PROMOSI KESEHATAN

download PROMOSI KESEHATAN

of 31

description

kshtm

Transcript of PROMOSI KESEHATAN

4/21/2012BAB IPENDAHULUAN

Secara definisi istilah promosi kesehatan dalam ilmu kesehatan masyarakat (health promotion) mempunyai dua pengertian. Pengertian promosi kesehatan yang pertama adalah sebagai bagian dari tingkat pencegahan penyakit. Level dan Clark mengatakan adanya 4 tingkat pencegahan penyakit dalam perspektif kesehatan masyarakat, yakni Health promotion, Specific Protection, Early diagnosis and prompt treatment, Disability limitation, dan Rehabilitation. Oleh sebab itu, promosi kesehatan dalam konteks ini adalah peningkatan kesehatan. Sedangkan, pengertian yang kedua promosi kesehatan diartikan sebagai upaya memasarkan, menyebarluaskan, mengenalkan atau menjual kesehatan, sehingga masyarakat menerima, atau membeli atau mengenal pesan-pesan kesehatan tersebut, yang akhirnya masyarakat mau berprilaku hidup sehat. Dari pengertian promosi kesehatan yang kedua ini, maka sebenarnya sama dengan pendidikan kesehatan (health education), karena pendidikan kesehatan pada prinsipnya bertujuan agar masyarakat berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan.1Dari pengertian tersebut, promosi kesehatan dalam konteks kesehatan masyarakat pada saat ini dimaksudkan sebagai revitalisasi atau pembaruan dari pendidikan kesehatan pada waktu yang lalu. Pergeseran makna pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan ini tentu tidak terlepas dari sejarah praktik pendidikan kesehatan di dalam kesehatan masyarakat di Indonesia, maupun secara praktik kesehatan masyarakat secara global. Praktik pendidikan kesehatan pada waktu yang lampau, sekurang-kurangnya pada tahun 90-an, terlalu menekankan perubahan perilaku masyarakat.1 Para praktisi pendidikan kesehatan telah bekerja keras untuk memberikan informasi kesehatan melalui berbagai media dan teknologi pendidikan kepada masyarakat, dengan harapan masyarakat mau melakukan hidup sehat seperti yang diharapkan. Tetapi pada kenyataannya, masyarakat belum mau merubah pola kehidupan mereka menjadi pola hidup sehat seperti yang diharapkan. Dari hasil-hasil studi yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan para ahli pendidikan kesehatan, terungkap memang benar bahwa pengetahuan masyarakat tentang kesehatan sudah tinggi, tapi praktik mereka masih rendah.1 Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai pola hidup sehat meningkat dengan tanpa diimbangi dengan adanya peningkatan atau perubahan perilakunya. Dari pengalaman pelaksanaan pendidikan kesehatan dari berbagai tempat selama bertahun-tahun tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan tersebut belum berhasil merubah masyarakat menjadi berperilaku hidup sehat, tetapi baru dapat membuat masyarakat untuk sekedar mau untuk berperilaku hidup sehat. Hal ini menimbulkan kesan yang negatif bagi pendidikan kesehatan.Oleh sebab itu, agar pendidikan kesehatan tidak terkesan negatif, maka para ahli pendidikan kesehatan global yang dimotori oleh WHO, pada tahun 1984 merevitalisasi pendidikan kesehatan tersebut dengan menggunakan istilah promosi kesehatan (health promotion). Kalau sebelumnya pendidikan kesehatan lebih diartikan sebagai upaya yang terencana untuk perubahan perilaku masyarakat sesuai dengan norma-norma kesehatan, maka promosi kesehatan tidak hanya mengupayakan perubahan perilaku saja, tetapi juga perubahan lingkungan yang memfasilitasi perubahan perilaku tersebut. Di samping itu, promosi kesehatan lebih menekankan kepada peningkatan kemampuan hidup sehat, bukan sekedar berperilaku sehat.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

1.PROMOSIMenurut WHO, kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental, sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Sedangkan paradigma baru mengemukakan kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No.23/ 1992). Menurut UU No. 36/ 2009, yang terbaru dan digunakan sampai sekarang, kesehatan adalah keadaan sejahtera sehat baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkin kan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.1.1 Pengertian dan Batasan Pendidikan atau Promosi Kesehatan1.1.1 Pengertian Pendidikan atau Promosi KesehatanSecara definisi, istilah promosi kesehatan dalam ilmu kesehatan masyarakat mempunyai dua pengertian. Pengertian promosi kesehatan yang pertama adalah sebagai bagian dari tingkat pencegahan penyakit. Level and Clark mengatakan bahwa terdapat 4 tingkat pencegahan penyakit dalam perspektif penyakit masyarakat, yakni:a. Health promotion (peningkatan atau promosi kesehatan)b. Specific protection (perlindungan khusus melalui imunisasi)c. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera)d. Disability limitation (membatasi atau mengurangi terjadinya kecacatan)e. Rehabilitation (pemulihan)

Oleh sebab itu, promosi kesehatan dalam konteks ini adalah peningkatan kesehatan. Sedangkan pengertian kedua, promosi kesehatan diartikan sebagai upaya memasarkan, menyebarluaskan, mengenalkan, atau menjual kesehatan. Maksud kesehatan adalah baik itu berupa pesan-pesan kesehatan maupun upaya-upaya kesehatan, sehingga masyarakat menerima perilaku kesehatan atau mengenal pesan-pesan kesehatan tersebut, yang akhirnya masyarakat menerapkan hidup sehat. pengertian promosi kedua ini sama dengan pendidikan kesehatan (health education) karena pendidikan kesehatan pada prinsipnya bertujuan agar masyarakat berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Promosi kesehatan dalam konteks kesehatan masyarakat pada saat ini dimaksudkan sebagai revitalisasi atau pembaruan dari pendidikan kesehatan pada waktu yang lalu. Bergesernya pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan tidak lepas dari sejarah praktik pendidikan kesehatan di dalam kesehatan masyarakat di Indonesia maupun secara praktik kesehatan secara global. Praktik pendidikan kesehatan pada tahun 90-an terlalu menekankan perubahan perilaku masyarakat. Para praktisi pendidikan kesehatan telah bekerja keras untuk memberikan informasi kesehatan melalui berbagai media dan teknologi pendidikan kepada masyarakat. Akan tetapi, kenyataannya perubahan perilaku hidup sehat tersebut sangat lambat sehingga dampak terhadap perbaikan kesehatan sangat kecil.Dari hasil studi yang dilakukan oleh WHO dan para ahli pendidikan kesehatan, mengungkapkan bahwa pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan sudah tinggi, tetapi praktik mereka masih rendah. Dapat disimpulkan bahwa peningkatan pengetahuan masyarakat kesehatan tidak diimbangi dengan peningkatan perilakunya. Dari penelitian, 80% masyarakat mengetahui cara mencegah penyakit demam berdarah dengan melakukan 3M, tetapi hanya 35% yang melaksanakannya.Pendidikan kesehatan belum memampukan (ability) masyarakat berperilaku hidup sehat, tetapi baru memaukan (willingness) masyarakat berperilaku hidup sehat. seharusnya, menurut Prof. Dr.Soekidjo Notoatmodjo S.K.M., M. Com. H., perubahan perilaku atau perilaku baru tersebut juga memerlukan fasilitas, bukan hanya pengetahuan saja. Untuk praktik atau berperilaku minum air bersih, buang air besar di jamban, dan makan makanan yang bergizi, bukan hanya perlu pengetahuan tentang manfaat berperilaku seperti itu, melainkan juga diperlukannya sarana atau fasilitas ait bersih dan uang untuk membeli makanan yang bergizi dan membangun jamban.Ahli pendidikan kesehatan yang dimotori oleh WHO, tahun 1984, merevitalisasi pendidikan kesehatan tersebut dengan menggunakan istilah promosi kesehatan. Penggunaan istilah promosi kesehatan sebagai pengganti pendidikan kesehatan mempunyai implikasi terhadap batasan atau definisinya. Promosi kesehatan tidak hanya mengupayakan perubahan perilaku saja, tetapi juga perubahan lingkungan yang memfasilitasi perubahan perilaku tersebut. Di samping itu, promosi kesehatan lebih menekankan kepada peningkatan kemampuan hidup sehat, bukan sekedar berperilaku sehat.Menurut Lawrence Green (1984), promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Dari batasan ini jelas bahwa promosi kesehatan adalah pendidikan kesehatan plus, atau promosi kesehatan adalah lebih dari pendidikan kesehatan. Promosi kesehatan bertujuan untuk menciptakan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.

1.1.2 Batasan Pendidikan KesehatanKonsep pendidikan kesehatan merupakan proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya tersendiri menjadi mampu, dan lain-lain. Berangkat dari konsep pendidikan kesehatan, pendidikan kesehatan didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan (perilaku) untuk mencapai kesehatannya secara optimal.Di samping konsep pendidikan kesehatan tersebut, para ahli pendidikan kesehatan juga telah mencoba membuat batasan tentang pendidikan kesehatan yang berbeda-beda, sesuai dengan konsep mereka masing-masing tentang pendidikan. Batasan-batasan yang sering dijadikan acuan antara lain dari Nyswander, Stuart, Green, tim ahli WHO, dan lain-lain.Batasan promosi kesehatan yang lain dirumuskan oleh Yayasan Kesehatan Victoria (Victorian Health Foundation-Australia, 1997), sebagai berikut.Health promotion is a programs are design to bring about change within people, organization, communities, and their environment.Batasan ini menekankan, bahwa promosi kesehatan adalah suatu program perubahan perilaku masyarakat yang menyeluruh, dalam konteks masyarakatnya. Bukan hanya perubahan perilaku (within people), tetapi juga perubahan lingkungannya. Perubahan perilaku tanpa diikuti perubahan lingkungan tidak akan efektif, perilaku tersebut tidak akan bertahan lama.Piagam Ottawa (Ottawa Charter,1986), hasil rumusan Konferensi International Promosi kesehatan di Ottawa, menyatakan Health promotion is the process of enabling to increase control over and improve their health. To reach a state of complete physical, mental, and social well-being, an individual or group must be able to identify and realize aspiration, to satisfy needs, and to change or cope with the environment.

1.2 Peran Pendidikan Kesehatan dalam Kesehatan MasyarakatSemua ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan mengacu kepada H.L. Blum. Dari hasil penelitiannya di Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang sudah maju, Blum menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap status kesehatan.Kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku mempunyai andil nomor dua, pelayanan kesehatan dan keturunan mempunyai andil yang paling kecil terhadap status kesehatan. Bagaimana proporsi pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap status kesehatan di negara-negara berkembang, terutama di Indonesia belum ada penelitian.Apabila dilakukan penelitian mungkin perilaku mempunyai kontribus yang lebih besar. Penelitian di Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur tentang status gizi anak balita dengan menggunakan analisis stepwise, terbukti variable perilaku terseleksi sedangkan variable pendapatan per kapita (ekonomi) tidak terseleksi. Meskipun variable ekonomi disini belum mewakili seluruh variable lingkungan tetapi paling tidak pengaruh perilaku lebih besar daripada variabel lain.Selanjutnya Lewrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh 3 faktor pokok, yaitu faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), faktor-faktor yang mendukung (enabling factors) dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors). Oleh sebab itu pendidikan kesehatan sebagai faktor usaha intervensi perilaku harus diarahkan kepada ketiga faktor tersebut.Peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku sehingga perilaku individu, kelompok atau masyarakat sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Dengan kata lain, pendidikan kesehatan adalah suatu usaha untuk menyediakan kondisi psikologis dari sasaran agar mereka berperilaku sesuai dengan tuntutan nilai-nilai kesehatan. Pendidikan kesehatan sebagai usaha atau kegiatan akan membantu individu, kelompok, atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan atau perilaku mereka untuk mencapai kesehatan yang optimal.

1.2.1 Promosi Kesehatan dan PerilakuMasalah kesehatan masyarakat, termasuk penyakit, ditentukan oleh 2 faktor utama, yaitu faktor perilaku dan non perilaku, upaya pengurangan masalah kesehatan masyarakat juga dapat ditujukan pada kedua faktor utama tersebut. Upaya pemberantasan penyakit menular, penyediaan sarana air bersih dan pembuangan tinja, penyediaan pelayanan kesehatan, dan sebagainya adalah upaya intervensi terhadap faktor fisik (non perilaku). Sedangkan upaya intervensi terhadap faktor perilaku dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yakni:a. Pendidikan (education)Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara (mengatasi masalah) dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaannya dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan kesadarannya melalui proses pembelajaran. Sehingga perilaku tersebut diharapkan akan berlangsung lama (long lasting) dan menetap (langgeng), karena didasari oleh kesadaran. Memang kelemahan dari pendekatan pendidikan kesehatan ini adalah hasilnya lama, karena perubahan perilaku melalui proses pembelajaran pada umumnya memerlukan waktu yang lama.b. Paksaan atau tekanan (coercion)Paksaan atau tekanan yang dilakukan kepada masyarakat agar mereka melakukan tin dakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Tindakan atau perilaku sebagai hasil tekanan ini memang cepat, tetapi tidak akan langgeng karena tidak didasari oleh pemahaman dan kesadaran untuk apa mereka berperilaku seperti itu.Berdasarkan keuntungan dan kerugian dua pendekatan tersebut, maka pendekatan pendidikanlah paling cocok sebagai upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat, melalui faktor perilaku. Seperti telah diuraikan, bahwa promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan, maka dapat dikatakan bahwa promosi kesehatan merupakan upaya intervensi terhadap faktor perilaku dalam masalah kesehatan masyarakat.Promosi kesehatan sebagai pendekatan terhadap faktor perilaku kesehatan, maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang menentukan perilaku tersebut. Dengan kata lain, kegiatan promosi kesehatan harus disesuaikan dengan determinan (faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri). Menurut Lawrence Green (1980), perilaku ini dipengaruhi ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu:a. Pendidikan kesehatan dalam faktor predisposisiFaktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat, adalah pengetahuan dan sikap seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa yang akan dilakukan. Dalam hal ini pendidikan kesehatan ditujukan untuk menggugah kesadaran, memberikan, atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan kesehatan bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Bentuk pendidikan ini antara lain: penyuluhan kesehatan, pameran kesehatan, iklan-iklan layanan kesehatan, spanduk, billboard, dan sebagainya.b. Pendidikan kesehatan dalam faktor enablingFaktor pendukung perilaku adalah fasilitas, sarana, dan prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Misal, untuk terjadinya perilaku ibu periksa gigi, maka diperlukan dokter gigi, fasilitas periksa gigi seperti puskesmas, rumah sakit, klinik. Hal ini bukan berarti memberikan sarana dan prasarana kesehatan dengan cuma-cuma, tapi memberikan kemampuan dengan cara bantuan teknik (pelatihan dan bimbingan), memberikan arahan, dan cara mencari dana untuk pengadaan sarana dan prasarana. Prinsipnya seperti give a man to a fish, but not give a man a fishc. Pendidikan kesehatan dalam faktor reinforcingPengetahuan, sikap, dan fasilitas yang tersedia kadang-kadang belum menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Karena hal ini menyangkut sikap dan perilaku tokoh masyarakat dan tokoh agama, serta petugas termasuk petugas kesehatan, maka pendidikan kesehatan yang paling tepat adalah dalam bentuk pelatihan bagi mereka.1.3Tujuan/Visi Promosi KesehatanVisi adalah impian, cita-cita, atau harapan yang ingin dicapai oleh suatu kegiatan atau program. Promosi kesehatan sebagai suatu lembaga atau institusi atau suatu program seyogia yang mempunyai visi dan misi yang jelas. Sebab dengan visi dan misi tersebut institusi dan program mempunyai arah dan tujuan yang akan dicapainya. Oleh sebab itu, visi promosi kesehatan (khususnya di Indonesia) tidak terlepas dari visi pembangunan kesehatan di Indonesia, seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Kesehatan RI no. 23 Tahun 1992, yakni: Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi dan sosial. Oleh sebab itu, promosi kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat di Indonesia, harus mengambil bagian dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan di Indonesia tersebut. Sehingga promosi kesehatan dapat dirumuskan: Masyarakat mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Dari visi tersebut terdapat 4 kata kunci, yaitu:a. Mau (willingness) memelihara dan meningkatkan kesehatannyab. Mampu (ability) memlihara dan meningkatkan kesehatannyac. Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah penyakit, melindungi diri dari gangguan-gangguan kesehatan, dan mencari pertolongan pengobatan yang profesional bila sakit d. Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan kesehatannya. Kesehatan perlu ditingkatkan, karena derajat kesehatan baik individual, kelompok, atau masyarakat itu bersifat dinamis, tidak statis. 1.4Misi Promosi KesehatanUntuk mewujudkan visi promosi kesehatan yakni masyarakat mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya, diperlukan upaya-upaya. Upaya-upaya untuk mewujudkan visi ini disebut misi promosi kesehatan, yaitu apa yang harus dilakukan untuk mencapai visi. Secara umum misi promosi kesehatan ini sekurang-kurangnya ada tiga hal yaitu:a. Advokat (advocate)Kegiatan advokat ini dilakukan terhadap para pengambil keputusan dari berbagai tingkat dan sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah meyakinkan para pejabat pembuat keputusan atau penentu kebijakan, bahwa program kesehatan yang akan dijalankan tersebut penting. Oleh sebab itu perlu dukungan kebijakan atau keputusan dari para pejabat tersebut.

b. Menjembatani (mediate)Promosi kesehatan juga mempunyai misi mediator atau menjembatani antara sektor kesehatan dengan sektor lain sebagai mitra. Dengan kata lain promosi kesehatan merupakan perekat kemitraan di bidang pelayanan kesehatan. Kemitraan adalah sangat penting. Sebab tanpa kemitraan niscaya sector kesehatan tidak mampu menangani masalah-masalah kesehatan yang begitu kompleks dan luas.c. Memampukan (enable)Sesuai dengan visi promosi kesehatan, yaitu masyarakat mau dan mampu memelihara dan mampu meningkatkan kesehatannya, promosi kesehatan mempunyai misi utama untuk memampukan masyarakat. Hal ini berarti baik secara langsung atau melalui tokoh-tokoh masyarakat, promosi kesehatan harus memberikan keterampilan-keterampilan pada msyarakat agar mereka mandiri di bidang kesehatan. Telah kita sadari bersama, bahwa kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor di luar kesehatan seperti sosial. ekonomi, lingkungan, pendidikan, dsb. Oleh sebab tu dalam rangka memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan, maka keterampilan di bidang ekonomi (pertanian, peternakan, perkebunan), pendidikan, dan sosial lainnya perlu dikembangkan melalui promosi kesehatan ini.1.5Sasaran Promosi KesehatanSasaran promosi kesehatan dibagi menjadi tiga, yaitu:a) Sasaran PrimerSasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment). Sesuai misi pemberdayaan, misalnya: kepala keluarga, ibu hamil/menyusui, anak sekolah. b) Sasaran SekunderSasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya. Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya. Sesuai misi dukungan sosial, misalnya : tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama.c) Sasaran tersierAdapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy). Sesuai misi advokasi, misalnya : pembuat kebijakan mulai dari pusat sampai ke daerah.

1.6Ruang Lingkup Promosi KesehatanPromosi Kesehatan sebagai suatu ilmu (teori) dan seni (aplikasi) mencakup berbagai bidang dan cabang keilmuan lain. Ilmu-ilmu yang mencakup promosi kesehatan, yaitu :a) Ilmu perilaku adalah ilmu yang menjadi dasar dalam membentuk perilaku manusia, terutama psikologi, antropologi, dan sosiologib) Ilmu yang diperlukan untuk intervensi perilaku adalah ilmu yang dapat membentuk dan mengubah perilaku seseorang, antara lain pendidikan, komunikasi, manajemen, kepemimpinan, dan sebagainyaRuang lingkup pendidikan / promosi kesehatan terdapat dua dimensi, yaitu dimensi pelayanan kesehatan dan tatanan pelaksanaan.a. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan KesehatanTerdapat lima jenis, yaitu :1. Promosi kesehatan di tatanan keluargaKeluarga merupakan tempat pertama terbentuknya perilaku sejak manusia lahir sebelum terjun ke masyarakat. Sasaran promosi kesehatan di tatanan keluarga adalah orangtua, terutama ibu karena ibu adalah subjek yang paling dekat dengan anak-anaknya. Apabila sang ibu sudah mendapat promosi kesehatan dan mengetahui bagaimana perilaku kesehatan yang benar, makadiharapkan ibu dapat mengajarkan hal tersebut kepada anak-anaknya semenjak lahir.2. Promosi kesehatan di tatanan sekolahSekolah merupakan tempat lanjutan bagi pembentukan perilaku anak. Di sini, sasaran utamanya adalah para guru karena anak-anak cenderung lebih mematuhi guru dibandingkan dengan orangtuanya. Sekolah dan lingkungan sekolah yang sehat sangat mendukung untuk berperilaku sehat bagi anak-anak. Untuk membentuk lingkungan sekolah yang sehat, para guru pun harus mendapat pelatihan-pelatihan tentang kesehatan dan promosi kesehatan. Setelah itu para guru dapat mengajarkan kepada murid-murid mereka.3. Promosi kesehatan di tempat kerjaLingkungan tempat kerja akan sangat memengaruhi kondisi kesehatan pekerja mengingat banyaknya waktu yang mereka habiskan di tempat kerja. Oleh karena itu, promosi kesehatan perlu dilakukan. Salah satunya dengan memfasilitasi tempat kerja yang kondusif bagi perilaku sehat bagi karyawan atau pekerjanya, misalnya tersedianya air bersih, tempat pembuangan kotoran, tempat sampah, kantin, ruang tempat istirahat, dan sebagainya.Bagi karyawan yang bekerja di area pabrik harus menyediakan alat-alat pelindung bagi karyawannya, seperti: masker, sarung tangan, sepatu khusus, topi atau helm, dan sebagainya. Perusahaan juga harus menyediakan unit K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Bentuk promosi kesehatan lainnya yaitu pemasangan poster dan penyediaan leaflet yang berisi pesan untuk menghindari kecelakaan kerja dan menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.4. Promosi kesehatan di tempat-tempat umumYang dimaksud tempat umum adalah tempat orang-orang berkumpul pada waktu-waktu tertentu, seperti pasar, terminal bus, stasiun kereta api, dan lain-lain. Promosi kesehatan dapat dilakukan dengan menyediakan fasilitas yang mendukung perilaku sehat, seperti tempat cuci tangan, tempat sampah, tempat pembuangan air kotor, ruangan bagi perokok dan nonperokok,kantin, dan sebagainya. Bentuk promosi kesehatan lain yaitu pemasangan poster dan penyediaan leaflet yang berisi cara-cara menjaga kesehatan dan kebersihan.5. Promosi kesehatan di institusi pelayanan kesehatanTempat-tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, poliklinik, tempat praktik dokter, dan sebagainya adalah tempat yang paling strategis untuk promosi kesehatan. Pada saat ini objek akan lebih mudah menerima bahkan berperilaku yang terkait dengan kesehatannya. Pelaksanaan promosi kesehatan di institusi pelayanan kesehatan dapat dilakukan oleh petugas kesehatan kepada pasien atau keluarga pasien, serta kepada kelompok penderita penyakit tertentu. Promosi kesehatan juga dapat dilakukan secara masal, yakni seluruh pengunjung institusi pelayanan kesehatan tersebut.b. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Pelayanan KesehatanTerdapat dua jenis, yaitu :a. Pelayanan preventif dan promotifPelayanan bagi kelompok masyarakat yang sehat, agar tetap sehat dan meningkatkan kualitas kesehatannya. Dilakukan oleh kelompok profesi kesehatan.b. Pelayanan kuratif dan rehabilitatifPelayanan bagi kelompok masyarakat yang sakit, agar kelompok ini sembuh dari sakit dan menjadi pulih kesehatannya. Pelayanan dilakukan oleh kelompok profesi kedokteran.

Berdasarkan dimensi pelayanan kesehatan ini, maka promosi kesehatan mencakup 4 (empat) tingkat pelayanan, antara lain:1. Promosi kesehatan tingkat promotifSasaran promosi kesehatan pada tingkat pelayanan promotif adalah kelompok orang sehat. Tujuannya adalah agar kelompok ini mampu meningkatkan kesehatannya. 2. Promosi kesehatan tingkat preventifSasaran promosi kesehatan tingkat preventif adalah kelompok yang memiliki risiko tinggi terhadap kesehatan (high risk), contohnya kelompok ibu hamil dan menyusui, perokok, pekerja seks, dan sebagainya. Tujuan utama promosi kesehatan tingkat ini adalah agar tidak menjadi sakit. Tingkat ini dapat juga disebut sebagai primary prevention.3. Promosi kesehatan tingkat kuratifSasaran promosi kesehatan tingkat kuratif adalah para penderita penyakit (pasien), terutama penderita penyakit kronis seperti asma, diabetes mellitus, tuberculosis, rematik, hipertensi, dan sebagainya. Tujuannya adalah untuk mencegah penyakit-penyakit tersebut menjadi semakin parah. Tingkat ini dapat juga disebut sebagai secondary prevention.4. Promosi kesehatan tingkat rehabilitatifSasaran promosi kesehatan tingkat rehabilitatif adalah kelompok orang yang baru sembuh dari sakit (recovery). Tujuan utama promosi kesehatan di tingkat ini adalah agar kelompok tersebut dapat pulih kembali kesehatannya, dan atau mengurangi kecacatan seminimal mungkin. Tahap ini disebut tertiary prevention karena berupa pemulihan dan mencegah kecacatan akibat penyakit yang diderita.

1.7 Model Promosi KesehatanIstilah promosi kesehatan (health promotion) sudah dikenal sejak awal tahun 1980-an, dan sejak saat itu, istilah promosi kesehatan menjadi tidak asing lagi di kalangan professional dan juga di lingkungan politik. Promosi kesehatan sering dihubungkan dengan usaha untuk mempromosikan sehat yang positif kepada masyarakat umum. Namun, pada saat itu, istilah promosi kesehatan sering dipahami menjadi satu kesatuan dengan istilah pencegahan penyakit (disease prevention), tanpa disertai dengan perbedaan yang jelas antar keduanya. Terdapat beberapa pihak yang mencoba menjelaskan perbedaan antara istilah promosi kesehatan dan pencegahan (NALGO 1984; WHO 1984; Nutbeam 1986). Namun tetap saja masyarakat masih sering menganggap bahwa pendidikan kesehatan menjadi pusat daripada promosi kesehatan, sedangkan pendidikan kesehatan dianggap sebagai salah satu tindakan pencegahan. Ada kebutuhan untuk mempertahankan perbedaan antara dua istilah, sehingga unsur non-pendidikan dari promosi kesehatan sangat dikejar, sementara prinsip-prinsip pendidikan dibawa untuk menanggung dalam konteks yang lebih luas. Bahkan ketidakpuasan merupakan interpretasi dari promosi kesehatan sebagai salah satu rangkaian 'acara gemerlap'. Ini timbul dari apa yang kita lihat sebagai kesalahpahaman dari komponen 'promosi' istilah ini berkaitan dengan 'menjual' kesehatan (sebagai lawan untuk meningkatkan atau memelihara itu), dan telah jauh mengubah istilah 'promosi kesehatan'.Pandangan lainnya yang lebih lengkap dari promosi kesehatan telah diajukan. Dengan demikian istilah tersebut sering digunakan sebagai 'payung' yang meliputi pendidikan kesehatan dan 'rekayasa sosial' (melalui manipulasi lingkungan fiskal, hukum, dan lainnya). Di mana istilah ini digunakan dalam cara yang lebih luas, promosi kesehatan sering didefinisikan sebagai daftar bahan, tanpa pemeriksaan interkoneksi mereka. Bahkan telah biasa untuk menggunakannya seperti interpretasi luas untuk mengimplikasikan bahwa semua kegiatan yang berusaha untuk meningkatkan kesehatan datang di bawah judul promosi kesehatan. Ini sangat tidak membantu dan yang paling buruk dapat merusak, dalam jangka waktu yang tidak jelas diperlukan perbedaan antara kekuatan, daerah yang didirikan untuk penyediaan pelayanan kesehatan dan saluran alternatif yang penting (relatif diabaikan) untuk investasi.Oleh karena promosi kesehatan memilik banyak pengertian seperti yang telah disebutkan, dan menjadi lebih tidak memiliki makna, maka Tanhill menghasilkan model promosi yang didasarkan hubungan antara pendidikan, perlindungan, dan pencegahan kesehatan. Dasar dari model ini digambarkan oleh tiga lingkaran yang saling terkait. Model ini menghasilkan tujuh domain yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan luasnya cakupan promosi kesehatan dan memberikan dasar yang baik untuk mengklasifikasikan dalam menganalisa kebijakan.

6754231Gambar1 : Model Promosi KesehatanBeberapa domain secara bersama-sama baertujuan untuk mencegah kondisi sakit dan melakukan peningkatan kesehatan kesehatan dan kondisi sejahtera. Tujuh domain (nomor pada gambar) dapat dibedakan dalam promosi kesehatan, sebagai berikut.1. Domain ini mencakup tindakan pencegahan yang merupakan upaya untuk mengindari dari kondisi sakit, meliputi: imunisasi, skrining pada kelompok rentan, dan penemuan kasus malnutrisi.2. Domain ini mencakup upaya pendidikan untuk mempengaruhi gaya hidup untuk mencegah sakit dan juga sebagai upaya untuk mendukung layanan pencegahan. Contoh dukungan tenaga kesehatan dalam hal skrining nutrisi atau penggunaan fasilitas public, mendorong rawan gizi untuk aktif datang ke posyandu.3. Banyak contoh perlindungan kesehatan pencegahan yang telah disebutkan. Hal lain dalam pencegahan adalah fluoridasi persediaan air bagi masyarakat untuk melindungi terhadap penyakit gigi.4. Merupakan pendidikan kesehatan untuk mendukung domain 3 yang ditujukan untuk pencegahan. Contoh proses lobi untuk peraturan makanan yang sehat, penambahan pajak untuk makanan dan upaya lain yang mempengaruhi pada lingkungan social sebagai tindakan efektif yang sinergi dalam dengan pelayanan pencegahan. Sejauh ini, lebih ditekankan pada pencegahan. Dapat kita lihat pada gambar 1, domain sisa berada di luar bulatan pencegahan. Hal tersebut menyangkut tentang peningkatan kesehatan yang positif.5. Domain ini terdiri dari pendidikan kesehatan positif, yang dibedakan dalam dua kategori, yaitu pendidikan kesehatan yang mempengaruhi perilaku pada alasan-alasan kesehatan positif (misalnya dorongan untuk menggunakan waktu luang dengan fitness) dan pendidikan dalam membantu individu, kelompok, atau suatu komunitas untuk mengembangkan atribut kesehatan positif (keterampilan hidup yang berhubungan dengan kesehatan dan harga diri yang tinggi), yang merupakan pusat peningkatan kesehatan yang sebenar-benarnya.6. Dimensi positif pada proteksi kesehatan sudah disebutkan. Contohnya yaitu implementasi kebijakan daerah khusus merokok dengan tujuan menyediakan udara yang bersih. Ada pula komitmen untuk menarik biaya publik untuk syarat fasilitas wisata yang dapat diakses dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan positif.7. Domain ini mencakup penggalangan kepedulian, dan untuk dukungan penjagaan tindakan proteksi kesehatan positif, di antara khalayak umum dan pembuat kebijakan. Termasuk juga komitmen kebijakan untuk pendidikan kesehatan positif. Domain ditampilkan seperti ini adalah untuk memperlihatkan luasnya kemungkinan promosi kesehatan. Bukan untuk dilihat sebagai hal bagian-bagian yang terpisah dan kaku, juga bukan sebagai tipologi promosi kesehatan. Khususnya, objek-objek positif dan pencegahan, baik dalam pendidikan kesehatan maupun proteksi kesehatan, pada kenyataannya akan cenderung berkombinasi. Promosi kesehatan terdiri dari usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan positif dab mengurangi risiko penyakit, melalui lingkaran yang tumpang tindih pada pendidikan kesehatan, pencegahan, dan proteksi kesehatan.Prinsip pokok promosi kesehatan adalah empowerment. Pendidikan kesehatan mencoba untuk memberikan empowerment dengan menyediakan informasi penting dan membantu masyarakat untuk mengembangkan keterampilan dan level harga diri yang sehat, sehingga mereka dapat merasa kontrol yang signifikan terletak pada diri mereka. Ketentuan pelayanan pencegahan yang baik dan pembentukan lingkungan yang sehat melalui proteksi kesehatan juga ikut berkontribusi dalam proses empowerment.

2.STRATEGI PROMOSI KESEHATANGuna mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan yang sudah disebutkan sebelumnya, maka diperlukan cara dan pendekatan yang strategis. Cara ini sering disebut sebagai strategi, yakni teknik atau cara bagaimana mencapai atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan tersebut secara berhasil guna dan berdaya guna. Terdapat dua macam strategi promosi kesehatan, yakni strategi promosi kesehatan yang dibuat berdasarkan rumusan WHO (1994) dan strategi promosi kesehatan yang dirumuskan dalam Piagam Ottawa. 2.1Strategi global WHOBerdasarkan rumusan WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara global ini terdiri dari 3 hal, yakni:a. Advokasi (Advocacy)Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya. Terdapat dua macam kegiatan advokasi, yakni kegiatan advokasi yang formal dan informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar tentang issu atau usulan program yang ingin dimintakan dukungan dari para pejabat yang terkait. Kegiatan advokasi secara informal misalnya sowan (kunjungan seseorang kepada orang lain yang mungkin lebih tua, atau lebih berkuasa, lebih kaya, atau lebih pintar) kepada para pejabat yang relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara informal meminta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau mungkin dalam bentuk dana atau fasilitas lain. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa sasaran advokasi adalah para pejabat, baik eksekutif maupun legislative, di berbagai tingkat dan sektor, yang terkait dengan masalah kesehatan (sasaran tertier).b. Dukungan Sosial (Social support)Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal mapun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antara sektor kesehatan sebagai (pelaksana program kesehatan) dengan masyarakat (penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui toma pada dasarnya adalah mensosialisasikan program-program kesehatan, agar masyarakat mau menerima dan mau berpartisipasi terhadap program kesehatan tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial ini antara lain: pelatihan-pelatihan para toma, seminar, lokakarya, bimbingan kepada toma, dan sebagainya. Dengan demikian maka sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat di berbagai tingkat (sasaran sekunder).c. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan seperti penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk misalnya: koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (income generating skill). Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan mereka, misalnya terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan semacam ini sering disebut gerakan masyarakat untuk kesehatan oleh masyarakat. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat (sasaran primer).2.2Strategi Piagam OttawaKonferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa-Canada pada tahun 1986 menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter). Di dalam Piagam Ottawa tersebut dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan, yang mencakup 5 butir, yaitu:a. Kebijakan Berwawasan Kesehatan (Healthy Public Policy)Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada para penentu atau pembuat kebijakan, agar mereka mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik yang mendukung atau menguntungkan kesehatan. Dengan perkataan lain, agar kebijakan-kebijakan dalam bentuk peraturan, perundangan, surat-surat keputusan, dan sebagainya, selalu berwawasan atau berorientasi keapda kesehatan publik. Misalnya, ada peraturan atau undang-undang yang mengatur adanya analisis dampak lingkungan untuk mendirikan pabrik, perusahaan, rumah sakit, dan sebagainya. Dengan perkataan lain, setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat publik, harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan (kesehatan masyarakat).b. Lingkungan yang Mendukung (Supportive Environment)Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum, termasuk pemerintah kota, agar mereka menyediakan sarana-prasarana atau fasilitas yang mendukung terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat, atau sekurang-kurangnya pengunjung tempat-tempat umum tersebut. Lingkungan yang mendukung kesehatan bagi tempat-tempat umum antara lain: tersedianya tempat sampah, tempat buang air besar/kecil, air bersih, ruangan bagi perokok dan non-perokok, dan sebagainya. Dengan kata lain, para pengelola tempat-tempat umum, pasar, terminal, stasiun kereta api, bandara, pelabuhan, mall, dan sebagainya, harus menyediakan sarana-prasarana untuk mendukung perilaku sehat bagi pengunjungnya. c. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service)Pada umumnya, pemahaman masyarakat menganggap bahwa dalam pelayanan kesehatan itu terdapat provider dan consumer. Penyelenggara (penyedia) pelayanan kesehatan adalah pemerintah dan swasta, sedangkan masyarakat berperan sebagai pemakai atau pengguna pelayanan kesehatan. Pemahaman semacam ini harus diubah, harus direorientasi lagi, bahwa masyarakat bukan hanya sekedar pengguna atau penerima pelayanan kesehatan, tetapi sekaligus juga sebagai penyelenggara juga, dalam batas-batas tertentu. Realisasi dari reorientasi pelayanan kesehatan ini, adalah para penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta harus melibatkan, bahkan memberdayakan masyarakat agar mereka juga dapat berperan bukan hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan, tetapi juga sekaligus sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam mereorientasikan pelayanan kesehatan ini peran promosi kesehatan sangat penting. d. Keterampilan Individu (Personnel Skill)Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat, yang terdiri dari individu, keluarga, dan kelompok-kelompok. Oleh karena itu, kesehatan masyarakat akan terwujud apabila kesehatan individu-individu, keluarga-keluarga, dan kelompok-kelompok tersebut terwujud. Sehingga, strategi untuk mewujudkan keterampilan individu-individu (personel skill) dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah sangat penting. Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka ini adalah memberikan pemahaman-pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara-cara memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan professional, meningkatkan kesehatan, dan sebagainya. e. Gerakan Masyarakat (Community Action)Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi kesehatan, maka di dalam masyarakat itu sendiri harus ada gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan. Oleh sebab itu, promosi kesehatan harus mendorong dan memacu kegiatan-kegiatan di masyarakat dalam mewujudkan kesehatan mereka. Dengan adanya kegiatan masyarakat di bidang kesehatan, maka perilaku yang kondusif untuk kesehatan akan terwujud, atau masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka akan terbentuk.

BAB IIIHASIL DISKUSI

BAB IVKESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Downie,RS.Tannahill,Carol and Tanahill,Andrew.1996.Health Promotion Models and Value.2nd ed.Oxford University Press.

Notoatmojo,S.2005.Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya.Jakarta: PT Rineka Cipta.29