa, persediaan meliputi biaya jasa seperti diuraikan dalam

paragraf 18, di mana entitas belum mengakui pendapatan yang terkait (lihat

PSAK 23: Pendapatan).

3. Pengukuran Persediaan

Persediaan diukur berdasarkan biaya persediaan atau nilai realisasi bersih

mana yang lebih rendah (the lower of the cost and net realizable value).

3.1 BiayaPersediaan

3.1.1 Biaya Persediaan bagi Perusahaan Non Jasa

Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya

konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam

kondisi dan lokasi saat ini.

3.1.1.1 Biaya Pembelian

Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor,

pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh

entitas kepada otoritas pajak), biaya pengangkutan, biaya

penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat

diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan, dan jasa. Diskon

dagang, rabat dan hal lain yang serupa dikurangkan dalam

menentukan biaya pembelian.

3.1.1.2 Biaya Konversi

Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung

terkait dengan unit yang diproduksi, misalnya biaya tenaga kerja

langsung. Termasuk juga alokasi sistematis overhead produksi tetap

dan variabel yang timbul dalam mengonversi bahan menjadi barang

jadi. Overhead produksi tetap adalah biaya produksi tidak langsung

yang relatif konstan, tanpa memerhatikan volume produksi yang

dihasilkan, seperti penyusutan dan pemeliharaan bangunan dan

Page 20: Properti Dan Persediaan

peralatan pabrik, dan biaya manajemen dan administrasi pabrik.

Overhead produksi variabel adalah biaya produksi tidak langsung yang

berubah secara langsung, atau hampir secara langsung, mengikuti

perubahan volume produksi, seperti bahan tidak langsung dan biaya

tenaga kerja tidak langsung.

Pengalokasian overhead produksi tetap ke biaya konversi

didasarkan pada kapasitas fasilitas produksi normal. Kapasitas normal

adalah produksi rata-rata yang diharapkan akan tercapai selama suatu

periode atau musim dalam keadaan normal, dengan memerhitungkan

hilangnya kapasitas selama pemeliharaan terencana. Tingkat produksi

aktual dapat digunakan jika mendekati kapasitas normal.

Pengalokasian jumlah overhead produksi tetap pada setiap unit

produksi tidak bertambah sebagai akibat dari rendahnya produksi atau

tidak terpakainya pabrik. Overhead yang tidak teralokasi diakui sebagai

beban pada periode terjadinya. Dalam periode produksi tinggi yang

tidak normal, jumlah overhead tetap yang dialokasikan pada tiap unit

produksi menjadi berkurang sehingga persediaan tidak diukur di atas

biayanya. Overhead produksi variabel dialokasikan pada unit produksi

atas dasar penggunaan aktual fasilitas produksi.

Suatu proses produksi mungkin menghasilkan lebih dari satu

jenis produk secara simultan. Hal tersebut terjadi, misalnya, ketika

dihasilkan produk bersama atau bila terdapat produk utama dan

produk sampingan. Ketika biaya konversi tidak dapat diidentifikasi

secara terpisah, maka biaya tersebut dialokasikan antar produk secara

rasional dan konsisten. Pengalokasian dapat didasarkan pada,

misalnya, perbandingan harga jual untuk masing masing produk, baik

pada tahap proses produksi pada waktu produk telah dapat

diidentifikasikan secara terpisah atau pada saat produksi telah selesai.

Sebagian besar produk sampingan, pada hakekatnya tidak material.

Ketika kasusnya demikian, produk sampingan sering kali diukur pada

nilai realisasi neto dan nilai tersebut dapat mengurangi biaya produk

Page 21: Properti Dan Persediaan

utama. Dengan demikian, jumlah tercatat produk utama tidak berbeda

secara material dari biayanya.

3.1.1.3 Biaya Lain-Lain

Biaya-biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan

sepanjang biaya tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi

dan lokasi saat ini. Misalnya, dalam keadaan tertentu diperkenankan

untuk memasukkan overhead nonproduksi atau biaya perancangan

produk untuk pelanggan tertentu sebagai biaya persediaan.

Contoh biaya-biaya yang dikeluarkan dari biaya persediaan dan

diakui sebagai beban dalam periode terjadinya adalah:

a. jumlah pemborosan bahan, tenaga kerja, atau biaya produksi

lainnya yang tidak normal;

b. biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses

produksi sebelum dilanjutkan pada tahap produksi berikutnya;

c. biaya administrasi dan umum yang tidak memberikan kontribusi

untuk membuat persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat

ini; dan

d. biaya penjualan.

3.1.2 Biaya Persediaan bagi Perusahaan Pemberi Jasa

Sepanjang pemberi jasa memiliki persediaan, mereka mengukur

persediaan tersebut pada biaya produksinya. Biaya persediaan tersebut

terutama meliputi biaya tenaga kerja dan biaya personalia lainnya yang

secara langsung menangani pemberian jasa, termasuk personalia

penyelia, dan overhead yang dapat diatribusikan. Biaya tenaga kerja

dan biaya lainnya yang terkait dengan personalia penjualan dan

administrasi umum tidak termasuk sebagai biaya persediaan tetapi

diakui sebagai beban pada periode terjadinya. Biaya persediaan

pemberi jasa tidak termasuk marjin laba atau overhead yang tidak

dapat diatribusikan yang sering merupakan factor pembebanan harga

oleh pemberi jasa.

Page 22: Properti Dan Persediaan

3.2 Nilai Realisasi Bersih ( Net Realizable Value)

Pengertian Nilai Realisasi Bersih ( Net Realizable Value)

berdasarkan PSAK 14 adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha

biasa dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang

diperlukan untuk membuat penjualan. Nilai realisasi neto mengacu

kepada jumlah neto yang entitas berharap untuk direalisasi dari

penjualan persediaan dalam kegiatan usaha biasa. Nilai wajar

mencerminkan suatu jumlah di mana persediaan yang sama dapat

dipertukarkan antara pembeli dan penjual yang berpengetahuan dan

berkeinginan di pasar. Nilai realisasi neto adalah nilai khusus entitas

sedangkan nilai wajar tidak tergantung pada nilai khusus entitas. Nilai

realisasi neto untuk persediaan bisa tidak sama dengan nilai wajar

dikurangi biaya untuk menjual.

Biaya persediaan mungkin tidak akan diperoleh kembali jika

persediaan rusak, seluruh atau sebagian persediaan telah usang, atau

harga jualnya telah menurun. Biaya persediaan juga tidak akan

diperoleh kembali jika estimasi biaya penyelesaian atau estimasi biaya

untuk membuat penjualan telah meningkat. Praktek penurunan nilai

persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi neto konsisten

dengan pandangan bahwa aset seharusnya tidak dinyatakan melebihi

perkiraan jumlah yang dapat direalisasi dari penjualan atau

penggunaannya.

Nilai persediaan biasanya diturunkan ke nilai realisasi neto

secara terpisah untuk setiap item dalam persediaan. Namun demikian,

dalam beberapa kondisi, penurunan nilai persediaan mungkin lebih

sesuai jika dihitung terhadap kelompok item yang serupa atau

berkaitan. Misalnya barang-barang yang termasuk dalam lini produk

dengan tujuan atau penggunaan akhir yang serupa, yang diproduksi

dan dipasarkan di wilayah yang sama, dan tidak dapat dievaluasi

terpisah dari item-item lain dalam lini produk tersebut. Penurunan nilai

persediaan tidak tepat jika dihitung berdasarkan klasifikasi persediaan,

Page 23: Properti Dan Persediaan

misalnya, barang jadi, atau seluruh persediaan dalam suatu industri

atau segmen geografis tertentu. Pemberi jasa pada umumnya

mengakumulasikan biaya-biaya untuk setiap jasa di mana harga jual

terpisah ditentukan. Dengan demikian, masing-masing jasa tersebut

diperlakukan secara terpisah.

Estimasi nilai realisasi neto didasarkan pada bukti paling andal

yang tersedia pada saat estimasi dilakukan terhadap jumlah persediaan

yang diharapkan dapat direalisasi. Estimasi ini mempertimbangkan

fluktuasi harga atau biaya yang langsung terkait dengan peristiwa yang

terjadi setelah akhir periode sepanjang peristiwa tersebut menegaskan

kondisi yang ada pada akhir periode.

Estimasi nilai realisasi neto juga mempertimbangkan tujuan

pengadaan persediaan yang dimiliki. Misalnya, nilai realisasi neto dari

jumlah persediaan yang dimiliki untuk memenuhi kontrak penjualan

atau jasa yang bersifat pasti didasarkan pada harga kontrak. Jika

kontrak penjualan lebih sedikit daripada jumlah persediaan yang

dimiliki, maka nilai realisasi neto untuk kelebihannya didasarkan pada

harga jual umum. Penyisihan dapat timbul dari kontrak penjualan yang

bersifat pasti yang melebihi jumlah persediaan yang dimiliki atau dari

kontrak pembelian yang bersifat pasti. Penyisihan tersebut

diperlakukan sesuai dengan PSAK 57: Kewajiban Diestimasi, Kewajiban

Kontinjensi dan Aset Kontinjensi.

Bahan dan perlengkapan lain yang dimiliki untuk digunakan

dalam memroduksi persediaan tidak diturun nilainya di bawah biaya

jika produk jadi yang dihasilkan diharapkan dapat dijual sebesar atau

di atas biayanya. Namun demikian, ketika penurunan harga bahan

mengindikasikan biaya produk jadi yang dihasilkan akan melebihi nilai

realisasi neto, maka nilai bahan diturunkan ke nilai realisasi neto.

Dalam kondisi semacam itu, biaya penggantian bahan merupakan

ukuran terbaik yang tersedia untuk nilai realisasi netonya.

Pengujian yang baru dilakukan atas nilai realisasi neto pada

setiap periode berikutnya. Ketika kondisi yang semula mengakibatkan

Page 24: Properti Dan Persediaan

penurunan nilai persediaan di bawah biaya ternyata tidak ada lagi atau

ketika terdapat bukti yang jelas terhadap peningkatan nilai realisasi

neto karena perubahan keadaan ekonomi, maka jumlah penurunan

nilai harus dibalik (dalam hal ini pemulihan adalah terbatas untuk

jumlah penurunan nilai awal) sehingga jumlah tercatat yang baru dari

persediaan adalah yang terendah dari biaya atau nilai realisasi neto

yang telah direvisi. Hal ini terjadi, misalnya, ketika suatu item dalam

persediaan yang dicatat sebesar nilai realisasi neto karena harga

jualnya telah turun, masih dimiliki pada periode berikutnya dan harga

jualnya telah meningkat.

4. Tehnik Pengukuran Biaya

Teknik pengukuran biaya persediaan, seperti metode biaya standar

atau metode eceran, demi kemudahan dapat digunakan jika hasilnya

mendekati biaya. Biaya standar memperhitungkan tingkat normal

penggunaan bahan dan perlengkapan, tenaga kerja, efisiensi dan utilisasi

kapasitas. Biaya standar di-review secara reguler dan, jika diperlukan, direvisi

sesuai dengan kondisi terakhir.

Metode eceran seringkali digunakan dalam industry eceran untuk

menilai persediaan dalam jumlah besar item yang berubah dengan cepat, dan

memiliki marjin yang sama di mana tidak praktis untuk menggunakan metode

penetapan biaya lainnya. Biaya persediaan ditentukan dengan mengurangi

nilai jual persediaan dengan persentase marjin bruto yang sesuai. Persentase

tersebut digunakan dengan memerhatikan persediaan yang telah diturunkan

nilainya di bawah harga jual normal. Persentasi rata-rata sering digunakan

untuk setiap departemen eceran.

5. Rumus Biaya

Biaya persediaan untuk item yang biasanya tidak dapat diganti dengan

barang lain (not ordinary interchangeable) dan barang atau jasa yang

dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu harus diperhitungkan

berdasarkan identifikasi spesifik terhadapbiayanya masing masing.

Page 25: Properti Dan Persediaan

Identifikasi spesifik biaya artinya biaya–biaya spesifik diatribusikan ke

item persediaan tertentu. Cara ini merupakan perlakuan yang sesuai bagi

item yang dipisahkan untuk proyek tertentu, baik yang dibeli maupun yang

dihasilkan. Namun demikian, identifikasi spesifik biaya tidak tepat ketika

terdapat jumlah besar item dalam persediaan yang dapat menggantikan satu

sama lain (ordinarily interchangeable). Dalam keadaan demikian, metode

pemilihan item yang masih berada dalam persediaan dapat digunakan untuk

menentukan di muka dampaknya dalam laporan laba rugi.

Biaya persediaan, kecuali yang disebut dalam paragraph diatas, harus

dihitung dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama

(MPKP) atau ratarata tertimbang. Entitas harus menggunakan rumus biaya

yang sama terhadap semua persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan

yang sama. Untuk persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang

berbeda, rumusan biaya yang berbeda diperkenankan.

Misalnya, persediaan yang digunakan dalam suatu operasi segmen

mungkin memiliki kegunaan yang berbeda dari jenis persediaan yang sama

yang digunakan dalam operasi segmen yang lain. Namun demikian,

perbedaan lokasi geografis persediaan (atau dalam perspektif perpajakan),

dengan sendirinya, tidak cukup hanya sekedar menggunakan rumus biaya

yang berbeda.

Formula MPKP mengasumsikan item persediaan yang pertama dibeli

akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga item yang tertinggal

dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian. Dalam

rumus biaya ratarata tertimbang, biaya setiap item ditentukan berdasarkan

biaya rata-rata tertimbang dari item yang serupa pada awal periode dan biaya

item yang serupa yang dibeli atau diproduksi selama suatu periode.

Perhitungan rata-rata dapat dilakukan secara berkala atau pada setiap

penerimaan kiriman, tergantung pada keadaan entitas.

6. Pengakuan sebagai Beban

Jika persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus

diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan

Page 26: Properti Dan Persediaan

tersebut. Setiap penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai

realisasi neto dan seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai beban

pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan

kembali penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi

neto, harus diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan

pada periode terjadinya pemulihan tersebut.

7. Pengungkapan

Laporan keuangan harus mengungkapkan:

a. kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan,

termasuk rumus biaya yangdigunakan;

b. total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut

klasifikasi yang sesuai bagi entitas;

c. jumlah tercatat persediaan yang dicatat dengan nilai wajar dikurangi

biaya untuk menjual;

d. jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan;

e. jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah

persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan;

f. jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui

sebagai pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam

periode berjalan

g. kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan

yang diturunkan; dan

h. nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban.

Informasi tentang jumlah tercatat yang disajikan dalam berbagai

klasifikasi persediaan dan tingkat perubahannya masing-masing berguna bagi

pemakai laporan keuangan. Klasifikasi persediaan yang biasa digunakan

adalah barang dagangan, perlengkapan produksi, bahan, barang dalam

penyelesaian, dan barang jadi. Persediaan dalam pemberi jasa biasanya

disebut pekerjaan dalam penyelesaian. Biaya persediaan yang diakui sebagai

beban selama periode, seringkali disebut sebagai beban pokok penjualan,

meliputi biaya-biaya yang sebelumnya diperhitungkan dalam pengukuran

Page 27: Properti Dan Persediaan

persediaan yang saat ini telah dijual, overhead produksi yang tidak teralokasi,

dan jumlah biaya produksi persediaan yang tidak normal. Kondisi tertentu dari

entitas juga memungkinkan untuk memasukkan biaya lainnya, seperti biaya

distribusi.

Beberapa entitas mengadopsi suatu format laporan laba rugi yang

mengakibatkan jumlah yang diungkapkan adalah selain biaya persediaan

yang diakui sebagai beban selama periode yang bersangkutan. Dalam format

ini, entitas menyajikan analisa beban menggunakan klasifikasi berdasarkan

sifat dari beban. Dalam kasus ini, entitas mengungkapkan biaya yang diakui

sebagai beban untuk bahan baku dan bahan habis pakai, biaya tenaga kerja,

dan biaya lainnya bersama-sama dengan jumlah perubahan neto persediaan

pada periode tersebut.