Prologue -...

22

Transcript of Prologue -...

Page 1: Prologue - shiningrosemedia.co.idshiningrosemedia.co.id/sample/the-shut-ins-are-mocking-my-youthful... · menunggu eksekusi hukuman mati. Akhirnya Shihane berada tepat di sampingku.
Page 2: Prologue - shiningrosemedia.co.idshiningrosemedia.co.id/sample/the-shut-ins-are-mocking-my-youthful... · menunggu eksekusi hukuman mati. Akhirnya Shihane berada tepat di sampingku.

1

Sebelum bercerita mengenai Mizudori Shihane, aku ingin sedikit bercerita mengenai kisah masa laluku.

“Kami tidak ingin mendengar kisah masa lalu orang sepertimu”. Benar, pendapat seperti itu sangat masuk akal. Jika dibandingkan dengan Mizudori Shihane—gadis cantik yang galak namun hebat, kisah diriku yang biasa saja ini tidaklah menarik. Aku sendiri tidak punya hobi masokis yang gemar bercerita tentang kisah masa lalu, terutama kisah yang boleh dikatakan sangat kurahasiakan.

Walaupun begitu, bagaimanapun juga aku harus menceritakan kisah pertemuanku dengan Mizudori Shihane.

Oleh karena itu untuk sebentar saja, aku harap kalian mau mendengarkan kisah masa lalu yang sangat suram namun juga sedikit mengharukan ini.

Mari kembali ke delapan tahun yang lalu, saat aku masih kelas tiga SD.

Sebenarnya aku tidak ingin mengakuinya, namun aku adalah anak yang sering di-bully. Pada waktu itu tubuhku sangat gemuk penuh dengan lemak dan tinggi badanku juga lebih pendek dibandingkan anak-anak di sekeliling- ku. Penampilanku sangat mencolok dengan rambut yang bergelombang, kacamata bulat, ditambah kawat gigi.

Prologue

Page 3: Prologue - shiningrosemedia.co.idshiningrosemedia.co.id/sample/the-shut-ins-are-mocking-my-youthful... · menunggu eksekusi hukuman mati. Akhirnya Shihane berada tepat di sampingku.

2

THE SHUT-INS ARE MOCKING MY YOUTHFUL DAY

Selain itu mental yang lemah membuatku gampang menangis. Fisikku juga lemah, berjalan saja cukup untuk membuatku kehabisan nafas dan berkeringat. Waktu itu aku adalah sosok sempurna untuk disebut sebagai “pecundang”.

Para anak sekolah dasar tentu tidak diam saja melihat diriku yang tanpa pertahanan ini. Anak perempuan di kelas menyebutku menjijikkan. Setiap hari anak laki-laki menepuk-nepuk lemak daguku, mencubit perutku, meremas dadaku, menjadikan aku sebagai target eksperimen rasengan, getsuga tenshou, juuoutsukongeki, jaou ensatsukokuryuuha, dan berbagai jurus pamungkas dari dalam komik lainnya.

Walau aku merasa putus asa menjalani hari-hari seperti itu, aku tidak punya keberanian untuk menceburkan diri ke Sungai Thames. Pada hari itu, setelah jam pelajaran berakhir, aku diseret dengan paksa ke belakang sekolah oleh tiga orang murid laki-laki di kelasku.

Di belakang sekolah yang remang-remang dan sepi dari keramaian,berulang kali aku merasakan pahitnya menjadi bulan-bulanan dalam “permainan” anak-anak yang menggangguku.

Walau cuaca mendungseolah sedang bermuram hati, tetap saja mereka terus menikmati permainan ciptaan mereka, dodge-meat-ball1) dengan penuh semangat. Tentu saja aku dipaksa untuk ikut serta. Sebagai bolanya.

“Nih! Terima ini!”“Uwogh! Berat sekali bola ini! Tapi sekarang giliran-

ku! Heya!”

1) Permainan kata dari olahraga dodgeball

Page 4: Prologue - shiningrosemedia.co.idshiningrosemedia.co.id/sample/the-shut-ins-are-mocking-my-youthful... · menunggu eksekusi hukuman mati. Akhirnya Shihane berada tepat di sampingku.

3

“Huh, bola lamban seperti itu mana mungkin mengenaiku! Eits!

“Bu-Buhyaa!”Aku dioper dari satu orang ke orang yang lain, saat

salah satu dari mereka menghindar, aku kehilangan keseimbangan dan terjatuh tanpa daya.

“Hei! Diam! Bola tidak boleh bicara!”“Uuughh, hentikan.......”“Apa? Kalau kau ingin berhenti, lawan kami.” “I-Itu mustahil.......”“Kalau begitu memohonlah seperti babi, “kumohon

hentikan, nguik”.““Uuu...... kumohon hentikan, nguik.......”Tetapi seperti yang bisa diduga, mereka tidak berhenti. “Dia beneran mengatakannya! Memalukan!”“Ngu-Nguik!”“Hahaha! Rasakan ini!”Mereka lalu mengelilingiku lalu menampari seluruh

tubuhku dengan telapak tangan mereka. Tangan dan kakiku yang terlihat seperti daging ham kemudian menjadi merah dalam sekejap, membuatnya semakin mirip daging ham yang asli.

Aku tahu. Jika tidak memohon aku akan dipukuli dan jika memohonpun aku tetap akan dipukuli. Sejak awal aku tidak punya niatan untuk melawan. Aku hanya memikirkan cara supaya mereka puas lalu melepaskanku.

“Wah, sepertinya kalian melakukan sesuatu yang menarik. Boleh aku ikut serta?”

Page 5: Prologue - shiningrosemedia.co.idshiningrosemedia.co.id/sample/the-shut-ins-are-mocking-my-youthful... · menunggu eksekusi hukuman mati. Akhirnya Shihane berada tepat di sampingku.

4

THE SHUT-INS ARE MOCKING MY YOUTHFUL DAY

Tiba-tiba suara seorang gadis menggema di tempat yang seharusnya tidak didatangi orang itu.

Ketiga orang yang yakin bahwa mereka tidak akan ditemukan, menghentikan tangan dan kaki mereka dengan muka terkejut.

“Apa-apaan gadis itu?”“Hei, dia kan.......”“Bohong, kan? Kenapa dia ada di sini?”Ekspresi muka mereka berubah dari kebingungan

menjadi gelisah dan panik.Dari cara mereka berbicara, sepertinya orang yang

tidak diinginkan telah muncul. Sementara mereka berbisik-bisik, aku mengangkat

wajahku, mencoba mengintip ke arah orang yang datang tiba-tiba itu.

Seketika mataku terbuka lebar dan aku menarik napas karena takjub.

Di sana, berdiri seorang anak perempuan yang cantik bagaikan khayalan.

Meskipun berada di belakang sekolah yang suram dan redup, dia terlihat bersinar bagai turun dari langit dan bermandikan cahaya. Kulit putih bersinar, paras kecil nan elegan, wujud mata, mulut, dan hidung yang tertata dengan sempurna, rambutnya bagai benang sutra yang berayun pelan menggapai sampai ke pinggang, gaun putih berenda yang membalut tubuhnya yang pendek dan langsing ter- lihat begitu serasi, dia bagaikan sesosok peri yang sangat cantik.

Tetapi kesan itu hanya bertahan sekejap saja. Matanya yang besar dan jernih memancarkan kepercayaan

Page 6: Prologue - shiningrosemedia.co.idshiningrosemedia.co.id/sample/the-shut-ins-are-mocking-my-youthful... · menunggu eksekusi hukuman mati. Akhirnya Shihane berada tepat di sampingku.

5

Page 7: Prologue - shiningrosemedia.co.idshiningrosemedia.co.id/sample/the-shut-ins-are-mocking-my-youthful... · menunggu eksekusi hukuman mati. Akhirnya Shihane berada tepat di sampingku.

6

THE SHUT-INS ARE MOCKING MY YOUTHFUL DAY

diri secara natural. Bibirnya yang mungil dan berwarna merah muda itu juga tersenyum penuh tekad yang tak tergoyahkan.

Kemudian yang paling penting adalah aura yang terpancar dari seluruh tubuhnya begitu kuat, seolah-olah menguasai ruang yang ada di sekitarnya. Gadis itu bagaikan Niou, dua dewa penjaga Buddha. Sosoknya bagaikan peri namun di sisi lainnya bagaikan dewa yang ganas.

Firasatku mengatakan bahwa gadis ini pastilah seorang yang kuat, kebalikan dengan diriku yang selalu tak punya kepercayaan diri.

Para penggangguku juga menatap gadis itu tanpa bergeming. Sepertinya bukan karena ketahuan sedang menggangguku, tetapi karena mereka merasa terdesak dengan keberadaan gadis yang hanya seorang diri itu.

“Hei, gimana, nih? Itu dia, kan?”“Iya, tak salah lagi, Mizudori Shihane dari kelas A, si

[Huckebein].”Mizudori Shihane. Aku pernah mendengar nama

itu. Konon dia adalah seorang gadis yang menakutkan dan reputasi buruknya terdengar sampai ke luar sekolah. Walau dia seorang anak perempuan, kebrutalan dan kekuatannya yang tidak biasa membuatnya dijuluki sebagai [Huckebein]—burung pembawa bencana yang menyebarkan darah dan kekacauan.

Rupanya aku telah menarik perhatian manusia brutal seperti itu. Kematianpun sempat terlintas di dalam benakku.

“Hei, dengar tidak? Aku ingin bergabung.” “Ba-Baiklah! Terserah kau saja!”Salah satu dari mereka bergegas menjawab permintaan

Page 8: Prologue - shiningrosemedia.co.idshiningrosemedia.co.id/sample/the-shut-ins-are-mocking-my-youthful... · menunggu eksekusi hukuman mati. Akhirnya Shihane berada tepat di sampingku.

7

Shihane supaya dia tidak tersinggung. Aku menjadi pucat. Aku membayangkan apa yang

akan terjadi padaku. Kemungkinan tidak akan selesai hanya dengan dipukuli dengan telapak tangan. Bayangan kekerasan yang sukar untuk dideskripsikan membuatku merasa ingin pingsan.

“Kalau begitu terima kasih.”Setelah berkata demikian, Shihane menatapku. “Hiiiii!”Tanpa sadar kami saling bertatapan. Aku tidak bisa

membaca emosi dari ekpresi wajahnya tetapi aku juga tidak berani mengalihkan pandangan karena dikuasai oleh rasa takut. Sambil terus menatap matanya, aku menunggu dia berjalan mendekat, bagaikan seorang tahanan yang menunggu eksekusi hukuman mati.

Akhirnya Shihane berada tepat di sampingku. Jika ia menendang, pasti akan mengenai mukaku. Tetapi ekpresinya tidak berubah, ia terus menatapku dari atas tanpa tersenyum, tanpa niat menghina maupun tanda-tanda untuk menyakiti.

Ketiga anak yang menggangguku mengambil posisi mengelilingi diriku. Tidak ada tempat untuk kabur.

“Ba-Bagaimana? Muka si gendut ini seperti orang yang minta dijahili, kan?”

“Oke, kalau begitu ayo kita lanjutkan.” “Ayo tunjukkan kehebatanmu sebagai [Huckebein].” Para pengganggu itu kini merasa bahwa Shihane

adalah teman mereka. Sambil tersenyum jahat, mereka dengan sok akrab mengajak Shihane berbicara.

“Boleh, tapi sebelum itu, kamu yang berdiri di situ.”

Page 9: Prologue - shiningrosemedia.co.idshiningrosemedia.co.id/sample/the-shut-ins-are-mocking-my-youthful... · menunggu eksekusi hukuman mati. Akhirnya Shihane berada tepat di sampingku.

8

THE SHUT-INS ARE MOCKING MY YOUTHFUL DAY

“Hm, ke-kenapaa......? AKH!? Oooh......!”Begitu Shihane memanggil salah satu dari anak yang

menggangguku, mata si anak terbuka lebar bagaikan hendak meloncat keluar dan dari mulutnya keluar lidah dan air liur.

Rupanya kaki sang gadis menendang selangkangan si anak dengan sekuat tenaga. Si anak yang memegangi bagian vital dengan kedua tangannya kemudian jatuh tersungkur karena rasa sakit yang luar biasa sampai tak bisa bersuara.

Semua orang selain Shihane yang ada di tempat itu tidak sempat bereaksi melihat kejadian yang begitu tiba-tiba.

“A-Apa yang kau lakukan!? Kau ke sini untuk meng- ganggu si gendut ini, kan?”

“Aku memang meminta untuk ikut serta, tetapi aku sama sekali nggak bilang bahwa kalian di luar targetku, kok.”

“Si-Sialan! Jangan seenaknya!”Berang atas perbuatan dan ucapan Shihane, kedua

orang yang tersisa berusaha menyerangnya. Dua orang laki-laki melawan seorang gadis, sebuah tindakan pengecut yang tidak punya rasa malu dan tidak terpuji.

Tetapi sebelum aku sempat berteriak “awas”, per- kelahian itu telah berakhir.

“......hah?”Aku sama sekali tidak paham apa yang sebenarnya

terjadi. Begitu sadar kulihat salah seorang dari mereka berlutut sambil memegangi wajahnya yang meneteskan darah dan air mata, sedangkan yang seorang lagi

Page 10: Prologue - shiningrosemedia.co.idshiningrosemedia.co.id/sample/the-shut-ins-are-mocking-my-youthful... · menunggu eksekusi hukuman mati. Akhirnya Shihane berada tepat di sampingku.

9

mengerang sambil memegangi perutnya dengan posisi tubuh bagai kepompong serangga.

Tanpa bermaksud melebih-lebihkan, itu adalah pem- belaan diri...... bukan, lebih tepatnya itu adalah pem- bantaian sepihak yang berlangsung dalam satu kedipan mata.

“Sepertinya kalian nggak paham, ya? Orang yang menyakiti orang lain berarti harus siap untuk disakiti juga. Salah besar kalau kalian merasa bahwa perlakuan yang barusan kalian terima itu nggak masuk akal!”

Shihane melemparkan perkataan dan tatapan sedingin es kepada anak-anak menyedihkan yang kini posisi mereka menjadi terbalik hanya dalam hitungan menit itu.

Anak-anak pengganggu yang kini tidak berdaya itu hanya bisa memekik pelan dan gemetaran. Aku tidak tahu apakah mereka memahami maksud perkataan Shihane, tetapi sepertinya rasa takut memaksa mereka untuk memahaminya.

“Sip.”Setelah membereskan ketiga orang itu, Shihane berdiri

di depanku yang terduduk lemas dan bengong karena takjub. Dia lalu berjongkok seolah ingin mensejajarkan pandangan mata kami.

Wajah cantik gadis yang menakutkan itu berada dalam jarak yang amat dekat hingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya.

“Ahaha, sepertinya kamu dikerjai habis-habisan, ya.” Sambil tersenyum, tangannya mendekat ke arah

mukaku. (Mungkinkah dia bermaksud menolongku?)

Page 11: Prologue - shiningrosemedia.co.idshiningrosemedia.co.id/sample/the-shut-ins-are-mocking-my-youthful... · menunggu eksekusi hukuman mati. Akhirnya Shihane berada tepat di sampingku.

10

THE SHUT-INS ARE MOCKING MY YOUTHFUL DAY

Saat aku berpikir demikian, tangan itu lalu meng- hantam pipiku dengan sekuat tenaga.

“Ohhokh!”Satu pukulan yang teramat kuat, sampai-sampai

pukulan yang kuterima dari ketiga anak-anak itu selama ini terasa lembek, seolah meledak dengan nyaringnya di wajahku. Benturan yang ditimbulkan membuat tubuhku yang berat dan kadar lemaknya melebihi orang biasa, terlempar dengan mudah. Setelah terjatuh ke permukaan tanah, tubuhku terguling hampir sejauh tiga meter.

Aku tidak mampu berdiri karena rasa sakit dan ketakutan yang tidak bisa kujelaskan, aku menengadah ke langit sambil mengeluarkan muntahan.

Shihane berdiri di sampingku yang terlihat buruk rupa dan memandangku dengan muka marah.

“Kamu pasti mengira aku bermaksud menolongmu, kan? Jangan meremehkanku. Aku nggak punya alasan untuk menolongmu. Aku menghajar mereka karena aku nggak suka mereka. Gerombolan yang mengincar target yang lemah, mempermainkannya lalu mengeroyoknya bersama-sama, mereka orang bodoh yang lebih hina daripada sampah di pinggir jalan. Tetapi kamu juga sama saja seperti mereka.”

“Eh? Ke-Kenapa?”“Karena membiarkan gerombolan yang lebih rendah

dari kecoa laut itu berbuat seenaknya!”“Ha-Habis aku sangat lemah, selain itu...... mereka

menakutkan.......”Orang yang kuat mungkin tidak memahaminya. Kalau

aku mencoba melawan, mungkin aku akan di-bully dengan

Page 12: Prologue - shiningrosemedia.co.idshiningrosemedia.co.id/sample/the-shut-ins-are-mocking-my-youthful... · menunggu eksekusi hukuman mati. Akhirnya Shihane berada tepat di sampingku.

11

lebih kejam lagi. Bagiku waktu itu, tidak melawan adalah satu-satunya pilihan yang paling bijaksana.

“Hmm, kamu takut seandainya melawan nantinya akan diperlakukan lebih kejam, itu kan yang kamu pikirkan?”

“Uuh.......”Pikiranku terbaca olehnya. Aku tidak mampu

mengelak. “Selain itu mereka menakutkan, katamu? Para hama

tanaman itu? Ayo berdiri, coba lihat mereka!”Shihane memaksaku berdiri, tangannya mencengkram

rahangku dan mengarahkan mukaku ke arah para anak-anak pengganggu yang masih gemetar karena rasa sakit dan ketakutan akan sang [Huckebein].

“Aku tanya, mereka terlihat seperti apa? Seorang jago karate yang dijuluki Bushin? Atau penguasa penjara yang berotot? Nggak, kan? Mereka cuma kutu karpet yang berkeliaran dan bisa kamu sapu dan buang di mana saja.”

“.......”Gerombolan yang tadi menggangguku, saat ini dibuat

menangis oleh seorang anak perempuan. Walau aku tidak menganggapnya serangga, mereka memang patut dikasihani.

“Dengar, ya? Jangan salah menganggap dirimu sebagai orang yang lemah. Kamu cuma seorang pemalas yang memilih menyerah dan tidak melawan walaupun punya tangan untuk memukul dan kaki untuk menendang. Aku tidak punya sedikitpun niatan untuk menolong pemalas, malahan bagiku mereka adalah musuh yang patut dibenci. Tetapi jika mereka memiliki niat untuk berjuang

Page 13: Prologue - shiningrosemedia.co.idshiningrosemedia.co.id/sample/the-shut-ins-are-mocking-my-youthful... · menunggu eksekusi hukuman mati. Akhirnya Shihane berada tepat di sampingku.

12

THE SHUT-INS ARE MOCKING MY YOUTHFUL DAY

dan mau mencoba untuk melawan, aku akan berada di pihak mereka. Nah, kamu ingin menjadi musuh? Atau berada di pihakku?

“......a-aku.......”Sekali lagi aku melihat ke arah anak-anak yang

menggangguku. Beberapa saat yang lalu mereka terlihat begitu menakutkan, tapi sekarang kesan itu perlahan-lahan mulai menghilang. Akhirnya aku sadar. Mereka hanya anak-anak biasa yang ada dimana saja dan juga akan menangis jika disakiti.

Sepercik api menyala dalam tubuhku. Walaupun kecil, api itu jelas melahirkan kehangatan yang menjalar melalui pembuluh darah dan menyelimuti seluruh tubuhku. Secara spontan aku mengepalkan tanganku.

“Aku...... aku...... u-uuwwwaaaaaaa!”Kemudian untuk pertama kalinya aku mengayunkan

tangan yang mengepal kuat ini ke orang lain, sambil ber- teriak.

“U-Uwooh!”Walaupun tiba-tiba, anak pengganggu itu dapat

menghindari ayunan tanganku yang lemah itu dengan mudah.

“Aku...... aku tidak takut sama kalian!”Tetapi aku tidak mempedulikannya, aku terus

mengayunkan kepalanku sambil berteriak. Pukulan yang hanya seperti bayi yang sedang meronta dengan mengayunkan lengan sekuat tenaga itu tentu saja tidak mengenai sasaran.

“Kenapa dia ini......?”“K-Kau idiot, ya?”

Page 14: Prologue - shiningrosemedia.co.idshiningrosemedia.co.id/sample/the-shut-ins-are-mocking-my-youthful... · menunggu eksekusi hukuman mati. Akhirnya Shihane berada tepat di sampingku.

13

Biarpun seranganku lembek, melihat aku yang mencoba melawan untuk pertama kalinya membuat anak-anak yang menggangguku mulai terlihat bimbang dan menyiagakan tangan mereka.

Kemudian pukulanku akhirnya mengenai mereka. “Ka-Kau!! Jangan sok, ya!”Serangan balik anak itu mendarat di mukaku. Perlawananku terhenti di situ. Aku kehabisan tenaga

dan jatuh terlentang menghadap langit. Sejak awal aku tidak punya kesempatan untuk menang.

Jika aku tidak bertemu Shihane beberapa menit yang lalu, setelah ini aku pasti akan berhenti melawan lalu memilih untuk kembali menjadi anjing pecundang yang menerima rasa sakit dan ketidakberdayaan.

Tetapi aku telah menghancurkan hubungan antara penindas dan yang ditindas, bagiku itu adalah hasil yang setara dengan kemenangan. Hatiku dipenuhi rasa bahagia dan puas. Tanpa sadar aku tersenyum.

“B-Babi ini, kenapa kau senyum-senyum sendiri, hah? Menjijikkan...... kuhabisi kau!”

“Siapa yang ingin kalian habisi? Dasar kumbang kotoran!”

Satu ucapan dari sang gadis membuat gerakan anak-anak itu terhenti.

“Kalian memang anak-anak brengsek yang lebih rendah dari laba-laba kecil, tapi karena kalian membantu anak ini untuk berubah, untuk saat ini kalian aku ampuni. Tapi lain ceritanya jika kalian masih ingin berhadapan denganku. Kalau tidak ingin itu terjadi, segeralah pergi dari

Page 15: Prologue - shiningrosemedia.co.idshiningrosemedia.co.id/sample/the-shut-ins-are-mocking-my-youthful... · menunggu eksekusi hukuman mati. Akhirnya Shihane berada tepat di sampingku.

14

THE SHUT-INS ARE MOCKING MY YOUTHFUL DAY

sini!”Wajah anak-anak pengganggu yang mendapat

peringatan terakhir yang dingin itu menjadi pucat. Mereka lalu berhamburan kabur seperti bayi laba-laba.

“Huh, orang-orang yang membosankan. Kamu lebih bernyali dibandingkan mereka.”

Shihane berjongkok di sampingku yang terlentang, sekali lagi ia mengulurkan tangannya. Aku teringat kembali pengalaman menyakitkan barusan. Secara refleks tubuhku gemetar.

“Bodoh, aku nggak akan memukulmu, kok”Tangan kecilnya membelai pipiku yang bengkak

dengan lembut. “Ah.......”Aku merasakan tangannya yang dingin. Namun

seketika tubuhku diselimuti kehangatan.Kehangatan yang berbeda, yang lebih hangat jika

dibandingkan dengan rasa puasku saat pertama kali mencoba melawan mereka tadi.

“Kamu hebat. Dengan begini para lalat itu nggak akan mengganggumu lagi. Seandainya mereka masih mengganggu tentu kamu juga sudah nggak takut lagi.”

Sambil berkata seperti itu, Shihane berdiri. Dia lalu beranjak pergi setelah mengucapkan sampai jumpa.

“T-Tunggu, Mizudori-san......!”“Kenapa? Lukamu tidak begitu parah, bisa pulang

sendiri, kan?”“Bu-Bukan itu...... a-anu.......”Aku jadi merasa benci pada sendiri yang ingin

mengutarakan sesuatu, namun tidak bisa mengungkap-

Page 16: Prologue - shiningrosemedia.co.idshiningrosemedia.co.id/sample/the-shut-ins-are-mocking-my-youthful... · menunggu eksekusi hukuman mati. Akhirnya Shihane berada tepat di sampingku.

15

kannya dengan kata-kata. (Aku tidak boleh berhenti di sini! Jika aku tidak

mengatakannya maka aku tidak akan berubah......!)Shihane memasang muka keheranan namun tidak

berkata apapun. Kemudian di saat ia hendak membalikkan badan—

“Anu! Be-Bertemanlah denganku!”Selama sembilan tahun aku tidak punya teman. Aku

juga tidak pernah berbicara dengan orang lain dengan sewajarnya. Namun suara yang keluar dari mulutku begitu keras sampai aku sendiri terkejut. Aku tidak pernah mengeluarkan suara sekeras ini sebelumnya.

“Nggak mau.” Tetapi jawaban yang kuterima adalah penolakan yang

tanpa pertimbangan. “Sebaiknya kamu jangan berharap bisa berlindung di

balik namaku. Orang-orang semacam itu sama saja dengan musuh, dan aku akan menghajarnya tanpa ampun. Walau sepertinya kamu bukan orang semacam itu. Tapi yang namanya pertemanan itu bukan sesuatu yang langsung bisa diwujudkan, kan? Seandainya aku menerima ajakan- mu, bukan berarti saat itu kita langsung menjadi teman, kan?”

Benar katanya. Seandainya aku masih seperti yang dulu, pasti aku akan merasa terpukul dan langsung mengurungkan niat.

“......me-memang benar begitu, tetapi aku...... tetap ingin menjadi teman Mizudori-san!”

Tetapi aku tidak mundur. Sekali lagi aku mengutarakan niatku dengan gigih.

Page 17: Prologue - shiningrosemedia.co.idshiningrosemedia.co.id/sample/the-shut-ins-are-mocking-my-youthful... · menunggu eksekusi hukuman mati. Akhirnya Shihane berada tepat di sampingku.

16

THE SHUT-INS ARE MOCKING MY YOUTHFUL DAY

“Padahal aku tadi sudah memukulmu, kamu ini aneh, ya? Mau-maunya berteman dengan wanita kasar seperti aku ini.”

Shihane berbisik. Dia agak terkejut dan tercengang. “Yang tadi itu memang sakit, tetapi bukan karena kau

jahat. Aku ingin bersama Mizudori-san!”“......huuh, baiklah, terserah kamu saja. Tetapi jangan

berpikir kamu bisa menyandang nama sebagai temanku dengan gampang. Aku ini [Huckebein] yang berbuat sesuka hati. Aku nggakakan segan padamu, bahkan mungkin aku bisa saja melukaimu kalau sedang ingin. Jika kamu masih tetap ingin mengikutiku, sebaiknya kamu bersiap akan hal itu.”

“Te-Terimakasih Mizudo–”“Shihane.”Shihane menyodok pipiku dengan ujung jari telunjuk-

nya. Mulutku lumayan sakit karena sodokannya. “Kalau ingin menjadi temanku, maka panggil aku

dengan nama depan. Oke, take two!”“Eh, ah...... Shi-Shihane.”“Yak, bagus.”Shihane tersenyum agak sadis. “Anu, boleh aku bertanya?”“Boleh saja. Tapi belum tentu aku akan menjawab.

Apa?”“Kenapa menolongku?”“Aku nggak menolongmu. Aku juga bukan pembela

kebenaran. Aku cuma kebetulan melintas di tempat itu dan melihat orang-orang yang nggak kusukai. Termasuk kamu. Karena itu barusan kamu melawan mereka sendirian dan

Page 18: Prologue - shiningrosemedia.co.idshiningrosemedia.co.id/sample/the-shut-ins-are-mocking-my-youthful... · menunggu eksekusi hukuman mati. Akhirnya Shihane berada tepat di sampingku.

17

aku juga membantu seenakku sendiri.”“Shihane.......”“Mau sampai kapan tidur di situ? Ayo lekas pergi dari

tempat membosankan seperti ini. Ngomong-ngomong aku belum tahu namamu, ya? Beri tahu aku namamu. Nggak sopan jika hanya aku saja yang memperkenalkan diri.”

“Na-Namaku—”

Itulah awal mula pertemuan yang tak terlupakan antara diriku, Aoi Haruya dan Mizudori Shihane.

Setelah itu selama kurang lebih dua tahun, hubungan kami terus berlangsung tanpa pernah terpisahkan. Aku berulang kali dipermainkan dan ditinggalkan begitu saja oleh Shihane yang kuat dan berperilaku bebas. Dia selalu melangkah terlebih dahulu dan begitu aku berhasil mengejarnya, dia hanya berkata, “Ayo, pergi ke tempat berikutnya”, lalu seorang diri melangkah pergi meninggalkanku.

Aku berusaha sekuat tenaga untuk mengejarnya namun Shihane tidak pernah segan atau bersikap lunak kepadaku.

Tetapi justru itu yang mebuatku bahagia. Kelembutan hati manusia yang berada jauh di atasmu terkadang terlihat seperti rasa simpati dan belas kasihan belaka. Shihane membenci hal semacam itu dan dia menginginkan aku mengejarnya dari posisi terendah.

Aku sendiri juga tidak mengharapkan bantuan dan belas kasihan darinya dan hanya terus mengejarnya dari belakang.

Terkadang itu terasa lebih keras dan menyakitkan

Page 19: Prologue - shiningrosemedia.co.idshiningrosemedia.co.id/sample/the-shut-ins-are-mocking-my-youthful... · menunggu eksekusi hukuman mati. Akhirnya Shihane berada tepat di sampingku.

18

THE SHUT-INS ARE MOCKING MY YOUTHFUL DAY

daripada saat aku di-bully. Tetapi berusaha untuk melang- kah ke depan walau merasakan rasa sakit demi menggapai orang yang dikagumi jelas terasa lebih baik daripada merasa malu dan tak berdaya saat ditindas.

Orang-orang di sekelilingku melihatku dengan pandangan dingin dan menganggapku bodoh, nekat, atau tidak punya harga diri. Tidak sekali dua kali mereka mencaciku agar jangan besar kepala.

Tetapi aku sama sekali tidak mempedulikan kecem- buruan mereka yang membosankan.

Alhasil, seperti biasa aku tidak punya teman selain Shihane, namun juga tidak ada yang berani mengganggu- ku.

Kondisi mentalku yang berubah juga turut memberi perubahan terhadap perasaanku pada Shihane. Tanda disadari, aku ingin menjadi manusia yang bukan hanya diakui, namun juga sejajar dengannya.

Tentu saja anak yang gampang di-bully seperti aku ini tidak mungkin berubah segampang itu. Tetapi tentu Shihane tidak akan memaafkan mental pemalas yang tidak mau berusaha walau punya keinginan untuk berubah. Karena itu, aku diam-diam mulai berlatih. Aku malu jika melakukannya terang-terangan. Selain itu aku juga punya niat iseng dan membuat dia terkejut, lalu Shihane yang akhirnya menyadari perkembanganku akan berkata seperti, “Dasar lancang, sejak kapan kamu jadi kuat?” atau semacamnya.

Untuk memperbaiki sikapku yang lembek aku berlatih bela diri dan membaca buku pengembangan mental yang penuh huruf kanji yang sulit. Aku juga tidak lupa melatih

Page 20: Prologue - shiningrosemedia.co.idshiningrosemedia.co.id/sample/the-shut-ins-are-mocking-my-youthful... · menunggu eksekusi hukuman mati. Akhirnya Shihane berada tepat di sampingku.

19

fisik dengan latihan otot dan jogging. Namun begitu kerja kerasku mulai membuahkan

hasil, ayahku yang seorang manajer perusahaan dagang dipindahtugaskan perusahaannya. Ibuku juga turut serta mengikuti ayah. Tentu saja tidak ada pilihan bagiku untuk tetap tinggal seorang diri. Aku terpaksa pindah sekolah tanpa bisa membantah.

Aku merasa putus asa dan menitikkan air mata karena tidak bisa membalas budi kepada Shihane. Aku menyampaikan kabar perpisahan sambil setengah menangis.

“Dasar bodoh!”Shihane menamparku dengan keras seperti saat

pertama kali kami bertemu. “Kenapa mukamu seperti orang yang ditinggal

mati? Aku tahu kamu berusaha untuk jadi lebih kuat dan yakin kamu pasti akan menjadi lebih tangguh. Tapi itu masih belum cukup. Karena itu tetaplah berusaha dan jadilah orang yang bisa bersanding denganku saat kelak kita bertemu lagi. Tapi keberitahu ya? Jangan berharap aku akan diam saja menunggumu. Saat kamu nggak ada aku akan tetap melangkah maju. Karena itu berusahalah jangan sampai membuat aku kecewa. Paham? Berjanjilah denganku!”

Kata-kata yang keras sekaligus hangat itu memberiku keberanian. Tak lama kemudian aku meninggalkan kota ini. Shihane tidak mengantarku maupun menanyakan nomor kontakku.

Begitu berpisah dengan Shihane, aku dilanda kesepian dan kecemasan.

Page 21: Prologue - shiningrosemedia.co.idshiningrosemedia.co.id/sample/the-shut-ins-are-mocking-my-youthful... · menunggu eksekusi hukuman mati. Akhirnya Shihane berada tepat di sampingku.

20

THE SHUT-INS ARE MOCKING MY YOUTHFUL DAY

Tapi aku berusaha untuk menahan perasaan itu. Jika aku kalah oleh rasa sepi aku tidak akan berubah dan bisa menepati janjiku. Aku mengatakan itu pada diriku sendiri lalu berusaha sekuat tenaga untuk terus menatap ke depan dan melangkah maju menuju puncak.

Kemudian tanpa sadar, hari dan bulan terus berjalan selama enam tahun. Janji dengan Shihane menjadi penyemangat yang kuat bagiku untuk terus berusaha.

Kemudian pada suatu hari, ayah mendapat pindah tugas lagi. Kali ini ke luar negeri. Ibu juga turut mengikuti ayah tetapi aku memutuskan untuk tinggal di Jepang. Aku menyampaikan pada mereka bahwa aku ingin kembali ke kota asalku, kota Sakurama.

Pada awalnya mereka menunjukkan rasa keberatan namun seolah melihat perkembanganku selama beberapa tahun ini, pada akhirnya mereka menyetujuinya.

Berbagai kesibukan dalam menjalani proses administrasi dan mengangkut barang pindahan membuatku tidak sempat menikmati bunga Sakura. Tanpa aku sadari kalender sudah berganti menjadi bulan Mei. Setelah melewati musim pindahan2) dan upacara tahun ajaran baru akhirnya aku resmi kembali ke kota Sakurama. Aku kembali ke kampung halaman setelah berpisah selama enam tahun.

Baiklah. Kisah masa lalunya cukup sampai disini saja. Yang sekarang akan kuceritakan bukanlah kisah masa lalu 2) Musim pindahan adalah bulan–bulan dimana biaya untuk pindah rumah

paling mahal akibat upacara masuk dan lulus sekolah/universitas, dan sekaligus adanya upacara penerimaan karyawan baru. Musim pindahan ini biasanya berlangsung pada bulan Februari, Maret, dan April.

Page 22: Prologue - shiningrosemedia.co.idshiningrosemedia.co.id/sample/the-shut-ins-are-mocking-my-youthful... · menunggu eksekusi hukuman mati. Akhirnya Shihane berada tepat di sampingku.

21

suram seorang anak yang selalu di-bully, melainkan kisah masa kini seorang gadis yang sangat menawan dan tiada tanding. Benar, ini adalah kisah yang saat ini aku sendiri masih belum mengetahui arah perkembangan ceritanya.